Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat)
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa tesis Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat) adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2009
Galuh Syahbana Indraprahasta
NRP H051060111
ABSTRACT
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. A Regional Planning Strategy
Approach in Indonesia’s Decentralization Era (A Case Study on The Regency of
Bandung Barat). Under direction of SETIA HADI and BABA BARUS.
Regional autonomy which has become one of the most emerging Indonesia’s
1998-reformation answers has pushed a new national regional development
orientation mainly in cities and regencies planning. This new orientation tries to shift
the old centralized and sector-based planning into regional-based planning. Based on
the perspective above, this study try to offer an approach for regional development in
decentralization era. The objectives of this study are: (1) identifying leading sectors in
local perspective, (2) identifying leading sectors in provincial perspective, (3)
identifying leading places, (4) identifying institutional support, and (4) arranging
regional development strategy. This study uses some methods, are: input-output (I-O)
model, location quotient, shift-share analysis, Williamson index, principal component
analysis, Theil index, focus group discussion (FGD), correspondence analysis, and
Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) analysis.
Entertainment and recreation sector together with industrial sector are
identified as leading sector considered by the multiplier input-output analysis result,
while agricultural sector remains economically not significant but still strategic.
Based on Theil index analysis, 90 % of regional disparity in The Regency of
Bandung Barat is caused by economics sector disparities within districts; the sector
causing the most regional disparities is the industrial sector. Thus, the development of
industrial sector un-spatially will cause regional disparities in spite of its huge
economic contribution. Besides that, there is an indication of regional capital outflow
and unsustainable development. The government of The Regency of Bandung Barat
itself apparently does not adapt the new regional development orientation properly.
So that, it must be a clear approach of regional development in the decentralization
era integrating sector and spatial development and supported by good government
capacity.
Keywords: regional development, decentralization, disparity, capital outflow,
sustainable development
RINGKASAN
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. Strategi Pengembangan Wilayah di
Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat). Dibawah
bimbingan SETIA HADI dan BABA BARUS.
Otonomi daerah yang menjadi salah satu jawaban terpenting dari reformasi
1998 telah menggeser perencanaan pengembangan kota dan kabupaten di Indonesia
dari terpusat-sektoral menjadi berbasis kewilayahan. Penelitian ini menawarkan
sebuah pendekatan pengembangan wilayah dalam era otonomi daerah dan bertujuan
untuk: (1) mengidentifikasi sektor unggulan skala kabupaten, (2) mengidentifikasi
sektor unggulan kabupaten dalam perspektif provinsi, (3) mengidentifikasi lokasi
unggulan, (4) mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung, dan (5) menyusun
strategi pengembangan wilayah. Konsep dasar pengembangan wilayah dalam
penelitian ini merupakan keterpaduan dari 3 (tiga) unsur, yaitu: (1) sektor, (2) spasial,
dan (3) kelembagaan. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu: model
input-output (I-O), location quotient (LQ), shift-share analysis (SSA), indeks
Williamson, principal component analysis (PCA), indeks Theil, focus group
discussion (FGD), correspondence analysis, dan analisis Strengths Weaknesses
Opportunities and Threats (SWOT).
Sektor unggulan khususnya dalam perspektif Kabupaten Bandung Barat
(inward looking) merupakan penjabaran dari analisis input-output yang dilihat dari
akumulasi penggandanya. Dari analisis input-output didapatkan bahwa sektor industri
tanpa migas serta hiburan dan rekreasi (pariwisata) merupakan sektor unggulan
karena mempunyai pengganda tertinggi terbanyak. Mempertimbangkan penyerapan
tenaga kerja (34,03 % tenaga kerja merupakan tenaga kerja pertanian) serta dukungan
luas lahan yang besar (52,14% luas wilayah merupakan lahan budidaya perdesaan),
sektor pertanian dianggap sebagai sektor strategis. Terkait dengan analisis inputoutput, sektor pertanian yang mempunyai satu pengganda input-ouput tertinggi
adalah peternakan.
Untuk melihat posisi sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan
rekreasi) dan sektor pertanian sebagai sektor strategis dalam perspektif Provinsi Jawa
Barat (outward looking), digunakan analisis LQ dengan SSA. Dari hasil analisis ini
didapat bahwa sektor industri tanpa migas unggul secara komparatif, adapun sektor
hiburan dan rekreasi (pariwisata) relatif memiliki tingkat keunggulan pertumbuhan
yang sama dengan Provinsi Jawa Barat. Sub-sektor peternakan merupakan sektor
pertanian yang mempunyai 2 keunggulan sekaligus pada level Provinsi Jawa Barat.
Tahap lanjutan penelitian ini setelah identifikasi sektor unggulan dalam
perspektif Provinsi Jawa Barat (outward looking) adalah identifikasi awal komoditas
unggulan untuk sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan rekreasi) dan
sektor strategis (pertanian).
Industri tanpa migas terdiri dari industri menengah-besar dan kecil. Dari
komposisi jumlah industri menengah-besar menurut jenis di Kabupaten Bandung
Barat, terlihat dalam komposisi 3 (tiga) besar bahwa industri tekstil merupakan jenis
industri terbanyak (30,32 %), diikuti industri bahan galian bukan logam (16,13 %),
setelah itu pakaian jadi non bulu (14,19 %). Jika berbicara secara umum dengan
membagi antara industri pertanian dan non pertanian, sekitar 80 % industri tanpa
migas di Kabupaten Bandung Barat adalah industri non pertanian. Komposisi industri
kecil di Kabupaten Bandung Barat berbeda dengan komposisi industri menengahbesar. Industri kecil yang paling dominan adalah makanan (38,74 %) dan anyaman
(34,42 %). Adapun industri tekstil/pakaian yang mendominasi industri menengahbesar tidak menjadi dominan (kain) pada industri kecil.
Sektor hiburan dan rekreasi (pariwisata) secara lebih rinci dapat dilihat dari
obyek wisata unggulan; adapun obyek wisata unggulan dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan. Sebanyak 44,83 % wisatawan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu.
Obyek wisata ini menyedot 83,95 % wisatawan nusantara (wisnus) yang berkunjung.
Adapun obyek wisata kedua adalah Taman Wisata Maribaya yang menyedot 18,56 %
wisatawan; ketiga adalah Curug Omas dengan proporsi 17,38 %. Taman Wisata
Maribaya dan Curug Omas sebagian besar adalah wisatawan mancanegara (wisman)
yang berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat dengan proporsi masing-masing 32,91
% dan 31,5 %.
Komoditas unggulan sektor pertanian dihasilkan dari focus group discussion
(FGD) serta analisis proporsi. Dari metode ini diidentifikasi bahwa komoditas
tanaman hias, sapi perah, dan keramba jaring apung (KJA) menjadi komoditas
unggulan di level Provinsi Jawa Barat.
Tujuan ketiga penelitian ini adalah mengidentifikasi lokasi unggulan yang
didapatkan dari analisis LQ dan proporsi. Kecamatan Lembang, Parongpong, dan
Cisarua mempunyai komoditas unggulan terbanyak, yaitu untuk hiburan dan rekreasi
khususnya wisata alam, sapi perah, sayuran, dan tanaman hias. Lokasi unggulan
industri menengah-besar adalah Kecamatan Ngamprah, Padalarang, dan Batujajar.
Lokasi unggulan industri kecil adalah Kecamatan Cililin dan Sindangkerta.
Sedangkan lokasi unggulan perikanan KJA adalah Kecamatan Cipeundeuy dan
Cililin.
Isu pengembangan wilayah yang menjadi strategis dan dijawab penelitian ini
adalah ketimpangan wilayah, kebocoran wilayah, dan keberlanjutan wilayah. Dari
hasil analisis indeks Theil didapat nilai indeks Theil Between sebesar 0,0297 (positif)
yang berarti terjadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Dari
hasil analisis indeks Theil menunjukkan bahwa nilai Theil Within 0,263 yang artinya
ada ketimpangan intern kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Secara kesuruhan
dari analisis Theil Within, dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan
menjadi penyebab ketimpangan intern kecamatan di 11 kecamatan; sektor
perdagangan, hotel, restoran di 6 kecamatan; sektor listrik, gas, dan air bersih di 1
kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa proporsi
Theil Within sebesar 89,86 %; Theil Between sebesar 10,14 %. Hal ini menunjukkan
bahwa ketimpangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat 89,86 % disebabkan oleh
ketimpangan yang terjadi pada intern kecamatan.
Indikasi kebocoran wilayah dapat dilihat dengan mengidentifikasi korelasi
pertumbuhan ekonomi dengan komponen analisis input-output (pengganda serta
keterkaitan ke belakang dan ke depan) melalui metode PCA. Dari analisis ini
diidentifikasi korelasi pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas di sektor hilir, dan
tidak aktivitas di sektor hulu (sumber daya lokal). Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi cenderung menimbulkan kebocoran wilayah karena tidak termanfaatkannya
sumber daya lokal.
Untuk mengidentifikasi pembangunan keberlanjutan dapat dilihat dengan
mengidentifikasi korelasi antara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan melalui
metode PCA. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa antar aspek pembangunan
berkelanjutan (sosial, ekonomi, dan lingkungan) tidak saling terkait. Artinya bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak menyebabkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan perhatian kualitas lingkungan.
Kelembagaan adalah unsur ketiga (selain sektor dan spasial) dari konsep dasar
pengembangan wilayah penelitian ini. Kelembagaan dibagi dalam 2 bagian utama,
yaitu pelaku pembangunan dan kebijakan pembangunan. Pelaku pembangunan terdiri
dari pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Setiap pelaku pembangunan
mempunyai persepsi berbeda terhadap pembangunan. Pemerintah sendiri mempunyai
kecenderungan terhadap pembangunan ekonomi yang pada penelitian ini
menunjukkan korelasi terhadap ketimpangan wilayah. Isu lingkungan cenderung
untuk menjadi prioritas terakhir bagi setiap pelaku pembangunan.
