Stasiun cuaca mini berbasis mikrokontroler MC68HC908QB8.

(1)

Judul : Stasiun Cuaca Mini Nama Mahasiswa : Y.S. Soefian Nur Hidayat No. Mahasiswa : 035114003

INTISARI

Teknologi Stasiun Cuaca Mini menawarkan banyak manfaat yang signifikan bagi para pengguna, sekaligus menawarkan tantangan bagi siapa saja yang ingin mengembangkan teknologi ini. Stasiun cuaca mini akan diaplikasikan untuk memberikan kemudahan dalam memberikan informasi cuaca yang relevan. Alat ini secara khusus akan memberikan informasi curah hujan, waktu hujan, suhu udara dan waktu suhu udara secara real time.

Dalam penelitian ini stasiun cuaca mini dibuat dalam bentuk model, menggunakan mikrokontroler Freescale MC68HC908QB8 sebagai pengumpul data dan pengolah data. Model tipping-bucket digunakan sebagai sensor tingkat curah hujan, sedangkan LM35 digunakan sebagai sensor suhu udara dan RTC DS1305 digunakan sebagai penghasil waktu dan tanggal. Data-data tersebut akan ditampilkan pada layar monitor menggunakan perangkat lunak Visual Basic yang telah diprogram.

Stasiun Cuaca Mini bekerja dengan ketelitian curah hujan sebesar 1 mm dan rata-rata galat pengukuran suhu udara sebesar 0,85%.

Kata kunci: Stasiun Cuaca, Mikrokontroler MC68HC908QB8.


(2)

Title : Mini Weather Station Student Name : Y.S. Soefian Nur Hidayat Student Number : 035114003

ABSTRACT

Mini Weather Station technology provides many significant benefits for the users and challenges everyone who is willing to develop this technology. Mini weather will be used to give an easy access to relevant weather information. This instrument especially provides the informations of rain-fall, raining-time and real-time temperature.

In this research, mini weather station is designed in a model with MC68HC908QB8 Freescale microcontroller as data collector and data processor. Tipping-bucket model is used as the sensor of rain-fall level, LM35 is used as temperature sensor and DS1305 RTC is used to generate/real time date and time. The collected data will be shown on the monitor by a program written on Visual Basic.

Mini weather station works well with 1 millimeter of rain-fall accuracy and 0.85 percent of temperature measurement error average.

Keywords: Weather Station, MC68HC908QB8 Microcontroller.


(3)

STASIUN CUACA MINI

Berbasis Mikrokontroler MC68HC908QB8

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh:

Y.S. SOEFIAN NUR HIDAYAT NIM: 035114003

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

MINI WEATHER STATION

Based on MC68HC908QB8 Microcontroller

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the SARJANA TEKNIK Degree

in Electrical Engineering

By:

Y.S. SOEFIAN NUR HIDAYAT Student Number: 035114003

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTEMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2007


(5)

(6)

(7)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 September 2007

Y.S. Soefian Nur Hidayat


(8)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“ BERTAMBAHNYA UMUR ITU PASTI, TETAPI MENJADI

DEWASA ITU ADALAH SEBUAH PILIHAN”

A - MILD

” HIDUP BAGAIKAN MENULIS SEBUAH BUKU, ENTAH

BAGAIMANA KITA SEMUA INGIN MENULIS BUKU KITA,

MENJADI CERITA YANG MENARIK BAGI ORANG LAIN ATAU

MENJADI CERITA YANG . . . ”

PENULIS

Kupersembahkan Tugas Akhir ini untuk:

Tuhanku yang Termulia

Papa dan Mamaku yang Terkasih

Kakak-kakakku yang Tersayang

Adikku yang Tercint a

Keponakan-keponakanku yang Ku-Sayangi


(9)

Judul : Stasiun Cuaca Mini Nama Mahasiswa : Y.S. Soefian Nur Hidayat No. Mahasiswa : 035114003

INTISARI

Teknologi Stasiun Cuaca Mini menawarkan banyak manfaat yang signifikan bagi para pengguna, sekaligus menawarkan tantangan bagi siapa saja yang ingin mengembangkan teknologi ini. Stasiun cuaca mini akan diaplikasikan untuk memberikan kemudahan dalam memberikan informasi cuaca yang relevan. Alat ini secara khusus akan memberikan informasi curah hujan, waktu hujan, suhu udara dan waktu suhu udara secara real time.

Dalam penelitian ini stasiun cuaca mini dibuat dalam bentuk model, menggunakan mikrokontroler Freescale MC68HC908QB8 sebagai pengumpul data dan pengolah data. Model tipping-bucket digunakan sebagai sensor tingkat curah hujan, sedangkan LM35 digunakan sebagai sensor suhu udara dan RTC DS1305 digunakan sebagai penghasil waktu dan tanggal. Data-data tersebut akan ditampilkan pada layar monitor menggunakan perangkat lunak Visual Basic yang telah diprogram.

Stasiun Cuaca Mini bekerja dengan ketelitian curah hujan sebesar 1 mm dan rata-rata galat pengukuran suhu udara sebesar 0,85%.

Kata kunci: Stasiun Cuaca, Mikrokontroler MC68HC908QB8.


(10)

Title : Mini Weather Station Student Name : Y.S. Soefian Nur Hidayat Student Number : 035114003

ABSTRACT

Mini Weather Station technology provides many significant benefits for the users and challenges everyone who is willing to develop this technology. Mini weather will be used to give an easy access to relevant weather information. This instrument especially provides the informations of rain-fall, raining-time and real-time temperature.

In this research, mini weather station is designed in a model with MC68HC908QB8 Freescale microcontroller as data collector and data processor. Tipping-bucket model is used as the sensor of rain-fall level, LM35 is used as temperature sensor and DS1305 RTC is used to generate/real time date and time. The collected data will be shown on the monitor by a program written on Visual Basic.

Mini weather station works well with 1 millimeter of rain-fall accuracy and 0.85 percent of temperature measurement error average.

Keywords: Weather Station, MC68HC908QB8 Microcontroller.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul “Stasiun Cuaca Mini Berbasis Mikrokontroler MC68HC908QB8”.

Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan tugas akhir ini didasarkan pada hasil-hasil yang penulis dapatkan selama tahap perancangan, pembuatan, pengujian dan pengembangan alat.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Wuri, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis.

2. Ir. Tjendro selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, semangat, nasehat dan pikirannya untuk membimbing penulis.

3. Bapak Raymond Weisling selaku pimpinan perusahaan tempat penulis melaksanakan Kerja Praktek, yang telah memberikan ide dan menyumbangkan pemikirannya demi membantu penulis.

4. Bapak/Ibu dosen jurusan Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma, atas pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama kuliah.

5. Semua karyawan Sekretariat (Pak Djito, Bu Titik, dll) dan semua para laboran (Mas Suryono, Mas Broto, Mas Mardi, Mas Hardi), yang telah membantu penulis dalam proses menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Tikno dan Bapak Haryanto selaku karyawan Balai SABO, yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian terhadap sensor curah hujan yang dimiliki balai SABO.

7. Bapak Petrus Setyo Prabowo, S.T., yang selalu menghibur dan memotivasi penulis lewat canda tawanya yang hangat.

8. Mas Abeng yang telah membantu dalam pembuatan box stasiun cuaca mini. 9. Suci Apsari yang rela memberikan motivasi, dukungan, meminjamkan

komputer, printer dan memberikan saran dalam pemrograman Visual Basic. 10.Anak-anak Kamboja Bang Pipix, Bang Ganda, Mas Dani, Kim Kyo Young

(Nuna), Mas Suryo, Mas Bayu (Vodkobay), Mas Tinus, Mas Kisna, Ronny


(12)

Baban dan Irine, Suryo, Frans, Sintong, Budi Bulet, Nobert dan Daniel kecil yang telah mengisi cerita dalam hidupku.

11.Kawan–kawan dari kampung halamanku Neos-ku sayang, Leo Silet, Poltax Minyak, Rizkie Solip, Franki (Pengxi), Encus, Ferdinand, Rudy Gondrong, Doyox TB, Titis family, Andreas, Sintho dan Linda, Martha, Alvita, Liana dan Hendro Carmel yang telah memberikan warna dalam hidup ini.

12.Winarto (terima kasih atas Flashdisk dan idenya), Suryo (terima kasih atas saran VB-nya), Merry, Dennis, Joe, Inggit, Boen, Radit, DC, Ronny, Yakob, Miko (TE’04) dan teman-teman Teknik Elektro 2003 lainnya.

13.Om Listrik dan istri, Combat dan istri, Dwi (Uscab), Gimbal, Jubert, pak Kabul dan pak Aris sekeluarga yang telah memberikan warna dalam kehidupanku.

14.Bapak dan ibu kost Wisma DMP (Depan Makam Paingan), terima kasih selama 2 tahun pertama saya bisa tinggal di tempat anda.

15.Semua teman-teman kost DMP (Pii, Nendar, Donny, Alex. Berlin), semua teman-teman kost jalan Mawar (Koko Andrew, Nando, Ronny, Gentong, Mas Guntur, Mas Wisnu, Mas Dendra) sebagai sahabat-sahabatku terbaik yang pernah penulis miliki.

16.Kawan-kawan di organisasi BEMFT-USD, FPPI, GP, TAJAM, FORSOS dan organisasi-organisasi lainnya, terima kasih atas proses pembelajaran di bidang sosial, budaya dan politik.

17.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis mengakui bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga tugas akhir ini berguna bagi semua pihak dan dapat menjadikan bahan kajian lebih lanjut.

Yogyakarta, 13 September 2007 Penulis

Y.S. Soefian Nur Hidayat


(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul Bahasa Indonesia ... i

Halaman Judul Bahasa Inggris ... ii

Lembar Pengesahan oleh Pembimbing ... iii

Lembar Pengesahan oleh Penguji ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya ... v

Halaman Persembahan dan Moto Hidup ... vi

Intisari ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Tabel ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Metodologi Penelitian ... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1. Pencatat Hujan Tipping-bucket ... 5

2.2. Sensor Optis ... 6

2.3. Transistor Sebagai Saklar ... 7

2.4. Sensor Suhu LM35 ... 8

2.5. Real Time Clock (RTC) DS1305 ... 9

2.5.1. Pengenalan ... 9

2.5.2. Fitur ... 10

2.5.3. Penempatan Pin ... 10

2.5.4. Peta Memori RTC ... 11

2.6. Komunikasi Serial ... 12

2.6.1. Port Komunikasi Serial ... 13


(14)

2.6.2. RS232 ... 14

2.7. Pemrograman Visual Basic ... 15

2.8. Mikrokontroler MC68HC908QB8 ... 17

2.8.1. Gambaran Umum ... 17

2.8.2. Port-Port Input/Output ... 18

2.8.2.1. Register Data Port A ... 19

2.8.2.2. Register Data Port B ... 20

2.8.3. External Interrupt (IRQ) ... 22

2.8.3.1. IRQ Status and Control Register (INTSCR) ……... 22

2.8.4. Keyboard Interrupt Module (KBI) ... 23

2.8.5. Analog to Digital Converter (ADC) …... 24

BAB III RANCANGAN PENELITIAN ... 29

3.1. Perancangan Perangkat Keras ... 30

3.1.1. Perancangan Sensor Suhu ... 30

3.1.2. Perancangan Sensor Tingkat Curah Hujan ... 31

3.1.2.1. Tipping-Bucket ... 31

3.1.2.2. Sensor Optis dan Transistor Sebagai Saklar ... 32

3.1.3. Perancangan Antarmuka Mikrokontroler dengan DS1305 ... 34

3.1.4. Perancangan Pengubah Level Tegangan TTL Menjadi RS232 .. 35

3.2. Perancangan Perangkat Lunak ... 36

3.2.1. Perancangan Perangkat Lunak Mikrokontroler ... 36

3.2.1.1. Rancangan Interupsi Keyboard (KBI) ... 38

3.2.1.2. Rancangan Interupsi Eksternal (IRQ) ... 39

3.2.1.3. Rancangan Interupsi Penerimaan Data dari PC ... 39

3.2.1.4. Rancangan Subrutin Pengiriman Data ke PC ... 40

3.2.1.5. Rancangan Subrutin Kirim/Ambil Data DS1305 ... 40

3.2.1.6. Rancangan Subrutin ADC10 ... 41

3.2.2. Perancangan Perangkat Lunak Visual Basic 6.0. ... 42

3.2.2.1. Perancangan Database ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Pengamatan dan Pembahasan Data Curah Hujan ... 47

4.2. Pengamatan dan Pembahasan Data Suhu Udara ... 49


(15)

4.3. Pembahasan Program Mikrokontroler ... 50

4.4. Pengamatan dan Pembahasan Program Visual Basic ... 51

4.4.1. Pengamatan dan Pembahasan FormProgress ... 51

4.4.2. Pengamatan dan Pembahasan Form SetRTCTime ... 52

4.4.3. Pengamatan dan Pembahasan Form KirimData ... 52

4.4.4. Pengamatan dan Pembahasan Form Menu ... 52

4.4.5. Pengamatan dan Pembahasan Form EndProgram ... 54

4.4.5. Pengamatan dan Pembahasan Database ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN RANGKAIAN LENGKAP ... L1 LAMPIRAN SPESIFIKASI ALAT DAN DIMENSI ALAT ... L2 LAMPIRAN DATA TABEL CURAH HUJAN ... L3 LAMPIRAN DATA TABEL SUHU UDARA ... L4 LAMPIRAN LISTING PROGRAM MIKROKONTROLER ... L5 LAMPIRAN LISTING PROGRAM VISUAL BASIC ... L6 LAMPIRAN DATASHEET ... L7


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Pencatat Hujan Tipping-Bucket ... 6

Gambar 2-2 Optocoupler ... 6

Gambar 2-3 Konfigurasi Terhalang ON ... 7

Gambar 2-4 Konfigurasi Common Emitter Transistor Sebagai Saklar... 7

Gambar 2-5 Penempatan Pin LM35 ... 8

Gambar 2-6 LM35 dengan Damper R-C ... 9

Gambar 2-7 Penempatan Pin DS1305 ... 10

Gambar 2-8 Sebuah Frame dalam Komunikasi Serial ... 13

Gambar 2-9Port DB9: (a) Male; (b) Female ... 13

Gambar 2-10 Level Tegangan TTL dan RS232 Pada Pengiriman Huruf ‘A’ Tanpa Bit Paritas ... 15

Gambar 2-11 Visual Basic IDE ... 15

Gambar 2-12 Konfigurasi Pin Mikrokontroler MC68HC908QB8 ... 18

Gambar 2-13 Register Data Port A (PTA) ... 19

Gambar 2-14 Data Direction Register A (DDRA) ... 19

Gambar 2-15 Port A Input Pullup Enable Register (PTAPUE) ... 20

Gambar 2-16 Register Data Port B (PTB) ... 21

Gambar 2-17 Data Direction Register B (DDRB) ... 21

Gambar 2-18 Port B Input Pullup Enable Register (PTBPUE) ... 21

Gambar 2-19 IRQ Status and Control Register (INTSCR) ... 22

Gambar 2-20 Keyboard Statusand Control Register (KBSCR) ... 23

Gambar 2-21 Port AKeyboard Interrupt Enable Bits (KBIER) ... 24

Gambar 2-22 ADC10 Status and Control Register (ADCSC) ... 26

Gambar 2-23 Register Data High ADC10, Mode 8-Bit dan Mode10-Bit ... 26

Gambar 2-24 Register Data Low ADC10 ... 27

Gambar 2-25 Register Clock ADC10 (ADCLK) ... 27

Gambar 3-1 Rancangan Diagram Blok Stasiun Cuaca Mini ... 29

Gambar 3-2 Rancangan Sensor Suhu dengan IC LM35 ... 30

Gambar 3-3 Rancangan Sensor Pengukur Curah Hujan ... 32

Gambar 3-4 Rancangan Sensor Optis ... 33

Gambar 3-5 Rancangan Koneksi Mikrokontroler dengan DS1305 ... 35


(17)

Gambar 3-6 Rancangan Pengubah tegangan Level TTL menjadi RS232 ... 35

Gambar 3-7 Rancangan Diagram Alir Program Utama ... 37

Gambar 3-8 Rancangan Diagram Alir Subrutin Program Utama ... 38

Gambar 3- 9 Rancangan Diagram Alir Interupsi Keyboard ... 38

Gambar 3-10 Rancangan Diagram Alir Interupsi Eksternal ... 39

Gambar 3-11 Rancangan Diagram Alir Interupsi Penerimaan Data dari PC ... 40

Gambar 3-12 Rancangan Diagram Alir Subrutin Pengiriman Data ke PC ... 40

Gambar 3-13 Rancangan Diagram Alir Subrutin DS1305 : (a) Kirim ; (b) Ambil . 41 Gambar 3-14 Rancangan Diagram Alir Subrutin ADC10 ... 41

Gambar 3-15 Rancangan Tampilan Form Utama ... 42

Gambar 3-16 Rancangan Diagram Alir Form Utama ... 43

Gambar 3-17 Rancangan Diagram Alir Database ... 44

Gambar 4-1 Tampilan Luar Perangkat Keras Stasiun Cuaca Mini ... 45

Gambar 4-2 Tampilan Dalam Perangkat Keras Stasiun Cuaca Mini ... 46

Gambar 4-3 Pengujian Wadah Penampung ... 47

Gambar 4-4 Tampilan Form Progress “MWS” ... 51

Gambar 4-5 Tampilan Form SetRTCTime “MWS” ... 52

Gambar 4-6 Tampilan Form KirimData “MWS” ... 52

Gambar 4-7 Tampilan Form Menu “MWS” ... 53

Gambar 4-8 Tampilan Form Menu Saat Hujan “MWS” ... 53

Gambar 4-9 Tampilan Form Menu Selesai Hujan “MWS” ... 54

Gambar 4-10 Tampilan Form EndProgram “MWS” ... 54

Gambar 4-11 Tabel Database ... 55


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Peta Alamat RTC DS1305 dan Alamat RAM ... 12

Tabel 3-1 Perancangan Tabel Curah Hujan ... 44

Tabel 3-2 Perancangan Tabel Suhu Udara ... 44

Tabel 4-1 Pengamatan Interupsi Satu Detik DS1305 ... 46

Tabel 4-2 Pengujian Wadah Penampung ... 47

Tabel 4-3 Pengamatan Sensor Optis ... 48

Tabel 4-4 Pengamatan Data Curah Hujan ... 48

Tabel 4-5 Pengamatan Data Suhu Udara ... 49


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara tropis yang terletak pada 6oLU-11oLS dan 95oBT-141oBT, serta di sepanjang garis khatulistiwa. Faktor tersebut menyebabkan keadaan cuaca di Indonesia cenderung berubah dari waktu ke waktu. Perbandingan antara daratan/lautan, adalah 1 : 4 (1.919.443 km2 : 7.228.138 km2) dan dihuni ±210 juta jiwa. Pengamatan akan keadaan cuaca ini sangat penting, mengingat keadaan geografis Indonesia yang sebagian besar berbentuk kepulauan. Informasi cuaca sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai salah satu pedoman penting dalam menjalankan aktifitas mereka [1].

Untuk mengantisipasi fluktuasi cuaca yang selalu berubah dari waktu ke waktu serta dari satu tempat ke tempat lainnya, diperlukan baik sarana (peralatan pengukur cuaca, komputer canggih untuk analisis/peramalan) dan tenaga pengamat, serta yang tak kalah penting adalah ahli meteorologi yang mampu menganalisis data–data cuaca secara kritis. Sangatlah sulit diharapkan suatu hasil ramalan atau hasil analisis cuaca/iklim yang handal, jika menggantungkan pada suatu kondisi (peralatan, sumberdaya manusia) yang marginal. Sebenarnya masalah data cuaca tidak hanya untuk peramalan cuaca/iklim, namun lebih banyak manfaat lainnya untuk perencanaan berbagai bidang seperti, pewilayahan komoditas pertanian, perencanaan pembangunan bendungan serta kontruksi hidrologi lainnya, transportasi, pariwisata serta untuk penelitian.

Alat ukur cuaca mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi cuaca. Unsur-unsur cuaca yang penting untuk diketahui diantaranya adalah suhu udara dan tingkat curah hujan. Data-data tersebut harus diproses dengan cepat secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Curah hujan adalah semua air yang jatuh dari atmosfer setelah melalui proses kondensasi alami dan jatuh ke permukaan bumi. Jumlah curah hujan yang jatuh, biasanya diukur dalam satuan milimeter atau inci. Curah hujan harian rata-rata adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan dibagi dengan banyaknya hari dalam satu bulan.


(20)

Untuk meningkatkan kinerja alat ukur suhu udara dan tingkat curah hujan, dapat ditambahkan sebuah piranti yang mampu mengolah data dan menghasilkan data yang real time. Pada penelitian ini piranti yang digunakan adalah mikrokontroler. Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu yang lebih baik dan canggih. Pada perancangan ini, data dari sensor diambil dan diolah dalam mikrokontroler serta ditransmisikan ke komputer untuk ditampilkan.

Stasiun hujan di Indonesia sekitar 4.000 buah, hampir seluruhnya diamati secara manual dan sebagian sudah tidak beroperasi. Disamping tingkat kepercayaan data yang meragukan khususnya akibat faktor kesalahan manusia, dengan pengamatan manual tersebut, transfer data akan memakan waktu yang lama sampai kepada si pengguna. Untuk menyongsong era informasi sebaiknya mulai dilakukan modernisasi peralatan klimatologi tersebut, sehingga informasi dapat segera diakses untuk perencanaan [2]. Stasiun Cuaca Mini merupakan alat pemantau cuaca otomatis, dengan data cuaca yang terekam berupa data digital.

1.2.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang akan dicapai yaitu membuat suatu peralatan yang berfungsi untuk memberi informasi cuaca, dalam hal ini suhu udara dan tingkat curah hujan.

Manfaat yang akan dicapai adalah: 1. Untuk masyarakat umum

Masyarakat dapat mengetahui informasi cuaca sebagai salah satu pedoman penting untuk menjalankan aktifitas mereka.

2. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan

Menambah literatur aplikasi mikrokontroler dalam dunia meteorologi, khususnya stasiun cuaca.


(21)

1.3.

Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini tidak semua aspek yang berhubungan dengan Mini Weather Station akan dibahas. Oleh karena itu perlu diberikan beberapa pembatasan masalah antara lain sebagai berikut:

1. Pengumpul data menggunakan IC mikrokontroler motorola MC68HC908QB8. 2. Unit penampil berbasis PC menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual

Basic.

3. Pengiriman data dari mikrokontroler ke PC menggunakan komunikasi serial. 4. Pendeteksi suhu udara menggunakan sensor IC LM35.

5. Mendesain sensor pendeteksi tingkat curah hujan.

1.4.

Metodologi Penelitian

Langkah yang diambil untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi pustaka meliputi : ƒ Perumusan ide pokok.

ƒ Mencari data-data yang dapat dijadikan sebagai referensi penelitian.

ƒ Mempelajari berbagai jenis buku mengenai teori-teori rangkaian yang dipakai untuk pembuatan alat.

ƒ Membuat diagram blok sistem sesuai dengan konsep dan data-data yang dapat dijadikan pendukung.

2. Studi laboratorium meliputi:

ƒ Mempelajari cara kerja alat curah hujan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air Balai SABO, Sopalan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.

3. Perancangan perangkat keras dan perangkat lunak meliputi:

ƒ Merancang skema rangkaian berdasarkan dasar teori dan datasheet. ƒ Merancang diagram alir pengolah data dan penampil data.

ƒ Merancang layout (PCB) perangkat keras. 4. Implementasi meliputi:

ƒ Penyediaan seluruh komponen yang dibutuhkan ƒ Pemrograman pengolah data dan penampil data.


(22)

ƒ Perakitan dan pembuatan alat, serta diadakan pengujian masing-masing (sub-sistem) dari perangkat-perangkat tersebut, sebelum dilakukan integrasi.

