Hubungan Antara Learning Approach dan Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pda Siswa Kelas 10 Kurikulum 2013 SMA 'X' Bandung.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Learning Approach dan prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siswa siswi kelas 10 SMA ‘X’ Bandung. Responden dalam penelitian ini adalah populasi dari siswa kelas 10 SMA ‘X’ Bandung sebanyak 153 siswa.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dikonstuk sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori Learning Approach dari Biggs tahun 1987, sedangkan untuk prestasi belajar, peneliti mengambil dari nilai rapot Bahasa Indonesia terakhir siswa sebelum remedial. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji korelasi chi kuadrat dengan bantuan program spss 21.0.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik maka didapat koefisien korelasi sebesar 0,171. Angka tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara learning approach dan prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas 10 SMA ‘X’ Bandung.

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bidang kajian yang sama, peneliti memberikan saran untuk dapat menggali faktor lain yang dapat memengaruhi prestasi belajar selain learning approach.


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research was conducted to determine about the relationship between Learning Approach and Indonesian learning achievement from 10th grade high school students 'X' Bandung. Respondents in this study is a population of students in 10th grade of high school 'X' Bandung as many as 153 students.

Measuring instruments used in this study is the measurement tool is constructed by researcher with reference to the theory of Learning Approach from Biggs (1987), while for the learning achievement, the researchers took on the last value of Indonesian report before remedial. The data obtained were analyzed using chi-square correlation test with the help of SPSS 21.0 program.

Based on the statistical data processing obtained correlation coefficient of 0.171. The figure indicates that there is no significant relationship between learning approach and Indonesian learning achievement from 10th grade high school students 'X' Bandung.

For researchers interested in conducting further research on the same field of study, researchers gave suggestions to be able to explore other factors that can affect learning achievement in addition to learning approach.


(3)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI………..vii

DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...15

1.3.1 Maksud Penelitian...15

1.3.2 Tujuan Penelitian...15


(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

1.4.1 Kegunaan Praktis.. ...15

1.4.2 Kegunaan Teoritis...16

1.5 Kerangka Pikir...17

1.6 Asumsi Penelitian...27

1.7 Hipotesis Penelitian...27

BAB II...28

TINJAUAN PUSTAKA...28

2.1 Konsep Learning Approach...28

2.1.2 Makna Learning Approach yang berbeda...29

2.1.3 Surface Approach...29

2.1.4 Deep Approach...31

2.1.5 Proses Belajar Sebagai Suatu Sistem...36

2.1.6 Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Learning Approach...38

2.1.7 Kaitan Dengan Hasil Belajar...40

2.2 Prestasi Akademik...41

2.2.1 Pengertian Prestasi Akademik...41

2.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik...42


(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.2.2.2 Faktor Eksternal...46

2.3 Belajar...,...48

2.4 Remaja...50

2.4.1 Ciri-Ciri Masa Remaja...52

2.4.2 Perubahan Biologis...52

2.4.3 Perkembangan Kognitif...53

2.4.3.1 Pemikiran Operasional Formal...54

2.4.4 Tugas Perkembangan Remaja...56

BAB III 3.1 Rancangan Penelitian...57

3.2 Bagan Rancangan Penelitian...57

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...58

3.3.1 Variabel Penelitian...58

3.3.2 Definisi Konseptual...58

3.3.3 Definisi Operasional...59

3.4 Alat Ukur...61


(6)

x Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Alat Ukur Prestasi Belajar...65

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang...65

3.4.4 Validitas Alat Ukur...66

3.4.4.1 Validitas Learning Approach...66

3.4.4.2 Reliabilitas Learning Approach...66

3.5 Populasi Sasaran...67

3.5.1 Karakteristik Populasi...67

3.6 Teknik Analisis Data...68

3.7 Hipotesis Statistik...69

BAB IV...71

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...71

4.1 Gambaran Responden Penelitian ...71

4.2 Hasil Penelitian...72

4.2.1 Hasil Penelitian Korelasi...72

4.2.1.1 Gambaran Mengenai Learning Approach pada Responden………..77

4.2.2.2 Gambaran Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Responden……….78

4.2.2.3 Hubungan Antara Learning Appraoch dengan Prestasi Belajar Bahasa


(7)

xi Universitas Kristen Maranatha

4.3 Pembahasan………82

BAB V...92

SIMPULAN DAN SARAN...92

5.1 Simpulan...92

5.2 Saran...93

5.2.1 Saran Teoretis...93


(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kesimpulan Learning approach...30

Tabel 3.4.1 Aspek, Indikator, dan Item...58

Tabel 3.4.2 Skor untuk setiap item...61

Tabel 3.4.3 Penggolongan Prestasi Belajar...62

Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin...……71

Tabel 4.2.1.1 Hipotesis Penelitian dan Hasil Penelitian………73

Tabel 4.2.1.2 Tabel Analisis Korelasi learning approach dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung………74

Tabel 4.2.1.1 Gambaran Pendekatan Belajar Siswa Kelas 10………..74

Tabel 4.2.2.2 Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 10……….75

Tabel 4.2.3 Tabel Gambaran Learning Approach dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 10 SMA ‘X’ Bandung………..75


(9)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran...………...…22 Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ………...54


(10)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Letter Of Consent dan Alat Ukur

Lampiran 1.1 Alat Ukur Survey Awal

Lampiran 1.2 Surat Pernyataan Kesediaan

Lampiran 1.3 Alat Ukur

Lampiran 1.4 Kisi-kisi Alat Ukur Learning Approach

LAMPIRAN 2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 2.1 Hasil Uji Validitas Learning Appraoch

Lampiran 2.2 Hasil Uji Reliabilitas Learning Approach

LAMPIRAN 3 Data Hasil Penelitian

Lampiran 3.1 Hasil Penelitian Learning Approach

Lampiran 3.2 Hasil Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas 10

Lampiran 3.3 Hasil Penelitian Learning Approach (Surface Strategy)

Lampiran 3.4 Hasil Penelitian Learning Approach (Surface Motive)


(11)

Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 3.6 Hasil Penelitian Learning Approach (Deep Motive)

Lampiran 3.7 Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang Prestasi Belajar

Lampiran A Tabulasi silang antara Learning Approach dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 10 Kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung.

Lampiran B Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dan faktor penunjang motivasi (keinginan untuk mencapai prestasi).

Lampiran C Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dan faktor penunjang motivasi (upaya yang dilakukan untuk mencapai prestasi yang diinginkan).

Lampiran D Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dan faktor penunjang perasaan (senang-tidak senang).

Lampiran E Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dan faktor penunjang perasaan (senang-bosan).

Lampiran F Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang sikap.

Lampiran G Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang minat.

Lampiran H Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang kondisi fisik (fungsionalitas alat indera).


(12)

Universitas Kristen Maranatha

Lampiran I Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang kondisi fisik (kesehatan siswa).

Lampiran J Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang kepedulian orangtua dengan pendidikan anak.

Lampiran K Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang fasilitas orangtua siswa yang diberikan untuk pendidikan anak.

Lampiran L Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang pandangan orangtua mengenai pentingnya pendidikan.

Lampiran M Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang fasilitas sekolah yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Lampiran N Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang suasana kelas yang mendukung kegiatanbelajar mengajar.

Lampiran O Tabel keterkaitan antara prestasi belajar dengan faktor penunjang metode pengajaran guru.

LAMPIRAN 4 PROFIL PENELITI DAN POPULASI

Lampiran 4.1 Profil Peneliti


(13)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini tengah menjalankan kurikulum 2013 sejak bulan Juli 2013 lalu dan sampai dengan saat ini. Pergantian kurikulum tersebut memiliki tujuan yang sebenarnya baik bagi pihak sekolah maupun siswanya terutama untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang ada di Indonesia. Perubahan kurikulum ini bisa jadi disebabkan oleh perkembangan manusia yang terus menerus berkembang begitu juga jaman yang akan terus berubah dan mengubah kehidupan manusia.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Depertemen pendidikan nasional, Undang–Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional). Oleh karena itu Indonesia terus mengadakan pembaruan kurikulumnya secara berkala untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara ini dan sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan jaman dan kebutuhan masyarakat.

Menurut wakil kepala sekolah SMA “X” kurikulum 2013 menuntut siswanya untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam memecahkan masalah. Penilaian diberikan melalui semua aspek yang bukan hanya diberikan pada ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek. Terdapat


(14)

2

Universitas Kristen Maranatha

pengembangan karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan dalam semua program studi. Kompetensi menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kompetensi yang ditanamkan adalah pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills serta kewirausahaan. Untuk tingkat SMA, siswa diharapkan memiliki sikap yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia. Standar penilaian yang diberikan di kurikulum ini berbasis pada sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional. Sekolah juga dituntut untuk mengadakan remediasi secara berkala, meningkatkan motivasi belajar mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal. Intinya pada kurikulum 2013 ini siswa diberikan penilaiannya bukan hanya melalui hasil belajarnya melainkan menekankan pada proses belajar yang dilakukan oleh siswanya setiap hari.

Menurut Mendikbud periode 2009-2014 Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, Kurikulum 2013 telah dirancang sedemikian rupa agar siswa mampu meraih kompetensi utama, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor). Kompetensi tersebut diharapkan dapat menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills yang dapat dinilai melalui proses belajar siswanya sedangkan untuk

penerapannya di SMA ‘X’ kurang tampak adanya keseimbangan antara

harapan dari kurikulum 2013 yang sangat menekankan pada proses belajar dan kemampuan siswa untuk berproses dalam belajar tersebut.


(15)

3

Universitas Kristen Maranatha

Dalam kurikulum 2013 terdapat beberapa mata pelajaran wajib, yaitu kelompok A (Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Matematika, Sejarah Indonesia, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris), mata pelajaran wajib kelompok B (Seni Budaya, Prakarya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) yang setiap minggunya terdapat 18 jam mata pelajaran wajib, dan mata pelajaran pilihan kelompok C yaitu peminatan matematika dan sains (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi) bagi program IPA atau mata pelajaran ilmu sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Antropologi, Ekonomi), peminatan bahasa (Bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin) yang masing-masing memiliki 18 jam pelajaran seminggu. Terakhir adalah mata pelajaran bebas yang harus dipenuhi 6 jam pelajaran setiap minggunya.

Kurikulum 2013 ini berlaku untuk seluruh sekolah di Indonesia baik jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas. Seluruh sekolah dihimbau untuk melaksanakan kurikulum 2013 ini oleh karena itu SMA ‘X’ di Kota Bandung ini menjalankan sistem belajar kurikulum 2013 ini. Namun disamping tujuan, harapan, dan keunggulan kurikulum 2013 ini, terdapat perubahan yang cukup mengejutkan menurut wakil kepala sekolah SMA X karena ketidaksiapan baik dari sisi guru maupun siswanya. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan non guru, maupun peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena imbasnya secara langsung dari setiap perubahan kurikulum. Tidak siapnya siswa SMA untuk menghadapi


(16)

4

Universitas Kristen Maranatha

kurikulum yang sifatnya mandiri ini, hampir semua dari mereka mengalami kesulitan ketika harus belajar secara mandiri, karena biasanya mereka selalu belajar dengan cara dibimbing oleh guru, sedangkan sekarang siswa dituntut untuk lebih aktif, mandiri, dan berinisiatif untuk mencari materi sendiri.

Menurut salah seorang guru BK yang mengajar di SMA “X” ini, kurikulum ini memiliki tujuan yang sangat baik yaitu untuk mengembangkan potensi siswa dan minat siswa secara lebih baik tetapi penerapannya di Indonesia sangat mengejutkan siswa dan guru. Siswa yang mengatakan bahwa guru di kurikulum 2013 ini terkesan kurang mengarahkan siswanya karena siswa disini yang lebih banyak belajar dan berusaha sendiri. Siswa diminta untuk mencari, mempelajari materi itu secara mandiri kemudian tugas guru di sekolah adalah mengelaborasi apa yang telah diperoleh siswa dan meningkatkan pemahaman siswa setelah itu. Hal yang kurang dipahami siswa ditanyakan kembali pada guru, materi yang tidak diperoleh siswa juga dijelaskan oleh guru di kelas. Siswa Indonesia kebanyakan belum pernah menerapkan metode belajar seperti ini maka siswa dan guru masih sama-sama kewalahan dan perlu penyesuaian dalam menjalankan kurikulum ini.

Siswa dituntut untuk belajar selama 42 jam pelajaran seminggunya, setiap harinya siswa belajar mulai pukul 07.00 hingga 15.20 dan sudah termasuk dengan dua kali istirahat selama 15 menit (30 menit satu harinya). Hal ini menunjukkan adanya perubahan waktu pada kurikulum 2013 yaitu bertambahnya 4 jam pelajaran pada siswa kelas 10 kurikulum 2013, selain itu, setiap jam pelajaran yang pada kurikulum 2006 berdurasi selama 40 menit,


(17)

5

Universitas Kristen Maranatha

sekarang berdurasi 45 menit, lalu durasi siswa dalam istirahatpun berkurang 5 menit setiap istirahat yang sehari dilakukan dua kali istirahat, penambahan jumlah jam pelajaran dan durasi dari setiap jam pelajaran ini bertujuan untuk observasi dan penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap proses belajar siswanya di kelas.

Semakin panjangnya jam sekolah ini memiliki harapan bahwa semua aktivitas belajar siswa dapat dinilai dan dipantau oleh guru di sekolah. Tetapi, masih banyak saja guru yang memberikan pekerjaan rumah bagi siswanya padahal jam sekolah mereka sudah bertambah sehingga hal tersebut tentu saja menambah beban siswa dalam belajar, belum lagi mereka harus mempersiapkan materi baru yang akan dipelajarinya pada hari berikutnya di kelas. Selain itu, jumlah mata pelajaran yang dibebankan untuk siswa juga banyak yang terdiri dari yang telah dipaparkan diatas. Konten kurikulum masih sangat padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya masih melampaui kemampuan siswa. Materi yang terlalu luas dan kurang mendalam, beban belajar yang terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama. (Ahmad Habibi 2013).

Menurut pandangan siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X’ ini memberikan kesan bahwa siswa dipandang sebagai robot karena jam belajar siswa yang menjadi lebih lama, siswa dituntut untuk mendalami mata pelajaran yang banyak yang belum tentu diminatinya, siswa juga harus memahami dan mampu untuk mengelaborasi materi yang banyak yang belum


(18)

6

Universitas Kristen Maranatha

tentu dapat dipelajarinya secara mendalam. Siswa juga mengeluh karena merasa bosan untuk mengikuti pelajaran yang sangat banyak dan jam pelajaran yang bertambah banyak tersebut.

Sekolah tidak hanya menekankan pada proses belajar siswanya saja, sekolah tetap memiliki standar yang ditetapkan untuk siswanya yaitu nilai minimum siswa. Sekolah menetapkan kriteria ketuntasan minimum untuk semua pelajaran yaitu 75 dan jika siswa gagal mencapai nilai tersebut maka guru yang bersangkutan akan memberikan remedial begitu pula yang terjadi dengan hasil ujian tengah semester ganjil dari mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya 19 siswa dari kelas 10 yang berhasil mencapai nilai diatas 75.

Salah satu mata pelajaran di SMA ‘X’ Bandung yang nilainya dan ketuntasannya paling rendah adalah Bahasa Indonesia, baik pada jurusan IPA maupun pada jurusan IPS. Ketuntasan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jurusan IPA adalah 9,28% yang artinya dari 97 siswa jurusan IPA hanya terdapat 9 orang yang mencapai ketuntasan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ini. Sedangkan pada jurusan IPS, ketuntasan hanya mencapai 9,91%, yang artinya dari 111 siswa di jurusan IPS hanya 10 orang yang berhasil mencapai ketuntasan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan sisanya belum mencapai ketuntasan. Apabila siswa tidak mencapai ketuntasan maka konsekuensinya adalah remedial pada akhir semester dan jika siswa masih gagal maka dapat berimbas pada tidak naik kelas.

Nilai yang diperoleh untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diperoleh dari penilaian hard skills yang berupa nilai tugas dan ujian, kemudian


(19)

7

Universitas Kristen Maranatha

diperoleh lagi melalui penilaian soft skills yang diperoleh dari sikap dan proses belajar siswa. Tolak ukur dalam memberikan penilaian soft skills dan hard skills ini dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki siswanya.

Sementara Bahasa Indonesia sendiri memiliki kompetensi yang diharapkan tertanam dalam diri siswanya setelah mempelajari Bahasa Indonesia, antara lain siswa mampu menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, menghayati dan mengamalkan perilaku jujur disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam pergaulan dunia. Kedua kompetensi ini yang merupakan soft skills yang diasah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan cara mensyukuri kepada Tuhan bahwa adanya Bahasa Indonesia di negeri ini untuk mempersatukan bangsa kemudian menggunakan Bahasa Indonesia untuk kebijakan publik, menangani masalah sosial, berwirausaha, dan membantu konflik sosial politik ekonomi di negara ini.

Untuk kompetensi hard skills yang ditanamkan antara lain memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kemanusiaan, kenegaraan, dan peradaban serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian spesifik sesuai bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; dengan cara memahami berbagai teks, mampu membandingkan, menganalisis berbagai teks dan mengevaluasinya.


(20)

8

Universitas Kristen Maranatha

Kompetensi kedua adalah mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan; dengan cara siswa menginterpretasi berbagai jenis teks, memproduksi, menyunting, mengabstraksi, dan mengonversi teks-teks (anekdot, observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi).

Siswa yang proses belajarnya baik biasanya akan memperoleh nilai yang cenderung baik mengingat proses merupakan hal penting yang dinilai pada kurikulum ini. Proses yang dititikberatkan pada kurikulum ini ditentukan oleh pendekatan siswa dalam belajar (Learning approach). Learning approach akan menentukan bagaimana materi yang diterima oleh siswa kelas 10 kurikulum 2013 diolah dan selanjutnya akan menentukan kualitas dari proses belajar.

Menurut Marton dan Saljo dalam Biggs (1993) Learning approach adalah proses yang berhubungan dengan hasil belajar. Menurut Marton ada siswa yang belajar hanya untuk menghindari konsekuensi negatif seperti belajar hanya untuk mencapai ketuntasan kriteria kentuntasan minimum (KKM), akan belajar jika ada ujian, menghafal tanpa perlu memahami makna dan prinsip-prinsip dari materi yang dipelajari. Siswa tersebut juga sering kali menunda tugas yang diberikan oleh guru bahkan menganggap tugas sebagai beban dan merasa puas apabila berhasil lulus dengan nilai minimal KKM. Siswa yang memiliki pendekatan belajar yang demikian maka siswa tersebut belajar dengan pendekatan Surface approach. Untuk siswa yang belajar dengan


(21)

9

Universitas Kristen Maranatha

tujuan berusaha memahami prinsip-prinsip dan menghubungkannya dengan materi sebelumnya atau dengan konsep yang berkaitan dengan dirinya ke dalam kehidupan sehari-hari, merasa bahwa ilmu yang dipelajari sekarang akan benar-benar berguna di masa yang akan datang dan dapat digunakan bagi kehidupan mereka, sering belajar dan berusaha mencari buku referensi, maka siswa yang demikian memiliki pendekatan belajar Deep Approach.

Hasil survey yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan kepada wakil kepala sekolah selaku kurikulum di SMA ‘X’ dan guru BK bahwa pentingnya pendekatan belajar yang dapat memengaruhi proses belajar dan proses belajar itu sendiri merupakan hal yang dijadikan salah satu acuan untuk menilai hasil belajar siswa dan dapat juga berhubungan dengan hasil belajar siswa (output) berupa nilai siswa dan hasil belajar (nilai) siswa tersebut dieksplisitkan dalam bentuk prestasi siswa.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan untuk dapat mengikuti kegiatan diskusi kelompok seperti mempersiapkan materi pelajaran yang akan dipresentasikan di depan kelas dan setiap kelompok mendapat bagian menjelaskan materi yang berbeda dengan kelompok lainnya sehingga disini siswa diharapkan dapat memahami materi terlebih dahulu, membaca, mencari referensi untuk dapat menjelaskan materi tersebut kepada kelompok lainnya. Untuk terlibat aktif dalam pelajaran-pelajaran di sekolah khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa memang diharapkan untuk memiliki sarana prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajarnya seperti laptop, modem, dan peralatan elektronik gadget lainnya untuk dapat mencari


(22)

10

Universitas Kristen Maranatha

informasi yang harus dipahami dan dijelaskan di dalam kelas, sehingga memang peralatan tersebut dibutuhkan dan sekolah tidak menyediakan fasilitas tersebut mengingat jumlah siswa yang banyak dan jam pelajaran yang padat sehingga tidak memungkinkan untuk ke laboratorium komputer. Disamping itu siswa juga perlu fasilitas untuk membuat berbagai tugas yang memerlukan biaya seperti membuat film dan drama. Oleh karena itu sistem belajar online memang sudah tidak asing lagi di kalangan siswa dan guru. Siswa diharapkan untuk dapat melek teknologi karena sebagian dari proses belajar aktif mandiri ini mengharuskan siswanya untuk menggunakan gadget. Bahkan mungkin juga jika sewaktu, guru memberikan tugas yang memang harus diterima dan dikumpulkan oleh siswa dengan menggunakan fasilitas internet baik secara email maupun melalui media sosial yang lainnya. Untuk saat ini, fasilitas yang diberikan oleh orangtua juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan kenyamanan siswa dalam proses belajar di kurikulum yang bersifat mandiri ini.

Selain itu siswa juga diharapkan untuk dapat aktif mengerjakan lembar kerja siswa yang diberikan hampir setiap pelajaran dan membahasnya melalui diskusi di kelas bersama dengan guru yang kemudian, siswa mempelajari berbagai jenis teks secara teoretis namun pada saat ujian siswa diharapkan untuk dapat mempraktekan apa yang telah dipelajarinya seperti misalnya membuat karangan. Proses belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti keaktifan siswa terlibat dalam belajar, mau berusaha untuk memahami materi, dan berdiskusi dalam kelompok inilah yang dinilai oleh


(23)

11

Universitas Kristen Maranatha

guru bidang studi Bahasa Indonesia yang sangat berhubungan terhadap hasil (output) kegiatan belajar siswa yaitu nilai raport siswa kelas 10 kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia atau yang bisa disebut dengan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh atau dipelajari, merupakan suatu hasil dari proses belajar yang dipandu dengan instruksi dan kegiatan belajar (Gage & Berliner, 1984) atau hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi (W.S Winkel, 1987). Prestasi belajar yang dilakukan oleh siswa kelas 10 kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas Bahasa Indonesia dan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan di sekolah, untuk menentukan keberhasilan siswa kelas 10 melalui kriteria ketuntasan meinimum (KKM) yang ditentukan sekolah yaitu apakah nilai yang diperoleh siswa diatas (>75) atau dibawah KKM (<75) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut.

Prestasi belajar siswa ini juga dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal). Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, perasaan-sikap-minat, dan keadaan fisik siswa. Siswa yang memiliki intelegensi yang lebih tinggi akan mempermudah siswa untuk mencapai prestasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang intelegensinya lebih rendah. Kemudian siswa bisa memiliki motivasi baik intrinsik (motivasi


(24)

12

Universitas Kristen Maranatha

ini didasarkan atas keinginan dari dalam diri siswa untuk belajar karena memang ingin mengetahui seluk beluk mengenai pelajaran Bahasa Indonesia selengkap-lengkapnya) maupun ekstrinsik (dorongan dalam belajar tidak secara mutlak berhubungan dengan aktivitas belajarnya, misalnya siswa mempelajari Bahasa Indonesia hanya untuk mendapatkan nilai diatas KKM). Motivasi ini berfungsi sebagai daya penggerak bagi siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar siswa dan memberikan arah untuk mencapai tujuan belajar siswa khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Lalu, apabila siswa memiliki perasaan yang positif seperti senang mempelajari Bahasa Indonesia akan mendorongnya untuk bersikap positif dan bersedia untuk mempelajari Bahasa Indonesia secara lebih mendalam, kemudian setelah siswa mempelajarinya siswa dapat merasa tertarik dan berminat dan senang berkecimpung dalam mempelajari Bahasa Indonesia ini. Terakhir adalah kondisi fisik siswa apakah mendukung atau menghambat siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia misalnya adalah kesehatan siswa apakah siswa seringkali sakit sehingga sering absen sekolah.

Faktor-faktor yang menunjang dari sisi eksternal yaitu orangtua dan sekolah. Orangtua yang mengganggap bahwa pendidikan itu hal yang penting, berupaya memenuhi fasilitas yang sekiranya dapat menunjang belajar anaknya, dan orangtua yang peduli terhadap pendidikan anaknya akan lebih meningkatkan belajar anaknya sehingga prestasi belajar siswapun akan meningkat. Sekolah yang mendukung siswa dengan memberikan fasilitas yang mendukung, suasana kelas yang kondusif untuk belajar termasuk jumlah siswa


(25)

13

Universitas Kristen Maranatha

yang memadai untuk efektifitas dalam belajar siswanya, dan guru yang mengajar dengan metode yang efektif dan efisien akan cenderung meningkatkan prestasi belajar dari siswanya.

Menurut hasil survey awal dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap sepuluh orang siswa kelas 10 mengenai pendekatan belajar dan prestasi belajar yang diperoleh siswa kelas 10 hasilnya adalah terdapat tujuh orang siswa (70%) yang merasa bahwa belajar Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang memang diwajibkan, mereka hanya belajar untuk menghindari nilai yang kurang dari standar KKM yang ditentukan, mereka belajar dengan cara menghafal atau hanya baca-baca saja dari materi yang diberikan guru saat menjelang ujian atau ulangan. Selain itu, terdapat tiga siswa (30%) yang menyadari pentingnya belajar Bahasa Indonesia karena merupakan keinginan untuk mempelajari Bahasa Indonesia, mereka belajar dengan cara memahami materi Bahasa Indonesia bahkan berusaha untuk mencari referensi lain yang sekiranya dapat memperkaya pengetahuannya.

Enam orang siswa (60%) memperoleh nilai Bahasa Indonesia diatas KKM, lalu, terdapat empat orang siswa (40%) yang memperoleh nilai diatas KKM dan belajar dengan cara menghafal materi, menganggap Bahasa Indonesia hanya suatu kewajiban untuk dipelajari, dan belajar Bahasa Indonesia untuk menghindari nilai yang kurang dari KKM, dua orang siswa (20%) memperoleh nilai diatas KKM dan belajar Bahasa Indonesia dengan cara memahami materi, terdapat keinginan dari dalam diri siswa untuk mempelajari


(26)

14

Universitas Kristen Maranatha

Bahasa Indonesia dan bersedia belajar dengan memahami bahkan mencari referensi diluar apa yang diberikan oleh guru

Empat orang siswa (40%) memperoleh nilai dibawah KKM, diantaranya tiga siswa (30%) yang memperoleh nilai dibawah KKM dan belajar dengan cara menghafal materi, menganggap Bahasa Indonesia hanya suatu kewajiban untuk dipelajari, dan belajar Bahasa Indonesia hanya sebagai upaya untuk menghindari nilai dibawah KKM, dan yang terakhir adalah terdapat satu orang siswa (10%) yang memperoleh nilai Bahasa Indonesia dibawah KKM dan mereka belajar Bahasa Indonesia dengan cara memahami, dan siswa memiliki keinginan untuk mempelajari Bahasa Indonesia bahkan bersedia untuk mencari referensi diluar apa yang diberikan oleh guru di sekolah.

Dalam kurikulum 2013 nilai atau prestasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditentukan oleh proses belajar yang dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan pendekatannya dalam belajar. Oleh karena itu, siswa yang menggunakan pendekatan belajar tertentu dalam mempelajari Bahasa Indonesia akan menghasilkan prestasi belajar Bahasa Indonesia tertentu. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara Learning approach dan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X’ Bandung.


(27)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui hubungan antara learning approach dan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Mengetahui gambaran hubungan mengenai learning approach dan prestasi belajar pada siswa-siswi kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara learning approach dan prestasi belajar pada siswa-siswi kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung dan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa kelas 10 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

Memberikan informasi mengenai jenis learning approach dan hubungannya dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk bidang ilmu Psikologi Pendidikan.


(28)

16

Universitas Kristen Maranatha

 Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai learning approach dan hubungannya dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa kurikulum 2013.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SMA “X” mengenai learning approach dan hubungannya dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk membantu kepala sekolah memberikan informasi mengenai cara belajar yang berguna bagi siswa kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung.  Memberikan informasi kepada guru Bahasa Indonesia kelas 10

kurikulum 2013 di SMA “X” Bandung mengenai learning approach dan hubungannya dengan prestasi siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang nantinya informasi ini bisa bermanfaat untuk mengembangkan potensi siswa sesuai dengan pendekatan belajar yang digunakannya agar prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi optimal dan efektif.  Memberikan informasi kepada siswa mengenai learning approach

yang digunakan mereka dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa sehingga siswa dapat lebih mengoptimalkan lagi prestasinya dan memilih


(29)

17

Universitas Kristen Maranatha

menggunakan pendekatan yang tepat baginya untuk mempelajari Bahasa Indonesia.

1.5 Kerangka Pemikiran

Masa SMA adalah masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun yang dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir. Siswa SMA kelas 10 berusia 15-16 tahun yang berarti sedang berada dalam tahap remaja akhir. Remaja sedang mengalami berbagai perkembangan baik dalam aspek biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Secara kognitifnya, remaja akhir ini sedang berada pada tahap formal operational, remaja secara aktif membangun dunia kognisi mereka, mereka mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis atau proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis, mereka dapat menyeleksi informasi mana yang akan diterimanya, sudah mampu membedakan ide mana yang akan diprosesnya lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut, mereka juga mengolah informasi mereka sehingga dapat memunculkan ide baru. Remaja juga dituntut untuk sudah mampu berpikir secara abstrak yang sudah mempu berpikir secara fleksibel, tidak hanya berpaku pada hal yang faktual, mereka juga mampu menyimpulkan materi yang diperolehnya dan memanfaatkannya dalam hidup mereka sehari-hari, mengaplikasikan materi yang sudah dimilikinya dan mampu membuat perencanaan masa depannya (Piaget dalam Santrock, 2003).


(30)

18

Universitas Kristen Maranatha

Siswa SMA kelas 10 pada saat ini sedang menjalani kurikulum 2013. Siswa kelas 10 sedang berusaha untuk memenuhi tugas perkembangannya dalam hal belajar dalam rangka untuk mempersiapkan masa depannya, melalui kegiatan belajarnya siswa mencapai prestasinya. Siswa melakukan kegiatan belajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pendidikan formal. Di sekolah inilah siswa melakukan kegiatan belajar seperti mencari materi pelajaran, memahami materi pelajaran, membuat latihan atau tugas, berdiskusi dengan teman, membaca literatur, dan lain-lain. Belajar merupakan kegiatan mental yang dapat menimbulkan perubahan perilaku yang relatif menetap yang prosesnya tidak dapat dilihat (Winkel, 1987).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bertujuan melihat partisipasi aktif dari siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pemahaman siswa secara mandiri, menemukan sendiri materi yang sedang dipelajari, aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, jam pelajaran yang semakin bertambah panjang, dan peran guru yang menjadi lebih pasif memberikan kewajiban yang lebih tinggi untuk belajar bagi siswa yang mengikuti kurikulum 2013 tersebut. Dengan keadaan demikian maka diharapkan bagi siswa kelas 10 kurikulum 2013 untuk menggunakan pendekatan belajar secara deep agar tujuan dari kurikulum 2013 tersebut dapat tercapai untuk membuat siswa lebih aktif dalam belajar dan tidak hanya mengandalkan materi yang diajarkan oleh guru di kelas, sehingga siswa dapat menemukan dan memahami secara mandiri materi serta manfaat dari pelajaran Bahasa Indonesia tersebut.


(31)

19

Universitas Kristen Maranatha

Salah satu mata pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa kelas 10 adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran ini sekaligus pelajaran yang paling sedikit jumlah ketuntasannya diantara pelajaran lainnya di kelas 10. Untuk mencapai ketuntasan dan hasil yang optimal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk itu siswa memerlukan pendekatan belajar tersendiri untuk dapat mencapai hasil atau prestasi yang diinginkannya tersebut.

Pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa untuk belajar ini dinamakan sebagai learning approach. Learning approach adalah proses yang berhubungan dengan hasil belajar serta deskripsi mengenai perilaku siswa atau apa yang dilakukan siswa ketika belajar dan alasan yang mendasari kegiatan belajarnya (Marton dan Saljo dalam Biggs, 1993) dalam hal ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Learning approach berguna bagi siswa maupun guru untuk mengetahui dan memahami pendekatan apa yang digunakannya karena setiap pendekatan menggambarkan bagaimana siswa memahami, mengerti, mengaplikasikan pelajaran ke dalam kehidupan, dan seberapa penting informasi itu bagi siswa, sehingga guru dapat menyediakan kesempatan belajar bagi siswa untuk mengadopsi pendekatan mana yang esensial dan berguna bagi pelajaran dan kehidupannya.

Menurut Biggs (1987) setiap jenis learning approach memiliki dua jenis yaitu surface approach dan deep approach dan masing-masing jenis memiliki dua aspek yaitu strategi dan motif. Untuk surface approach siswa memiliki motif ekstrinsik yang digunakan untuk menyelesaikan tugas belajar yang didasarkan pada konsekuensi positif dan negatif dan hanya fokus pada topik yang dianggap


(32)

20

Universitas Kristen Maranatha

penting baginya, contohnya siswa kelas 10 akan berusaha untuk menghafal teks-teks dalam Bahasa Indonesia yang dibacanya menjelang ujian dengan cara mengulang-ulang teks yang dibacanya saja tanpa melakukan pendalaman lebih lagi. Siswa kelas 10 yang menggunakan strategi surface approach biasanya belajar dengan mengingat kata-kata kunci secara rote learning. Siswa yang menggunakan pendekatan ini tidak belajar sesuai dengan tujuannya karena hanya berusaha untuk mengingat bagian-bagian tertentu saja yang dianggap penting. Siswa menggunakan low-level strategy yang sebenarnya tidak memecahkan masalah. Mereka juga hanya mengingat informasi dari materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya untuk ujian saja, dan mereka cenderung menganggap tugas sebagai beban, mereka juga memusatkan perhatian pada materi namun mereka tidak dapat mengintegrasikannya, dan mereka hanya mengandalkan kegiatan memorization (menghafal) dalam kegiatan belajarnya.

Siswa kelas 10 yang menggunakan surface approach kurang mampu mengaitkan materi Bahasa Indonesia yang baru didapatnya dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya, mereka gagal dalam melihat hubungan-hubungan dari materi Bahasa Indonesia yang dipelajarinya tersebut. Strategi dari proses belajar yang dijalaninya tersebut hanya sebagai upaya untuk menghindar dari hukuman atau nilai jelek yang mungkin akan diterimanya jika mereka tidak belajar dengan baik bahkan tidak naik kelas karena nilai merah pada pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di rapotnya. Namun disisi lain siswa yang menggunakan pendekatan surface approach pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah memiliki kemampuan untuk memahami materi Bahasa Indonesia tanpa perlu memahaminya


(33)

21

Universitas Kristen Maranatha

secara mendetail, hal lain adalah jika menurut siswa, pelajaran Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang sudah dikuasainya dan siswa lebih mengerahkan energinya pada mata pelajaran lain yang kurang kurang dipahami. Surface approach dapat terjadi jika metode dan pengajaran di sekolah menimbulkan kecemasan, waktu yang singkat, kurikulum yang padat, dan siswa merasa kurang tertarik pada materi.

Pendekatan belajar siswa yang lain adalah deep approach yang merupakan pendekatan yang didasari oleh motif intrinsik atau rasa ingin tahu yang memacu untuk mencari pengalaman baru dan terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, contohnya siswa kelas 10 kurikulum 2013 yang menikmati belajar Bahasa Indonesia sebagai proses, siswa kelas 10 akan memahami konten dari pelajaran Bahasa Indonesia yang sedang dipelajarinya dan tidak hanya sekedar menghafalkan pelajaran tersebut, baginya proses belajar adalah hal yang penting bagi masa depannya dan berguna. Siswa yang menggunakan strategi deep approach akan mampu menemukan esensi dari materi yang dipelajari, menemukan ide utama, siswa juga mampu menerapkan materi kedalam kehidupan sehari-hari, mampu mengajukan pertanyaan dan mengerahkan usaha untuk belajar khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia. Mereka juga senang dengan aktivitas mengeksplor, meneliti fakta-fakta baru dan mempelajari fakta serta ide secara kritis serta mampu melihat adanya hubungan antar materi yang sedang dan sudah dipelajarinya sehingga mampu menarik manfaat dari pelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajarinya itu (Biggs, 1993).


(34)

22

Universitas Kristen Maranatha

Pendekatan belajar yang digunakan siswa terhadap belajar ini juga akan memengaruhi prestasi belajar yang dihasilkan dari proses belajar Bahasa Indonesia yang dilakukannya yang berupa nilai siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia. Pendekatan belajar siswa ini sangat penting bagi proses belajar siswa karena siswa kurikulum 2013 akan cenderung memperoleh prestasi yang baik apabila mereka memiliki proses dalam belajar yang baik. Siswa diharapkan dapat menekankan pada proses yang dilakukan dalam belajar dan menghayati kegiatan belajar tersebut. Surface dan deep approach tidak dapat dipakai pada saat yang bersamaan pada satu pelajaran tetapi dapat berbeda untuk pelajaran yang lainnya tergantung masing-masing siswa.

Pendekatan belajar yang digunakan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia berbeda satu dengan lainnya oleh karena itu nilai atau prestasi yang diperoleh siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia berbeda pula satu dengan lainnya. Prestasi yang diraih oleh siswa kelas 10 kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia berhubungan dengan pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa. Kuriulum 2013 lebih menekankan untuk menilai proses belajar siswa, oleh karena itu siswa yang melakukan proses belajar yang diharapkan cenderung akan diberikan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak melakukan proses belajar seperti yang diharapkan. Proses belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dinilai tersebut adalah proses yang berupa keterlibatan siswa, penghayatan siswa terhadap belajar, tujuan belajar dari siswa, motif dari dalam diri siswa yang akan cenderung berhubungan dengan proses belajar tersebut. Prestasi akademik adalah sesuatu yang diperoleh atau


(35)

23

Universitas Kristen Maranatha

dipelajari, merupakan suatu hasil dari proses belajar yang dipandu dengan instruksi dan kegiatan belajar (Gage & Berliner,1984) atau evaluasi akademik yang dilaksanakan oleh guru yang merupakan umpan balik untuk menentukan prestasi dan tingkat keberhasilan yang diraih siswa (Sprinthall & Sprinthall, 1978). Prestasi belajar pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah evaluasi akademik yang diberikan oleh guru yang mengajar Bahasa Indonesia merupakan umpan balik untuk menentukan keberhasilan siswa kelas 10 yaitu apakah nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa diatas KKM (>75) atau dibawah KKM (<75).

Menurut Winkel, prestasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, prestasi yang diraih oleh siswa kelas 10 kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berupa nilai raport dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut.

Faktor internal yang memengaruhi prestasi siswa adalah inteligensi, motivasi, perasaan-sikap-minat, dan keadaan fisik. Siswa kelas 10 kurikulum 2013 akan lebih membantu mencapai prestasi diatas KKM jika memiliki kecerdasan atau intelegensi yang lebih tinggi karena prestasi berperan sangat penting bagi keberhasilan yang dicapai siswa.

Kemudian motivasi yang dimiliki siswa kelas 10 dalam belajar akan membantunya dalam proses belajar karena dengan adanya motivasi intrinsik (dalam diri) atau motivasi ekstrinsik (luar diri) siswa mendapatkan daya penggerak yang menimbulkan keinginan untuk belajar, motivasi dalam diri


(36)

24

Universitas Kristen Maranatha

misalnya dorongan siswa untuk memperoleh nilai yang baik demi masa depannya, sedangkan motivasi ekstrinsik misalnya siswa betusaha untuk belajar dengan baik karena ia memperoleh hadiah dari orangtua atuau karena ingin mendapat pujian dari orang lain.

Faktor ketiga yang memengaruhi prestasi siswa adalah perasaan, sikap, minat. Perasaan siswa kelas 10 adalah aktivitas psikis yang didalamnya siswa kelas 10 menghayati nilai-nilai untuk belajar dan mencapai prestasi. Sikap adalah kecenderungan siswa kelas 10 untuk menerima atau menolak belajar berdasarkan penilaiannya terhadap belajar apakah belajar itu baik atau tidak baik. Terakhir minat adalah kecenderungan siswa kelas 10 yang agak menetap, apabila siswa tertark dengan pelajaran yang ditempuh dan merasa senang bila berkecimpung dalam pelajaran tersebut, maka siswa akan cenderung lebih konsisten dengan apa yang dipelajarinya itu.

Faktor yang keempat adalah keadaan fisik, siswa kelas 10 yang memiliki pertumbuhan, kesehatan jasmani dan keadaan alat indra yang baik akan ditunjang untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang ditunjang oleh kesehatannya atau yang lebih sering sakit sehingga menghambat proses belajarnya karena tidak masuk sekolah.

Faktor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar siswa kelas 10 adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Keluarga siswa kelas 10 yang memiliki status sosial dan ekonomi yang baik dapat menciptakan kondisi siswa yang mendukung dalam belajar, keadaan sosio budaya siswa kelas 10 yang


(37)

25

Universitas Kristen Maranatha

bertaraf tinggi dapat menunjang kegiatan belajar siswa kelas 10 di sekolah seperti budaya yang mendukung perkembangan pengetahuan yang harus diperoleh siswa maka siswa akan cenderung lebih terdorong untuk mencari ilmu yang lebih, kemudian faktor ekonomi dari siswa yang mampu maka siswa akan difasilitasi untuk proses belajarnya. Kemudian lingkungan sekolah yaitu fasilitas belajar yang memadai dan efektivitas guru sebagai sarana belajar. Siswa kelas 10 yang difasilitasi seperti ruangan kelas, sarana prasarana yang tersedia, perpustakaan dan lainnya akan memperoleh dukungan melalui hal itu. Kemudian guru yang mampu memfasilitasi belajar siswa dan mampu memotifasi siswa kelas 10 dalam belajar dapat menunjang prestasi siswa.

Pada akhirnya learning approach itu dapat berhubungan dengan proses belajar dalam mempelajari Bahasa Indonesia yang dilakukan apakah siswa akan merasa memiliki motivasi, tahu apakah harus memahami dan mendalami atau hanya sekedar tahu dan menghafal, tahu bagaimana harus memandang belajar Bahasa Indonesia itu, tahu seberapa penting belajar sehingga dari proses tersebut dapat menghasilkan prestasi belajar siswa kurikulum 2013 apakah prestasi tersebut berhasil memenuhi KKM atau tidak berhasil memenuhi KKM.


(38)

26

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Siswa Kelas 10 Kurikulum 2013 SMA X Bandung

Learning approach : 1. Surface

approach 2. Deep

Approach

1. Motif & strategi surface approach

2. Motif & strategi deep approach

Prestasi Belajar - Diatas

KKM - Dibawah

KKM Faktor yang mempengaruhi Prestasi

siswa : - Internal

(motivasi, perasaan-sikap-minat,kesehatan fisik)

- Eksternal (keluarga dan sekolah)


(39)

27

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi Penelitian

 Siswa kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung memiliki learning

approach yang berbeda-beda dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas 10 kurikulum

2013 SMA ‘X’ Bandung akan menentukan siswa mengolah materi

pelajaran Bahasa Indonesia yang mereka terima.

 Prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 10 dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal individu, salah satu faktor internalnya adalah termasuk learning approach.

1.7Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara learning approach dan prestasi belajar pada

siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X’ Bandung dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

Terdapat hubungan antara surface approach dan prestasi belajar pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X” Bandung dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Terdapat hubungan antara deep approach dan prestasi belajar pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X’ Bandung dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(40)

92 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara learning approach dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 10 SMA ‘X’ Bandung, diperoleh hasil bahwa:

1. Tidak terdapat hubungan antara learning aproach dan prestasi belajar. Hal ini berarti pendekatan belajar apapun yang digunakan oleh siswa kelas 10 untuk mempelajari Bahasa Indonesia tidak berhubungan terhadap prestasi belajarnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Tidak terdapat hubungan antara surface approach dan prestasi belajar. 3. Tidak terdapat hubungan antara deep approach dan prestasi belajar.

4. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung, diperoleh hasil bahwa kebanyakan siswa menggunakan pendekatan belajar deep dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

5. Siswa yang menggunakan pendekatan surface yang tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar dibawah KKM dan siswa yang menggunakan pendekatan surface yang rendah cenderung memperoleh prestasi belajar diatas KKM.


(41)

93

Universitas Kristen Maranatha

6. Siswa yang menggunakan pendekatan deep yang tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar diatas KKM dan siswa yang menggunakan pendekatan surface yang rendah cenderung memperoleh prestasi belajar dibawah KKM.

7. Terdapat faktor penunjang prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa (internal) yaitu motivasi, perasaan-sikap-minat, kondisi fisik kemudian yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) yaitu orangtua dan sekolah, yang mana salah satu faktor tersebut memiliki kecenderungan keterkaitan dengan prestasi belajar. Faktor penunjang tersebut adalah fasilitas yang diberikan orangtua untuk menunjang proses belajar siswa. Hal ini dikarenakan perlunya berbagai sarana untuk menunjang kelancaran proses belajar siswa seperti laptop dan modem misalnya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dari faktor-faktor yang memengaruhi learning approach atau faktor yang paling berkontribusi terhadap learning approach.

2. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian learning approach pada mata pelajaran lain, selain pelajaran Bahasa Indonesia.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi guru Bahasa Indonesia, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk cara mengajarnya dan mengetahui faktor apa yang


(42)

94

Universitas Kristen Maranatha

sekiranya dapat meningkatkan prestasi belajar yang diperolehnya khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti motivasi, minat, perasaan, dan sikap siswa agar siswa dapat lebih berupaya dalam meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan karakteristik siswa, contohnya dengan lebih banyak menggunakan waktu untuk diskusi dalam kelompok dengan berbagai metode seperti jigsaw untuk meningkatkan minat siswa dalam berperan lebih aktif dalam mata pelajaran ini. Memberikan informasi bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa dalam belajar tidak semata diperlukan teknologi untuk memperoleh informasi tetapi dapat juga melalui kreatifitas siswanya dalam mengemukakan materi yang diperolehnya.

2. Bagi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMA ‘X’ Bandung selaku bagian kurikulum, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana program belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk dapat meningkatkan prestasinya dan lebih meningkatkan faktor internal siswa untuk belajar Bahasa Indonesia. Serta membantu guru Bahasa Indonesia dalam menyusun rencana kegiatan belajar untuk dapat menumbuhkan minat siswanya.

3. Bagi sekolah (yayasan SMA ‘X’ Bandung) untuk meningkatkan fasilitas belajar di sekolah yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar seperti wifi, komputer kelas, dan sebagainya yang memiliki standar yang sama untuk semua siswa agar semua siswa dapat memperoleh informasi dengan seragam dan memadai.


(43)

89 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, J.B., Kember, D., & Leung, D.Y.P. 2001. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire: R-SPQ-2F. British Journal of Education Psychology. 71, 133-149

Biggs, John B. 1987. Student Approach to Learning and Studying. Malbourne: Australian Council for Educational Research

Biggs, John; Tang, Catherine. 2007. Teaching for Quality Learning at University. New York: McGraw-Hill

Gage, N.L : Berliner., 1979. Educational Psychology, 2nd edition, Chicago : Ran

Mc., nally College Publishing Company.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Santrock, John W., 2002. Life-span Development 5th edition, University of Texas At Dallas.

Sitepu Nirwana S. K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung Unit Pelayanan Statistika FMIPA, Universitas Padjajaran.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Winkle, W.S., 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia.


(44)

90

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Aprianti, Desy. 2011. Hubungan Antara Learning Approach dan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 di Universitas X Bandung.

Bagaimana Pendapat Kalian Tentang Kurikulum 2013 (https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20131204053750AAEj w7a, diakses 12 Oktober 2014)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30. 1990. Pendidikan Tinggi. (luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP30-1990PendidikanTinggi.pdf, diakses 20 September 2014)

Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik-Integratif (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-1, diakses 20 September 2014)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. (http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, diakses 16 September 2014)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2. 1989. Sistem Pendidikan Nasional. (m.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4c3d44a89102b, diakses 19 September 2014)


(1)

27

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi Penelitian

 Siswa kelas 10 kurikulum 2013 SMA ‘X’ Bandung memiliki learning

approach yang berbeda-beda dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas 10 kurikulum

2013 SMA ‘X’ Bandung akan menentukan siswa mengolah materi

pelajaran Bahasa Indonesia yang mereka terima.

 Prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 10 dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal individu, salah satu faktor internalnya adalah termasuk learning approach.

1.7Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara learning approach dan prestasi belajar pada

siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X’ Bandung dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

Terdapat hubungan antara surface approach dan prestasi belajar pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X” Bandung dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Terdapat hubungan antara deep approach dan prestasi belajar pada siswa kelas 10 kurikulum 2013 di SMA ‘X’ Bandung dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(2)

92 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara learning approach dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 10 SMA ‘X’ Bandung, diperoleh hasil bahwa:

1. Tidak terdapat hubungan antara learning aproach dan prestasi belajar. Hal ini berarti pendekatan belajar apapun yang digunakan oleh siswa kelas 10 untuk mempelajari Bahasa Indonesia tidak berhubungan terhadap prestasi belajarnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Tidak terdapat hubungan antara surface approach dan prestasi belajar. 3. Tidak terdapat hubungan antara deep approach dan prestasi belajar.

4. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa kelas 10 kurikulum 2013

SMA ‘X’ Bandung, diperoleh hasil bahwa kebanyakan siswa

menggunakan pendekatan belajar deep dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

5. Siswa yang menggunakan pendekatan surface yang tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar dibawah KKM dan siswa yang menggunakan pendekatan surface yang rendah cenderung memperoleh prestasi belajar diatas KKM.


(3)

93

Universitas Kristen Maranatha 6. Siswa yang menggunakan pendekatan deep yang tinggi cenderung

memperoleh prestasi belajar diatas KKM dan siswa yang menggunakan pendekatan surface yang rendah cenderung memperoleh prestasi belajar dibawah KKM.

7. Terdapat faktor penunjang prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa (internal) yaitu motivasi, perasaan-sikap-minat, kondisi fisik kemudian yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) yaitu orangtua dan sekolah, yang mana salah satu faktor tersebut memiliki kecenderungan keterkaitan dengan prestasi belajar. Faktor penunjang tersebut adalah fasilitas yang diberikan orangtua untuk menunjang proses belajar siswa. Hal ini dikarenakan perlunya berbagai sarana untuk menunjang kelancaran proses belajar siswa seperti laptop dan modem misalnya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dari faktor-faktor yang memengaruhi learning approach atau faktor yang paling berkontribusi terhadap learning approach.

2. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian learning approach pada mata pelajaran lain, selain pelajaran Bahasa Indonesia.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi guru Bahasa Indonesia, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk cara mengajarnya dan mengetahui faktor apa yang


(4)

94

Universitas Kristen Maranatha sekiranya dapat meningkatkan prestasi belajar yang diperolehnya khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia seperti motivasi, minat, perasaan, dan sikap siswa agar siswa dapat lebih berupaya dalam meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan karakteristik siswa, contohnya dengan lebih banyak menggunakan waktu untuk diskusi dalam kelompok dengan berbagai metode seperti jigsaw untuk meningkatkan minat siswa dalam berperan lebih aktif dalam mata pelajaran ini. Memberikan informasi bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa dalam belajar tidak semata diperlukan teknologi untuk memperoleh informasi tetapi dapat juga melalui kreatifitas siswanya dalam mengemukakan materi yang diperolehnya.

2. Bagi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMA ‘X’ Bandung selaku bagian kurikulum, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana program belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk dapat meningkatkan prestasinya dan lebih meningkatkan faktor internal siswa untuk belajar Bahasa Indonesia. Serta membantu guru Bahasa Indonesia dalam menyusun rencana kegiatan belajar untuk dapat menumbuhkan minat siswanya.

3. Bagi sekolah (yayasan SMA ‘X’ Bandung) untuk meningkatkan fasilitas

belajar di sekolah yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar seperti wifi, komputer kelas, dan sebagainya yang memiliki standar yang sama untuk semua siswa agar semua siswa dapat memperoleh informasi dengan seragam dan memadai.


(5)

89 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Biggs, J.B., Kember, D., & Leung, D.Y.P. 2001. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire: R-SPQ-2F. British Journal of Education Psychology. 71, 133-149

Biggs, John B. 1987. Student Approach to Learning and Studying. Malbourne: Australian Council for Educational Research

Biggs, John; Tang, Catherine. 2007. Teaching for Quality Learning at University. New York: McGraw-Hill

Gage, N.L : Berliner., 1979. Educational Psychology, 2nd edition, Chicago : Ran

Mc., nally College Publishing Company.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Santrock, John W., 2002. Life-span Development 5th edition, University of Texas At Dallas.

Sitepu Nirwana S. K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung Unit Pelayanan Statistika FMIPA, Universitas Padjajaran.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Winkle, W.S., 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia.


(6)

90

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aprianti, Desy. 2011. Hubungan Antara Learning Approach dan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2006 di Universitas X Bandung.

Bagaimana Pendapat Kalian Tentang Kurikulum 2013 (https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20131204053750AAEj w7a, diakses 12 Oktober 2014)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30. 1990. Pendidikan Tinggi. (luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP30-1990PendidikanTinggi.pdf, diakses 20 September 2014)

Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik-Integratif (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-1, diakses 20 September 2014)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. (http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, diakses 16 September 2014)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2. 1989. Sistem Pendidikan Nasional. (m.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4c3d44a89102b, diakses 19 September 2014)


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA UTAMA WACANA METRO TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

1 2 39

REKONSTRUKSI SOAL PENILAIAN ASPEK KETERAMPILAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X KURIKULUM 2013

3 23 276

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA: Studi Deskriptif Korelasional pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 5 Bandung.

0 3 54

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris pada Siswa SMA "X" Bandung (Penelitian ini dilakukan pada seluruh siswa SMA “X”).

0 0 33

Studi Deskriptif Terhadap Learning Approach Pada Siswa Kelas XI IPS SMA "X" Bandung Pada Mata Pelajaran Ekonomi.

0 0 33

Perbandingan Hubungan Antara Dimensi-dimensi Learning Approach Dengan Prestasi Belajar Antara Kelompok Siswa Dengan Kelompok Siswi (Studi Learning Approach Pada Mata Pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris di SMA "X" di Bandung).

0 0 88

Hubungan antara Learning Approach dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2003 di Universitas X Bandung.

0 0 50

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KEIKUTSERTAAN DALAM KEGIATAN PRAMUKA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 11

Soal Dan Kunci Jawaban Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 10 Kurikulum 2013 | Info PTK Sekolah Kelas X K13

16 293 7

KAJIAN ISI, BAHASA, DAN KETERBACAAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA KELAS X

0 0 16