Dari analisis kebijakan pengembangan wilayah didapat kesimpulan bahwa
kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat (khususnya RPJPD
2005-2025, RTRW 2009-2029, dan RPJMD 2008-2013) sesuai dengan penelitian ini.
Namun tidak demikian dengan kebijakan sektoral (SKPD). Padahal SKPD berperan
penting dalam implementasi kebijakan pengembangan wilayah yang ada.
Strategi pengembangan wilayah terbagi menjadi strategi sektor-kewilayahan
dan kelembagaan. Strategi sektor-kewilayahan secara umum membagi Kabupaten
Bandung Barat menjadi 4 (empat) tipologi, yaitu kawasan pertanian unggulan (sapi
perah, sayuran, tanaman hias) dan wisata alam di utara-timur (Lembang, Cisarua,
Parongpong), kawasan industri unggulan di tengah (Ngamprah, Batujajar,
Padalarang), kawasan pertanian potensial (padi sawah, perkebunan, kehutanan) di
selatan (Sindangkerta, Rongga, Gununghalu, Cipongkor, dan Cilin), dan kawasan
pertanian potensial (perkebunan) di utara-barat (Cikalongwetan, Cipatat, dan
Cipeundeuy). Strategi kelembagaan secara umum adalah menguatkan pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat yang berorientasi pada pengembangan sumber daya
manusia, kesejahteraan masyarakat, dan kemitraan.
Kata kunci: pengembangan wilayah, otonomi daerah, ketimpangan, kebocoran,
keberlanjutan
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tesis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Judul Tesis
Nama
NRP
: Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi
Kasus: Kabupaten Bandung Barat)
: Galuh Syahbana Indraprahasta
: H051060111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si.
Ketua
Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu
Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Tanggal Ujian: 6 Juni 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
Tanggal Lulus:
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa tesis Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat) adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2009
Galuh Syahbana Indraprahasta
NRP H051060111
ABSTRACT
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. A Regional Planning Strategy
Approach in Indonesia’s Decentralization Era (A Case Study on The Regency of
Bandung Barat). Under direction of SETIA HADI and BABA BARUS.
Regional autonomy which has become one of the most emerging Indonesia’s
1998-reformation answers has pushed a new national regional development
orientation mainly in cities and regencies planning. This new orientation tries to shift
the old centralized and sector-based planning into regional-based planning. Based on
the perspective above, this study try to offer an approach for regional development in
decentralization era. The objectives of this study are: (1) identifying leading sectors in
local perspective, (2) identifying leading sectors in provincial perspective, (3)
identifying leading places, (4) identifying institutional support, and (4) arranging
regional development strategy. This study uses some methods, are: input-output (I-O)
model, location quotient, shift-share analysis, Williamson index, principal component
analysis, Theil index, focus group discussion (FGD), correspondence analysis, and
Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) analysis.
Entertainment and recreation sector together with industrial sector are
identified as leading sector considered by the multiplier input-output analysis result,
while agricultural sector remains economically not significant but still strategic.
Based on Theil index analysis, 90 % of regional disparity in The Regency of
Bandung Barat is caused by economics sector disparities within districts; the sector
causing the most regional disparities is the industrial sector. Thus, the development of
industrial sector un-spatially will cause regional disparities in spite of its huge
economic contribution. Besides that, there is an indication of regional capital outflow
and unsustainable development. The government of The Regency of Bandung Barat
itself apparently does not adapt the new regional development orientation properly.
So that, it must be a clear approach of regional development in the decentralization
era integrating sector and spatial development and supported by good government
capacity.
Keywords: regional development, decentralization, disparity, capital outflow,
sustainable development
RINGKASAN
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. Strategi Pengembangan Wilayah di
Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat). Dibawah
bimbingan SETIA HADI dan BABA BARUS.
Otonomi daerah yang menjadi salah satu jawaban terpenting dari reformasi
1998 telah menggeser perencanaan pengembangan kota dan kabupaten di Indonesia
dari terpusat-sektoral menjadi berbasis kewilayahan. Penelitian ini menawarkan
sebuah pendekatan pengembangan wilayah dalam era otonomi daerah dan bertujuan
untuk: (1) mengidentifikasi sektor unggulan skala kabupaten, (2) mengidentifikasi
sektor unggulan kabupaten dalam perspektif provinsi, (3) mengidentifikasi lokasi
unggulan, (4) mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung, dan (5) menyusun
strategi pengembangan wilayah. Konsep dasar pengembangan wilayah dalam
penelitian ini merupakan keterpaduan dari 3 (tiga) unsur, yaitu: (1) sektor, (2) spasial,
dan (3) kelembagaan. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu: model
input-output (I-O), location quotient (LQ), shift-share analysis (SSA), indeks
Williamson, principal component analysis (PCA), indeks Theil, focus group
discussion (FGD), correspondence analysis, dan analisis Strengths Weaknesses
Opportunities and Threats (SWOT).
Sektor unggulan khususnya dalam perspektif Kabupaten Bandung Barat
(inward looking) merupakan penjabaran dari analisis input-output yang dilihat dari
akumulasi penggandanya. Dari analisis input-output didapatkan bahwa sektor industri
tanpa migas serta hiburan dan rekreasi (pariwisata) merupakan sektor unggulan
karena mempunyai pengganda tertinggi terbanyak. Mempertimbangkan penyerapan
tenaga kerja (34,03 % tenaga kerja merupakan tenaga kerja pertanian) serta dukungan
luas lahan yang besar (52,14% luas wilayah merupakan lahan budidaya perdesaan),
sektor pertanian dianggap sebagai sektor strategis. Terkait dengan analisis inputoutput, sektor pertanian yang mempunyai satu pengganda input-ouput tertinggi
adalah peternakan.
Untuk melihat posisi sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan
rekreasi) dan sektor pertanian sebagai sektor strategis dalam perspektif Provinsi Jawa
Barat (outward looking), digunakan analisis LQ dengan SSA. Dari hasil analisis ini
didapat bahwa sektor industri tanpa migas unggul secara komparatif, adapun sektor
hiburan dan rekreasi (pariwisata) relatif memiliki tingkat keunggulan pertumbuhan
yang sama dengan Provinsi Jawa Barat. Sub-sektor peternakan merupakan sektor
pertanian yang mempunyai 2 keunggulan sekaligus pada level Provinsi Jawa Barat.
Tahap lanjutan penelitian ini setelah identifikasi sektor unggulan dalam
perspektif Provinsi Jawa Barat (outward looking) adalah identifikasi awal komoditas
unggulan untuk sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan rekreasi) dan
sektor strategis (pertanian).
Industri tanpa migas terdiri dari industri menengah-besar dan kecil. Dari
komposisi jumlah industri menengah-besar menurut jenis di Kabupaten Bandung
Barat, terlihat dalam komposisi 3 (tiga) besar bahwa industri tekstil merupakan jenis
industri terbanyak (30,32 %), diikuti industri bahan galian bukan logam (16,13 %),
setelah itu pakaian jadi non bulu (14,19 %). Jika berbicara secara umum dengan
membagi antara industri pertanian dan non pertanian, sekitar 80 % industri tanpa
migas di Kabupaten Bandung Barat adalah industri non pertanian. Komposisi industri
kecil di Kabupaten Bandung Barat berbeda dengan komposisi industri menengahbesar. Industri kecil yang paling dominan adalah makanan (38,74 %) dan anyaman
(34,42 %). Adapun industri tekstil/pakaian yang mendominasi industri menengahbesar tidak menjadi dominan (kain) pada industri kecil.
Sektor hiburan dan rekreasi (pariwisata) secara lebih rinci dapat dilihat dari
obyek wisata unggulan; adapun obyek wisata unggulan dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan. Sebanyak 44,83 % wisatawan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu.
Obyek wisata ini menyedot 83,95 % wisatawan nusantara (wisnus) yang berkunjung.
Adapun obyek wisata kedua adalah Taman Wisata Maribaya yang menyedot 18,56 %
wisatawan; ketiga adalah Curug Omas dengan proporsi 17,38 %. Taman Wisata
Maribaya dan Curug Omas sebagian besar adalah wisatawan mancanegara (wisman)
yang berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat dengan proporsi masing-masing 32,91
% dan 31,5 %.
Komoditas unggulan sektor pertanian dihasilkan dari focus group discussion
(FGD) serta analisis proporsi. Dari metode ini diidentifikasi bahwa komoditas
tanaman hias, sapi perah, dan keramba jaring apung (KJA) menjadi komoditas
unggulan di level Provinsi Jawa Barat.
Tujuan ketiga penelitian ini adalah mengidentifikasi lokasi unggulan yang
didapatkan dari analisis LQ dan proporsi. Kecamatan Lembang, Parongpong, dan
Cisarua mempunyai komoditas unggulan terbanyak, yaitu untuk hiburan dan rekreasi
khususnya wisata alam, sapi perah, sayuran, dan tanaman hias. Lokasi unggulan
industri menengah-besar adalah Kecamatan Ngamprah, Padalarang, dan Batujajar.
Lokasi unggulan industri kecil adalah Kecamatan Cililin dan Sindangkerta.
Sedangkan lokasi unggulan perikanan KJA adalah Kecamatan Cipeundeuy dan
Cililin.
Isu pengembangan wilayah yang menjadi strategis dan dijawab penelitian ini
adalah ketimpangan wilayah, kebocoran wilayah, dan keberlanjutan wilayah. Dari
hasil analisis indeks Theil didapat nilai indeks Theil Between sebesar 0,0297 (positif)
yang berarti terjadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Dari
hasil analisis indeks Theil menunjukkan bahwa nilai Theil Within 0,263 yang artinya
ada ketimpangan intern kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Secara kesuruhan
dari analisis Theil Within, dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan
menjadi penyebab ketimpangan intern kecamatan di 11 kecamatan; sektor
perdagangan, hotel, restoran di 6 kecamatan; sektor listrik, gas, dan air bersih di 1
kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa proporsi
Theil Within sebesar 89,86 %; Theil Between sebesar 10,14 %. Hal ini menunjukkan
bahwa ketimpangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat 89,86 % disebabkan oleh
ketimpangan yang terjadi pada intern kecamatan.
