ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN DI BUSINESS ADMINISTRATION ACADEMY TELKOM CORPORATE UNIVERSITY.

(1)

Nomor. Daftar: 038/AP/S/2015 ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN

DI BUSINESS ADMINISTRATION ACADEMY TELKOM CORPORATE

UNIVERSITY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Administrasi Pendidikan

Oleh:

YENI KURNIA 1104229

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN DI BUSINESS ADMINISTRATION ACADEMY TELKOM CORPORATE

UNIVERSITY

Oleh: Yeni Kurnia

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian dari

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yeni Kurnia 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi masing-masing

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN YENI KURNIA

1104229

ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN DI BUSINESS ADMINISTRATION ACADEMY TELKOM CORPORATE

UNIVERSITY

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Abu Bakar, M.Pd. NIP. 19660602 199802 1 001

Pembimbing II

Dr. Cepi Triatna, M.Pd. NIP. 19790723 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Aceng Muhtaram Mirfani, M.Pd. NIP. 19570616 198601 1 001


(4)

Penelitian ini berjudul “Analisis Efektivitas Model Evaluasi Program Pelatihan di Business Administration Academy Telkom Corporate University”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini mengenai ketercapaian tujuan penggunaan model evaluasi program pelatihan di Business Administration Academy Telkom Corporate University.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai sejauh mana efektivitas penerapan model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business Administratiton Academy. Latar belakang dari penelitian ini karena adanya wacana untuk mengganti model evaluasi program pelatihan yang sudah digunakan sejak pertama Telkom Corporate University ini berdiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara narasumber, observasi dan studi dokumentasi.Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan hasil penelitian bahwa model evaluasi yang dikembangkan di lingkungan Telkom Corporate University ialah model Kirkpatrick yang dilengkapi dengan model Jack Phillips. Pada implementasinya untuk level 1 mengukur reaksi dengan menggunakan format UBPP. Pada level 2 menggunakan pola pre dan posttest. Level 3 melakukan survey pada alumni peserta pelatihan dan atasan alumni di tempatnya bekerja setelah 3 bulan jarak dari selesai pelatihan. Pada level 4 dan 5 terakhir dilakukan pada tahun 2012. Dari hasil temuan dan analisis data yang dilakukan, yang mencapai nilai efektif adalah level 1 dan level 2, untuk level 3 masih perlu pengembangan dan level 4, level 5 membutuhkan komitmen akademi (BAA) untuk menerapkannya. Adapun rekomendasi yang penulis ajukan kepada lembaga khususnya BAA TCU terkait dengan metode evaluasi. Pertama, pada level 1 adanya pengarahan urgensi mengisi form UBPP. Pada level 2, membuat soal dengan model studi kasus. Level 3 menambah kolom komentar yang harus diisi oleh responden dibawah soal-soal pilihan dan disesuaikan dengan sistem sehingga jika responden tidak mengisi tidak bisa submit. Agar dapat memperoleh kepastian data maka lakukan survey tidak hanya kepada atasan melainkan pada rekan kerja atau bawahan peserta pelatihan yang terkait langsung dengan pegawai.


(5)

The research’s entitled “The Analysis of evaluation model in Business Administration Academy Telkom Corporate University’s Training Program”. The issue discussed in this research is about the achievement of implementation goal in Business Administration Academy Telkom Corporate University’s Training Program. The aim of this research is getting point of view and information about how effective the implementation of Business Administration Academy Telkom Corporate University’s Training Program. The background of the research is an issue of evaluation model’s changing which has been used for a long time even since first time the university built. This research used descriptive method and qualitative approach. The technique of data’s collection is used by interview method, observation, and documentation’s view. According to data and research’s information, it’s shown that evaluation model which Telkom Corporate University has been developed is Kirkpatrick’s model and equipped by Jack Phillips’s model. In the implementation of 1st

level, it determined reaction by using UBPP’s format. For the 2nd

level, it determined by pre and post test pattern. For the 3rd level, it was accomplished by doing survey on trainee alumni and alumni’s senior at the place they’ve been working since 3 months after the training’s finished. For the 4th

and the last level was accomplished in 2012. According to data and its analysis, the effective value which successfully reached is the 1st level and the 2nd level. The 3rd level should be increased and the 4th level and the 5th level still should be academic’s commitment (BAA) for the implementation. The author’s recommendations for the institution especially BAA TCU according to evaluation method are; First, for the 1st level is directing the urgency for filling out the UBPP’s form. For the 2nd

level, creating questions in case study’s model. For 3rd

level, adding comment column which has to be filled by respondent under chosen questions and run it by system so that respondent could not submit before filled it out. In order to obtain exact data, so do the survey not only to the top management but also on co-worker or subordinate trainee directly related to the employee.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1

B. FOKUS DAN PERUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ... 6

D. MANFAAT PENELITIAN ... 7

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. LANDASAN TEORETIS ... 9

1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 9

a. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia ... 9

b. Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 11

2. Pelatihan Sumber Daya Manusia ... 13

a. Konsep Pelatihan dan Pengembangan ... 13

b. Tujuan Pelatihan ... 17

c. Komponen dalam Pelatihan ... 19

d. Prinsip Penyelenggaraan Pelatihan ... 21

e. Evaluasi ... 24

3. Evaluasi Program Pelatihan ... 26


(7)

c. Model-Model Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan ... 31

d. Evaluasi Model Kirkpatrick dan Jack Phillips ... 32

e. Metode Evaluasi ... 39

f. Pengembangan Kriteria dalam Evaluasi Program ... 41

g. Evaluator Program ... 43

h. Langkah-Langkah Evaluasi Program ... 44

4. Efektivitas Evaluasi Program Pelatihan... 44

B. KERANGKA PEMIKIRAN ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI DAN SUMBER DATA PENELITIAN ... 48

1. Lokasi Penelitian ... 48

2. Sumber Data Penelitian ... 48

B. DESAIN PENELITIAN ... 53

C. METODE PENELITIAN ... 56

D. INSTRUMEN PENELITIAN ... 58

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 72

1. Observasi... 73

2. Wawancara ... 77

3. Dokumentasi ... 79

4. Triangulasi ... 80

F. ANALISIS DATA ... 80

G. KEABSAHAN DATA ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ... 85

1. Temuan Umum ... 85

2. Temuan Khusus ... 92

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 152

a. Model Evaluasi yang dikembangkan Telkom Corporate University152 b. Implementasi Model Evaluasi Kirkpatrick dan Jack Phillips 160


(8)

A. KESIMPULAN ... 175

B. REKOMENDASI ... 175

DAFTAR PUSTAKA ... 177


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses Evaluasi ROTI ... 33

Tabel 3.1 Rincian Sumber Data (Responden/Informan) ... 33

Tabel 3.2 Kisi-Kisi dan Komponen Penelitian ... 35

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.4 Pedoman Observasi ... 43

Tabel 3.5 Pedoman Analisis Dokumen ... 45

Tabel 4.1 Proses Evaluasi ROTI ... 45

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Proses Training Mathis and Jackson ... 29

Gambar 2.2 Tahapan Evaluasi Program Pelatihan dan Pengembangan ... 32

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian Efektivitas Model Evaluasi Program Pelatihan di Business Administration Academy Telkom Corporate University .... 37

Gambar 3.1 Model Induktif Penelitian dalam Studi Kualitatif Creswell ... 32

Gambar 3.2 Desain Penelitian ... 32

Gambar 3.3 Macam-Macam teknik Pengumpulan Data ... 32

Gambar 3.4 Macam-Macam Teknik Observasi ... 32

Gambar 3.5 Tahap Observasi ... 32

Gambar 3.6 Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif ... 32

Gambar 4.1 Telkom Corporate University Building Block ... 32

Gambar 4.2 Struktur Organisasi BAA ... 32

Gambar 4.3 Learning Value Chain ... 32

Gambar 4.4 Mekanisme Kerja LND ... 32

Gambar 4.5 Mekanisme Kerja LDD ... 32


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Administrasi Penelitian ... . 99

Lampiran II Analisis Hasil Observasi dan Studi Dokumentasi ... 100

Lampiran III Analisis Hasil Wawancara dan Uji Keabsahan Data ... 101

Lampiran IV Dokumentasi Penelitian ... 102


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan tidak hanya tentang pengaturan keuangan, pengelolaan product perusahaan berupa barang atau jasa yang menjadi bidangnya atau tentang lingkungan tempat kerja. Lebih dari itu pengelolaan pegawai dalam sebuah perusahaanpun merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Bidang yang terkait dengan pengelolaan pegawai baik pegawai baru maupun pegawai yang sedang menjalankan tugas dalam suatu perusahaan disebut dengan manajemen sumber daya manusia. “Manajemen sumber daya manusia adalah serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang memusatkan kepada praktek dan kebijakan, serta fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi”. (Yuniarsih, Suwatno, 2009, hlm. 5)

Seperti halnya product dari sebuah perusahaan yang kualitasnya harus senantiasa diperbaiki dari waktu ke waktu agar memberikan kepuasaan terhadap pelanggan atau konsumen dari sebuah perusahaan. Seperti itu pula dengan kompetensi pegawai. Setiap pegawai memiliki kompetensi masing-masing yang harus selalu dikelola dan diperbaiki untuk mengikuti perubahan dan tuntutan dari perkembangan sebuah perusahaan. Karena kecanggihan suatu mesin atau alat kerja tetap tergantung pada penggeraknya yaitu manusia

Manajemen sumber daya manusia memiliki beberapa fungsi dalam penerapannya. Seperti yang dikemukakan De Cenzo dan Robbins (dalam Yuniarsih, Suwatno, 2009, hlm. 6 ) adalah “human resources management is the part of the organization that is concerned with the “people” or human resources aspect of management position, including recruiting, screening, trainig, rewarding, and appraising”.


