Efek Pemberian Minyak Zaitun (Olea europa) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Mencit Jantan Galur Swiss Webster.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

EFEK PEMBERIAN MINYAK ZAITUN (Olea europa) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI

MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster

Fezia Tiffani Kartikaning Candra, 2014

Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., M.Kes., AIF.

Penyembuhan luka merupakan upaya jaringan yang mengalami jejas untuk mengembalikan fungsi normal dan integritas struktural setelah trauma. Berbagai obat digunakan untuk mempercepat penutupan luka, salah satu contohnya yaitu minyak zaitun (Olea europa). Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah olive oil

dapat mempercepat penyembuhan luka.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik sungguhan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster dengan luka insisi 20 mm pada punggung mencit dan dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok A diberi Extra Virgin Olive Oil, kelompok B diberi Pure 100% Olive Oil, kelompok C diberi Olive Pomace Oil, kelompok D diberi povidone iodine, dan kelompok E diberi NaCl 0.9%. Pengobatan dan pengukuran panjang luka dilakukan setiap hari selama tujuh hari, selanjutnya pada hari ketujuh jaringan kulit diambil dan diperiksa secara mikroskopis. Analisis data memakai ANAVA satu arah dilanjutkan post hoc Least Significant Difference (LSD) dengan nilai α yaitu 5%.

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa efektivitas tertinggi kelompok EVOO pada hari ketiga. Efektivitas tertinggi PURE pada hari pertama. Efektivitas tertinggi POMACE pada hari keempat. Uji statistik menunjukan kelompok EVOO dan POMACE, terdapat perbedaan signifikan dengan kelompok povidone iodine

10% (p<0.05), maupun kelompok NaCl 0.9% (p<0.05). Kelompok POMACE efektif terhadap reepitelialisasi dan penurunan polimorfonukelar. Simpulan, olive oil dapat mempercepat penyembuhan luka.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE EFFECT OF OLIVE OIL (Olea europa) TO INCISION WOUND HEALING PROCESS

ON Swiss Webster STRAIN MALE MICE Fezia Tiffani Kartikaning Candra, 2014

Tutor : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., M.Kes., AIF.

Wound repair is the effort of injured tissues to restore their normal function and structural integrity after injury. Various remedies are used to fasten healing wound, recently alternative therapy have become a choice, one of them is olive oil (Olea europa).This study aims to determine whether olive oil can accelerate wound healing.

This study is a real experimental laboratory. 25 Male mice used for this study were divided into 5 groups. The A group was given Extra Virgin Olive Oil, the B group was given Pure 100% Olive Oil, the C group was given Olive Pomace Oil, the D group was given 10% povidone iodine, and the E group was given 0.9% NaCl. Wound treatment and length measurements performed daily for seven days and skin specimen would be taken on the sevnth day and tested microscopically. The data was analyzed by one way ANOVA and post hoc Least Significant

Difference (LSD) α value = 5%

The results showed that EVOO most effective at day third, PURE most effective at day one, POMACE most effective on day fourth. Statistical test showed that the group EVOO and POMACE are significantly difference with 10% povidone iodine group (p<0.05) and 0.9% NaCl group (p<0.05). POMACE are effective on reepithelialization and reduction of polimorfonuclear cell. Conclusion of this study is olive oil can accelerate wound healing.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

1.5. Kerangka Penelitian ... 3

1.6. Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak zaitun... 5

2.1.1. Definisi, Sejarah, dan Kegunaan Minyak Zaitun ... 5

2.1.2. Tipe dan Karakteristik Minyak Zaitun ... 6

2.1.3. Komposisi Kimia Minyak Zaitun ... 7

2.1.3.1. Komposisi Mayor ... 8

2.1.3.2. Komposisi Minor ... 9

2.1.3.2.1. Ester Non-Gliserid ... 9

2.1.3.2.2. Alkohol Alipati ... 9

2.1.3.2.3. Alkohol Triterpene ... 10

2.1.3.2.4. Sterol ... 10

2.1.3.2.5. Hidrokarbon ... 10

2.1.3.2.6. Pigmen ... 10

2.1.3.2.7. Lipofilik Fenolik ... 11

2.1.3.2.8. Hidrofilik Fenolik ... 11

2.1.4. Minyak Zaitun Terhadap Tubuh ... 11

2.1.4.1. Modifikasi Membran Plasma ... 12


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.1.4.3. Fungsi Limfosit ... 14

2.1.4.4. Aktivasi Sel NK ... 15

2.1.4.5. Molekul Adesi ... 15

2.1.4.6. Species Oksigen Radikal ... 16

2.2. Kulit... 17

2.2.1. Kulit Histopatologik ... 17

2.2.2. Adneksa Kulit... 22

2.2.3. Fisiologis Kulit ... 24

2.2.4. Keratinisasi dan Pertumbuhan Epidermis ... 25

2.3. Luka... 26

2.3.1. Klasifikasi Luka ... 26

2.3.2. Tipe Penyembuhan Luka ... 27

2.3.3. Penyembuhan Luka ... 29

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 34

2.4. Inflamasi Akut ... 37

2.4.1. Perubahan Vaskuler ... 38

2.4.2. Peristiwa yang Terjadi pada Sel ... 41

2.5. Povidone iodine ... 47

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian ... 49

3.1.1. Bahan Penelitian... 49

3.1.2. Alat Penelitian ... 49

3.1.3. Hewan Coba ... 50

3.1.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3.2. Metode Penelitian... 50

3.2.1. Desain Penelitian ... 50

3.2.2. Variabel Penelitian ... 50

3.2.3. Definisi Operasional Variabel ... 51

3.2.4. Prosedur Kerja ... 52

3.2.4.1. Pengumpulan Bahan... 52

3.2.4.2. Penyiapan Hewan Coba ... 53

3.2.4.3. Prosedur Penelitian ... 53

3.2.5. Cara Pemeriksaan ... 55

3.2.6. Metode Analisis ... 56

3.2.6.1. Hipotesis Statistik... 57

3.2.6.2. Kriteria Uji ... 57


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ... 58

4.2. Pembahasan ... 71

4.3. Uji Hipotesis... 73

4.3.1. Hipotesis Penelitian ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 76

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 78 RIWAYAT HIDUP ...