Indikasi kebocoran wilayah dapat dilihat dengan mengidentifikasi korelasi
pertumbuhan ekonomi dengan komponen analisis input-output (pengganda serta
keterkaitan ke belakang dan ke depan) melalui metode PCA. Dari analisis ini
diidentifikasi korelasi pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas di sektor hilir, dan
tidak aktivitas di sektor hulu (sumber daya lokal). Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi cenderung menimbulkan kebocoran wilayah karena tidak termanfaatkannya
sumber daya lokal.
Untuk mengidentifikasi pembangunan keberlanjutan dapat dilihat dengan
mengidentifikasi korelasi antara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan melalui
metode PCA. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa antar aspek pembangunan
berkelanjutan (sosial, ekonomi, dan lingkungan) tidak saling terkait. Artinya bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak menyebabkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan perhatian kualitas lingkungan.
Kelembagaan adalah unsur ketiga (selain sektor dan spasial) dari konsep dasar
pengembangan wilayah penelitian ini. Kelembagaan dibagi dalam 2 bagian utama,
yaitu pelaku pembangunan dan kebijakan pembangunan. Pelaku pembangunan terdiri
dari pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Setiap pelaku pembangunan
mempunyai persepsi berbeda terhadap pembangunan. Pemerintah sendiri mempunyai
kecenderungan terhadap pembangunan ekonomi yang pada penelitian ini
menunjukkan korelasi terhadap ketimpangan wilayah. Isu lingkungan cenderung
untuk menjadi prioritas terakhir bagi setiap pelaku pembangunan.
Dari analisis kebijakan pengembangan wilayah didapat kesimpulan bahwa
kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat (khususnya RPJPD
2005-2025, RTRW 2009-2029, dan RPJMD 2008-2013) sesuai dengan penelitian ini.
Namun tidak demikian dengan kebijakan sektoral (SKPD). Padahal SKPD berperan
penting dalam implementasi kebijakan pengembangan wilayah yang ada.
Strategi pengembangan wilayah terbagi menjadi strategi sektor-kewilayahan
dan kelembagaan. Strategi sektor-kewilayahan secara umum membagi Kabupaten
Bandung Barat menjadi 4 (empat) tipologi, yaitu kawasan pertanian unggulan (sapi
perah, sayuran, tanaman hias) dan wisata alam di utara-timur (Lembang, Cisarua,
Parongpong), kawasan industri unggulan di tengah (Ngamprah, Batujajar,
Padalarang), kawasan pertanian potensial (padi sawah, perkebunan, kehutanan) di
selatan (Sindangkerta, Rongga, Gununghalu, Cipongkor, dan Cilin), dan kawasan
pertanian potensial (perkebunan) di utara-barat (Cikalongwetan, Cipatat, dan
Cipeundeuy). Strategi kelembagaan secara umum adalah menguatkan pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat yang berorientasi pada pengembangan sumber daya
manusia, kesejahteraan masyarakat, dan kemitraan.
Kata kunci: pengembangan wilayah, otonomi daerah, ketimpangan, kebocoran,
keberlanjutan
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tesis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Judul Tesis
Nama
NRP
: Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi
Kasus: Kabupaten Bandung Barat)
: Galuh Syahbana Indraprahasta
: H051060111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si.
Ketua
Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu
Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Tanggal Ujian: 6 Juni 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
Tanggal Lulus:
Sebuah karya yang kuperuntukkan
bagi orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku:
ayah, ibunda, istri tersayang, dan anakku tershalihah
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmah,
karunia, dan taufik-Nya sehingga penelitian dengan judul Strategi Pengembangan
Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat) dapat
diselesaikan dengan baik. Penelitian ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan motivasi, kemudahan dalam studi, menyumbang pikiran, dan
menambah pengalaman penulis
2. Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan kritis, penajaman, pengkayaan, dan membuka
cakrawala penulis
3. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. sebagai dosen penguji yang telah membuat
penelitian ini menjadi lebih sempurna
4. Ir. Didit Okta Pribadi, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dalam substansi dan pembahasan penelitian ini
5. Ir. Ahmad Baehaqie, MS. yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya dalam kegiatan di Kabupaten Bandung Barat
6. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. yang telah memberikan ruang aktivitas dan
pengalaman penulis di P4W LPPM IPB
7. Segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB
8. Ir. Dadang Harisuddin, MM. dan segenap staf pegawai Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat yang telah memberikan dukungan data dan gambaran umum
wilayah
9. Ayahanda Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS. dan Ibunda Dr. Ir. Iin Siti
Djunaidah, M.Sc. tercinta serta adikku Nilam A. Pusparani, S.Kom. yang
selalu mendukung dan mendoakanku
10. Istriku Herwita Andriamasari, SP., anakku Raihana Janna Az Zahra tersayang,
dan ibunda Saswiherti, SH. yang telah sabar menunggu kelulusanku
11. Rekan-rekan PWD 2006 IPB yang senantiasa bersama dan kompak
12. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu
Penulis sadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan
keterbatasan. Namun demikian, semoga dari sedikit kelebihan penelitian ini dapat
memberikan masukan bagi pengembangan wilayah pada era otonomi daerah ini.
Bogor, Juli 2009
Galuh Syahbana Indraprahasta
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 23 Mei 1983 sebagai
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS. dan
Dr. Ir. Iin Siti Djunaidah, M.Sc. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN
Panggang 1 Jepara dan GBS Oefenshool Ghent, Belgia pada tahun 1995. Kemudian
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di MSGO Oefenschool 2 van het
Gemeenschapsonderwijs Koninklijk Lyceum Gent, Belgia dan SLTPN 1 Jepara serta
menyelesaikannya pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di
SMUN 1 Jepara pada tahun 2001.
Pada tahun 2001 – 2006 penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada tahun
2006, penulis sempat terdaftar sebagai mahasiswa magister Double Degree
Postgraduate Program Regional and City Planning Study Program Institute of
Technology Bandung (ITB) – Development Planning & Infrastructure Management
Rijkuniversiteit Groningen (RuG), sebelum memutuskan untuk mengundurkan diri.
Kemudian penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan magister pada Program
Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Institut
Pertanian Bogor (IPB). Sejak tahun 2007 penulis lebih banyak terlibat sebagai
peneliti di Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM
IPB serta menjadi konsultan perencana individu di beberapa instansi pemerintah.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xv
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
1.5 Kerangka Pemikiran .........................................................................
1
1
4
8
8
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
2.1 Pergeseran Paradigma Pembangunan ...............................................
2.2 Pembangunan dan Pengembangan Wilayah .....................................
2.3 Perencanaan Pengembangan Wilayah ..............................................
2.4 Pendekatan Sektoral dalam Pengembangan Wilayah ......................
2.5 Keterkaitan dan Interaksi Wilayah serta Pembangunan yang
Berimbang .......................................................................................
2.6 Pengembangan Wilayah di Era Desentralisasi .................................
2.7 Kelembagaan ....................................................................................
2.7.1 Lembaga ...............................................................................
2.7.2 Perencanaan, Kelembagaan, dan Kebijakan Publik .............
2.7 Tinjauan Penelitian Terkait Sebelumnya ..........................................
11
11
13
13
15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
3.1 Lokasi Penelitian ..............................................................................
3.2 Kerangka Analisis Penelitian ...........................................................
3.3 Metode Analisis ................................................................................
3.3.1 Model Input-Output (I-O) .....................................................
3.3.2 Location Quotient .................................................................
3.3.3 Shift-Share Analysis .............................................................
3.3.4 Indeks Williamson ................................................................
3.3.5 Principal Component Analysis .............................................
3.3.6 Indeks Theil ..........................................................................
3.3.7 Focus Group Discussion ......................................................
3.3.8 Correspondence Analysis .....................................................
3.3.9 Analisis Strengths Weaknesses Opportunities and Threats .
31
31
31
36
36
40
41
43
44
47
47
49
50
BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT .....
4.1 Administrasi .....................................................................................
4.2 Fisik Dasar Wilayah .........................................................................
4.2.1 Penggunaan Lahan ................................................................
4.2.2 Sumber Daya Air ..................................................................
54
54
55
55
58
19
20
22
23
25
26
xii
Halaman
4.3
Perekonomian Daerah ......................................................................
4.3.1 Ekonomi Makro ....................................................................
4.3.2 Ekonomi Sektoral .................................................................
Sosial Kependudukan .......................................................................
4.4.1 Jumlah Penduduk ..................................................................
4.4.2 Kepadatan Penduduk ............................................................
4.4.3 Penduduk Menurut Angkatan Kerja .....................................
4.4.4 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha ..............................
Lembaga dan Keuangan Daerah .......................................................
4.5.1 Lembaga Daerah ...................................................................
4.5.2 Keuangan Daerah .................................................................
Kebijakan ..........................................................................................
4.6.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali .................................
4.6.2 RTRW Provinsi Jawa Barat 2000-2010 …………………...
4.6.3 RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013 ..............................
4.6.4 RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 .....................
4.6.5 RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 .....................
4.6.6 RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 ...................
61
61
65
75
75
76
77
78
79
79
80
82
82
85
86
89
95
97
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
5.1 Struktur Perekonomian .....................................................................
5.1.1 Kontribusi Sektor PDRB ......................................................
5.1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi .................................................
5.1.3 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita .......................
