Aktivitas Penyembuhan Luka Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Terhadap Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan Dewasa.

(1)

ABSTRAK

AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT

(Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA

MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA

Derrick, 1110205

Pembimbing: Dr. dr. Iwan Budiman, MS, MM, M.Kes, AIF

Latar Belakang Kulit merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh bawaan

(Innate Immunity) yang berhubungan paling banyak dengan lingkungan luar. Kulit merupakan organ yang mudah sekali mengalami jejas. Secara turun temurun, masyarakat menggunakan herbal dalam penyembuhan luka. Terdapat berbagai macam herbal yang kandungannya dapat membantu penyembuhan luka, salah satunya adalah kunyit.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui apakah kunyit mempercepat penyembuhan luka.

Metode Penelitian Penelitian ini bersifat true experimental, menggunakan 30

ekor mencit Swiss-Webster jantan dewasa. Penutupan luka diukur secara makroskopis dari hari ke hari dan secara mikroskopis pada hari ke 7. Secara mikroskopis dinilai derajat reepitelialisasi, neutrofil subepitelial, densitas fibroblas, densitas kolagen, angiogenesis dan edema. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t berpasangan, Anova dengan uji

post-hoc Dunnet 2-side dan uji Wilcoxon signed-rank dengan α= 5%.

Hasil Rerata panjang luka secara makroskopis dari luka yang diberikan kunyit

sebesar 1.1210 cm lebih kecil dibanding luka yang diberi NaCl 0.9% sebesar 1.3300 cm (p<0.01). Hasil sangat signifikan telah dapat dilihat dari hari ke-1 setelah pemberian kunyit pada luka (p<0.01). Peningkatan reepitelisasi dari kunyit yang berbeda secara sangat bermakna dibanding NaCl 0.9% (p<0.01). Penurunan nilai neutrofil subepitelial dari luka yang diberikan kunyit dibanding yang diberikan NaCl 0.9% (p<0.05). Edema jaringan pada pemberian kunyit lebih kecil secara bermakna dibanding pemberian NaCl 0.9% (p<0.05). Densitas kolagen luka yang diberikan kunyit lebih tinggi secara sangat bermakna dibanding NaCl 0.9% (p<0.01). Densitas fibroblas pada pemberian kunyit tidak berbeda dibandingkan dengan NaCl 0.9% (p>0.05). Angiogenesis dari luka yang diberikan kunyit tidak berbeda dibandingkan dengan pemberian NaCl 0.9% (p>0.05).

Simpulan Kunyit mempercepat penyembuhan luka.


(2)

ABSTRACT

TURMERIC (Curcuma longa Linn.) WOUND HEALING

ACTIVITY TOWARDS INCISION ON WOUND MODEL OF

ADULT Swiss-Webster MALE MICE

Derrick, 1110205

Preceptor: Dr. dr. Iwan Budiman, MM, MS, M.Kes, AIF

Background The skin is a kind of innate defenses (Innate Immunity) associated

most widely with the outside environment. The skin is an organ that experience injury easily. People use herbs in enhancing wound healing. There are various kinds of herbs that have active substances that can help wound healing, For example, turmeric.

Purpose This research was conducted to determine whether turmeric

accelerates wound healing.

Methods This study was a true experimental study, using 30 Swiss-Webster

adult male mice. Wound healing activity was measured macroscopically from day to day and microscopically on the 7th day. Microscopically assessed including degree of re-epithelialization, sub epithelial neutrophils, fibroblast density, collagen density, angiogenesis and edema. This study analyzed data with paired t test, Anova test with post-hoc 2-sided Dunnet, and Wilcoxon signed-rank test holding the value of α = 5%.

Result The mean length of macroscopic wound given turmeric at 1.1210 cm is

smaller than wound given saline at 1.3300 cm (p<0.01). Highly Significant changes are noted on the first day after turmeric administration on the wound. Increased re-epithelialization of turmeric compared to saline (p<0.01). Decrement in the sub epithelial neutrophil density of wound given turmeric than saline given wound (p<0.05). Tissue edema with the administration of turmeric is lighter than the saline administered wound (p<0.05). The collagen density of turmeric given wound is higher than wound treated with saline (p<0.01). The density of fibroblasts on turmeric administered wound did not differ from the density of fibroblasts on saline administered wound (p>0.05). Angiogenesis of wound given turmeric did not differ from saline administered wound (p> 0.05).

Conclusion Turmeric accelerates wound healing.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian………... ... 2

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kunyit ... 5

2.1.1Asal Usul dan Penyebaran ... 5

2.1.2 Taksonomi Kunyit ... 5

2.1.3 Nama Lain Kunyit ... 6

2.1.4 Morfologi Kunyit ... 6

2.1.5 Ekologi Kunyit ... 7

2.1.6 Bagian Tumbuhan yang digunakan ... 7

2.1.7 Kandungan Kunyit ... 7


(4)

2.2 Curcuminoid ... 8

2.2.1 Sifat Kimia dan Fisika ... 8

2.2.2 Biosintesis curcumin ... 10

2.2.3 Efek Biologis Kunyit terhadap Penyembuhan Luka ... 11

2.3 Kulit... 13

2.3.1 Epidermis ... 15

2.3.2 Dermis ... 16

2.4 Luka... 18

2.5 Penyembuhan luka ... 19

2.5.1 Fase-fase Penyembuhan Luka ... 19

2.5.1.1 Fase Hemostasis dan Infamasi ... 20

2.5.1.1.1 Metabolisme Asam Arakidonat... 24

2.5.1.1.2 Nuclear Factor-KappaB (NF-κB) ... 26

2.5.1.2 Fase Proliferasi ... 29

2.5.1.3 Fase Maturasi dan Remodelling ... 30

2.5.2 Sintesis Kolagen ... 31

2.5.3 Epitelialisasi ... 33

2.5.4 Peranan Growth Factor pada Penyembuhan Luka yang Normal ... 34

2.5.5 Penyembuhan Primer dan Penyembuhan Sekunder ... 36

2.5.6 Pembentukan Jaringan Granulasi ... 37

2.6 Transforming Growth Factor-Beta (TGF-β) ... 38

2.6.1 Nama Lain ... 38

2.6.2 Sumber TGF-β ... 38

2.6.3 Reseptor TGF-β ... 38

2.6.4 Struktur Gen TGF-β ... 39

2.6.5 Fungsi Transforming Growth Factor-Beta1 (TGF-β1) ... 40

2.7 Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) System dan Reactive Oxygen Species (ROS) ... 40

2.8 NADPH dan Kaitannya dengan Reactive Oxygen Species (ROS) ... 43


(5)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Alat, Bahan dan Subjek Penelitian ... 47