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Gambar 2.1. Karakteristik minyak zaitun ... 7

Tabel 4.1. Rerata diameter luka (cm) setiap harinya ke-lima kelompok ... 58

Tabel 4.2. Hasil ANOVA hari pertama ... 60

Tabel 4.3. Hasil LSD hari pertama... 60

Tabel 4.4. Hasil ANOVA hari ke-dua ... 61

Tabel 4.5. Hasil LSD hari ke-dua... 61

Tabel 4.6. Hasil ANOVA hari ke-tiga ... 62

Tabel 4.7. Hasil LSD hari ke-tiga ... 62

Tabel 4.8. Hasil ANOVA hari ke-empat ... 62

Tabel 4.9. Hasil LSD hari ke-empat... 63

Tabel 4.10. Hasil ANOVA hari ke-lima ... 63

Tabel 4.11. Hasil LSD hari ke-lima ... 64

Tabel 4.12. Hasil ANOVA hari ke-enam ... 64

Tabel 4.13. Hasil ANOVA hai ke-tujuh... 64

Tabel 4.14. Hasil LSD hari ke-tujuh ... 65

Tabel 4.15. Rerata skoring indikator penutupan luka secara mikroskopis ... 65

Tabel 4.16. Hasil mikroskopis epitel... 66

Tabel 4.17. Hasil ANOVA terjadinya epitelialisasi ... 67

Tabel 4.18. Hasil LSD proses epitelialisasi ... 67

Tabel 4.19. Hasil mikroskopis PMN ... 67

Tabel 4.20. Hasil ANOVA jumlah PMN ... 68

Tabel 4.21. Hasil LSD PMN ... 68

Tabel 4.22. Hasil mikroskopis fibroblas ... 69

Tabel 4.23. Hasil ANOVA jumlah fibroblas ... 69

Tabel 4.24. Hasil mikroskopis angiogenesis ... 69

Tabel 4.25. Hasil ANOVA jumlah angiogenesis ... 70

Tabel 4.26. Hasil mikroskopis kolagen ... 70


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Fraksi saponifiable minyak zaitun ... 8

Gambar 2.2. Fraksi unsaponifiable minyak zaitun ... 9

Gambar 2.3. Pembentukan metabolit asam arakhidonat dan metabolitnya ... 13

Gambar 2.4. Anatomi kulit... 18

Gambar 2.5. Lapisan kulit secara histologi ... 20

Gambar 2.6. Fase kutaneus proses penyembuhan luka ... 28

Gambar 2.7. Kaskade inflamasi dan penyembuhan luka ... 30

Gambar 2.8. Proses penutupan luka hitungan hari ... 31

Gambar 2.9. Deposisi matriks hitungan hari ... 31

Gambar 2.10. Manifestasi lokal inflamasi akut ... 39

Gambar 2.11. Marginasi, rolling, adhesi, transmigrasi, ekstravasasi leukosit .... 42

Gambar 2.12. Fagositosis ... 46


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Panjang Luka (cm) setiap harinya ke-lima kelompok perlakuan ... 59 Grafik 4.2. Skoring indikator penutupan luka diperiksa secara mikroskopis ... 66


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar-gambar ... 78

Lampiran 2 Data Hasil Pemeriksaan ... 87

Lampiran 3 Hasil Uji statistik ANOVA Satu Arah dan Post Hoc LSD... 90


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini seiring dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi serta kemajuan ilmu kesehatan, angka kejadian luka masih tetap tinggi yaitu sebanyak 1,6 juta pertahun merupakan luka akut akibat trauma dan luka akibat laserasi sebanyak 20 juta pertahun (Driscoll, 2003). Luka adalah jejas pada suatu jaringan tubuh terutama menyebabkan dikontinuitas fisik jaringan. Etiologi dari luka bermacam-macam yaitu trauma, luka bakar, gigitan binatang atau serangga, tekanan, tarikan, penyakit vaskuler, defisiensi imun, keganasan, penyakit jaringan ikat, penyakit metabolisme, defisiensi nutrisi, kelainan psikososial, dan efek samping dari obat (Dunn & Phillips, 2005). Proses penyembuhan luka yaitu usaha jaringan yang mengalami jejas untuk mengembalikan fungsi normal dan integritas struktural setelah adanya trauma (Leong & Philips, 2012).

Berbagai obat topikal dapat diberikan pada luka untuk membantu mempercepat penyembuhan luka seperti antiseptik yaitu povidone iodine, dan

rivanol. Sejak komposisi alami povidone iodine ditemukan oleh ahli kimia Bernard Courtois pada tahun 1811, iodine dan komposisinya digunakan secara luas untuk mencegah infeksi dan penanganan luka. Bagaimanapun, molekul

iodine sangat toksik terhadap jaringan. Oleh karena itu, masyarakat saat ini mulai melakukan pengobatan alternatif dengan menggunakan bahan makanan yang sering dijumpai contohnya madu, madu bunga clover, dan minyak zaitun (Olea europa) (Drosou, Falabella, & kirsner, 2003)

Minyak zaitun (olive oil) adalah minyak yang diperoleh dari perasan buah

olive. Minyak ini banyak digunakan oleh masyarakat dunia tetapi terutama di negara Yunani dan negara Mediterania sebagai sumber minyak dalam makanan mereka sejak jaman pertengahan. Umumnya minyak ini digunakan untuk memasak, bahan kosmetik, bahkan bahan bakar. Banyak manfaat dari minyak


(11)

2 Universitas Kristen Maranatha

zaitun yang telah terbukti seperti menurunkan insidensi penyakit jantung, dan beberapa penyakit keganasan, serta mampu menmpercepat penyembuhan luka (Quiles, Ramires-Totosa, & Yaqoob, 2006).

Minyak zaitun berdasarkan struktur kimianya memiliki dua kandungan yaitu

saponifiable dan unsaponifiable. Komposisi saponifiable terdiri dari substansi seperti asam lemak bebas atau asam lemak esterifikasi dengan gliserol sehingga terbentuk trigliserida, digliserida, dan monogliserida, mengandung 75% hingga 85% asam lemak unsaturated (terutama asam oleat dan asam linoleat) dan 15% hingga 25% dari lemak saturasi (palimitic dan stearic acids) (Puente, 2012).

Unsaponifiable merupakan komposisi minor, komposisi ini penting dalam hal nutrisi, serta kemurnian dan stabilitas minyak, terdiri dari sterol, vitamin larut lemak, alkohol alipati, kompisis aromatik dan antioksidan (Puente, 2012).

1.2Identifikasi Masalah

Apakah efek pemberian minyak zaitun (Olea europa)terhadap penyembuhan luka insisi mencit jantan galur Swiss Webster.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek dari pemberian minyak zaitun(Olea europa)terhadap penyembuhan luka insisi mencit jantan galur Swiss Webster.

1.4Manfaat Penelitian

 Akademis : Untuk menambah wawasan kalangan medis terhadap pengaruh pemberian minyak zaitun pada penyembuhan luka.

 Praktis : Untuk menambah informasi kepada masyarakat mengenai minyak zaitun sebagai obat alternatif pada penyembuhan luka.


(12)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.5Kerangka Pemikiran

Luka merupakan diskontinuitas jaringan yang memicu inflamasi jaringan dan pelepasan mediator-mediator inflamasi secara lokal pada jaringan tersebut, contohnya TNF, IL-1, prostaglandin, dan lain-lain (Kumar, Abbas, Fausto, & Aster, 2010). Saat suatu jaringan mengalami jejas atau mati, jaringan tersebut akan melepaskan fosfolipid yang bekerja pada enzim yang ada di dalam sel yaitu fosfolipase A. Fosfolipase A ini mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat ini oleh enzim cyclo-oxygenase (COX) akan diubah menjadi prostaglandin yang merupakan suatu mediator inflamasi kuat (Campbell, 2009).

Povidone iodine sebagai pengobatan luka memiliki efek sebagai anti mikroba dengan mekanisme iodine penetrasi ke dinding mikrorganisme, menghambat protein sel bakteri, serta merusak fungsi sel bakteri dengan menghambat ikatan hidrogen dan mengganggu struktur membran, berbagai mekanisme diatas menyebabkan bakteri mati dengan cepat. Bagaimanapun, molekul iodine sangat toksik terhadap jaringan (Gary, David, & Queen, 2011)

Minyak zaitun mengandung 36 fenol, salah satunya yaitu oleochantal yang berefek menginhibisi COX pada dosis terapi, menyerupai cara kerja dari ibuprofen. COX-1 dan COX-2 merupakan enzim yang berfungsi mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan yang merupakan mediator hasil produksi dari respons inflamasi, sehingga efek yang diberikan oleh oleocanthal

tidak hanya inflamasi tetapi juga sebagai analgesik dan antipiretik. Efek anti-inflamasi ini dapat mempercepat penyembuhan luka (Cicerale, Lucas, & Keast, 2012).