5.2 Sektor Unggulan ...............................................................................
5.2.1 Struktur Input-Output ...........................................................
5.2.2 Keterkaitan Ke Belakang dan Ke Depan ..............................
5.2.3 Pengganda .............................................................................
5.2.4 Kesimpulan Umum Analisis Input-Output ...........................
5.3 Sektor Unggulan dalam Perspektif Wilayah yang Lebih Luas ........
5.3.1 Pengaruh Eksternal terhadap Kabupaten Bandung Barat .....
5.3.2 Posisi Sektor Ekonomi dalam Provinsi Jawa Barat dan
Identifikasi Awal Komoditas Unggulan ...............................
5.4 Lokasi Unggulan ..............................................................................
5.4.1 Industri tanpa Migas .............................................................
5.4.2 Pertanian ...............................................................................
5.4.3 Hiburan dan Rekreasi ...........................................................
5.4.4 Kompilasi Lokasi Unggulan .................................................
5.5 Ketimpangan Wilayah, Kebocoran Wilayah, dan Pembangunan
Berkelanjutan ....................................................................................
5.6 Kelembagaan ....................................................................................
5.6.1 Persepsi Pelaku Pembangunan .............................................
5.6.2 Kebijakan Pengembangan Wilayah ......................................
5.6.3 Kesimpulan Umum Kelembagaan ........................................
5.7 Analisis Strategi Pengembangan Wilayah ........................................
5.7.1 Analisis Lingkungan Internal ...............................................
100
100
100
104
109
110
110
114
122
125
129
129
4.4
4.5
4.6
131
142
142
146
155
160
160
169
170
179
185
185
185
xiii
Halaman
5.7.2 Analisis Lingkungan Eksternal .............................................
5.7.3 Analisis SWOT Pengembangan Wilayah .............................
5.7.4 Strategi Pengembangan Wilayah ..........................................
188
189
190
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
6.1 Kesimpulan .......................................................................................
6.2 Saran .................................................................................................
194
194
196
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
198
LAMPIRAN ................................................................................................
204
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Matriks Pembagian Aspek Formal Dalam Perencanaan ..................
26
2
Matriks Analisis Penelitian ………………………………………..
35
3
Struktur Dasar Tabel Input-Output ………………………………..
36
4
Kuadran dalam Tabel Input-Output .................................................
37
5
Struktur Data Asal …………………………………………………
44
6
Tabel Dasar Correspondence Analysis ……………………………
50
7
Matriks SWOT …………………………………………………….
52
8
Matriks Strategi SWOT ……………………………………………
52
9
Administrasi Kabupaten Bandung Barat ..........................................
54
10
Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2007 ..............
57
11
Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri .......................................
60
12
Muka Air Tanah Akuifer Tengah .....................................................
60
13
Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah .
61
14
Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa
Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 .............
62
Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat Terhadap PDRB
Metropolitan Bandung Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 .......................................................................................
63
Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 ..............................................................
63
Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan Tahun 2006 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 ........................................................................
64
PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun-2006 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ...................................................
65
19
Pemusatan dan Jumlah Industri ........................................................
66
20
Jumlah Sarana Perdagangan .............................................................
67
21
Jumlah Sarana Jasa ...........................................................................
67
22
Produksi Komoditas Padi dan Palawija ...........................................
68
23
Produksi Komoditas Hortikultura ....................................................
69
24
Produksi Komoditas Buah-Buahan ..................................................
69
25
Produksi Komoditas Tanaman Hias .................................................
70
15
16
17
18
xv
Halaman
26
Produksi Komoditas Tanaman Obat-Obatan ....................................
70
27
Produksi Komoditas Perkebunan .....................................................
71
28
Produksi Komoditas Peternakan ......................................................
71
29
Produksi Komoditas Perikanan ........................................................
72
30
Produksi Hasil Hutan .......................................................................
72
31
Objek Wisata Berdasarkan Zona ......................................................
73
32
Nama dan Lokasi Objek Wisata .......................................................
74
33
Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata .........................................
74
34
Pertambangan Umum .......................................................................
75
35
Jumlah Penduduk .............................................................................
76
36
Kepadatan Penduduk
77
37
Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja ..............................
78
38
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha .............................
79
39
Struktur Organisasi Perangkat Daerah .............................................
79
40
Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah .............................
80
41
Rincian Belanja Daerah ....................................................................
81
42
Prioritas dan Upaya RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025
96
43
Strategi dan Kebijakan RPJMD Kabupaten Bandung Barat 20082013 ..................................................................................................
98
44
Kontribusi Sektor PDRB 2000-2006 Atas Dasar Harga Konstan
2000 ..................................................................................................
101
45
Laju Pertumbuhan Sektor PDRB 2001-2006 Atas Dasar Harga
Konstan 2000 ....................................................................................
105
46
Komponen Penyusunan Tabel Input-Output (Rp juta) ....................
111
47
Komponen Penyusunan Tabel Input-Output (%)..............................
111
48
Nilai Output Total Tiap Sektor .........................................................
112
49
Komponen Input ...............................................................................
113
50
Komponen Nilai Tambah .................................................................
114
51
Indeks Keterkaitan Langsung Ke Belakang .....................................
115
52
Persentase Nilai Input Sektor Pengguna Tebesar (Keterkaitan
Langsung Ke Belakang) ...................................................................
116
53
Indeks Keterkaitan Langsung Ke Depan ..........................................
117
54
Persentase Nilai Output Sektor Pemasok Tebesar (Keterkaitan
117
xvi
Halaman
Langsung Ke Depan) ........................................................................
55
Indeks Keterkaitan Total Ke Belakang dan Ke Depan ....................
120
56
Pengganda Output Sektor Ekonomi .................................................
122
57
Pengganda Pendapatan Sektor Ekonomi ..........................................
123
58
Pengganda Surplus Usaha Sektor Ekonomi .....................................
123
59
Pengganda Pajak Sektor Ekonomi ...................................................
124
60
Pengganda Nilai Tambah Sektor Ekonomi ......................................
125
61
Sektor dengan Nilai Pengganda Tertinggi .......................................
126
62
Keterkaitan Ke Belakang dan Ke Depan ..........................................
128
63
Persentase Peredaran Upah dan Gaji ................................................
128
64
Laju Pertumbuhan Penduduk di Jawa dan Bali ................................
130
65
Indeks LQ dan SSA ..........................................................................
131
66
Kompilasi Komoditas Unggulan Pertanian ......................................
141
67
Lokasi Unggulan Industri .................................................................
143
68
Lokasi Industri Menengah-Besar Unggulan ....................................
144
69
Lokasi Industri Kecil Unggulan .......................................................
145
70
Lokasi Unggulan Sayuran ................................................................
145
71
Lokasi Tanaman Hias Unggulan ......................................................
149
72
Lokasi Unggulan Sapi Perah ............................................................
151
73
Lokasi Unggulan Budidaya Keramba Jaring Apung ........................
153
74
Lokasi Unggulan Pariwisata .............................................................
158
75
Kompilasi Lokasi Unggulan .............................................................
160
76
Indeks Theil Between .......................................................................
162
77
Indeks Theil Within ..........................................................................
164
78
Keterkaitan Antar Variabel Ekonomi ..............................................
168
79
Keterkaitan Antar Variabel Pembangunan .......................................
168
80
Keterkaitan Industri-Pertanian .........................................................
180
81
Pengendalian Lingkungan Industri ...................................................
180
82
Program Ketenagakerjaan ................................................................
181
83
Sektor Utama Kebijakan Pengembangan Wilayah ..........................
182
84
Arah Strategis Kebijakan Pengembangan Wilayah .........................
183
xvii
Halaman
85
Strength dengan Opportunities dan Threats .....................................
189
86
Weakness dengan Opportunities dan Threats ..................................
190
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Kerangka Pemikiran .........................................................................
10
2
Kerangka Analisis Penelitian ...........................................................
34
3
Konsep Dasar PCA ...........................................................................
45
4
Peta Administrasi Kabupaten Bandung Barat ..................................
56
5
Kontribusi 3 Sektor Terbesar terhadap PDRB .................................
104
6
Laju Pertumbuhan Ekonomi 3 Sektor Pembentuk PDRB Terbesar .
108
7
Distribusi Tenaga Kerja ....................................................................
108
8
Distribusi Penggunaan Lahan ...........................................................
109
9
PDRB per Kapita ..............................................................................
110
10
PDRB per Tenaga Kerja Sektor .......................................................
110
11
Diagram Kartesius Indeks Keterkaitan Langsung Ke Belakang dan
Depan ................................................................................................
118
12
Diagram Kartesius Keunggulan Wilayah .........................................
132
13
Komposisi Industri Menengah Besar ...............................................
135
14
Komposisi Sektor Industri Pertanian ................................................
135
15
Komposisi Industri Kecil ..................................................................
136
16
Proporsi Kunjungan Wisatawan ke ODTW .....................................
137
17
Komposisi Komoditas Palawija .......................................................
139
18
Komposisi Komoditas Tanaman Hias ..............................................
139
19
Komposisi Jenis Budidaya Perikanan ..............................................
140
20
Peta Lokasi Unggulan Industri .........................................................
147
21
Peta Lokasi Unggulan Pertanian ......................................................
156
22
Lokasi Unggulan Objek Wisata ........................................................
157
23
Peta Lokasi Unggulan Hiburan dan Rekreasi ...................................
159
24
Indeks Williamson ............................................................................
161
25
Peta Ketimpangan Antar Kecamatan ................................................
163
26
Peta Ketimpangan Intern Kecamatan ...............................................
165
27
Persepsi Bidang Pembangunan .........................................................
171
28
Persepsi Pembangunan Sosial ..........................................................
173
xix
Halaman
29
Persepsi Pembangunan Ekonomi .....................................................
