PERSEPSI MASYARAKAT PANGKALAN BERANDAN TERHADAP EKSPLOITASI PEREMPUAN PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945).

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT PANGKALAN BERANDAN

TERHADAP EKSPLOITASI PEREMPUAN PADA

MASA PENDUDUKAN JEPANG DI

INDONESIA (1942-1945)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NUR INDAH SARI NIM. 3103121061

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Nur Indah Sari, NIM 3103121061, Persepsi Masyarakat Pangkalan Berandan Terhadap Eksploitasi Perempuan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945).

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kekerasan seksual Jepang terhadap perempuan Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945). Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Pangkalan Berandan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik wawancara dan obseravasi. Dengan informan masyarakat yang telah berusia di atas 79 tahun. Berdasarkan hasil analisis data dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dihasilkan bahwa persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) merasakan empati dan prihatin. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, diketahui bahwa, masyarakat sebelumnya telah merasakan dan mengetahui kekejaman Jepang kepada masyarakat pribumi khususnya terhadap kaum perempuan. Perlakuan Jepang terhadap korban kekerasan seksualnya sangat tidak manusia. Ada diantara korban yang dipaksa melayani 1-3 orang tentara Jepang. Perekrutan perempuan yang menjadi korban diwilayah ini cenderung dengan cara pemaksaan dan kekerasan. Harapan masyarakat Pangkalan Berandan kepada Pemerintah agar memberikan perhatian khusus kepada para korban kekerasan seksual Jepang. pemerintah sebaiknya memberikan bantuan, baik itu bantuan secara moril maupun materil. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa masayarakat Pangkalan Berandan mengetahui adanya kekejaman Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945), mereka merasakan empati dan prihatin kepada para para perempuan yang telah menjadi korban kekerasan seksual tentara Jepang.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Pangkalan Berandan Terhadap Eksploitasi Perempuan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa ada bantuan dan partisipasi dari semua pihak penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud sebagaimana mestinya. Oleh karena itu merupakan suatu kewajiban bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak. Terutama yang teristimewa kepada Penyemangat Jiwaku, Ayahanda Suwito tercinta yang tiada henti-hentinya berjuang demi kemajuan penulis, dan kepada Ibunda tercinta Lasiyem yang tiada putus-putusnya berdoa dalam sujudnya. Doa mulia itu yang membawa penulis dalam posisi sekarang.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, Selaku Rektor UNIMED

2. Bapak Dr. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta jajaran stafnya

3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M. Hum selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah 4. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Sejarah sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

iii

5. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku Pembimbing Akademik yag telah memberikan arahan dan bimbingannya kepada penulis.

6. Seleruh Dosen Pendidikan Sejarah yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis

7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED

8. Kepada abang Arif Fadli yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya dari langkah awal hingga sekarang ini. Ucapan yang selalu penulis ingat “Yang penting pikirkan kuliah indah y…”

9. Kepada kedua abanganda tercinta Dodi Wijaya dan Doni Syahputra yang telah banyak memberikan dukungan dan kepercayaan besar kepada penulis. 10.Kepada kedua adik-adik manisku Kiki Cahyati dan Dona Cahyani yang selalu

hadir memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis. “Rajin-rajin Belajar y…”

11.Kepada Kakak Iparku dan keponakan tercinta Amelia Ardenianti dan Abian Adaleva.

12.Bapak Camat Babalan, Faizal Rizal Matondang, S.Sos, M.AP beserta staf pegawainya yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

13.Terima kasih kepada seluruh masyarakat pangkalan Berandan yang telah menerima baik penulis dan telah banyak membantu sehingga mempemudah penulis.

14.Kepada temen seperjuangan keluarga besar A Reguler 2010 Nurhairina, Fitri Lestari, Rodearni, Indri Prima Dewi, Sugianto dan yang lainnya.

15.Kepada sahabat-sahabatku “Nurhasana, kak risna, kak uzi, dan kak indah” Kepada adik-adik kost Humairo’06 “ Reni, Fuzi, Sari, Nuri, Yati, Cahaya, Ayu, Siti, Gita, Lia, Finka. Kalian semua telah memberikan warna dalam perjalanan hidupku.. Buat Sari terima kasih y kameranya dek…


(8)

iv

16.Teman-Teman dan Guru-guru PPL SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan 2013.