5. Pengujian dan pengetesan alat meliputi:

ƒ Menguji secara langsung cara kerja alat, kemudian mengumpulkan data-data untuk mengetahui keadaan sistem secara keseluruhan dan data-data-data-data tersebut diusun sebagai hasil akhir dalam laporan tugas akhir.

1.5.

Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

BAB ini berisi latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

BAB ini berisi studi pustaka tentang landasan teori penelitian: Pencatat Hujan

Tipping-bucket, Sensor Optis, Transistor Sebagai Saklar, Sensor Suhu LM35, Real Time Clock (RTC) DS1305, Komunikasi Serial, Pemrograman Visual Basic dan Mikrokontroler MC68HC908QB8.

BAB III : RANCANGAN PENELITIAN

BAB ini berisi tentang diagram blok perancangan, perancangan perangkat keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak (software) yang akan dibuat. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB ini berisi hasil perancangan, hasil pengujian, analisis data dan pembahasan analisa.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

BAB ini berisi tentang kesimpulan akhir dan saran-saran penulis tentang alat yang dibuat.


(23)

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

Pencatat Hujan

Tipping-Bucket

Alat pencatat hujan tipping-bucket ditunjukkan pada gambar 2-1. Aliran air dari corong akan masuk ke dalam pipa, kemudian turun ke wadah penampung A yang datar. Setelah menerima air, wadah A akan menjadi lebih berat sehingga turun. Saat mencapai kapasitas maksimumnya air dari wadah A akan tumpah, aliran air selanjutnya akan masuk ke wadah penampung B dan begitu seterusnya sehingga air dari corong berhenti mengalir. Pengisian wadah penampung ini berdasarkan jumlah (berat) air yang sama, maka model alat ukur hujan harus disesuaikan, sehingga hubungan nilai/besar curah hujan dapat dengan mudah dihitung.

Ketika digunakan bersama dengan alat ukur curah hujan pada area

pengumpulan seluas 150 cm2, maka banyaknya curah hujan pada masing-masing

pengisian wadah penampung adalah 1,0 mm. Sedangkan ketika digunakan bersama

dengan alat ukur curah hujan pada area pengumpulan seluas 750 cm2, maka

banyaknya jumlah curah hujan pada masing-masing pengisian wadah penampung adalah 0,2 mm. Pada penggunaan alat ukur curah hujan untuk diameter pengumpulan sepanjang 5 inchi, maka titik keseimbangan pada unit wadah penampung pengisian dapat diatur hingga tiap-tiap pengisian berisi 1,0 mm curah hujan.

Gerakan Tipping-bucket ini, dapat digunakan untuk menutup kontak pada

rangkaian elektronik dengan tepat. Magnet ‘C’ akan menyebabkan reed switch ‘D’ latch atau terhubung sementara setiap kali wadah penampung melakukan pengisian. Dengan konstruksi rangkaian yang terdiri dari pulsa pencacah dan baterai kering, maka secara langsung akan dikumpulkan curah hujan hingga kenaikan 15 gram, serta disesuaikan dengan luas area pengumpulan corong dan dapat dibuat dengan jarak ratusan meter dari alat ukur. Pulsa yang direkam akan disubstitusi menjadi counter yang tidak hanya memberi informasi mengenai jumlah curah hujan pada periode yang diinginkan tetapi juga waktu dan kecepatan curah hujan [3].


(24)

Gambar 2-1 Pencatat Hujan Tipping-Bucket

A. Wadah penampung B. Wadah penampung

C. Magnet

D. Reed Switch

2.2.

Sensor Optis

Posisi tertentu pada sistem pengendali posisi, dapat dideteksi dengan

menggunakan limit switch atau menggunakan sensor optis. Pada penggunaan limit

switch sebagai pendeteksi posisi, benda yang akan dideteksi posisinya harus terjadi kontak fisik (gesekan, desakan) dengan limit switch, sedangkan pada penggunaan sensor optis tidak terjadi gesekan antara benda yang dideteksi dengan sensor optis.

Optocoupler adalah salah satu komponen optoelektronika yang menggabungkan optika dengan elektronika. Optocoupler atau opto penggandeng menggabungkan LED dengan fototransistor dalam satu kemasan. Gambar optocoupler ditunjukkan pada gambar 2-2 di bawah ini.

Gambar 2-2 Optocoupler

Berdasarkan gambar 2-3, pada kondisi fototransistor terhalang atau tidak mendapatkan cahaya dari LED, maka fototransistor akan OFF (cut-off) sehingga nilai Vo sama dengan Vcc. Sebaliknya, pada kondisi fototransistor tidak terhalang atau mendapatkan cahaya dari LED, maka fototransistor akan ON (saturasi) sehingga Vo mendekati nol [4].


(25)

Gambar 2-3 Konfigurasi Terhalang ON

1. Bila Q1 terhalang (gelap), maka photo NPN OFF dan Vo≈Vcc. 2. Bila Q1 tidak terhalang (terang), maka photo NPN ON dan Vo≈0.

Untuk menghitung besarnya nilai RLed dan Rc dapat dilakukan perhitungan

menggunakan hukum kirchoff tegangan sebagai berikut: -Vcc + ILed. RLed + VLed = 0

RLed =

Led Led I

V -Vcc

... (2.1.a) -Vcc + Ic. Rc + VCE = 0

Rc = C

CE I

V -Vcc

... (2.1.b)

2.3.

Transistor Sebagai Saklar

Transistor dalam aplikasi elektronika dapat digunakan sebagai saklar. Pada kondisi jenuh (saturation), transistor berlaku seperti saklar tertutup dan pada kondisi menyumbat (cut-off), transistor berlaku seperti saklar terbuka.


(26)

Pada umumnya saklar transistor menggunakan konfigurasi common emitor seperti ditunjukkan pada Gambar 2-4. Saat transistor berada pada kondisi jenuh (saturation), tegangan kolektor-emitor (VCE) mendekati nol dan menyebabkan arus

kolektor (IC) mengalir dari kolektor ke emitor, kondisi ini dianalogikan seperti saklar

dalam keadaan tertutup atau on. Pada kondisi menyumbat (cut-off) VCE mendekati

tegangan suplai (VCC), sehingga IC tidak dapat mengalir dari kolektor ke emitor,

kondisi ini dianalogikan seperti saklar yang terbuka atau off [5].

Nilai resistor basis (RB) dan resistor kolektor (RC) dapat dihitung dengan

menggunakan hukum kirchoff tegangan sebagai berikut : Vb - VBE – IB. RB = 0

RB =

B BE I

V Vb−

... (2.2.a) VCC – IC. RC – VCE = 0

RC =

C CE CC

I V

V −

... (2.2.b)

2.4.

Sensor Suhu LM35

Sensor adalah suatu piranti yang mengubah besaran fisis menjadi besaran elektris. Salah satu sensor yang banyak dipakai adalah sensor suhu yang mengubah besaran temperatur menjadi tegangan analog yang proporsional. Sensor suhu LM35 menghasilkan keluaran berupa tegangan yang linear, tiap kenaikan derajat celcius pada benda terukur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa LM35 adalah sensor suhu linear. Penempatan pin LM35 ditunjukkan pada gambar 2-5 di bawah ini:

Gambar 2-5 Penempatan Pin LM35

Karakteristik sensor suhu LM35 ini yaitu: 1. Dikalibrasi langsung dalam derajat celcius. 2. Memiliki faktor skala linier + 10 mV/oC.


(27)

3. Memiliki ketepatan 0,5°C pada suhu + 25°C

4. Jangkauan maksimal suhu antara -55 oC sampai +150 oC. 5. Cocok untuk aplikasi jarak jauh.

6. Harga yang cukup murah.

7. Beroperasi pada tegangan catu 4V sampai 30V.

8. Memiliki arus drain kurang dari 60 µA.

9. Pemanasan sendiri yang lambat (low self – heating), 0,08°C di udara diam. 10.Ketidaklinearan hanya sekitar ± 0,25 oC.

11.Impedansi keluaran yang kecil, 0,1Ω untuk beban 1 mA.

Pada aplikasinya LM35 membutuhkan penambahan R dan C. Besarnya resistor yang diseri dengan kapasitor tersebut adalah 75 Ω, sedangkan kapasitor yang digunakan besarnya 1 µF. Tujuan pemasangan R dan C yang diseri tersebut adalah sebagai damper R-C sensor LM35, damper R-C tersebut dapat mengurangi noise yang ditimbulkan dari kabel penghubung [6]. Gambar 2-6 menunjukkan konfigurasi LM35 dengan damper R-C.

Gambar 2-6 LM35 dengan Damper R-C

2.5.

Real Time Clock

(RTC) DS1305

2.5.1.

Pengenalan

DS1305 merupakan sumber jam dan penanggalan digital. DS1305 dapat memberikan informasi detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun. Tanggal terakhir pada akhir bulan disesuaikan secara otomatis untuk bulan yang lebih kecil dari 31 hari dan koreksi pada tahun kabisat. DS1305 berkomunikasi dengan mikrokontroler dengan sistem komunikasi Serial Peripheral Interface (SPI) atau koneksi antarmuka tiga kabel. Pengiriman data hanya dapat dilakukan untuk satu byte atau beberapa byte dalam waktu tertentu.


(28)

2.5.2.

Fitur

RTC DS1305 memiliki fitur sebagai berikut:

1. DS1305 menghitung detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun (termasuk tahun kabisat).

2. 96 byte nonvolatile RAM untuk menyimpan data.

3. Antarmuka dengan sistem komunikasi SPI, khusus mikrokontroler Motorola

atau menggunakan koneksi tiga kabel.

4. Dapat memberikan sinyal keluaran gelombang kotak yang terprogram, untuk

kombinasi detik, menit, jam dan hari.

5. Catu daya ganda: sebagai catu daya utama dan cadangan.

6. Disediakan pilihan dengan arus kecil untuk mengisi catu daya cadangan (Trickle Charger).

7. Beroperasi pada tegangan 2V sampai 5,5V.

8. Jangkauan temperatur kerja – 40oC sampai + 85oC.

9. Tersedia dalam kemasan 20 pin TSSOP dan 16 pin DIP.

2.5.3.

Penempatan Pin

Penempatan pin RTC DS1305 ditunjukkan pada gambar 2-7.

Gambar 2-7 Penempatan Pin DS1305

DS1305 mempunyai 16 pin dengan fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Vcc1 = catu daya utama.

2. Vcc2 = catu daya cadangan. Pada sistem trickle charger, pin ini terhubung

dengan sumber pengisi baterai.


(29)

4. VBat = masukan catu daya cadangan +3V, dengan standar baterai lithium atau

sumber energi lainnya.

5. GND = ground.

6. Serial Data Input (SDI) = masukan data serial. Pada saat komunikasi SPI dipilih, pin SDI akan menjadi masukan data serial bagi bus SPI. Ketika komunikasi tiga kabel dipilih, pin SDI harus dihubungkan dengan pin SDO. 7. Serial Data Output (SDO) = keluaran data serial. Pada saat komunikasi SPI

dipilih, pin SDO akan menjadi keluaran data serial bagi bus SPI. Ketika komunikasi tiga kabel dipilih, pin SDO harus dihubungkan dengan pin SDI. 8. Serial Clock Input (SCLK) = Clock serial. Digunakan untuk mensinkronisasi

pengiriman data pada antarmuka serial dengan SPI atau koneksi tiga kabel. 9. Serial Interface Mode Input (SERMODE) = mode antarmuka serial. Pin

SERMODE dipakai untuk memilih dua mode antarmuka serial. Ketika terhubung dengan GND, maka mode yang dipilih komunikasi 3 kabel dan ketika terhubung dengan Vcc, maka mode yang dipilih komunikasi SPI.

10.Chip Enable (CE) = sinyal CE harus berada pada kondisi tinggi selama proses read/write. Pin ini memiliki resistor pulldown internal sebesar 55 kΩ.

11.Interrupt 0 Output (INT0) = pin INT0 memiliki keluaran yang aktif rendah yang dapat digunakan sebagai interupsi bagi prosesor. Pin ini membutuhkan resistor pullup eksternal.

12.Interrupt 1 Output (INT1) = pin INT1 memiliki keluaran yang aktif rendah yang dapat digunakan sebagai interupsi bagi prosesor. Pin ini membutuhkan resistor pullup eksternal.

13.Power Fail Output (PF) = pin PF digunakan untuk menunjukkan keadaan catu daya utama. Ketika Vcc1< Vcc2 atau Vcc1< Vbat, maka pin ini bernilai

rendah.

14.Interface Logic Power Supply Input (VCCIF) = pin ini memungkinkan DS1305

untuk mengatur keluaran pin SDO danPF pada level yang tepat untuk logika

antarmuka.

2.5.4.

Peta Memori RTC

Tabel 2-1 menunjukkan peta alamat register dan alamat RAM untuk DS1305. Alamat register DS1305 berlokasi pada alamat 00h sampai 1Fh untuk baca (read) dan


(30)

80H sampai 9FH untuk baca (write). RAM berlokasi pada alamat 20h sampai 7Fh untuk read dan A0h sampai FFH untuk write [7].

Tabel 2-1 Peta Alamat RTC DS1305 dan Alamat RAM

2.6.

Komunikasi Serial

Pada PC standarT, biasanyaT terdapat sebuah port untuk komunikasi serial. Pada prinsipnya, komunikasi serial ialah komunikasi di mana pengiriman data dilakukan per-bit, sehingga lebih lambat dibandingkan komunikasi paralel, seperti pada port printer yang mampu mengirim 8 bit sekaligus dalam sekali detak. Beberapa contoh penerapan komunikasi serial adalah mouse, scanner dan sistem akuisisi data yang terhubung ke port serial COM1/COM2.

Tujuan dasar dari suatu komunikasi data adalah untuk saling menukar atau mengirim informasi berupa data n-bit (1 byte atau lebih) antar stasiun. Komunikasi data antar stasiun yang terpisah oleh jarak yang cukup berjauhan harus menggunakan mode pengiriman data serial untuk mengirimkan datanya, yaitu data dikirim secara bit per-bit melalui satu saluran (kabel) transmisi.

Pada metode asinkron, setiap karakter yang dikirim disinkronkan dengan menyisipkan bit-bit framing (pembingkaian) pada permulaan karakter, yaitu bit start dan pada akhir karakter, yaitu bit stop. Bit start selalu berlogika rendah (0) berfungsi


(31)

untuk menandakan permulaan karakter. Setelah bit data terakhir (MSB), 1 bit paritas disisipkan, yang berfungsi untuk mengecek keabsahan dari data yang dikirim. Logika 1 untuk paritas genap dan logika 0 untuk paritas ganjil. Bit stop selalu berlogika tinggi (1) dan berfungsi menandakan akhir dari karakter [8]. Gambar sebuah frame dalam komunikasi serial ditunjukkan pada gambar 2-8.

Gambar 2-8 Sebuah Frame dalam Komunikasi Serial

2.6.1.

Port

Komunikasi Serial

Komunikasi serial membutuhkan port sebagai saluran data. Pada IBM PC

kompatibel port serial bersifat asinkron dimana dapat mengirimkan data sebanyak 1 bit dalam tiap satu waktu. Port yang digunakan biasanya menggunakan konektor DB9. Standar RS232 menyangkut komunikasi data antar komputer (Data Terminal Equipment/DTE) dengan alat-alat pelengkap komputer (Data Circuit-Terminating Equipment/DCE). Berikut tampilan port serial DB9 yang umum digunakan sebagai port serial [9].

T (a) (b)

TGambar 2-9Port DB9: (a) Male; (b) Female

DB9 mempunyai 9 pin dengan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. pin 1 = Data Carrier Detect (DCD) atau Received Line Signal Detect, dengan

saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa pada terminal masukan, ada data masukan.

2. pin 2 = Received Data (RxD), digunakan DTE untuk menerima data ke DCE.

3. pin 3 = Transmitted Data (TxD), digunakan DTE untuk mengirimkan data ke


(32)

4. pin 4 = Data Terminal Ready (DTR), pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan terminalnya.

5. pin 5 = Signal Ground (common), saluran ground.

6. pin 6 = Data Set Ready (DSR), sinyal aktif pada saluran ini menunjukkan bahwa DCE sudah siap.

7. pin 7 = Request To Send (RTS), dengan saluran ini DCE diminta untuk

mengirimkan data oleh DTE.

8. pin 8 = Clear To Send (CTS), dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa

DTE boleh mulai mengirimkan data.

9. pin 9 = Ring Indicator (RI), pada saluran ini DCE memberitahukan ke DTE

bahwa sebuah stasiun menghendaki hubungan dengannya.

Untuk dapat menggunakan port serial perlu diketahui alamatnya. Biasanya tersedia dua port serial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2. Umumnya COM1 berada di base address 1016 (3F8H), sedangkan COM2 di base address 760 (2F8H). Alamat tersebut adalah alamat yang biasa digunakan, tergantung dari komputer yang digunakan. Secara tepat alamat tersebut dapat dilihat pada peta memori, yaitu memori 0000.0400h untuk base address COM1 dan memori 0000.0402h untuk base address COM2 [10].

2.6.2.

RS232

RS232 merupakan standar yang biasanya digunakan untuk komunikasi serial antar alat dengan komputer. RS232 dikembangkan oleh Electronics Industries Association and The Telecommunications Industry (EIA/TIA) dan dipublikasikan pertama kali pada tahun 1962. Perkembangan ini jauh terjadi sebelum IC TTL populer, sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan level tegangan IC TTL. Standar ini hanya menyangkut komunikasi data antar komputer DTE dengan alat-alat pelengkap komputer DCE. Standar RS232 inilah yang digunakan pada port serial IBM kompatibel.

Standar sinyal serial RS 232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut:

1. Logika ‘1’ disebut ‘mark’ terletak antara -3V hingga -25V. 2. Logika ‘0’ disebut ‘space’ terletak antara +3V hingga +25V.


(33)

3. Daerah tegangan antara -3V hingga +3V, ≤ -25V dan ≥ +25V adalah invalid level, yaitu daerah tegangan yang tidak memiliki logika pasti dan harus dihindari.

Rangkaian pengubah level tegangan TTL menjadi level tegangan RS232 menggunakan rangkaian voltage doubler atau rangkaian pengganda tegangan dan

rangkaian voltage inverter atau rangkaian pembalik tegangan. Gambar 2-10 adalah

contoh level tegangan RS232 pada pengiriman huruf ‘A’ dalam format ASCII tanpa bit paritas pada level TTL dan level RS 232 [10].

Gambar 2-10 Level Tegangan TTL dan RS232 Pada Pengiriman Huruf ‘A’ Tanpa Bit Paritas

2.7.

Pemrograman Visual Basic

Visual Basic merupakan pemrograman berorientasi objek (Object Oriented Programming/OOP). Visual Basic menyediakan objek-objek yang sangat kuat, berguna dan mudah dipakai. Pada Visual Basic yang dikerjakan pertama kali adalah membuat tampilan program terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan membuat kode yang akan digunakan oleh program [11]. Gambar Visual Basic IDE (Integrated Development Environment) dari Visual Basic ditunjukkan pada gambar 2-11.


(34)

IDE merupakan bidang kerja tempat progammer membuat aplikasi. Di dalam

IDE terdapat Programming Tools, Toobox Controls, Form Windows, Properties

Windows, Project Windows, Code Windows, Immediate Windows, Form Layout Windows, Online Help Systems.

a. ToolBox: Merupakan kumpulan alat yang dipakai untuk merancang tampilan dari aplikasi yang dibuat, termasuk kalau mau membuat objek seperti text area, berbagai tombol dan scroll bar. Letaknya ada di sebelah kiri dari gambar 2-12. b. Form: Bagian ini adalah tampilan yang akan dilihat oleh user. Di dalam form

terdapat berbagai kontrol yang bisa beraksi sesuai kode yang dibuat. Suatu aplikasi bisa mempunyai 5 sampai 6 form. Namun ada juga aplikasi yang mempunyai lebih banyak form. Letaknya ada di tengah atas dari gambar 2-12. c. Code Windows: Bagian ini adalah tempat untuk menuliskan kode atau program.

Ada dua combo box di bagian atas dari code windows, box yang kiri

menunjukkan objek yang kodenya ditulis dan box yang kanan menunjukkan prosedur atau event dari kontrol yang sedang didefinisi kelakuannya. Letaknya ada di tengah bawah dari gambar 2-12.

d. Properties Window: Properties/karakter/sifat dari suatu kontrol ditentukan di window ini, misalnya warna dimensi dan berbagai operasi yang terkait dengan kontrol yang bersangkutan. Letaknya ada di kanan atas dari dari gambar 2-12. e. Project Windows: Suatu aplikasi dalam Visual Basic dibuat melalui project.

Project adalah kumpulan file yang saling berkaitan satu sama lain. Sebagian dari file ini berasal dari user, sedang sebagian lagi dibuat oleh sistem. Letaknya ada di kanan bawah dari gambar 2-12. Isi dari Project Window antara lain:

1) Satu file untuk tiap form (ekstensi .frm) 2) Satu file untuk tiap module (ekstensi .bas)

3) Satu file untuk tiap custom control (ekstensi .vbx)

Dalam Visual Basic disediakan costum control untuk komunikasi serial yaitu communication control. Bahasa pemrograman Visual Basic yang digunakan adalah:

1. Do [pernyataan-pernyataan] Loop Until [syarat]: Melakukan looping untuk membaca tiap karakter yang diterima sampai syarat terpenuhi.

2. [Variabel] = DoEvents(): Memberikan kesempatan pada sistem operasi untuk

memproses kejadian (program) sampai selesai.


(35)

dimasukkan variabel.

4. Comm1.Output = [Variabel]: Mengirimkan karakter-karakter yang terdapat pada variabel melalui port Comm1.

Berikut adalah kode program beserta keterangannya pada prosedur penerimaan data serial:

1. Comm1.CommPort = 1, perintah ini digunakan untuk menginisialisasi

penggunaan port com1 dengan nama “Comm1”

2. Comm1.Settings = ‘1200,N,8,1”, perintah ini digunakan untuk mengeset port

com1 dengan parameter sebagai berikut:

1.Angka pertama menunjukkan kecepatan transmisi data 1200 baud. 2.N (none) menunjukkan tidak ada paritas yang digunakan.

3.Angka ketiga menunjukkan jumlah bit yang dikirim dalam 1 karakter yaitu 8 bit.

4.Angka terakhir menunjukkan bit akhir (stop bit) dalam satu karakter.

3. Comm1.InputLen = 0, perintah ini digunakan untuk menyatakan banyaknya

karakter yang akan dibaca jika input digunakan.

4. Comm1.PortOpen = True, perintah ini digunakan untuk membuka (true) atau

menutup (false) port Comm1.

Berikut adalah kode program pada prosedur pengiriman data serial:

1. Comm1.CommPort = 1

2. Comm1.Settings = ‘1200,N,8,1”

3. Comm1.InputLen = 0

4. Comm1.PortOpen = True

5. Comm1.OutputLen = “HAI APA KABAR? SALAM MANIS DARIKU +

Chr$(13)

6. Comm1.PortOpen = False

2.8.

Mikrokontroler MC68HC908QB8

2.8.1.

Gambaran Umum

MC68HC908QB8 termasuk dalam Microcontroller Units (MCUs) 8-bit keluarga M68HC08 yang berdaya guna tinggi, murah dan dirancang berdasarkan


(36)

strategi Complexity Instruction Set Computer (CISC) dengan arsitektur Von Neumann. Semua mikrokontroler dalam keluarga ini memakai Central Processor Unit (CPU) M68HC08 dan tersedia dengan berbagai modul, tipe, ukuran memori dan berbagai tipe kemasan.

MC68HC908QB8 memiliki 8 kbyte flash memori, 256 byte Random Access Memory (RAM), 4 saluran Timer Interface Module (TIM) 16 bit, 10 saluran Analog to Digital Converter (ADC) 10 bit, modul Enhanced Serial Communications Interface (ESCI), modul Serial Peripheral Interface (SPI), internal osilator yang dapat diatur

secara software, memiliki kemampuan Auto Wakeup dari intruksi stop, kompatibel

dengan kode objek keluarga M68HC05 dan didesain untuk daya rendah dengan mode stop and wait [12].