174
30
Persepsi Pembangunan
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa tesis Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat) adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2009
Galuh Syahbana Indraprahasta
NRP H051060111
ABSTRACT
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. A Regional Planning Strategy
Approach in Indonesia’s Decentralization Era (A Case Study on The Regency of
Bandung Barat). Under direction of SETIA HADI and BABA BARUS.
Regional autonomy which has become one of the most emerging Indonesia’s
1998-reformation answers has pushed a new national regional development
orientation mainly in cities and regencies planning. This new orientation tries to shift
the old centralized and sector-based planning into regional-based planning. Based on
the perspective above, this study try to offer an approach for regional development in
decentralization era. The objectives of this study are: (1) identifying leading sectors in
local perspective, (2) identifying leading sectors in provincial perspective, (3)
identifying leading places, (4) identifying institutional support, and (4) arranging
regional development strategy. This study uses some methods, are: input-output (I-O)
model, location quotient, shift-share analysis, Williamson index, principal component
analysis, Theil index, focus group discussion (FGD), correspondence analysis, and
Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) analysis.
Entertainment and recreation sector together with industrial sector are
identified as leading sector considered by the multiplier input-output analysis result,
while agricultural sector remains economically not significant but still strategic.
Based on Theil index analysis, 90 % of regional disparity in The Regency of
Bandung Barat is caused by economics sector disparities within districts; the sector
causing the most regional disparities is the industrial sector. Thus, the development of
industrial sector un-spatially will cause regional disparities in spite of its huge
economic contribution. Besides that, there is an indication of regional capital outflow
and unsustainable development. The government of The Regency of Bandung Barat
itself apparently does not adapt the new regional development orientation properly.
So that, it must be a clear approach of regional development in the decentralization
era integrating sector and spatial development and supported by good government
capacity.
Keywords: regional development, decentralization, disparity, capital outflow,
sustainable development
RINGKASAN
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. Strategi Pengembangan Wilayah di
Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat). Dibawah
bimbingan SETIA HADI dan BABA BARUS.
Otonomi daerah yang menjadi salah satu jawaban terpenting dari reformasi
1998 telah menggeser perencanaan pengembangan kota dan kabupaten di Indonesia
dari terpusat-sektoral menjadi berbasis kewilayahan. Penelitian ini menawarkan
sebuah pendekatan pengembangan wilayah dalam era otonomi daerah dan bertujuan
untuk: (1) mengidentifikasi sektor unggulan skala kabupaten, (2) mengidentifikasi
sektor unggulan kabupaten dalam perspektif provinsi, (3) mengidentifikasi lokasi
unggulan, (4) mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung, dan (5) menyusun
strategi pengembangan wilayah. Konsep dasar pengembangan wilayah dalam
penelitian ini merupakan keterpaduan dari 3 (tiga) unsur, yaitu: (1) sektor, (2) spasial,
dan (3) kelembagaan. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu: model
input-output (I-O), location quotient (LQ), shift-share analysis (SSA), indeks
Williamson, principal component analysis (PCA), indeks Theil, focus group
discussion (FGD), correspondence analysis, dan analisis Strengths Weaknesses
Opportunities and Threats (SWOT).
Sektor unggulan khususnya dalam perspektif Kabupaten Bandung Barat
(inward looking) merupakan penjabaran dari analisis input-output yang dilihat dari
akumulasi penggandanya. Dari analisis input-output didapatkan bahwa sektor industri
tanpa migas serta hiburan dan rekreasi (pariwisata) merupakan sektor unggulan
karena mempunyai pengganda tertinggi terbanyak. Mempertimbangkan penyerapan
tenaga kerja (34,03 % tenaga kerja merupakan tenaga kerja pertanian) serta dukungan
luas lahan yang besar (52,14% luas wilayah merupakan lahan budidaya perdesaan),
sektor pertanian dianggap sebagai sektor strategis. Terkait dengan analisis inputoutput, sektor pertanian yang mempunyai satu pengganda input-ouput tertinggi
adalah peternakan.
Untuk melihat posisi sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan
rekreasi) dan sektor pertanian sebagai sektor strategis dalam perspektif Provinsi Jawa
Barat (outward looking), digunakan analisis LQ dengan SSA. Dari hasil analisis ini
didapat bahwa sektor industri tanpa migas unggul secara komparatif, adapun sektor
hiburan dan rekreasi (pariwisata) relatif memiliki tingkat keunggulan pertumbuhan
yang sama dengan Provinsi Jawa Barat. Sub-sektor peternakan merupakan sektor
pertanian yang mempunyai 2 keunggulan sekaligus pada level Provinsi Jawa Barat.
Tahap lanjutan penelitian ini setelah identifikasi sektor unggulan dalam
perspektif Provinsi Jawa Barat (outward looking) adalah identifikasi awal komoditas
unggulan untuk sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan rekreasi) dan
sektor strategis (pertanian).
Industri tanpa migas terdiri dari industri menengah-besar dan kecil. Dari
komposisi jumlah industri menengah-besar menurut jenis di Kabupaten Bandung
Barat, terlihat dalam komposisi 3 (tiga) besar bahwa industri tekstil merupakan jenis
industri terbanyak (30,32 %), diikuti industri bahan galian bukan logam (16,13 %),
setelah itu pakaian jadi non bulu (14,19 %). Jika berbicara secara umum dengan
membagi antara industri pertanian dan non pertanian, sekitar 80 % industri tanpa
migas di Kabupaten Bandung Barat adalah industri non pertanian. Komposisi industri
kecil di Kabupaten Bandung Barat berbeda dengan komposisi industri menengahbesar. Industri kecil yang paling dominan adalah makanan (38,74 %) dan anyaman
(34,42 %). Adapun industri tekstil/pakaian yang mendominasi industri menengahbesar tidak menjadi dominan (kain) pada industri kecil.
Sektor hiburan dan rekreasi (pariwisata) secara lebih rinci dapat dilihat dari
obyek wisata unggulan; adapun obyek wisata unggulan dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan. Sebanyak 44,83 % wisatawan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu.
Obyek wisata ini menyedot 83,95 % wisatawan nusantara (wisnus) yang berkunjung.
Adapun obyek wisata kedua adalah Taman Wisata Maribaya yang menyedot 18,56 %
wisatawan; ketiga adalah Curug Omas dengan proporsi 17,38 %. Taman Wisata
Maribaya dan Curug Omas sebagian besar adalah wisatawan mancanegara (wisman)
yang berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat dengan proporsi masing-masing 32,91
% dan 31,5 %.
Komoditas unggulan sektor pertanian dihasilkan dari focus group discussion
(FGD) serta analisis proporsi. Dari metode ini diidentifikasi bahwa komoditas
tanaman hias, sapi perah, dan keramba jaring apung (KJA) menjadi komoditas
unggulan di level Provinsi Jawa Barat.
Tujuan ketiga penelitian ini adalah mengidentifikasi lokasi unggulan yang
didapatkan dari analisis LQ dan proporsi. Kecamatan Lembang, Parongpong, dan
Cisarua mempunyai komoditas unggulan terbanyak, yaitu untuk hiburan dan rekreasi
khususnya wisata alam, sapi perah, sayuran, dan tanaman hias. Lokasi unggulan
industri menengah-besar adalah Kecamatan Ngamprah, Padalarang, dan Batujajar.
Lokasi unggulan industri kecil adalah Kecamatan Cililin dan Sindangkerta.
Sedangkan lokasi unggulan perikanan KJA adalah Kecamatan Cipeundeuy dan
Cililin.
Isu pengembangan wilayah yang menjadi strategis dan dijawab penelitian ini
adalah ketimpangan wilayah, kebocoran wilayah, dan keberlanjutan wilayah. Dari
hasil analisis indeks Theil didapat nilai indeks Theil Between sebesar 0,0297 (positif)
yang berarti terjadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Dari
hasil analisis indeks Theil menunjukkan bahwa nilai Theil Within 0,263 yang artinya
ada ketimpangan intern kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Secara kesuruhan
dari analisis Theil Within, dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan
menjadi penyebab ketimpangan intern kecamatan di 11 kecamatan; sektor
perdagangan, hotel, restoran di 6 kecamatan; sektor listrik, gas, dan air bersih di 1
kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa proporsi
Theil Within sebesar 89,86 %; Theil Between sebesar 10,14 %. Hal ini menunjukkan
bahwa ketimpangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat 89,86 % disebabkan oleh
ketimpangan yang terjadi pada intern kecamatan.
Indikasi kebocoran wilayah dapat dilihat dengan mengidentifikasi korelasi
pertumbuhan ekonomi dengan komponen analisis input-output (pengganda serta
keterkaitan ke belakang dan ke depan) melalui metode PCA. Dari analisis ini
diidentifikasi korelasi pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas di sektor hilir, dan
tidak aktivitas di sektor hulu (sumber daya lokal). Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi cenderung menimbulkan kebocoran wilayah karena tidak termanfaatkannya
sumber daya lokal.
Untuk mengidentifikasi pembangunan keberlanjutan dapat dilihat dengan
mengidentifikasi korelasi antara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan melalui
metode PCA. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa antar aspek pembangunan
berkelanjutan (sosial, ekonomi, dan lingkungan) tidak saling terkait. Artinya bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak menyebabkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan perhatian kualitas lingkungan.
Kelembagaan adalah unsur ketiga (selain sektor dan spasial) dari konsep dasar
pengembangan wilayah penelitian ini. Kelembagaan dibagi dalam 2 bagian utama,
yaitu pelaku pembangunan dan kebijakan pembangunan. Pelaku pembangunan terdiri
dari pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Setiap pelaku pembangunan
mempunyai persepsi berbeda terhadap pembangunan. Pemerintah sendiri mempunyai
kecenderungan terhadap pembangunan ekonomi yang pada penelitian ini
menunjukkan korelasi terhadap ketimpangan wilayah. Isu lingkungan cenderung
untuk menjadi prioritas terakhir bagi setiap pelaku pembangunan.