Fenolik bekerja sebagai antioksidan dengan mekanisme donasi elektron atau atom hidrogen ke radikal saat terjadi proses oksidasi sehingga stabil. Selain itu fenolik juga bekerja sebagai scavenging dan mentransisikan ion logam kembali ke sirkulasi. Selain fenolik, hidroksitirosol dan oleuropein juga merupakan scavenger


(13)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Hipotesis Penelitian

Minyak zaitun mempercepat penyembuhan luka insisi mencit jantan galur


(14)

76 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Minyak zaitun (Olea europa) mempercepat penyembuhan luka insisi mencit jantan galur Swiss webster.

5.2 Saran

 Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan menggunakan hewan coba lain.

 Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai uji toksisitas dan efek samping terhadap manusia.

 Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan kadar konsentrasi yang bervariasi

 Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan pembanding lain yaitu antibiotik

 Penelitian histopatologis dengan pewarnaan lain seperti pewarnaan imunohistokimia, Von Gieson, dan Trichome-Masson perlu dilakukan untuk melihat lebih jelas daerah luka


(15)

EFEK PEMBERIAN MINYAK ZAITUN (Olea europa) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster

THE EFFECT OF OLIVE OIL (Olea europa) TO INCISION WOUND HEALING PROCESS ON Swiss Webster STRAIN MALE MICE

Fezia Tiffani Kartikaning Candra1, Iwan Budiman2

1Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

Jl. Prof. drg. Suria Sumantri MPH No.65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Penyembuhan luka merupakan upaya jaringan yang mengalami jejas untuk mengembalikan fungsi normal dan integritas struktural setelah trauma. Berbagai obat digunakan untuk mempercepat penutupan luka, salah satu contohnya yaitu minyak zaitun (Olea europa). Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah minyak zaitun dapat mempercepat penyembuhan luka.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik sungguhan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss webster dengan luka insisi 20 mm pada punggung mencit dan dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok A diberi Extra Virgin Olive Oil, kelompok B diberi Pure 100% Olive Oil, kelompok C diberi Olive Pomace Oil, kelompok D diberi povidone iodine, dan kelompok E diberi NaCl 0.9%. Pengobatan dan pengukuran panjang luka dilakukan setiap hari selama tujuh hari, selanjutnya pada hari ketujuh jaringan kulit diambil dan diperiksa secara mikroskopis. Analisis data memakai ANAVA satu arah dilanjutkan post hoc Least Significant Difference (LSD) dengan nilai α yaitu 5%.

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa efektivitas tertinggi kelompok EVOO pada hari ketiga. Efektivitas tertinggi PURE pada hari pertama. Efektivitas tertinggi POMACE pada hari keempat. Uji statistik menunjukan kelompok EVOO dan POMACE, terdapat perbedaan signifikan dengan kelompok povidone iodine 10% (p<0.05), maupun kelompok NaCl 0.9% (p<0.05). Kelompok POMACE efektif terhadap reepitelialisasi dan penurunan polimorfonukelar. Simpulan, olive oil dapat mempercepat penyembuhan luka.

Kata Kunci : minyak zaitun, penyembuhan luka insisi ABSTRACT

Wound repair is the effort of injured tissues to restore their normal function and structural integrity after injury. Various remedies are used to fasten healing wound, recently alternative therapy have become a choice, one of them is olive oil.This study aims to determine whether olive oil can accelerate wound healing.

This study is a real experimental laboratory. 25 Male mice used for this study were divided into 5 groups. The A group was given Extra Virgin Olive Oil, the B group was given Pure 100% Olive Oil, the C group was given Olive Pomace Oil, the D group was given 10% povidone iodine, and the E group was given 0.9% NaCl. Wound treatment and length measurements performed daily for seven days and skin specimen would be taken on the


(16)

sevnth day and tested microscopically. The data was analyzed by one way ANOVA and post

hoc Least Significant Difference (LSD) α value = 5%

The results showed that EVOO most effective at day third, PURE most effective at day one, POMACE most effective on day fourth. Statistical test showed that the group EVOO and POMACE are significantly difference with 10% povidone iodine group (p<0.05) and 0.9% NaCl group (p<0.05). POMACE are effective on reepithelialization and reduction of polimorfonuclear cell. Conclusion of this study is olive oil can accelerate wound healing. Keywords : olive oil, incision wound healing

PENDAHULUAN

Dewasa ini seiring dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi serta kemajuan ilmu kesehatan, angka kejadian luka masih tetap tinggi yaitu sebanyak 1,6 juta pertahun merupakan luka akut akibat trauma dan luka akibat laserasi sebanyak 20 juta pertahun1. Luka adalah jejas pada suatu

jaringan tubuh terutama menyebabkan dikontinuitas fisik jaringan. Etiologi dari luka bermacam-macam yaitu trauma, luka bakar, gigitan binatang atau serangga, tekanan, tarikan, penyakit vaskuler, defisiensi imun, keganasan, penyakit jaringan ikat, penyakit metabolisme, defisiensi nutrisi, kelainan psikososial, dan efek samping dari obat2. Proses

penyembuhan luka yaitu usaha jaringan yang mengalami jejas untuk mengembalikan fungsi normal dan integritas struktural setelah adanya trauma3.

Berbagai obat topikal dapat diberikan pada luka untuk membantu mempercepat penyembuhan luka seperti antiseptik yaitu povidone iodine, dan rivanol. Sejak komposisi alami povidone iodine ditemukan oleh ahli kimia Bernard Courtois pada tahun 1811, iodine dan komposisinya digunakan secara luas untuk mencegah infeksi dan penanganan luka. Bagaimanapun, molekul iodine sangat toksik terhadap jaringan. Oleh karena itu, masyarakat saat ini mulai melakukan pengobatan alternatif dengan menggunakan bahan makanan yang sering

dijumpai contohnya madu, madu bunga clover, dan minyak zaitun (Olea europa)4.

Minyak zaitun (olive oil) adalah minyak yang diperoleh dari perasan buah olive. Minyak ini banyak digunakan oleh masyarakat dunia tetapi terutama di negara Yunani dan negara Mediterania sebagai sumber minyak dalam makanan mereka sejak jaman pertengahan. Umumnya minyak ini digunakan untuk memasak, bahan kosmetik, bahkan bahan bakar. Banyak manfaat dari minyak zaitun yang telah terbukti seperti menurunkan insidensi penyakit jantung, dan beberapa penyakit keganasan, serta mampu menmpercepat penyembuhan luka5.

Minyak zaitun berdasarkan struktur kimianya memiliki dua kandungan yaitu saponifiable dan unsaponifiable. Komposisi saponifiable terdiri dari substansi seperti asam lemak bebas atau asam lemak esterifikasi dengan gliserol sehingga terbentuk trigliserida, digliserida, dan monogliserida, mengandung 75% hingga 85% asam lemak unsaturated (terutama asam oleat dan asam linoleat) dan 15% hingga 25% dari lemak saturasi (palimitic dan stearic acids)6.