(12)

Berdasarkan hal tersebut sebagai salah satu langkah menuju profesionalisme personel maka perusahaan pada umumnya melakukan pelatihan yang diperuntukkan bagi setiap pegawai. Pelatihan ini diberikan pada pegawai baru maupun pegawai lama. Seperti yang dikemukakan oleh Andrew E. Sikula (dalam Sedarmayanti, 2010, hlm. 164) dikatakan “training is a short-term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which non managerial personel learn technical knowledge and skills for definite purpose”.

Artinya, pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek memanfaatkan prosedur yang sistematis dan terorganisir, dimana personil non manajerial mempelajari kemampuan dan pengetahuan teknis untuk tujuan tertentu. (Instruksi Presiden No. 15 tahun 1974) pun mengatakan bahwa:

Pelatihan adalah bagian dari pendidikan menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori

Tiga aspek dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi performance adalah knowledge, skill, dan attitude. Maka dari itu pelatihan memiliki varian dalam pelaksanaannya dapat berupa seminar untuk mengembangkan pengetahuannya, dapat berupa workshop untuk menunjang keterampilannya, namun dapat pula pelatihan yang berdampak pada pembiasaan agar merubah perilaku dari pegawai seperti yang diharapkan.

Menurut Garry Dessler (dalam Cahayani, 2005, hlm. 106) “ada lima langkah proses pengembangan tenanga kerja, yaitu: analisis kebutuhan, desain instruksional, validasi, implementasi, dan evaluasi serta tindak lanjut”.

Analisis kebutuhan dalam fungsi manajemen kaitannya dengan perencanaan seorang manajer dapat menyelenggarakan suatu program pengembangan sumber daya manusia tidak semata-mata berdasarkan keinginan pribadi, namun perlu adanya analisa mendalam tentang program pengembangan yang dibutuhkan oleh pegawai untuk menunjang kemajuan suatu perusahaan agar anggaran yang dikeluarkan nantinya memiliki dampak yang sesuai dengan kemajuan perusahaan.


(13)

Desain instruksional tahap selanjutnya adalah bentuk tindak lanjut dari analisis kebutuhan yaitu membangun sebuah program atau dalam hal ini membuat desain pelatihan yang akan dilakukan. Selanjutnya “yang dimaksud validasi di sini adalah kesesuaian antara materi diklat dan kebutuhan si peserta diklat tersebut, atau kesesuaian antara materi diklat dan tujuan diadakannya dikat tersebut” (Cahayani, 2005, hlm. 107). Setelah validasi tentunnya implementasi, yaitu penerapan pelatihan yang sudah direncana dan di desain sebelumnya.

Tahap terakhir adalah evaluasi, dalam proses manajemen evaluasi erat kaitannya dengan controlling. Tentu pengendalian dalam hal ini tidak sekedar kegiatan pelengkap berupa pengawasan. Namun ada tindak lanjut dari kegiatan pengawasan tersebut karena pengendalian disini juga dapat diartikan pengendalian mutu dari program yang telah diselenggarakan.

Edward Salis (Cahayani, 2005, hlm. 107) juga mengatakan bahwa “evaluasi yang hanya dilakukan di akhir proses adalah untuk kontrol kualitas, dan evaluasi yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses berlangsung adalah untuk jaminan kualitas.” Pendapat lain diungkapkan oleh Tyler (dalam Wirawan, 2011, hlm. 37) yang menyatakan bahwa “evaluasi pendidikan untuk melukiskan prosedurnya-perbandingan antara pernyataan keluaran yang diharapkan (disebut objektif) dengan keluaran yang merupakan hasil pengukuran.”

Dengan demikian pada dasarnya agar dapat mengetahui sukses atau tidaknya pelaksanaan suatu kegiatan dalam hal ini program pelatihan dapat terlihat setelah dilakukannya evaluasi. Seperti yang dikutip dari Gilley dan Eggland (1994, hlm. 230) yang menyatakan bahwa “ training programs should be evaluated to determine the cost/benefit ratio so that management can assess the value of a program. This is often referred to as the justification phase of program evaluation.” Artinya, program pelatihan harus dievaluasi untuk menentukan rasio biaya atau manfaat sehingga manajemen dapat menilai kebermanfaatan dari sebuah program. Hal ini sering disebut sebagai fase pembenaran evaluasi program.


(14)

Jika evaluasi menyatakan keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan sudah terpenuhi artinya program tersebut dapat dinyatakan berhasil demikian pula sebaliknya. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa dalam pelaksanaan evaluasi tidak boleh sembarangan, harus didasari dengan ilmu dan teori yang diakui dan dilakukan oleh orang-orang yang memahami tata cara evaluasi. Agar hasil yang diharapkan dapat memberikan informasi yang sebenarnya tidak sekedar pelengkap kegiatan semata. Karena efek dari hal tersebut adalah terkait dengan perbaikan yang dilakukan oleh setiap stakeholder yang terdapat di departemen penyelenggara pelatihan juga untuk manajer dari peserta pelatihan.

Fenomena terkait evaluasi dalam sebuah program pelatihan penulis dapatkan di lapangan tentang urgensi kegiatan evaluasi yang dilakukan secara komprehensif. Di suatu lembaga yang menjadi pengelola pelatihan bagi karyawan dan calon karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia khususnya pelatihan di bidang keuangan dan pengembangan performance karyawannya yaitu Business Administration Academy Telkom Corporate University. Lembaga tersebut menjadikan evaluasi sebagai hal yang tidak luput dari perhatian dan terus menerus dilakukan perbaikan dalam proses perumusan sampai dengan pelaksanaan evaluasinya. Evaluasi dalam penerapannya memang memiliki beberapa model untuk memudahkan keberlangsungannya.

Dari sekian banyak model evaluasi, Business Administration Academy (BAA) Telkom Corporate University selaku lembaga pengelola diklat tersebut memilih menerapkan model evaluasi Kirkpatrick dikombinasikan dengan model J. Phillips. Seperti yang dikatakan oleh Kirkpatrick (2008, hlm. 17) ada 3 alasan mengapa kita penting melakukan evaluasi program pelatihan yaitu “ (1) to justify the existence and budget of the training department by showing how it contributes to the organization’s objectives and goals, (2) to decide whether to continue or discontinue training programs, (3) to gain information on how to improve future training .” Artinya, (1) untuk membenarkan keberadaan dan anggaran dari departemen pelatihan dengan menunjukkan bagaimana kontribusi pelatihan tersebut untuk tujuan organisasi, (2) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan


(15)

atau menghentikan program pelatihan, (3) untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana untuk meningkatkan pelatihan di masa depan.

Model ini dipilih dengan pertimbangan bahwa yang dikelola oleh lembaga ini adalah sumber daya manusia sehingga evaluasi yang dibutuhkan adalah metode evaluasi dengan fokus lebih dalam terhadap proses dan dampak dari program pelatihan yang diselenggarakan. Secara garis besar model evaluasi Kirkpatrick memiliki empat tahap dalam penerapannya yaitu: reaction, learning, behaviour, dan results,dan yang terakhir yaitu ROTI (return of training investment).

Dari lima tahap tersebut dikatakan oleh OSM (Operation Senior Manager) pada studi pendahuluan sebelumnya bahwa penguasaan evaluator untuk tahap reaction sudah 100% dan memiliki standar angket yang digunakan untuk mengukur hal tersebut disebut UBPP (Umpan Balik Peserta Pelatihan). Untuk tahap kedua yaitu learning, manajer mengatakan bahwa penguasaan untuk penerapan tahap tersebut baru kisaran 80%, selanjutnya untuk tahap behaviour hanya sekitar 50-60% dan tahap terakhir yaitu result on investment yang disingkat (ROTI) baru sekitar 10-30% dalam penerapannya. Namun target dari manajer untuk menguasai sampai ke tahap tiga (behaviour) dirasa sudah cukup untuk saat ini. Seperti pemaparan OSM dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 7 November 2014 bahwa tim evaluator mengalami kesulitan untuk menentukan standar kuisioner yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu diklat dalam aspek perilaku. Munculnya wacana mengganti model evaluasi yang sudah digunakan di TCU ini dengan model baru menjadi solusi yang dianggap paling relevan. Namun, belum ada evaluasi sistem yang sebelumnya sudah digunakan.

Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana model Kirkpatrick yang kemudian diinovasikan dengan model Phillips sehingga menjadi lima tahapan evaluasi pelatihan dalam memberikan gambaran tentang hasil dari penyelenggaraan suatu pelatihan. Keberhasilan suatu model evaluasi program pelatihan ini dapat terlihat dari efektivitasnya jika diterapkan di Business Administration Academy, sehingga atas dasar hal tersebut penulis mengajukan


(16)

penelitian dengan judul “Analisis Efektivitas Model Evaluasi Program Pelatihan di Business Administration Academy Telkom Corporate University”.

B. FOKUS DAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

1. Fokus Masalah

Fokus masalah berguna untuk memusatkan konsentrasi dalam penelitian agar permasalahan yang akan diteliti tidak meluas. Berdasarkan latar belakang diatas, Penelitian ini berfokus pada:

1. Kriteria efektivitas model evaluasi program pelatihan yang digunakan di Business Administration Academy Telkom Corporate University

2. Model evaluasi program pelatihan yang digunakan di Business Administration Academy Telkom Corporate University yaitu model evaluasi Kirkpatrick

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka akan dirumuskan dalam permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana model evaluasi program pelatihan yang dikembangkan oleh Business Administration Academy Telkom Corporate University?

2. Bagaimana implementasi model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business Administration Academy Telkom Corporate University?

3. Apakah model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business Administration Academy Telkom Corporate University dapat mencapai efektivitas??

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas penerapan suatu model evaluasi yang berlangsung dalam sebuah lembaga pelatihan.


(17)

Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses persiapan, pelaksanaan hingga pengelolaan data hasil evaluasi dalam lembaga penyelenggara pelatihan Business Administration Academy (BAA) Telkom Corporate University, sehingga dari penelitian tersebut dapat tergambarkan sejauh mana efektivitas penerapan model evaluasi terkait diterapkan di institusi yang bersangkutan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam proses manajemen pendidikan, baik secara teoritis maupun secara operasional.

1. Secara teoritis, penelitian ini akan bermanfaat dalam pemahaman dan informasi mengenai proses evaluasi program pelatihan dalam suatu lembaga yang dimulai dari pembuatan desain evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan evaluasi. Sehingga akan didapat gambaran tentang efektivitas penerapan model evaluasi yang diterapkan di lembaga terkait. Selanjutnya, agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang proses evaluasi program pelatihan.

2. Secara operasional, penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, baik bagi peneliti sendiri, pihak lembaga pelatihan, dan berbagai pihak yang terkait dengan manajemen pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.

a. Bagi peneliti, diharapkan melalui penelitian ini akan bermanfaat untuk mengembangkan pemahaman dan wawasan mengenai proses evaluasi program pelatihan.

b. Bagi lembaga penyelenggara pelatihan, diharapkan melalui penelitian ini akan menjadi masukan dan perbaikan dalam proses evaluasi yang sesuai dengan konsep dan teori yang digunakan.


(18)

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Secara sistematis umum skripsi ini terdiri dari judul penelitian, lembar pengesahan skripsi, lembar pernyataan keaslian skripsi, ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran, lima bab inti, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran pendukung. Secara ringkas lima bab inti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I

Pendahuluan, BAB ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian yang menggambarkan alasan rasional dan pentingnya suatu permasalahan untuk diteliti, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

2. BAB II

Landasan Teoretis dan Kerangka Pemikiran, konsep dan teori-teori yang melandasi penelitian yang dilakukan, yang diperoleh dari buku dan sumber-sumber lain yang mendukung.

3. BAB III

Metode Penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian serta komponen-komponen penelitiannya. Mulai dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, tenik pengumpulan data, analisis data., dan keabsahan data. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualtitatif. 4. BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat hasil temuan dan analisis data beserta pembahasan atau analisis hasil temuan di lapangan dengan pemaparan dan pembahasan.

5. BAB V

Kesimpulan dan Rekomendasi, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dilaksankannya penelitian untuk mendapatkan fakta dan data yang sebelumnya telah dirumuskan guna mencapai mencapai tujuan utama dilakukannya penelitian ini. Lokasi penelitiannya adalah di Business Administration Academy (BAA) Telkom Corporate University. Tempat tersebut menjadi pilihan peneliti berdasarkan fokus kajian penelitian yaitu mengenai evaluasi pelatihan yang melibatkan peneliti sebagai praktikan langsung dilapangan.

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan salah satu hal pokok dalam penelitian, karena sumber data merupakan narasumber utama bagi peneliti untuk mendapatkan data-data yang diperlukan penelitian yang sedang dijalani. Sifat sumber data itu sendiri adalah berupa fakta yang didapatkan langsung oleh peneliti seperti yang dikatakan oleh Strauss (Umar, 2008, hlm. 5) “sumber data adalah langsung, yang berupa data situasi alami dimana peneliti adalah instrumen kunci. Peneliti akan menghabiskan waktu untuk pemahaman tentang proses pengumpulan data dan makna data yang diperoleh”.

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan oleh peneliti berupa dokumen-dokumen penting perihal substansi yang diteliti, hasil wawancara, gambar-gambar hasil dokumentasi dan hasil pengamatan peneliti sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Lofland dalam (Moleong, 2011, hlm. 157) “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagaian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.”


(20)

Dalam penelitian kualitatif konsep yang digunakan dalam penentuan sumber data bukan populasi atau sampel. Konsep tersebut diganti dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu situasi sosial, karena penelitian kualitatif tidak hanya berangkat dari suatu permasalahan. Namun, dapat juga dimulai dengan suatu fenomena, keunikan suatu tempat dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014, hlm. 364) yaitu:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Sejalan dengan hal tersebut penelitian ini berangkat dari kasus yang ditemukan di lapangan oleh peneliti yaitu mengenai keefektifan penggunaan model evaluasi Kirkpatrick.

Sama halnya dengan penjelasan diatas istilah sampel dalam penelitian tidak berlaku dalam bentuk populasi dan sampel. Karena hasil penelitian ini tidak digunakan untuk memecahkan masalah ditempat yang lain selain tempat penelitian yang diteliti atau untuk mengeneralisir suatu permasalahan. Sehingga istilah populasi diganti dengan situasi sosial berdampak pada istilah sampel yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif dengan sebutan partisipan. Hal tersebut berdasarkan pada pendapat Sugiyono (2014, hlm. 364) “sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoretis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.”

Berdasarkan uraian tersebut, maka penentuan sumber data yang digunakan oleh peneliti dilakukan secara purposive yaitu ditentukan oleh peneliti berdasarkan kebutuhan penelitian. Hal ini mengacu pada Sugiyono (2014, hlm. 366) “penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai


(21)

dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.”

Atas penjelasan pada paragraf-paragraf sebelumnya, penelitian ini menggunakan sumber data yang terkait dengan keefektifan penggunaan model evaluasi Kirkpatrick yang dilengkapi dengan model Jack Phillips pada lembaga pelatihan PT. Telkom Corporate University khususnya di unit Business Administration Academy. Narasumber atau informan utama yaitu; 1.) Informan yang menempati jabatan tertinggi di unit BAA yaitu sebagai Operational Senior Manager Business Administration Academy bernama Ichwan Muttaqin. 2.) Informan sebagai manajer di sub unit BAA yang terkait dengan pelaksanaan evaluasi yaitu Rahmat selaku manajer bidang LDE (Learning Delivery and Evaluation). 3.) Informan selaku evaluator untuk beberapa pelatihan yang biasa disebut observer dalam bidang ini yaitu Luthfi. 4.) Informan selaku manajer bidang LDD (Learning Design and Development) yaitu Hendi Kurnia yang berperan membuat desain evaluasi berupa angket atau pertanyaan sesuai dengan kebutuhan. 5.) Informan selaku officer LND (Learning Need Design) yaitu Erni. 6.) Informan selaku instruktur atau di lembaga ini disebut expert yang paham juga mengenai evaluasi yaitu Arif Rudiana. Dan, 7.) 3 orang peserta pelatihan diantaranya: Ustica, Fifi, dan Yunia.

Dengan demikian upaya tersebut peneliti lakukan agar informasi dan data yang didapatkan valid dan sesuai dengan kebutuhan sebagai sarana tercapainya tujuan umum dari penelitian ini yaitu mendapatkan gambaran tentang efektivitas model evaluasi yang digunakan di lembaga pelatihan PT. Telkom Corporate University dalam hal ini di bidang Business Administration Academy.