Dari analisis kebijakan pengembangan wilayah didapat kesimpulan bahwa
kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat (khususnya RPJPD
2005-2025, RTRW 2009-2029, dan RPJMD 2008-2013) sesuai dengan penelitian ini.
Namun tidak demikian dengan kebijakan sektoral (SKPD). Padahal SKPD berperan
penting dalam implementasi kebijakan pengembangan wilayah yang ada.
Strategi pengembangan wilayah terbagi menjadi strategi sektor-kewilayahan
dan kelembagaan. Strategi sektor-kewilayahan secara umum membagi Kabupaten
Bandung Barat menjadi 4 (empat) tipologi, yaitu kawasan pertanian unggulan (sapi
perah, sayuran, tanaman hias) dan wisata alam di utara-timur (Lembang, Cisarua,
Parongpong), kawasan industri unggulan di tengah (Ngamprah, Batujajar,
Padalarang), kawasan pertanian potensial (padi sawah, perkebunan, kehutanan) di
selatan (Sindangkerta, Rongga, Gununghalu, Cipongkor, dan Cilin), dan kawasan
pertanian potensial (perkebunan) di utara-barat (Cikalongwetan, Cipatat, dan
Cipeundeuy). Strategi kelembagaan secara umum adalah menguatkan pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat yang berorientasi pada pengembangan sumber daya
manusia, kesejahteraan masyarakat, dan kemitraan.
Kata kunci: pengembangan wilayah, otonomi daerah, ketimpangan, kebocoran,
keberlanjutan
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tesis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Judul Tesis
Nama
NRP
: Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi
Kasus: Kabupaten Bandung Barat)
: Galuh Syahbana Indraprahasta
: H051060111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si.
Ketua
Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu
Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Tanggal Ujian: 6 Juni 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
Tanggal Lulus:
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa tesis Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat) adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2009
Galuh Syahbana Indraprahasta
NRP H051060111
ABSTRACT
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. A Regional Planning Strategy
Approach in Indonesia’s Decentralization Era (A Case Study on The Regency of
Bandung Barat). Under direction of SETIA HADI and BABA BARUS.
Regional autonomy which has become one of the most emerging Indonesia’s
1998-reformation answers has pushed a new national regional development
orientation mainly in cities and regencies planning. This new orientation tries to shift
the old centralized and sector-based planning into regional-based planning. Based on
the perspective above, this study try to offer an approach for regional development in
decentralization era. The objectives of this study are: (1) identifying leading sectors in
local perspective, (2) identifying leading sectors in provincial perspective, (3)
identifying leading places, (4) identifying institutional support, and (4) arranging
regional development strategy. This study uses some methods, are: input-output (I-O)
model, location quotient, shift-share analysis, Williamson index, principal component
analysis, Theil index, focus group discussion (FGD), correspondence analysis, and
Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) analysis.
Entertainment and recreation sector together with industrial sector are
identified as leading sector considered by the multiplier input-output analysis result,
while agricultural sector remains economically not significant but still strategic.
Based on Theil index analysis, 90 % of regional disparity in The Regency of
Bandung Barat is caused by economics sector disparities within districts; the sector
causing the most regional disparities is the industrial sector. Thus, the development of
industrial sector un-spatially will cause regional disparities in spite of its huge
economic contribution. Besides that, there is an indication of regional capital outflow
and unsustainable development. The government of The Regency of Bandung Barat
itself apparently does not adapt the new regional development orientation properly.
So that, it must be a clear approach of regional development in the decentralization
era integrating sector and spatial development and supported by good government
capacity.
Keywords: regional development, decentralization, disparity, capital outflow,
sustainable development
RINGKASAN
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA. Strategi Pengembangan Wilayah di
Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat). Dibawah
bimbingan SETIA HADI dan BABA BARUS.
Otonomi daerah yang menjadi salah satu jawaban terpenting dari reformasi
1998 telah menggeser perencanaan pengembangan kota dan kabupaten di Indonesia
dari terpusat-sektoral menjadi berbasis kewilayahan. Penelitian ini menawarkan
sebuah pendekatan pengembangan wilayah dalam era otonomi daerah dan bertujuan
untuk: (1) mengidentifikasi sektor unggulan skala kabupaten, (2) mengidentifikasi
sektor unggulan kabupaten dalam perspektif provinsi, (3) mengidentifikasi lokasi
unggulan, (4) mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung, dan (5) menyusun
strategi pengembangan wilayah. Konsep dasar pengembangan wilayah dalam
penelitian ini merupakan keterpaduan dari 3 (tiga) unsur, yaitu: (1) sektor, (2) spasial,
dan (3) kelembagaan. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu: model
input-output (I-O), location quotient (LQ), shift-share analysis (SSA), indeks
Williamson, principal component analysis (PCA), indeks Theil, focus group
discussion (FGD), correspondence analysis, dan analisis Strengths Weaknesses
Opportunities and Threats (SWOT).
Sektor unggulan khususnya dalam perspektif Kabupaten Bandung Barat
(inward looking) merupakan penjabaran dari analisis input-output yang dilihat dari
akumulasi penggandanya. Dari analisis input-output didapatkan bahwa sektor industri
tanpa migas serta hiburan dan rekreasi (pariwisata) merupakan sektor unggulan
karena mempunyai pengganda tertinggi terbanyak. Mempertimbangkan penyerapan
tenaga kerja (34,03 % tenaga kerja merupakan tenaga kerja pertanian) serta dukungan
luas lahan yang besar (52,14% luas wilayah merupakan lahan budidaya perdesaan),
sektor pertanian dianggap sebagai sektor strategis. Terkait dengan analisis inputoutput, sektor pertanian yang mempunyai satu pengganda input-ouput tertinggi
adalah peternakan.
Untuk melihat posisi sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan
rekreasi) dan sektor pertanian sebagai sektor strategis dalam perspektif Provinsi Jawa
Barat (outward looking), digunakan analisis LQ dengan SSA. Dari hasil analisis ini
didapat bahwa sektor industri tanpa migas unggul secara komparatif, adapun sektor
hiburan dan rekreasi (pariwisata) relatif memiliki tingkat keunggulan pertumbuhan
yang sama dengan Provinsi Jawa Barat. Sub-sektor peternakan merupakan sektor
pertanian yang mempunyai 2 keunggulan sekaligus pada level Provinsi Jawa Barat.
Tahap lanjutan penelitian ini setelah identifikasi sektor unggulan dalam
perspektif Provinsi Jawa Barat (outward looking) adalah identifikasi awal komoditas
unggulan untuk sektor unggulan (industri tanpa migas serta hiburan dan rekreasi) dan
sektor strategis (pertanian).
Industri tanpa migas terdiri dari industri menengah-besar dan kecil. Dari
komposisi jumlah industri menengah-besar menurut jenis di Kabupaten Bandung
Barat, terlihat dalam komposisi 3 (tiga) besar bahwa industri tekstil merupakan jenis
industri terbanyak (30,32 %), diikuti industri bahan galian bukan logam (16,13 %),
setelah itu pakaian jadi non bulu (14,19 %). Jika berbicara secara umum dengan
membagi antara industri pertanian dan non pertanian, sekitar 80 % industri tanpa
migas di Kabupaten Bandung Barat adalah industri non pertanian. Komposisi industri
kecil di Kabupaten Bandung Barat berbeda dengan komposisi industri menengahbesar. Industri kecil yang paling dominan adalah makanan (38,74 %) dan anyaman
(34,42 %). Adapun industri tekstil/pakaian yang mendominasi industri menengahbesar tidak menjadi dominan (kain) pada industri kecil.
Sektor hiburan dan rekreasi (pariwisata) secara lebih rinci dapat dilihat dari
obyek wisata unggulan; adapun obyek wisata unggulan dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan. Sebanyak 44,83 % wisatawan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu.
Obyek wisata ini menyedot 83,95 % wisatawan nusantara (wisnus) yang berkunjung.
Adapun obyek wisata kedua adalah Taman Wisata Maribaya yang menyedot 18,56 %
wisatawan; ketiga adalah Curug Omas dengan proporsi 17,38 %. Taman Wisata
Maribaya dan Curug Omas sebagian besar adalah wisatawan mancanegara (wisman)
yang berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat dengan proporsi masing-masing 32,91
% dan 31,5 %.
Komoditas unggulan sektor pertanian dihasilkan dari focus group discussion
(FGD) serta analisis proporsi. Dari metode ini diidentifikasi bahwa komoditas
tanaman hias, sapi perah, dan keramba jaring apung (KJA) menjadi komoditas
unggulan di level Provinsi Jawa Barat.
Tujuan ketiga penelitian ini adalah mengidentifikasi lokasi unggulan yang
didapatkan dari analisis LQ dan proporsi. Kecamatan Lembang, Parongpong, dan
Cisarua mempunyai komoditas unggulan terbanyak, yaitu untuk hiburan dan rekreasi
khususnya wisata alam, sapi perah, sayuran, dan tanaman hias. Lokasi unggulan
industri menengah-besar adalah Kecamatan Ngamprah, Padalarang, dan Batujajar.
Lokasi unggulan industri kecil adalah Kecamatan Cililin dan Sindangkerta.
Sedangkan lokasi unggulan perikanan KJA adalah Kecamatan Cipeundeuy dan
Cililin.
Isu pengembangan wilayah yang menjadi strategis dan dijawab penelitian ini
adalah ketimpangan wilayah, kebocoran wilayah, dan keberlanjutan wilayah. Dari
hasil analisis indeks Theil didapat nilai indeks Theil Between sebesar 0,0297 (positif)
yang berarti terjadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Dari
hasil analisis indeks Theil menunjukkan bahwa nilai Theil Within 0,263 yang artinya
ada ketimpangan intern kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Secara kesuruhan
dari analisis Theil Within, dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan
menjadi penyebab ketimpangan intern kecamatan di 11 kecamatan; sektor
perdagangan, hotel, restoran di 6 kecamatan; sektor listrik, gas, dan air bersih di 1
kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa proporsi
Theil Within sebesar 89,86 %; Theil Between sebesar 10,14 %. Hal ini menunjukkan
bahwa ketimpangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat 89,86 % disebabkan oleh
ketimpangan yang terjadi pada intern kecamatan.
Indikasi kebocoran wilayah dapat dilihat dengan mengidentifikasi korelasi
pertumbuhan ekonomi dengan komponen analisis input-output (pengganda serta
keterkaitan ke belakang dan ke depan) melalui metode PCA. Dari analisis ini
diidentifikasi korelasi pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas di sektor hilir, dan
tidak aktivitas di sektor hulu (sumber daya lokal). Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi cenderung menimbulkan kebocoran wilayah karena tidak termanfaatkannya
sumber daya lokal.
Untuk mengidentifikasi pembangunan keberlanjutan dapat dilihat dengan
mengidentifikasi korelasi antara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan melalui
metode PCA. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa antar aspek pembangunan
berkelanjutan (sosial, ekonomi, dan lingkungan) tidak saling terkait. Artinya bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak menyebabkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan perhatian kualitas lingkungan.
Kelembagaan adalah unsur ketiga (selain sektor dan spasial) dari konsep dasar
pengembangan wilayah penelitian ini. Kelembagaan dibagi dalam 2 bagian utama,
yaitu pelaku pembangunan dan kebijakan pembangunan. Pelaku pembangunan terdiri
dari pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Setiap pelaku pembangunan
mempunyai persepsi berbeda terhadap pembangunan. Pemerintah sendiri mempunyai
kecenderungan terhadap pembangunan ekonomi yang pada penelitian ini
menunjukkan korelasi terhadap ketimpangan wilayah. Isu lingkungan cenderung
untuk menjadi prioritas terakhir bagi setiap pelaku pembangunan.
Dari analisis kebijakan pengembangan wilayah didapat kesimpulan bahwa
kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat (khususnya RPJPD
2005-2025, RTRW 2009-2029, dan RPJMD 2008-2013) sesuai dengan penelitian ini.
Namun tidak demikian dengan kebijakan sektoral (SKPD). Padahal SKPD berperan
penting dalam implementasi kebijakan pengembangan wilayah yang ada.
Strategi pengembangan wilayah terbagi menjadi strategi sektor-kewilayahan
dan kelembagaan. Strategi sektor-kewilayahan secara umum membagi Kabupaten
Bandung Barat menjadi 4 (empat) tipologi, yaitu kawasan pertanian unggulan (sapi
perah, sayuran, tanaman hias) dan wisata alam di utara-timur (Lembang, Cisarua,
Parongpong), kawasan industri unggulan di tengah (Ngamprah, Batujajar,
Padalarang), kawasan pertanian potensial (padi sawah, perkebunan, kehutanan) di
selatan (Sindangkerta, Rongga, Gununghalu, Cipongkor, dan Cilin), dan kawasan
pertanian potensial (perkebunan) di utara-barat (Cikalongwetan, Cipatat, dan
Cipeundeuy). Strategi kelembagaan secara umum adalah menguatkan pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat yang berorientasi pada pengembangan sumber daya
manusia, kesejahteraan masyarakat, dan kemitraan.
Kata kunci: pengembangan wilayah, otonomi daerah, ketimpangan, kebocoran,
keberlanjutan
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tesis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
DI ERA OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG BARAT)
GALUH SYAHBANA INDRAPRAHASTA
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Judul Tesis
Nama
NRP
: Strategi Pengembangan Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi
Kasus: Kabupaten Bandung Barat)
: Galuh Syahbana Indraprahasta
: H051060111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si.
Ketua
Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu
Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.
Tanggal Ujian: 6 Juni 2009
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
Tanggal Lulus:
Sebuah karya yang kuperuntukkan
bagi orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku:
ayah, ibunda, istri tersayang, dan anakku tershalihah
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmah,
karunia, dan taufik-Nya sehingga penelitian dengan judul Strategi Pengembangan
Wilayah di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat) dapat
diselesaikan dengan baik. Penelitian ini tidak terlepas dari peran dan dukungan
berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan motivasi, kemudahan dalam studi, menyumbang pikiran, dan
menambah pengalaman penulis
2. Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan kritis, penajaman, pengkayaan, dan membuka
cakrawala penulis
3. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. sebagai dosen penguji yang telah membuat
penelitian ini menjadi lebih sempurna
4. Ir. Didit Okta Pribadi, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dalam substansi dan pembahasan penelitian ini
5. Ir. Ahmad Baehaqie, MS. yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya dalam kegiatan di Kabupaten Bandung Barat
6. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. yang telah memberikan ruang aktivitas dan
pengalaman penulis di P4W LPPM IPB
7. Segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB
8. Ir. Dadang Harisuddin, MM. dan segenap staf pegawai Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat yang telah memberikan dukungan data dan gambaran umum
wilayah
9. Ayahanda Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS. dan Ibunda Dr. Ir. Iin Siti
Djunaidah, M.Sc. tercinta serta adikku Nilam A. Pusparani, S.Kom. yang
selalu mendukung dan mendoakanku
10. Istriku Herwita Andriamasari, SP., anakku Raihana Janna Az Zahra tersayang,
dan ibunda Saswiherti, SH. yang telah sabar menunggu kelulusanku
11. Rekan-rekan PWD 2006 IPB yang senantiasa bersama dan kompak
12. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu
Penulis sadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan
keterbatasan. Namun demikian, semoga dari sedikit kelebihan penelitian ini dapat
memberikan masukan bagi pengembangan wilayah pada era otonomi daerah ini.
Bogor, Juli 2009
Galuh Syahbana Indraprahasta
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 23 Mei 1983 sebagai
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS. dan
Dr. Ir. Iin Siti Djunaidah, M.Sc. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN
Panggang 1 Jepara dan GBS Oefenshool Ghent, Belgia pada tahun 1995. Kemudian
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di MSGO Oefenschool 2 van het
Gemeenschapsonderwijs Koninklijk Lyceum Gent, Belgia dan SLTPN 1 Jepara serta
menyelesaikannya pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di
SMUN 1 Jepara pada tahun 2001.
Pada tahun 2001 – 2006 penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada tahun
2006, penulis sempat terdaftar sebagai mahasiswa magister Double Degree
Postgraduate Program Regional and City Planning Study Program Institute of
Technology Bandung (ITB) – Development Planning & Infrastructure Management
Rijkuniversiteit Groningen (RuG), sebelum memutuskan untuk mengundurkan diri.
Kemudian penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan magister pada Program
Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Institut
Pertanian Bogor (IPB). Sejak tahun 2007 penulis lebih banyak terlibat sebagai
peneliti di Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM
IPB serta menjadi konsultan perencana individu di beberapa instansi pemerintah.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xv
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
1.5 Kerangka Pemikiran .........................................................................
1
1
4
8
8
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
2.1 Pergeseran Paradigma Pembangunan ...............................................
2.2 Pembangunan dan Pengembangan Wilayah .....................................
2.3 Perencanaan Pengembangan Wilayah ..............................................
2.4 Pendekatan Sektoral dalam Pengembangan Wilayah ......................
2.5 Keterkaitan dan Interaksi Wilayah serta Pembangunan yang
Berimbang .......................................................................................
2.6 Pengembangan Wilayah di Era Desentralisasi .................................
2.7 Kelembagaan ....................................................................................
2.7.1 Lembaga ...............................................................................
2.7.2 Perencanaan, Kelembagaan, dan Kebijakan Publik .............
2.7 Tinjauan Penelitian Terkait Sebelumnya ..........................................
11
11
13
13
15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
3.1 Lokasi Penelitian ..............................................................................
3.2 Kerangka Analisis Penelitian ...........................................................
3.3 Metode Analisis ................................................................................
3.3.1 Model Input-Output (I-O) .....................................................
3.3.2 Location Quotient .................................................................
3.3.3 Shift-Share Analysis .............................................................
3.3.4 Indeks Williamson ................................................................
3.3.5 Principal Component Analysis .............................................
3.3.6 Indeks Theil ..........................................................................
3.3.7 Focus Group Discussion ......................................................
3.3.8 Correspondence Analysis .....................................................
3.3.9 Analisis Strengths Weaknesses Opportunities and Threats .
31
31
31
36
36
40
41
43
44
47
47
49
50
BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT .....
4.1 Administrasi .....................................................................................
4.2 Fisik Dasar Wilayah .........................................................................
4.2.1 Penggunaan Lahan ................................................................
4.2.2 Sumber Daya Air ..................................................................
54
54
55
55
58
19
20
22
23
25
26
xii
Halaman
4.3
Perekonomian Daerah ......................................................................
4.3.1 Ekonomi Makro ....................................................................
4.3.2 Ekonomi Sektoral .................................................................
Sosial Kependudukan .......................................................................
4.4.1 Jumlah Penduduk ..................................................................
4.4.2 Kepadatan Penduduk ............................................................
4.4.3 Penduduk Menurut Angkatan Kerja .....................................
4.4.4 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha ..............................
Lembaga dan Keuangan Daerah .......................................................
4.5.1 Lembaga Daerah ...................................................................
4.5.2 Keuangan Daerah .................................................................
Kebijakan ..........................................................................................
4.6.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali .................................
4.6.2 RTRW Provinsi Jawa Barat 2000-2010 …………………...
4.6.3 RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013 ..............................
4.6.4 RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 .....................
4.6.5 RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 .....................
4.6.6 RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 ...................
61
61
65
75
75
76
77
78
79
79
80
82
82
85
86
89
95
97
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
5.1 Struktur Perekonomian .....................................................................
5.1.1 Kontribusi Sektor PDRB ......................................................
5.1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi .................................................
5.1.3 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita .......................
5.2 Sektor Unggulan ...............................................................................
5.2.1 Struktur Input-Output ...........................................................
5.2.2 Keterkaitan Ke Belakang dan Ke Depan ..............................
5.2.3 Pengganda .............................................................................
5.2.4 Kesimpulan Umum Analisis Input-Output ...........................
5.3 Sektor Unggulan dalam Perspektif Wilayah yang Lebih Luas ........
5.3.1 Pengaruh Eksternal terhadap Kabupaten Bandung Barat .....
5.3.2 Posisi Sektor Ekonomi dalam Provinsi Jawa Barat dan
Identifikasi Awal Komoditas Unggulan ...............................
5.4 Lokasi Unggulan ..............................................................................
5.4.1 Industri tanpa Migas .............................................................
5.4.2 Pertanian ...............................................................................
5.4.3 Hiburan dan Rekreasi ...........................................................
5.4.4 Kompilasi Lokasi Unggulan .................................................
5.5 Ketimpangan Wilayah, Kebocoran Wilayah, dan Pembangunan
Berkelanjutan ....................................................................................
5.6 Kelembagaan ....................................................................................
5.6.1 Persepsi Pelaku Pembangunan .............................................
5.6.2 Kebijakan Pengembangan Wilayah ......................................
5.6.3 Kesimpulan Umum Kelembagaan ........................................
5.7 Analisis Strategi Pengembangan Wilayah ........................................
5.7.1 Analisis Lingkungan Internal ...............................................
100
100
100
104
109
110
110
114
122
125
129
129
4.4
4.5
4.6
131
142
142
146
155
160
160
169
170
179
185
185
185
xiii
Halaman
5.7.2 Analisis Lingkungan Eksternal .............................................
5.7.3 Analisis SWOT Pengembangan Wilayah .............................
5.7.4 Strategi Pengembangan Wilayah ..........................................
188
189
190
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
6.1 Kesimpulan .......................................................................................
6.2 Saran .................................................................................................
194
194
196
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
198
LAMPIRAN ................................................................................................
204
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Matriks Pembagian Aspek Formal Dalam Perencanaan ..................
26
2
Matriks Analisis Penelitian ………………………………………..
35
3
Struktur Dasar Tabel Input-Output ………………………………..
36
4
Kuadran dalam Tabel Input-Output .................................................
37
5
Struktur Data Asal …………………………………………………
44
6
Tabel Dasar Correspondence Analysis ……………………………
50
7
Matriks SWOT …………………………………………………….
52
8
Matriks Strategi SWOT ……………………………………………
52
9
Administrasi Kabupaten Bandung Barat ..........................................
54
10
Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2007 ..............
57
11
Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri .......................................
60
12
Muka Air Tanah Akuifer Tengah .....................................................
60
13
Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah .
61
14
Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa
Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 .............
62
Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat Terhadap PDRB
Metropolitan Bandung Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 .......................................................................................
63
Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 ..............................................................
63
Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan Tahun 2006 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 ........................................................................
64
PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun-2006 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ...................................................
65
19
Pemusatan dan Jumlah Industri ........................................................
66
20
Jumlah Sarana Perdagangan .............................................................
67
21
Jumlah Sarana Jasa ...........................................................................
67
22
Produksi Komoditas Padi dan Palawija ...........................................
68
23
Produksi Komoditas Hortikultura ....................................................
69
24
Produksi Komoditas Buah-Buahan ..................................................
69
25
Produksi Komoditas Tanaman Hias .................................................
70
15
16
17
18
xv
Halaman
26
Produksi Komoditas Tanaman Obat-Obatan ....................................
70
27
Produksi Komoditas Perkebunan .....................................................
71
28
Produksi Komoditas Peternakan ......................................................
71
29
Produksi Komoditas Perikanan ........................................................
72
30
Produksi Hasil Hutan .......................................................................
72
31
Objek Wisata Berdasarkan Zona ......................................................
73
32
Nama dan Lokasi Objek Wisata .......................................................
74
33
Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata .........................................
74
34
Pertambangan Umum .......................................................................
75
35
Jumlah Penduduk .............................................................................
76
36
Kepadatan Penduduk
77
37
Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja ..............................
78
38
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha .............................
79
39
Struktur Organisasi Perangkat Daerah .............................................
79
40
Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah .............................
80
41
Rincian Belanja Daerah ....................................................................
81
42
Prioritas dan Upaya RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025
96
43
Strategi dan Kebijakan RPJMD Kabupaten Bandung Barat 20082013 ..................................................................................................
98
44
Kontribusi Sektor PDRB 2000-2006 Atas Dasar Harga Konstan
2000 ..................................................................................................
101
45
Laju Pertumbuhan Sektor PDRB 2001-2006 Atas Dasar Harga
Konstan 2000 ....................................................................................
105
46
Komponen Penyusunan Tabel Input-Output (Rp juta) ....................
111
47
Komponen Penyusunan Tabel Input-Output (%)..............................
111
48
Nilai Output Total Tiap Sektor .........................................................
112
49
Komponen Input ...............................................................................
113
50
Komponen Nilai Tambah .................................................................
114
51
Indeks Keterkaitan Langsung Ke Belakang .....................................
115
52
Persentase Nilai Input Sektor Pengguna Tebesar (Keterkaitan
Langsung Ke Belakang) ...................................................................
116
53
Indeks Keterkaitan Langsung Ke Depan ..........................................
117
54
Persentase Nilai Output Sektor Pemasok Tebesar (Keterkaitan
117
xvi
Halaman
Langsung Ke Depan) ........................................................................
55
Indeks Keterkaitan Total Ke Belakang dan Ke Depan ....................
120
56
Pengganda Output Sektor Ekonomi .................................................
122
57
Pengganda Pendapatan Sektor Ekonomi ..........................................
123
58
Pengganda Surplus Usaha Sektor Ekonomi .....................................
123
59
Pengganda Pajak Sektor Ekonomi ...................................................
124
60
Pengganda Nilai Tambah Sektor Ekonomi ......................................
125
61
Sektor dengan Nilai Pengganda Tertinggi .......................................
126
62
Keterkaitan Ke Belakang dan Ke Depan ..........................................
128
63
Persentase Peredaran Upah dan Gaji ................................................
128
64
Laju Pertumbuhan Penduduk di Jawa dan Bali ................................
130
65
Indeks LQ dan SSA ..........................................................................
131
66
Kompilasi Komoditas Unggulan Pertanian ......................................
141
67
Lokasi Unggulan Industri .................................................................
143
68
Lokasi Industri Menengah-Besar Unggulan ....................................
144
69
Lokasi Industri Kecil Unggulan .......................................................
145
70
Lokasi Unggulan Sayuran ................................................................
145
71
Lokasi Tanaman Hias Unggulan ......................................................
149
72
Lokasi Unggulan Sapi Perah ............................................................
151
73
Lokasi Unggulan Budidaya Keramba Jaring Apung ........................
153
74
Lokasi Unggulan Pariwisata .............................................................
158
75
Kompilasi Lokasi Unggulan .............................................................
160
76
Indeks Theil Between .......................................................................
162
77
Indeks Theil Within ..........................................................................
164
78
Keterkaitan Antar Variabel Ekonomi ..............................................
168
79
Keterkaitan Antar Variabel Pembangunan .......................................
168
80
Keterkaitan Industri-Pertanian .........................................................
180
81
Pengendalian Lingkungan Industri ...................................................
180
82
Program Ketenagakerjaan ................................................................
181
83
Sektor Utama Kebijakan Pengembangan Wilayah ..........................
182
84
Arah Strategis Kebijakan Pengembangan Wilayah .........................
183
xvii
Halaman
85
Strength dengan Opportunities dan Threats .....................................
189
86
Weakness dengan Opportunities dan Threats ..................................
190
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Kerangka Pemikiran .........................................................................
10
2
Kerangka Analisis Penelitian ...........................................................
34
3
Konsep Dasar PCA ...........................................................................
45
4
Peta Administrasi Kabupaten Bandung Barat ..................................
56
5
Kontribusi 3 Sektor Terbesar terhadap PDRB .................................
104
6
Laju Pertumbuhan Ekonomi 3 Sektor Pembentuk PDRB Terbesar .
108
7
Distribusi Tenaga Kerja ....................................................................
108
8
Distribusi Penggunaan Lahan ...........................................................
109
9
PDRB per Kapita ..............................................................................
110
10
PDRB per Tenaga Kerja Sektor .......................................................
110
11
Diagram Kartesius Indeks Keterkaitan Langsung Ke Belakang dan
Depan ................................................................................................
118
12
Diagram Kartesius Keunggulan Wilayah .........................................
132
13
Komposisi Industri Menengah Besar ...............................................
135
14
Komposisi Sektor Industri Pertanian ................................................
135
15
Komposisi Industri Kecil ..................................................................
136
16
Proporsi Kunjungan Wisatawan ke ODTW .....................................
137
17
Komposisi Komoditas Palawija .......................................................
139
18
Komposisi Komoditas Tanaman Hias ..............................................
139
19
Komposisi Jenis Budidaya Perikanan ..............................................
140
20
Peta Lokasi Unggulan Industri .........................................................
147
21
Peta Lokasi Unggulan Pertanian ......................................................
156
22
Lokasi Unggulan Objek Wisata ........................................................
157
23
Peta Lokasi Unggulan Hiburan dan Rekreasi ...................................
159
24
Indeks Williamson ............................................................................
161
25
Peta Ketimpangan Antar Kecamatan ................................................
163
26
Peta Ketimpangan Intern Kecamatan ...............................................
165
27
Persepsi Bidang Pembangunan .........................................................
171
28
Persepsi Pembangunan Sosial ..........................................................
173
xix
Halaman
29
Persepsi Pembangunan Ekonomi .....................................................
174
30
Persepsi Pembangunan