17.Terima kasih untuk semua pihak yang selalu membantu dan memberikan semangat penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Maka saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi Ilmu Sejarah. Terima kasih.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

NUR INDAH SARI NIM.3103121061


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teoretis ... 7

1. Konsep Persepsi Masyarakat ... 7

2. Konsep Eksploitasi Perempuan ... 8

3. Konsep Kekerasan Seksual ... 10

4. Gambaran Umum pendudukan Jepang di Pangkalan Berandan ... 12


(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. Metode Penelitian ... 17

B. Sumber Data ... 17

C. Lokasi Penelitian ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 18

E. Teknik Analisis Data ... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 21

1. Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Kabupaten Langkat ... 21

2. Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Pangkalan Berandan ... 23

3. Keadaan Peenduduk ... 25

3.1 Sarana Umum ... 35

B. Deskripsi Data Penelitian ... 40

1. Eksploitasi Perempuan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) ... 40

1.1 Kebijakan Jepang Terhadap Perempuan ... 40

1.2 Latar Belakang Eksploitasi Perempuan Oleh Jepang ... 43

1.3 Kebijakan Perekrutan Jugun Ianfu di Indonesia ... 46

1.4 Eksploitasi Perempuan di sumatera Timur ... 52

2. Persepsi Masyarakat Pangkalan Berandan Terhadap Eksploitasi Perempuan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) ... 57


(11)

vii

2.1 Kekejaman Jepang Terhadap Masyarakat Pangkalan

Berandan (1942-1945) ... 57 2.2 Persepsi Masyarakat Pangkalan Berandan Terhadap Korban

Kekerasan seksual Jepang ... 62 2.3 Harapan Masyarakat Pangkalan Berandan terhadap

Pemerintah ... 65 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Titik koordinat kantor/Kelurahan Menurut Desa/Kelurahan ... 23

Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan Babalan Tahun 2012 ... 25

Tabel 4.3 Jumlah Lingkungan, Desa, RT, RW Tahun 2012 ... 26

Tabel 4.4 Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan Babalan ... 27

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Babalan Tahun 2012 ... 28

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk dan Rumah Tangga Tahun 2012 ... 29

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2012 ... 30

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 31

Tabel 4.9 Jumlah Tenaga Kerja Menurut lapangan Pekerjaan Tahun 2012 .... 33

Tabel 4.10 Jumlah SD, SMP, SMA Negeri dan Swasta Tahun 2012 ... 35

Tabel 4.11 Jumlah Sekolah MI, MTS, MA Negeri dan Negeri Swasta Tahun 2012 ... 36


(13)

x

DAFTAR GAMBAR


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Peta Lokasi Penelitian Lampiran II Dokumentasi

Lampiran III Tabel Panduan Observasi

Lampiran IV Tabel Daftar Informan Wawancara Lampiran V Pedoman Wawancara


(15)

75

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arifin, Zainal. Tth. Langkat Dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan.

Medan: Mitra Medan

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Daulay, Fachruddin. 1995. Sejarah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat. Stabat: Pemda Tinggkat II Langkat dan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU

Erwin Siregar. 2014. http://info-kotakita.blogspot.com/2014/02/kota-pangkalan-brandan.html. (akses, 6 Februari 2014)

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fusayama, Takao. 1994. Runtuhnya Imperium Barat di Asia Tenggara. Medan: Prima dan Lina Komputer Press

Japanes War Crimes. 2008. http://en.wikipedia.org/wiki/Japanes_war_crimes (akses, 14 Juli 2014)

Jufrida. 2008. Benteng Jepang: Tinggalan Arkeologis Berkaitan Dengan Pendudukan Jepang Di Kota Medan. Balai Arkeologi Medan

Kansil dan Julianto. 1982. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga

Kepala BPS Kabupaten Langkat. 2013. Kecamatan Babalan Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Komnas HAM RI. 2010. Menggugat Negara Indonesia Atas Pengabaian

Hak-Hak Asasi Manusia (Pembiaran) Jugun Ianfu Sebagai Budak Seks Militer dan Sipil Jepang 1942-1945. Jakarta: Seknas KPI

L.D. Jong. 1987. Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc LKTS. 2002. Kekerasan Seksual di Klaten;Persepsi Masyarakat: Laporan Riset.

http://www.lkts.org/report/Kekerasan%20terhadap%20Perempuan%20I%20 Persepsi%20Masyarakat.pdf. (akses 24 Februari 2014)


(16)

76

Mosse, C Julia. 2007. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ricklefs, MC. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Sarwono, W. Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Sinar, Tuanku Lukman, 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu

Sjamsudin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soekanto, Soerjono. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suhaeri, Muhlis. 2008. Adakah Jugun Iangu di Kalbar. http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2007/06/adakah-jugun-ianfu-di

kalbar.html (akses, 15 Juli 2014.)

