KEBERADAAN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL PADA ERA MODERN DI WILAYAH MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT.
KEBERADAAN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL PADA
ERA MODERN DI WILAYAH MAJALAYA, KABUPATEN
BANDUNG, JAWA BARAT
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi
oleh Riska Rismayanti
(2)
LEMBAR HAK CIPTA
KEBERADAAN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL PADA ERA MODERN DI WILAYAH MAJALAYA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA
BARAT
oleh Riska Rismayanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Pakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Riska Rismayanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
(5)
(6)
Riska Rismayanti : Keberadaan Industri Tenun Tradisional Pada Era Modern Di Wilayah Majalaya Kabupaten Bandung Jawa Barat
ABSTRAK
Skripsi ini berisi tentang keberadaan industri tenun tradisional di wilayah Majalaya. Latar belakang skripsi yaitu, masih adanya pelaku industri tenun yang masih mempertahankan eksistensi tenun tradisional Majalaya di era modern saat ini walaupun telah mengalami proses sejarah yang pasang surut. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dalam penelitian ini yaitu: pertama, untuk mengetahui dan menganalisa keunikan yang dimiliki industri tenun tradisional; kedua, untuk mengetahui, menganalisis dan memperoleh gambaran mengenai industri tenun tradisional yang mampu memberikan kehidupan bagi pelaku industri; ketiga, mengetahui, menganalisis dan memperoleh gambaran tentang sistem aktifitas antara komponen-komponen dalam industri tenun tradisional; keempat, mengetahui, memahami dan memperoleh gambaran mengenai pembelajaran sosiologi dalam mengkaji industri tenun tradisional. Dalam penelitian ini melibatkan pelaku industri dan lembaga instansi pertenunan Majalaya serta para ahli yang berperan dalam pembelajaran sosiologi. Masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana industri tenun tradisional mempertahankan keberadaannya. Teori yang digunakan yaitu struktural-fungsional dari Talcot parson. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif serta data dikumpulkan melalui hasil observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yaitu: pertama, keunikan yang dimiliki meliputi: a) hasil kain tenun berkualitas dan memiliki nilai estetika dari segi corak warna dan motif gambar; b) alat tenun yang masih tradisional berbahan kayu dan dioperasikan dengan tenaga manusia; c) diperlukan keahlian serta kreatifitas para penenun untuk mengoperasikan alat tenun; kedua, industri ini mampu memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi. ketiga, sistem aktifitas dalam industri terdiri dari proses produksi kain tenun yang masih kental dengan ketradisionalan dan struktur sosial didalamnya fungsional, selain itu juga terdapat proses pendistribusian produk kepada konsumen; keempat, pembelajaran sosiologi merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk melatih social sense, maka guru harus mampu mengelola suatu pembahasan yang terdapat dalam industri tenun tradisional seperti hubungan peran dan status, pola interaksi, dan struktur sosial yang saling fungsional didalamnya mampu mempertahankan keberadaannya pada era modern.
(7)
Riska Rismayanti: Existence of Weaving Traditional Industry Modern Era in Majalaya, Bandung, West Java
ABSTRACT
This study explains about weaving industry in Majalaya. Background of this study, there is still owner of industry who maintains traditional weaving of Majalaya in modern era although a lot of barriers to face. This study aims to: first, find out and to analyze unique thing from traditional weaving; second, to describe about weaving traditional industry that feed people who involve in it; third, to interpret activities system among components on weaving traditional industry; fourth, to comprehend sociology study in viewing weaving traditional industry. Owner of industry, Majalaya weaver union and experts take part on this study and sociology study. This study uses theory of structural-functional from Talcott Parson. This study uses qualitative approach with descriptive method and data is collected through observation participant, depth interview and documentation study. The result of this study: first, woven cloth is good quality and it has esthetic value form its color and picture; traditional tool made from wood is operated by people for weaving; second, this industry is able to fulfill social and economic needs; third, activities system on this industry are divided into production process of woven cloth still traditional and social structure is functional, besides distribution process of product to consumers; fourth, sociology study is directed to train social sense, therefore teacher has to able to manage subject that has anything to do with weaving traditional industry such as role and status, interaction pattern, and social structure that has functional so that they can maintain existence of weaving traditional in modern era.
(8)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
PERNYATAAN ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
ABSTRAK... vi
ABSTRACT... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Industri... 8
1. Pengertian Industri... 8
2. Klasifikasi Industri ... 9
3. Faktor yang mempengaruhi kegiatan Industri... 12
4. Masyarakat Industri... 13
5. Industrialisasi... 17
B. Industri Tenun Tradisional ... 18
C. Sistem Aktivitas... 19
D. Teori Struktural Fungsional... 24
E. Peran Industri Tenun Tradisional Dalam Pembelajaran Sosiologi ... 29
1. Industri tenun tradisional sebagai kajian struktur sosial ... 29 2. Industri tenun tradisional sebagai pembelajaran
(9)
sosiologi industri ... 33
F. Penelitian terdahulu ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 42
B. Tempat Penelitian dan Informan... 43
1. Tempat Penelitian... 43
2. Informan Penelitian... 43
C. Teknik Pengumpulan Data... 45
1. Data Primer... 45
a. Observasi partisipasi... 45
b. Wawancara Mendalam ... 46
2. Data Sekunder ... 47
a. Studi Dokumentasi/dokumenter... 48
b. Penelusuran Data Online... 48
D. Instrumen Penelitian... 48
1. Penyusunan kisi-kisi penelitian ... 48
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... 49
3. Penyusunan Pedoman Wawancara ... 49
4. Penyusunan Pedoman Observasi ... 49
E. Analisa Data... 49
1. Analisa Data Kualitatif... 49
a. Data Reduction (Reduksi Data)... 50
b. Data Display (Penyajian Data) ... 50
c. Conclution Drawing Verification... 50
(10)
a. Kecamatan Majalaya... 55
b. Kecamatan Paseh... 57
c. Kecamatan Ibun ... 58
2. Sejarah Industri Tenun Tradisional Di Wilayah Majalaya... 63
3. Kondisi Industri Tenun Tradisional Saat Ini... 64
a. Non-fisik... 69
b. Kondisi fisik ... 70
4. Keunikan Industri Tenun Tradisional Di Wilayah Majalaya... 72
a. Kain Tenun Tradisional Yang Unik... 72
b. Alat Tenun Bukan Mesin... 74
c. Keahlian Dan Kreatifitas Yang Khas ... 75
5. Industri Tenun Tradisional Mampu Memberikan Kehidupan Bagi Pelaku Industri... 78
6. Sistem Aktivitas Antara Komponen-Komponen Dalam Industri Tenun Tradisional... 86
a. Struktur Organisasi Dan Pembagian Kerja... 86
b. Proses Sosialisasi (Rekuitment & Pelatihan) Dan Proses Produksi Kain Tenun ... 89
c. Proses Interaksi Dalam Industri Tenun Tradisional... 92
d. Proses Pendistribusian Produk... 93
e. Sistem Pembagian Upah... 94
B. Pembahasan ... 98
1. Keunikan Industri Tenun Tradisional Di Wilayah Majalaya... 99
2. Industri Tenun Tradisional Mampu Memberikan Kehidupan Bagi Pelaku Industri ... 102
3. Sistem Aktivitas Antara Komponen-Komponen Dalam Industri Tenun Trasisional ... 106
Industri Tenun Tradisional Dalam Kajian Pembelajaran Sosiologi... 111
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi A. Simpulan ... 119
(11)
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 120 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.2. EXPONENTIAL DISCRIMINATIVE SNOWBALL MODLE GAMBAR 3.3 TEKNIK TRIANGULASI
GAMBAR 4.1 PETA LOKASI WILAYAH PENELITIAN (KECAMATAN MAJALAYA, PASEH, IBUN)
GAMBAR 4.5. MOTIF TENUN SARUNG DAN KAIN SUTERA ATBM GAMBAR 4.6 KAIN SARUNG TAPIS
GAMBAR 4.7 HASIL KERAJINAN KALIGRAFI BERBAHAN KAIN TAPIS MAJALAYA
GAMBAR 4.1. PENERIMAAN PIAGAM UPAKARTI GAMBAR 4.2. PABRIK SUTRA ALAM MAJALAYA GAMBAR 4.3. PARA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN PEGAWAI TENUN DAN PEGAWAI LAINNYA.
GAMBAR 4.4. FASILITAS MUSHOLA DI SALAH SATU PABRIK TENUN
GAMBAR 4.5. MOTIF TENUN SARUNG DAN ULOS GAMBAR 4.6 KAIN TENUN TAPIS
GAMBAR 4.7 HASIL KERAJINAN KALIGRAFI BAHAN KAIN TAPIS GAMBAR 4.8 ATBM
GAMBAR 4.9 KENDARAAN MILIK PARA PEGAWAI PABRIK
GAMBAR 4.10. ACARA HAJATAN SALAH SATU PEGAWAI PABRIK PERBEDAAN STATUS DIANTARA MEREKA.
GAMBAR 4.11. INTERAKSI DALAM PABRIK SAAT BEKERJA GAMBAR 4.12. PERALATAN PRODUKSI INDUSTRI TENUN
TRADISIONAL
GAMBAR 4.13. KERJASAMA DALAM MENENUN GAMBAR 4.14 INTERAKSI DALAM BEKERJA
(13)
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1. HASIL AKUMULASI DATA PERUSAHAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PERTENUNAN MAJALAYA DAN SEKITARNYA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010-2012.
TABEL 4.1. JUMLAH ENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN. (KECAMATAN MAJALAYA)
TABEL 4.2. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN. (KECAMATAN MAJALAYA)
TABEL 4.3. JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN (KECAMATAN MAJALAYA)
TABEL 4.4. JUMLAH BANGUNAN SARANA PENDIDIKAN KEC. IBUN TABEL 4.5. JUMLAH BANGUNAN SARANA PENDIDIKAN KEC.
PASEH
TABEL 4.6. JUMLAH BANGUNAN SARANA PENDIDIKAN KEC. IBUN TABEL 4. 7. TABEL KEUNIKAN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL TABEL 4.8. INDUSTRI TENUN TRADISIONAL MAMPU MEMBERIKAN
KEHIDUPAN BAGI PELAKU INDUSTRI
TABEL 4. 9 SISTEM AKTIVITAS ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL
(14)
DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1. SUSUNAN ORGANISASI PERUSAHAAN SEDERHANA BAGAN 3.1. ALUR INFORMASI FORMAT KUALITATIF VERIFIKATIF BAGAN 4.1. KEUNIKAN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL
BAGAN 4.2. ALUR PENGARUH DARI INDUSTRI TENUN TRADISIONAL
BAGAN 4.3. STRUKTUR ORGANISASI INDUSTRI TENUN TRADISIONAL
BAGAN 4.4. ALUR SOSIALISASI REKUITMENT
BAGAN 4.5. PROSES PRODUKSI KAIN TENUN TRADISIONAL BAGAN 4.6. PROSES PRODUKSI KAIN TENUN TAPIS
BAGAN 4.7. ALUR PENDISTRIBUSIAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PRODUK
BAGAN 4.8. SISTEM PEMBAGIAN UPAH PARA PEKERJA
BAGAN 4.9. KEBERADAAN INDUSTRI TENUN TRADISIONAL PADA ERA MODERN DI WILAYAH MAJALAYA
BAGAN 4.10. HUBUNGAN TIMBAL BALIK PELAKU INDUSTRI BAGAN 4.11. SISTEM AKTIVITAS INDUSTRI TENUN TRADISIONAL BAGAN 4.12. ALUR PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DALAM
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
SURAT KEPUTUSAN PEMBIMBING SKRIPSI BUKU BIMBINGAN
LAMPIRAN II
SURAT IZIN PENELITIAN LAMPIRAN III
INSTRUMEN PENELITIAN, PEDOMAN WAWANCARA & OBSERVASI
LAMPIRAN IV
HASIL WAWANCARA LAMPIRAN V
HASIL OBSERVASI LAMPIRAN VI
DISPLAY DATA LAMPIRAN VII
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Majalaya merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bandung yang memiliki sejarah panjang tentang kejayaan pertenunan. Tidak hanya dalam skala wilayah Majalaya, dalam skala nasional pun pernah menorehkan prestasi seperti mendapatkan piagam upakarti. Dalam sejarah perindustrian Tekstil di Majalaya, keberadaan industri tenun muncul pada tahun 1930-an yang pada masa itu, masih menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM sebagai alat prosuksinya. Menurut beberapa warga, pada tahun tersebut industri tenun di Majalaya mengalami masa kejayaannya, karena Majalaya merupakan wilayah penghasil kain tenun terbanyak di Indonesia. Seperti yang dikutip dalam situs resmi dari kecamatanmajalaya.blogspot.com (2009) bahwa:
Industri tenun Majalaya mencapai puncaknya pada awal tahun 1960-an dan mampu memproduksi 40% dari total produksi kain di Indonesia. Akhir tahun 1964 Majalaya menguasai 25% dari 12.882 ATM (Alat Tenun Mesin) di Jawa Barat. Hampir seluruhnya terkonsentrasi di Desa Majalaya dan Padasuka (saat ini dimekarkan menjadi 3 desa, yaitu Desa Sukamaju, Padamulya, dan Sukamukti) (Palmer, 1972 dan Matsuo, 1970).
Tak hanya tersohor di Negara sendiri, tetapi Negara asing pun ikut serta mengimport hasil kain tenun dari Majalaya. Tak heran jika dahulu Majalaya disebut sebagai kota Dolar, karena Majalaya merupakan wilayah pengekspor kain yang berkualitas sehingga transaksi mata uang terdapat disana. Berdasarkan tinjauan menuju IKT TPT Majalaya, hasil kain tenun industrinya pun beragam, di antaranya adalah kain songket, kain untuk pakaian adat daerah, keset, taplak meja, grey, ashahi, kain sarung/songket dan lain sebagainya.
Namun, seiring dengan perkembangan perindustrian secara umum, dalam situs resmi kecamatanmajalaya.blogspot.com memaparkan pula bahwa:
Pada saat yang sama para pengusaha tenun lokal sudah mulai kehilangan pengaruhnya dan untuk mempertahankan kelangsungan produksi banyak perusahaan lokal yang beralih ke sistem maklun.
Industri tenun rumahan juga sudah mulai tergeser dan bangkrut karena tidak mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh ATM. pada
(17)
masa-masa berikutnya mereka beralih melakukan kegiatan usaha yang sangat marginal, seperti pembuatan kain lap, urung kasur, dsb. Sejak tahun 1970-an banyak pabrik-pabrik pribumi yang dijual terhadap pengusaha asing atau WNI nonpribumi. Penjualan pabrik ini merupakan titik akhir dari rangkaian proses pengambilalihan perusahaan pribumi oleh pengusaha asing atau WNI nonpribumi.
Penurunan masa kejayaan ini seiringan dengan perkembangan masa pemerintahan, karena adanya krisis perekonomian yang menyebabkan banyaknya industri tenun yang mengalami kebangkrutan. Akan tetapi, hal ini tidak membuat masyarakat Majalaya berhenti untuk mendirikan usahanya. Jumlah industri kecil menengah pertenunan Majalaya dan sekitarnya mengalami perkembangan, berdasarkan data yang diperoleh dari IKM TPT Majalaya atau yang dikenal sebagai Sub Unit Pengembangan Industri Kecil Menengah Tekstil Pertenunan dapat diakumulasikan sebagai berikut:
Tabel 1.1
Hasil Akumulasi Data Perusahaan Industri Kecil Menengah Pertenunan Majalaya Dan Sekitarnya Di Kabupaten Bandung tahun 2010, 2011 dan 2012
Tahun 2010 2011 2012
Jumlah perusahaan 128 129 186 Sumber: data yang diperoleh dari IKM TPT Majalaya.
Walaupun mengalami proses pasang surut, pada era modern saat ini, keberadaan industri tenun tradisional masih bertahan walaupun banyak industri yang beralih menggunakan mesin tenun untuk meningkatkan produksinya. Menurut salah satu pegawai IKT TPT, saat ini untuk Kecamatan Majalaya terdapat sekitar kurang dari 10 industri tenun tradisional yang masih menggunakan alat tenun bukan mesin tetapi belum dengan sekitar wilayah
(18)
Industri tenun tradisional ini pasti memiliki pengaruh bagi masyarakat, Dharmawan (1986, hlm.77) menyatakan bahwa:
Setiap kehadiran suatu perusahaan di tengah-tengah masyarakat secara langsung maupun tidak, pasti membawa pengaruh terhadap kehidupan jasmaniah maupun rohaniah. Diakui bahwa dalam banyak hal, setiap kejadian yang terjadi dalam suatu perusahaan akan dirasakan oleh masyarakat di mana perusahaan itu berada
Dari pernyataan ini, tentunya Industri tenun tradisional memiliki fungsi atau peranan penting yang dapat berkontribusi bagi keberlangsungan hidup masyarakat karena dalam proses berlangsungnya terdapat suatu hubungan antar pelaku industri dan masyarakat.
Jika melihat sejarah industri tenun pada masa kejayaannya yang menghasilkan prestasi bagi masyarakat, dan seiring berkembangnya masa industri tenun yang semakin terpuruk, namun masih dapat dipertahankan walaupun mengalami proses perubahan dari teknik produksi atau jumlah tenaga kerja. Inilah yang menjadikan hal tersebut menarik untuk diteliti, khususnya industri tenun tradisional yang masih bertahan dengan keterbatasan peralatan, tenaga kerja dan sebagainya.
Pada lain hal, industri ini memiliki keunikan tersendiri dalam proses produksinya, karena untuk mengoperasikan alat tenun kayu dibutuhkan keahlian dan pelatihan khusus untuk menghasilkan kain yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Keberadaan industri ini penting untuk diteliti karena memiliki tujuan untuk mengungkapkan seperti apa kondisi industri tenun tradisional saat ini dalam tantangan era modern dan seperti apakah peran dan fungsi industri tradisional sebagai suatu tatanan social yang ada di dalam masyarakat serta keunikan apa yang dimiliki oleh industri tersebut. Hal ini mendapatkan perhatian peneliti untuk mengangkat judul “Keberadaan Industri Tenun Tradisional pada era modern di
wilayah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”. Dengan harapan supaya
mendapatkan jawaban deskriptif mengenai industri tenun tradisional yang masih dipertahankan keberadaannya pada era modern saat ini.
(19)
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlunya merumuskan permasalahan yang akan dibahas agar penelitian dapat terfokuskan. Masalah inti yang menjadi pembahasan adalah mengetahui mengapa keberadaan industri tenun tradisional pada era modern di Wilayah Majalaya masih bertahan.
Untuk lebih memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan kedalam bentuk sub-sub masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana keunikan yang dimiliki oleh industri tenun tradisional? 2. Bagaimana Industri tenun tradisional mampu memberikan kehidupan
bagi pelaku industri?
3. Bagaimana sistem aktifitas antara komponen-komponen dalam industri tenun tradisional?
4. Bagaimana pembelajaran sosiologi dalam mengkaji industri tenun tradisional?
C. Tujuan penelitian
Pada dasarnya, penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Diantaranya yaitu:
1. Tujuan umum
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran/deskriptif mengenai bagaimana industri tenun tradisional masih survive di era modern, mengingat kemajuan teknologi yang cukup pesat saat ini. Hal ini menambah wawasan untuk ilmu sosiologi, khususnya sosiologi dalam industri.
(20)
c. Mengetahui, menganalisis dan memperoleh gambaran tentang sistem aktifitas antara komponen-komponen dalam industri tenun tradisional.
d. Mengetahui, memahami dan memperoleh gambaran Bagaimana pembelajaran sosiologi dalam mengkaji industri tenun tradisional?
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini ditujukan dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis diharapkan dapat :
1. Memberikan sumbangsih wawasan kepada masyarakat tentang keberadaan industri tenun tradisional yang sampai saat ini masih bertahan pada era modern dalam persaingannya dengan industri tenun lainnya yang telah modern.
2. Memberikan sumbangsih pemikiran atau bahan kajian tentang kehidupan sosial masyarakat dalam industri tenun tradisional pada era modern.
3. Sebagai rekomendasi positif untuk mengembangkan strategi industri tenun tradisional pada era modern khususnya bagi pemilik industri tenun tradisional.
4. Sebagai rekomendasi positif bagi pemerintah daerah untuk memberikan dukungan serta perhatian kepada pengusaha pribumi dalam menghadapi persaingan pasar.
5. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan literatur bagi peneliti yang berminat terhadap permasalahan yang dibahas.
6. Memberikan wawasan bagi pembelajaran sosiologi dalam konteks perindustrian khususnya industri tenun tradisional.
Secara praksis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai upaya untuk bahan evaluasi dalam mengembangkan, melestarikan kebudayaan yang ada dalam industri tenun tradisional agar tidak punah dalam perkembangan zaman yang semakin berkembang dan maju.
(21)
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman karya tulis ilmiah UPI. Adapun struktup organisasi skripsi ini diantaranya:
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang mengungkapkan kemengapaan peneliti memilih tema penelitian. Selain itu, terdapat perumusan masalah, guna membatasi pokok permasalahan yang akan diteliti. Selain rumusan masalah, terdapat pula tujuan penelitian yang menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Manfaat dan struktur organisasi skripsipun terdapat dalam bab ini.
2. BAB II Kajian Pustaka atau landasan teoretik
Kajian pustaka merupakan suatu landasan bagi dasar pemikiran dengan teori yang sudah ada. Seperti dalam pedoman karya tulis ilmiah, UPI, (2011, hlm. 21) bahwa “Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.”.
3. BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini berisi tentang tata cara atau metode dalam meneliti suatu permasalahan, diantaranya terdapat lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
4. BAB IV Temuan dan Pembahasannya
(22)
menerangkan implikasi dan rekomendasi untuk berbagai pihak guna mengembangkan keilmuan yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian.
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena keberadaan industri tenun tradisional merupakan suatu penomena atau fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat yang keberadaannya masih dipertahankan sampai pada era modern saat ini. Kemudian Ikbar, (2012, hlm. 146) menjelaskan bahwa “pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan fenomenologi dan paradigma konstruktivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan”. Dalam hal ini, pendekatan tersebut dipilih karena permasalahan yang dikaji dalam penelitian memerlukan paradigma konstruktivisme dan dalam hal ini membutuhkan tingkat kritisme yang mendalam dari semua proses penelitian. Seperti yang dipaparkan oleh Bungin (2012, hlm. 5), bahwa, “Penelitian kualitatif adalah menelitian yang memiliki tingkat kritisme yang lebih dalam semua proses penelitian. Kekuatan kritisme peneliti menjadi senjata utama menjalankan semua proses penelitian”. Merujuk pada pemaparan tersebut bahwa kritisme menjadi dasar yang kuat untuk seluruh proses penelitian.
Untuk meneliti keberadaan industri tenun tradisional, memerlukan penguasaan makna yang terkandung dalam data yang tampak. Maka, peneliti memilih desain deskriptif kualitatif karena desain ini sesuai dengan konteks penelitian yang akan diteliti yaitu mendeskripsikan keberadaan industri tenun tradisional pada era modern di wilayah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat secara mendalam. Serupa dengan pemaparan Bungin, (2012, hlm. 69), bahwa design ini “ memusatkan diri pada suatu unit tertetu dari berbagai
(24)
B. Tempat Penelitian dan Informan 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dimana Wilayah Majalaya yang peneliti pilih terdiri dari Kecamatan Majalaya, Paseh dan Ibun. Alasan memilih tempat tersebut sebagai penelitian karena wilayah tersebut merupakan wilayah yang terkenal sebagai penghasil kain tenun, namun keberadaan industri tenun tradisional mengalami penurunan seiring berkembangnya masa pemerintahan dan era modernisasi.
Wilayah Majalaya tersebut memiliki industri tenun tradisional yang sejak masa lampau masih bertahan, di antaranya adalah industri kerajinan Bentang Terang dan industri kerajunan Sutra Alam Majalaya, selain itu ada pula industri lainnya yang termasuk kedalam industri rumahan yang memproduksi taplak meja, lap dan lain sebagainya.
2. Informan Penelitian
Dalam suatu penelitian pasti memiliki subjek penelitian atau informan penelitian, karena tanpa ada subjek penelitian, maka tidak ada suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Arikunto (2002, hlm. 200) memaparkan subjek penelitian “ ... adalah benda, hal atau organisasi tempat data atau variabel penelitian dipermasalahkan melekat ...”. permasalahan-permasalahan yang dipecahkan selayaknya dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh dari informan yang terkait dengan penelitian. Licoln dan Guba (dalam Alwasiah, 2008, hlm. 200) berpendapat:
Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan yang dikenali dari rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi.
Dalam penelitian ini, diperlukan pertimbangan jika ingin dikatakan bahwa subjek telah memenuhi atau memadai, harus mengalami titik kejenuhan data atau informasi yang diperoleh dari informan.
Peneliti memilih informan sebagai berikut: 1. Aparat Pemerintahan setempat
(25)
2. Pemilik perusahaan 3. Pegawai perusahaan 4. Dosen ahli
Peneliti memilih informan tersebut karena dianggap memiliki keterkaitan dengan keberadaan industri tenun tradisional atau ATBM yang masih bertahan pada era modern ini.
Selain itu, peneliti menggunakan prosedur snowball agar dapat membentuk jaringan informasi dari subjek penelitian. Peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara mendalam dan akan memperoleh gambaran yang lengkap mengenai keberadaan industri tenun tradisional. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 54),
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
Hal ini sependapat dengan Bungin (2012, hlm. 109) bahwa,
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di saat menggunakan prosedur snowball, yaitu: apabila informan dan karakter tertentu sulit ditentukan, informan yang ditemui bersedia merujuk peneliti ke informan lain, memungkinkan perkembangan mata rantai rujukan sampai pada snowball yang memadai sebagai informan penelitian yang dibutuhkan peneliti.
Dalam hal ini peneliti harus memverifikasi kelayakan setiap informan agar informasi yang diberikan oleh informan lebih akurat. Dalam menggunakan prosedur ini, peneliti menggunakan model bola salju linier atau “Linear Snowball
(26)
Sumber: Bungin (2012, hlm. 110).
Dalam hal ini peneliti selektif dalam merujuk informan, dalam artian bahwa tidak semua informan dipilih oleh peneliti, dan peneliti memiliki hal untuk menyeleksi informan berikutnya.
Setelah mendapatkan informasi dari informan dengan menggunakan prosedur snowball dan peneliti merasa informasi yang didapatkan sudah tidak bervariasi lagi maka penelitian ini sudah sampai pada titik jenuh. Nasution (1992, hlm. 32) menyebutkan “Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf redundancy ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.”
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dibagi kedalam dua pengumpulan data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dilapangan untuk memperoleh validitas data dan fakta-fakta yang muncul dilapangan. Perolehan data primer dilakukan dengan cara:
a. Observasi partisipasi
Observasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang didalamnya terdapat suatu pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh informan di lapangan. Menurut Creswell (2010, hlm. 267), “Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas indivudu-indivudu di lokasi penelitian”. Sedangkan menurut Nasution (2008, hlm. 106) bahwa “Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Observasi diperlukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai eksplorasi”.
(27)
Dalam pengamatan ini, peneliti merekam dan mencatat berbagai aktivitas yang ingin diketahui dan mencatat serta merekam jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Tidak menutup kemungkinan bahwa peneliti dapat menjadi partisipan utuh maupun non-partisipan dalam melaksanakan aktivitas yang dilakukan oleh informan.
Ada beberapa persoalan pokok yang perlu diperhatikan khusus bagi pengamat partisipan (participant observer) sehubungan dengan tugasnya, Dalam Bungin (2012, hlm. 118) antara lain:
a. Apa saja yang harus di observasi?
b. Bilamana dan bagaimana melakukan pencatatan?
c. Bagaimana mengusahakan hubungan baik dengan objek pengamatan?
d. Berapa lama dan luasnya partisipasi tersebut?
Dalam hal ini, peneliti mengobservasi seluruh aktivitas komponen yang ada dalam industri, mulai dari proses produksi dan pendistribusian di perusahaan tenun tradisional (ATBM), kemudian peneliti melakukan pencatatan dengan cara membuat pedoman observasi agar peneliti dapat terfokus dan peneliti pun membuat catatan tertentu bilamana terdapat suatu aktivitas yang tak terduga. Dalam proses pengamatan, peneliti mencoba melaksanakan hubungan baik dengan informan guna untuk menghindari rasa “canggung” dan menjalin hubungan harmonis. Salah satu cara agar peneliti dapat berkomunikasi dengan baik adalah dengan cara menggunakan bahasa daerah yang sama dengan informan. Untuk jangka waktu dalam proses observasi ini peneliti belum menentukan pasti karena untuk memperoleh informasi yang akurat dibutuhkan titik kejenuhan, maka peneliti akan melakukan observasi hingga pada titik jenuh data.
(28)
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Dalam hal ini, peneliti mengikuti pedoman wawancara yang telah disusun untuk mengumpulkan data. Wawancara mendalam (in-depth interview) yang dilakukan oleh peneliti sebagai informan melibatkan beberapa elemen masyarakat, diantaranya: Tokoh Masyarakat, Aparat IKT TPT Majalaya dan informan inti yaitu pemilik dan pegawai industri tenun tradisional (ATBM) di wilayah Majalaya. Elemen masyarakat tersebut dilibatkan dalam penelitian ini guna untuk mendapatkan informasi lebih jelas dan mendalam.
Selain melakukan wawancara secara bertatap muka secara langsung, tidak menutup kemungkinan peneliti melakukan wawancara melalui media komunikasi lain seperti HP. Creswell (2010:267) menyatakan bahwa:
Peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per-kelompok.
Sehubungan dengan hal tersebut, Nasution (2008:113) pun menyatakan bahwa, “Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi juga dapat dilaksanakan melalui telepon“
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara face-to-face, namun tidak menutup kemungkinan menggunakan metode wawancara melalui telepon dan wawancara dalam kelompok bila ada kemungkinan-kemungkinan yang menghambat proses wawancara secara langsung. Wawancara juga dapat berfungsi secara eksploratif apabila penelitian ini masih samar-samar dan belum pernah ada yang meneliti atau referensi penelitian sedikit.
(29)
Data sekunder digunakan dalam pengumpulan data pelengkap dari data primer seperti:
a. Studi Dokumentasi/dokumenter
Bungin (2012, hlm. 124) menyebutkan bahwa “Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.” Kemudian Creswell (2010, hlm. 270) menyatakan bahwa, “Dokumen ini bisa berupa dokumen public (seperti Koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti buku harian, diari, surat, e-mail) “. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari perusahaan industri atau instansi terkait untuk memperkuat data dan dapat di proses secara relevan dengan data-data primer.
b. Penelusuran Data Online
Pada era modern saat ini, tentunya masyarakat luas telah mengenal media online yang dapat mengakses informasi dari duni maya atau online. Hal ini pun dapat menjadi bagian dari penelitian untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pembahasan yang akan diteliti. Tidak menutup kemungkinan bahwa peneliti akan mendapatkan informasi dari media online dan memilah milih mana situs web yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan sesuai dengan kriteria sumber informasi tersebut, seperti terdapat nama/instansi penyunting dan alamat jelas web tersebut. D. Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian dibutuhkan alat untuk mengumpulkan data-data dari hasil wawancara, observasi dan lain sebagainya. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
(30)
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara pada pelaku industri tenun tradisional (ATBM) masyarakat setempat, lembaga terkait dan dosen ahli untuk mengetahui bagaimana kajian sosiologi terhadap industri tenun tradisional. Selain itu peneliti tidak menutup kemungkinan melakukan penelusuran dokumentasi dan data online untuk memperkuat informasi atau data-data.
3. Penyusunan Pedoman Wawancara
Sebelum terjun kelapangan peneliti terjun kelapangan, peneliti menyususn pedoman wawancara untuk mempermudah peneliti dalam melakukan wawancara terhadap informan agar wawancara dapat terarah dan terfokuskan sesuai dengan pertanyaan penelitian dan indikator penelitian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi penelitian.
4. Penyusunan Pedoman Observasi
Penyusunan pedoman observasi ini dilakukan agar peneliti dapat mengamati langsung aktivitas informan secara terarah dan terfokuskan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam melakukan pengamatan peneliti mencatat temuan-temuan baru yang tidak terduga sebelumnya.
E. Analisa Data
1. Analisa Data Kualitatif
Setelah informasi atau data-data penelitian terkumpul, langkah berikutnya adalah dengan melakukan analisis data. Analisis data dilakukan setelah data-data yang dikumpulkan bersifat jenuh atau tidak bervariasi lagi. Adapun dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif menurut Bungin, (2012, hlm. 161) yaitu: “(1) Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu.” Dalam hal ini peneliti melakukan analisis data sesuai dengan analisa model Miles dan Huberman (1992, hlm. 16-20) yang mengungkapkan bahwa,
(31)
“analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: 1) reduksi data; 2) penyajian data; dan menarik kesimpulan atau verifikasi”. Berdasarkan pemaparan tersebut, langkah-langkah analisa data yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan proses analisisa yang dilakukan untuk mempertajam, mengklasifikasikan dan mengarahkan hasil penelitian dengan menfokuskannya pada informasi yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data memiliki tujuan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman dan makna yang terkandung dalam data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum dan mengklasifikasikannya sesuai dengan masalah atau aspek-aspek permasalahan yang sedang diteliti.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah melakukan reduksi data, peneliti akan menyajikan data kedalam bentuk uraian singkat dengan teks naratif melalui tahap display data. Penyajian data atau display data merupakan sekumpulan informasi yang telah disusun untuk memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.
Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun menyeluruh akan memudahkan peneliti dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh.
c. Conclution Drawing Verification
Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi yang mana data dalam penelitian ini didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten. Saat
(32)
2. Interpretasi data atau Keabsahan data
Dalam penelitian, perlu adanya pertanggungjawaban bahwa penelitian tersebut ilmiah, dalam hal ini penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menguji keabsahan data dengan cara kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas. Adapun langkah-langkah tersebut dipaparkan sebagai berikut:
a. Standar kredibilitas
Agar penelitian kualitatif memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan, diperlukan upaya-upaya untuk menguji keabsahan data. Diantaranya, memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam pengumpulan data di lapangan dan melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh dalam kegiatan industri tenun tradisional sehingga peneliti semakin mendalami keberadaan industri tenun tradisional pada era modern saat ini.
Pengujian keabsahan data kualitatif dalam Bungin (2012, hlm. 256), “Uji keabsahan dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan“. Dalam hal ini, peneliti melakukan proses pendekatan triangulasi dalam menguji keabsahan data yang diperoleh. Peneliti melakukan teknik triangulasi dengan menggabungkan observasi partisipasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi secara serempak untuk mendapatkan data yang valid.
b. Transferability
Dalam penelitian kualitatif penelitian dianggap memiliki standar transferibilitas bila pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian tentang keberadaan industri tenun tradisional di tengah-tengah industri tenun modern saat ini di wilayah Majalaya. Selain itu juga dapat menambah wawasan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam industri tenun tradisional bagi pembelajaran sosiologi.
c. Dependabilitas (Dependability/ Reliabilitas)
Dengan mengambil tempat penelitian di Wilayah Majalaya Kabupaten Bandung yang terdiri dari tiga kecamatan, dengan harapan tingkat konsistensi dan
(33)
stabilitas data dapat diperoleh. Makin konsisten peneliti dalam keseluruhan proses penelitian, baik dalam pengumpulan data, interpretasi temuan maupun dalam melaporkan hasil temuan maka akan semakin memenuhi standar dependabilitas.
d. Konfirmabilitas / kepastian
Standar konfirmabilitas ini lebih terfokus pada audit (pemeriksaan) kualitas dan kepastian hasil penelitian. Untuk memperoleh kepastian tersebut, peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu:
1) Menemukan siklus kesamaan data yang berarti peneliti dapat
memperpanjang pengamatan dengan kembali ke lapangan, melakukan observasi dan wawancara kembali dengan informan yang pernah ditemui maupun yang baru untuk menemukan data yang benar-benar lengkap dan valid tentang kebaradaan industri tenun tradisional
2)Ketekunan pengamatan yang berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan dengan mempergunakan kelima panca indera peneliti. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan apakah data yang telah didapatkan itu salah atau benar guna menghindari keraguan peneliti dalam mengamati aktifitas dalam industri tenun tradisional. Untuk memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis, maka peneliti mendengarkan hasil rekaman dari wawancara, kemudian menyusun hasil wawancara tersebut. Selain itu pula peneliti mengisi pedoman observasi secara cermat pada saat melakukan wawancara dan pada saat mengamati aktivitas dalam industri tenun.
(34)
pegawai industri tenun tradisional, aparat pengembangan IKM TPT Majalaya.
b) Triangulasi cara atau teknik yaitu pengecekan data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada awal penelitian di lapangan, peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap sumber, kemudian peneliti melakukan observasi partisipan untuk mengetahui apakah dari hasil wawancara tersebut sesuai dengan kenyataan. Peneliti melakukan observasi dengan ikut serta dalam beberapa kegiatan menenun yang dirasa cukup membantu dan tak lupa peneliti melakukan dokumentasi.
Adapun teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3 Teknik Triangulasi
Sumber: Sugiono (2012, hlm. 242)
Peneliti menggabungkan hasil observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi sebagai sumber data untuk memperoleh data yang relevan.
c) Triangulasi waktu yaitu melakukan pengecekan data dalam
waktu atau situasi yang berbeda-beda yaitu pada waktu pagi hari saat informan memulai aktivitas yang berlangsung hingga siang hari saat istirahat dan pada sore hari sampai kegiatan selesai dilaksanakan.
4)Menggunakan bahan referensi yang berarti melakukan
pembuktian melalui data-data pendukung yang diperoleh oleh peneliti. Bahan referensi ini didapat dari berbagai sumber yaitu Observasi
Dokumentasi Wawancara
Mendalam
Sumber Data Sama
(35)
dari media online, data profil perusahaan atau dokumen lain sebagai pendukung data dari hasil wawancara dan observasi.
5)Mengadakan member check yang berarti proses pengecekan data
yang diperoleh peneliti kepada sumber data atau informan. Hal tersebut peneliti lakukan dengan mendatangi informan dan menyampaikan temuan kepada pemberi data setelah peneliti mendapatkan temuan atau kesimpulan. Hal ini dilakukan agar menghindari terjadinya kesalah fahaman antara peneliti dan informan mengenai informasi. Setelah data disepakati bersama, maka para informan diminta untuk menandatangani pernyataan sebagai bukti yang otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.
(36)
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Majalaya, merupakan bagian wilayah dari kabupaten Bandung, Jawa Barat. Majalaya memiliki sejarah pertenunan yang panjang hingga pada era modern saat ini. Salah satu industri yang menjadi khas wilayah Majalaya ini adalah Industri tenun tradisional. Industri tenun tradisional merupakan industri tenun yang masih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Alat tersebut terbuat dari kayu dan dioperasikan oleh satu orang setiap satu alat. Keberadaan industri ini telah ada sejak masa pemerintahan Belanda dan menorehkan prestasi berupa piagam Upakarti pada pemerintahan Presiden Soeharto. Namun, semakin majunya peralatan pertenunan, terdapat beberapa industri tenun tradisional yang masih dipertahankan keberadaannya.
Keberadaan industri tenun tradisional diwilayah Majalaya masih bertahan hingga kini ditunjukkan dengan keunikan yang dimiliki yaitu: a) Hasil kain tenun yang berkualitas dan memiliki nilai estetika dari segi corak warna dan motif gambar; b) Alat tenun masih tradisional berbahan kayu dan hanya membutuhkan tenaga manusia dalam mengoperasikan alat tersebut; c) Diperlukan keahlian serta kreatifitas para penenun untuk mengoperasikan alat tenun dan proses penyulaman kain.
Industri ini mampu memenuhi kebutuhan hidup para pelaku industri, dari aspek sosial yaitu sebagai sarana untuk menjalin hubungan sosial (relationship), hubungan timbal balik (interrelationship) dan proses kerjasama (cooperation) antara para pelaku industri yang terdiri dari pengusaha, pekerja dan konsumen. Dari aspek ekonomi yaitu mampu memenuhi kebutuhan pokok para pelaku industri meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Industri tenun ini memiliki suatu sistem aktifitas antar komponen yang saling berkaitan. Sistem aktifitas industri tenun ini merupakan kegiatan ekonomi yang terdiri dari proses produksi, distribusi dan konsumsi. Proses produksi kain meliputi: a) pencucian dan pewarnaan benang; b) penjemuran benang; c)
(37)
pengkanjian (untuk benang lusi); d) pengkelosan; e) Penghanian; f) pencucukan; g) penenunan. Setelah proses produksi, dilakukan pendistribusian produk melalui jasa pengiriman barang atau diantarkan langsung kepada konsumen. Sistem pembayaran dilakukan secara cash (tunai maupun transfer bank) atau credit. Media pemasaran produk melalui media sosial (online), ada pula konsumen yang langsung datang ke pabrik untuk membeli produk kain. Kain tenun digunakan untuk upacara adat, seperti adat pernikahan medan dan lampung. Kegiatan ekonomi tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena tanpa proses produksi, kegiatan distribusi produk tidak akan berjalan, dan tidak ada kegiatan konsumsi jika tidak ada produk yang didistribusikan.
Industri tenun tradisional dapat menjadi bahan kajian pembelajaran sosiologi, dimana industri tenun ini merupakan fakta sosial yang dapat dikaji dalam pembelajaran Sosiologi. Pembelajaran sosiologi merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk melatih social sense, maka guru harus mampu mengelola suatu pembahasan yang terdapat dalam industri tenun tradisional seperti status dan peran dalam industri yang saling berkaitan, pola interaksi yang terjalin didalamnya, serta struktur sosial yang saling fungsional sehingga mampu mempertahankan industri tradisional hingga pada era modern saat ini.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Seperti dalam simpulan yang telah dipaparkan, maka implikasi yang dapat diuraikan adalah:
A. Bagi pelaku industri tenun tradisional. 1) Pengusaha tenun : Agar penelitian ini dapat bermakna bagi perbaikan kinerja atau proses kegiatan industri tenun tradisional sehingga dapat berkembang lebih baik lagi. Untuk mampu mempertahankan industri tenun tradisional
(38)
tradisional : Agar penelitian ini dapat menjadi referensi dalam meningkatkan kualitas kinerja para pekerja. Semakin tinggi kualitas kinerja maka akan semakin tinggi upah yang didapatkan dari hasil bekerja dipabrik tenun, maka diharapkan para pekerja bekerja dengan baik untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.
B. Lembaga pertenunan Majalaya. Agar penelitian ini menjadi sarana dalam meninjau sejauhmana industri tenun tradisional di Wilayah Majalaya melakukan proses kegiatan ekonomi dan mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh industri tenun tradisional di Wilayah Majalaya maupun di wilayah lainnya. Diharapkan lembaga pertenunan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan karakteristik industri tenun tradisional yang masih menjaga ketradisionalannya. Serta lebih dapat memantau industri tenun tradisional lainnya yang membutuhkan bantuan dalam mengembangkan industri tenunnya seperti Industri tenun Tapis. Selain itu, Perlunnya mengadakan pengklaiman produk khas Majalaya agar eksistensi pertenunan Majalaya semakin dikenal oleh khalayak banyak. C. Bagi tenaga pendidik. Agar penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk membantu peserta didik dalam melatih social sense atau kepekaan social karena sudah selayaknya para pendidik memiliki pengetahuan yang luas tentang permasalahan sosial dan peka terhadap potensi masyarakat khususnya dalam bidang pertenunan yang dapat menjadi bagian dari materi pembelajaran sosiologi.
D. Bagi peneliti selanjutnya. Agar penelitian ini menjadi bahan referensi untuk penulisan karya tulis yang ilmiah, dan tidak menutup kemungkinan karya tulis ilmiah ini terdapat kekurangan-kekurangan. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu memberikan implikasi yang dibutuhkan oleh para penenun agar tidak hanya sekedar penelitian saja, tetapi penelitian yang mampu mengubah industri tenun tradisional agar dapat berkembang pada persaingan diera modern.
(39)
Demikian deskripsi mengenai penelitian tentang keberadaan industri tenun tradisional pada era modern di Wilayah Majalaya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang positif bagi pembaca diberbagai kalangan.
(40)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, Idris dan Maryani, Enok. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.
Azhary, Saleh (1991). Industri Kecil: Sebuah Tinjauan Dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES
Badan Pusat Statistik. (2009). Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, Jakarta: BPS
Bungin, Burhan. (2012). Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana
Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Daldjoeni, N. (1992). Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Mahasiswa IKIP (Fkip) Dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung: Alumni.
Dharmawan (1986). Aspek-Aspek Dalam Sosiologi Industri. Bandung: Bina Cipta Kosasih, E. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press
Johnson, Doyle. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern: Diindonesiakan oleh: Robert M.Z Lawang. Jakarta: PT. Gramedia
Kamil, Gurniwan. Malihah, Elly. Nurbayani, Siti. (2011). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung: CV Maulana Media Grafika
Moleong, Lexy J. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung
Nasution, S. (2008). Metode Research (Metode Ilmiah). Bumi Aksara: Jakarta Nazir, Nasrullah. (2009). Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran Ritzer, George. Goodman, Douglas. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana
Ritzer, George. (2013). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
(41)
Setiadi, Elly. Kolip, Usman. (2011) Pengantar Sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group
Soekanto, Soerjono. (1983). Pribadi Dan Masyarakat. Bandung: Alumni Soekanto, Soerjono. (1983). Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sukirno, Sadono. (1995). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua. Jakarta: PT. Karya Grafindo Persada
Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni
Surakhmad, Winarno. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Teknik. Bandung: Tarsito
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan pembelajaran. Bandung: UPI
Poerwadarmunta, Wojo. (1980). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia- Inggris. Edisi Baru. Bandung: Hasta
Wulansari, Dewi. (2009). Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung: Refika Aditama
Sumber lain:
a. Karya Tulis Ilmiah
Luthfianty, Eka. (2011). Perubahan Sosial ekonomi masyarakat kecamatan majalaya tahun 1960-1998. UPI Bandung.
Arifin, Nurul. (2010). Tenun Tradisional di tengah era persaingan pasar bebas (studi di industri tenun sari di Desa Gerogol, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
(42)
Kampo-Sandi. (2011). Teori Struktural fungsional dan Teori Konflik. [Online]. Diakses dari
Sanditricahyo.blogdetik.com
c. Dokumen
Monografi Kecamatan Majalaya 2014 Monografi Kecamatan Paseh 2014 Data profil Kecamatan Ibun
Data profil Kecamatan Majalaya 2015 Profil Bentang Terang
(1)
pengkanjian (untuk benang lusi); d) pengkelosan; e) Penghanian; f) pencucukan; g) penenunan. Setelah proses produksi, dilakukan pendistribusian produk melalui jasa pengiriman barang atau diantarkan langsung kepada konsumen. Sistem pembayaran dilakukan secara cash (tunai maupun transfer bank) atau credit. Media pemasaran produk melalui media sosial (online), ada pula konsumen yang langsung datang ke pabrik untuk membeli produk kain. Kain tenun digunakan untuk upacara adat, seperti adat pernikahan medan dan lampung. Kegiatan ekonomi tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena tanpa proses produksi, kegiatan distribusi produk tidak akan berjalan, dan tidak ada kegiatan konsumsi jika tidak ada produk yang didistribusikan.
Industri tenun tradisional dapat menjadi bahan kajian pembelajaran sosiologi, dimana industri tenun ini merupakan fakta sosial yang dapat dikaji dalam pembelajaran Sosiologi. Pembelajaran sosiologi merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk melatih social sense, maka guru harus mampu mengelola suatu pembahasan yang terdapat dalam industri tenun tradisional seperti status dan peran dalam industri yang saling berkaitan, pola interaksi yang terjalin didalamnya, serta struktur sosial yang saling fungsional sehingga mampu mempertahankan industri tradisional hingga pada era modern saat ini.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Seperti dalam simpulan yang telah dipaparkan, maka implikasi yang dapat diuraikan adalah:
A. Bagi pelaku industri tenun tradisional. 1) Pengusaha tenun : Agar penelitian ini dapat bermakna bagi perbaikan kinerja atau proses kegiatan industri tenun tradisional sehingga dapat berkembang lebih baik lagi. Untuk mampu mempertahankan industri tenun tradisional sampai pada era modern, para penguasaha tenun harus memiliki strategi-stategi khusus dalam menggerakkan industri tenun tradisional, seperti meningkatkan management produksi dan pendistribusian produk serta mengevaluasi sistem aktifitas didalam produksi. Selain itu, perlunya inovasi dalam meningkatkan kualitas produkpun menjadi hal penting untuk menarik minat para konsumen ; 2) Pekerja tenun
(2)
tradisional : Agar penelitian ini dapat menjadi referensi dalam meningkatkan kualitas kinerja para pekerja. Semakin tinggi kualitas kinerja maka akan semakin tinggi upah yang didapatkan dari hasil bekerja dipabrik tenun, maka diharapkan para pekerja bekerja dengan baik untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.
B. Lembaga pertenunan Majalaya. Agar penelitian ini menjadi sarana dalam meninjau sejauhmana industri tenun tradisional di Wilayah Majalaya melakukan proses kegiatan ekonomi dan mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh industri tenun tradisional di Wilayah Majalaya maupun di wilayah lainnya. Diharapkan lembaga pertenunan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan karakteristik industri tenun tradisional yang masih menjaga ketradisionalannya. Serta lebih dapat memantau industri tenun tradisional lainnya yang membutuhkan bantuan dalam mengembangkan industri tenunnya seperti Industri tenun Tapis. Selain itu, Perlunnya mengadakan pengklaiman produk khas Majalaya agar eksistensi pertenunan Majalaya semakin dikenal oleh khalayak banyak. C. Bagi tenaga pendidik. Agar penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk membantu peserta didik dalam melatih social sense atau kepekaan social karena sudah selayaknya para pendidik memiliki pengetahuan yang luas tentang permasalahan sosial dan peka terhadap potensi masyarakat khususnya dalam bidang pertenunan yang dapat menjadi bagian dari materi pembelajaran sosiologi.
D. Bagi peneliti selanjutnya. Agar penelitian ini menjadi bahan referensi untuk penulisan karya tulis yang ilmiah, dan tidak menutup kemungkinan karya tulis ilmiah ini terdapat kekurangan-kekurangan. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu memberikan implikasi yang dibutuhkan oleh para penenun agar tidak hanya sekedar penelitian saja, tetapi penelitian yang mampu mengubah industri tenun tradisional agar dapat berkembang pada persaingan diera modern.
(3)
Demikian deskripsi mengenai penelitian tentang keberadaan industri tenun tradisional pada era modern di Wilayah Majalaya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang positif bagi pembaca diberbagai kalangan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, Idris dan Maryani, Enok. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.
Azhary, Saleh (1991). Industri Kecil: Sebuah Tinjauan Dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES
Badan Pusat Statistik. (2009). Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, Jakarta: BPS
Bungin, Burhan. (2012). Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana
Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Daldjoeni, N. (1992). Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Mahasiswa IKIP (Fkip) Dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung: Alumni.
Dharmawan (1986). Aspek-Aspek Dalam Sosiologi Industri. Bandung: Bina Cipta Kosasih, E. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press
Johnson, Doyle. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern: Diindonesiakan oleh: Robert M.Z Lawang. Jakarta: PT. Gramedia
Kamil, Gurniwan. Malihah, Elly. Nurbayani, Siti. (2011). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung: CV Maulana Media Grafika
Moleong, Lexy J. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung
Nasution, S. (2008). Metode Research (Metode Ilmiah). Bumi Aksara: Jakarta Nazir, Nasrullah. (2009). Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran Ritzer, George. Goodman, Douglas. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana
Ritzer, George. (2013). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
(5)
Setiadi, Elly. Kolip, Usman. (2011) Pengantar Sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group
Soekanto, Soerjono. (1983). Pribadi Dan Masyarakat. Bandung: Alumni Soekanto, Soerjono. (1983). Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sukirno, Sadono. (1995). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua. Jakarta: PT. Karya Grafindo Persada
Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni
Surakhmad, Winarno. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Teknik. Bandung: Tarsito
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan pembelajaran. Bandung: UPI
Poerwadarmunta, Wojo. (1980). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia- Inggris. Edisi Baru. Bandung: Hasta
Wulansari, Dewi. (2009). Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung: Refika Aditama
Sumber lain:
a. Karya Tulis Ilmiah
Luthfianty, Eka. (2011). Perubahan Sosial ekonomi masyarakat kecamatan majalaya tahun 1960-1998. UPI Bandung.
Arifin, Nurul. (2010). Tenun Tradisional di tengah era persaingan pasar bebas (studi di industri tenun sari di Desa Gerogol, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Susanti (2015), Perkembangan Industri Tenun Tradisional Di Desa Kampo-Kampo Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi. UHO Kendari.
b. Media Online
Camat Majalaya. (2009). Produk Hasil Industri Tekstil Majalaya. [Online]. Diakses dari kecamatanmajalaya.blogspot.com.
Omah. (2014). Sekilas Tentang Alat Tenun. [Online]. Diakses dari Omahtenunku.blogspot.in/2014/05/sekilas-tentang-alat-tenun.html?m=1
(6)
Sandi. (2011). Teori Struktural fungsional dan Teori Konflik. [Online]. Diakses dari
Sanditricahyo.blogdetik.com
c. Dokumen
Monografi Kecamatan Majalaya 2014 Monografi Kecamatan Paseh 2014 Data profil Kecamatan Ibun
Data profil Kecamatan Majalaya 2015 Profil Bentang Terang