KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL (Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak).

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM
PEMBENTUKAN MORAL
(Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula
Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak)

SKRIPSI

Oleh :
RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA
0943010143

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM
PEMBENTUKAN MORAL
(Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati
Trisula Sidoarjo dalam Pembentukan Moral anak)

Disusun Oleh:
RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA
0943010143

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, M.si
NIP. 1 9620323 199309 2 00 1

Mengetahui,
DEKAN


Dra. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM
PEMBENTUKAN MORAL
(Studi Kasus Komunikasi Efektif Gur u dengan Mur id PAUD Melati Tr isula Sidoar jo
dalam Pembentukan Mor al Anak)
Disusun Oleh :
RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA
NPM : 0943010143
Telah diper tahankan di hadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal 27 September 2013

Menyetujui,


TIM PENGUJ I

PEMBIMBING

1. Ketua

Dra. Sumardjijati, Msi
NIP. 196220323 199309 2001

Dra. Sumardjijati, Msi
NIP. 196220323 199309 2001
2. Sekertaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 19641225 199309 2001
3. Anggota

Dra. Dyva Clar etta M.Si

NPT. 3 6601 94 00251


Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan karena dengan
limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul
“KOMUNIKASI EFEKTIF GURU DENGAN MURID PAUD MELATI
TRISULA SIDOARJ O DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK” dapat
penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas tugas akhir.
Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1.


Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa
mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2.

Dra. Ec. Hj. Suparawati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3.

Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.

4.

Dra. Sumardjijati, M.si sebagai dosen pembimbing saya. Terima kasih atas
segala arahan, kritikan, nasehat-nasehat dan kesabaran yang telah diberikan
kepada saya selama proses bimbingan skripsi ini.


5.

Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim.

6.

Kedua Orangtua saya tercinta, serta My super sista Rr Kintan Dewi Girindra.
Terima kasih dan atas unconditional love, semua perjuangan, doa dan
dukungannya sampai hari ini. Kalian segalanya, without all of you, I’m
absolutely nothing..
iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7.

My whole life Taufan Rahardian. Terima kasih untuk cinta, semangat, dan
doanya selama ini. Love you.


8.

Hegar Rengganis, Tissa Florika, Larastika you guys are my super best friend
forever, group hugs!

9.

The Koprals dan teman-teman seperjuangan terima kasih atas kisah dan
kebersamaannya selama ini.

10.

Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atau keterbatasan halaman ini,
untuk segala bentuk bantuan yang diberikan. Penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan
bagi berbagai pihak. Amin.


Surabaya, Mei 2013
Penulis

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................…………..... ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR………………….……………………………………..……. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………...................... vi
ABSTRAKSI............................................................................................................. ix
BAB I

BAB II


PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1

Latar Belakang…………………………………………........ 1

1.2

Rumusan Masalah.................................………………….….. 5

1.3

Tujuan Penelitian..................................……………………... 5

1.4

Manfaat Penelitian.....................................………………….. 5

KAJ IAN PUSTAKA.………………………………………………. 7
2.1


Landasan Teori..……………………………………………... 7
2.1.1 Komunikasi Interpersonal...…………………………. 7
2.1.2 Komunikasi Pendidikan..........…………………....... 12
2.1.3 Teori Analisis Transaksional..………...………….... 14
2.1.4 Model Komunikasi...…………….............................. 16
2.1.5 Komunikasi Efektif.....................................…….….. 17
2.1.6 Guru.....................................................………….…. 20

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.7 Anak Usia Dini......................................................... 22
2.1.8 Pendidikan Anak Usia Dini...................................... 24
2.1.9 Teori Perkembangan Moral....................................... 26
2.2
BAB III

Kerangka Berpikir....…..…………………………………… 30


METODE PENELITIAN........................………………………… 32
3.1

Jenis Penelitian.......................................………………….. 32

3.2

Definisi Konseptual.............................................................. 33
3.2.1 Komunikasi Efektif.............………………………….. 33
3.2.2 Definisi Guru..................…………………………….. 34
3.2.3 Anak Usia Dini.......………………………………….. 34
3.1.4 Definisi Moral.......………………………………….... 35

BAB IV

3.3

Lokasi Penelitian........……………………………………... 35

3.4

Informan dan Sistem Penarikan Informan............................ 36

3.5

Metode Pengumpulan Data................................................... 36

3.6

Metode Analisis Data............................................................ 37

PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA.......................................... 38
4.1

Gambaran Obyek Penelitian................................................. 38

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sidoarjo..................... 38
4.1.2 Gambaran Umum PAUD Melati Trisula................... 39
4.2

Penyajian Data....................................................................... 41
4.2.1 Identitas Informan...................................................... 42
4.2.2 Hasil Wawancara....................................................... 45
4.2.3 Hasil Observasi.......................................................... 61

4.3

Analisis Data.......................................................................... 63
4.3.1 Komunikasi Efektif.................................................... 63
4.3.2 Perkembangan Moral................................................. 67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 68
5.1

Kesimpulan............................................................................ 68

5.2

Saran...................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 71
LAMPIRAN............................................................................................................. 72

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA. 0943010143. KOMUNIKASI
EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL
(Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula
Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengethui bagaimana komunikasi
efektif dapat terbangun antara guru dan murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo
dalam menanamkan moral pada anak. Anak usia dini sedang berada pada usia
keemasan mereka yang hanya terjadi satu kali seumur hidup, hal tersebut harus
dimanfaatkan dengan baik. Berkomunikasi dengan anak-anak diperlukan cara
khusus untuk meminimalisir kendala yang ada.
Ada 5 hukum untuk menciptakan komunikasi yaitu; rasa menghargai,
empati, audible, clarity dan humble. Gabungan dari kelima hukum tersebut akan
menghasilkan komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif apabila
komunikator dapat menyampaikan pesan yang kemudian diterima oleh
komunikan dan dimengerti untuk ditindaklanjuti dari isi pesan yang diterima
tersebut.
Obyek penelitian ini adalah murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo pada
golongan usia 3-4 tahun, pada usia tersebut anak dikatakan mampu berkomunikasi
dan belajar tentang moral untuk diterapkan dalam keseharian mereka.
Pada kenyataannya empati memiliki peran yang lebih besar daripada
hukum yang lain dalam menciptakan komunikasi yang efektif, tanpa empati
hukum komunikasi yang lain tidak dapat berperan dalam penerapannya.
Kata kunci : Komunikasi Efektif, Pembentukan Moral, Anak Usia Dini, PAUD.

ABSTRACT
RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA. 0943010143. KOMUNIKASI
EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL
(Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula
Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak)
The purpose of this research was to examine the efectivity of
communication between teacher and their student in pre-school age in PAUD
Melati Trisula Sidoarjo. It was about the maximilities of golden age that happen
once in a life. The communication talked about building morality in a good way.
There were many difficulty to reach that goal in reality, and it was the way we
found that way out. The step of make a good communication on it.
There were 5 laws to make an efective communication; respect, emphaty,
audible, clarity and humble. The mixed of them all would make an efective
communication. Efective communication was a condition between comunicator
that could be deliver a message to and comunicant that understanding the message
and did that content of message.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

The object of this study was children in age 3-4 years old. They were in a
perfect time to communicate with people and learn about morality.
In fact emphaty had bigger part than others to make an efective
communication, without that law another law could not be applicated in any
condition.
Key Words : Efective Communication, Morality Learning, Child in a pre-school
age, PAUD.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

kata commus yang berarti “sama”, communico, communication atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). (Mulyana, 2002:41)
Komunikasi adalah suatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia.
Sejak pertama manusia itu dilahirkan sudah melakukan kegiatan komunikasi dan
sampai kapanpun manusia akan tetap melakukan kegiatan komunikasi. Hubungan
antara manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi secara verbal
maupun nonverbal (symbol, gambar atau media komunikasi lainnya).
Komunikasi interpersonal atau biasa disebut komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi yang terjalin atau berlangsung antara dua orang atau
sekelompok kecil orang. Dengan pengertian lain, komunikasi antarpribadi yaitu
proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh seseorang dengan efek
dan umpan balik yang langsung. Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan yang dianggap paling
efektif untuk mengubah sikap, pendapat serta perilaku manusia. ( Liliweri, 1997 :
12&123 )
Komunikasi guru dengan muridnya di kelas termasuk komunikasi
antarpribadi. Guru sebagai komunikator dan muridnya menjadi komunikan. Guru
memiliki pesan dengan tujuan tertentu yang disampaikan pada muridnya dengan
umpan balik langsung. Dalam hal ini komunikasi guru dan murid yang dimaksud

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

adalah murid yang tergolong sebagai anak berusia dini. Komunikasi tersebut
penting karena anak berusia dini adalah anak dalam masa emasnya. Sehingga
stimulus yang diberikan pada anak usia 0 sampai 5 tahun tersebut maksimal
diserap oleh otak anak.
Dalam lima tahun pertama yang disebut dengan The Golden Years,
seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia
ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Di masa-masa inilah anak
seyogianya mulai diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. (Hasan
2010 : 29) Guru memiliki tantangan yang beragam saat menghadapi muridnya di
usia emas tersebut, anak cenderung tidak mudah untuk diajak berkomunikasi.
Mereka masih sulit untuk fokus, sehingga perlu strategi khusus untuk dapat
berkomunikasi dengan mereka, untuk dapat menyampaikan pesan dan diterima
dengan baik.
Satu dari enam fondasi mendidik anak menurut Maimunah Hasan (2010)
dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini yang perlu diperhatikan
adalah segi moral. Sekolah adalah salah satu tempat anak bisa mendapatkan
pendidikan tersebut.
Pada pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional pada semua jenjang dan jenis satuan
pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini adalah berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pernnyataan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

tersebut menunjukkan bahwa menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral
pada peserta didik menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional, moral menjadi
aspek penting dalam pendidikan.
Berbagai kenyataan yang ada menunjukkan bahwa aspek moral anak
masih memprihatinkan. Kasus pelanggaran moral bahkan terjadi dari tingkat
sekolah dasar. Seorang anak Sekolah Dasar Negeri 27 Pemecutan Denpasar pada
tahun 2005 terlibat perkelahian hingga menewaskan temannya, hal ini
menyebabkan

anak

tersebut

dijatuhi

hukuman

10

tahun

penjara

(http://www.ypha.or.id). Bulan Januari tahun 2007 di Kediri, seorang siswa kelas
VI SD menjadi tersangka tunggal kasus pembunuhan murid Taman Kanak-kanak
dan menyebabkannya masuk Lapas Kediri (http://www.antara.com). Dan yang
terakhir adalah kasus anak 8 tahun yang tega membunuh anak 6 tahun gara-gara
hutang senilai seribu rupiah pada bulan April tahun 2013 (http://m.detik.com)
Kasus-kasus di atas memang tidak terjadi pada murid PAUD namun bukan
tidak mungkin kebiasaan-kebiasaan kurang patuh tehadap aturan dan kurang
bertanggung jawab sudah tertanam sejak usia dini. Apa yang diajarkan di tingkat
PAUD tentu hal-hal yang masih sangat mendasar, disesuaikan dengan usia dini
anak tapi apa yang ditanamkan sangatlah penting karena usia dini adalah usia
anak mudah meniru apa yang dia lihat di sekitarnya. Bert (1997:64) menyatakan
salah satu persyaratan utuk patuh terhadap aturan dalam setiap situasi adalah
kontrol diri. Kontrol diri telah muncul sejak usia prasekolah. Kontrol diri
merupakan persyaratan yang paling penting dalam perilaku moral. Oleh sebab itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Locke (dalam Deighton, 1967:489) menyatakan anak-anak harus diajarkan untuk
patuh terhadap moral sejak usia dini.
Komunikasi yang efektif adalah satu hal penting yang mempengaruhi baik
tidaknya proses serta hasil dari pembentukan moral dan kepribadian anak. (Hasan
2010 : 35). Komunikasi yang efektif antara guru dan murid di sekolah adalah
ketika guru dapat menyampaikan pesan kepada muridnya dan murid dapat
menerima pesan tersebut sehingga tujuan yang diinginkan guru tercapai.
Contohya bila di dalam kelas guru memberi pesan kepada muridnya untuk
mewarnai gambar dan pesan tersebut dapat diterima murid kemudian mereka
melakukan kegiatan mewarnai gambar. Dalam keadaan tersebut telah terjadi
komunikasi yang efektif, yaitu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan
baik kemudian tercapailah tujuan yang diinginkan komunikator dari komunikasi
tersebut.
PAUD Melati Trisula Sidoarjo merupakan tempat yang sesuai untuk
peneliti melakukan penelitian. Mayoritas murid di PAUD ini adalah anak dari
keluarga ekonomi menengah kebawah. Pihak sekolah menerapkan sistem jemput
bola dari rumah ke rumah untuk memberi penjelasan pada orang tua murid akan
pentingnya pendidikan di usia dini namun jaminan sekolah tanpa pungutan biaya
dari PAUD Melati Trisula Sidoarjo masih kerap mendapat penolakan dari orang
tua yang tidak menganggap penting pendidikan tersebut. Masalah yang dihadapi
seputar anak di sekolah ini adalah cara bicara anak yang kasar, anak yang terbiasa
mengumpat dan ada pula anak yang suka menggambar gambar wujud manusia
tidak berpakaian. Hal tersebut disebabkan anak-anak tersebut tinggal di rumah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

satu petak sehingga segala kegiatan dilakukan dalam satu ruangan mulai dari
makan, menonton televisi, dan tidur. Dari data pra-penelitian yang diberikan oleh
Kepala Sekolah PAUD Melati Trisula Sidoarjo, 80% dari jumlah murid memiliki
perkembangan moral yang baik. Hal tersebut ditandai dengan berubahnya moral
anak setelah bersekolah di PAUD Melati Trisula Sidoarjo kearah yang lebih baik.
Selain itu dalam upaya pembentukan moral anak PAUD Melati Trisula Sidoarjo
juga bekerja sama dengan pihak perpustakaan daerah untuk kunjungan rutin dan
kegiatan mendongeng di sana yang disesuaikan dengan kebutuhan moral anak
pada saat itu.
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik meneliti bagaimana
komunikasi efektif guru dengan anak berusia dini dalam pembentukan moral
anak. Khususnya di PAUD Melati Trisula Sidoarjo.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
“ Bagaimanakah Komunikasi Efektif Guru dengan Anak Berusia Dini dalam
Pembentukan Moral Anak di PAUD Melati Trisula Sidoarjo? “
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana komunikasi efektif

guru dengan anak berusia dini dalam pembentukan moral anak di PAUD Melati
Trisula Sidoarjo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

1.4

Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Dapat digunakan untuk menambah referensi terkait komunikasi
efektif, komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi.
b. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberi
kontribusi

berkaitan

dengan

komunikasi

interpersonal

bagi

masyarakat umum dan khususnya bagi guru PAUD dalam
membentuk moral anak didiknya.
2. Secara Praktis
a. Memberikan gambaran bagi para pembaca, khususnya masyarakat
mengenai komunikasi efektif yang terjadi antara guru PAUD dengan
anak didiknya dalam membentuk moral anak.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada guru maupun
orang tua tentang bagaimana menciptakan komunikasi efektif
dengan anak berusia dini dalam pembentukan moralnya.
c. Bagi institusi swasta atau pemerintah yang peduli pada masalah
pendidikan anak berusia dini dan perkembangan moral anak
diharapkan dapat memberi perlakuan yang tepat untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Interper sonal
Komunikasi interpersonal atau biasa disebut komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi yang terjalin atau berlangsung antara dua orang atau
sekelompok kecil orang. Dengan pengertian lain, komunikasi antarpribadi yaitu
proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh seseorang dengan efek
dan umpan balik yang langsung. Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan yang dianggap paling
efektif untuk mengubah sikap, pendapat serta perilaku manusia. ( Liliweri, 1997 :
12&123 ) Komunikasi guru dengan muridnya di kelas termasuk komunikasi
antarpribadi. Guru sebagai komunikator dan muridnya menjadi komunikan. Guru
memiliki pesan dengan tujuan tertentu yang disampaikan pada muridnya dengan
umpan balik langsung.
Dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat adanya umpan balik seketika
karena proses komunikasi dilakukan dengan tatap muka, sehingga dalam
komunikasi antarpribadi ini juga harus diperhatikan mengenai umpan balik yang
akan terjadi. Seperti halnya seorang guru yang menyampaikan pesan pada
muridnya dengan media tertentu misalkan gambar, agar murid tertarik dan dapat
menerima pesan dengan baik.

7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi atau
membujuk orang lain, karena penggunaan lima alat indera dapat mempertinggi
daya penerimaan pesan yang akan disampaikan. Komunikasi antarpribadi
berperan penting dalam kehidupan manusia.
Dalam komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah
sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan untuk
menjadi komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi. Sehingga baik
komunikator ataupun komunikan dapat memaksimalkan tersampaikannya pesan
dalam komunikasi tersebut.
Menurut De Vito (2007 : 10), untuk dapat mengetahui komponenkomponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1.

Pengirim – Penerima
Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang

terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirimkan pesan
juga menerima dan memahami pesan.
2.

Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang

akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan
menggunakan kata-kata symbol dan sebagainya

.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

3.

Pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan bisa berbentuk verbal (kata-

kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara berntuk verbal
dan nonverbal.
4.

Saluran
Saluran di sini berfungsi sebagai media yang menghubungkan atara

pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal yang
bersifat langsung maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan
saluran media massa.
Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang
dituju, bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penampaian melalui komunikasi
personal dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata
khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi.
Keempat, pihak komunikator atau sumber langsung dapat mengetahui reaksi,
umpan balik dan tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang
disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber dapat dengan segera
memberikan penjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan
persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang disampaikannya.
5.

Gangguan atau Noise
Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima.

Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi, yang
terdiri dari :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

a.

Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi
fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.

b.

Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian
subyektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti
emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya.

c.

Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan
dalam komunikasi sering kali memilliki arti ganda sehingga
menyebabkan penerima gagal dalam menagkap maksud dari pesan
yang disampaikan.

6.

Umpan Balik
Umpan balik memainkan pernanan yang sangat penting dalam proses

komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus
bergantian memberi umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal
maupun nonverbal. Umpan balik bersifat positif apabila dirasa saling
menguntungkan. Bersifat negatif apabila merugikan.
7.

Konteks
Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi isi

dan bentuk serta pesan yang disampaikan. Ada dua dimensi konteks dalam
komunikasi antarpribadi, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung,
misalkan komunikasi antara guru dengan murid di dalam kelas, hal
tersebut berperan sebagai dimensi fisik.
b. Dimensi

Sosial

Psikologi,

mencakup

hubungan

yang

memperhatikan masalah status, peranan yang dimainkan, normanorma

kelompok

masyarakat,

keakraban,

formalitas

dan

sebagainya.

8.

Bidang Pengalaman (Field of Experience)
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam

komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku terlibat
dalam komunikasi dengan bidang pengalaman yang sama.
9.

Efek
Hasil yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan. Misalkan guru

mengirim pesan kepada muridnya untuk mengerjakan tugas, efek dari
komunikasi tersebut adalah murid memahami pesan dan mengerjakan tugas atau
sebaliknya.

Situasi komunikasi antarpribadi sangat penting karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung
secara dialogis selalu lebih baik daripada monologis. Dialog adalah bentuk
komunikasi antarpribadi yang menunjukkan adanya interaksi. Mereka yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar.

2.1.2 Komunikasi Pendidikan
Dunia pendidikan sangat membutuhkan sebuah pemahaman yang
sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam implementasi belajar dan
mengajar. Tanpa komunikasi yang baik maka pendidikan akan kehilangan cara
dalam membangun kualitas yang diharapkan dari hasil belajar yang dilakukan.
Hampir 80 persen kegiatan guru di kelas adalah kegiatan komunikasi, baik verbal
maupun non verbal.
Komunikasi pendidikan memberi kontribusi sangat penting dalam
pemahaman dan praktik interaksi serta tindakan dari seluruh individu yang terlibat
dalam kegiatan pendidikan. Makna komunikasi pendidikan secara sederhana
adalah komunikasi yang terjalin dalam suasana pendidikan. Komunikasi tidak lagi
bebas tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
(Mulyana 2000:54)

Berikut ini adalah fungsi komunikasi pendidikan sebagaimana menurut
Efendi:
1.

Fungsi Informatif
Komunikasi berfungsi memberi keterangan memberi data atau fakta yang

berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Dengan melalui komunikasi maka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

apa yang ingin disampaikan oleh guru kepada muridnya dapat diberikan dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
2.

Fungsi Edukatif
Berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju

pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak
mendengar, membaca dan banyak berkomunikasi.
3.

Fungsi Persuasif
Maksudnya adalah bahwa komunikasi sanggup membujuk orang untuk

berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator.
Membangkitkan kesadaran dari bimbingan yang diberikan agar terjadi perubahan
sikap dengan kerelaan hati karena memahami, bukan karena terpaksa.
4.

Fungsi Rekreatif
Dapat menghibur pada saat tertentu, misalnya melalui dongeng yang

disampaikan guru kepada muridnya.

Unsur komunikasi pendidikan terdiri dari komunikator dalam hal ini adlah
pendidik yang menyampaikan pesan kepada muridnya, biasanya pesan yang
disampaikan adalah materi pelajaran. Unsur selanjutnya adalah obyek yang
dibimbing, dalam hal ini adalah peserta didik yang berperan sebagai komunikan,
menerima pesan yang diberikan oleh komunikator yaitu pendidik. Kemudian dari
dua unsur tersebut muncul unsur selanjutnya yaitu interaksi yang terjadi antara
pendidik dan peserta didik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Unsur yang lain adalah tujuan dari komunikasi tersebut, apakah yang ingin
dicapai dengan adanya komunikasi antara pendidik dan peserta didik tersebut.
Kemudian adalah cara yang digunakan dalam membimbing, dalam hal ini adalah
alat dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Unsur yang terakhir adalah
tempat kegiatan tersebut berlangsung, atau bisa disebut lingkungan pendidikan.

2.1.3 Teori Analisis Transaksional
Teori komunikasi interpersonal salah satunya adalah teori analisis
transaksional, dalam teori ini suatu komunikasi dipandang sebagai sebuah sistem.
Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Teori ini dikemukakan oleh Eric Berne
dalam bukunya Games People Play.
Kata transaksi megacu pada pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam
komunikasi interopersonal juga dikenal adanya transaksi yang dipertukarkan
adalah pesan-pesan baik pesan verbal atau nonverbal. Teori ini bertujuan untuk
mengkaji secara mendalam proses transaksi tentang pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan. (Berne, 2004)
Dalam diri setiap manusia memiliki tiga status ego yang mengacu pada
sikap orangtua (P. Exteropsychic); sikap orang dewasa (A. Neopsychic) dan ego
anak (C. Aeropsychic) ketiganya dimiliki setiap orang baik dewasa, anak-anak,
maupun orangtua.
Berikut ini adalah empat cara menurut Berne untuk mengetahui sikap ego
yang dimiliki setiap orang :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya.
Selain itu juga melalui verbal yaitu pilihan kata yang digunakan karena
seringkali tingkah laku adalah gabungan dari keduanya.
2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketiga bergaul dengan orang lain.
Jika seseorang bersikap sangat menggurui, maka seseorang itu dikuasai
oleh ego orangtua dan apabila seseorang itu sering merajuk maka
seseorang itu dikuasai ego anak. Namun apabila seseorang suka bertanya
dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu kejadian maka irang
tersebut dikuasai olah sikap dewasa.
3. Mengingat kembali keadaan seseorang tersebut sewaktu masih kecil
kemudan dibandingkan dengan yang saat ini. Cara berbicara, gerak gerik
nonverbal.
4. Mengecek perasaan diri sendiri. Perasaan seseorang muncul pada konteks,
tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap
dewasa, orangtua atau anak-anak yang mempengaruhi seseorang.

Faktor-faktor yang menghambat terlaksananya komunikasi interpersonal
adalah kontaminasi dan eksklusif. Dua faktor ini termasuk hambatan utama dalam
komunikasi interpersonal. Kontaminasi adalah pengaruh yang kuat dari salah satu
sikap atau lebih dari pihak yang berkomunikasi. Sedangkan eksklusif adalah
penguasaan salah satu sikap atau lebih yang terlalu lama, misalnya sikap orangtua
sehingga orang tersebut terus menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan
tertentu, mendorong dan menghardik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Berikut ini adalah posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi
secara efektif dengan orang lain menurut Berne. Ada empat posisi, yaitu :
1. Saya OK, kamu OK (I’m OK, you’re OK)
2. Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
3. Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, you’re OK)
4. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK)

2.1.4 Model Komunikasi
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dua orang
atau lebih dengan interaksi tatap muka ataupun bermedia dan biasanya feedback
bersifat langsung dan efeknya cepat diketahui. Berikut ini adalah model Tubbs
yang menggambarkan komunikasi dua orang (diadik).

Dalam model tersebut proses komunikasi dapat dimulai dari komunikator
manapun. Komunikasi berawal dari komunikator yang menyampaikan pesan
kepada komunikan. Dan begitu juga sebaliknya komunikan bisa berubah menjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

komunikator. Kedua orang tersebut mengirim dan menerima pesan sepanjang
waktu. ( dalam Mulyana, 2003:57)

2.1.5 Komunikasi Efektif
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima
dan dimengerti sebagaimana maksud pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan sukarela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan
kualitas hubungan antatrpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
dalam buku Komunikasi Antarpersonal 2011).
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi
interpersonal dkatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama yaitu: (1)
pengertian yang ama terhadap makna pesan; (2) ditindaklanjuti dengan perbuatan
suka rela, (3) meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.
Menuurut (Prijosaksono, 2002) dalam bukunya Make Your Self a Leader,
ada lima hukum komunikasi yang efektif, berikut penjelasannya :
1.

Respect (sikap menghargai)
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah

sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Apabila harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek
terhadap harga diri dan kebanggaan orang tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.

Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau

kondisi yang dihadapi orang lain. Prasyarat utama dalam memiliki sikap empati
adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Empati juga berarti kemampuan
untuk mendengar dan bersikap perspektif atau siap menerima masukan ataupun
umpan balik apapun dengan sikap positif.
3.

Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan

baik. Hukum ini mengacu pada kemampuan dalam menggunakan berbagai media
maupun perlengkapan atau alat bantu yang akan membantu pesan tersampaikan
dan diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan
yang disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima
pesan.
4.

Clarity
Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak

menimbulkan multi interpretasi atau penafsiran yang beragam. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi perlu adanya sikap
terbuka dari komunikator sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari
penerima pesan yang akan memudahkan dalam menerima pesan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

5.

Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi efektif adalah sikap rendah

hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain yaitu didasari oleh sikap rendah hati.

Komunikasi efektif menurut Mc Crosky, Larson dan Knapp dapat dicapai
dengan mengusahakan accuracy yang paling tinggi derajatnya dalam setiap
situasi.
Untuk kesamaan dan ketidaksamaan dalam derajat pasangan komunikator
dan komunikan dalam proses komunikasi, Everett M.Rogers mengetengahkan
istilah homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator
dan komunikan dalam komunikasi antarpribadi.
Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan
perseorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifatnya, seperti
kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.
Heterophily sebagai kebalikan dari homophily, didefinisikan sebagai
derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada dalam sifat-sifat
tertentu.
Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan
berada dalam keadaan homophily. Jika antara komunikator dan komunikan
terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa, maka komunikasi di
antara mereka itu akan lebih efektif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Homophily dan komunikasi efektif saling menguatkan satu sama lain.
Lebih sering berkomunikasi, lebih besar kemungkinan untuk menjadi homophily.
Lebih bersifat homophily, lebih besar kemungkinan untuk berkomunikasi efektif.
(Effendy, 2003:61)

2.1.6

Guru
Definisi guru dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005, guru adalah

pendidik profesional dengan tugas uama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. (pasal 1 ayat 1).
Tugas guru menurut Daoed Yoesoef (dalam Hasan 2010) ada tiga, yaitu
tugas profesional, tugas manusiawi dan tugas kemasyarakatan. Tugas profesional
seorang guru adalah meneruskan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama manusaia kelak dengan sebaik-baiknya. Sedangkan tugas
kemasyarakatan adalah konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik turut
mengemban apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara melalui UUD 1945
dan GBHN. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja, tetapi guru
juga harus mampu menjadi motivator dan dinamisator pembanguanan dimana
tempat ia tinggal.
WF Connell (1972) membedakan peran guru menjadi tujuh yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

1.

Peran guru sebagai pendidik, merupakan peran yang berkaitan
dengan tugas memberi bantuan dan dorongan, pengawasan dan
pembinaan serta tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak
agar menjadi patuh terhadap aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga dan masyarakat.

2.

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak
mengharapkan guru dapat menjadi contoh. Oleh karena itu tingkah
laku pendidik harus sesuai dengan apa yang diajarkannya kepada
anak didik.

3.

Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman
belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah. Misalkan hasil belajar
yang berupa tingkah laku dan spiritual anak.

4.

Peran guru sebagai pelajar. Seorang guru dituntut untuk selalu
menambah pengetahuan dan keterampilan supaya dapat mengikuti
perkembangan jaman yang ada.

5.

Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Guru
diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan
mengembangkan kemampuannya.

6.

Peran guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan
di segala bidang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

7.

Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai
adminitrator bidang pendidikan dan pengajaran. Seperti membuat
rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebgainya.

2.1.7

Anak Usia Dini
Pengertian tentang anak selalu dikaitkan dengan batas usia yang di

dalamnya masih mengandung rentang usia yang dibedakan kedalam beberapa
tahapan sesuai dengan tahapan perkembangannya. (Hurlock, 1980) membaginya
dalam tiga tahap perkembangan, yaitu : masa bayi masa awal kanak-kanak dan
masa akhir kanak-kanak.
Masa awal kanak-kanak memiliki rentang usia antara 2 sampai dengan 6
tahun. Pada masa bayi, orang tua pada umumnya menitikberatkan pada masalah
perawatan fisik bayi, maka masa kanak-kanak seringkali masalah perilaku anak
yang dihadapi orang tua.
Anak usia dini adalah anak berumur antara 0 sampai dengan 5 tahun, usia
tersebut merupakan usia perkembangan otak yang maksimal, saat-saat emas yang
sangat menentukan masa depan mereka. (Ambron, 1981 : 45). Dalam lima tahun
pertama yang disebut dengan The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi
yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak anak
sudah terbentuk. Di masa-masa inilah anak seyogianya mulai diarahkan. Saat
keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. (Hasan 2010 : 29)
Menurut Erik Erikson dalam (Hasan : 2010) tahap perkembangan psikosial
anak terbagi menjadi empat tahapan, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

1.