2.8.2.

Port-Port

Input/Output

(

PORTS

)

Pada MC68HC908QB8 terdapat 13 pin I/O bidirectional dan 1 pin khusus input. Semua I/O pin dapat diprogram sebagai input ataupun output. Port A adalah port dengan fungsi khusus 6-bit yang men-share keenam pinnya dengan modul keyboard interrupt (KBI), 4 saluran TIM, ADC 10 bit, IRQ, reset dan osilator. Port B adalah port dengan fungsi khusus yang men-share kedelapan pinnya dengan saluran 4 TIM, ADC 10 bit, modul SPI dan modul ESCI. Tiap pin Port A dan Port B juga memiliki devais pullup, yang dikonfigurasi program apabila pin port yang bersangkutan dikonfigurasi sebagai input. Gambar konfigurasi Pin Mikrokontroler MC68HC908QB8 ditunjukkan pada gambar 2-12 di bawah ini.


(37)

2.8.2.1.

Register Data

Port

A

Register data port A (PTA) berisi sebuah pengunci data (latch), untuk masing-masing pin port A. Port A adalah port 6 bit, yang keenam pinnya berbagi fungsi dengan interupsi keyboard. Setiap pin port A juga memiliki sebuah piranti pullup resistor yang dikonfigurasikan dengan perangkat lunak, jika pin port A digunakan sebagai masukan. Gambar register data port A ditunjukkan pada gambar 2-13 di bawah ini.

Gambar 2-13 Register Data Port A (PTA)

Bit port A (PTA0 – PTA5] merupakan bit-bit baca/tulis yang terprogram secara software. Arah data dari tiap pin port A dikendalikan oleh bit yang sesuai pada data direction register A. Reset tidak mempengaruhi data port A.

Bit Auto Wakeup Latch Data (AWUL) merupakan bit baca yang berisi nilai dari adanya permintaan auto wakeup interrupt. Sinyal permintaan wakeup dibangkitkan secara internal.

Data Direction Register A (DDRA) menentukan apakah tiap pin port A

adalah input atau output. Menulis logika 1 pada bit DDRA, akan menghubungkan

outputbuffer dengan pin port A yang bersangkutan, sedangkan menulis logika 0akan

memutuskan output buffer dengan pin port A yang bersangkutan. Gambar 2-14

menunjukkan register DDRA

Gambar 2-14 Data Direction Register A (DDRA)

Bit-bit DDRA merupakan bit baca/tulis yang mengendalikan arah data port A.

Reset meng-clear-kan bit DDRA[5:0], sehingga semua pin port A dikonfigurasi


(38)

1 = pin port A dikonfigurasi sebagai output. 0 = pin port A dikonfigurasi sebagai input.

Port A Input Pullup Enable Register (PTAPUE ) berisi sebuah devais pullup, yang dapat dikonfigurasi secara software untuk tiap pin port A. Tiap bit dapat dikonfigurasikan secara individual dan membutuhkan data direction register (DDRAx) yang bersangkutan dikonfigurasi sebagai input. Tiap pullup device secara otomatis dan dinamis diputus ketika bit DDRAx yang bersangkutan dikonfigurasi sebagai output. Gambar 2-15 menunjukkan register PTAPUE.

Gambar 2-15 Port A Input Pullup Enable Register (PTAPUE)

PTAPUE0 – PTAPUE5, digunakan untuk mengaktifkan devais pullup pada

pin port A, terprogram secara software.

1 = Pin port A yang bersangkutan dikonfigurasi menggunakan internal pullup jika bit DDRA 0 (input).

0 = Devais pullup tidak terhubung dengan pin port A yang bersangkutan, tanpa

melihat keadaan DDRA.

OSC2EN, untuk mengaktifkan PTA4 sebagai pin OSC2. Bit baca/tulis ini mengkonfigurasi pin OSC2 ketika memilih RC osilator. Bit ini tidak mempengaruhi pilihan osilator XTAL atau osilator eksternal.

1 = pin OSC2 sebagai output dari RC oscillator clock (BUSCLKX4).

0 = pin OSC2 dikonfigurasi sebagai PTA4 I/O, memiliki semua fungsi interupsi dan pullup.

2.8.2.2.

Register Data

Port

B

Register data port B (PTB) berisi sebuah pengunci data (latch) untuk masing-masing pin port B. Bit data port B (PTB0 - PTB7), merupakan bit baca/tulis yang diatur dengan perangkat lunak. Arah data dari masing-masing bit dikendalikan oleh


(39)

bit sesuai dengan bit pada Data Direction Register B (DDRB). Reset tidak memberi pengaruh pada data port B. Gambar 2-16 menunjukkan register data port B.

Gambar 2-16 Register Data Port B (PTB)

DDRB menentukan apakah tiap pin port B adalah input atauoutput. Menulis

logika 1 pada bit DDRB akan menghubungkan outputbuffer dengan pin port B yang

bersangkutan, sedangkan menulis logika 0akan memutuskan output buffer dengan pin port B yang bersangkutan. Gambar 2-17 menunjukkan register DDRB.

Gambar 2-17 Data Direction Register B (DDRB)

Bit-bit DDRB merupakan bit baca/tulis yang mengendalikan arah data port A.

Reset meng-clear-kan bit DDRB[7:0], sehingga semua pin port B dikonfigurasi

sebagai input.

1 = pin port B dikonfigurasi sebagai output. 0 = pin port B dikonfigurasi sebagai input.

Port B Input Pullup Enable Register (PTBPUE ) berisi sebuah devais pullup yang dapat dikonfigurasi secara software untuk tiap pin port B. Tiap bit dapat dikonfigurasikan secara individual dan membutuhkan data direction register (DDRBx) yang bersangkutan dikonfigurasi sebagai input. Tiap pullup device secara otomatis dan dinamis diputus ketika bit DDRBx yang bersangkutan dikonfigurasi sebagai output. Gambar 2-18 menunjukkan register PTBPUE.


(40)

PTBPUE0 – PTBPUE7, digunakan untuk mengaktifkan devais pullup pada pin port B, terprogram secara software.

1 = Pin port B yang bersangkutan dikonfigurasi menggunakan internal pullup jika bit DDRA 0 (input).

0 = Devais pullup tidak terhubung dengan pin port B yang bersangkutan, tanpa

melihat keadaan DDRB.

2.8.3.

External Interrupt

(IRQ)

Pin IRQ berbagi fungsi dengan PTA2, PTA2 juga berfungsi sebagai general input/output pin dan pin interupsi keyboard. Kemampuan dari modul IRQ adalah terdapat sebuah pin interupsi ekskternal, memiliki kontrol bit interupsi IRQ, hysterisis buffer, sensitivitas interupsi yang dapat diprogram, terdapat pilihan internal/eksternal pullup resistor.

2.8.3.1.

IRQ

Status and Control Register

(INTSCR)

INTSCR yang ditunjukkan pada Gambar 2-19, mengendalikan dan mengawasi operasi dari modul IRQ. INTSCR mempunyai empat fungsi:

1. Menunjukkan status dari flag IRQ. 2. Menghapus interupsi latch IRQ.

3. Menutupi (mask) permintaan interupsi IRQ. 4. Mengendalikan sensitivitas picuan dari pin IRQ.

Gambar 2-19 IRQ Status and Control Register (INTSCR)

IRQ Flag ( IRQF ), merupakan bit status yang hanya bisa dibaca. IRQF akan berlogika tinggi pada saat interupsi IRQ menunggu. Logika 1 menandakan adanya interupsi IRQ yang menunggu dan logika 0 menandakan tidak ada interupsi IRQ yang menunggu.


(41)

Bit Interrupt Request Acknowledge (ACK), dengan menulis logika 1 pada bit yang hanya bisa ditulis ini, akan membuat nol IRQ lacth. ACK selalu dibaca sebagai logika 0. Kondisi reset akan membuat ACK menjadi nol.

Interrupt Mask ( IMASK ), dengan menulis logika 1 pada bit baca tulis ini, akan membuat interupsi IRQ tidak aktif. Kondisi reset membuat IMASK1 menjadi nol. Logika 1 akan membuat permintaan interupsi IRQ tidak aktif dan logika 0 akan membuat permintaan interupsi IRQ aktif.

Edge/Level Select ( MODE ), bit baca/tulis ini mengendalikan sensitivitas picuan dari pin IRQ. Kondisi reset membuat MODE menjadi nol. Logika 1 membuat permintaan interupsi IRQ pada tepi turun dan tingkat rendah dan logika 0 membuat permintaan interupsi IRQ hanya pada tepian turun.

2.8.4.

Keyboard Interrupt Module

(KBI)

Pada MC68HC908QB8 terdapat 5 pin Interupsi keyboard dengan bit

enable-nya masing-masing disertai sebuah pin untuk keyboard interrupt mask. Bila pin

dikonfigurasikan sebagai input, komponen pullup terintegrasi dapat diprogram secara software. Interupsi keyboard memiliki sensitivitas interupsi yang dapat diprogram secara software.

Keyboard Status and Control Register (KBSCR) yang ditunjukkan pada gambar 2-20 mengendalikan dan mengawasi operasi dari modul KBI. KBSCR mempunyai 3 fungsi:

1. Menandai adanya permintaan interupsi keyboard.

2. Menghapus permintaan interupsi keyboard.

3. Melakukan masking terhadap interupsi keyboard.


(42)

KBI Flag (KEYF ), merupakan bit status yang hanya bisa dibaca. KBSCR akan berlogika tinggi pada saat terdapat permintaan interupsi keyboard yang belum dilayani dan berlogika rendah menandakan tidak terdapat permintaan interupsi keyboard yang belum dilayani

Bit Keyboard Acknowledge (ACKK) selalu terbaca sebagai logika 0. Memberikan logika 1 pada bit yang bersifat read-only ini, akan membatalkan permintaan interupsi keyboard yang belum dilayani pada port A.

Bit Keyboard Interrupt Mask (IMASKK), dengan memberikan logika 1 pada bit ini akan mencegah terjadinya permintaan interupsi keyboard pada port A.

Bit Keyboard Triggering Sensitivity (MODEK), berfungsi mengendalikan sensitivitas interupsi keyboard pada port A. Pada logika 1 sensitivitas interupsi keyboard terjadi pada logika pinggiran negatif dan selama logika rendah. Sedangkan pada saat logika 0 sensitivitas interupsi keyboard terjadi hanya pada logika pinggiran negatif.

Keyboard Interrupt Enable Register (KBIER) dapat mengaktifkan atau menonaktifkan permintaan interupsi keyboard yang belum dilayani pada port A. KBIER ditunjukkan pada gambar 2-21.

Gambar 2-21 Port A Keyboard Interrupt Enable Bits (KBIER)

Masing-masing bit, dapat mengaktifkan atau menonaktifkan permintaan interupsi keyboard terhadap pin yang saling berkorespondensi pada port A. Reset akan menonaktifkan permintaan interupsi keyboard pada port A.

1 = pin KBIx dapat menerima permintaan interupsi keyboard. 0 = pin KBIx tidak dapat menerima permintaan interupsi keyboard.

2.8.5.

Analog to Digital Converter

(ADC)

MC68HC908QB8 memiliki modul ADC10 dengan fitur: 1. Algoritma pendekatan linier dengan resolusi 10 bit.


(43)

3. Konversi secara periodik atau terus-menerus. 4. Kecepatan konversi dapat diatur.

5. Konversi yang dilengkapi dengan flag dan interupsi. 6. Input clock-nya dapat dipilih lebih dari 3 sumber. 7. Mode operasi stop and wait dengan noise rendah.

ADC10 menggunakan pendekatan untuk mengubah input yang diambil dari ADVIN untuk diubah menjadi data digital. Pendekatan dilakukan dengan membulatkan input dalam bentuk nilai 8 atau 10 bit untuk menghasilkan keakuratan yang lebih tinggi dan mendapatkan mekanisme yang lebih baik untuk mencapai tegangan peralihan yang ideal.