(22)

(23)

Tabel 3.1

Rincian Sumber data (Responden/Informan)

No Nama Responden Lembaga

(kode)

Inisial (Kode)

Tanggal Wawancara Tempat Wawancara

1 Ichwan Muttaqin

Telkom Corporate University (TCU)

Operasional Senior Manajer (OSM)

Jum’at, 03 Juli 2015, dan

Selasa, 14 Juli 2015

Ruang kerja OSM BAA

2 Hendi Kurnia Manajer Learning Design and

Development (MLDD)

Rabu, 8 Juli 2015 Ruang kerja Manajer LDD BAA

3 Rahmat Mulyana Manajer Learning Delivery

and Evaluation (MLDE)

Senin, 06 Juli 2015 Ruang kerja Manajer LDE BAA

4 Luth Officer Learning Delivery

and Evaluation (OLDE)

Kamis, 09 Juli 2015 Ruang tengah sekaligus ruang kerja Officer di

BAA

5 Ustica Haedi Peserta Pelatihan (PP1) Kamis, 02 Juli 2015 Ruang Akhwat Masjid

Darul Ihsan Telkom CorpU


(24)

6 Fifi Peserta Pelatihan (PP2) Jum’at, 03 Juli 2015 Halaman didepan Gedung IDEC

7 Yunia Peserta Pelatihan (PP3) Selasa, 14 Juli 2015 Ruang utama Masjid

Habibburrahman PT. Dirgantara Indonesia

8 Arief Rudiana Instruktur/Expert

(XP)

Senin, 13 Juli 2015 Ruang kerja Sub Koordinator ICT Gedung

K Telkom CorpU

9 Erni Observer (OB) Kamis, 02 Juli 2015

dan

Kamis 09 Juli 2015


(25)

B. Desain Penelitian

Desain dapat disebut juga sebagai rancangan yang divisualisasikan. Tidak sedikit pula yang menggunakan istilah paradigm atau kerangka berpikir. Hal ini dianggap penting dalam sebuah penelitian karena dijadikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian. Tidak ada suatu keharusan bagi penelti untuk membuat suatu skema atau kerangka berpikir yang berpatok pada sebuah teori. Karena sifat sebuah desain penelitian adalah relatif, yaitu disesuaikan dengan pola pikir peneliti untuk memenuhi kebutuhan penelitian.

Pada dasarnya pola pikir yang digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif. Sehingga model yang menjadi acuan peneliti adalah model induktif dari Creswell (2003, hlm. 93) yang secara skematik kerangka berpikir dalam penelitian ini divisualisasikan sebagai berikut :

Peneliti mengembangkan sebuah teori atau membandingkan pola dengan teori-teori lain

Peneliti Mencari Pola-Pola (Teori-Teori)

Peneliti Membentuk Kategori-Kategori

Peneliti Mengajukan Pertanyaan

Peneliti Mengumpulkan Informasi

Gambar 3.1. Model Induktif Penelitian dalam Studi Kualitatif Creswell (2003, hlm. 93)


(26)

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh peneliti pertama kali yaitu dengan mengembangkan sebuah teori atas dasar studi pendahuluan yang melibatkan peneliti sebagai praktikan dalam sebuah lembaga yang menjadi lokasi penelitian yaitu Business Administration Academy (BAA) TelkomCorporate University.

Hal tersebut kemudian membawa peneliti kepada suatu pola yang terbentuk dari teori model evaluasi yang ditemukan di lapangan. Kemudian peneliti membuat kategori-kategori dalam hal ini yang dimaksud adalah berupa rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab 1 dan bab 2 mengenai teori yang sudah digunakan di tempat penelitian tentunya teori model evaluasi Kirkpatrick dan Jack Phillips beserta teori-teori dari ahli lain yang mendukung. Selanjutnya mengeplikasikan pola manajemen PDCA (plan, do, check, act) berupa penelitian di lapangan dengan melakukan observasi, studi dokumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan atau narasumber yang telah ditentukan sebelumnya pada pembahasan sumber data. Pola yang digunakan sesuai dengan 5 level evaluasi yang digunakan di TCU. Selanjutnya mengerucut pada 3 pertanyaan penelitian. Pola selanjutnya yang merupakan skema terakhir yaitu pengumpulan informasi untuk dilakukan analisis, dan dikembangkan menjadi suatu kesimpulan juga rekomendasi dari sebuah penelitian. Detail desain dapat dilihat pada gambar 3.2.


(27)

Teori Model Evaluasi Kirkpatrick dan Jack Phillips

PDCA (Plann, Do, Check, Act)

Leveling dalam Evaluasi Level 1: Reaction

Level 2: Knowledge Level 3: Behaviour Level 4: Result

Level 5: ROTI (Return of Training Investment)

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana model evaluasi program pelatihan yang dikembangkan di Business

Administration Academy?

2. Bagaimana implementasi model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business Administration Academy Telkom Corporate University?

3. Bagaimana efektivitas model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business

Administration Academy Telkom Corporate University?


(28)

C. Metode Penelitian

Metode dapat disebut juga cara, dalam hal ini metode penelitian berarti cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian hingga tercapai tujuan dari penelitian tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh Sugiyono (2014, hlm. 28) bahwa “metode penelitian manajemen adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pengetahuan, teori tertentu, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang manajemen.”

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Syaodih (2007, hlm. 54) bahwa “penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”.

Sedangkan, pendekatan kualitatif menurut Satori (2012, hlm. 25) dikatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.”

Pendapat lain juga dikatakan oleh Moleong (2011, hlm. 6) bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. Pendapat yang menguatkan lainnya disampaikan oleh Sugiyono (2014, hlm. 38) yang menjelaskan bahwa:


(29)

Dengan demikian metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme/enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif adalah metode penelitian yang menjawab fenomena atau studi kasus tertentu yang ditemukan oleh penelitinya, disamping itu penelitian ini memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang diteliti agar dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi yang bermanfaat dari penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan.

Fokus dari penelitian ini mengkaji tentang model evaluasi seperti apa yang diterapkan dalam suatu lembaga pelatihan tepatnya di BAA TCU, bagaimana bentuk aktivitasnya, hubungan antara satu fenomena dengan fenomena lain, bagaimana keefektifannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang dianggap tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai sehingga mempermudah peneliti untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung.

Hal tersebut juga mengacu pada pendapat Sugiyono(2014, hlm. 75) mengenai metode kualitatif yang bisa digunakan untuk beberapa kepentingan salah satunya yaitu:

Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek. Ibarat orang akan mencari sumber minyak, tambang emas dan lain-lain.


(30)

Hal ini dianggap sesuai karena peneliti berangkat dari sebuah fenomena spesifiknya yaitu tentang penerapan suatu model evaluasi dan ingin mencari tahu letak dasar permasalahannya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah pedoman seorang peneliti ketika melakukan kegiatan penelitiannya dilapangan. Oleh sebab itu, instrumen juga merupakan bagian dari tahap penting dalam penelitian. Jika tidak memiliki instrumen, bukan tidak mungkin fokus peneliti menjadi meluas dan tujuan menjadi sulit dicapai. Walau dalam penelitian kualitatif tidak ada batasan suatu permasalahan yang akan diteliti namun fokus penelitian tetap ada sehingga dibuat semacam rumusan masalah yang kemudian dikembangkan dan diperinci menjadi daftar-daftar pertanyaan wawancara yang sering disebut dengan instrumen.

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. “Garbage tool garbage result”merupakan hubungan antara instrumen dengan data. Oleh karena itulah, menyusun instrumen bagi kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul oleh peneliti. Arikunto, (Zuriah, 2009, hlm. 68) Sejalan dengan pemikiran tersebut maka penyusunan instrumen harus dilakukan dengan teliti dan seksama agar kegiatan penelitian akan lebih termanaj dan data yang dibutuhkan didapatkan dengan kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sebagai praktikan yang terlibat langsung dilapangan sehingga paham betul mengenai permasalahan yang sedang terjadi. Walaupun, ketika studi pendahuluan sudah menghasilkan pengamatan sementara dari peneliti maka selanjutnya instrumen dapat dikembangkan menjadi semacam panduan wawancara untuk mendapatkan data yang lebih valid. Pendapat tersebut mengacu pada Sugiyono (2014, hlm. 374) yang mengatakan bahwa:


(31)

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

Oleh sebab itulah peneliti menjadi salah satu instrumen utama dalam penelitian kualitatif. Sehingga untuk meminimalisir kesalahan atau human error di tempat penelitian diperlukan pedoman penelitian yang menjadi acuan utama bagi peneliti. Pedoman tersebut dapat berupa intrumen wawancara, panduan observasi, dan panduan dokumentasi untuk mendapatkan data dari fakta yang ada di lapangan. Instrumen-instrumen tersebut kemudian dijewantahkan dalam bentuk kisi-kisi yang kemudian diuraikan menjadi instrumen dalam bentuk pertanyaan sebagai pedoman wawancara. Berikut adalah kisi-kisi yang dimaksud:


(32)

Tabel 3.2. Kisi-Kisi dan Komponen Penelitian

No Dimensi Indikator Data yang Dibutuhkan Sumber Data Teknik Pengumpulan

Data 1. Model evaluasi program

pelatihan yang

dikembangkan di Business Administration Academy

Isi model

evaluasi pelatihan  Tujuan  Manfaat  Instrumen  Prosedur  Tindak lanjut

 Dokumentasi model  Pihak yang terlibat dalam

pembuatan model evaluasi program pelatihan yang diterapkan

 Dokumen  Wawancara

Proses

pembentukan model evaluasi pelatihan

 SDM  Waktu  Lokasi

 Sumber daya yang dibutuhkan

 Cara kerja

 Dokumentasi model  Pihak yang terlibat dalam

pembuatan model evaluasi program pelatihan yang diterapkan

 Dokumen  Wawancara

2. Implementasi model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business

Perencanaan evaluasi program

 Analisa situasi  Tujuan  Strategi

 Hasil analisa perencanaan  Dokumentasi desain

evaluasi

 Pengamatan  Wawancara  Studi


(33)

Telkom Corporate University

 Jadwal kegiatan  Evaluator yang

terlibat

 Format ceklis

Pelaksanaan evaluasi program pelatihan  Persiapan  Koordinasi  Pemantauan

 Format ceklis  Catatan observer

 Dokumen  Wawancara

Tingkatan produk

 Hasil dari

implementasi model

 Dokumen hasil evaluasi level 1-4

3. Efektivitas model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business Administration Academy Telkom Corporate University

Specific  Hasil evaluasi

 UBPP (Umpan Balik Peserta Pelatihan)  Contoh Pre dan Post

Test

 Catatan selama menjadi observer

 Desain evaluasi  Rundown pelatihan  Hasil evaluasi

 Panduan penyusunan pre dan post test

 Dokumen desain dan hasil evaluasi  Rundown

pelatihan

Measurable  Hasil evaluasi level

1,2,3 dan 4

 Evaluator  OSM BAA

 Wawancara  Dokumen


(34)

 Dokumentasi hasil evaluasi

hasil evaluasi

Achieveable  Capaian target yang

ingin di evaluasi

 Evaluator  OSM BAA

 Dokumentasi hasil evaluasi

 Dokumen capaian hasil evaluasi

 Wawancara  Dokumen

hasil evaluasi

Relevant  Kesesuaian hasil

evaluasi dengan informasi yang dibutuhkan

 Evaluator  OSM BAA  Unit terkait  Desain evaluasi

 Dokumen capaian hasil evaluasi

 Wawancara  Dokumen

hasil evaluasi

Timebound  Jadwal pelaksanaan

evaluasi dengan jadwal selesainya

 Desain evaluasi  Jadwal pelaksanaan

evaluasi

 Dokumen desain dan hasil evaluasi  Rundown


(35)

pelatihan

Exciting  Perasaan observer/

evaluator ketika melakukan evaluasi

 Pendapat evaluator  Hasil penilaian evaluator

 Wawancara  Pengamatan

Recorded  Catatan observer/

evaluator dalam melakukan evaluasi  Gambar dokumentasi

yang diambil oleh observer/evaluator dalam melakukan evaluasi

 Rekaman atau video dokumentasi yang diambil oleh observer/evaluator dalam melakukan valuasi

 Catatan observer/evaluator selama pelaksanaan

pelatihan

 Gambar dokumentasi pelatihan

 Rekaman atau video pelatihan yang diambil oleh observer (bila ada)

 Dokumentasi evaluator


(36)

Keterangan Pengkodean: a. Studi Wawancara

Contoh 1 : I. W. OSM. 050515.20 Keterangan:

I : Rumusan Masalah 1 (pertama)

W : Wawancara

OSM : Operasional Senior Manajer BAA 050515 : Tanggal wawancara

20 : Nomor urut pertanyaan (pertanyaan ada di lampiran) Contoh 2 : I.W. P.1. 050515.20

Keterangan:

I : Rumusan Masalah 1 (pertama)

W : Wawancara

P : Peserta pelatihan

1 : Urutan peserta, ada pada profil responden di BAB III 050515 : Tanggal wawancara

20 : Nomor urut pertanyaan (pertanyaan ada di lampiran)

b. Studi Dokumentasi

Contoh : D. 1. 20. 050515 Keterangan :

D : Dokumentasi

1 : Nomor urut dokumentasi ada pada lampiran hasil studi dokumentasi

20 : Jumlah halaman dokumen 050515 : Tanggal studi dokumentasi


(37)

c. Studi Observasi

Contoh : O.1.TCU.050515 Keterangan:

O : Observasi

1 : Nomor urut observasi ada pada lampiran hasil studi observasi

TCU : Telkom Corporate University 050515 : Tanggal Studi Dokumentasi

Dari kisi-kisi di atas kemudian penulis menguraikannya menjadi perangkat-perangkat penelitian yang digunakan sebagai pedoman penelitian di lapangan baik berupa pedoman wawancara, pedoman dokumentasi dan pedoman observasi seperti berikut:


(38)

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

NO No Pertanyaan Penelitian dan Sub-Pertanyaan

Penelitian

1. Bagaimana model evaluasi program pelatihan yang dikembangkan di Business

Administration Academy (BAA)?

1. Isi:

1.1.1. Apa tujuan penggunaan model evaluasi kirkpatrick dalam pengukuran keberhasilan pelatihan di lingkungan Telkom Corpu? 1.1.2. Mengapa menggunakan model evaluasi

Kirkpatrik dalam pengukuran keberhasilan pelatihan di lingkungan Telkom Corpu? 1.1.3. Apa manfaat pengukuran suatu pelatihan

dengan menggunakan model evaluasi Kirkpatrick?

1.1.4. Instrumen apa saja yang dibutuhkan jika menggunakan evaluasi Kirkpatrick dalam mengukur sebuah pelatihan?

1.1.5. Bagaimana prosedur yang digunakan dalam penerapan model evaluasi Kirkpatrick? 1.1.6. Bagaimana tindak lanjut dari hasil penerapan

model evaluasi Kirkpatrick dalam suatu pelatihan?

2. Proses Pembentukan Model:

1.2.1. Siapa saja sumber daya manusia yang terlibat ketika memutuskan model evaluasi

Kirkpatrick yang digunakan dalam pengukuran pelatihan di BAA? 1.2.2. Kapan manajemen menentukan dan

memutuskan penggunaan evaluasi model Kirkpatrick menjadi pengukuran pelatihan


(39)

yang diselenggarakan oleh BAA? 1.2.3. Dimana lokasi tepat ketika manajemen

menentukan dan memutuskan penggunaan evaluasi model Kirkpatrick menjadi

pengukuran pelatihan yang diselenggarakan oleh BAA?

1.2.4. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam menentukan dan memutuskan penggunaan evaluasi model Kirkpatrick menjadi

pengukuran pelatihan yang diselenggarakan oleh BAA?

1.2.5. Bagaimana cara kerja yang dilakukan oleh manajemen sehingga menghasilkan putusan untuk menggunakan model evaluasi

Kirkpatrick dalam pengukuran setiap pelatihan yang diselenggarakan oleh BAA? 2 Bagaimana

implementasi model evaluasi program pelatihan yang diterapkan di Business

Administration Academy (BAA)?

1. Perencanaan:

2.1.1. Bagaiamana analisa situasi yang dilakukan oleh manajemen untuk menentukan desain evaluasi?

2.1.2. Apa tujuan evaluasi yang ingin dicapai? 2.1.3. Bagaimana strategi yang direncanakan untuk

deterapkan dalam pelaksanaan evaluasi? 2.1.4. Bagaimana jadwal kegiatan evaluasi yang

dibuat oleh pihak penyelenggara pelatihan?

2. Pelaksanaan:

2.2.1. Bagaimana persiapan yang dilakukan oleh pihak pengelola evaluasi pada pra pelatihan?


(40)

2.2.2. Siapa saja evaluator yang terlibat dalam proses evaluasi?

3. Tingkatan Produk

3.1. Bagaimana hasil yang diperoleh dari proses evaluasi yang telah berlangsung?

3. Bagaimana efektivitas model evaluasi program pelatihan model Kirkpatrick yang diterapkan di Business Administration Academy (BAA)?

1. Spesific (Spesifik)

3.1.1. Apakah hasil evaluasi program pelatihan yang didapat sudah menunjukkan data dan

informasi yang spesifik?