Tahap percaya dan curiga (usia anak sejak lahir sampai 1 tahun).
Pada tahap ini yang dipelajari oleh anak adalah bahwa mereka
dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya percaya pada anak
dibantu

adanya

pengalaman

yang

terus-menerus

dan

berkesinambungan yang memberikan rasa percaya pada anak.
Pemenuhan kebutuhan dasar, kasih sayang orangtua bahwa
lingkungannya dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya
apabila pengasuhan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan
dasar dan tanpa kasih sayang yang cukup maka anak akan cemas
dan mencurigai lingkungannya.
2.

Tahap yang kedua adalah mandiri dan ragu-ragu (usia anak 2-3
tahun) dalam tahap ini anak mendapat kesempatan untuk
melakukan apa yang diinginkan sesuai dengan caranya sendiri
sehingga anak bisa mendapatkan manfaat dari apa yang
dilakukannya tentu saja dengan pengawasan dan bimbingan dari
orangtua atau guru. Tetapi apabila orangtua atau guru terlalu
melarang dan tidak sabar dalam membimbing anak melakukan
kegiatan mereka sendiri, maka akan timbul sikap ragu-ragu pada
anak tersebut. Orangtua atau guru harus menghindari sikap
membuat malu pada anak apabila yang mereka lakukan tidak
sesuai dengan yang seharusnya.

3.

Tahap ketiga adalah berinisiatif dan merasa bersalah ( usia anak
4-5 tahun) pada tahap ini anak sudah bisa berpartisipasi dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

berbagai kegiatan, anak yang perkembangannya baik dengan rasa
percayanya akan mulai timbul keinginan dan inisiatifnya. Apabila
diberi kebebasan untuk menjelajahi dunia mereka kemudian
menghadapi masalah, mereka bisa mengatasinya. Tapi apabila
yang terjadi sebaliknya maka yang akan timbul adalah rasa
bersalah pada anak.

Berikut ini adalah permasalahan tingkah laku pada anak menurut Hallahan
dan Kauffman (F.J Monks dkk, 2006) bahwa anak mempunyai masalah tingkah
laku atau permasalahan emosional yang menonjol. Anak dalam golongan ini
mempunyai beberapa ciri menonjol seperti berkelahi, mencuri, mengganggu anak
lain, membolos, tidak dapat berkonsentrasi, hiperaktif, menarik diri dari pergaulan
dan kecemasan.

2.1.8 Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1
ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut (Hasan : 2010), pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada
jalur formal, nonformal dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan mendasar yang arahnya sebagai berikut :
1.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik, dalam hal ini adalah koordinasi
motorik anak.

2.

Kecerdasan, terdiri dari daya pikir, daya cipta kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual.

3.

Sosioemosional, meliputi sikap, moral dan agama.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai metode atau teknik pendidikan
PAUD menurut Ilham Permadi (2010) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan
PAUD. Metode yang pertama adalah metode bermain. Bermain merupakan bagian
dari masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain adalah kegiatan
yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri dan dilaksanakan untuk kegiatan itu
sendiri lebih ditekankan pada caranya dan hasil yang diperoleh dari kegiatan
tersebut. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan yang
dilakukan dalam konteks non serius.
Menurut Frank dan Theresa Caplan (2000) dalam bermain ada 16 nilai
bagi anak, yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

1.

Bermain membantu pertumbuhan anak.

2.

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela.

3.

Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak.

4.

Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai.

5.

Bermain memiliki unsur berpetualang di dalamnya.

6.

Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa.

7.

Bermain memiliki pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan
antar pribadi.

8.

Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.

9.

Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.

10.

Bermain merupakan cara anak untuk memahami sesuatu.

11.

Bermain merupakan cara anak untuk memahami peran orang dewasa.

12.

Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar.

13.

Bermain menjernihkan pertimbangan anak akan sesuatu.

14.

Bermain dapat distruktur secara akademis.

15.

Bermain merupakan kekuatan hidup.

16.

Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.

Metode yang selanjutnya adalah metode bercerita. Bercerita merupakan
salah satu metode dalam mendidik anak. Berbagai nilai moral, pengetahuan dan
sejarah dapat disampaikan dengan baik melalui cerita. Bercerita mempunyai
makna penting bagi perkembangan anak usia dini karena banyak nilai yang
diperoleh dari kegiatan tersebut, diantaranya:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

1.

Penanaman nilai-nilai budaya.

2.

Penanaman nilai-nilai sosial.

3.

Penanaman nilai-nilai agama.

4.

Penanaman tentang etos kerja dan etos waktu.

5.

Membantu mengembangkan fantasi dan imajinasi anak.

6.

Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak.

7.

Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.

Berikutnya adalah metode proyek sederhana, yang dimaksud adalah
melatih anak untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 a