KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI PAUD BABY SMILE SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK ((Studi Kasus Komunikasi Interpersonal antara Guru dan Murid yang diterapkan PAUD Baby Smile School dalam rangka pembentukan karakter.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR DI PAUD BABY SMILE SCHOOL
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
((Studi Kasus Komunikasi Interpersonal antara Guru dan Murid yang diterapkan PAUD Baby Smile School dalam rangka pembentukan karakteranak)
S K R I P S I
Oleh :
HARLIN OKTAVIANTI 0943010032
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA 2013
(2)
ii
KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL
((Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak)
Disusun Oleh :
RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA 0943010143
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 September 2013
PEMBIMBING TIM PENGUJI :
1. Ketua
Dra. Sumardjijati,M.Si NIP 196220323 199309 2001 2.Sekretaris
Dra.HerlinaSuksmawati, MSi NIP. 19641225 199309 2001 3. Anggota
Dra. Dyva Claretta,M.Si NIP.3 6601 94 00251
Mengetahui DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP.1 95507181983022 001 Dra. Sumardjijati, M.Si
(3)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian ini.
Keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis membuat Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Berkat usaha, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang selama ini telah membimbing serta memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :
1. Dra. Hj. Suparwati, M. Si, Dekan FISIP UPN Veteran JATIM
2. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran JATIM
3. Drs. Saiffudin Zuhri, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran JATIM
4. Dra. Herlina Suksmawati, M.Si, Membimbing Peneliti sampai selesainya penelitian ini.
5. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, sebagai Dosen Wali
(4)
v
7. Ibu Maria Farida selaku ketua yayasan Karunia Kasih Allah yang sudah memberikan ijin penulis melakukan penelitian
8. Ibu yantik, Selaku owner BSS dan para Aunty BSS PCI, trimakasih telah menyempatkan waktu untuk melakukan wawancara dengan penulis.
9. Keluarga penulis, Papa, Mama, Dbrot dan semua keluarga besar penulis, terima kasih atas segala dorongan, bimbingan, nasihat-nasihat, serta doanya. 10. Hendro Pratomo, terima kasih atas dukungan dan senyumannya ya, serta
yang selalu memberikan motivasi. I love you..
11. Sahabat tercintaku Sari Putri yang sudah menemaniku bengong di perpus.Ayo ndang di selesaiin skripsinya...keburu nikah lo.
12. Saudara MA1C35, mbak Fifi (mpok ku) & Bikdha . Trimakasih ya mpok sudah menemaniku dalam suka dan duka selama mengerjakan.
13. Seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis memohon kehadirat Tuhan YME semoga segala bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Tuhan YME.
Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya.
Surabaya, 9 September 2013
(5)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 17
1.3 Tujuan Penelitian ... 17
(6)
vii
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 17
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19
2.1 Tinjauan Penelitian terdahulu ... 19
2.2 Komunikasi Interpersonal ... 20
2.2.1Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 20
2.2.2. Fungsi Komunikasi interpersonal ... 25
2.2.3 Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal ... 25
2.2.4. Klasifikasi Komunikasi Interersonal ... 28
2.2.5. Proses Komunikasi Interpersonal ... 29
2.2.6 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 34
2.2.7. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 36
2.2.8. Komuikasi Verbal ... 40
2.2.9 Komunikasi Nonverbal ... 41
2.3. Komunikasi Pendidikan ... 42
2.4 Teori Belajar Mengajar ... 43
(7)
viii
2.4.2 Konsep PAUD ... 48
2.4.3 Guru ... 51
2.4.4 Anak Usia Dini ... 53
2.5 Karakter ... 54
2.5.1 Pendidikan Karakter ... 55
2.5.2 Pembentukan karakter ... 59
2.5.3 Teori Tabularasa ... 62
2.6 Kerangka Berfikir... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 65
3.1 Jenis Penelitian ... 65
3.2 Definisi Konseptual ... 67
3.2.1 Komunikasi Interpersonal ... 67
3.2.2 Pembentukan karakter ... 67
3.3 Subyek dan Informan Penelitian ... 68
3.4 Lokasi Penelitian ... 69
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 69
3.6 Teknik Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72
(8)
ix
4.1.1 Gambaran Umum PAUD Baby Smile School ... 72
4.1.2 Visi dan Misi ... 74
4.1.3 Program Kegiatan pembelajaran ... 74
4.1.4 Lokasi Lembaga Pendidikan ... 76
4.1.5 Logo PAUD Baby Smile School ... 76
4.2 Identitas responden... 77
4.2.2 Identitas Responden Murid ... 77
4.2.3 Identitas Responden Guru ... 79
4.3Penyajian Data ... 80
4.3.1 Proses pembentukan karakter di Baby Smile School ... 106
4.4 Analisa Data ... 110
BAB IV PENUTUP ... 122
5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 124
(9)
xii ABSTRAK
HarlinOktavianti.TemaKomunikasi Interpersonal Pada Proses Belajar Mengajar di PAUD BABY SMILE SCHOOL dalam Pembentukan arakter Anak. (Studi Kasus Komunikasi Interpersonal antara Guru danMurid yang diterapkan PAUD Baby Smile School) melalui pendekatan dalam rangka pembentukan karakter anak. Skripsi.