Untuk konversi yang tepat, tegangan dari ADVIN harus berada antara VREFH

dan VREFL. Jika ADVIN sama dengan atau melewati VREFH, ADC10 merubah sinyal

menjadi $3FF untuk representasi 10 bit dan $FF untuk representasi 8 bit. Jika ADVIN

sama dengan atau dibawah VREFL, ADC10 merubah sinyal menjadi $0000. Tegangan

input antara VREFH dan VREFL diubah dalam bentuk konversi yang linier .

Waktu konversi tergantung pada beberapa faktor seperti, waktu sampling, frekuensi bus, apakah Asynchronous Clock Source Enable (ACLKEN) dalam keadaan

set dan waktu sinkronisasi. Waktu maksimum untuk konversi total ditentukan oleh

sumber yang dipilih dan rasio pembagian yang dipilih. Sumber clock dapat dipilih dengan bit Input Clock Select Bit (ADICLK) dan ACLKEN, sedangkan rasio pembagian diatur dari bit Clock Divider Bits (ADIV). Sebagai contoh, jika sumber clock alternatif adalah 16 MHz yang dipilih sebagai sumber input clock, input clock dibagi menjadi 8 dan frekuensi bus 4 MHz, kemudian waktu konversi untuk 10 bit adalah: s 11,25 MHz 4 siklus 3 MHz/8 16 ADCK siklus 21 maksimum konversi

Waku = + bus= μ

Jumlah siklus bus = 11,25µs x 4 MHz = 45 siklus

Resolusi ADC = DDn

2 V

; n = Jumlah bit (8/10) ... (2.3.a.)

Resolusi ADC terhadap Inputnya =

Inputnya Resolusi

ADC Resolusi


(44)

ADC10 Status and Control Register (ADCSC) yang ditunjukkan pada gambar 2-22 mengendalikan dan mengawasi operasi dari modul ADC10.

Gambar 2-22 ADC10 Status and Control Register (ADCSC)

Bit Conversions Complete (COCO) merupakan bit yang hanya dapat dibaca,

yang di-set pada akhir tiap konversi. COCO akan di-clear-kan pada saat ADCSC

ditulis atau sewaktu register data dibaca. Logika 1 pada bit yang bersifat read-only ini, menandakan konversi selesai. Sebalinya, logika 0 pada bit ini menandakan konversi belum selesai.

Bit Interrupt Enable (AIEN), ketika bit ini di-set sebuah interupsi dihasilkan pada akhir konversi. Sinyal interupsi di-clear-kan ketika register data dibaca atau ADCSC ditulis. Menulis logika 1 pada bit ini, menandakan interupsi ADC10 diijinkan. Sebaliknya, menulis logika 0 pada bit ini menandakan interupsi ADC10 tidak diijinkan

Bit Continuous Conversion Bit (ADCO), ketika bit di-set ADC10 akan mengkonversi cuplikan secara kontinyu dan memperbaharui register hasil, diakhir tiap konversi. Bit Channel Select (ADCH4 - ADCH0) membentuk 5 bit field, yang digunakan untuk memilih salah satu dari saluran input. ADC10 Result High Register (ADRH), merupakan register yang menyimpan MSB dari hasil konversi dan selalu diperbaharui setiap waktu konversi selesai. Bit-bit yang lain terbaca sebagai 0. Gambar 2-23 menunjukkan register ADRH.


(45)

ADC10 Result Low Register (ADRL), merupakan register yang menyimpan LSB dari hasil konversi dan selalu diperbaharui setiap waktu konversi selesai. Gambar 2-24 menunjukkan register ADRL.

Gambar 2-24 Register Data Low ADC10

ADC10 Clock Register (ADCLK), merupakan register yang memilih frekuensi clock ADC10 dan mode operasi. Gambar 2-25 menunjukkan register ADCLK.

Gambar 2-25 Register Clock ADC10 (ADCLK)

Bit Low Power Configuration (ADLPC) mengendalikan kecepatan dan daya yang dikonsumsi selama proses konversi. Menulis logika 1 pada bit ADLPC berarti menggunakan konfigurasi daya rendah. Sebaliknya, menulis logika 0 pada bit ADLPC menggunakan konfigurasi kecepatan tinggi. Bit Clock Divider (ADIV1 dan ADIV0)

memilih rasio pembagi yang digunakan ADC10 untuk menghasilkan clock internal

ADCLK.

Bit Input Clock Select (ADICLK), digunakan untuk memilih bus clock atau

sumber clock alternatif sebagai masukan clock, ketika ACKLEN di-clear-kan.

Menulis logika 1 pada bit ACKLEN, akan memilih clock bus internal sebagai sumber clock. Sebaliknya, menulis logika 0 pada bit ACKLEN , akan memilih clock alternatif sebagai sumber clock.

Hardware Triggered Mode Selection (MODE1 – MODE0), digunakan untuk memilih operasi dengan 8 atau 10 bit.

00 = 8 bit, picuan ADCSC secara software. 01 = 10 bit, picuan ADCSC secara software. 10 = Dipesan.


(46)

Long Sample Time Configuration (ADLSMP), digunakan untuk mengatur waktu sampling ADC10 pada 3,5 atau 23,5 siklus clock ADCK.

1 = waktu sampling yang panjang (23,5 cycles). 0 = waktu sampling yang pendek (3,5 cycles).

Asynchronous Clock Source Enable (ACLKEN), digunakan untuk

mengaktifkan sumber clock asinkron, sebagai input clock dan memungkinkan stop

mode.

1 = clock asinkron dipilih sebagai sumber clock.

0 = ADICLK akan memilih sumber clock dan konversi tidak akan diteruskan saat stop mode.


(47)

29

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

Diagram blok dari Stasiun Cuaca Mini akan ditunjukkan pada Gambar 3-1.

Gambar 3-1 Rancangan Diagram Blok Stasiun Cuaca Mini

Cara kerja dari diagram blok di atas adalah sebagai berikut:

1. Blok sensor suhu: LM35 akan mengubah panas menjadi tegangan. Kemudian

tegangan keluaran dari LM35 akan dikirimkan ke mikrokontroler sebagai informasi suhu udara.

2. Blok sensor curah hujan: Pin IRQ akan terpicu (tepian turun negatif ) ketika optocoupler terhalang. Keluaran dari optocoupler akan dikirimkan ke mikrokontroler sebagai informasi jumlah curah hujan. Setiap kali terhalang menandakan bahwa wadah penampung sebesar 0,5 mm telah terisi penuh.

3. Blok pengumpul data: Mikrokontroler MC68HC908QB8 merupakan pengumpul

data dari setiap blok. Mikrokontroler menerima informasi dari sensor suhu, sensor curah hujan dan data waktu/penanggalan dari RTC. Data-data tersebut diolah terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke PC. Proses pengumpulan data akan diatur oleh mikrokontroler secara software.

4. Blok RTC: RTC merupakan sumber jam dan penanggalan digital. RTC

memberikan informasi detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun. Tanggal terakhir pada akhir bulan disesuaikan secara otomatis untuk bulan yang lebih kecil dari 31 hari, termasuk koreksi pada tahun kabisat. RTC berkomunikasi dengan mikrokontroler, menggunakan sistem komunikasi SPI. Proses pengiriman dan pengambilan data RTC akan diatur oleh mikrokontroler.


(48)

5. Blok komputer: Data yang dikirim dan diterima dari komputer ke mikrokontroler dilakukan secara serial, kemudian data-data tersebut akan ditampilkan pada layar monitor menggunakan perangkat lunak Visual Basic. Proses pengaturan jam untuk RTC diatur menggunakan sebuah tombol yang berada pada form utama.

3.1.

Perancangan Perangkat Keras

3.1.1.

Perancangan Sensor Suhu

Sensor suhu yang dipakai pada perancangan ini adalah sensor suhu linear

LM35 yang memiliki karekteristik tegangan keluaran sebesar 10 mV/P

o

PC. Tegangan

keluaran LM35 akan dihubungkan dengan pin PTA4 (AD2) pada mikrokontroler. VCC PTA4 U4 LM35 1 2 3 VS+ VOUT GN D C8 1uF R7 150 R8 150

Gambar 3-2 Rancangan Sensor Suhu dengan IC LM35 [6]

Dari gambar 3-2 di atas, nilai resistor 75 Ω tidak terdapat di pasaran. Untuk

mengatasi hal tersebut dibutuhkan dua buah resistor 150 Ω (diparalel). Maksud

penambahan resistor 75 Ω dan kapasitor 1 µF adalah sebagai damper R-C sensor

LM35, sehingga dapat mengurangi noise yang ditimbulkan kabel penghubung antara sensor dan mikrokontroller.

Rparalel = = Ω

+ =

+ 150 150 75 150 x 150 R8 R7 R8 x R7

Keluaran LM35 masih berupa data analog, oleh karena itu data tersebut akan diubah menjadi data digital menggunakan fasilitas ADC internal (8/10 bit) yang dimiliki oleh mikrokontroler. Pada perancangan ini dipilih mode ADC 10 bit agar resolusi yang diterima semakin teliti (4,8828125 mV), proses pengambilan data suhu


(49)

udara akan diatur secara software pada mikrokontroler. Berikut perhitungan resolusi ADC terhadap LM35:

Resolusi ADC = 4,8828125mV

024 1 5V 2 V 10 DD =

= ≈ 5 mV

Resolusi ADC terhadap LM35 =

C o mV/ 0 1 mV 4,8828125 LM35 Resolusi ADC Resolusi = = 0,48828125 P

o

P

C ≈ 0,5 P

O

P

C

Misal suhu yang terukur pada LM35 = 25 P

o

P

C, maka data yang akan diterima di

dalam register mikrokontroler adalah : 50 32H

C 0,5 C 25 o o = =

3.1.2.

Perancangan Sensor Tingkat Curah Hujan

3.1.2.1.

Tipping-Bucket

[3]

Perancangan tipping-bucket mengacu pada dasar teori pada bab II. Pada

perancangan ini untuk mendeteksi banyaknya jumlah curah hujan yang diukur, menggunakan sensor optis dengan konfigurasi terhalang ON. Berdasarkan hasil dari studi laboratorium di Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air Balai SABO, Sopalan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, jumlah air hujan yang masuk ke dalam wadah penampung adalah 1 mm dan 2 pulsa mewakili 2 mm air hujan. Gelas ukur yang digunakan, harus sesuai dengan luas corong, yaitu 200 cmP

2

P

. Panjang pipa dan besar kemiringan corong masukan tidak mempengaruhi besarnya jumlah curah hujan yang terukur. Ukuran yang harus diperhatikan pada perancangan ini adalah luasan corong masukan dan besarnya wadah penampung air. Berikut gambar rancangan sensor pengukur curah hujan beserta ukuran-ukurannya.

Pada perancangan ini bahan yang digunakan sebagai wadah penampung menggunakan akrelik 3 mm. Model dan ukuran dari wadah penampung, menyesuaikan model rain gauge yang berada pada Balai SABO. Untuk corong

masukan digunakan corong berbahan seng dengan luasan 200 cmP

2

P

. Pipa keluaran air hujan menggunakan botol dari tinta printer, agar debit air yang keluar tidak terlalu kecil/besar. Untuk mengatur besarnya jumlah air hujan yang masuk pada wadah penampung digunakan dua buah baut yang berbentuk T. Air yang masuk wadah


(50)

penampung, akan langsung dibuang keluar melalu pipa pembuangan berbahan paralon. Berikut gambar model rancangan sensor pengukur curah hujan.

Gambar 3-3 Rancangan Sensor Pengukur Curah Hujan

3.1.2.2.

Sensor Optis dan Transistor Sebagai Saklar

Bila fototransistor terhalang atau tidak mendapatkan cahaya dari LED, maka fototransistor akan OFF (cut-off) sehingga nilai Vo mendekati dengan Vcc. Akan tetapi, bila fototransistor tidak terhalang atau mendapatkan cahaya dari LED, maka fototransistor akan ON (saturasi) sehingga Vo mendekati nol (GND). Fungsi transistor sebagai saklar adalah untuk menyalakan LED sebagai indikator adanya cacahan jumlah curah hujan.