3.1.2. Apa sajakah kriteria spesifik yang digunakan oleh evaluator?

3.1.3. Mengapa menggunakan UBPP (Umpan Balik Peserta Pelatihan) untuk penialaian pada tahap reaction ?

3.1.4. Adakah panduan untuk menyusun soal Pre dan Post-Test?

3.1.5. Bagaimanakah isi dari panduan penyusunan soal pre dan post test?

3.1.6. Sudah sesuaikah dalam pelaksanaanya? Jelaskan!

2. Measurable (Terukur)

3.2.1. Apakah model evaluasi yang digunakan saat ini dapat mengukur keberhasilan suatu pelatihan sebagaimana diharapkan oleh Telkom Corpu?

3.2.2. Bagaimana model evaluasi dikatakan dapat mengukur keberhasilan suatu pelatihan?


(41)

3.2.3. Bagaimana mengolah hasil evaluasi setelah dilaksanakannya proses evaluasi level 1 sampai dengan level 4?

3. Achievable (dapat dicapai)

3.3.1. Apakah setiap level dalam model evaluasi yang diterapkan dapat terlaksana dengan baik?

3.3.2. Apa saja kendala yang ditemukan di lapangan ketika melakukan kegiatan evaluasi model Kirkpatrick ini?

3.3.3. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? 3.3.4. Adakah target khusus dari pihak manajemen

untuk ketercapaian pelaksanaan evaluasi dengan model kirkpatrick ini?

3.3.5. Sejauh ini apakah target tersebut dapat tercapai?

4. Relevant (Relevan)

3.4.1. Apakah informasi yang didapat dari hasil evaluasi relevan dengan kebutuhan

dilakukannya evaluasi pelatihan di BAA ini? 3.4.2. Bagaimana cara mengukur kesesuaian antara

informasi yang ingin didapat dengan informasi yang telah didapatkan oleh evaluator?

5. Timebound (Batasan Waktu)

3.5.1. Adakah jadwal pelaksanaan evaluasi yang dibuat oleh pihak manajemen?


(42)

3.5.2. Bagaimana manajemen menentukan batasan waktu dalam setiap tahap evaluasi pelatihan? 3.5.3. Selama pelaksanaan proses evaluasi, apakah

pelaksanannya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya?

3.5.4. Apakah sanksi khusus jika batasan waktu tersebut tidak dipatuhi atau pelaksanaan evaluasi melebihi batas waktu yang ditentukan?

3.5.5. Mengapa batasan waktu dalam pelaksanaan evaluasi perlu dibuat?

6. Exciting (menyenangkan)

3.6.1. Bagaimana perasaan observer/evaluator ketika melakukan rangkaian kegiatan evaluasi dengan model evaluasi Kirkpatrick ini?

3.6.2. Bagaimanakah perasaan peserta pelatihan ketika dievaluasi dengan menggunakan model Kirkpatrick?

3.6.3. Bagaimanakah perasaan instruktur pelatihan ketika dievaluasi dengan menggunakan model Kirkpatrick?

7. Recorded (rekaman)

3.7.1. Apakah ada peraturan dari pihak manajemen untuk observer/evaluator dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi agar merekam/memotret kegiatan pelatihan sebagai bukti?


(43)

dokumentasi berupa rekaman atau fotonya? 3.7.3. Kejadian seperti apa saja yang wajib di rekam

atau di potret sebagai bahan evaluasi?

Dokumen yang Dianalisis Data yang Dibutuhkan Makna yang terkandung dalam Dokumen

Peraturan manajemen terkait evaluasi

Panduan penyusunan soal pretest post test

Calender pelatihan semester terakhir

No Aspek dan Subjek yang diobservasi

Waktu, tanggal, dan tempat

Deskripsi hasil pengamatan

Temuan dalam observasi Tabel 3.4. Pedoman Observasi


(44)

Contoh desain evaluasi Contoh rekaman/potret milik observer

Contoh catatan

observer/evaluator selama pelaksanaan pelatihan Jadwal pelaksanaan evaluasi Dokumen capaian hasil evaluasi

Dokumentasi hasil evaluasi Contoh rundown pelatihan Contoh hasil analisa perencanaan evaluasi

Dokumentasi model evaluasi Kirkpatrick

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian menjadi strategi yang harus sudah terencana sebelum melakukan kegiatan penelitian. Perencanaan dalam penelitian mewajibkan adanya pembahasan mengenai teknik pengumpulan data karena hal ini akan berdampak pada data yang diperoleh. Bagaimana teknis yang tepat digunakan untuk mendapatkan suatu fakta dalam data yang diharapkan oleh peneliti? Data A lebih utama menggunakan teknik seperti apa? Dan lain sebagainya. sependapat dengan Moleong (2011, hlm. 164) yang mengatakan bahwa “pengamatan berperanserta pada dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.”


(45)

Namun, pada penelitian kualitatif seperti makna dari jenis pendekatannya yaitu kualitatif yang berasal dari kata kualitas sehingga penelitian ini tidak fokus pada kuantitas walaupun jika ada suatu fenomena yang memerlukan data yang bersifat jumlah hal tersebut harus dianalisis dan dipahami. Oleh karena itu, teknik yang digunakan lebih banyak menggunakan pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Sugiyono (2014, hlm. 377) “dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting( kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.”

Pada gambar 3.2. yang disadur dari Sugiyono (2014, hlm. 376) menguraikan macam-macam teknik dalam tahap pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Ada empat diantanya yaitu: Observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi atau gabungan. Berikut penjelasannya:

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi Macam Teknik

Pengumpulan Data

Gambar 3.3. Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data


(46)

1. Observasi

Observasi dapat disebut juga pengamatan, yaitu kegiatan peniliti dilapangan mengamati fenomena atau kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan tema dan fokus penelitian. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dari seorang peneliti terlebih pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Nasution, 1988 (Sugiyono, 2014, hlm. 377) yang menyatakan bahwa:

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa).”

Jika pendapat Nasution terkesan pengamatan yang dilakukan dalam konteks ilmu sience.Namun sebenarnya fokusnya adalah pada pernyataan bahwa pengamatan adalah dasar ilmu pengetahuan. Sehingga dihasilkannya suatu pengetahuan atau teori sekalipun bermula dari suatu pengamatan. Maka sebenarnya

Disamping itu, alasan lain penggunaan metode observasi atau pengamatan ini ialah karena kegiatan ini dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti, seperti yang dikutip dari Moleong (2011,hlm. 175) yang menyatakan bahwa:

Alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.


(47)

Dari penejelasan tersebut memberikan pemahaman bahwa penggunaan metode observasi membantu peneliti memberikan hasil penelitian yang lebih natural sesuai dengan kondisi yang menjadi fokus penelitian. Disamping itu, teknik observasi juga memeiliki beberapa jenis dalam pelaksanaannya. Seperti yang terdapat dalam gambar 3.3 tentang macam-macam teknik observasi menurut Sugiyono (2014, hlm. 378).

Pada dasarnya teknik observasi terbagi menjadi 3 macam yaitu observasi partisipatif, observasi terus terang dan tersamar, dan observasi tak terstruktur. Pertama, jenis observasi partisipatif yaitu observasi yang menempatkan peneliti sebagai partisipan dilapangan. Sehingga data yang ingin didapat lebih mudah diperoleh dan lebih mengerti maksud data sampai dengan proses yang sedang berlangsung pada tempat yang sedang diteliti. Lebih dari itu, observasi partisipatif akan memberikan pemahaman makna pada peneliti atas apa yang sedang ditelitinya. Observasi partisipatif juga dapat dibagi lagi menjadi 4 macam yaitu: observasi yang pasif, observasi yang moderat, observasi yang aktif, dan observasi yang lengkap.

Observasi yang pasif yang dimaksud adalah kegiatan pengamatan yang memposisikan peneliti hanya sebagai pengamat, tetapi tidak terlibat dalam suatu kegiatan atau suatu pekerjaan. Selanjutnya observasi moderat yang dimaksud adalah pengamatan yang menempatkan peneliti sebagai orang dalam dan orang luar, sehingga dalam pengumpulan data tidak semua kegiatan diikuti oleh peneliti. Observasi yang aktif adalah observasi yang melibatkan peneliti melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber walau tidak sepenuhnya. Kemudian observasi yang lengkap adalah observasi yang melibatkan peneliti sepenuhnya terhadap kegiatan yang dilakukan di lapangan. Sehingga peneliti, tidak terlihat sedang melakukan penelitian.

Jenis observasi yang kedua adalah observasi terus terang dan tersamar. Jenis observasi yang dimaksud dalam hal ini adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti secara terang-terangan terhadap sumber data. Sehingga narasumber


(48)

tahu apa yang sedang dikerjakan oleh peneliti. Walaupun ada masanya dimana peneliti melakukan penelitian secara tersamar jika ada data yang dimaksud masih dirahasiakan oleh nara sumber.

Ketiga, jenis observasi tak terstruktur yaitu observasi yang banyak dilakukan oleh peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini tidak mengharuskan peneliti memiliki fokus permasalahn terlebih dahulu dan akan menemukan dilapangan. Dalam hal ini juga peneliti tidak menggunakan instrumen yang baku dalam kegiatan pengamatannya. Hanya berupa batasan-batasan yang dibuat berdasarkan fokus penelitian.