Tahiro. 2003. Sepak Terjang Jepang di Indonesia. Jakarta: Lembaga Humaniora Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari

Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset Http://www.langkatkab.go.id/upload/pdf/LDA2010/LDA_2010_PETA%20LAN

G KAT_3.pdf (akses, 4 Maret 2014)

Http://www.gugustugastrafficking.org. (akses, 28 Januari 2014)

Http://belajar.dindikptk.net/SMP/index.php?display=view&mod=script&cmd=Ba han%20Belajar/Modul%20Online/SMP/view&id=116&uniq=1108 (akses, 4 April 2014)


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara. Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia. Munculnya imperealisme Jepang didorong oleh salah satu faktor yang penting yaitu keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi di berbagai bidang. Selain didorong oleh faktor tersebut, imperealisme Jepang didorong pula oleh filsafat Hakko Ichiu.

Pada tahun 1941 Pearl Harbour diserang oleh tentara Jepang sehingga pecahlah Perang Pasifik. Setelah serangan udara yang dilancarkan secara besar-besaran, maka kekuatan Amerika Serikat dapat dikalahkan. Pada waktu yang sama Jepang juga dapat menduduki wilayah Philipina, disusul Singapura dan pada bulan Maret 1942 Jepang menduduki wilayah Indonesia. Awal tahun 1942 merupakan tahun-tahun penuh pengharapan bagi rakyat Indonesia, sebab rakyat Indonesia menganggap, bahwa Jepang akan bisa melepaskan penderitaan rakyat dari belenggu penjajahan Belanda. Di awal tahun 1942 Jepang mulai menduduki wilayah-wilayah di Indonesia, meski tidak secara serempak.

Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia sebenarnya memiliki maksud mencari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimanfaatkan untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya. Sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh Jepang diantaranya buah jarak yang minyaknya dapat dijadikan minyak


(18)

2

pelumas kendaraan militer, bauksit sebagai bahan dasar pembuatan alumunium yang digunakan untuk membuat pesawat terbang, minyak bumi sebagai bahan bakar yang digunakan mesin kendaraan.

Rezim Jepang mulai berkuasa di Medan sekitar tanggal 13 Maret 1942 sekaligus mengambil alih wilayah jajahan Belanda menjadi jajahan Jepang karena Belanda telah bertekuk lutut menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Secara otomatis daerah jajahan Belanda jatuh kepada Jepang, termasuk tambang minyak yang dikerjakan oleh Bataafse Petroleum Maatshappij (BPM) yang berada di Pangkalan Berandan. Ketika masa penjajahan Jepang BPM diganti namanya menjadi Sayutai. Pada awalnya, kedatangan bala tentara Jepang ke Pangkalan Berandan disambut oleh rakyat dengan gembira, karena dianggap sebagai tentara pembebasan dari belenggu penjajah Belanda. Akan tetapi segera rakyat mengetahui dan merasakan sendiri, bahwa ternyata Jepang lebih kejam dari Belanda.

Setelah Jepang menguasai Kilang Minyak Pangkalan Berandan, mulailah Jepang menyusun rencana untuk mengeksploitasi minyak bumi yang ada di sekitar Pangkalan Berandan dan memeras rakyat guna kepentingan perangnya. Dengan menanamkan jiwa budak, mudah bagi Jepang merampas hak milik dan tenaga kerja rakyat. Maka muncul romusha, yaitu perbudakan diabad ke 19 ciptaan Jepang. Romusha itu adalah rakyat Indonesia yang dijadikan kuli, buruh yang dipaksa dan diperas tenaganya untuk bekerja membuat jalan dan benteng-benteng untuk pertahanan militer Jepang.


(19)

3

Politik imperalisme Jepang di Indonesia terlihat berorientasi pada eksploitasi sumber daya manusia, serta mengupayakan mobilisasi tenaga kerja untuk kepentingan perang Asia Timur Raya. Berdasarkan orientasi itulah, pendudukan Jepang secara ekstensif melakukan eksploitasi ekonomi, penetrasi politik, dan tekanan kultural pada masyarakat Indonesia hingga tingkat pedesaan.

Pada pertengahan tahun 1943, para romusha semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusha-romusha ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga-tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap romusha semakin tak terkendali. Sikap Jepang untuk menguasai Indonesia bahkan dunia, terus dilakukan dengan segala cara sejak melalui kekuatan militer hingga kekuatan ekonomi. Mulai dominasi pasar hingga pelecehan seksual terhadap kaum perempuan Indonesia.

Usaha pengumpulan kaum perempuan yang dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu) di Indonesia dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu pencarian bersifat massal dan pencarian yang lebih sedikit berskala satu sampai dua orang. Pengumpulan secara individu dilakukan tentara Jepang dengan menggunakan pendekatan keluarga atau petinggi desa. Banyak kaum perempuan yang masih muda belia tidak tahu apa-apa akhirnya terjebak menjadi seorang Jugun Ianfu. Kaum perempuan yang dijadikan sebagai wanita penghibur bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa tetapi ada juga kaum perempuan yang berasal dari


(20)

4

keluarga kaya atau berpangkat yang tertipu oleh janji pemberian beasiswa sekolah ke Tokyo.

Masa pendudukan Jepang adalah satu-satunya periode di mana jumlah penduduk tidak meningkat secara berarti. Pendudukan Jepang di Indonesia dirasakan sebagai malapetaka baru atau paling tidak dirasakan sebagai suatu penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia. Rakyat tidak hanya mengalami penderitaan lahiriah karena kekurangan pangan dan sandang yang kemudian mengakibatkan kelaparan dan kematian, tetapi juga penderitaan yang sifatnya rohaniah (moral). Penjajahan Jepang telah mengakibatkan hilangnya nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula dengan sistem sosial, atau institusi sosial yang ada telah rusak. Martabat wanita yang dijunjung tinggi telah menjadi korban langsung kebiadaban tentara-tentara Jepang untuk memenuhi kepuasan seksual.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Pangkalan Berandan Terhadap Eksploitasi Perempuan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)”.


(21)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penjajahan Jepang di Indonesia termasuk wilayah Pangkalan Berandan 2. Jepang mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya

manusia (SDM) Indonesia

3. Kekerasan Jepang terhadap masyarakat Indonesia

4. Perbudakan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Jepang terhadap perempuan Indonesia (eksploitasi perempuan)

5. Pandangan atau persepsi masyarakat terhadap eksploitasi perempuan Indonesia pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada “Bagaimanakah persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

2. Bagaimana persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)


(22)

6

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah dan memperluas wawasan peneliti dan pembaca mengenai eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

3. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian yang sama

4. Memberikan pemahaman yang positif kepada generasi muda untuk lebih menghargai sejarah

5. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah


(23)

70 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Jepang bukan hanya memanfaatkan sumber daya alam Indonesia saja, tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan perangnya. Indonesia dijadikan sebagai masyarakat pekerja selama pendudukan Jepang berlangsung. Masyarakat Indonesia pada awalnya bekerja secara sukarela, namun tak berlangsung lama para pekerja ini pada akhirnya dieksploitasi tenaganya demi kepentingan Jepang.

2. Untuk memenuhi kepentingan perang, pemerintah pendudukan Jepang bahkan mengupayakan pengerahan tenaga kerja untuk menangani proyek-proyek pertahanan dan perang bukan hanya diwilayah Indonesia sendiri, melainkan di seluruh Asia Tenggara. Tenaga kerja sukarela atas tekanan pemerintah Jepang untuk menangani pekerjaan-pekerjaan kasar bagi kepentingan perang Jepang ini disebut romusha.

3. Pemerintah pendudukan Jepang telah melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap wilayah yang didudukinya. Eksploitasi ini juga tidak hanya menimpa kepada kaum laki-laki, tetapi berdampak juga kepada para perempuan pribumi di Indonesia.


(24)

71

4. Eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, telah menjarah martabat para kaum perempuan melalui pelecehan seksual dengan memberlakukan mereka menjadi Jugun Ianfu atau wanita penghibur. Banyak diantara mereka yang dijadikan perempuan penghibur oleh Jepang. Kehidupan mereka sama menderitanya dengan romusha, karena mereka dilecehkan secara fisik dan psikis.

5. Kekerasan seksual yang dilakukan Jepang terhadap perempuan merupakan kebijakan resmi pemerintah Jepang waktu itu, dengan alasan agar setiap tentara Jepang dapat lebih berkonsentrasi pada tugas-tugasnya di medan perang, maka perlu ada tempat untuk penyaluran kebutuhan seksualnya tanpa beresiko mengalami penyakit kelamin.

6. Wilayah Pangkalan Berandan adalah wilayah bagian Sumatera yang pernah diduduki Jepang. walaupun masyarakat Pangkalan Berandan tidak direkrut menjadi romusha, tetapi kaum perempuan di wilayah ini telah mengalami hal yang sama seperti perempuan-perempuan di daerah lain yang pernah mengalami kekerasan seksual oleh Jepang. Perekrutan perempuan di wilayah Pangkalan Berandan dilakukan Jepang dengan cara pemaksaan dan kekerasan.

7. Persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) bahwa mereka merasa prihatin dan empati kepada masyarakat dan kaum perempuan yang telah menjadi korban kekejaman Jepang pada masa itu. Sikap itu mereka


(25)

72

rasakan karena mereka telah mengetahui prilaku dan kekejaman Jepang kepada masyarakat pribumi. Sebab masyarakat dalam penelitian ini adalah mereka yang telah berumur 79 tahun ke atas.


(26)

73

B. SARAN

Dalam hal ini peneliti mencoba memberi suatu gambaran berupa saran yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perkembangan pemikiran demi lancarnya suatu proses persatuan dan kesatuan bangsa. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :

1. Diperlukan peran masyarakat dan Pemerintah untuk saling bekerjasama menuntaskan masalah perempuan-perempuan yang telah menjadi korban kekerasan seksual Jepang.

2. Dari penulisan ini dapat menjadi dorongan kepada Mahasiswa lain untuk melakukan penelitian tentang masalah kekerasan seksual yang pernah dilakukan Jepang terhadap perempuan di wilayah lain yang ada di Indonesia.

3. Kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan pendataan di wilayah-wilayah yang pernah diduduki oleh Jepang, hal tersebut perlu dilakukan agar para korban kekerasan seksual oleh Jepang tersebut mendapat perlakuan semestinya dari penderitaan yang pernah mereka rasakan. Para korban kekersan seksual di Indonesia sepatutnya mendapat bantuan dan perhatian khusus. Bukan hanya persoalan materi, namun yang tidak kalah penting adalah pelurusan data dan fakta sejarah sebenarnya. Hal itu bisa dilakukan dengan permintaan maaf pemerintah Jepang kepada para ex Jugun Ianfu di Indonesia, pengungkapan kebenaran dan pelurusan sejarah tentang keberadaan Jugun Ianfu di masa penjajahan Jepang, serta juga


(27)

74

melakukan pendidikan-pendidikan di masyarakat bagi upaya perubahan stigma negatif yang selama ini melekat pada ex Jugun Ianfu.

4. Kepada masyarakat umum agar tidak menganggap rendah para korban kekerasan seksual Jepang tersebut, sebab semua itu bukanlah kemauan dari para korban melainkan akibat dari pemaksaan Jepang


(1)

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah dan memperluas wawasan peneliti dan pembaca mengenai eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

3. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian yang sama

4. Memberikan pemahaman yang positif kepada generasi muda untuk lebih menghargai sejarah

5. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah


(2)

70 A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Jepang bukan hanya memanfaatkan sumber daya alam Indonesia saja, tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan perangnya. Indonesia dijadikan sebagai masyarakat pekerja selama pendudukan Jepang berlangsung. Masyarakat Indonesia pada awalnya bekerja secara sukarela, namun tak berlangsung lama para pekerja ini pada akhirnya dieksploitasi tenaganya demi kepentingan Jepang.

2. Untuk memenuhi kepentingan perang, pemerintah pendudukan Jepang bahkan mengupayakan pengerahan tenaga kerja untuk menangani proyek-proyek pertahanan dan perang bukan hanya diwilayah Indonesia sendiri, melainkan di seluruh Asia Tenggara. Tenaga kerja sukarela atas tekanan pemerintah Jepang untuk menangani pekerjaan-pekerjaan kasar bagi kepentingan perang Jepang ini disebut romusha.

3. Pemerintah pendudukan Jepang telah melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap wilayah yang didudukinya. Eksploitasi ini juga tidak hanya menimpa kepada kaum laki-laki, tetapi berdampak juga kepada para perempuan pribumi di Indonesia.


(3)

4. Eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, telah menjarah martabat para kaum perempuan melalui pelecehan seksual dengan memberlakukan mereka menjadi Jugun Ianfu atau wanita penghibur. Banyak diantara mereka yang dijadikan perempuan penghibur oleh Jepang. Kehidupan mereka sama menderitanya dengan romusha, karena mereka dilecehkan secara fisik dan psikis.

5. Kekerasan seksual yang dilakukan Jepang terhadap perempuan merupakan kebijakan resmi pemerintah Jepang waktu itu, dengan alasan agar setiap tentara Jepang dapat lebih berkonsentrasi pada tugas-tugasnya di medan perang, maka perlu ada tempat untuk penyaluran kebutuhan seksualnya tanpa beresiko mengalami penyakit kelamin.

6. Wilayah Pangkalan Berandan adalah wilayah bagian Sumatera yang pernah diduduki Jepang. walaupun masyarakat Pangkalan Berandan tidak direkrut menjadi romusha, tetapi kaum perempuan di wilayah ini telah mengalami hal yang sama seperti perempuan-perempuan di daerah lain yang pernah mengalami kekerasan seksual oleh Jepang. Perekrutan perempuan di wilayah Pangkalan Berandan dilakukan Jepang dengan cara pemaksaan dan kekerasan.

7. Persepsi masyarakat Pangkalan Berandan terhadap eksploitasi perempuan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) bahwa mereka merasa prihatin dan empati kepada masyarakat dan kaum perempuan yang telah menjadi korban kekejaman Jepang pada masa itu. Sikap itu mereka


(4)

rasakan karena mereka telah mengetahui prilaku dan kekejaman Jepang kepada masyarakat pribumi. Sebab masyarakat dalam penelitian ini adalah mereka yang telah berumur 79 tahun ke atas.


(5)

B. SARAN

Dalam hal ini peneliti mencoba memberi suatu gambaran berupa saran yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perkembangan pemikiran demi lancarnya suatu proses persatuan dan kesatuan bangsa. Maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu :

1. Diperlukan peran masyarakat dan Pemerintah untuk saling bekerjasama menuntaskan masalah perempuan-perempuan yang telah menjadi korban kekerasan seksual Jepang.

2. Dari penulisan ini dapat menjadi dorongan kepada Mahasiswa lain untuk melakukan penelitian tentang masalah kekerasan seksual yang pernah dilakukan Jepang terhadap perempuan di wilayah lain yang ada di Indonesia.

3. Kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan pendataan di wilayah-wilayah yang pernah diduduki oleh Jepang, hal tersebut perlu dilakukan agar para korban kekerasan seksual oleh Jepang tersebut mendapat perlakuan semestinya dari penderitaan yang pernah mereka rasakan. Para korban kekersan seksual di Indonesia sepatutnya mendapat bantuan dan perhatian khusus. Bukan hanya persoalan materi, namun yang tidak kalah penting adalah pelurusan data dan fakta sejarah sebenarnya. Hal itu bisa dilakukan dengan permintaan maaf pemerintah Jepang kepada para ex Jugun Ianfu di Indonesia, pengungkapan kebenaran dan pelurusan sejarah tentang keberadaan Jugun Ianfu di masa penjajahan Jepang, serta juga


(6)

melakukan pendidikan-pendidikan di masyarakat bagi upaya perubahan stigma negatif yang selama ini melekat pada ex Jugun Ianfu.

4. Kepada masyarakat umum agar tidak menganggap rendah para korban kekerasan seksual Jepang tersebut, sebab semua itu bukanlah kemauan dari para korban melainkan akibat dari pemaksaan Jepang