Unsaponifiable merupakan komposisi minor, komposisi ini penting dalam hal nutrisi, serta kemurnian dan stabilitas minyak, terdiri dari sterol, vitamin larut lemak, alkohol alipati, kompisis aromatik dan antioksidan6.


(17)

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini dilakukan dengan memberi perlakuan pada luka insisi sebanyak 25 ekor mencit jantan galur Swiss webster berbagai macam minyak zaitun yaitu extra virgin olive oil (kelompok A), pure 100% olive oil (kelompok B), dan olive pomace oil (kelompok C) yang dibandingkan panjang luka setiap harinya dalam sentimeter dengan kelompok kontrol positif yaitu povidone iodine (kelompok D) dan kontrol negatif NaCl Fisiologis 0,9% (kelompok E). Kemudian pada hari ke-tujuh, jaringan diambil untuk dibuat preparat dan diperiksa dengan mikroskop perbesaran 40x sesuai indikator menurut skoring dibawah ini.

Tabel 2.1 Skoring Epitelialisasi7

Skor Reepitelialisasi 0 tidak ada reepitelialisasi 1 reepitelialisasi hingga ⁄ 2 reepitelialisasi hingga ⁄ 3 reepitelialisasi hingga > ⁄ Tabel 2.2 Skoring Pmn, Fibroblas,

Angiogenesis7

Skor PMN Fibroblas Angiogenesis 0 0-<10% 0-<10% 0-<10% 1 10-<40% 10-<40% 10-<40% 2 40-<70% 40-<70% 40-<70% 3 >70% >70% >70%

Tabel 2.3 Skoring Kolagen8

Skor Kolagen

0 Tidak ada

1 Jarang

2 Sedang

3 Banyak

ANALISIS DATA

Analisis data dengan uji ANAVA satu arah, jika didapat hasil signifikan (minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda),

maka dilanjutkan dengan dan post hoc test LSD (Least Significant Differences) dengan nilai α yaitu 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Efek pemberian minyak zaitun pada luka insisi secara makroskopis terlihat pada semua kelompok A, B, dan C dengan efektivitas tertinggi kelompok A pada hari ketiga. Efektivitas tertinggi kelompok B pada hari pertama. Efektivitas tertinggi kelompok C pada hari keempat. Uji statistik menunjukan kelompok A dan C, terdapat perbedaan signifikan dengan kelompok D (p<0.05), maupun kelompok E (p<0.05).

Tabel 4.1 Hasil ANOVA hari pertama Sum of

Squares Df

Mean Square Sig. Between

Groups ,409 4 ,102 ,018

Within

Groups 1,043 35 ,030 Total 1,451 39

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.2 Hasil LSD hari pertama Kelompok A B C D E

A NS * NS * (p=0.019) B * NS * (p=0,026)

C NS NS

D NS

E

Pada tabel 4.3 menunjukan rerata panjang penyembuhan luka pada kelompok A, B memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan E dengan nilai p yang sama yaitu p < 0,05. Berdasarkan tabel diatas, rerata panjang penyembuhan luka kelompok A (nilai p = 0,050), B (p =


(18)

0,068), C (p = 0,474) dibandingkan dengan D tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian efek A, B, tidak berbeda secara statistik dengan D (potensi setara). Kelompok A dibandingkan dengan B menunjukan tidak ada perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,886. Dengan demikian efek A dan B tidak berbeda secara statistik (potensi setara).

Tabel 4.3 Hasil ANOVA hari ke-dua Sum of

Squares Df

Mean Square Sig. Between

Groups ,417 4 ,104 ,019 Within

Groups 1,071 35 ,031 Total 1,488 39

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.4. Hasil LSD hari ke-dua Kelompok A B C D E

A NS * * (p=0,039) * (p=0,039)

B * NS NS

C NS NS

D NS

E

Pada tabel 4.4 menunjukkan rerata panjang panjang penyembuhan luka kelompok A (p = 0,039) memiliki perbedaan signifikan dibandingkan E dengan nilai p <0,05. Kelompok A dibandingkan dengn D memiliki perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,039 yaitu berbeda signifikan p <0,039. Berdasarkan tabel diatas, rerata panjang penyembuhan luka kelompok B, tidak berbeda signifikan secara statistik dengan D (potensi setara).

Tabel 4.5 Hasil ANOVA hari ke-tiga Sum of

Squares Df

Mean Square Sig. Between

Groups ,443 4 ,111 ,014

Within

Groups 1,071 35 ,031 Total 1,514 39

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.6 Hasil LSD hari ke-tiga Kelompok A B C D E

A NS * * (p=0,039) * (p=0,02) B * NS * (p=0,039)

C NS NS

D NS

E

Pada tabel 4.6 menunjukan panjang rerata penyembuhan luka pada kelompok A (p = 0,02) dan B (p = 0,039) berbeda signifikan dibandingkan E dengan nilai p <0,05. Penyembuhan luka kelompok A berbeda signifikan dengan D nilai (p = 0,039) dimana p <0,05. Kelompok lain yaitu B tidak berbedan signifikan dengan D (potensi setara). Kelompok A dibandingkan dengan B menunjukan tidak ada perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,777. Kelompok C berbeda sangat signifikan dengan A (p = 0,005) dan berbeda signifikan dengan B (p = 0,010) serta C tidak berbeda signifikan dengan D (p = 0,397) dan E (p = 0,571).


(19)

Tabel 4.7 Hasil ANOVA hari ke-empat Sum of

Squares Df

Mean Square Sig. Between

Groups ,433 4 ,108 ,004

Within

Groups ,811 35 ,023

Total 1,244 39

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.8 Hasil LSD hari ke-empat Kelompok A B C D E

A NS ** NS * (p=0,04)

B * NS NS

C * (p=0,013) * (p=0,04)

D NS

E

Pada tabel 4.8 panjang penyembuhan luka pada kelompok A (p = 0,04) dan C (p = 0,04) berbeda signifikan dengan E, nilai p <0,05. Rerata panjang penyembuhan luka kelompok A (p = 0,110) dibandingkan D tidak berbeda signifikan (potensi setara). Kelompok perlakuan C (p = 0,13) berbeda signifikan dengan kontrol (p <0,05). Kelompok A dibandingkan dengan C berbeda sangat signifikan (p <0,01) yaitu nilai p = 0,000. Sedangkan kelompok perlakuan A dibandingkan B hasilnya tidak signifikan, nilai p = 0,079 (p>0,05).

Tabel 4.9 Hasil ANOVA hari ke-lima Sum of

Squares df

Mean Square Sig. Between

Groups ,764 4 ,191 ,017

Within

Groups 1,908 35 ,055 Total 2,671 39

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda.

Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.10 Hasil LSD hari ke-lima Kelompok A B C D E

A NS * NS NS

B * NS NS

C * (p=0,05) * (p=0,015)

D NS

E

Pada tabel 4.10 menunjukan rerata panjang penyembuhan luka kelompok C (p = 0,15) berbeda signifikan dengan E dengan nilai p <0,05. Berdasarkan tabel diatas, rerata panjang penyembuhan luka kelompok A (p = 0,143) dan B (p = 0,525) dibandingkan dengan D tidak berbeda signifikan (potensi sama). Sedangkan kelompok C (p = 0,05) berbeda signifikan dengan D. Kelompok A (p = 0,01) dan B (p = 0,011) dibandingkan dengan C berbeda signifikan dengan nilai p <0,05. Sedangkan kelompok A dibandingkan dengan B tidak berbeda signifikan dengan nilai p = 0,397 (p>0,05).