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 47

3.1.2 Subjek Penelitian ... 48

3.1.3 Ukuran Sampel ... 48

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

3.3 Metode Penelitian... 49

3.3.1 Desain Penelitian ... 49

3.3.2 Data yang diukur ... 49

3.3.3 Variabel Penelitian ... 49

3.4 Kriteria Hewan Coba... 52

3.5 Cara Pemeriksaan ... 52

3.6 Analisis Data ... 59

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 60

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian... 60

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 71


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Aktivitas Makrofag selama Penyembuhan Luka ... 23

Tabel 2.2 Daftar Gen-gen yang Ekspresinya Diatur oleh NF-κB ... 28

Tabel 2.3 Faktor-faktor Penyembuhan, Sumber dan Fungsinya ... 34

Tabel 4.1 Rata-rata Panjang Luka secara Makroskopis selama 7 Hari ... 60

Tabel 4.2 Anova Perbandingan Rata-rata Panjang Luka yang Diberi Kunyit dari Hari ke Hari secara Makroskopis ... 60

Tabel 4.3 Perbandingan Rata-rata Panjang Luka yang Diberi Kunyit dari Hari ke Hari dengan Hari ke-0 secara Makroskopis ... 61

Tabel 4.4 Penilainan Mikroskopis Luka pada Hari ke-7... 61

Tabel L2.1 Data Pengukuran Panjang Luka Dari Hari ke Hari pada Kelompok yang Diberi NaCl 0.9% ... 72

Tabel L2.2 Tabel L2.2 Data Pengukuran Panjang Luka Dari Hari ke Hari pada Kelompok yang Diberi Kunyit ... 73

Tabel L3.1 Statistik Rata-rata Panjang Luka selama 7 Hari ... 74

Tabel L3.2 Hasil Uji t Rata-rata Panjang Luka selama 7 Hari... 74

Tabel L4.1 Anova Perbandingan Rata-rata Panjang Luka yang Diberi Kunyit dari Hari ke Hari secara Makroskopis ... 75

Tabel L4.2 Perbandingan Rata-rata Panjang Luka yang Diberi Kunyit dari Hari ke Hari dengan Hari ke-0 secara Makroskopis ... 75

Tabel L5.1 Data Penilaian Luka Secara Mikroskopis pada Hari ke-7 ... 76

Tabel L6.1 Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank pada Penilaian Re-epitelialisasi secara Mikroskopik pada Hari ke-7 ... 77

Tabel L6.2 Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank pada Penilaian Densitas Neutrofil Sub-epitelial secara Mikroskopik pada Hari ke-7 ... 77

Tabel L6.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank pada Penilaian Edema secara Mikroskopik pada Hari ke-7 ... 77

Tabel L6.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank pada Penilaian Densitas Kolagen secara Mikroskopik pada Hari ke-7 ... 78


(7)

Tabel L6.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank pada Penilaian Densitas Fibroblas secara Mikroskopik pada Hari ke-7 ... 78 Tabel L6.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank pada Penilaian Derajat Angiogenesis


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 4

Gambar 2.1 Tumbuhan Kunyit ... 5

Gambar 2.2 Rimpang Kunyit ... 7

Gambar 2.3Analog Alami dari Curcumin dan Metabolit Curcumin... 9

Gambar 2.4 Biosintesis Curcumin ... 11

Gambar 2.5 Kulit dan Hypodermis ... 13

Gambar 2.6 Epidermis ... 15

Gambar 2.7 Epidermis dan Dermis ... 17

Gambar 2.8 Fase-fase Penyembuhan Luka ... 19

Gambar 2.9 Sel-sel Predominan pada Fase Tertentu Penyembuhan Luka ... 20

Gambar 2.10 Proses Biokimiawi dan Mekanis pada Fase Tertentu Penyembuhan Luka ... 20

Gambar 2.11 Fase Hemostasis dan Inflamasi ... 21

Gambar 2.12 Fase Inflamatorik Akhir Ditandai dengan Invasi Neutrofil dan Limfosit ... 21

Gambar 2.13 Fase Proliferatif, Disertai Angiogenesis dan Sintesis Kolagen .. 21

Gambar 2.14 Fungsi Makrofag ... 23

Gambar 2.15 Produksi dari Metabolit Asam Arakidonat dan Perannya terhadap Inflamasi ... 25

Gambar 2.16 Regulasi dan Proteolisis NF-κB ... 27

Gambar 2.17 Fungsi Utama dari NF-κB ... 28

Gambar 2.18 Pembentukan Kapiler Baru ... 30

Gambar 2.19 Sintesis Kolagen ... 32

Gambar 2.20 Proses Re-epitelialisasi ... 34

Gambar 2.21 Penyebuhan Luka Primer dan Sekunder ... 36

Gambar 2.22 A Jaringan Granulasi ... 38

Gambar 2.22 B Jaringan Parut Matur ... 38

Gambar 2.23 Reseptor TGF-β ... 39


(9)

Gambar 2.25 Fagositosis ... 40

Gambar 2.26 Inducible Nitric Oxide Synthase ... 42

Gambar 2.27 Pembentukan, Degradasi dan Efek Patologis ROS ... 42

Gambar 2.28A Pembentukan Radikal Bebas dari Oksigen ... 43

Gambar 2.28B Kerja dari Enzim Antioksidan ... 43

Gambar 2.29A Struktur GSH ... 45

Gambar 2.29B Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida oleh NADPH yang Dimediasi oleh Glutathione ... 45

Gambar 3.1 Mencukur Punggung Mencit ... 53

Gambar 3.2 Membuat Luka Insisi pada Punggung Mencit... 53

Gambar 3.3 Luka pada Punggung Mencit yang Telah Diberi Kunyit ... 54

Gambar 3.4 Mengambil Jaringan Kulit ... 54

Gambar 3.5 Menempelkan Pita Paraffin pada Kaca Objek ... 56

Gambar 3.6 Mengeringkan Pita Paraffin pada Kaca Objek ... 56

Gambar 3.7 Mencelupkan Kaca Objek dalam Larutan Eosin ... 57

Gambar 3.8 Menutup Kaca Objek dengan Cover Glass ... 58


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I Gambar Hasil Penelitian ... 71 Lampiran II Data Pengukuran Panjang Luka Hari ke Hari ... 72 Lampiran III Hasil Uji t Untuk Rata-Rata Panjang Luka Secara Makroskopis

Selama 7 Hari ... 74 Lampiran IV Hasil Uji Anova Perbandingan Rata-rata Panjang Luka Dari Hari ke Hari ... 75 Lampiran V Data Penilaian Mikroskopis Luka pada Hari ke-7 ... 76 Lampiran VI Hasil Uji t Untuk Penilaian Luka Secara Mikroskopik Pada Hari