Komunikasi Interpersonal dalam dunia pendidikan, komunikasi interpersonal sangat tepat dan efektif untuk diterapkan, khususnya pada pendidikan anakusiadini.Pendidikan anak usia dini merupakan landasan penting dan pondasi bagi anakuntuk melanjutkan hidup di masa mendatang. Pada pendidikan usiadini, yaitu pada saat usia anak 0-5 tahun atau pada usiaemas, ditanamkan nilai-nilai awal kehidupan sebagai pegangan di kehidupan yang akan datang. Pada pendidikan dini, anak dipersiapkan untuk menjadi individu yang mandiri, kuat, pemberani dan siap untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya yang lebih tinggi. PAUD Baby Smile School melakukan peran sebagai pendidik bagi balita dalam rangka mengoptimalkan usia emas pada anak.Kegiatan pendidikan dilakukan melalui komunikasi interpersonal antara guru dan murid untuk lebih mendalami karakter masing-masing.Disini PAUD Baby Smile School juga menerapkan tahap-tahap pembentukan karakter yang di terapkan oleh Ratna Megawangi, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action terbukti efektif dalam merangsang kecerdasan balita.Dengan komunikasi interpersonal antara guru dan murid dapat menciptakan interaksi yang sinergis dan suasana belajar yang nyaman bagi murid. Kenyamanan belajar akan berpengaruh pada prestasi siswadan menggali potensi balita. Dengan menggunakan komunikasi interpersonal melalui 3 tahan pembentukan tersebut, PAUD Baby Smile School membentuk karakter anak didik menjadi pribadi yang cerdas, aktif, pemberani, berprestasi dan percayadiri.Penerapan metode pendidikan PAUD Baby Smile School berhasil melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang unggul dari yang lain. Dengan demikian, balita telah dipersiapkan untuk menjalani kehidupan yang akan dating dan menuju kejenjang pendidikan selanjutnya dengan berbekal kecerdasan dan kreatifitas.
(10)
xiii
Abstract
HarlinOktavianti. Theme Interpersonal Communication In Teaching and Learning in Early Childhood BABY SMILE SCHOOL in Character Building Children. (Case Study of Interpersonal Communication between Master and Disciples who applied ECD Baby Smile School) approach in order to establish the character of the child.Thesis.
Interpersonal communication in education , interpersonal communication is appropriate and effective to implement, especially in early childhood education . Early childhood education is an important basis and foundation for the child to continue to live in the future . On early childhood education , which is when children 0-5 years of age or the age of gold , instilled values early in life as a handle in the life to come . On early education , children are prepared to become independent individuals , strong , brave and ready to continue their education at the next higher level . PAUD Baby Smile School perform a role as an educator for the child in order to optimize the golden age of the child . Educational activities conducted through interpersonal communication between teachers and students to learn more about each character . Here PAUD Baby Smile School is also implementing stages of the formation of character is applied by Ratna Megawangi , namely moral knowing , moral feeling , and moral action , proved to be effective in stimulating the intelligence of a toddler . With interpersonal communication between teachers and students can create a synergistic interaction and conducive learning environment for students . Convenience of learning will affect siswadan explore the potential achievement toddler . Using interpersonal communication through the formation of 3 -resistant , early childhood shape the character of PAUD Baby Smile School students become intelligent person , active , courageous , accomplished and percayadiri . Implementation of early childhood education methods PAUD Baby Smile School successfully gave birth to the nation's future generations are superior to the other . Thus, the toddler has been prepared to live a life that will come and go to the next educational armed with intelligence and creativity .
(11)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat kita selalu berkomunikasi untuk menjalin sebuah hubungan. Karena dengan adanya komunikasi kita akan mengetahui tentang sesuatu hal masing-masing antara satu dengan yang lainnya.
Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama, yaitu sama makna mengenai satu hal (Effendy,2002:3). Banyak makna mengenai pengertian komunikasi yang diungkapkan dari para ahli namun dari keseluruhan pengertian komunikasi yang ada dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2002 : 5).
Komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Ilmu komunikasi apabila dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi , antar kelompok, antar suku, antar bangsa dan ras, membina persatuan dan kesatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy, 1993:27).
Sedangkan komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang (DeVito, 1995:56). Komunikasi interpersonal dimengerti sebagai umpan balik
(12)
2
yang bertujuan untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas pribadi dan efektivitas antarpribadi (DeVito, 1995:60). Komunikasi interpersonal meng-haruskan para pelaku komunikasi bertatap muka antara dua orang atau lebih (Liliweri, 1991:25), sehingga diharapkan ekspresi wajah, sikap tubuh para pelakunya dapat terlihat sehingga efek yang muncul dapat terlihat langsung. Komunikasi interpersonal merupakan pembicaraan yang akrab antara dua orang atau lebih, secara tatap muka di mana satu sama lain saling memberikan tanggapan atas permasalahan yang sedang dibicarakan, baik secara verbal mau-pun non verbal dengan terbuka, jujur, suportif,dan tidak berprasangka, sehingga pada akhirnya di-harapkan terjadi saling pengertian. Komunikasi interpersonal sering terjadi kesalahpahaman, yang disebabkan adanya gangguan saat berlangsungnya komunikasi. Gangguan ini mencakup tiga hal, yaitu; (1) gangguan fisik; biasanya berasal dari luar dan mengganggu trasmisi fisik pesan seperti kegaduh-an, interupsi, dan sebaginya; (2) gangguan psi-kologis; timbul karena perbedaan gagasan dan penilaian subjektif di antara orang yang terlibat dalam komunikasi, seperti emosi, perbedaan niali-nilai,sikap, status; dan (3) gangguan semantik; terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan dalam berkomunikasi memiliki arti ganda sehingga penerima gagal menangkap maksud dari pengirim pesan.
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan berhasil apabila ada kesiapan dari pihak-pihak yang terlibat untuk saling mendengarkan, saling menerima, adanya keterbukaan, kepekaan dalam membaca bahasa tubuh serta adanya umpan balik. Komunikasi interpersonal ada aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh
(13)
3
pelaku komunikasi inter-personal supaya komunikasi menjadi efektif (De Vito, 1995: 131), yaitu; (1) Keterbukaan (open-ess), yaitu adanya keinginan untuk membuka diri dengan orang lain untuk berinteraksi serta adanya keinginan untuk memberikan tanggapan sejujur-jujurnya terhadap setiap stimulus yang diterima; (2) Empati (emphaty), yaitu adanya usaha masing-masing pihak untuk merasakan juga apa yang sedang dirasakan orang lain, dalam upaya untuk melakukan pemahaman terhadap orang lain; (3) Dukungan (supportiveness) yaitu berupa ung-kapan non verbal, yang meliputi descriptiveness; dipahami sebagai lingkungan yang tidak meng-evaluasi, sehingga orang bebas untuk mengung-kapkan perasaannya, spontanity; sebagai ke-mampuan seseorang untuk berkomunikasi secaraspontan dan mempunyai pandangan yang orientasi ke depan, serta provisionalism; kemam-puan untuk berpikir secara terbuka, dan kesedia-an untuk mengubah diri apabila perubahan itu dipandang perlu; (4) Kepositifan (positiveness) yaitu adanya sikap positif dan menghargai orang lain, sehingga seseorang mampu menghargai diri-nya sendiri secara positif; (5) Kesamaan (Equality) yaitu adanya kesamaan pengalaman serta adanya kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi, dapat mencegah terja-dinya kesalahpahaman ataupun konflik.
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika
(14)
4
berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Kita hendaknya mengingat bahwa balita adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang tua dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini.
Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan.
Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada
(15)
5
masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, dalam bukunya Teori-Teori Psikologi Sosial (2002:79) menjelaskan tentang teori-teori belajar sosial dan tiruan sebagai berikut:
“Dalam kehidupan manusia ada 2 macam belajar yaitu belajar secara fisik (belajar menari, belajar naik sepeda, dan lain-lain) dan belajar psikis. Termasuk dalam belajar psikis ini: belajar sosial (social learning), dimana seseorang mempelajari perannya dan peran orang-orang lain dalam kontak sosial. Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya itu”.
Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa dalam PAUD, meniru adalah bagian dari proses sosial pada balita yang dapat menjadikan balita tersebut pandai dan peka terhadap rangsangan yang ada. Dengan membe rikan pengertian padabalita bahwa apa yang anak lakukan dan apa yang anak tiru adalah baik atau buruk maka perlahan balita dapat mengetahui apa yang baik dan buruk untuk dilakukan serta apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan.
(16)
6
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu faktor utama dalam proses pembentukan karakter disamping peran orang tua. Lingkungan memegang andil yang cukup besar dalam membuat pola sikap anak-anak. Lingkungan disini adalah tempat anak berkegiatan dan berinteraksi dengan orang lain selain keluarga. Di lingkungan sekolahnya, anak diajarkan untuk mampu berlaku baik dan menghargai sesama.
Komunikasi guru dengan muridnya di kelas termasuk komunikasi interpersonal. Guru sebagai komunikator sedangkan muridnya sebagai komunikan. Guru memiliki pesan dengan tujuan tertentu yang di sampaikan pada muridnya dengan umpan balik langsung. Komunikasi tersebut penting karena anak berusia dini adalah anak dalam masa emasnya. Sehingga stimulus yang diberikan pada anak usia 0-5 tahun tersebut dapat diserap secara maksimal.
Usia emas atau golden age adalah masa yang palig penting dalam proses kecerdasaan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar, mulai dari berbicara, bersikap, bermain, hingga diajarkan untuk belajar pelajaran-pelajaran ringan. Hal tersebut dimaksudkan agar anak mampu mengasah kecerdesan dan bakat yang sudah dimiliki sehak lahir.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas anak didik sejak usia dini. Di masa inilah anak mulai diajarkan untuk mampu berinteraksi dengan dunia luar. Balita dibiasakan untuk mampu bergaul, bersikap, dan berperilaku sesuai yang diajarkan. Anak dibiasakan untuk hidup teratur dan belajar mentaati peraturan yang ada. Dengan cara demikian, anak akan terbiasa hidup teratur sejak dini.
(17)
7
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia lima tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasaan (daya pikir, daya cipta, kecerdasaan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Sebagian besar pertumbuhan anak terjadi pada usia dibawah lima tahun yaitu pada usia emas tersebut. Oleh karenanya, tingkat keberhasilan pertumbuhan anak akan ditentukan pada usia tersebut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) akan menentukan pendidikan pada jenjang berikutnya, sehingga eksistensinya perlu mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak.
Pada dasarnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah wadah bagi balita untuk mengasah dan memupuk jiwa sosial dari kecil. Namun, tak ayal dalam proses tersebut balita sangat rentan berperilaku tidak baik bahkan menyimpang. Itulah proses pembelajaran yang wajar dialami balita. Balita akan dengan mudah menirukan apa yang sebagian dari mereka lakukan, tanpa berfikir
(18)
8
baik dan buruknya perbuatan tersebut. Meniru adalah sebuah proses sosial yang lumrah terjadi khususnya dalam suatu kelompok seperti dalam kelompok bermain pada PAUD.
Dari sekian banyak PAUD yang ada di Surabaya, salah satunya adalah PAUD Baby Smile School. PAUD Baby Smile School memiliki komitmen untuk mencerdaskan dan memajukan sumber daya generasi emas bangsa. PAUD Baby Smile School ada untuk masyarakat yang percaya bahwa periode emas putera-puteri adalah saat kreativitas bersinergi dengan multiple intelligence, dengan kemandirian dan percaya diri menjadi sebuah karakter yang utuh, generasi emas yang peduli, rela memaafkan, adil, jujur, hormat pada sesama, tanggungjawab dan team work.
PAUD Baby Smile School mempunyai kurikulum yang berkompeten. Dengan metode pengajaran Bilingual, montesory sistem, multiple intelligence. Dalam proses pengajaran di dalam kelas, siswa-siswi juga di dengarkan lagu-lagu dengan alunan nadah rendah. Hal ini akan membantu menstimulus otak anak.
Siswa-siswi Baby Smile school akan diberikan kegiatan rutin berupa makan bersama di sekolah dan olahraga, acara makan bersama diadakan sekali dalam seminggu. Tidak hanya itu , siswa-siswi Baby Smile School akan diberikan fasilitas pemeriksaan fisik dan psikologis dalam 1 semesternya. Sementara itu siswa-siswi Baby Smile School akan dibekali kegiatan intrakulikuler berupa bahasa mandarin, computer, Tari, Vokal, dan sempoa.
Proses pendidikan di PAUD Baby Smile School tidak hanya kegiatan belajar di kelas saja, melainkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan
(19)
9
oleh PAUD Baby Smile School. Melalui kegiatan berkebun bersama, diharapkan balita memahami bagaimana cara untuk menjaga lingkungan dan efek dari lingkungan yang bersih dan alami. Melalui kegiatan pergi ke kebun binatang, melalui kegiatan ini kami mengenalkan macam-macam hewan yang ada.
Kegiatan yang lain yang diselenggarakan PAUD Baby Smile School adalah berenang bersama-sama, dengan harapan balita akan mampu melakukan pola hidup yang sehat. Memperingati hari-hari besar seperti hari Kartini, hari Pahlawan, hari Kemerdekaan dan lain-lain. Diharap balita dapat menumbuhkan rasa nasionalisme sejak usia dini. Ada pula kegiatan-kegiatan pentas seni dan perlombaan-perlombaan yang didalamnya mengandung unsur pembelajaran dan pesan kepada balita agar menjadi pribadi yang tumbuh dan berkembang dengan baik.
Keberhasilan para guru PAUD Baby Smile School mencetak generasi-generasi baru yang lebih unggul terbukti dengan banyaknya lomba-lomba menyanyi, menari, dan presentasi yang diikuti murid PAUD Baby Smile School dan menjadi juara. Dengan demikian, bakat yang dimiliki balita dapat diarahkan dan tersalurkan dengan baik. Prestasi-prestasi yang diraih oleh PAUD Baby Smile School membuktikan bahwa strategi yang digunakan PAUD Baby Smile School untuk membentuk karakter anak sejak dini dan mengasah kecerdasan anak sangat efektif. Atas dasar inilah penulis memilih PAUD Baby Smile School sebagai obyek penelitian karena begitu banyak prestasi yang diraih oleh PAUD Baby Smile School.
(20)
10
Keberhasilan PAUD Baby Smile School untuk melahirkan generasi yang berkarakter, pemberani dan cerdas melalui strategi pembelajaran yang ada di PAUD Baby Smile School adalah prestasi yang membanggakan khususnya di bidang pendidikan.
Selain itu PAUD Baby Smile School juga mempunyai 9 cabang yang tersebar di Surabaya.Hal ini dikarenakan peminat akan sekolah PAUD ini cukup besar. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian dan observasi di PAUD Baby Smile School.
Membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi orang tua dan guru, dengan harapan agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik. Semakin meningkatnya perhatian orang tua dan pemerintah terhadap pendidikan anak usia dini adalah suatu kabar gembira. Akan tetapi, disisi lain, seringkali orangtua dan pendidik juga masih memiliki pandangan yang kurang tepat dan sempit tentang proses pelaksanaan pembentukan pribadi pada anak usia dini, yakni terbatas pada kegiatan akademik saja seperti membaca, menulis, menghitung, dan mengasah kreativitas.