Macam-Macam Observasi

Observasi tak terstruktur

Observasi Partisipatif

Observasi terus terang dan tersamar

Observasi yang lengkap

Observasi yang aktif

Observasi yang moderat

Observasi yang pasif

Gambar 3.4. Macam-Macam Teknik Observasi


(49)

Selanjutya, observasi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa tahap yang harus dilalui oleh peneliti seperti pada gambar 3.4 yang disadur dari Sugiyono (2014, hlm. 383). Dari gambar dibawah dapat dijelaskan secara singkat bahwa observasi memiliki 3 tahapan penting yaitu; tahap deskripsi, tahap reduksi dan tahap seleksi.

Tahap pertama yang disebut dengan tahap deskripsi adalah tahapan observasi dimana peneliti memasuki situasi sosial di tempat penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Peneliti mengenal terlebih dahulu dan beradaptasi dengan situasi, tempat, aktor dan aktivitas rutin di tempat penelitian. Tahap kedua yaitu tahap reduksi, adalah tahap dimana peneliti mulai menentukan fokus yang akan diteliti setelah melihat berbagai fenomena dan melakukan studi kasus. Karena fokus terhadap hal yang sudah menjadi pilihan dan dianggap pokok juga bisa diteliti, maka peneliti tidak menjadikan hal-hal diluar itu sebagai prioritas. Inilah mengapa tahap ini disebut dengan tahap reduksi. Walaupun tidak menutup kemungkinan peneliti yang bersifat sebagai partisipan tetap membantu kegiatan lainnya. Tahap terakhir dalam observasi disebut dengan tahap seleksi, dalam tahap ini peneliti mulai mengurai fokus menjadi rincian-rincian yang memudahkan kegiatan penelitian.

2. Wawancara

TAHAP DESKRIPSI

Memasuki situasi sosial: ada tempat, aktor, aktivitas

TAHAP REDUKSI

Menentukan fokus: memilih diantara yang telah dideskripsikan

TAHAP SELEKSI

Mengurai fokus: menjadi komponen yang lebih rinci

1

2

3


(50)

Setiap hari manusia melakukan percakapan dengan manusia lainnya. Baik itu hanya berbincang-bincang, mendengarkan ceramah, kuliah dan lain sebagainya. Dari berbagai jenis percakapan yang bersifat ilmiah sering kita dengar adalah wawancara. Lantas apa bedanya wawancara dengan ngobrol biasa? Wawancara dilakukan dengan sengaja yaitu pewawancara kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Moleong (2011, hlm. 192) yang mengatakan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.”

Namun, ternyata wawancarapun memiliki banyak macamnya seperti yang diungkapkan oleh Esterberg (Sugiyono, 2014, hlm. 386) beliau mengembangkan beberapa macam wawancara, yaitu “wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.”

Dapat dijelaskan lebih terang lagi bahwa wawancara terstruktur adalah wawancara yang sudah memiliki instrumen baku yang digunakan peneliti untuk beberapa responden. Sedangkan wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang dilakukan lebih bebas daripada wawancara terstruktur seperti responden yang dimintai pendapatnya, dan lain sebagainya untuk memperjelas permasalahan yang terjadi dilapangan. Kemudian yang terakhir adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang lebih bebas lagi dari wawancara semiterstruktur dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara ketika melakukan penggalian data dari narasumber.

Namun, secara keseluruhan untuk kegiatan ilmiah seperti penelitian ini sudah sepatutnya peneliti mempersiapkan matang-matang segala kebutuhan penelitian secara rinci. Seperti jika peneliti akan melakukan wawancara maka ada langkah-langkah yang harus dilaluinya agar wawancara dapat terlaksana secara


(51)

efektif dan efisien. Pada dasarnya langkah-langkah wawancara sudah sering dilakukan baik oleh peneliti ahli maupun peneliti pemula, bahkan oleh observerpun kegiatan persiapan ini sudah sering dilakukan. Kegiatan tersebut ada tujuh seperti mengutip dari Lincoln and Guba (Sugiyono, 2014, hlm. 389)

Ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1) Menetapkan kepada isapa wawancara itu dilakukan

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan alur wawancara

5) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

Langkah diatas dapat dipahami oleh peneliti untuk kemudian dijadikan pedoman ketika ingin melakukan kegiatan wawancara agar tujuan mendapatkan data yang diharapkan terpenuhi dengan mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang ada.

3. Dokumentasi

Pengertian dokumentasi secara singkat adalah suatu kegiatan mengabadikan peristiwa yang sedang berlangsung atau telah berlangsung agar bisa digunakan sebagai bukti suatu saat jika diperlukan atau hanya sekedar digunakan untuk album pribadi. Di era ini, hampir disetiap kegiatan ada orang yang mengabadikan peristiwa yang sedang berlangsung. Jikapun tidak ada alat khusus yang secara otomatis mengabadikan peristiwa tersebut.

Sehingga tidak aneh lagi hampir setiap alat komunikasi di zaman ini dilengkapi oleh perangkat yang mampu mendokumentasikan peristiwa sehari-hari baik berupa kamera untuk memotret atau perekam suara bahkan sampai catatan rapat dan lain sebagainya. Hal tersebut untuk memudahkan jika data-data yang dimaksud dibutuhkan suatu saat setelah peristiwa terjadi. Lalu seperti apakah dokumentasi yang dimaksud dalam teknik pengambilan data dalam penelitian?


(52)

Sama halnya seperti yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya, bahwa dokumentasi dalam pengambilan data digunakan sebagai teknik untuk memberikan bukti atau penguatan pernyataan atau teori dan hal-hal sejenis lainnya. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Sugiyono (2014, hlm. 396) mengatakan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.”

Beberapa peneliti juga ahli membedakan dokumentasi menjadi 2 jenis yaitu rekaman dan dokumen seperti yang dilansir dari Guba dan Lincoln (Moleong, 2011, hlm. 216-217) yang membaginya menjadi 2 jenis dengan memberikan penjelasan bahwa “Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.”

Pada umumnya penelitian ini tidak membatasi hanya kepada satu jenis dokumentasi untuk mengambil data dilapangan. Karena data penelitian dapat berupa catatan rapat, surat keputusan, foto, catatan pribadi bahkan suara rekaman.

4. Triangulasi

Selanjutnya dalam buku Metode Penelitian Manajemen karya Sugiyono mengkategorikan satu lagi teknik pengumpulan data yaitu yang biasa disebut dengan triangulasi. Sugiyono (2014, hlm. 397) memberikan penjelasan mengenai trianggulasi sebagai berikut:

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Namun, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi sebagai teknik validasi data yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Atas dasar hal


(53)

tersebut maka pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi terhadap partisipan atau informan dan data atau dokumentasi terkait. Informan dalam hal ini utamanya adalah OSM (Operational Senior Manager) dari BAA (Business Administration Academy), kemudian juga terhadap manajer atau officer bagian LDD (Learning Design and Development) selanjutnya yaitu seorang manajer dan 2 orang officer -nya di bagian LDE (Learning Delivery and Evaluation).

F. Analisis Data

Data tidak akan berarti jika disediakan tanpa adanya analisa terlebih dahulu. Apakah yang dimaksud dengan analisis data? Moleong (2011, hlm. 248) memaparkan pengertiana analisis data sebagai berikut:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dnegan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen, (Zuriah, 2009, hlm. 217) yang mengatakan bahwa “analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain.”

Secara singkat analisis data adalah proses pengolahan data yang didapat di lapangan untuk kemudian disajikan sehingga memberikan pemahaman yang dimaksud oleh peneliti kepada sasaran penelitian. Lantas kapankah dilakukan analisis data?Sugiyono, (2014, hlm. 402) mengatakan “analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.”


(54)

Dari 3 waktu tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada peneliti terhadap permasalahn yang sedang ditelitinya sehingga memberikan keterkaitan satu sama lain antara data yang didapat sebelum memasuki lapangan, ketika di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Menurut Strauss (Umar, 2008, hlm. 5) menjelaskan lebih mendalam tentang analisis data dalam penelitian kualitatif seperti berikut: “Analisis data bersifat induktif. Penelitian ini bukan untuk menguji hipotesis, tetapi bersifat untuk membangun hipotesis. Peneliti mencari data atau bukti untuk mencari abstraksi yang disusun secara khusus atas dasar data yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama melalui pengumpulan data selama proses kerja di lokasi penelitian.”

Ada beberapa aktivitas dalam tahap analisis data ketika melakukan penelitian. Dikutip dari Miles and Huberman (Sugiyono, 2014, hlm. 404) dikatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawin/verification.” Aktivitas pertama dalam tahap analisis data ada yang disebut dengan reduksi data. Reduksi data adalah kegiatan analisis yang secara konkretnya dapat berbentuk pemilihan data penting yang akan disajikan pada pemaparan hasil penelitian kelak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Miles and Huberman dalam (Sugiyono,2014, hlm. 405) yang menjelaskan bahwa “Data reduction (reduksi data) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.”