Ke-7 ... 77 Lampiran VII Surat Etik Penelitian... 79


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu herbal dalam beberapa tahun ini menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam ilmu kedokteran. Salah satu perubahan yang ditimbulkan adalah munculnya penelitian - penelitian baru mengenai penggunaan herbal dalam penanganan beberapa penyakit, misalnya penyembuhan luka. Untuk penyembuhan luka, masyarakat Indonesia menggunakan berbagai beberapa tumbuhan herbal misalnya kunyit, pisang, minyak kelapa dan lidah buaya. Kunyit merupakan salah satu tumbuhan herbal yang banyak ditemukan di Indonesia. Tumbuhan kunyit sudah digunakan selama bertahun-tahun dalam upaya masyarakat Indonesia bukan hanya sebagai bahan masakan tetapi juga untuk memelihara kesehatan masyarakat Indonesia. Beberapa kegunaannya misalnya sebagai pelancar menstruasi (Muhlisah, 2001), chologogum (DEPKESRI, 1989),

anti-hyperlipidemia (Chang & But, 1987) dan untuk mempercepat penyembuhan

luka pada kulit (Aggarwal, Kumar , Aggarwal, & Shishodia, 2010).

Kulit merupakan suatu organ yang kompleks yang berfungsi melindungi individu dari lingkungannya dan pada waktu yang sama merupakan organ yang membuat individu mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Kulit merupakan pelindung yang dinamis, kompleks, tersusun secara terintergrasi oleh banyak sel, jaringan dan matriks yang memediasi berbagai fungsi: kulit sebagai pelindung terhadap agen fisik, proteksi terhadap agen-agen mikroba dan parasit, termoregulator, sensasi, perlindungan pada sinar ultraviolet, penyembuhan luka dan regenerasi. Kulit juga berfungsi sebagai penampilan terluar dari suatu individu (Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller, & Leffel, 2008). Rusaknya kulit dapat menyebabkan fungsi-fungsi di atas terganggu dan dalam kasus ekstrem, dapat membahayakan individu tersebut.

Kulit merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh bawaan (Innate Immunity) yang berhubungan paling banyak dengan lingkungan luar, sehingga Kulit


(12)

merupakan organ yang mudah sekali mengalami jejas. Penanganan luka akut yang optimal terletak pada tinjauan yang menyeluruh pada pasien dan luka, serta aplikasi dari teknik dan ilmu praktis yang terbaik (Brunicardi, et al., 2010).

Penyembuhan luka dan perbaikan jaringan merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Proses tersebut melibatkan proses inflamasi, proses tersebut diikuti oleh proses terbentuknya jaringan granulasi serta pembelahan dari sel-sel

fibroblas dan mesenchymal dan diakhiri dengan proses remodelling dari jaringan

tersebut. Banyak faktor yang berperan dalam penyembuhan luka yang menjadi dasar dari ilmu kedokteran dalam menggunakan zat yang terkandung dalam tanaman herbal dalam penyembuhan luka (Aggarwal, Kumar, Aggarwal, & Shishodia, 2010). Beberapa tumbuhan herbal yang pernah digunakan dalam penelitian penyembuhan luka antara lain madu (Husada, 2012), batang zigzag (Oktaviani, 2010) dan daun dewa (Gunawan, 2011).

Selama ini secara turun temurun, masyarakat juga menggunakan herbal dalam penyembuhan luka. Sapi, kambing, burung dan ayam yang mengalami patah tulang ataupun kulit yang mengalami jejas diberikan kunyit yang dihaluskan dan ditempelkan pada permukaan luka ternak, setelah itu tempelan tersebut dibalut selama beberapa hari. Kunyit mengandung curcumin yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Curcumin dapat meningkatkan re-epitelialisasi, menekan radang, meningkatkan densitas kolagen jaringan serta meningkatkan proliferasi dari fibroblas. Pemberian perlakuan tersebut mempengaruhi proses penyembuhan luka menjadi lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kunyit mempercepat penyembuhan luka.

1.3 Tujuan Penelitian


(13)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi

kepada mengenai efek kunyit dalam penyembuhan luka pada kulit.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah kunyit dapat digunakan sebagai terapi adjuvan dalam mempercepat penyembuhan luka pada kulit.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Curcumin yang terdapat dalam kunyit (curcuma longa Linn.) memiliki efek

meningkatkan ekspresi dari TGF-β1 (Transforming Growth Factor – Beta type 1)

dari sel-sel yang berperan dalam proses penyembuhan luka. TGF-β1 merupakan suatu agen fibrogenik yang poten yang berperan dalam kemotaksis fibroblas serta

makrofag dan meningkatkan produksi kolagen, fibronectin, dan proteoglycan. TGF-β1 juga menghambat degradasi dari kolagen dengan menurunkan aktivitas enzim matrix protease dan meningkatkan aktivitas enzim protease inhibitor (Brunicardi, et al., 2010).

Selain berefek pada TGF-β1, curcumin juga berefek pada inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) yang berperan dalam pembentukan radikal-radikal bebas

dalam sel radang untuk membunuh mikroba-mikroba yang menginfeksi jaringan yang terkena luka (Kumar, Abbas, Fausto, & Aster, 2010). Curcumin juga memiliki efek meningkatkan kecepatan re-epitelialisasi yang merupakan fase awal dari suatu penyembuhan luka (Sidhu et al, 2011). Curcumin memiliki efek anti-inflamasi dengan mekanisme menekan Cyclooxigenase-2 (COX-2), TNF- , IL-1, IL-2, IL-8, dan Nuclear Factor-KappaB (NF-κB) sehingga curcumin dapat menekan inflamasi akut (Jurenka, 2009).

Curcumin sendiri merupakan suatu antioksidan yang poten terhadap radikal bebas yang berbentuk H2O2 (Hidrogen Peroksida) yang diberikan pada keratinosit dan fibroblas karena curcumin memiliki efek yang sama dengan enzim catalase.


(14)

glutathione peroxidase (GSH). Efek antioksidan pada curcumin ditemukan 10 kali

lebih kuat dibandingkan pada Vitamin E (Nawaz, Khan, Hussain, Akhlaq, Khan, & Safdar, 2011). Bentuk perlindungan ini yang dianggap berkontribusi dalam penyembuhan luka (Phan et al, 2010).

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 1.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Mayor

Kunyit mempercepat penyembuhan luka.

Hipotesis Minor

1) Kunyit mempercepat penutupan luka.

2) Kunyit meningkatkan derajat re-epitelialisasi. 3) Kunyit menurunkan densitas neutrofil subepitelial. 4) Kunyit menurunkan edema.

5) Kunyit meningkatkan densitas kolagen. 6) Kunyit meningkatkan densitas fibroblas.


(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Kunyit mempercepat penyembuhan luka. 2. Kunyit mempercepat penutupan luka.

3. Kunyit meningkatkan derajat re-epitelialisasi. 4. Kunyit menurunkan densitas neutrofil subepitelial. 5. Kunyit menurunkan edema.

6. Kunyit meningkatkan densitas kolagen. 7. Kunyit tidak meningkatkan densitas fibroblas.

8. Kunyit tidak menurunkan derajat angiogenesis pada fase inflamatorik.

5.2 Saran

1. Kunyit dapat digunakan sebagai terapi adjuvan untuk mempercepat penyembuhan luka.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan berbagai kadar ekstrak kunyit untuk mengetahui mulai kadar berapakah ekstrak kunyit sudah dianggap dapat mempercepat penyembuhan luka.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan histopatologi pada hari ke tiga, hari ke 10, hari ke 14 dan hari ke 20 untuk membandingkan berbagai fase penyembuhan luka yang diberikan kunyit dengan lebih jelas. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan histopatologi

dengan pewarnaan histokimia Van-Gieson untuk melihat densitas kolagen dan immunohistokimia TGF-β untuk melihat ekspresi TGF-β dari sel-sel


(16)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Derrick

Nomor Pokok Mahasiswa : 1110205

Tempat/Tanggal Lahir : Batam, 14 Maret 1993

Alamat : Jalan Cibogo Bawah no 24 Bandung

Jalan Raden Patah no 41-42 Batam Riwayat Pendidikan :

TK Yos Sudarso Batam, lulus tahun 1999

SD Katolik Yos Sudarso Batam, lulus tahun 2005


SMP Katolik Yos Sudarso Batam, lulus tahun 2008 SMAK Katolik Yos Sudarso Batam, lulus tahun 2011

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, 2011-sekarang Karya Tulis Ilmiah yang pernah dibuat :

1) Mobilisasi Stem Cell Darah Tepi Autologus untuk Terapi Infark Miokard Akut


(17)

AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA

RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA

MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA

TURMERIC (Curcuma longa Linn.) WOUND HEALING ACTIVITY TOWARDS INCISION ON WOUND MODEL OF ADULT Swiss-Webster MALE MICE

Iwan Budiman1, Derrick1

1Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK

Kulit merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh bawaan (Innate Immunity) yang berhubungan paling banyak dengan lingkungan luar. Kulit merupakan organ yang mudah sekali mengalami jejas. Secara turun temurun, masyarakat menggunakan herbal dalam penyembuhan luka. Terdapat berbagai macam herbal yang kandungannya dapat membantu penyembuhan luka, salah satunya adalah kunyit.

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui apakah kunyit mempercepat penyembuhan luka. Penelitian ini bersifat true experimental, menggunakan 30 ekor mencit Swiss-Webster jantan dewasa. Penutupan luka diukur secara makroskopis dari hari ke hari dan secara mikroskopis pada hari ke 7. Secara mikroskopis dinilai derajat reepitelialisasi, neutrofil subepitelial, densitas fibroblas, densitas kolagen, angiogenesis dan edema. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t berpasangan, Anova dengan uji post-hoc Dunnet 2-side dan uji Wilcoxon signed-rank dengan α= 5%.

Rerata panjang luka secara makroskopis dari luka yang diberikan kunyit sebesar 1.1210 cm lebih kecil dibanding luka yang diberi NaCl 0.9% sebesar 1.3300 cm (p<0.01). Hasil sangat signifikan telah dapat dilihat dari hari ke-1 setelah pemberian kunyit pada luka (p<0.01). Peningkatan reepitelisasi dari kunyit yang berbeda secara sangat bermakna dibanding NaCl 0.9% (p<0.01). Penurunan nilai neutrofil subepitelial dari luka yang diberikan kunyit dibanding yang diberikan NaCl 0.9% (p<0.05). Edema jaringan pada pemberian kunyit lebih kecil secara bermakna dibanding pemberian NaCl 0.9% (p<0.05). Densitas kolagen luka yang diberikan kunyit lebih tinggi secara sangat bermakna dibanding NaCl 0.9% (p<0.01). Densitas fibroblas pada pemberian kunyit tidak berbeda dibandingkan dengan NaCl 0.9% (p>0.05). Angiogenesis dari luka yang diberikan kunyit tidak berbeda dibandingkan dengan pemberian NaCl 0.9% (p>0.05).

Jadi, kunyit mempercepat penyembuhan luka. Kata kunci: kunyit, penyembuhan luka, insisi


(18)

ABSTRACT

The skin is a kind of innate defenses (Innate Immunity) associated most widely with the outside environment. The skin is an organ that experience injury easily. People use herbs in enhancing wound healing. There are various kinds of herbs that have active substances that can help wound healing, For example, turmeric.

This research was conducted to determine whether turmeric accelerates wound healing. This study was a true experimental study, using 30 Swiss-Webster adult male mice. Wound healing activity was measured macroscopically from day to day and microscopically on the 7th day.

Microscopically assessed including degree of re-epithelialization, sub epithelial neutrophils, fibroblast density, collagen density, angiogenesis and edema. This study analyzed data with paired t test, Anova test with post-hoc 2-sided Dunnet, and Wilcoxon signed-rank test holding the value

of α = 5%.

The mean length of macroscopic wound given turmeric at 1.1210 cm is smaller than wound given saline at 1.3300 cm (p<0.01). Highly Significant changes are noted on the first day after turmeric administration on the wound. Increased re-epithelialization of turmeric compared to saline (p<0.01). Decrement in the sub epithelial neutrophil density of wound given turmeric than saline given wound (p<0.05). Tissue edema with the administration of turmeric is lighter than the saline administered wound (p<0.05). The collagen density of turmeric given wound is higher than wound treated with saline (p<0.01). The density of fibroblasts on turmeric administered wound did not differ from the density of fibroblasts on saline administered wound (p>0.05). Angiogenesis of wound given turmeric did not differ from saline administered wound (p> 0.05).

Thus, turmeric accelerates wound healing. Keywords: Turmeric, wound healing, incision

PENDAHULUAN

Berkembangnya ilmu herbal dalam beberapa tahun ini menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam ilmu kedokteran. Salah satu perubahan yang ditimbulkan adalah munculnya penelitian - penelitian baru mengenai penggunaan herbal dalam penanganan beberapa penyakit, misalnya penyembuhan luka. Untuk penyembuhan luka, masyarakat Indonesia menggunakan berbagai beberapa tumbuhan herbal misalnya kunyit, pisang,

minyak kelapa dan lidah buaya. Kunyit merupakan salah satu tumbuhan herbal yang banyak ditemukan di Indonesia. Tumbuhan kunyit sudah digunakan selama bertahun-tahun dalam upaya masyarakat Indonesia bukan hanya sebagai bahan masakan tetapi juga untuk memelihara kesehatan masyarakat Indonesia. Beberapa kegunaannya misalnya sebagai pelancar menstruasi (1), chologogum (2), anti-hyperlipidemia (3) dan untuk mempercepat penyembuhan luka pada kulit (4).


(19)

Kulit merupakan suatu organ yang kompleks yang berfungsi melindungi individu dari lingkungannya dan pada waktu yang sama merupakan organ yang membuat individu mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Kulit merupakan pelindung yang dinamis, kompleks, tersusun secara terintergrasi oleh banyak sel, jaringan dan matriks yang memediasi berbagai fungsi: kulit sebagai pelindung terhadap agen fisik, proteksi terhadap agen-agen mikroba dan parasit, termoregulator, sensasi, perlindungan pada sinar ultraviolet, penyembuhan luka dan regenerasi. Kulit juga berfungsi sebagai penampilan terluar dari suatu individu (5). Rusaknya kulit dapat menyebabkan fungsi-fungsi di atas terganggu dan dalam kasus ekstrem, dapat membahayakan individu tersebut.

Kulit merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh bawaan (Innate Immunity) yang berhubungan paling banyak dengan lingkungan luar, sehingga Kulit merupakan organ yang mudah sekali mengalami jejas. Penanganan luka akut yang optimal terletak pada tinjauan yang menyeluruh pada pasien dan luka, serta aplikasi dari teknik dan ilmu praktis yang terbaik (6).

Penyembuhan luka dan perbaikan jaringan merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Proses tersebut melibatkan proses inflamasi, proses tersebut diikuti oleh proses terbentuknya jaringan granulasi serta pembelahan dari sel-sel fibroblas dan

mesenchymal dan diakhiri dengan proses

remodelling dari jaringan tersebut. Banyak faktor yang berperan dalam penyembuhan luka yang menjadi dasar dari ilmu kedokteran dalam menggunakan zat yang terkandung dalam tanaman herbal dalam penyembuhan luka (Aggarwal, Kumar, Aggarwal, & Shishodia, 2010). Beberapa tumbuhan herbal yang pernah digunakan dalam penelitian penyembuhan luka antara lain madu (7), batang zigzag (8) dan daun dewa (9).

Selama ini secara turun temurun, masyarakat juga menggunakan herbal dalam penyembuhan luka. Sapi, kambing, burung dan ayam yang mengalami patah tulang ataupun kulit yang mengalami jejas diberikan kunyit yang dihaluskan dan ditempelkan pada permukaan luka ternak, setelah itu tempelan tersebut dibalut selama beberapa hari. Kunyit mengandung

curcumin yang dapat mempercepat

penyembuhan luka. Curcumin dapat meningkatkan re-epitelialisasi, menekan


(20)

radang, meningkatkan densitas kolagen jaringan serta meningkatkan proliferasi dari fibroblas. Pemberian perlakuan tersebut mempengaruhi proses penyembuhan luka menjadi lebih baik.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini menggunakan kunyit dan NaCl 0.9% sebagai perlakuan. Hewan coba mencit Swiss-Webster jantan dewasa sebagai subyek penelitian yang dibagi dalam 2 kelompok masing-masing berjumlah 15 mencit. Punggung hewan coba dibuat luka insisi sepanjang 2 cm. Selama 7 hari luka diberikan kunyit yang telah dihaluskan pada kelompok pertama dan NaCl 0.9% pada kelompok kedua dan diukur panjang luka setiap hari. Pada hari ke-7, mencit dikorbankan dengan cervical dislocation dan dilakukan eksisi untuk mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan histopatologis. Jaringan diamati dibawah mikroskop cahaya pada 5 lapang pandang besar (400X) untuk menilai re-epitelialisasi,densitas neutrofil subepitelial, derajat edema, densitas kolagen, densitas fibroblas dan derajat angiogenesis

dan dinyatakan dalam sistem skoring. Untuk re-epitelialisasi, penilaian adalah sebagai berikut (10): [1] jika tidak terdapat

re-tertutup epitel yang baru, [3] jika 2/3 lebar luka telah tertutup epitel yang baru dan [4] jika >2/3 lebar luka telah tertutup epitel yang baru. Untuk densitas neutrofil subepitelial, derajat edema, densitas kolagen, densitas fibroblas dan derajat angiogenesis dinilai dalam sistem skoring dengan penilaian (10) : [1] 0-10%, [2] >10-40%, [3] >40-70% dan [4] >70%.

ANALISIS DATA

Analisis data menggunakan uji t berpasangan, anova dan wilcoxon signed-rank test dengan α = 0,05. Pada uji t, T hitung akan dibandingkan dengan T tabel, bila T hitung ≥ T tabel, maka didapatkan sepasang perlakuan yang berbeda secara statistik. Pada uji anova, F hitung akan dibandingkan dengan F tabel. Bila F hitung ≥ F tabel maka didapatkan minimal terdapat sepasang hari yang berbeda secara statistik dan akan dilanjutkan dengan uji post hoc

Dunnet 2-sided untuk membandingkan apakah hari ke-1 sampai dengan hari ke-7 berbeda dari hari ke-0. Kemudian F hitung pada uji Dunnet 2-sided dibandingkan dengan F tabel, bila F hitung ≥ F tabel maka didapatkan perbedaan antara kedua hari tersebut. Untuk pengamatan secara


(21)

mikroskopis menggunakan uji wilcoxon, bila

p ≤ 0.05 maka didapatkan perbedaan secara

statistik antara sepasang perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran rata-rata panjang luka dari hari ke hari secara makroskopis antara luka yang diberi NaCl 0.9% dan luka yang diberi kunyit pada 30 ekor hewan coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Rata-rata Panjang Luka secara Makroskopis selama 7 Hari.

N Mean Standar Deviasi

Uji t

NaCl 0.9%

7 1.3300 0.31765 p<0.01

Kunyit 7 1.1210 0.34151

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dengan menempelkan kunyit yang telah dihaluskan pada luka insisi dapat mempercepat penutupan luka insisi. Dari hasil penelitian didapatkan berkurangnya rerata panjang luka secara makroskopis dari luka yang diberikan kunyit sebesar menjadi 1.1210 cm dibandingkan dengan luka yang diberi NaCl 0.9% sebesar 1.3300 cm (p<0.01).

Tabel 4.2 Anova Perbandingan Rata-rata Panjang Luka yang Diberi Kunyit dari Hari ke Hari secara Makroskopis.

Sum of Squar es

df Mea n Squa re F hitu ng Uji Ano va Antara Kelomp ok

20.68 7 2.95 6 57.2 45 p<0. 01 Dalam Kelomp ok

5.78 11 2

0.52

Total 26.47 2

11 9

Dari Tabel 4.2 diketahui minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda sehingga perbandingan lebih lanjut dilakukan dengan uji post-hoc 2-Sided Dunnet dibandingkan per hari dengan Hari ke-0 untuk mengetahui mulai hari keberapa ditemukan hasil yang sangat signifikan.

Tabel 4.3 menggambarkan bahwa perbedaan dari aktivitas penyembuhan luka sudah dapat terlihat mulai dari hari ke-1 setelah pemberian kunyit (p<0.01).


(22)

Tabel 4.3 Perbandingan Rata-rata Panjang Luka yang Diberi Kunyit dari Hari ke Hari dengan Hari ke-0 secara Makroskopis.

Hari yang dibandingkan

Hari pembanding

2-sided Dunnet Hari ke 1 Hari ke 0 p<0.01 Hari ke 2 Hari ke 0 p<0.01 Hari ke 3 Hari ke 0 p<0.01 Hari ke 4 Hari ke 0 p<0.01 Hari ke 5 Hari ke 0 p<0.01

Hari ke 6 Hari ke 0 p<0.01 Hari ke 7 Hari ke 0 p<0.01

Hasil penilaian secara mikroskopis luka pada hari ke-7 antara luka yang diberi NaCl 0.9% dan luka yang diberi kunyit pada 30 ekor mencit Swiss-Webster jantan dewasa dengan berat badan rata-rata 30 gram dan berusia 8 minggu dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Penilainan Mikroskopis Luka pada Hari ke 7.

Yang Diukur Perlakuan N Median (Min-Max) Wilcoxon Signed-Rank

Test

Re-epiteliali-sasi

NaCl 0.9 % 15 2 (1-3)

p<0.01 Kunyit 15 3 (2-4)

Densitas Neutrofil sub-epitelial

NaCl 0.9 % 15 4 (2-4)

p<0.05 Kunyit 15 3 (2-4)

Edema

NaCl 0.9 % 15 2 (2-2)

p<0.05 Kunyit 15 2 (1-2)

Densitas Kolagen

NaCl 0.9 % 15 2 (1-2)

p<0.01 Kunyit 15 3 (2-4)


(23)

Densitas Fibroblas

NaCl 0.9 % 15 3 (2-4)

p>0.05 Kunyit 15 3 (2-4)

Derajat

Angiogen-esis

NaCl 0.9 % 15 2 (2-3)

p>0.05 Kunyit 15 2 (2-3)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat peningkatan re-epitelialisasi dari kunyit dibanding NaCl 0.9% secara sangat bermakna (p<0.01). Peningkatan derajat re-epitelialisasi ini sesuai dengan penelitian Sidhu et al (2011) (4) yang menyatakan bahwa curcumin mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan derajat re-epitelialisasi. Selain aktivitas meningkatkan re-epitelialisasi, penurunan nilai densitas neutrofil subepitelial dari luka yang diberikan kunyit dibanding yang diberikan NaCl 0.9% menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05). Kunyit menekan edema dibanding NaCl 0.9% dan perbedaan ini berbeda secara bermakna (p<0.05). Namun pada penelitian ini angiogenesis antara kedua perlakuan tidak berbeda secara bermakna (p>0.05). Edema dan neutrofil subepitelial lebih rendah pada luka yang diberikan

kunyit dikarenakan curcumin memiliki efek anti-inflamasi. Aktivitas anti-inflamasi tersebut sesuai dengan penelitian (11) yang menyatakan curcumin menekan

Cyclooxigenase-2 (COX-2), IL-1, TNF- , IL-6, IL-8 dan Nuclear Factor KappaB (NF-κB). Kunyit juga meningkatkan densitas kolagen dibanding NaCl 0.9% dan perbedaan ini berbeda secara sangat bermakna (p<0.01). Namun pada penelitian ini, densitas fibroblas antara kedua perlakuan tidak berbeda secara bermakna (p>0.05). Hal ini mungkin disebabkan dari kurang lamanya perlakuan untuk melihat peningkatan densitas fibroblas. Curcumin yang berefek memodulasi ekspresi TGF-β meningkatkan pembentukan kolagen, fibronektin dan proteoglikan serta merangsang proliferasi dari fibroblas. Peningkatan dari densitas kolagen mendukung teori yang


(24)

dikemukakan oleh Sidhu et al (2011) bahwa curcumin memodulasi TGF-β. Namun karena pemeriksaan histopatologi luka pada hari ke-7 fase luka merupakan fase transisi antara fase inflamasi dan fase proliferasi, maka fibroblas dan sel endotel yang merupakan sel terakhir yang menginfiltrasi luka masih belum banyak. Selain itu, kemungkinan fibroblas dan sel endotel belum banyak berproliferasi pada hari ke-7.

SIMPULAN

Kunyit mempercepat penyembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKA

[1] F. Muhlisah, Tanaman Obat Keluarga, Depok: Penebar Swadaya, 2001.

[2] DEPKESRI, Vademekum Bahan Obat Alam, Jakarta: DirJen Pengawasan Obat dan Makanan, 1989.

[3] H. M. Chang and P. P.-H. But, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica, Singapore: World Scientific Publishing Co,Pte. Ltd., 1987.

[4] B. B. Aggarwal, A. Kumar , M. S.

Aggarwal and S. Shishodia, "Curcumin Derived from Turmeric (Curcuma longa): a Spice for All Seasons," in

Phytopharmaceuticals in Cancer

Chemoprevention , N/A, N/A, 2010. [5] K. Wolff, L. A. Goldsmith, S. I. Katz, B.

A. Gilchrest, A. S. Paller and D. J. Leffel, Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Edition, New York: The McGraw-Hill Companies,Inc, 2008. [6] F. C. Brunicardi, D. K. Andersen, T. R.

Billiar, D. L. Dunn, J. G. Hunter, J. B. Matthews and R. E. Pollock, Schwartz's Principles of Surgery 9th Edition, USA: The McGraw-Hill Companies, 2010. [7] A. M. Husada, "Pengaruh Pemberian

Madu Bunga Clover Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan," 2012.

[8] L. Oktaviani, "Efek Infusa Daun dan Batang Zigzag (pedilanthus tithymaloides(L.)Poit.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan," 2010. [9] D. A. Gunawan, "Pengaruh Daun Dewa

(Gynura segetum (Lour)Merr.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster


(25)

[10] M. G. Turtay, C. Firat, E. Samdanci, H. Oguzturk, S. Erbatur and C. Colak,

Clinical & Investigative Medicine , pp. 413-420, 2010.

[11] J. S. Jurenka, "Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research," Alternative Medicine Review, pp. 141-153, 2009.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, B. B., Kumar , A., Aggarwal, M. S., & Shishodia, S. (2010). Curcumin Derived from Turmeric (Curcuma longa): a Spice for All Seasons. In B. B. Aggarwal, A. Kumar, M. S. Aggarwal, & S. Shishodia,

Phytopharmaceuticals in Cancer Chemoprevention .

Anand, P., Thomas, S. G., Kunnumakkara, A. B., Sundaram, C., Kuzhuvelil, B. H., Sung, B., et al. (2008). Biological activities of curcumin and its analogues (Congeners) made by man and Mother Nature. ScienceDirect , 1590-1611.

Batra, S., Balamayooran, G., & Sahoo, M. K. (2011). Nuclear Factor-kappaB : a key Regulator in Health and Disease of Lungs. Arch. Immunology and Therapy , 335-351.

Brunicardi, F. C., Andersen, D. K., Billiar, T. R., Dunn, D. L., Hunter, J. G., Matthews, J. B., et al. (2010). Schwartz's Principles of Surgery 9th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.

Chang, H. M., & But, P. P.-H. (1987). Pharmacology and Applications of

Chinese Materia Medica. Singapore: World Scientific Publishing Co,Pte. Ltd.

Donald, V. (2009). Taber's Cyclopedic Medical Dictionary 21st edition. USA: F.A Davis.

Eroschenko , V. P. (2008). Di Fiore's atlas of histology with functional

correlations 11th Edition. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Ferrier, D. R. (2013). Biochemistry (Lippincott's Illustrated Reviews Series). New York: Lippincott Williams & Wilkins.

Fitzgerald, K. A., O'Neill , L. A., Gearing , A. J., & Callard , R. E. (2001). The

Cytokine Factsbook. San Diego: Academic Press.

Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. (2007). Color Textbook of Histolody 3rd Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Gunawan, D. A. (2011). Pengaruh Daun Dewa (Gynura segetum (Lour)Merr.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.


(27)

Husada, A. M. (2012). Pengaruh Pemberian Madu Bunga Clover Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

Jurenka, J. S. (2009). Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research.

Alternative Medicine Review , 141-153.

Krauss, G. (2008). Biochemistry of Signal Transduction and Regulation. Beyreuth, Germany: Wiley-VCH.

Kumar, A., Takada, Y., Boriek, A. M., & Aggarwal, B. B. (2004). Nuclear factor-κB: its role in health and disease. Journal of Molecular Medicine (82),

434-448.

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Aster, J. C. (2010). Robbins and

Cotran Pathologic Basis of Disease 8th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2013). Robbins Basic Pathology 9th

Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology, Twelfth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Mills, S. E., Carter, D., Greenson, J. K., Reuter, V. E., & Stoler, M. H. (2010).

Sternberg's Diagnostic Surgical Pathology, 5th Edition. USA: Lippincott

Williams & Wilkins .

Muhlisah, F. (2001). Tanaman Obat Keluarga. Depok: Penebar Swadaya. DEPKESRI. (1989). Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: DirJen Pengawasan Obat dan Makanan.

Nawaz, A., Khan, G. M., Hussain, A., Akhlaq, A., Khan, A., & Safdar, M.

(2011). CURCUMIN: A NATURAL PRODUCT OF BIOLOGICAL

IMPORTANCE . Gomal University Journal of Research 27 , 9.

Oktaviani, L. (2010). Efek Infusa Daun dan Batang Zigzag (pedilanthus tithymaloides(L.)Poit.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan.

Ross, M. H., & Pawlina, W. (2011). Histology a Text and Atlas : with

Correlated Cells and Molecular Biology. Baltimore: Lippincott Williams &


(28)

Roughley, & Whiting. (1973). Curcumin. Retrieved 01 25, 2014, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Curcumin

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Dradjad, M., et al. (1996). Tumbuhan Obat : Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan

Penggunaan. Jogjakarta: PPOT-UGM.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy & Physiology

14th Edition. USA: Wiley.

Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbatur, S., & Colak, C. (2010). Clinical & Investigative Medicine , 413-420.

Wikipedia. (2014). Turmeric. Retrieved 2014, from Wikipedia: en.wikipedia.org/Wiki/Turmeric

Wikipedia. (2014, May 9). Wound. Retrieved 2014, from Wikipedia, the free encyclopedia: www.wikipedia.com/wiki/Wound

Wolff, K., Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. S., & Leffel, D. J. (2008). Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Edition. New York, USA: The McGraw-Hill Companies,Inc.

Zulham. (2009). Penuntun Praktikum Histoteknik. Medan: Departemen Histologi FK USU.


(1)

Densitas Fibroblas

NaCl 0.9 % 15 3 (2-4)

p>0.05

Kunyit 15 3 (2-4)

Derajat

Angiogen-esis

NaCl 0.9 % 15 2 (2-3)

p>0.05

Kunyit 15 2 (2-3)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat peningkatan re-epitelialisasi dari kunyit dibanding NaCl 0.9% secara sangat bermakna (p<0.01). Peningkatan derajat re-epitelialisasi ini sesuai dengan penelitian Sidhu et al (2011) (4) yang menyatakan bahwa curcumin mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan derajat re-epitelialisasi. Selain aktivitas meningkatkan re-epitelialisasi, penurunan nilai densitas neutrofil subepitelial dari luka yang diberikan kunyit dibanding yang diberikan NaCl 0.9% menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05). Kunyit menekan edema dibanding NaCl 0.9% dan perbedaan ini berbeda secara bermakna (p<0.05). Namun pada penelitian ini angiogenesis antara kedua perlakuan tidak berbeda secara bermakna (p>0.05). Edema dan neutrofil subepitelial lebih rendah pada luka yang diberikan

kunyit dikarenakan curcumin memiliki efek anti-inflamasi. Aktivitas anti-inflamasi tersebut sesuai dengan penelitian (11) yang menyatakan curcumin menekan

Cyclooxigenase-2 (COX-2), IL-1, TNF- , IL-6, IL-8 dan Nuclear Factor KappaB (NF-κB).

Kunyit juga meningkatkan densitas kolagen dibanding NaCl 0.9% dan perbedaan ini berbeda secara sangat bermakna (p<0.01). Namun pada penelitian ini, densitas fibroblas antara kedua perlakuan tidak berbeda secara bermakna (p>0.05). Hal ini mungkin disebabkan dari kurang lamanya perlakuan untuk melihat peningkatan densitas fibroblas. Curcumin yang berefek memodulasi ekspresi TGF-β meningkatkan

pembentukan kolagen, fibronektin dan proteoglikan serta merangsang proliferasi dari fibroblas. Peningkatan dari densitas kolagen mendukung teori yang


(2)

dikemukakan oleh Sidhu et al (2011) bahwa curcumin memodulasi TGF-β. Namun karena pemeriksaan histopatologi luka pada hari ke-7 fase luka merupakan fase transisi antara fase inflamasi dan fase proliferasi, maka fibroblas dan sel endotel yang merupakan sel terakhir yang menginfiltrasi luka masih belum banyak. Selain itu, kemungkinan fibroblas dan sel endotel belum banyak berproliferasi pada hari ke-7.

SIMPULAN

Kunyit mempercepat penyembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKA

[1] F. Muhlisah, Tanaman Obat Keluarga, Depok: Penebar Swadaya, 2001.

[2] DEPKESRI, Vademekum Bahan Obat Alam, Jakarta: DirJen Pengawasan Obat dan Makanan, 1989.

[3] H. M. Chang and P. P.-H. But, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica, Singapore: World Scientific Publishing Co,Pte. Ltd., 1987.

[4] B. B. Aggarwal, A. Kumar , M. S.

Aggarwal and S. Shishodia, "Curcumin Derived from Turmeric (Curcuma longa): a Spice for All Seasons," in

Phytopharmaceuticals in Cancer Chemoprevention , N/A, N/A, 2010. [5] K. Wolff, L. A. Goldsmith, S. I. Katz, B.

A. Gilchrest, A. S. Paller and D. J. Leffel, Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Edition, New York: The McGraw-Hill Companies,Inc, 2008. [6] F. C. Brunicardi, D. K. Andersen, T. R.

Billiar, D. L. Dunn, J. G. Hunter, J. B. Matthews and R. E. Pollock, Schwartz's Principles of Surgery 9th Edition, USA: The McGraw-Hill Companies, 2010. [7] A. M. Husada, "Pengaruh Pemberian

Madu Bunga Clover Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan," 2012.

[8] L. Oktaviani, "Efek Infusa Daun dan Batang Zigzag (pedilanthus tithymaloides(L.)Poit.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan," 2010. [9] D. A. Gunawan, "Pengaruh Daun Dewa

(Gynura segetum (Lour)Merr.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan," 2011.


(3)

[10] M. G. Turtay, C. Firat, E. Samdanci, H. Oguzturk, S. Erbatur and C. Colak,

Clinical & Investigative Medicine , pp. 413-420, 2010.

[11] J. S. Jurenka, "Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research," Alternative Medicine Review, pp. 141-153, 2009.


(4)

68

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, B. B., Kumar , A., Aggarwal, M. S., & Shishodia, S. (2010). Curcumin Derived from Turmeric (Curcuma longa): a Spice for All Seasons. In B. B. Aggarwal, A. Kumar, M. S. Aggarwal, & S. Shishodia,

Phytopharmaceuticals in Cancer Chemoprevention .

Anand, P., Thomas, S. G., Kunnumakkara, A. B., Sundaram, C., Kuzhuvelil, B. H., Sung, B., et al. (2008). Biological activities of curcumin and its analogues (Congeners) made by man and Mother Nature. ScienceDirect , 1590-1611.

Batra, S., Balamayooran, G., & Sahoo, M. K. (2011). Nuclear Factor-kappaB : a key Regulator in Health and Disease of Lungs. Arch. Immunology and Therapy , 335-351.

Brunicardi, F. C., Andersen, D. K., Billiar, T. R., Dunn, D. L., Hunter, J. G., Matthews, J. B., et al. (2010). Schwartz's Principles of Surgery 9th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.

Chang, H. M., & But, P. P.-H. (1987). Pharmacology and Applications of

Chinese Materia Medica. Singapore: World Scientific Publishing Co,Pte. Ltd.

Donald, V. (2009). Taber's Cyclopedic Medical Dictionary 21st edition. USA: F.A Davis.

Eroschenko , V. P. (2008). Di Fiore's atlas of histology with functional

correlations 11th Edition. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Ferrier, D. R. (2013). Biochemistry (Lippincott's Illustrated Reviews Series). New York: Lippincott Williams & Wilkins.

Fitzgerald, K. A., O'Neill , L. A., Gearing , A. J., & Callard , R. E. (2001). The

Cytokine Factsbook. San Diego: Academic Press.

Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. (2007). Color Textbook of Histolody 3rd Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Gunawan, D. A. (2011). Pengaruh Daun Dewa (Gynura segetum (Lour)Merr.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.


(5)

69

Husada, A. M. (2012). Pengaruh Pemberian Madu Bunga Clover Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

Jurenka, J. S. (2009). Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research.

Alternative Medicine Review , 141-153.

Krauss, G. (2008). Biochemistry of Signal Transduction and Regulation. Beyreuth, Germany: Wiley-VCH.

Kumar, A., Takada, Y., Boriek, A. M., & Aggarwal, B. B. (2004). Nuclear factor-κB: its role in health and disease. Journal of Molecular Medicine (82),

434-448.

Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Aster, J. C. (2010). Robbins and

Cotran Pathologic Basis of Disease 8th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2013). Robbins Basic Pathology 9th

Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology, Twelfth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Mills, S. E., Carter, D., Greenson, J. K., Reuter, V. E., & Stoler, M. H. (2010).

Sternberg's Diagnostic Surgical Pathology, 5th Edition. USA: Lippincott

Williams & Wilkins .

Muhlisah, F. (2001). Tanaman Obat Keluarga. Depok: Penebar Swadaya. DEPKESRI. (1989). Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: DirJen Pengawasan Obat dan Makanan.

Nawaz, A., Khan, G. M., Hussain, A., Akhlaq, A., Khan, A., & Safdar, M. (2011). CURCUMIN: A NATURAL PRODUCT OF BIOLOGICAL IMPORTANCE . Gomal University Journal of Research 27 , 9.

Oktaviani, L. (2010). Efek Infusa Daun dan Batang Zigzag (pedilanthus tithymaloides(L.)Poit.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan.

Ross, M. H., & Pawlina, W. (2011). Histology a Text and Atlas : with

Correlated Cells and Molecular Biology. Baltimore: Lippincott Williams &


(6)

70

Roughley, & Whiting. (1973). Curcumin. Retrieved 01 25, 2014, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Curcumin

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Dradjad, M., et al. (1996). Tumbuhan Obat : Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan

Penggunaan. Jogjakarta: PPOT-UGM.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy & Physiology

14th Edition. USA: Wiley.

Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbatur, S., & Colak, C. (2010). Clinical & Investigative Medicine , 413-420.

Wikipedia. (2014). Turmeric. Retrieved 2014, from Wikipedia: en.wikipedia.org/Wiki/Turmeric

Wikipedia. (2014, May 9). Wound. Retrieved 2014, from Wikipedia, the free encyclopedia: www.wikipedia.com/wiki/Wound

Wolff, K., Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. S., & Leffel, D. J. (2008). Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Edition. New York, USA: The McGraw-Hill Companies,Inc.

Zulham. (2009). Penuntun Praktikum Histoteknik. Medan: Departemen Histologi FK USU.