Tabel 4.11 Hasil ANOVA hari ke-enam Sum of

Squares df

Mean Square Sig. Between

Groups ,162 4 ,040 ,429

Within

Groups 1,438 35 ,041 Total 1,599 39

Dari hasil statistik ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minimal 2 kelompok perlakuan (p>0.05). Hasil ANOVA tidak dilanjutkan dengan LSD.


(20)

Tabel 4.12 Hasil ANOVA hari ke-tujuh Sum of

Squares df

Mean Square Sig. Between

Groups ,447 4 ,112 ,024

Within

Groups 1,213 35 ,035 Total 1,659 39

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.13 Hasil LSD hari ke-tujuh Kelompok A B C D E

A NS * NS NS

B NS NS NS

C * (p=0,011) * (p=0,029)

D NS

E

Pada tabel 4.13 menunjukkan rerata panjang penyembuhan luka pada kelompok C (p = 0,029) berbeda signifikan dengan E dengan nilai p <0,05. Berdasar tabel diatas, rerata panjang penyembuhan luka kelompok C (p = 0,011) dibandingkan dengan kelompok D berbeda signifikan dengan nilai p <0,05. Kelompok A dibandingkan C berbeda signifikan dengan nilai p <0,05.

Selanjutnya pada hari ke tujuh dilakukan pengambilan jaringan serta diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin dan diperiksa secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop dengan menkategorikan penyembuhan luka berdasarkan 5 indikator utama yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Dengan hasil sebagai berikut.

Epitel

Tabel 4.14 Hasil ANOVA epitelialisasi Sum of

Squares

df Mean Square

Sig. Between

Groups

8,800 4 2,200 ,016 Within

Groups

11,200 20 ,560 Total 20,000 24

Hal ini menunjukan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.15 Hasil LSD proses epithelialisasi Kelompok A B C D E

A * * NS NS

B NS NS NS

C * (p=0,014) * (p=0,027)

D NS

E

Pada tabel 4.15 menunjukkan rerata scoring epitel penyembuhan luka pada kelompok C (p = 0,02) berbeda signifikan dengan E dengan nilai p <0,05. Berdasar tabel diatas, rerata epitel penyembuhan luka kelompok C (p = 0,014) dibandingkan dengan kelompok D berbeda signifikan dengan nilai p <0,05. Kelompok A dibandingkan C berbeda signifikan dengan nilai p <0,05.

PMN

Tabel 4.16 Hasil ANOVA jumlah PMN Sum of

Squares

df Mean Square

Sig. Between

Groups

2,976 4 ,744 ,018 Within

Groups

4,010 20 ,201


(21)

Hal ini menunjukan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD.

Tabel 4.17 Hasil LSD PMN Kelompok A B C D E

A NS * NS NS

B NS NS NS

C * (p=0,011) * (p=0,037)

D NS

E

Pada tabel 4.17 menunjukan, PMN penyembuhan luka kelompok C (p = 0,037) berbeda signifikan dengan E, nilai p <0,05. Berdasarkan tabel, kelompok A dan B tidak berbeda signifikan dengan E. Sedangkan C (p = 0,011) dibandingkan dengan D berbeda signifikan dimana p <0,05. Kelompok A dan B tidak berbeda signifikan dengan D. Kelompok C dibandingkan dengan kelompok A (p = 0,037) berbeda signifikan.

Fibroblas

Tabel 4.18 Hasil ANOVA jumlah fibroblas Sum of

Squares Df Mean

Square F Sig. Between

Groups 2,960 4 ,740 2,313 ,093 Within

Groups 6,400 20 ,320 Total 9,360 24

Dari hasil statistik ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minimal 2 kelompok perlakuan (p>0.05).

Angiogenesis

Tabel 4.19 Hasil ANOVA jumlah angiogenesis

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. Between

Groups ,240 4 ,060 ,750 ,570 Within

Groups 1,600 20 ,080 Total 1,840 24

Dari hasil statistik ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minimal 2 kelompok perlakuan (p>0.05).

Kolagen

Tabel 4.20 Hasil ANOVA jumlah kolagen Sum of

Squares Df Mean

Square F Sig. Between

Groups 1,360 4 ,340 1,417 ,265 Within

Groups 4,800 20 ,240 Total 6,160 24

Dari hasil statistik ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minimal 2 kelompok perlakuan (p>0.05).

PEMBAHASAN

Pada proses penyembuhan luka pada hari pertama, kelompok A dan B bekerja secara efektif dibandingkan C. Selanjutnya pada hari kedua dan hari ketiga efektivitas kelompok A meningkat, ditandai dengan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok D dan E. Sebaliknya pada hari kedua efektivitas kelompok B menurun dibandingkan hari pertama, tetapi pada hari ketiga efektivitas sebanding dengan hari pertama. Pada hari ke-empat, efektivitas kelompok C meningkat, dibandingkan dengan kelompok A dan B


(22)

ditandai dengan perbedaan signifikan pada kelompok D dan kelompok negatif, sedangkan pada kelompok A adanya penurunan efektivitas ditandai dengan adanya perbedaan signifikan hanya pada kelompok E. Pada hari ke-lima efektivitas kelompok A menurun, sedangkan kelompok C memiliki efektivitas yang menetap, ditandai dengan perbedaan signifikan terhadap kelompok D san kelompok negatif. Pada hari ke-tujuh kelompok C memiliki panjang luka terkecil, dengan efektivitas yang sama dengan hari ke-enam. Sedangkan panjang luka terkecil kedua yaitu kelompok B, lalu diikuti oleh kelompok A.

Pada pemeriksaan mikroskopis dengan indikator epitel didapatkan kelompok C memiliki efektivitas tinggi untuk mempercepat reepithelialisasi dibandingkan dengan kelompok lain. Selain itu kelompok C memiliki efektivitas dalam penurunan jumlah PMN pada hari ke-tujuh.

Efektivitas minyak zaitun terhadap inflamasi dan proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh komposisi fenolik mayor di dalamnya yaitu hydroxytyrosol, tyrosol, dan oleuropein. Dimana hydroxytyrosol dan oleuropein merupakan komposisi fenolik utama yang mempengaruhi kapasitas dari antioksidan dan hydroxytyrosol asetat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan oleuropein dan oleuropein aglycone. Antioksidatif dan aktivitas free-radical scavenging berhubungan dengan struktur kimia dari kelompok hidroksi fenol. Hidrofilik fenol mencegah reaksi propagansi saat proses oksidatif dengan mekanisme memberikan atom hidrogen dari kelompok fenol hidroksil ke radikal bebas9.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang tercantum dalam Jurnal Internasional Molecule Science yaitu pada 14 subjek sehat, diberi perlakuan minyak zaitun dengan konsentrasi tinggi fenolik dan

konsentrasi fenolik rendah selama 4 minggu, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kapasitas antioksidan plasma dan LDL oksidasi, memiliki hasil adanya kenaikan kapasitas plasma antioksidan tetapi tidak ada perubahan pada LDL teroksidasi10.

Fenolik memiliki efek antimikrobial dan anti-inflamasi. Beberapa fenolik memiliki efek antimikrobial dan menghambat pertumbuhan dari beberapa spesies bakteri, fungi dan virus. Oleuropein salah satu fenol efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif patogen manusia. Selanjutnya ditemukan oleuropein dan derivatnya mampu mecegah perkembangan dari enterotoxin B dari Staphylococcus aureus, Salmonella species dan spora dari Bacillus cereus. Kontaminasi dari mikroorganisme menghambat penyembuhan luka jaringan. Selain oleuropein, p-hydoxy benzoic, vanillic dan p-coumaric acid (0.4 mg/mL) efisien terhadap Escherichia coli, Klebisella pneumoniae, dan Bacillus cereus9.

Mekanisme lain yang berperan mempercepat proses penyembuhan luka yaitu extravirgin olive oil menghambat proses inflamasi dengan menghambat platelet activating factor, mediator lipid berperan tidak hanya untuk proses pembekuan darah tetapi juga untuk aktivasi dari sel imun dan menempel pada dinding endotel11. Sehingga pada hasil

penelitian diatas didapatkan efektivitas extravirgin olive oil pada penyembuhan luka terjadi peningkatan mulai pada hari pertama hingga hari ke-empat dengan efektivitas paling baik pada hari ke-dua dan hari ke-tiga.

Komposisi mayor yaitu asam oleat berperan bila adanya reaksi dengan spesies oksigen reaktif. Walaupun mekanisme ini belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian memberikan hasil oleat derivat nitrogen dan asam linolenic menginhibisi leukosit dan aktivasi dari trombosit,


(23)

proliferasi otot pembuluh darah, sekresi sitokin LPS-mediated11.

Suatu penelitian mengenai perbandingan minyak zaitun tinggi fenolik dan minyak zaitun rendah fenolik, memberikan hasil adanya penurunan Interleukin-6 (IL-6) dan C-reactive protein (CRP). Penelitian in vitro menunjukan kapasitas efek anti-inflamasi dengan mekanisme menurunkan pelepasan asam arakhidonat. Sedangkan oleocanthal menghambat aktivitas cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-2) dengan mekanisme yang sama dengan obat anti-inflamasi yaitu ibuprofen. Penghambatan enzim COX menyebabkan penurunan arakhidonat, eicosanoids, prostaglandin, dan tromboxane pada inflamasi. Arakhidonat pada inflamasi menghasilkan derivat Leukotriene B4 (LTB4) memiliki efek chemotactic neutrofil menuju sel dan menyebabkan kerusakan jaringan10.

SIMPULAN

Minyak zaitun (Olea europa) mempercepat penyembuhan luka insisi mencit jantan galur Swiss Webster

DAFTAR PUSTAKA

1. Driscoll, P. (2003). Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology. Dipetik December 6, 2014, dari mediligence.com:

www.mediligence.com/rpt/rpt-s249.htm

2. Dunn, D. L., & Phillips, J. (2005). Wound Closure Manual. Wound Closure Manual , 7-13.

3. Leong, M., & Phillips, L. G. (2012). Wound Healing. Dalam R. D. Courtney M. Townsend, Sabiston Textbook of Surgery : The Biological Basis of

Modern Surgical Practice (hal. 151-164). Philadelphia: Elsevier Saunders. 4. Drosou, A., Falabella, A., & kirsner, R. S.

(2003, May 15). Antiseptics on wounds: An Area of Controversy. Dipetik November 22, 2014, dari Medscape Multispeciality:

http://www.medscape.com/viewarticle/ 456300_2

5. Quiles, J. L., Ramires-Totosa, M. C., & Yaqoob, P. (2006). Olive Oil and

Health. Wallingford, UK: CAB

International.

6. Puente, J. (2012). Olive Oil Reference Book. Manhattan: Perkin Elmer. 7. Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E.,

Oguzturk, H., Erbatur, S., & Colak, C. (2010, Agustus). Effects of Montelukast on Burn Wound Healing in a Rat Model. Clin Invest Med , E413-E421. 8. Nisbet, H. O., Nisbet, C., Yarim, M.,

Guler, A., & Ozak, A. (2010). Effects of Three Types of Honey on Cutaneous Wound Healing. Wounds , 22 (11), 275-283.

9. Ocakoǧlu, D. (2008). Classification of Turkish Virgin Olive Oils Based on Their Phenolic Profiles. Izmir, Turkey: The Scientific and Technical Research Council of Turkey.

10. Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R. (2010, February 2). Biological Activities of Phenolic Compounds Present in Virgin Olive Oil. International Journal of Molecular Science , 458-479.

11. Farooqui, A. (2012). Phytochemical , Signal Transduction & Neurological


(24)

Disorder. New York, United States of America: Springer Science & Business Media.


(25)

77 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah, I., Prasetyo, T. O., & Pusponegoro, A. D. (2003). Luka. Dalam W. d. R. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah (hal. 66-88). Jakarta: EGC.

Bendini, A., Cerretani, L., Carasco-Pancorbo, A., Gomez-Caravaca, A. M., Segura-Carretero, A., Fernandez-Gutierrez, A., et al. (2007). Phenolic molecules in Virgin Olive Oils : a Survey of Their Sensory Properties, Health Effects, Antioxidant Activity and Analytical Methods. An Overview of the Last Decade. Molecules , 1679-1719.

Bishop, M. L., Fody, E. P., & Schoeff, L. E. (2010). Clinical Chemistry.

Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Brunicardi, F. C. (2010). Schwartzs's Principles of Surgery (9th Edition ed.). The McGraw-Hill Companies, Inc.

Burt, A. D., & Fleming, S. (2008). Cell Injury, Inflammation and Repair. Dalam

Muir's Textbook of Pathology (hal. 47-76). London: Edward Arnold.

Campbell, J. (2009). Campbell's Physiology Notes. Cumbria, United Kingdom: Lorimer Publication.

Chard, R. (2008). Wound classifications. Clinical Issue , 108-109.

Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R. (2010, February 2). Biological Activities of Phenolic Compounds Present in Virgin Olive Oil. International Journal of Molecular Science , 458-479.

Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R. (2012, February 01). Oleocanthal : A Naturally Occuring Anti-Inflammatory Agent in Virgin Olive Oil. (B. Dimitrios, Penyunt.) Dipetik January 14, 2014, dari Agricultural and Biological Sciences Australia: www.intechopen.com

David, L. D. (2005). Wound Closure Manual. SOMERVILLE, New Jersey: Ethicon Inc.

Dimitrios Trichopoulos, A. T. (2009). Traditional Mediterranean. Dalam D. Boskou, Olive Oil Minor Constituents and Health (hal. 7-10). Northwestern, United States of America: CRC Press.


(26)

78 Universitas Kristen Maranatha

Drosou, A., Falabella, A., & kirsner, R. S. (2003, May 15). Antiseptics on wounds: An Area of Controversy. Dipetik November 22, 2014, dari

Medscape Multispeciality:

http://www.medscape.com/viewarticle/456300_2

Farooqui, A. (2012). Phytochemical , Signal Transduction & Neurological Disorder. New York, United States of America: Springer Science & Business Media.

Gary, S., David, L., & Queen, D. (2011). Iodine Made Easy. Dipetik November

22, 2014, dari www.woundsinternational.com:

http://www.woundsinternational.com/pdf/content_9860.pdf

José L. Quiles, M. C.-T. (2006). Olive Oil and Health. London, United Kingdom: CAB International.

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Aster, J. C. (2010). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. California: Elsevier Inc.

Leong, M., & Phillips, L. G. (2012). Wound Healing. Dalam R. D. Courtney M. Townsend, Sabiston Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice (hal. 151-164). Philadelphia: Elsevier Saunders.

Lo, R., Orillaza, M., Madrid, M., Fontilla-Santiago, F. K., & Aguilar, P. (2015).

Basic Histopathologic Technique. Quezon: C & E.

Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology. Indiana: The McGraw-Hill Companies.

Nisbet, H. O., Nisbet, C., Yarim, M., Guler, A., & Ozak, A. (2010). Effects of Three Types of Honey on Cutaneous Wound Healing. Wounds , 22 (11), 275-283.

Ocakoǧlu, D. (2008). Classification of Turkish Virgin Olive Oils Based on Their Phenolic Profiles. Izmir, Turkey: The Scientific and Technical Research Council of Turkey.


(27)

79 Universitas Kristen Maranatha

Ramzi S. Contran, S. L. (2007). Buku Ajar Patologi (7nd Edition ed.). Jakarta, Indonesia: Elsevier Inc.

Sherwood, L. (2007). Human Pyssiology: From Cells to Systems (7th Edition ed.). California, United States of AMerica: Yolanda Cossio.

Sussman, C., & Bates-Jensen, B. M. (1998). Wound Care : A Collaborative Practice Manual for Physical Therapists and Nurses. Maryland: An Aspen Publication.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of anatomy and Physiology.

Massachusetts: John Wiley & Sons, Inc.

Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbatur, S., & Colak, C. (2010, Agustus). Effects of Montelukast on Burn Wound Healing in a Rat Model. Clin Invest Med , E413-E421.

United States Department of Agriculture. (2010, October 25). United State Standards for Grades of Olive Oil & Olive-Pomace Oil. Dipetik January 14, 2014, dari United States Department of Agriculture.

Wasitaatmadja, S. M. (2007). Anatomi Kulit. Dalam A. Djuanda, M. Hamzah, & S. Aisah, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (hal. 3-8). Jakarta: Fakultas Kedokterakn Universitas Indonesia.


(1)

ditandai dengan perbedaan signifikan pada kelompok D dan kelompok negatif, sedangkan pada kelompok A adanya penurunan efektivitas ditandai dengan adanya perbedaan signifikan hanya pada kelompok E. Pada hari ke-lima efektivitas kelompok A menurun, sedangkan kelompok C memiliki efektivitas yang menetap, ditandai dengan perbedaan signifikan terhadap kelompok D san kelompok negatif. Pada hari ke-tujuh kelompok C memiliki panjang luka terkecil, dengan efektivitas yang sama dengan hari ke-enam. Sedangkan panjang luka terkecil kedua yaitu kelompok B, lalu diikuti oleh kelompok A.

Pada pemeriksaan mikroskopis dengan indikator epitel didapatkan kelompok C memiliki efektivitas tinggi untuk mempercepat reepithelialisasi dibandingkan dengan kelompok lain. Selain itu kelompok C memiliki efektivitas dalam penurunan jumlah PMN pada hari ke-tujuh.

Efektivitas minyak zaitun terhadap inflamasi dan proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh komposisi fenolik mayor di dalamnya yaitu hydroxytyrosol, tyrosol, dan oleuropein. Dimana hydroxytyrosol

dan oleuropein merupakan komposisi fenolik utama yang mempengaruhi kapasitas dari antioksidan dan

hydroxytyrosol asetat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan oleuropein dan oleuropein aglycone. Antioksidatif dan aktivitas free-radical scavenging

berhubungan dengan struktur kimia dari kelompok hidroksi fenol. Hidrofilik fenol mencegah reaksi propagansi saat proses oksidatif dengan mekanisme memberikan atom hidrogen dari kelompok fenol hidroksil ke radikal bebas9.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang tercantum dalam Jurnal Internasional Molecule Science yaitu pada 14 subjek sehat, diberi perlakuan minyak zaitun

dengan konsentrasi tinggi fenolik dan

konsentrasi fenolik rendah selama 4 minggu, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kapasitas antioksidan plasma dan LDL oksidasi, memiliki hasil adanya kenaikan kapasitas plasma antioksidan tetapi tidak ada perubahan pada LDL teroksidasi10.

Fenolik memiliki efek antimikrobial dan anti-inflamasi. Beberapa fenolik memiliki efek antimikrobial dan menghambat pertumbuhan dari beberapa spesies bakteri, fungi dan virus. Oleuropein salah satu fenol efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif patogen manusia. Selanjutnya ditemukan oleuropein dan derivatnya mampu mecegah perkembangan dari enterotoxin B

dari Staphylococcus aureus, Salmonella species dan spora dari Bacillus cereus. Kontaminasi dari mikroorganisme menghambat penyembuhan luka jaringan. Selain oleuropein, p-hydoxy benzoic, vanillic dan p-coumaric acid (0.4 mg/mL) efisien terhadap Escherichia coli,

Klebisella pneumoniae, dan Bacillus cereus9.

Mekanisme lain yang berperan mempercepat proses penyembuhan luka yaitu extravirgin olive oil menghambat proses inflamasi dengan menghambat

platelet activating factor, mediator lipid berperan tidak hanya untuk proses pembekuan darah tetapi juga untuk aktivasi dari sel imun dan menempel pada dinding endotel11. Sehingga pada hasil

penelitian diatas didapatkan efektivitas

extravirgin olive oil pada penyembuhan luka terjadi peningkatan mulai pada hari pertama hingga hari ke-empat dengan efektivitas paling baik pada hari ke-dua dan hari ke-tiga.

Komposisi mayor yaitu asam oleat berperan bila adanya reaksi dengan spesies oksigen reaktif. Walaupun mekanisme ini belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian memberikan hasil oleat derivat nitrogen dan asam linolenic menginhibisi leukosit dan aktivasi dari trombosit,


(2)

proliferasi otot pembuluh darah, sekresi sitokin LPS-mediated11.

Suatu penelitian mengenai perbandingan minyak zaitun tinggi fenolik dan minyak zaitun rendah fenolik, memberikan hasil adanya penurunan Interleukin-6 (IL-6) dan C-reactive protein

(CRP). Penelitian in vitro menunjukan kapasitas efek anti-inflamasi dengan mekanisme menurunkan pelepasan asam arakhidonat. Sedangkan oleocanthal menghambat aktivitas cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-2) dengan mekanisme yang sama dengan obat anti-inflamasi yaitu ibuprofen. Penghambatan enzim COX menyebabkan penurunan arakhidonat, eicosanoids, prostaglandin, dan tromboxane pada inflamasi. Arakhidonat pada inflamasi menghasilkan derivat Leukotriene B4 (LTB4) memiliki efek chemotactic

neutrofil menuju sel dan menyebabkan kerusakan jaringan10.

SIMPULAN

Minyak zaitun (Olea europa) mempercepat penyembuhan luka insisi mencit jantan galur Swiss Webster

DAFTAR PUSTAKA

1. Driscoll, P. (2003). Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology. Dipetik December 6, 2014, dari mediligence.com:

www.mediligence.com/rpt/rpt-s249.htm

2. Dunn, D. L., & Phillips, J. (2005). Wound Closure Manual. Wound Closure Manual , 7-13.

3. Leong, M., & Phillips, L. G. (2012). Wound Healing. Dalam R. D. Courtney M. Townsend, Sabiston Textbook of Surgery : The Biological Basis of

Modern Surgical Practice (hal. 151-164). Philadelphia: Elsevier Saunders. 4. Drosou, A., Falabella, A., & kirsner, R. S.

(2003, May 15). Antiseptics on wounds: An Area of Controversy. Dipetik November 22, 2014, dari Medscape Multispeciality:

http://www.medscape.com/viewarticle/ 456300_2

5. Quiles, J. L., Ramires-Totosa, M. C., & Yaqoob, P. (2006). Olive Oil and Health. Wallingford, UK: CAB International.

6. Puente, J. (2012). Olive Oil Reference Book. Manhattan: Perkin Elmer. 7. Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E.,

Oguzturk, H., Erbatur, S., & Colak, C. (2010, Agustus). Effects of Montelukast on Burn Wound Healing in a Rat Model. Clin Invest Med , E413-E421. 8. Nisbet, H. O., Nisbet, C., Yarim, M.,

Guler, A., & Ozak, A. (2010). Effects of Three Types of Honey on Cutaneous Wound Healing. Wounds , 22 (11), 275-283.

9. Ocakoǧlu, D. (2008). Classification of Turkish Virgin Olive Oils Based on Their Phenolic Profiles. Izmir, Turkey: The Scientific and Technical Research Council of Turkey.

10. Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R. (2010, February 2). Biological Activities of Phenolic Compounds Present in Virgin Olive Oil. International Journal of Molecular Science , 458-479.

11. Farooqui, A. (2012). Phytochemical , Signal Transduction & Neurological


(3)

Disorder. New York, United States of America: Springer Science & Business Media.


(4)

77

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah, I., Prasetyo, T. O., & Pusponegoro, A. D. (2003). Luka. Dalam W. d.

R. Sjamsuhidajat,

Buku Ajar Ilmu Bedah

(hal. 66-88). Jakarta: EGC.

Bendini, A., Cerretani, L., Carasco-Pancorbo, A., Gomez-Caravaca, A. M.,

Segura-Carretero, A., Fernandez-Gutierrez, A., et al. (2007). Phenolic

molecules in Virgin Olive Oils : a Survey of Their Sensory Properties,

Health Effects, Antioxidant Activity and Analytical Methods. An

Overview of the Last Decade.

Molecules

, 1679-1719.

Bishop, M. L., Fody, E. P., & Schoeff, L. E. (2010).

Clinical Chemistry.

Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Brunicardi, F. C. (2010).

Schwartzs's Principles of Surgery

(9th Edition ed.). The

McGraw-Hill Companies, Inc.

Burt, A. D., & Fleming, S. (2008). Cell Injury, Inflammation and Repair. Dalam

Muir's Textbook of Pathology

(hal. 47-76). London: Edward Arnold.

Campbell, J. (2009).

Campbell's Physiology Notes.

Cumbria, United Kingdom:

Lorimer Publication.

Chard, R. (2008). Wound classifications.

Clinical Issue

, 108-109.

Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R. (2010, February 2). Biological Activities of

Phenolic Compounds Present in Virgin Olive Oil.

International Journal of

Molecular Science

, 458-479.

Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R. (2012, February 01).

Oleocanthal : A

Naturally Occuring Anti-Inflammatory Agent in Virgin Olive Oil.

(B.

Dimitrios, Penyunt.) Dipetik January 14, 2014, dari Agricultural and

Biological Sciences Australia: www.intechopen.com

David, L. D. (2005).

Wound Closure Manual.

SOMERVILLE, New Jersey:

Ethicon Inc.

Dimitrios Trichopoulos, A. T. (2009). Traditional Mediterranean. Dalam D.

Boskou,

Olive Oil Minor Constituents and Health

(hal. 7-10).

Northwestern, United States of America: CRC Press.


(5)

78

Universitas Kristen Maranatha

Drosou, A., Falabella, A., & kirsner, R. S. (2003, May 15).

Antiseptics on

wounds: An Area of Controversy

. Dipetik November 22, 2014, dari

Medscape

Multispeciality:

http://www.medscape.com/viewarticle/456300_2

Farooqui, A. (2012).

Phytochemical , Signal Transduction & Neurological

Disorder.

New York, United States of America: Springer Science &

Business Media.

Gary, S., David, L., & Queen, D. (2011).

Iodine Made Easy.

Dipetik November

22,

2014,

dari

www.woundsinternational.com:

http://www.woundsinternational.com/pdf/content_9860.pdf

José L. Quiles, M. C.-T. (2006).

Olive Oil and Health.

London, United Kingdom:

CAB International.

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Aster, J. C. (2010).

Robbins and Cotran

Pathologic Basis of Disease.

California: Elsevier Inc.

Leong, M., & Phillips, L. G. (2012). Wound Healing. Dalam R. D. Courtney M.

Townsend,

Sabiston Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern

Surgical Practice

(hal. 151-164). Philadelphia: Elsevier Saunders.

Lo, R., Orillaza, M., Madrid, M., Fontilla-Santiago, F. K., & Aguilar, P. (2015).

Basic Histopathologic Technique.

Quezon: C & E.

Mescher, A. L. (2010).

Junqueira's Basic Histology.

Indiana: The McGraw-Hill

Companies.

Nisbet, H. O., Nisbet, C., Yarim, M., Guler, A., & Ozak, A. (2010). Effects of

Three Types of Honey on Cutaneous Wound Healing.

Wounds

, 22

(11),

275-283.

Ocakoǧlu, D. (2008).

Classification of Turkish Virgin Olive Oils Based on Their

Phenolic Profiles.

Izmir, Turkey: The Scientific and Technical Research

Council of Turkey.


(6)

79

Universitas Kristen Maranatha

Ramzi S. Contran, S. L. (2007).

Buku Ajar Patologi

(7nd Edition ed.). Jakarta,

Indonesia: Elsevier Inc.

Sherwood, L. (2007).

Human Pyssiology: From Cells to Systems

(7th Edition ed.).

California, United States of AMerica: Yolanda Cossio.

Sussman, C., & Bates-Jensen, B. M. (1998).

Wound Care : A Collaborative

Practice Manual for Physical Therapists and Nurses.

Maryland: An Aspen

Publication.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009).

Principles of anatomy and Physiology.

Massachusetts: John Wiley & Sons, Inc.

Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbatur, S., & Colak, C.

(2010, Agustus). Effects of Montelukast on Burn Wound Healing in a Rat

Model.

Clin Invest Med

, E413-E421.

United States Department of Agriculture. (2010, October 25).

United State

Standards for Grades of Olive Oil & Olive-Pomace Oil.

Dipetik January

14, 2014, dari United States Department of Agriculture.

Wasitaatmadja, S. M. (2007). Anatomi Kulit. Dalam A. Djuanda, M. Hamzah, &

S. Aisah,

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

(hal. 3-8). Jakarta: Fakultas

Kedokterakn Universitas Indonesia.