Aktivitas selanjutnya dalam proses analisis data disebut dengan data display (penyajian data), Miles and Huberman (Sugiyono, 2014, hlm. 408) menjelaskan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text.” Yang terpenting sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.


(55)

Terakhir, aktivitas analisis data disebut dengan conclusion drawing/verification menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2014, hlm. 412) menjelaskan bahwa “kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.”

Tiga aktivitas dalam proses analisis data diatas dapat digunakan dalam penelitian kualitatif sehingga memudahkan peneliti untuk melangkah pada tahap selanjutnya menuju penyelesaian penelitian yaitu pembuatan laporan penelitian.

G. Keabsahan Data

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang perlu diuji keabsahannya. Dalam penelitian kuantitatif validitas data diuji dengan perhitungan-perhitungan yang sifatnya matematis. Sama halnya dengan penelitian kuantitatif, penelitian yang menggunakan metode kualitatif juga harus diuji keabsahan datanya, perbedaannya dengan penelitian kuantitatif yaitu keabsahan data tidak diuji secara matematis.

Ada empat kriteria yang digunakan dalam menguji keabsahan data untuk penelitian kualitatif, yaitu “derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (depandibility), dan kepastian (confirmability). (Moleong, 2011, hlm. 324)

Namun, 4 kriteria tersebut tergolong berat digunakan oleh peneliti pemula. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang di sampaikan oleh Sugiyono yang disebut dengan uji kredibilitas. Uji kredibilitas seperti yang dijelaskan dalam gambar yang disadur dari Sugiyono (2014, hlm. 435) dilakukan dengan cara “perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check.”


(1)

Yeni kurnia, 2015

ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN DI BUSINESS ADMINISTRATION ACADEMY TELKOM CORPORATE UNIVERSITY

Triangulasi, seperti pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa trianggulasi adalah salah satu teknik uji kredibilitas dengan berbagai cara, berbagai sumber dan berbagai waktu. Disisi lain Moleong (2014, hlm. 332) menjelaskan bahwa me-recheck termasuk dalam kegiatan teriangulasi seperti pada penjelasan berikut ini:

triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Selanjutnya untuk memastikan bahwa data yang dianalisis tidak bersifat subjektif maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan rekan atau peneliti lainnya. Terakhir, member check dapat dilakukan oleh peneliti dengan memberikan data yang telah didapatkan kepada sumber data. Member check merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti kepada narasumber atas data yang didapat lewat wawancara sebelumnya.


(2)

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan:

Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, setelah dianalisis secara teori dengan temuan-temuan lapangan serta rumusan fokus penelitian mengenai analisis efektivitas model evaluasi program pelatihan di Business Administration Academy Telkom Corporate University, penulis mengajukan kesimpulan bahwa model evaluasi yang dikembangkan di lingkungan Telkom Corporate University ialah model evaluasi Kirkpatrick yang dilengkapi dengan model Jack Phillips.

Pada implementasinya untuk level satu mengukur reaksi dengan menggunakan format UBPP. Pada level 2 menggunakan pola pre dan post test. Level 3 melakukan survey pada alumni peserta pelatihan dan atasan alumni di tempatnya bekerja setelah 3 bulan jarak dari selesai pelatihan. Pada level 4 dan 5 terakhir dilakukan pada tahun 2012, belum ada data terbaru. Menurut hasil temuan dan analisis data yang dilakukan dari 5 level evaluasi yang diterapkan di lingkungan TCU yang mencapai nilai efektif baru sampai level 1 dan level 2, untuk level 3 masih perlu banyak pengembangan dan level 4 juga level 5 masih membutuhkan komitmen akademi dalam hal ini BAA untuk menerapkannya.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini menurut penulis semua yang terlibat di lapangan sudah mengerahkan pengetahuan dan usahanya dengan baik, namun demi meningkatkan ketercapaian tujuan dari evaluasi sprogram pelatihanseperti yang diharapakan maka penulis ingin mengungkapkan: 1. Bagi lembaga Business Administration Academy Telkom Corporate

University


(3)

Yeni kurnia, 2015

level 1 agar data yang diperoleh objektif dan jujur, maka panduan ketika akan mengisi form tersebut juga penting dengan memberikan pengarahan dan penjelasan sebelumnya tentang urgensi pengisian UBPP dengan jujur karena akan menjadi perbaikan bagi penyelenggara. Kemudian pada form pengawasan yang dibawa oleh observer alangkah baiknya ada catata-catatan tersendiri dari observer yang menggambarkan suasana pelatihan tidak hanya form ceklis.

Pada level 3, peneliti merekomendasikan untuk menambah kolom komentar yang harus diisi oleh responden dibawah soal-soal pilihan dan disesuaikan dengan sistem sehingga jika responden tidak mengisi tidak bisa submit. Agar dapat memperoleh kepastian data maka lakukan survey tidak hanya kepada atasan melainkan pada rekan kerja atau bawahan peserta pelatihan yang terkait langsung dengan pegawai. Bisa dilakukan dengan oleh tim khusus yang datang kemudian mewawancarai atau melakukan dengan pola kuesioner khusus. Kemudian pengisian kuesioner tersebut dapat menambah point penilaian pegawai untuk mendapatkan reward. Untuk atasan selain mengamati langsung dapat pula menggunakan grup kontrol, maksudnya adalah membagi pegawai atau bawahannya kepada 2 kelompok. Kelompok yang mengikuti pelatihan dengan yang tidak mengikuti pelatihan, tanpa diketahui staff terkait. Dari sana dapat dihasilkan nilai kinerja yang berbeda. Proses ini memang sedikit menambah waktu dan usaha bagi praktisi namun data yang diperoleh akan lebih akurat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya jika ingin melanjutkan penelitian ini maka peneliti merekomendasikan untuk menyediakan waktu yang lebih banyak dari penelitian biasanya agar data lebih dalam dan akurat. Jika penelitian diadakan di tempat yang sama, maka saran dari peneliti lakukan untuk semua akademi yang ada di Telkom Corporate University.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1989). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara Arikunto, S. & Cepi. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Bush,T. & Coleman, M. (2012). Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD

Cahayani, A. (2005). Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Indeks

Creswell, J.W. (2003). Research Design. Jakarta: KIK Press

Engkoswara, & Komariah, A. ( 2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Fitz-enz, J. & Barbara, D. (2011). How To Measure Human Resources Management. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gilley, Jerry, W. & Steven. (1994). Principles of Human Resource Development. Canada: Addison-Wesley Publishing Company

Hamalik, O. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Hidayat, A.I. (2014). Model Pendidikan Berbasis Kompetensi Bagi Widyaiswara Muda (Studi Pengembangan Model Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagi Widyaiswara Muda Pada Badan Diklat Kemendagri) (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Julifan, J.A. (2014). Efektivitas Mnajemen Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagi Guru (Studi Kasus Pada Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagi guru di PPPPTK BMTI Periode 2012) (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kaswan. (2013). Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM. Bandung: Alfabeta

Kirkpatrick, D.L. & Kirkpatrick, J.D. (2008). Evaluating Training Programs (Third edition PDF e-book ISBN 978-1-57675-796-3). San Fransisco: Berrett-Koehler Publisher.


(5)

Yeni kurnia, 2015

Mankunegara, A.P. (2009a). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama

Mankunegara, A.P. (2009b). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama

Marwansyah. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:Alfabeta Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Mulyasa, E. (2007). Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Phillips, J.J. (2003). Return on Investment in Training and Performance Improvement Programs (Second Edition). An Imprint on Elsevier Science: Butterworth Heineman.

Rahmat. (2014). Efektivitas Manajemen Pelatihan dan Pengembangan Kepemimpinan PNS (Studi Kauss pada Diklat Kepemimpinan Tingkat IV di Badan Diklat Daerah Provinsi Jawa Barat dan balai Diklat PU Wilayah II Kementerian Pekerjaan Umum) (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sagala, S. (2009). Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Satori, D.&Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sastradipoera, K. (2006a). Pengembangan dan Pelatihan Suatu Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung: Kappa-Sigma

Sastradipoera, K. (2007b). Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Fungsi Operatif. Bandung: Kappa-Sigma

Sedarmayanti. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT Refika Aditama Sudijono, A. (2007). Pengantar EvaluasiPendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemenen. Bandung Alfabeta

Sukardi. (2014). Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Jakarta: PT Bumi Aksara


(6)

Sumabdumin, D. (2010). Efektivitas Implementasi Kebijakan Sistem Manajemen Mutu pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Studi Kasus Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III pada Badan Pendidikan dan PelatihanDaerah Provinsi Jawa Barat) (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset