Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dan NON S-ECC Di Kecamatan Medan Baru

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SALIVA PADA ANAK

USIA 37-71 BULAN DENGAN

SEVERE EARLY

CHILDHOOD CARIES

(S-ECC) DAN

NON S-ECC DI KECAMATAN

MEDAN BARU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

EMALIA ROSALINA NIM: 100600082

Pembimbing YATI ROESNAWI, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2014

Emalia Rosalina

Hubungan karakteristik saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

x + 39 halaman

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan bentuk kerusakan gigi yang progresif dengan penyebab multifaktorial yang salah satunya adalah saliva. S-ECC dijumpai pada anak usia di bawah 3 tahun yang memiliki karies pada permukaan halus gigi (smooth surface) dan pada anak usia 3 sampai 5 tahun yang memiliki ≥ 1 kavitas, kehilangan karena karies atau tambalan pada permukaan halus gigi anterior desidui maksila, atau skor ≥ 4 untuk usia 3 tahun, ≥ 5 untuk usia 4 tahun, dan ≥ 6 untuk usia 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik saliva, usia, dan jenis kelamin pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru. Karakteristik saliva tersebut terdiri dari pH, volume, laju aliran, dan kapasitas buffer.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel 36 orang sebagai kelompok S-ECC dan 36 orang sebagai kelompok non S-ECC. Teknik pengambilan sampel menggunakan random purposive sampling. Data pengalaman S-ECC diperoleh dengan pemeriksaan klinis rongga mulut anak dan menggunakan kriteria AAPD. Pemeriksaan saliva menggunakan GC Saliva Check Buffer. Uji statistik yang digunakan chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05.

Ada hubungan bermakna pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-S-ECC (p=0,001). Ada hubungan bermakna volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p=0,001). Ada hubungan bermakna laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC


(3)

(p=0,001). Ada hubungan bermakna kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p=0,001).

Karakteristik saliva yang meliputi pH, volume, laju aliran, dan kapasitas buffer mempengaruhi risiko karies anak.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Januari 2014

Pembimbing : Tanda tangan

Yati Roesnawi,drg ... NIP : 19521017 198003 2 003


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 30 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc ANGGOTA : 1. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, dukungan, dan pengarahan serta saran dan masukan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga tersayang, ayahanda Ehman Hasibuan, ibunda Adelina Nasution, dan abangda Rizki Hadiman atas segala perhatian, dukungan, motivasi, harapan dan doa serta cinta kasih yang telah diberikan selama ini.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yati Roesnawi, drg selaku dosen pembimbing skripsi dan Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta memberikan ilmu dan arahan dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku narasumber, atas keluangan waktu, bimbingan, arahan, serta kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

4. Indri Lubis, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen IKGA yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.


(7)

6. Teman-teman sejawat angkatan 2010, khususnya teman-teman seperjuangan di Departemen IKGA, Alfina Subiantoro, Siti Filzah bt Fariduddin, Asma Ulhusna Meldego, Rizky Vira, Robin, Vita, Shahirah, Anurekha, dan Kuhantini.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis Beactris, Diajeng, Erwinda, Haifa, Kurnia, Nastiti serta keluarga besar HMI Komisariat FKG USU, Dendy, Manda, Fajri, Incan, Aidil, Ridho, Khoir, Eka, Nesya, Reny, Ojan, Iqbal, Ary, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, motivasi dan kekeluargaan selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penulisan skripsi ini diridhoi Allah SWT dan dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna bagi fakultas dan masyarakat umumnya.

Medan, 23 Januari 2014 Penulis,

Emalia Rosalina NIM: 100600082


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) ... 6

2.2 Severe Early Childhood Caries (S-ECC) ... 6

2.3 Etiologi ... 8

2.3.1 Faktor Host ... 8

2.3.2 Faktor Mikroorganisme (Bakteri) ... 9

2.3.3 Faktor Substrat ... 9

2.3.4 Faktor Waktu ... 10

2.4 Saliva……… ... 10

2.4.1 Fungsi dan Komposisi Saliva ... 12

2.4.2 Volume dan Laju Aliran Saliva ... 14

2.4.3 pH dan Kapasitas Buffer Saliva ... 15


(9)

2.6 Kerangka Konsep ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.2.1 Tempat Penelitian ... 18

3.2.2 Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian ... 20

3.5 Definisi Operasional ... 20

3.6 Alat dan Bahan ... 22

3.7 Cara Pengambilan Data ... 23

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Anak ... 25

4.2 Analisis Statistik Hubungan pH Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 26

4.3 Analisis Statistik Hubungan Volume Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 26

4.4 Analisis Statistik Hubungan Laju Aliran Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 27

4.5 Analisis Statistik Hubungan Kapasitas Buffer Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 27

4.6 Analisis Statistik Hubungan Usia dengan Prevalensi Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 28

4.7 Analisis Statistik Hubungan Jenis Kelamin dengan Prevalensi Anak S-ECC dan Non S-ECC ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial ... 8 2. Kelenjar saliva mayor ... 11


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi operasional ... 20 2. Alat dan bahan ... 23 3. Karakteristik responden anak ... 25 4. Hasil analisis statistik hubungan pH saliva dengan anak S-ECC dan

non S-ECC ... 26 5. Hasil analisis statistik hubungan volume saliva dengan anak S-ECC dan

non S-ECC ... 26 6. Hasil analisis statistik hubungan laju aliran saliva dengan anak S-ECC

dan non S-ECC ... 27 7. Hasil analisis statistik hubungan kapasitas buffer saliva dengan anak

S-ECC dan non S-ECC... 28 8. Distribusi S-ECC dan non S-ECC berdasarkan usia anak ... 28 9. Distribusi S-ECC dan non S-ECC berdasarkan jenis kelamin anak ... 29


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat persetujuan Komisi Etik

2. Surat keterangan melakukan penelitian di TK Dharma Wanita Persatuan USU 3. Surat keterangan melakukan penelitian di TK Efrata

4. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian

5. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 6. Lembar pemeriksaan gigi dan saliva anak

7. Data sampel penelitian


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2014

Emalia Rosalina

Hubungan karakteristik saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

x + 39 halaman

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan bentuk kerusakan gigi yang progresif dengan penyebab multifaktorial yang salah satunya adalah saliva. S-ECC dijumpai pada anak usia di bawah 3 tahun yang memiliki karies pada permukaan halus gigi (smooth surface) dan pada anak usia 3 sampai 5 tahun yang memiliki ≥ 1 kavitas, kehilangan karena karies atau tambalan pada permukaan halus gigi anterior desidui maksila, atau skor ≥ 4 untuk usia 3 tahun, ≥ 5 untuk usia 4 tahun, dan ≥ 6 untuk usia 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik saliva, usia, dan jenis kelamin pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru. Karakteristik saliva tersebut terdiri dari pH, volume, laju aliran, dan kapasitas buffer.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasi dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel 36 orang sebagai kelompok S-ECC dan 36 orang sebagai kelompok non S-ECC. Teknik pengambilan sampel menggunakan random purposive sampling. Data pengalaman S-ECC diperoleh dengan pemeriksaan klinis rongga mulut anak dan menggunakan kriteria AAPD. Pemeriksaan saliva menggunakan GC Saliva Check Buffer. Uji statistik yang digunakan chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05.

Ada hubungan bermakna pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-S-ECC (p=0,001). Ada hubungan bermakna volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p=0,001). Ada hubungan bermakna laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC


(14)

(p=0,001). Ada hubungan bermakna kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p=0,001).

Karakteristik saliva yang meliputi pH, volume, laju aliran, dan kapasitas buffer mempengaruhi risiko karies anak.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah utama dalam rongga mulut anak di Indonesia adalah karies gigi. Di negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia cenderung terjadi kenaikan prevalensi penyakit tersebut. Data menunjukkan 80% penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab, namun yang paling banyak ditemui adalah karies gigi atau gigi berlubang dan periodontal.1 Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang paling sering terjadi dengan angka prevalensi tertinggi dibandingkan penyakit mulut lainnya yaitu 90,05%,2 juga secara internasional, skor rata-rata def-t dan DMF-T di Indonesia masih tergolong cukup tinggi.

Early Childhood Caries (ECC) menggambarkan kerusakan gigi yang terjadi pada gigi desidui.

3

4

The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan sebagai adanya satu atau lebih decay atau kerusakan yang masih dapat diperbaiki (kavitas atau non kavitas), kehilangan gigi (karena karies), atau permukaan gigi yang ditumpat pada gigi desidui manapun di usia ≤ 71 bulan,4,5,6,7 sedangkan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) adalah pengalaman karies yaitu terdapatnya satu atau lebih kerusakan berupa lesi kavitas, kehilangan gigi (karena karies), atau adanya tambalan pada permukaan halus pada gigi apa saja untuk anak usia di bawah 3 tahun. Pada anak usia 3 sampai 5 tahun, S-ECC adalah terdapatnya 1 atau lebih kavitas, kehilangan karena karies atau tambalan pada permukaan halus gigi anterior desidui maksila atau skor ≥ 4 untuk usia 3 tahun, ≥ 5 untuk usia 4 tahun, dan

≥ 6 untuk usia 5 tahun.4,6

S-ECC menunjukkan karies yang lebih progresif dan dengan pola akut pada anak-anak. Anak- anak dengan S-ECC lebih sering menunjukkan rasa sakit, kesulitan mengunyah, masalah berbicara, gangguan kesehatan umum, dan masalah psikologis.8


(16)

Penelitian tentang prevalensi S-ECC telah banyak dilakukan. Penelitian tahun 2007 di Quchan (Iran) menunjukkan prevalensi S-ECC sebesar 25% sedangkan di Seoul lebih tinggi yaitu 47%.9 Penelitian terhadap 340 anak di Brazil menunjukkan hasil 126 anak (37%) bebas karies, 88 anak (26%) karies tapi bukan S-ECC, dan 126 anak (37%) S-ECC.8 Penelitian terhadap 709 anak di India menunjukkan hasil 223 anak (31,45%) bebas karies, 188 anak (26,51%) karies biasa, dan 298 anak (42,03%) memiliki S-ECC.10 Prevalensi S-ECC pada anak-anak usia 3 tahun di Lithuania sebesar 6,5%.11 Prevalensi S-ECC di Romania tercatat untuk anak-anak di Departemen Pedodonsia sebesar 40,29%, di klinik gigi pribadi sebesar 38,19%, dan di TK sebesar 15,04%.12 Prevalensi S-ECC berdasarkan penelitian di salah satu kecamatan di kota Medan adalah sebesar 16%.

Penyebab S-ECC adalah faktor yang sama seperti karies gigi pada umumnya,

4

10

terjadi akibat adanya interaksi faktor agen, substrat, host, dan waktu.2,5 Saliva merupakan sistem pertahanan host utama terhadap karies, menghilangkan makanan dan bakteri serta sebagai buffer yang melawan produksi asam. Saliva juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan mineral kalsium dan fosfat yang penting untuk remineralisasi email serta mengandung substansi anti bakteri. Keadaan individu yang menyebabkan berkurangnya aliran saliva mengakibatkan kerentanan gigi terhadap karies meningkat terutama pada anak ketika sedang tidur.13 Penelitian di Saudi Arabia tahun 2010 tentang karakteristik saliva pada anak usia prasekolah dengan S-ECC menunjukkan rata-rata kapasitas buffer saliva anak dengan S-ECC 2,7 ± 2,5 dan 2,5 ± 0,8 untuk kelompok kontrol. Perbedaan yang didapat secara statistik tidak siginifikan. Rata-rata laju aliran saliva pada anak dengan S-ECC yaitu 1ml/menit ± 1 dan 1,5ml/menit ± 1,3 untuk kelompok kontrol. Juga secara statistik tidak signifikan.14 Penelitian Febriana dkk di Jakarta tahun 2008 menunjukkan prevalensi keparahan ECC berdasarkan pH saliva sebesar 45,64% sampai dengan 55,55%, dan berdasarkan kapasitas buffer saliva sebesar 51,34% sampai dengan 65,38%.15

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan prevalensi S-ECC menunjukkan angka yang tinggi, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan


(17)

penelitian tentang karakteristik saliva sebagai salah satu faktor resiko karies, pada anak-anak dengan S-ECC dan non S-ECC di salah satu kecamatan di Kota Medan. Kecamatan yang dipilih peneliti adalah Kecamatan Medan Baru dengan alasan peneliti tinggal di daerah ini sehingga sampel mudah dijangkau.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengn Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

2. Apakah ada hubungan volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengn Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

3. Apakah ada hubungan laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengn Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

4. Apakah ada hubungan kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengn Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

5. Apakah ada hubungan usia pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

6. Apakah ada hubungan jenis kelamin pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis hubungan pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

2. Untuk menganalisis hubungan volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.


(18)

3. Untuk menganalisis hubungan laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

4. Untuk menganalisis hubungan kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

5. Untuk menganalisis hubungan usia pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

6. Untuk menganalisis hubungan jenis kelamin pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

2. Ada hubungan volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

3. Ada hubungan laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

4. Ada hubungan kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

5. Ada hubungan usia pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di kecamatan Medan Baru.

6. Ada hubungan jenis kelamin pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

1.5 Manfaat Penelitian


(19)

Memberikan informasi kepada orangtua tentang karakteristik saliva yaitu pH, laju aliran, volume, dan kapasitas buffer sebagai faktor risiko terjadinya S-ECC pada anak dan memotivasi orangtua untuk memperhatikan, menjaga, dan memberikan panduan kepada anak sejak dini untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut anak untuk penyuluhan pencegahan terjadinya karies pada anak.

3. Sebagai referensi tambahan di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG USU.

Manfaat untuk kebutuhan klinis:

Dengan diketahui adanya hubungan karakteristik saliva, yaitu pH, volume, laju aliran, dan kapasitas buffer dengan terjadinya S-ECC pada anak usia 37-71 bulan di Kecamatan Medan Baru maka dapat direncanakan usaha pencegahan dan perawatan terhadap S-ECC.

Manfaat bagi peneliti:

Menambah dan memperdalam pengetahuan S-ECC pada anak usia 37-71 bulan serta menambah pengalaman untuk melakukan penelitian di lapangan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Early Childhood Caries (ECC)

Early Childhood Caries terdiri dari kata “early childhood” yang berarti termasuk anak-anak sampai usia 5 tahun, dan kata “caries” yang berarti proses destruksi yang menyebabkan kavitas pada gigi.16 Early Childhood Caries (ECC) adalah istilah baru yang diadopsi pada tahun 1994 untuk menunjukkan karies gigi pada bayi dan anak prasekolah.14 ECC diadopsi sebagai nomenklatur standar yang digunakan untuk mengindikasikan adanya satu atau lebih kerusakan dengan atau tanpa kavitas, kehilangan karena karies, atau permukaan gigi yang ditumpat pada gigi desidui manapun pada anak usia di bawah 6 tahun. Secara sederhana, ECC didefiniskan sebagai kavitas pada gigi manapun pada anak yang lebih muda dari usia 6 tahun.

ECC adalah suatu bentuk karies gigi yang mengenai bayi dan anak-anak dan telah diidentifikasi sebagai masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas hidup anak prasekolah.

16

5

ECC yang juga dikenal sebagai karies botol merupakan sindroma kerusakan gigi yang parah, terjadi pada bayi dan anak, merupakan penyakit infeksi yang berkembang dengan cepat dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak. Sindroma ini dapat disebabkan oleh cara penggunaan botol yang tidak sesuai. Penyakit infeksi ini muncul segera setelah gigi bayi erupsi dan berkembang dengan cepat serta mengakibatkan gangguan kesehatan yang berkepanjangan pada anak.13

2.2 Severe Early Childhood Caries (S-ECC)

Istilah Severe Early Childhood Caries (S-ECC) digunakan untuk kondisi yang lebih parah. Seorang anak dikatakan memiliki S-ECC jika anak berusia di bawah 3 tahun mempunyai karies pada permukaan halus gigi (smooth surface); anak berusia


(21)

3, 4, atau 5 tahun dan mempunyai karies pada permukaan halus gigi insisivus maksila; jumlah permukaan yang terlibat sama atau lebih dari empat permukaan gigi pada usia 3 tahun, lima permukaan gigi pada usia 4 tahun, dan enam permukaan gigi pada usia 5 tahun.

Gigi yang terlibat pada umumnya gigi anterior maksila, molar pertama maksila dan mandibula, terkadang kaninus mandibula sedangkan insisivus mandibula biasanya tidak terkena. Secara biologi merupakan proses infeksi yang dikatalisis oleh pemaparan yang sering dan dalam waktu yang lama dari susu atau minuman mengandung gula. Kondisi ini diawali oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan botol saat tidur baik pada siang dan malam hari yang menyebabkan tergenangnya cairan di sekeliling gigi. Cairan yang mengandung gula tadi merupakan media kultur sangat baik untuk mikroorganisme asidogenik yang menyebabkan kerusakan parah dan cepat pada struktur gigi. Demineralisasi enamel dan dentin gigi disebabkan oleh produksi asam yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Secara spesifik bakteri, asam, food debris, dan saliva bergabung membentuk substansi berupa plak yang melekat pada gigi. Setiap anak meminum cairan manis, asam yang dihasilkan oleh bakteri akan menyerang gigi minimal 20 menit setelahnya dan dapat menyebabkan gigi mengalami kerusakan. Laju aliran saliva juga akan berkurang selama tidur, dan proses pembersihan oral akan kurang optimal.

16

Karies dini sangat sulit dideteksi, tumpukan putih di sekitar gusi adalah tanda pertama demineralisasi dan biasanya tidak dideteksi oleh orangtua; jika demineralisasi tidak ditanggulangi, akan menyebabkan lubang pada gigi. Warna kuning, coklat, atau hitam di sekitar servikal gigi, menandakan demineralisasi meningkat menjadi pembusukan. Gigi yang berwarna coklat kehitaman, menandakan kerusakan meluas menjadi pembusukan termasuk empat gigi anterior atas.

7,13,17

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Masa kanak-kanak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mulai erupsi dan anak perempuan menunjukkan pengalaman karies yang lebih tinggi daripada laki-laki.

13


(22)

2.3 Etiologi

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial. Ada tiga faktor utama sebagai penyebab terbentuknya karies yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama. Karies baru akan timbul hanya kalau keempat faktor penyebab tersebut bekerja simultan.18,19 Saliva yang termasuk bagian dari faktor host berpengaruh terhadap kerentanan gigi untuk terjadinya karies.

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit

multifaktorial18

2.3.1 Faktor Host

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk didaerah tersebut


(23)

terutama pit dan fisur yang dalam, selain itu permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi permanen, hal ini disebabkan karena enamel gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen, secara kristalografis kristal-kristal gigi desidui juga tidak sepadat gigi permanen. Alasan ini mungkin menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.18

Kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka peran saliva sangat besar. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat, karena itu jika aliran saliva berkurang atau terganggu, maka karies mungkin akan tidak terkendali.

19

2.3.2 Faktor Mikroorganisme (Bakteri)

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies, merupakan suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.18 Banyak mikroorganisme dapat memproduksi asam yang cukup untuk demineralisasi struktur gigi, terutama Streptococcus asidurik, Lactobacillus, diphteroid, ragi, dan Staphylococcus.7 Streptococcus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies memiliki sifat asidogenik (memproduksi asam) dan asidurik (resisten terhadap asam).18

2.3.3 Faktor Substrat

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel. Makanan dan minuman mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke pH normal sekitar 7 dibutuhkan waktu 30-60 menit, oleh karena itu konsumsi gula yang sering dan


(24)

berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik walaupun gula lainnya tetap berbahaya karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies utama.19

2.3.4 Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.18 Saliva mampu mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, yang berarti bahwa proses karies terdiri dari periode perusakan (demineralisasi) dan perbaikan (remineralisasi) yang silih berganti. Bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.19

2.4 Saliva

Saliva merupakan cairan yang disekresikan ke dalam mulut oleh kelenjar ludah yakni kelenjar parotid, submandibularis, dan sublingualis. Saliva berfungsi membantu pengunyahan makanan dan pencernaannya dengan bantuan enzim amylase, juga berperan dalam berbicara, mengecap, dan pembersihan mulut dan jaringannya secara alamiah, dan memberikan perlindungan bagi gigi-geligi dan mukosa mulut serta gingival.20

Kelenjar saliva secara umum dibagi menjadi dua, yaitu: kelenjar saliva mayor, yang terdiri dari tiga pasang kelenjar (parotid, submandibular, dan sublingual) (Gambar 2), dan banyak kelenjar saliva minor, yang berlokasi di bukal, labial, dan palatal. Kelenjar saliva dapat diklasifikasikan juga berdasarkan fungsi, kelenjar parotid mensekresikan serous, kelenjar submandibular mensekresikan campuran serous dan mukus, dan kelenjar sublingual serta kelenjar saliva minor mensekresikan mukus.


(25)

Tiga kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) berperan menghasilkan 90 persen campuran cairan dalam mulut yang disebut whole saliva; kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh mulut berperan menghasilkan 10 persen campuran cairan sisanya. Kelenjar submandibular adalah pemeran terbesar untuk saliva yang tidak distimulasi, dan kelenjar parotid adalah pemeran terbesar untuk saliva yang distimulasi. Peranan kelenjar sublingual untuk saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi hanya sedikit. Kelenjar saliva minor bukan pemeran besar untuk volume whole saliva, tetapi mereka memiliki peran penting sebagai pelumas dan proteksi mukosa rongga mulut karena sekresi mukusnya.

Cairan saliva merupakan sekresi dari kelenjar eksokrin yang terdiri dari kira-kira 99% air, mengandung berbagai elektrolit (sodium, potassium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat) dan protein, diwakili oleh enzim, immunoglobulin dan faktor antimikroba lainnya, glikoprotein mukosa, sedikit albumin dan beberapa polipeptida dan oligopeptida yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Terdapat juga produk glukosa dan nitrogen, seperti urea dan amonia.

22

23

Gambar 2. Kelenjar saliva mayor23

Whole saliva merujuk pada campuran kompleks cairan dari kelenjar saliva, lipatan gingival, transudat mukosa oral, sebagai tambahan mukus rongga hidung dan


(26)

faring, bakteri mulut yang tidak melekat, sisa makanan, epitel dan sel darah yang meluruh, serta sedikit obat atau produk kimia.23

2.4.1 Fungsi dan Komposisi Saliva Pengecapan

Saliva pada awal dibentuk di dalam asini bersifat isotonik, akan tetapi seiring berjalannya proses melalui saluran saliva, sifatnya berubah menjadi hipotonik. Hipotonisitas saliva (kadar glukosa, sodium, klorida, dan urea yang rendah) dan kemampuannya untuk melarutkan zat membuat bud bisa merasakan rasa yang berbeda.

Proteksi dan Lubrikasi

23

Saliva membentuk penutup seromukosal yang melumaskan dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen pengiritasi. Ini terjadi karena musin (protein dengan karbohidrat tinggi) berperan sebagai pelumas, pelindung mencegah dehidrasi, dan mempertahankan viskoelastisitas saliva. Selain itu secara selektif memodulasi perlekatan mikroorganisme pada permukaan jaringan rongga mulut, yang berperan dalam mengontrol kolonisasi bakteri dan jamur. Pengunyahan, pengucapan, dan penelanan dibantu oleh efek lubrikasi dari protein.

Pengenceran dan Pembersihan

23

Gula dalam bentuk bebasnya terdapat pada saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi dengan konsentrasi rata-rata 0,5-1 mg/100 ml. Konsentrasi gula yang tinggi pada saliva terjadi setelah makan dan minum. Sudah diketahui bahwa ada korelasi antara konsentrasi glukosa dalam darah dan cairan saliva, terutama pada penderita diabetes, tapi karena tidak selalu signifikan, saliva tidak digunakan untuk memantau kadar gula darah.

Saliva berperan sebagai pembersih mekanis terhadap sisa-sisa di dalam mulut seperti bakteri yang tidak melekat dan debris makanan. Laju aliran saliva mengeliminasi kelebihan karbohidrat yang akan mengurangi ketersediaan gula bagi mikroorganisme. Semakin besar laju aliran saliva, semakin besar kapasitas pelarut


(27)

dan pembersihnya; namun jika terjadi gangguan kesehatan yang mengurangi laju aliran saliva, akan terjadi penurunan kebersihan rongga mulut.23

Kapasitas Buffer

Saliva berperan sebagai sistem buffer untuk melindungi mulut antara lain untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme patologis dan menetralisir asam yang diproduksi mikroorganisme asidogenik sehingga mencegah demineralisasi enamel. Sialin, peptida saliva, memiliki peranan penting dalam meningkatkan pH biofilm setelah terpapar karbohidrat yang bisa terfermentasi. Urea adalah penyangga lain yang terkandung dalam saliva, merupakan produk katabolisme asam amino dan protein menyebabkan peningkatan pH yang cepat pada biofilm dengan menghasilkan amonia dan karbondioksida ketika dihidrolisis oleh bakteri. Asam karbonat bikarbonat adalah buffer yang paling penting pada saliva yang distimulasi, sedangkan pada saliva yang tidak distimulasi berupa sistem buffer fosfat.

Keutuhan Enamel Gigi

23

Saliva memainkan peran penting dalam mempertahankan keutuhan fisik dan kimiawi enamel gigi dengan memodulasi demineralisasi dan remineralisasi. Faktor penting yang mengontrol stabilitas hidroksiapatit enamel adalah konsentrasi kalsium, fosfat, dan fluoride pada pH saliva.

Fosfat inorganik memiliki fungsi biologis mempertahankan struktur gigi. Fungsi lainnya adalah kapasitas buffer yang ditemui pada saliva yang tidak distimulasi.

Kandungan fluor dalam saliva, walaupun dalam jumlah yang sedikit, menentukan dalam stabilisasi mineral gigi. Kehadiran ion fluride dalam fase cair mengurangi kehilangan mineral selama pH biofilm menurun, ion ini juga mengurangi larutnya hidroksiapatit gigi, sehingga membuat makin resisten terhadap demineralisasi. Fluoride juga bisa mengurangi produksi asam pada biofilm.

pH saliva normal 6-7 dan bervariasi tergantung laju alirannya, dari 5,3 (aliran sedikit) sampai 7,8 (aliran tertinggi). Semakin tinggi aliran sekresi saliva yang


(28)

distimulasi, semakin tinggi konsentrasi ion bikarbonat, semakin tinggi juga pH akan meningkat, sehingga kekuatan buffer saliva akan meningkat pesat.

Pencernaan

23

Saliva berperan dalam awal pencernaan pati, membantu dalam pembentukan

bolus makanan. Aksi ini terjadi karena adanya enzim pencernaan α-amylase (ptialin) dalam komposisi saliva. Fungsi biologisnya adalah untuk mengubah pati menjadi maltose, maltotriosa, dan dekstrin. Enzim ini dianggap sebagai indikator yang baik dari fungsi kelenjar saliva, berperan 40% sampai 50% dari total protein dalam saliva yang diproduksi kelenjar. Bagian terbesar dari enzim ini (80%) disintesis di kelenjar parotid dan sisanya di kelenjar submandibular.23

2.4.2 Volume dan Laju Aliran Saliva

Orang yang sehat memiliki rata-rata volume produksi saliva 1-1,5 liter per hari sampai usia 15 tahun volume saliva lebih besar dibanding dengan usia yang lebih dewasa. Dengan bertambahnya usia seseorang, akan terjadi penurunan produksi saliva. Perubahan terbesar terjadi pada kelenjar parotid, karena secara bertahap akan terjadi perubahan jaringan yang menyusunnya. Dari masa anak-anak sampai dewasa, pergantian jaringan yang terjadi sampai sekitar 50%. Selain perubahan jaringan terjadi pula perubahan pada sel-selnya dan juga penurunan sintesis protein, ini akan berakibat pada penurunan produksi salivanya.24 Laju aliran saliva adalah parameter untuk mengklasifikasikan saliva, yang distimulasi dan tidak distimulasi, menjadi normal, rendah, atau rendah sekali (hiposalivasi).23 Saliva mempengaruhi serangan karies terutama dari laju aliran dan kandungan flouridenya. Laju aliran saliva mempengaruhi pembersihan saliva terhadap substrat bakteri.

Beberapa studi tentang laju aliran saliva yang tidak distimulasi pada individu yang sehat didapatkan rata-rata whole saliva sekitar 0,3 ml/menit. Hasil di bawah 0,1 ml/menit dianggap sebagai hiposalivasi, dan hasil di antara 0,1-0,25 ml/menit merupakan laju aliran rendah. Saliva yang tidak distimulasi biasanya dikumpulkan dari pasien dengan posisi duduk tenang, dengan kepala menunduk dan mulut terbuka


(29)

untuk meneteskan saliva dari bibir bawah ke tabung sampel (biasa disebut metode draining). Metode lainnya yang banyak digunakan untuk mengukur saliva yang tidak distimulasi adalah metode meludah, metode sedot, dan metode swab. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva yang tidak distimulasi adalah derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan terhadap cahaya, stimulasi sebelumnya, ritme sirkadian, ritme sirkanual, dan obat-obatan.

Laju aliran normal saliva yang distimulasi adalah 1,0-3,0 ml/menit. Hasil di bawah 0,7 ml/menit dianggap sebagai hiposalivasi, dan hasil 0,7-1,0 ml/menit merupakan laju aliran rendah.25 Stimulan yang biasa digunakan adalah permen karet, paraffin wax, dan asam sitrat.22 Faktor- faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva yang distimulasi adalah stimulus alami, muntah, merokok, ukuran kelenjar, refleks muntah, stimulus unilateral, dan asupan makanan.25

2.4.3 pH dan Kapasitas Buffer Saliva

pH saliva bergantung pada laju aliran sekresinya. Semakin cepat laju aliran sekresinya, saliva semakin alkalin. Beberapa pengarang buku setuju bahwa pH saliva bervariasi selama sehari, mungkin sebagai penyebabnya adalah perbedaan laju aliran saliva. Selama tidur saliva yang dihasilkan sedikit dengan pH rendah, sedangkan ketika makan, laju aliran saliva meningkat dan pH tinggi. pH saliva yang tidak distimulasi dihasilkan oleh kelenjar parotid dilaporkan 5,81 (antara 5,46-6,06) dan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar submandibular 6,39 (antara 6,02-7,14). Pada suatu literatur disebutkan bahwa rata-rata pH saliva adalah 6,7 dengan rentang 6,2-7,6.26 pH kritis untuk dapat melarutkan enamel sekitar 5,5.7

Kapasitas buffer saliva penting dalam mempertahankan pH saliva dan plak. Kapasitas buffer saliva yang distimulasi dan tidak distimulasi melibatkan tiga sistem buffer, yaitu sistem buffer asam karbonat/bikarbonat, sistem buffer fosfat, dan sistem buffer protein. Sistem buffer yang paling penting adalah sistem asam karbonat/bikarbonat. Ada hubungan antara pH, laju aliran, dan kapasitas buffer saliva.


(30)

pH di bawah 3,5 untuk saliva yang tidak distimulasi dan pH 4 untuk saliva yang distimulasi dianggap memiliki kapasitas buffer rendah.25


(31)

2.5 Kerangka Teori

Etiologi

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Non S-ECC Keadaan Gigi Anak

Host Mikroorganisme Substrat Waktu

pH Laju Aliran Volume Kapasitas Buffer Gigi Saliva


(32)

2.6 Kerangka Konsep

Karakteristik Saliva

pH Saliva Volume Saliva

Laju Aliran Saliva Kapasitas Buffer Saliva

S-ECC

Non S-ECC Jenis Kelamin


(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasi dengan rancangan penelitian cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan USU dan TK Efrata di Kecamatan Medan Baru. Kecamatan Medan Baru dipilih karena peneliti bertempat tinggal di kecamatan tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Proposal penelitian disusun selama 9 minggu, dimulai dari minggu keempat bulan Juni sampa minggu keempat bulan Agustus. Pengumpulan data selama 7 minggu, dimulai dari minggu ketiga bulan Oktober sampai minggu pertama Desember. Pengolahan dan analisis data dilakukan selama 1 minggu yaitu minggu kedua bulan Desember. Penyusunan dan pembuatan laporan hasil penelitian dilakukan selama 3 minggu, dimulai dari minggu ketiga bulan Desember sampai minggu pertama bulan Januari 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak berusia 37-71 bulan di Kecamatan Medan Baru.


(34)

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua kelompok data.

n = [ Zα ���� + Zβ ��� (� − ��) + �� (� − ��) ]

[P1 – P2]

2

=

2

[ 1,96 �2 x 0,15 x 0,85 + 1,282 �0,16 (1−0,16) + 0,14 (1−0,14) ] (0,3)

2

=

2 [ 0,989 + 0,647 ]

0,09

2

= 29,7 = 30

keterangan:

n = jumlah sampel Zα

Z

5% = 1,96 β

P1 (proporsi S-ECC, prevalensi S-ECC di kota Medan) = 16% (0,16) 10% = 1,282

P1 – P2 = 30% (0,3)

P2 (proporsi yang diharapkan peneliti) = 14% (0,14) P =

2 P1 + P2 Q = 1 – P

Minimal jumlah sampel untuk tiap kelompok yang diperoleh berdasarkan rumus adalah sebanyak 30 orang. Penambahan 20% dari besar sampel dilakukan untuk mengantisipasi apabila terjadinya drop out sehingga jumlah sampel untuk masing-masing kelompok S-ECC dan kelompok non S-ECC adalah 36 orang. Teknik pengambilan sampel dengan random purposive sampling yaitu dengan dasar pertimbangan tertentu dan dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat yang telah diketahui sebelumnya.


(35)

Kriteria inklusi sampel: • Anak berusia 37-71 bulan • Dalam periode gigi desidui • Keadaan umum anak baik • Mendapat persetujuan orangtua Kriteria eksklusi sampel:

• Anak menolak untuk diperiksa

3.4 Variabel Penelitian

Variabel Terikat : S-ECC dan non S-ECC

Variabel Bebas : karakteristik saliva yaitu pH, laju aliran, volume, dan kapasitas buffer.

3.5 Definisi Operasional

Table 1. Definisi operasional

No. Variabel Definisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

1. pH saliva Angka derajat keasaman saliva yang ditentukan dengan

menggunakan indikator pH saliva.

1. 6,8-7,8 = saliva sehat

2. 5,9-6,6 = asam 3. 5,0-5,8 = sangat asam

(Indikator GC Check Buffer Saliva)

Ordinal

2. Laju aliran saliva

Kecepatan aliran saliva yang dinyatakan dalam ml/menit.

1. ≥ 1 ml/menit = normal

2. 0,7-1 ml/menit = rendah


(36)

3. ≤ 0,7 ml/menit = sangat rendah

(Indikator GC Check Buffer Saliva) 3. Volume saliva Banyaknya saliva

yang dikumpulkan selama 5 menit yang dinyatakan dalam ml.

1. > 0,5 ml = normal 2. 3,5–5,0 ml = rendah 3. < 3,5 ml = sangat rendah

(Indikator GC Check Buffer Saliva)

Ordinal

4. Kapasitas buffer saliva

Pengukuran kapasitas buffer saliva dilakukan dengan

menggunakan Saliva Check Buffer. Skor warna:

Hijau = 4 poin Biru kehijauan = 3 poin

Biru = 2 poin Merah kebiruan = 1 poin

Merah = 0 poin Hasil pengukuran adalah penjumlahan dari 3 pad pada strip buffer.

1. 10-12 = normal 2. 6-9 = rendah 3. 0-5 = sangat rendah (Indikator GC Check Buffer Saliva)

Ordinal


(37)

Childhood Caries (S-ECC)

usia 37-71 bulan yang memiliki kriteria:

d (decayed)= gigi yang mengalami karies pada

permukaan halus dan indikasi tambalan m (missing) = gigi yang hilang karena karies

f (filling) = gigi yang sudah ditumpat karena karies smooth surface = permukaan halus gigi desidui

smooth surface≥ 5 untuk usia 4 tahun 2. Skor dmf pada smooth surface≥ 6 untuk usia 5 tahun

6. Non S-ECC Anak yang memiliki karies tapi bukan termasuk kriteria S-ECC dan bebas karies

Numerik

7. Usia 37-71 bulan

Usia penanggalan kelahiran yang berusia di antara 37-71 bulan dihitung sampai pengambilan data


(38)

3.6 Alat dan Bahan

Tabel 2. Alat dan bahan peneltian

Alat Penelitian Bahan Penelitian

1. GC Saliva Check Buffer 2. Kaca mulut

3. Sonde 4. Pinset 5. Masker

6. Sarung Tangan

1. Dettol

2. Kapas dan tisu

3.7 Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah:

1. Subjek penelitian adalah anak-anak playgroup dan TK berusia 37-71 bulan di Kecamatan Medan Baru. Pemeriksaan saliva dilakukan dengan GC Saliva Check Buffer. Setelah mendapat surat persetujuan dari Komisi Etik, dilakukan pengurusan administrasi dengan pihak sekolah.

2. Sebelum dilakukan pemeriksaan saliva, terlebih dahulu dilakukan penghitungan pengalaman karies subjek penelitian. Subjek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok S-ECC dan kelompok non S-ECC.

3. Subjek diinstruksikan untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman, juga tidak menyikat gigi minimal selama satu jam sebelum diteliti.

4. Tes pH dilakukan dalam keadaan unstimulated saliva yang dianggap sebagai indikator umum tingkat keasaman rongga mulut. Subjek diminta mengeluarkan saliva secukupnya dan ditampung ke dalam saliva collection cup. Strip pH dicelupkan ke dalam saliva selama 10 detik, kemudian segera diangkat. Bandingkan strip pH saliva subjek penelitian dengan kertas indikator pH pada GC Saliva Check Buffer. Penghitungan skor pH harus segera dilakukan sebelum strip pH mengering agar tidak mempengaruhi interpretasi visual warna kertas.


(39)

5. Selanjutnya subjek diinstruksikan untuk mengunyah paraffin wax selama 30 detik, kemudian subjek diminta untuk meludahkan saliva yang terkumpul di dalam mulut ke dalam sebuah wadah yang telah disediakan. Lanjutkan pengunyahan paraffin wax lagi dan subjek diminta untuk tidak menelan salivanya. Selama 5 menit, subjek diminta meludahkan saliva yang keluar setelah stimulasi pengunyahan paraffin wax secara berkala ke saliva collection cup. Saliva yang diperoleh diukur volumenya dan dicatat.

6. Untuk pengukuran laju aliran saliva, total volume yang terkumpul dibagi 5 menit. Hasil laju aliran saliva yang diperoleh dinyatakan dalam ml/menit.

7. Untuk pengukuran kapasitas buffer saliva, 3 ml saliva diambil dengan pipet kemudian diteteskan pada stripbuffer, masing-masing 1 ml untuk tiap pad pada strip buffer. Apabila terdapat kelebihan saliva, strip buffer dimiringkan sebesar 90o. Setelah 5 menit, perubahan warna pada strip buffer dibandingkan dengan kertas indikator kapasitas buffer pada GC Saliva Check Buffer yang telah disediakan dan skor dari tiap pad pada strip buffer dijumlahkan untuk mendapatkan kategorinya.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat apakah ada hubungan karakteristik saliva, yaitu: laju aliran, volume, pH, dan kapasitas buffer saliva anak S-ECC dengan non S-ECC. Nilai kemaknaan p<0,05 dan derajat kepercayaan 95%. Program statistik SPSS digunakan untuk mengolah dan menganalisis data.


(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 72 orang anak usia 37-71 bulan. Sampel diperoleh dari Kecamatan Medan Baru yaitu TK Darma Wanita Persatuan USU dan TK Efrata.

4.1 Karakteristik Responden Anak

Karakteristik responden anak berdasarkan usia dan jenis kelamin, yaitu persentase anak berusia 37-47 bulan sebanyak 7%, anak berusia 48-59 bulan sebanyak 30,5%, dan anak berusia 60-71 bulan sebanyak 62,5%. Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki 45,8% dan anak perempuan 54,2%. Jumlah anak yang diperiksa sebanyak 72 orang dengan perbandingan yang menderita S-ECC sebanyak 50% dan non S-ECC sebanyak 50% (Tabel 3).

Table 3. Karakteristik responden anak

Karakteristik Jumlah (n) %

Usia 37-47 bulan 48-59 bulan 60-71 bulan 5 22 45 7 30,5 62,5 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 33 39 45,8 54,2 Status karies S-ECC Non S-ECC 36 36 50 50


(41)

4.2 Analisis Statistik Hubungan pH Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC

Berdasarkan pemeriksaan pH saliva pada anak S-ECC, didapatkan hasil yang memiliki pH saliva sangat asam 86,1%, pH saliva asam 8,3%, dan pH saliva sehat 5,6%, sedangkan pada anak non S-ECC yang memiliki pH saliva sangat asam 0%, pH saliva asam 5,6%, dan pH saliva sehat 94,4%. Secara statistik ada hubungan bermakna pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p<0,05) (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis statistik hubungan pH saliva dengan anak ECC dan non S-ECC

Status karies

pH saliva

Total Hasil analisis Sangat asam n (%) Asam n (%) Saliva sehat n (%)

S-ECC 31 (86,1) 3 (8,3) 2 (5,6) 36 (100)

p=0,001 Non S-ECC 0 (0) 2 (5,6) 34 (94,4) 36 (100)

4.3 Analisis Statistik Hubungan Volume Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC

Berdasarkan pemeriksaan volume saliva pada anak S-ECC, didapatkan hasil yang memiliki volume saliva sangat rendah 86,1%, volume saliva rendah 11,1%, dan volume saliva normal 2,8%, sedangkan pada anak non S-ECC yang memiliki volume saliva sangat rendah 8,3%, voume saliva rendah 8,3%, dan volume saliva normal 83,4%. Secara statistik ada hubungan bermakna volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p<0,05) (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil analisis statistik hubungan volume saliva dengan anak S-ECC dan non S-ECC

Status karies

Volume saliva

Total Hasil analisis Sangat rendah n (%) Rendah n (%) Normal n (%)


(42)

S-ECC 31 (86,1) 4 (11,1) 1 (2,8) 36 (100)

p=0,001 Non S-ECC 3 (8,3) 3 (8,3) 30 (83,4) 36 (100)

4.4 Analisis Statistik Hubungan Laju Aliran Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC

Berdasarkan pemeriksaan laju aliran saliva pada anak S-ECC, didapatkan hasil yang memiliki laju aliran saliva sangat rendah 86,1%, laju aliran saliva rendah 11,1%, dan laju aliran saliva normal 2,8%, sedangkan pada anak non S-ECC yang memiliki laju aliran saliva sangat rendah 8,3%, laju aliran saliva rendah 8,3%, dan laju aliran saliva normal 83,4%. Secara statistik ada hubungan bermakna laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p<0,05) (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil analisis statistik hubungan laju aliran saliva dengan anak S-ECC dan non S-ECC

Status karies

Laju aliran saliva

Total Hasil analisis Sangat rendah

n (%)

Rendah n (%)

Normal n (%)

S-ECC 31 (86,1) 4 (11,1) 1 (2,8) 36 (100)

p=0,001 Non S-ECC 3 (8,3) 3 (8,3) 30 (83,4) 36 (100)

4.5 Analisis Statistik Hubungan Kapasitas Buffer Saliva dengan Anak S-ECC dan Non S-ECC

Berdasarkan pemeriksaan kapasitas buffer saliva pada anak S-ECC, didapatkan hasil yang memiliki kapasitas buffer saliva sangat rendah 88,9%, kapasitas buffer saliva rendah 8,3%, dan kapasitas buffer saliva normal 2,8%, sedangkan pada anak non S-ECC yang memiliki kapasitas buffer saliva sangat rendah 0%, kapasitas buffer saliva rendah 16,7%, dan kapasitas buffer saliva normal 83,3%. Secara statistik ada hubungan bermakna kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan S-ECC dan non S-ECC (p<0,05) (Tabel 7).


(43)

Tabel 7. Hasil analisis statistik hubungan kapasitas buffer saliva dengan anak S-ECC dan non S-ECC

Status karies

Kapasitas buffer saliva

Total Hasil analisis Sangat rendah n (%) Rendah n (%) Normal n (%)

S-ECC 32 (88,9) 3 (8,3) 1 (2,8) 36 (100)

p=0,001 Non S-ECC 0 (0) 6 (16,7) 30 (83,3) 36 (100)

4.6 Analisis Statistik Distribusi S-ECC dan Non S-ECC Berdasarkan Usia Anak

Berdasarkanpenelitian, didapatkan hasil anak yang mengalami S-ECC berusia 37-47 bulan sebanyak 5,6%, 48-59 bulan 36,1%, dan 60-71 bulan 58,3%. Anak non S-ECC yang berusia 3 tahun sebanyak 8,3%, 4 tahun 25%, dan 5 tahun 66,7%. Secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan ECC maupun non S-ECC (p=0,465) (Tabel 8).

Tabel 8. Distribusi S-ECC dan non S-ECC berdasarkan usia anak Status karies

Usia

Total Hasil analisis 37-47 bulan n (%) 48-59 bulan n (%) 60-71 bulan n (%)

S-ECC 2 (5,6) 13 (36,1) 21 (58,3) 36 (100)

p=0,465 Non S-ECC 3 (8,3) 9 (25) 24 (66,7) 36 (100)

4.7 Analisis Statistik Distribusi S-ECC dan Non S-ECC Berdasarkan Jenis Kelamin Anak

Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil anak yang mengalami S-ECC berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36,1% dan perempuan 63,9%. Anak non S-ECC yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55,6% dan perempuan 44,4%. Secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan S-ECC maupun non S-ECC (p=0,098) (Tabel 9).


(44)

Tabel 9. Distribusi S-ECC dan non S-ECC berdasarkan jenis kelamin anak Status karies

Jenis kelamin

Total Hasil analisis Laki-laki

n (%)

Perempuan n (%)

S-ECC 13 (36,1) 23 (63,9) 36 (100)

p=0,098 Non S-ECC 20 (55,6) 16 (44,4) 36 (100)


(45)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada umumnya anak mempunyai risiko terkena karies. Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan penghambat terjadinya karies. Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko karies tinggi, sedang, dan rendah. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinis, karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum. Kondisi klinis yang merupakan indikator risiko karies salah satunya adalah keadaan saliva dari individu.27 Saliva merupakan cairan mukosa mulut yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Sejak erupsi, gigi langsung berhubungan dengan saliva, dalam beberapa menit akan melekat protein saliva yang dikenal dengan glikoprotein atau acquired pellicle pada email gigi, dengan demikian saliva merupakan faktor yang juga sangat berpengaruh dalam proses pencegahan karies gigi.28 Karakteristik saliva yang digunakan untuk melihat faktor risiko karies seseorang antara lain sekresi saliva (volume dan laju aliran saliva) dan buffer saliva yang berpengaruh pada pH saliva.

Pada penelitian ini, variabel pH saliva terbagi dalam tiga kategori, yaitu saliva sehat, asam, dan sangat asam. Anak yang menderita S-ECC paling banyak memiliki pH saliva sangat asam sebesar 86,1% dibandingkan dengan anak yang memiliki pH saliva asam 8,3% dan pH saliva sehat 5,6% (Tabel 4). Penelitian ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara pH saliva dengan S-ECC (p=0,001). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pH kritis untuk larutnya enamel sekitar 5,5.

18

7

Teori juga mengatakan rendahnya pH saliva tanpa distimulasi meningkatkan terjadinya karies gigi.29 Penurunan pH yang dihasilkan dari bakteri akan meningkatkan risiko demineralisasi. Ketika pH turun atau suasana rongga mulut menjadi asam, bakteri kariogenik akan tumbuh dengan subur. Jika demineralisasi berkembang, begitu juga yang akan terjadi pada lesi kariesnya. Ketika terjadi penurunan pH, dibutuhkan waktu 30-60 menit untuk mengembalikan pH ke keadaan normal (pH 6,3-7,0).30


(46)

Anak non S-ECC paling banyak memiliki pH saliva sehat sebesar 94,4% dibandingkan dengan yang memiliki pH saliva asam 5,6% dan tidak ada yang memiliki pH saliva sangat asam (Tabel 4). Penelitian ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara pH saliva dengan non S-ECC (p=0,001). Hasil ini sesuai dengan penelitian Ali di Iran pada anak dengan ECC dan non ECC usia 36-70 bulan bahwa rata-rata pH saliva tanpa distimulasi secara signifikan lebih tinggi pada kelompok anak non ECC (p=0,002). Semakin tinggi rata-rata pH pada kelompok bebas karies tentunya semakin jauh dari pH kritis untuk terjadinya demineralisasi, mungkin ini yang menyebabkan inisiasi karies menjadi lebih sulit daripada kelompok ECC.29

Variabel volume saliva terbagi dalam tiga kategori, yaitu normal, rendah, dan sangat rendah. Anak yang menderita S-ECC paling banyak memiliki volume saliva sangat rendah sebesar 86,1% dibandingkan dengan anak yang memiliki volume saliva rendah 11,1% dan volume saliva normal 2,8%, sedangkan untuk anak non S-ECC paling banyak memiliki volume saliva normal yaitu sebesar 83,4% dibandingkan yang memiliki volume saliva rendah 8,3% dan volume saliva sangat rendah 8,3%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan bermakna volume saliva pada anak dengan S-ECC dan non S-ECC (p=0,001) (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa volume saliva ditentukan oleh laju aliran saliva, semakin cepat laju aliran saliva, maka semakin banyak volume saliva sebagai cleansing untuk membuang debris dan gula dari rongga mulut sehingga dapat mengurangi keberadaan bakteri asidogenik yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel.

23

Variabel laju aliran saliva terbagi dalam tiga kategori, yaitu normal, rendah, dan sangat rendah. Anak yang menderita S-ECC paling banyak memiliki laju aliran saliva sangat rendah yaitu sebesar 86,1% dibandingkan dengan anak yang memiliki laju aliran saliva rendah 11,1% dan laju aliran saliva normal 2,8% (Tabel 6). Penelitian ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara laju aliran saliva dengan S-ECC (p=0,001). Hal ini sesuai dengan teori bahwa seseorang yang defisiensi saliva memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya karies. Laju aliran saliva erat hubungannya dengan viskostas saliva. Viskositas saliva yang lebih tinggi akan


(47)

menurunkan laju aliran saliva, sehingga didapatkan penumpukan sisa-sisa makanan yang akhirnya dapat menyebabkan karies.7

Anak non S-ECC pada penelitian ini paling banyak memiliki laju aliran saliva normal sebesar 83,4% dibandingkan dengan laju aliran saliva rendah 8,3% dan laju aliran saliva sangat rendah 8,3%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara laju aliran saliva dengan non S-ECC (p=0,001) (Tabel 6). Hasil ini sesuai dengan penelitian Gophinat yang menyimpulkan bahwa peningkatan laju aliran saliva dapat meningkatkan sistem pertahanan rongga mulut dari karies yang parah.

31 Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan laju aliran saliva merupakan karakteristik saliva yang penting dalam mempengaruhi proses karies gigi.29 Jika lingkungan rongga mulut tidak menguntungkan (terlalu banyak dan terlalu sering asam dihasilkan), laju aliran saliva yang adekuat dapat membantu menurunkan dan menyangga asam, serta memperlambat kerusakan gigi atau bahkan memperbaiki kerusakan yang ada (remineralisasi). Laju aliran normal saliva membantu melarutkan debris makanan tempat dimana mikroorganisme tumbuh dengan subur.7 Namun hasil analisis statistik penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Abdullah S. Almushayt dkk pada laju aliran saliva anak pra-sekolah dengan S-ECC yang menunjukkan hubungan tidak signifikan (p=0,067).14

Variabel kapasitas buffer saliva terbagi dalam tiga kategori, yaitu kapasitas buffer saliva normal, kapasitas buffer saliva rendah, dan kapasitas buffer saliva sangat rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan anak yang menderita S-ECC paling banyak memiliki saliva dengan kapasitas buffer saliva sangat rendah sebesar 88,9% dibandingkan dengan anak yang memiliki kapasitas buffer saliva rendah 8,3% dan kapasitas buffer saliva normal 2,8% (Tabel 7). Ada hubungan bermakna antara kapasitas buffer saliva dengan S-ECC (p=0,001). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febrina bahwa kapasitas buffer pada anak ECC yang terbanyak adalah pada kategori sangat rendah sebesar 62,43%, kategori rendah 32,98%, dan kategori normal 4,58%. Kapasitas buffer, laju aliran, dan kapasitas remineralisasi saliva diakui sebagai faktor yang mempengaruhi dan mengatur perkembangan karies.

Hal ini kemungkinan dikarenakan perbedaan pada jumlah responden dalam penelitian.


(48)

Jika lingkungan rongga mulut seimbang dan menguntungkan, saliva dapat membantu memperkuat gigi dengan menyediakan komponen untuk membangun struktur apatit yang kuat.7

Anak non S-ECC pada penelitian ini paling banyak memiliki saliva dengan kapasitas buffer saliva normal sebesar 83,3% dibandingkan dengan kapasitas buffer saliva rendah 16,7%, dan tidak ada yang memiliki kapasitas buffer saliva sangat rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara kapasitas buffer saliva dengan non S-ECC (p=0,001) (Tabel 7). Hasil ini sesuai dengan penelitian Ayyiliath dkk di India pada anak usia 2-5 tahun bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada kapasitas buffer saliva antara anak yang S-ECC dan non S-ECC (p=0,035). Anak non S-ECC memiliki rata-rata kapasitas buffer 10,86 ± 1,45 yang termasuk kategori normal.

32

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ali dan Gholamreza di Iran menunjukkan kapasitas buffer saliva pada kelompok non ECC secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok ECC (p=0,002).29 Terlihat anak yang memiliki kapasitas buffer normal memiliki kemampuan mengembalikan keseimbangan pH yang lebih baik sehingga proses demineralisasi terhambat dan karies yang terjadi lebih rendah. Faktor lain yang mempengaruhi kapasitas buffer adalah kandungan saliva yang terdiri dari bikarbonat, fosfat, dan kalsium yang mampu menyangga asam, berdifusi ke dalam plak, menetralisir asam dan memperbaiki enamel yang rusak.29,32 Hasil analisis statistik penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Abdullah S. Almushayt dkk pada kapasitas buffer saliva anak pra-sekolah dengan S-ECC dan non S-ECC yang menunjukkan hubungan tidak signifikan (p=0,750). Hal ini dikarenakan S-ECC merupakan penyakit multifaktorial, selain kapasitas buffer masih ada faktor risiko lain sebagai penyebab S-ECC. Dalam penelitiannya, Abdullah menemukan bahwa jumlah S. mutans dan laktobasilus lebih berperan sebagai faktor risiko karies.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara usia dengan prevalensi S-ECC dan non S-ECC (p=0,465) (Tabel 8), sesuai dengan penelitian Feldens dkk di Brazil yang menunjukkan tidak ada hubungan antara usia dengan prevalensi S-ECC (p=0,594)

14

8


(49)

menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia. Semakin meningkatnya usia seseorang maka semakin lama gigi tepapar oleh faktor risiko karies yang menyebabkan risiko terjadinya karies semakin besar.18

Penelitian tentang hubungan jenis kelamin dengan prevalensi S-ECC dan non S-ECC menunjukkan hasil tidak ada hubungan (p=0,098) (Tabel 9). Hasil ini sesuai dengan penelitian Feldens dkk di Brazil yang menunjukkan tidak ada hubungan antara usia dengan prevalensi S-ECC (p=0,868).

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori kemungkinan dikarenakan jumlah responden berdasarkan usia tidak terdistribus dengan normal.

8

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa selama kanak-kanak jenis kelamin perempuan menunjukkan nilai dmf yang lebih tinggi daripada laki-laki.18

Kerusakan pada gigi permanen seorang anak dapat diramalkan dari kerusakan yang terjadi pada gigi sulungnya.

Hal ini dikarenakan terjadinya S-ECC juga dipengaruhi oleh pola diet dan perilaku dalam menjaga kebersihan rongga mulut anak itu sendiri.

10

Anak yang mempunyai karies pada gigi sulung mempunyai kecenderungan tiga kali lebih besar untuk terjadinya karies pada gigi permanen, oleh karena itu perhatian dan pengetahuan orang tua dalam hal kebersihan dan kesehatan gigi sangat diperlukan sehingga dapat membersihkan dan membiasakan anak menjaga kesehatan mulut dan giginya.13,27


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan kerusakan gigi multifaktorial bersifat progresif, dijumpai pada anak usia di bawah 3 tahun yang memiliki karies pada permukaan halus gigi (smooth surface) dan pada anak usia 3 sampai 5 tahun yang memiliki ≥ 1 kavitas, kehilangan karena karies atau tambalan pada permukaan halus gigi anterior desidui maksila, atau skor ≥ 4 untuk usia 3 tahun,

≥ 5 untuk usia 4 tahun, dan ≥ 6 untuk usia 5 tahun. Salah satu faktor risiko S-ECC adalah saliva dengan beberapa variabelnya pH, volume, laju aliran, dan kapasitas buffer. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan bermakna pH saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

2. Ada hubungan bermakna volume saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

3. Ada hubungan bermakna laju aliran saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

4. Ada hubungan bermakna kapasitas buffer saliva pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

5. Tidak ada hubungan bermakna usia pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

6. Tidak ada hubungan bermakna jenis kelamin pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.


(51)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko lain, terutama faktor risiko yang lebih berperan terhadap terjadinya karies.

2. Perlu dilakukan program penyuluhan khususnya kepada anak TK dan playgroup tentang kebersihan rongga mulut dan cara membersihkan gigi yang benar untuk lebih memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut sejak dini.

3. Perlu dilakukan program pencegahan melalui pengukuran risiko karies yang bisa membantu dalam mencegah lesi karies yang aktif.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Natamiharja L, Margaret. Peran orangtua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak dan status kesehatan gigi dan mulut anak kelas II SD Medan. Dentika Dent J 2011; 16: 163-7.

2. Chismirina S, Andriyani P, Fitri N. Efek ekstrak buah jamblang terhadap pertumbuhan streptococcus mutans sebagai penyebab utama karies. Dentika Dent J 2011; 16: 144-8.

3. Inunu I, Sarasati. Gambaran status karies gigi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan manis kajian pada murid-murid SDN Kalibata 11 Pagi Jakarta Selatan. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2005. Juli: 135-143.

4. Octiara E, Tamba E. Hubungan ekonomi keluarga dan pendidikan ibu dengan early childhood caries anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Denai. Dentika Dent J 2012; 17: 78-80.

5. Marlina O, Darwita R, Setiawati F. Hubungan gizi seimbang dengan early childhood caries pada peserta PAUD-penelitian awal. In: KPPIKG2009, ed. Proceedings of the 15th

6. Prakash P, Subramaniam P, Durgesh B, Konde S. Prevalence of early childhood caries and associated risk factors in preschool children of urban Bangalore India. Eur J Dent 2012; 6: 141-152.

Scientific Meeting & Refresher Course in Dentistry Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Jakarta, 2009: 381-6.

7. McDonald, Avery, Dean. Dentistry for the child and adolescent. 9th

8. Feldens CA, Giugliani ERJ, Vigo A, Vitolo MR. Early feeding practice and severe early childhood caries in four-year-old children from Southern Brazil a birth cohort study. Caries Res 2010; 44: 445-452.

ed., Missouri: Mosby Elsevier, 2011:183.

9. Mazhari F, Talebi M, Zoghi M. Prevalence of early childhood caries and its risk factors in 6-60 months old children in Quchan. Dent Res J 2007; 4(2): 96-101.


(53)

10.Virdi M, Bajaj N, Kumar A. Prevalence of severe early childhood caries in pre-school children in Bahadurgarh Haryana India. The internet J of Epid 2010; 8(2):1-4.

11.Slabsinskiene E, dkk. Severe early childhood caries and behavioral risk factors among 3-year-old children in Lithuania. Medicina (Kaunas) 2010; 46(2): 135-6. 12.Munteanu A, dkk. Caries experience in children with severe early childhood

caries. Romanian Journal of Oral Rehabilitation 2011; 3(4): 72-6.

13.Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan early childhood caries. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2011; 10: 179-183.

14.Almushayt A, Sharaf A, Meligy O, Tallab H. Salivary characteristics in a sample of preschool children with severe early childhood caries. JKAU 2010; 17: 41-58. 15.Sugito F, dkk. Breastfeeding and early childhood caries severity of children under

three years old in DKI Jakarta. Makara Kesehatan 2008; 12(2): 86-91.

16.Berg J, Slayton R. Early childhood oral health. Iowa: Wiley-Blackwell, 2010:19. 17.Pinkham JR, Casamassimo PS, McTigue DJ, Fields HW, Nowak AJ. Pediatric

dentistry infancy through adolescence. 4th

18.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 5-10.

ed., Missouri: Elsevier saunders, 2005: 204.

19.Kidd E, Joyston S. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Jakarta: EGC, 1991: 2.

20.Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Jakarta: EGC, 1995: 272. 21.Wong D. Salivary diagnostics. Iowa: Wiley Blackwell, 2008: 60.

22.Navazesh M, Kumar S. Measuring salivary flow challenges and opportunities. JADA 2008; 139: 35s-40s.

23.Patricia, dkk. Saliva composition and functions a comprehensive review. The Journal of Contemporary Dental Practice 2008; 9(3): 1-11.

24.Davis WL. Oral histology cell structure and function. Philadelphia: WB Saunders Co., 1986.


(54)

25.Rantonen P. Salivary flow and composition in healthy and diseased adults. Thesis. Finland: Helsinki University Central Hospital, 2003: 16-20.

26.Rensburg B. Oral biology. Kimberly: Quintessence Publishing Co., 1995: 469. 27.Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J 2005;

38(3): 130-4.

28.Dewo AT, Sutadi H, Suharsini M. Koloni Streptococcus mutans dalam saliva anak yang menggunakan pasta gigi daun sirih dan pasta gigi siwak. PDGI J 2007; 24: 179-84.

29.Bagherian A, Asadikaram G. Comparison of some salivary characteristics between children with and without early childhood caries. Indian J Dent Res 2012; 23: 628-32.

30.Hurlbutt M, Novy B, Young D. Dental caries: A pH-mediated disease. CDHA J 2010; 25(1): 9-14.

31.Gophinat V, Arzreanne A. Saliva as a diagnostic tool for assessment of dental caries. Archives of Oral Sciences 2006; 1: 57-9.

32.Ayilliath A, Satyaprasad S, Kottigade S, et al. Relationship of severe early childhood caries to maternal microbial flora and salivary buffering capacity. Health Sciences. Sullia, 2006: 1-11.


(55)

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth Bapak/Ibu………. Di tempat

Perkenalkan saya Emalia Rosalina, mahasiswi yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul: “Hubungan Karakteristik Saliva pada Anak Usia 37-71 Bulan dengan S-ECC dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik saliva (saliva) pada anak usia 37-71 bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan non S-ECC di Kecamatan Medan Baru.

Perlu Bapak/Ibu ketahui bahwa Severe Early Childhood Caries (S-ECC) merupakan gambaran kondisi karies atau gigi berlubang pada permukaan halus gigi anak usia kurang dari 71 bulan. Kondisi di atas terkait dengan karakteristik saliva (air liur) yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya S-ECC.

Dalam penelitian ini terhadap anak Bapak/Ibu akan dilakukan pemeriksaan gigi untuk melihat ada atau tidaknya gigi berlubang, selanjutnya akan dilakukan pengambilan saliva (air liur) sebelum dan sesudah mengunyah permen karet.

Keuntungan menjadi subjek dalam penelitian ini adalah: • Memperoleh informasi mengenai kondisi rongga mulut anak.

• Mengetahui risiko Severe Early Childhood Caries (S-ECC) yang disebabkan oleh karakteristik saliva (air liur) sehingga diharapkan orang tua dapat menjaga kebersihan rongga mulut anak dengan baik.


(56)

Kerugian menjadi subjek penelitian ini adalah anak diminta untuk mengunyah permen karet dalam waktu cukup lama (± 5 menit) dan ada kemungkinan permen karet tertelan. Jika permen karet tertelan kami akan memberikan air putih untuk diminum oleh anak Bapak/Ibu.

Jika Bapak/Ibu bersedia, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini selama penelitian berlangsung. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga keterangan yang saya berikan dapat dimengerti dan atas kesediaan anak Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, September 2013 Emalia Rosalina

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 085691012395


(57)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………... Alamat : ………... No. telepon/HP: ……...………... merupakan orang tua dari:

Nama anak : ………... Jenis kelamin : ………... Tanggal lahir : ………...

Sekolah : ………...

setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: “Hubungan Karakteristik Saliva pada Anak Usia 37-71 Bulan dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non S-ECC di Kecamatan Medan Baru”, secara sadar dan tanpa paksaan, saya beserta anak saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini yang diketahui oleh Emalia Rosalina sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, ……… Yang menyetujui,

Orang Tua Subjek Penelitian


(58)

Lampiran 6 NO.

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI DAN SALIVA ANAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SALIVA PADA ANAK USIA 37-71 BULAN

DENGAN SEVERE EARLYCHILDHOOD CARIES (S-ECC)

DAN NON S-ECC DI KECAMATAN MEDAN BARU

Tanggal Pemeriksaan : Nama anak :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan (A) A.

Tanggal Lahir :

Usia : (B) B.

Nama orang tua : Alamat Rumah : No. Telpon/Hp :

PEMERIKSAAN GIGI

55

54

53

52

51

61

62

63

64

65

85

84

83

82

81


(59)

Kriteria S-ECC :

skor dmf ≥ 5 pada anak usia 4 tahun skor dmf ≥ 6 pada anak usia 5 tahun

Penilaian :

Ada S-ECC 1. Ya (G) G.

2. Tidak

PEMERIKSAAN SALIVA

1. pH saliva = (H) H.

2. Volume saliva = (I) I.

3. Laju aliran saliva = (J) J.

4. Kapasitas buffer saliva = (K) K. Jumlah

D (C)

m (D)

f (E)

∑ dmf (F)

C. D. E. F. Keterangan :

d = Jika gigi yang mengalami karies pada permukaan halus dan indikasi tambalan

m = Jika kehilangan gigi karena karies

f = Jika permukaan halus gigi sudah ditumpat karena karies


(60)

Kriteria saliva berdasarkan GC Saliva Check Buffer

pH Volume Laju aliran Kapasitas Buffer

1. 6,8-7,8 = saliva sehat

2. 5,9-6,6 = asam 3. 5,0-5,8 = sangat asam

1. > 5,0 ml = normal 2. 3,5–5,0 ml = rendah

3. < 3,5 ml = sangat rendah

1. ≥ 1 ml/menit = normal

2. 0,7-1 ml/menit = rendah

3. ≤ 0,7 ml/menit = sangat rendah

1. 10-12 = normal 2. 6-9 = rendah 3. 0-5 = sangat rendah


(61)

(62)

no nama A B C D E F G pH H volume I

laju

aliran J buffer K dmft

1 Egya Peulisa 2 48 4 2 0 6 1 5,8 3 3 3 0,6 3 4 3 4

2 Claudya 2 51 13 12 0 25 1 5,4 3 3 3 0,6 3 4 3 19

3 Chelse Br. Prangin angin 2 41 8 0 0 8 1 5,8 3 6 1 1,2 1 4 3 8

4 Syaisha Latifah 2 60 4 4 0 8 1 6,8 1 4 2 0,8 2 12 1 6

5 Aqilah Fawwazah Hasna 2 59 9 1 0 10 1 5,4 3 2 3 0,4 3 2 3 7 6 Aysha Dira Shakilla 2 58 4 5 0 9 1 6,4 2 2,5 3 0,5 3 2 3 7

7 Inka Humairah 2 60 8 0 1 9 1 5,2 3 3,3 3 0,66 3 4 3 6

8 M. Fhyraz Luthfy A 1 59 8 0 0 8 1 5,2 3 1 3 0,2 3 4 3 4

9 Kayla Kanaya 2 58 3 5 0 8 1 5,2 3 5 2 1 2 8 2 8

10 Aqila Talita Sakhi 2 63 3 4 0 7 1 5,8 3 2 3 0,4 3 4 3 7 11 Rayhan Pranata 1 65 0 13 0 13 1 5,2 3 3 3 0,6 3 4 3 13 12 Keynina Naifa Calista 2 60 6 0 0 6 1 5,4 3 5 2 1 2 2 3 3

13 Benaya Ekadenta 1 62 9 0 0 9 1 5 3 1 3 0,2 3 4 3 5

14 Shera Lyn Kiara 2 55 4 6 0 10 1 6 2 2 3 0,4 3 7 2 8

15 Ferdy Benaya 1 59 10 2 0 12 1 5,8 3 3 3 0,6 3 4 3 8

16 Cinere Friska 2 62 6 0 0 6 1 5,8 3 1 3 0,2 3 4 3 4

17

Angelica Patricia Br.

Ginting 2 64 8 0 0 8 1 7,6 1 3,4 3 0,68 3 6 2

7

18 Luriata Berina 2 69 11 3 0 14 1 5,8 3 3 3 0,6 3 4 3 9

19 Ernesto Gamaliel 1 63 19 2 0 21 1 5,8 3 1 3 0,2 3 2 3 13 20 Windiasari Br. Pasaribu 2 62 6 0 0 6 1 5,8 3 1 3 0,2 3 4 3 6 21 Excel Putra Imanuel 1 69 11 2 0 13 1 5,6 3 2 3 0,4 3 4 3 13

22 Royen Sahati 1 59 11 4 0 15 1 5,6 3 3 3 0,6 3 4 3 15

23

Febriani Agna Br.

Ginting 2 69 6 7 0 13 1 5 3 2 3 0,4 3 4 3


(63)

24 Inez Ocaline 2 54 4 2 0 6 1 5,4 3 3 3 0,6 3 2 3 5

25 Laudya Sylla 2 66 8 0 0 8 1 6,4 2 3 3 0,6 3 2 3 7

26 Sabarita Aurora 2 56 9 1 0 10 1 5,6 3 3,1 3 0,62 3 4 3 6 27 Michael Baginta 1 62 7 1 0 8 1 5,4 3 3,4 3 0,68 3 4 3 5 28 Daniel Prancisko 1 62 16 5 0 21 1 5,4 3 4,5 2 0,9 2 4 3 15

29 Kiki Amelia 2 60 7 1 0 8 1 5,8 3 3,4 3 0,68 3 4 3 6

30 Dinda Putri Dewani 2 68 7 0 0 7 1 5,6 3 3,5 3 0,7 3 4 3 5 31 Aisyah Humairoh Usman 2 52 5 0 0 5 1 5,8 3 3,3 3 0,66 3 4 3 5 32 M. Surya Govinta 1 70 7 0 0 7 1 5,8 3 3,4 3 0,68 3 4 3 5 33 Adly Galih Harajaon 1 68 7 0 0 7 1 5,8 3 3,2 3 0,64 3 2 3 7

34 Natael 1 60 6 0 0 6 1 5 3 3 3 0,6 3 4 3 6

35 Mutiara 2 52 8 0 0 8 1 5,8 3 3 3 0,6 3 4 3 5

36 Jonatan Sembiring 1 47 9 0 0 9 1 5,2 3 3,2 3 0,64 3 4 3 8

37 Yezrel Pulu 1 57 0 0 0 0 2 7,8 1 6 1 1,2 1 10 1 0

38 Fedro Alyonso 1 67 5 0 0 5 2 7 1 6 1 1,2 1 12 1 5

39 Andra Rizka Prawira 1 70 1 0 0 1 2 7,6 1 10 1 2 1 12 1 1

40 Dia Kami 2 58 4 0 0 4 2 7,4 1 10 1 2 1 12 1 2

41 Jesika Ramadhani 2 61 2 0 0 2 2 7,8 1 2 3 0,4 3 12 1 1 42 Raysa Allyvia Sembiring 2 65 0 0 0 0 2 7 1 5,5 1 1,1 1 12 1 0 43

M. Zizan Afip

Dalimunthe 1 66 0 0 0 0 2 7,6 1 6 1 1,2 1 12 1

0 44 Arya Faris Mahardika 1 57 0 0 0 0 2 7,6 1 7 1 1,4 1 12 1 0 45 Amanda Putri Natasya 2 62 0 0 0 0 2 7,6 1 5,5 1 1,1 1 12 1 0 46 Zaki Danadyaksa Siregar 1 66 2 1 0 3 2 7,6 1 5 2 1 2 12 1 3 47 Depha Andrade Siregar 1 61 0 0 0 0 2 7,6 1 5 2 1 2 8 2 0 48

Syafira Azahra Br.

Ginting 2 69 2 0 0 2 2 7,6 1 10 1 2 1 8 2


(64)

49 Anugrah Ramadhan S 1 61 4 0 0 4 2 7 1 10 1 2 1 12 1 4 50 Revand Aditya Surbakti 1 62 0 0 0 0 2 7,2 1 10 1 2 1 10 1 0 51

Raffi Arrasyid

Nainggolan 1 61 0 0 0 0 2 7,4 1 7 1 1,4 1 10 1

0

52

Andrian Tanta B.

sinulingga 1 64 0 0 0 0 2 6,6 2 15 1 3 1 12 1

0 53 Salin Yurika Purba 2 63 0 0 0 0 2 7,8 1 15 1 3 1 12 1 0 54 M. Barack Alsiraaj Hrp 1 67 2 0 0 2 2 7,4 1 8 1 1,6 1 12 1 2

55 Reva Ramadhani 2 60 1 0 0 1 2 7,4 1 7 1 1,4 1 12 1 1

56 Yunda Putri Dewani 2 68 0 0 0 0 2 7,4 1 6 1 1,2 1 12 1 0

57 Belicia Mahsa 2 62 3 1 0 4 2 6,6 2 1 3 0,2 3 12 1 4

58 M. Fikrah Falevi 1 65 2 0 0 2 2 7 1 5,5 1 1,1 1 10 1 2 59 Al Atha Azka Akbar 1 62 0 0 0 0 2 7,2 1 8 1 1,6 1 12 1 0

60 M. Khalid Alfarizi 1 67 0 0 0 0 2 7 1 10 1 2 1 10 1 0

61 Claudya Sembiring 2 55 4 0 0 4 2 7,8 1 7 1 1,4 1 12 1 2 62 Valen Charistyna 2 55 0 0 0 0 2 7,4 1 6 1 1,2 1 10 1 0

63 Lidia Lorensia 2 50 0 0 0 0 2 7,2 1 6 1 1,2 1 8 2 0

64 Christian Persada 1 62 0 0 0 0 2 6,8 1 5,5 1 1,1 1 10 1 0

65 Glory Agita 2 37 2 0 0 2 2 7 1 7 1 1,4 1 12 1 2

66 Eksel 1 47 0 0 0 0 2 7 1 6 1 1,2 1 10 1 0

67 Evan 1 48 0 0 0 0 2 7,6 1 5,5 1 1,1 1 6 2 0

68 Vikaya Septevani 2 49 0 0 0 0 2 7,8 1 6 1 1,2 1 10 1 0 69 Soul Romeo Dominic 1 60 0 0 0 0 2 7,6 1 6 1 1,2 1 10 1 0 70 Abelta Penalkumenta 1 58 0 0 0 0 2 7,8 1 7 1 1,4 1 6 2 0

71 Yolanda Adelia 2 38 4 0 0 4 2 7,6 1 2 3 0,4 3 10 1 2


(65)

Lampiran 8

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

usia .148 36 .045 .948 36 .089

dmf .239 36 .000 .778 36 .000

pH .267 36 .000 .838 36 .000

volume .221 36 .000 .915 36 .009

lajualiran .221 36 .000 .915 36 .009

buffer .407 36 .000 .636 36 .000

umur2 .180 36 .005 .884 36 .001

dmf2 .351 36 .000 .731 36 .000

pH2 .201 36 .001 .903 36 .004

volume2 .209 36 .000 .893 36 .002

laju_aliran2 .209 36 .000 .893 36 .002

buffer2 .306 36 .000 .743 36 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

usia .142 72 .001 .918 72 .000

dmf .159 72 .000 .864 72 .000

pH .205 72 .000 .884 72 .000

volume .153 72 .000 .893 72 .000

lajualiran .153 72 .000 .893 72 .000

buffer .256 72 .000 .827 72 .000

dmft .159 72 .000 .870 72 .000


(1)

Frequencies

SECC

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 36 50.0 50.0 50.0

2 36 50.0 50.0 100.0

Total 72 100.0 100.0

pH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 36 50.0 50.0 50.0

2 5 6.9 6.9 56.9

3 31 43.1 43.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Vol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 31 43.1 43.1 43.1

2 7 9.7 9.7 52.8

3 34 47.2 47.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Laju

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 31 43.1 43.1 43.1

2 7 9.7 9.7 52.8

3 34 47.2 47.2 100.0


(2)

Buffer

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 31 43.1 43.1 43.1

2 9 12.5 12.5 55.6

3 32 44.4 44.4 100.0


(3)

Frequencies

Statistics

Dmft

N Valid 72

Missing 0

Mean 4.32

Median 4.00

Mode 0

Std. Deviation 4.318

Minimum 0

Maximum 19

dmft

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 21 29.2 29.2 29.2

1 3 4.2 4.2 33.3

2 7 9.7 9.7 43.1

3 3 4.2 4.2 47.2

4 5 6.9 6.9 54.2

5 8 11.1 11.1 65.3

6 6 8.3 8.3 73.6

7 6 8.3 8.3 81.9

8 5 6.9 6.9 88.9

9 1 1.4 1.4 90.3

10 1 1.4 1.4 91.7

13 3 4.2 4.2 95.8

15 2 2.8 2.8 98.6

19 1 1.4 1.4 100.0


(4)

Frequencies

Statistics

dmft1 dmft2

N Valid 36 36

Missing 0 0

Mean 7.64 1.00

Median 7.00 .00

Mode 5 0

Std. Deviation 3.627 1.414

Minimum 3 0

Maximum 19 5

Frequency Table

dmft1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

3 1 2.8 2.8 2.8

4 3 8.3 8.3 11.1

5 7 19.4 19.4 30.6

6 6 16.7 16.7 47.2

7 6 16.7 16.7 63.9

8 5 13.9 13.9 77.8

9 1 2.8 2.8 80.6

10 1 2.8 2.8 83.3

13 3 8.3 8.3 91.7

15 2 5.6 5.6 97.2

19 1 2.8 2.8 100.0


(5)

dmft2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 21 58.3 58.3 58.3

1 3 8.3 8.3 66.7

2 7 19.4 19.4 86.1

3 2 5.6 5.6 91.7

4 2 5.6 5.6 97.2

5 1 2.8 2.8 100.0


(6)

CURRICULUM VITAE

(RIWAYAT HIDUP)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap

: Emalia Rosalina

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru/19 Juni 1992

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum menikah

Alamat

: Jl. Dr. Sumarsono No.4 Medan Baru

Telepon/HP

: 085691012395

E-mail

: emaliarosalina@rocketmail.com

PENDIDIKAN

1998 - 2004

: SD Negeri Ciriung IV Kabupaten Bogor

2004 - 2007

: SMP Puspanegara Kabupaten Bogor

2007 - 2010

: SMA Negeri 3 Kota Bogor

20010 - sekarang

: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Hubungan perilaku diet anak dengan Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 37-71 bulan di Kecamatan Medan barat

2 44 111

Hubungan perilaku diet anak dengan Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 37-71 bulan di Kecamatan Medan Petisah

10 111 74

Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non S-ECC di Kecamatan Medan Selayang

2 56 76

Perbedaan Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva Pada Anak Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dengan Non S-ECC Usia 36-71 Bulan di Kecamatan Medan Baru

3 57 67

Perbedaan Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva Pada Anak Severe – Early Childhood Caries (S-ECC) Dengan Non S-ECC Usia 37-71 Bulan di Kecamatan Medan Selayang

23 130 61

Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 62 109

Hubungan Early Childhood Caries dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

2 42 110

Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) Dan NON S-ECC Di Kecamatan Medan Baru

0 0 23

Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non S-ECC di Kecamatan Medan Selayang

0 0 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Saliva Pada Anak Usia 37-71 Bulan Dengan Severe Early Childhood Caries (S-ECC) dan Non S-ECC di Kecamatan Medan Selayang

0 2 6