Pada perancangan ini diinginkan IBLedB = 10 mA; VBLedB = 1,4 V karena berbahan

silikon dan IBCB = 1 mA; VBCE = 2,5 V, maka untuk mendapatkan nilai RB B2B dan RB3 Bdapat

dilakukan perhitungan dengan mengacu pada rumus 2.1.a dan 2.1.b: -Vcc + IBLedB. RB3B + VBLedB = 0 ; rumus 2.1.a

-Vcc + Ic. RB4B + VBCEB = 0 ; rumus 2.1.b

RB2 B=

Led Led I

V -Vcc

RB3 B=

C CE I

V -Vcc

RB2 B= = Ω

− 360

10 . 10

1.4 -5

3 RB3 B= 2.500Ω

10 . 1

2,5 -5

3 =


(1)

DS1305

16 of 20

DC ELECTRICAL CHARACTERISTICS

Over the operating range*

PARAMETER

SYMBOL

MIN

TYP

MAX

UNITS

NOTES

Input Leakage

I

LI

-100

+500

µA

Output Leakage

I

LO

-1

1

µA

V

CC

= 2.0V

0.4

Logic 0 Output I

OL

= 1.5mA

I

OL

= 4.0mA

V

OL

V

CC

= 5V

0.4

V

V

CCIF

= 2.0V

1.6

Logic 1 Output I

OH

= -0.4mA

I

OH

= -1.0mA

V

OH

V

CCIF

= 5V

2.4

V

V

CC1

= 2.0V

0.425

V

CC1

Active Supply Current

I

CC1A

V

CC1

= 5V

1.28

mA

2, 8

V

CC1

= 2.0V

25.3

V

CC1

Timekeeping Current

(Osc on)

I

CC1T

V

CC1

= 5V

81

µ

A

1, 8, 12

V

CC1

= 2.0V

25

V

CC1

Standby Current

(Osc off)

I

CC1S

V

CC1

= 5V

80

µ

A

6, 8, 12

V

CC2

= 2.0V

0.4

V

CC2

Active Supply

Current

I

CC2A

V

CC2

= 5V

1.2

mA

2, 9

V

CC2

= 2.0V

0.3

V

CC2

Timekeeping Current

(Osc on)

I

CC2T

V

CC2

= 5V

1

µA

1, 9, 12

V

CC2

= 2.0V

200

V

CC2

Standby Current

(Osc off)

I

CC2S

V

CC2

= 5V

200

nA

6, 9, 12

Battery Timekeeping Current

I

BAT

V

BAT

= 3V

400

nA

10, 12

Battery Standby Current

I

BATS

V

BAT

= 3V

200

nA

10, 12

V

CC

Trip Point

V

CCTP

V

BAT

- 50

V

BAT

+

200

mV

Trickle Charge Resistors

R1

R2

R3

2

4

8

k

W

Trickle Charge Diode

Voltage Drop

V

TD

0.7

V

*Unless otherwise specified.

CAPACITANCE (T

A

= +25

°

C)

PARAMETER

SYMBOL

CONDITION

TYP

MAX

UNITS

NOTES

Input Capacitance

C

I

10

pF

Output Capacitance

C

O

15

pF


(2)

General Description

The MAX220–MAX249 family of line drivers/receivers is intended for all EIA/TIA-232E and V.28/V.24 communica-tions interfaces, particularly applicacommunica-tions where ±12V is not available.

These parts are especially useful in battery-powered sys-tems, since their low-power shutdown mode reduces power dissipation to less than 5µW. The MAX225, MAX233, MAX235, and MAX245/MAX246/MAX247 use no external components and are recommended for appli-cations where printed circuit board space is critical.

________________________Applications

Portable Computers

Low-Power Modems

Interface Translation

Battery-Powered RS-232 Systems

Multidrop RS-232 Networks

____________________________Features

Superior to Bipolar

Operate from Single +5V Power Supply

(+5V and +12V—MAX231/MAX239)

Low-Power Receive Mode in Shutdown

(MAX223/MAX242)

Meet All EIA/TIA-232E and V.28 Specifications

Multiple Drivers and Receivers

3-State Driver and Receiver Outputs

Open-Line Detection (MAX243)

Ordering Information

Ordering Information continued at end of data sheet.

*Contact factory for dice specifications.

MAX220–MAX249

________________________________________________________________Maxim Integrated Products 1

Selection Table

PART

MAX220CPE

MAX220CSE

MAX220CWE 0°C to +70°C

0°C to +70°C 0°C to +70°C

TEMP RANGE PIN-PACKAGE

16 Plastic DIP 16 Narrow SO 16 Wide SO

MAX220C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX220EPE MAX220ESE

MAX220EWE -40°C to +85°C

-40°C to +85°C

-40°C to +85°C 16 Plastic DIP 16 Narrow SO 16 Wide SO

MAX220EJE -40°C to +85°C 16 CERDIP

MAX220MJE -55°C to +125°C 16 CERDIP

Power No. of Nominal SHDN Rx

Part Supply RS-232 No. of Cap. Value & Three- Active in Data Rate

Number (V) Drivers/Rx Ext. Caps (µF) State SHDN (kbps) Features

MAX220 +5 2/2 4 0.1 No — 120 Ultra-low-power, industry-standard pinout MAX222 +5 2/2 4 0.1 Yes — 200 Low-power shutdown

MAX223 (MAX213) +5 4/5 4 1.0 (0.1) Yes ✔ 120 MAX241 and receivers active in shutdown MAX225 +5 5/5 0 — Yes ✔ 120 Available in SO

MAX230 (MAX200) +5 5/0 4 1.0 (0.1) Yes — 120 5 drivers with shutdown

MAX231 (MAX201) +5 and 2/2 2 1.0 (0.1) No — 120 Standard +5/+12V or battery supplies; +7.5 to +13.2 same functions as MAX232

MAX232 (MAX202) +5 2/2 4 1.0 (0.1) No — 120 (64) Industry standard MAX232A +5 2/2 4 0.1 No — 200 Higher slew rate, small caps MAX233 (MAX203) +5 2/2 0 — No — 120 No external caps

MAX233A +5 2/2 0 — No — 200 No external caps, high slew rate MAX234 (MAX204) +5 4/0 4 1.0 (0.1) No — 120 Replaces 1488

MAX235 (MAX205) +5 5/5 0 — Yes — 120 No external caps MAX236 (MAX206) +5 4/3 4 1.0 (0.1) Yes — 120 Shutdown, three state

MAX237 (MAX207) +5 5/3 4 1.0 (0.1) No — 120 Complements IBM PC serial port MAX238 (MAX208) +5 4/4 4 1.0 (0.1) No — 120 Replaces 1488 and 1489

MAX239 (MAX209) +5 and 3/5 2 1.0 (0.1) No — 120 Standard +5/+12V or battery supplies; +7.5 to +13.2 single-package solution for IBM PC serial port MAX240 +5 5/5 4 1.0 Yes — 120 DIP or flatpack package

MAX241 (MAX211) +5 4/5 4 1.0 (0.1) Yes — 120 Complete IBM PC serial port MAX242 +5 2/2 4 0.1 Yes ✔ 200 Separate shutdown and enable MAX243 +5 2/2 4 0.1 No — 200 Open-line detection simplifies cabling MAX244 +5 8/10 4 1.0 No — 120 High slew rate

MAX245 +5 8/10 0 — Yes ✔ 120 High slew rate, int. caps, two shutdown modes MAX246 +5 8/10 0 — Yes ✔ 120 High slew rate, int. caps, three shutdown modes MAX247 +5 8/9 0 — Yes ✔ 120 High slew rate, int. caps, nine operating modes MAX248 +5 8/8 4 1.0 Yes ✔ 120 High slew rate, selective half-chip enables MAX249 +5 6/10 4 1.0 Yes ✔ 120 Available in quad flatpack package

For pricing, delivery, and ordering information, please contact Maxim/Dallas Direct! at

1-888-629-4642, or visit Maxim’s website at www.maxim-ic.com.


(3)

MAX220–MAX249

+5V-Powered, Multichannel RS-232

Drivers/Receivers

2 _______________________________________________________________________________________

ABSOLUTE MAXIMUM RATINGS—MAX220/222/232A/233A/242/243

ELECTRICAL CHARACTERISTICS—MAX220/222/232A/233A/242/243

(VCC= +5V ±10%, C1–C4 = 0.1µF‚ MAX220, C1 = 0.047µF, C2–C4 = 0.33µF, TA= TMINto TMAX‚ unless otherwise noted.)

Note 1:Input voltage measured with TOUTin high-impedance state, SHDNor VCC= 0V.

Note 2:For the MAX220, V+ and V- can have a maximum magnitude of 7V, but their absolute difference cannot exceed 13V.

Stresses beyond those listed under “Absolute Maximum Ratings” may cause permanent damage to the device. These are stress ratings only, and functional operation of the device at these or any other conditions beyond those indicated in the operational sections of the specifications is not implied. Exposure to absolute maximum rating conditions for extended periods may affect device reliability.

Supply Voltage (VCC) ...-0.3V to +6V

Input Voltages

TIN...-0.3V to (VCC- 0.3V)

RIN (Except MAX220) ...±30V

RIN (MAX220)...±25V

TOUT(Except MAX220) (Note 1) ...±15V

TOUT (MAX220)...±13.2V

Output Voltages

TOUT...±15V

ROUT...-0.3V to (VCC+ 0.3V)

Driver/Receiver Output Short Circuited to GND...Continuous Continuous Power Dissipation (TA= +70°C)

16-Pin Plastic DIP (derate 10.53mW/°C above +70°C)....842mW 18-Pin Plastic DIP (derate 11.11mW/°C above +70°C)....889mW

20-Pin Plastic DIP (derate 8.00mW/°C above +70°C) ..440mW 16-Pin Narrow SO (derate 8.70mW/°C above +70°C) ...696mW 16-Pin Wide SO (derate 9.52mW/°C above +70°C)...762mW 18-Pin Wide SO (derate 9.52mW/°C above +70°C)...762mW 20-Pin Wide SO (derate 10.00mW/°C above +70°C)....800mW 20-Pin SSOP (derate 8.00mW/°C above +70°C) ...640mW 16-Pin CERDIP (derate 10.00mW/°C above +70°C)...800mW 18-Pin CERDIP (derate 10.53mW/°C above +70°C)...842mW Operating Temperature Ranges

MAX2_ _AC_ _, MAX2_ _C_ _ ...0°C to +70°C MAX2_ _AE_ _, MAX2_ _E_ _ ...-40°C to +85°C MAX2_ _AM_ _, MAX2_ _M_ _ ...-55°C to +125°C Storage Temperature Range ...-65°C to +160°C Lead Temperature (soldering, 10s) ...+300°C

V

1.4 0.8

Input Logic Threshold Low

UNITS

MIN TYP MAX

PARAMETER CONDITIONS

Input Logic Threshold High All devices except MAX220 2 1.4 V

All except MAX220, normal operation 5 40

Logic Pull-Up/lnput Current

SHDN= 0V, MAX222/242, shutdown, MAX220 ±0.01 ±1 µA

VCC= 5.5V, SHDN= 0V, VOUT = ±15V, MAX222/242 ±0.01 ±10

Output Leakage Current

VCC= SHDN= 0V, VOUT= ±15V ±0.01 ±10

µA

200 116

Data Rate kbps

Transmitter Output Resistance VCC= V+ = V- = 0V, VOUT= ±2V 300 10M Ω

Output Short-Circuit Current VOUT= 0V ±7 ±22 mA

RS-232 Input Voltage Operating Range ±30 V

All except MAX243 R2IN 0.8 1.3

RS-232 Input Threshold Low VCC= 5V

MAX243 R2IN(Note 2) -3

V

All except MAX243 R2IN 1.8 2.4

RS-232 Input Threshold High VCC= 5V

MAX243 R2IN(Note 2) -0.5 -0.1

V All except MAX243, VCC = 5V, no hysteresis in shdn. 0.2 0.5 1

RS-232 Input Hysteresis

MAX243 1 V

RS-232 Input Resistance 3 5 7 kΩ

TTL/CMOS Output Voltage Low IOUT= 3.2mA 0.2 0.4 V

TTL/CMOS Output Voltage High IOUT= -1.0mA 3.5 VCC- 0.2 V

Sourcing VOUT= GND -2 -10

mA TTL/CMOS Output Short-Circuit Current

Shrinking VOUT= VCC 10 30

V

±5 ±8

Output Voltage Swing All transmitter outputs loaded with 3kΩto GND

RS-232 TRANSMITTERS

RS-232 RECEIVERS

2.4 MAX220: VCC= 5.0V


(4)

MAX220–MAX249

_______________________________________________________________________________________ 3

Note 3:MAX243 R2OUTis guaranteed to be low when R2INis ≥0V or is floating.

ELECTRICAL CHARACTERISTICS—MAX220/222/232A/233A/242/243 (continued)

(VCC= +5V ±10%, C1–C4 = 0.1µF‚ MAX220, C1 = 0.047µF, C2–C4 = 0.33µF, TA= TMINto TMAX‚ unless otherwise noted.)

Operating Supply Voltage

SHDNThreshold High

4.5 5.5 V

MAX222/242

Transmitter-Output Enable Time (SHDNGoes High), Figure 4

2.0 1.4 V

MAX220 0.5 2

tET

No load

MAX222/232A/233A/242/243 4 10

MAX222/232A/233A/242/243 6 12 30

MAX220 12

VCCSupply Current (SHDN= VCC),

Figures 5, 6, 11, 19 3kload

both inputs MAX222/232A/233A/242/243 15

mA

Transition Slew Rate

TA= +25°C 0.1 10

CL= 50pF to 2500pF,

RL= 3kΩto 7kΩ, VCC= 5V, TA= +25°C,

measured from +3V to -3V or -3V to +3V

TA= 0°C to +70°C

CONDITIONS

2 50

MAX220 1.5 3 30

V/µs

TA= -40°C to +85°C 2 50

MAX222/242, 0.1µF caps (includes charge-pump start-up)

Shutdown Supply Current MAX222/242

TA= -55°C to +125°C 35 100

µA

SHDNInput Leakage Current MAX222/242 ±1 µA

SHDNThreshold Low MAX222/242 1.4 0.8 V

250

MAX222/232A/233A/242/243 1.3 3.5

µs tPHLT

MAX220 4 10

Transmitter-Output Disable Time

(SHDNGoes Low), Figure 4 tDT

MAX222/232A/233A/242/243 1.5 3.5

Transmitter Propagation Delay TLL to RS-232 (Normal Operation),

Figure 1 t

PLHT

MAX220 5 10

µs V

2.0 1.4

MAX222/242, 0.1µF caps

µA

±0.05 ±10

600 TTL/CMOS Output Leakage Current

ENInput Threshold High

MAX222/232A/233A/242/243 0.5 1

ns tPHLR

MAX220 0.6 3

tPLHR

MAX222/232A/233A/242/243 0.6 1

Receiver Propagation Delay RS-232 to TLL (Normal Operation), Figure 2

tPHLT- tPLHT

MAX220 0.8 3

µs

MAX222/232A/233A/242/243

tPHLS MAX242 0.5 10

Receiver Propagation Delay

RS-232 to TLL (Shutdown), Figure 2 tPLHS MAX242 2.5 10 µs

Receiver-Output Enable Time, Figure 3 tER MAX242

UNITS

MIN TYP MAX

125 500

PARAMETER

MAX242

ns SHDN= VCCor EN= VCC (SHDN= 0V for MAX222),

0V ≤VOUT≤VCC

Receiver-Output Disable Time, Figure 3 tDR MAX242 160 500 ns

300

ns Transmitter + to - Propagation

Delay Difference (Normal Operation) MAX220 2000

tPHLR- tPLHR

MAX222/232A/233A/242/243 100

ns Receiver + to - Propagation

Delay Difference (Normal Operation) MAX220 225

V

1.4 0.8


(5)

MAX220–MAX249

+5V-Powered, Multichannel RS-232

Drivers/Receivers

______________________________________________________________________________________ 17 TOP VIEW 16 15 14 13 12 11 10 9 1 2 3 4 5 6 7 8 VCC GND T1OUT R1IN C2+ C1-V+ C1+ MAX220 MAX232

MAX232A R1OUT

T1IN T2IN R2OUT R2IN T2OUT V- C2-DIP/SO V+ V-2 +10V C1+ C1 C2 1 3 4 5 11 10 12 9 6 14 7 13 8 T1IN R1OUT T2IN R2OUT T1OUT R1IN T2OUT R2IN +5V INPUT C2+ -10V C4 RS-232 OUTPUTS RS-232 INPUTS TTL/CMOS INPUTS TTL/CMOS OUTPUTS GND 15 5kΩ 5kΩ 400kΩ 400kΩ +5V +5V

+10V TO -10V VOLTAGE INVERTER

+5V TO +10V VOLTAGE DOUBLER

16 C3 C5

CAPACITANCE (µF) DEVICE MAX220 MAX232 MAX232A C1 4.7 1.0 0.1 C2 4.7 1.0 0.1 C3 10 1.0 0.1 C4 10 1.0 0.1 C5 4.7 1.0 0.1 C2- C1-VCC 5kΩ DIP/SO 18 17 16 15 14 13 12 11 1 2 3 4 5 6 7 8 SHDN VCC GND T1OUT C1-V+ C1+ (N.C.) EN

R1IN R1OUT T1IN T2IN T2OUT V- C2-C2+ 10

9 R2OUT

R2IN MAX222 MAX242 20 19 18 17 16 15 14 13 1 2 3 4 5 6 7 8 SHDN VCC GND T1OUT C1-V+ C1+ (N.C.) EN N.C. R1IN R1OUT N.C. T2OUT V- C2-C2+ 12 11 9 10 T1IN T2IN R2OUT R2IN MAX222 MAX242 SSOP ( ) ARE FOR MAX222 ONLY.

PIN NUMBERS IN TYPICAL OPERATING CIRCUIT ARE FOR DIP/SO PACKAGES ONLY.

V+ V-3 +10V C1 C2 2 4 5 6 12 11 13 7 15 8 14 9 T1IN R1OUT T2IN R2OUT T1OUT (EXCEPT MAX220) (EXCEPT MAX220) R1IN T2OUT R2IN +5V INPUT C2+ -10V C4 RS-232 OUTPUTS RS-232 INPUTS TTL/CMOS INPUTS TTL/CMOS OUTPUTS GND 16 5kΩ 400kΩ 400kΩ +5V +5V

+10V TO -10V VOLTAGE INVERTER

VCC +5V TO +10V VOLTAGE DOUBLER 17 C3 C5 1 10 18 SHDN EN (N.C.)

ALL CAPACITORS = 0.1µF

C2-C1+ C1-TOP VIEW

Figure 5. MAX220/MAX232/MAX232A Pin Configuration and Typical Operating Circuit


(6)

MAX220–MAX249

______________________________________________________________________________________ 35

___________________________________________Ordering Information (continued)

PART

MAX222CPN 0°C to +70°C

TEMP RANGE PIN-PACKAGE PART TEMP RANGE PIN-PACKAGE

18 Plastic DIP

MAX222CWN 0°C to +70°C 18 Wide SO

MAX222C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX222EPN -40°C to +85°C 18 Plastic DIP

MAX222EWN -40°C to +85°C 18 Wide SO

MAX222EJN -40°C to +85°C 18 CERDIP

MAX222MJN -55°C to +125°C 18 CERDIP

MAX223CAI 0°C to +70°C 28 SSOP

MAX223CWI 0°C to +70°C 28 Wide SO

MAX223C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX223EAI -40°C to +85°C 28 SSOP

MAX223EWI -40°C to +85°C 28 Wide SO

MAX225CWI 0°C to +70°C 28 Wide SO

MAX225EWI -40°C to +85°C 28 Wide SO

MAX230CPP 0°C to +70°C 20 Plastic DIP

MAX230CWP 0°C to +70°C 20 Wide SO

MAX230C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX230EPP -40°C to +85°C 20 Plastic DIP

MAX230EWP -40°C to +85°C 20 Wide SO

MAX230EJP -40°C to +85°C 20 CERDIP

MAX230MJP -55°C to +125°C 20 CERDIP

MAX231CPD 0°C to +70°C 14 Plastic DIP

MAX231CWE 0°C to +70°C 16 Wide SO

MAX231CJD 0°C to +70°C 14 CERDIP

MAX231C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX231EPD -40°C to +85°C 14 Plastic DIP

MAX231EWE -40°C to +85°C 16 Wide SO

MAX231EJD -40°C to +85°C 14 CERDIP

MAX231MJD -55°C to +125°C 14 CERDIP

MAX232CPE 0°C to +70°C 16 Plastic DIP

MAX232CSE 0°C to +70°C 16 Narrow SO

MAX232CWE 0°C to +70°C 16 Wide SO

MAX232C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX232EPE -40°C to +85°C 16 Plastic DIP

MAX232ESE -40°C to +85°C 16 Narrow SO

MAX232EWE -40°C to +85°C 16 Wide SO

MAX232EJE -40°C to +85°C 16 CERDIP

MAX232MJE -55°C to +125°C 16 CERDIP

MAX232MLP -55°C to +125°C 20 LCC

MAX232ACPE 0°C to +70°C 16 Plastic DIP

MAX232ACSE 0°C to +70°C 16 Narrow SO

MAX232ACWE 0°C to +70°C 16 Wide SO

MAX232AC/D

MAX232AEPE -40°C to +85°C 16 Plastic DIP MAX232AESE

0°C to +70°C Dice* -40°C to +85°C 16 Narrow SO

MAX232AEWE -40°C to +85°C 16 Wide SO

MAX232AEJE -40°C to +85°C 16 CERDIP

MAX232AMJE -55°C to +125°C 16 CERDIP

MAX232AMLP -55°C to +125°C 20 LCC

MAX233CPP 0°C to +70°C 20 Plastic DIP

MAX233EPP -40°C to +85°C 20 Plastic DIP

MAX233ACPP 0°C to +70°C 20 Plastic DIP

MAX233ACWP 0°C to +70°C 20 Wide SO

MAX233AEPP -40°C to +85°C 20 Plastic DIP

MAX233AEWP -40°C to +85°C 20 Wide SO

MAX234CPE 0°C to +70°C 16 Plastic DIP

MAX234CWE 0°C to +70°C 16 Wide SO

MAX234C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX234EPE -40°C to +85°C 16 Plastic DIP

MAX234EWE -40°C to +85°C 16 Wide SO

MAX234EJE -40°C to +85°C 16 CERDIP

MAX234MJE -55°C to +125°C 16 CERDIP

MAX235CPG 0°C to +70°C 24 Wide Plastic DIP

MAX235EPG -40°C to +85°C 24 Wide Plastic DIP

MAX235EDG -40°C to +85°C 24 Ceramic SB

MAX235MDG -55°C to +125°C 24 Ceramic SB

MAX236CNG 0°C to +70°C 24 Narrow Plastic DIP

MAX236CWG 0°C to +70°C 24 Wide SO

MAX236C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX236ENG -40°C to +85°C 24 Narrow Plastic DIP

MAX236EWG -40°C to +85°C 24 Wide SO

MAX236ERG -40°C to +85°C 24 Narrow CERDIP

MAX236MRG -55°C to +125°C 24 Narrow CERDIP

MAX237CNG 0°C to +70°C 24 Narrow Plastic DIP

MAX237CWG 0°C to +70°C 24 Wide SO

MAX237C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX237ENG -40°C to +85°C 24 Narrow Plastic DIP

MAX237EWG -40°C to +85°C 24 Wide SO

MAX237ERG -40°C to +85°C 24 Narrow CERDIP

MAX237MRG -55°C to +125°C 24 Narrow CERDIP

MAX238CNG 0°C to +70°C 24 Narrow Plastic DIP

MAX238CWG 0°C to +70°C 24 Wide SO

MAX238C/D 0°C to +70°C Dice*

MAX238ENG -40°C to +85°C 24 Narrow Plastic DIP * Contact factory for dice specifications.