Pada usia balita, anak akan mengalami proses pembentukan karakter dengan stimulus yang diberikan oleh para orang tua dan guru yang mengajar di PAUD. Dalam proses pembentukan karakter, anak diajarkan dan dibiasakan untuk berlaku baik dalam perilaku sehari-hari. Peran guru sama pentingnya dengan peran orang tua dalam proses pendampingan belajar. Seorang Guru di PAUD diharapkan mampu menjalin komunikasi dan interaksi yang baik dengan anak agar tercipta keselarasan dalam proses
(21)
11
belajar. Guru haruslah berperan aktif untuk senantiasa membimbing anak agar mampu menentukan apa yang harus dilakukan dan membentuk pribadi yang baik serta santun.
Di usia balita, anak diarahkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, baik cerdas secara akal maupun cerdas secara akal. Disinilah peran PAUD menjadi penting karena para pengajar harus aktif mengajarkan berbagai hal kepada balita, baik pendidikan maupun perilaku.
Para pengajar PAUD harus aktif mengoptimalkan kecerdasan anak melalui berbagai rangsangan-rangsangan yang dapat dilakukan untuk mengasah kecerdasan anak. Proses pembentukan karakter pada anak senantiasa dipantau oleh para pengajar PAUD, agar para pengajar bisa membimbing dan mengarahkan perilaku balita ke arah yang positif. Dengan demikian, karakter anak akan terbentuk menjadi anak yang cerdas dan santun sejak usia dini. Usia emas anak dipandang penting untuk proses pembentukan karakter karena di usia emas anak sangat peka terhadap rangsangan dan stimulus yang berasal dari lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kelompok belajar dan bermain di PAUD.
Seorang pengajar PAUD haruslah mampu menangkap respon balik dari para siswa, baik respon verbal dan nonverbal. Hal apa saja yang dilakukan siswa ketika guru memasuki ruangan dan apa saja yang dikatakan oleh para siswa, guru haruslah mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Kemampuan berkomunikasi tidak terbatas pada pandai tidaknya berbicara dan sebanyak apa yang dia bicarakan, melainkan bagaimana seorang pengajar PAUD
(22)
12
mampu menciptakan pembicaraan yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi balita.
Dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan murid, maka proses belajar mengajar yang terjadi di PAUD akan berlangsung baik dan optimal. Interaksi yang dinamis antara guru dan murid akan menciptakan iklim belajar yang dinamis pula sehinnga balita dapat mengikuti semua kegiatan dan pelajaran yang diajarkan. Interaksi yang terjalin di PAUD dalam proses belajar mengajar adalah untuk lebih mendalami pribadi balita, merangsang kecerdasan, dan mengasah bakat balita.
Pola interaksi yang terjalin di PAUD dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan usia emas balita dan memupuk rasa percaya diri balita. Kecerdasan yang balita miliki sejak lahir harus diasah dan diarahkan agar balita yang belajar di PAUD lebih memiliki karakter dan unggul disbanding balita yang lain. Karakter anak dibentuk sejak dini di PAUD menjadikan balita lebih siap dan aktif untuk menuju jenjang pendidikan lebih tinggi dengan berbekal kecerdasan dan perilaku yang baik yang telah balita miliki.
Berbagai hambatan dan kendala dialami oleh PAUD dalam proses belajar mengajar. Diantaranya adalah sulitnya mengarahkan balita untuk berlaku teratur. Seorang pengajar PAUD harus mampu mengarahkan dan mendidik balita dengan cara yang mudah dipahami oleh balita. Seorang pengajar PAUD harus mampu menyampaikan pesan dengan efektif namun dalam cara yang ringan dan mudah dipahami balita. Contohnya dengan
(23)
13
nyanyian dan permainan. Seorang pengajar dituntut untuk kreatif dalam menciptakan terobosan untuk menyampaikan pesan kepada balita. Melalui cara penyampaian yang ringan dan menyenangkan, diharapkan balita mampu mencerna pesan yang guru sampaikan.
Komunikasi interpersonal pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pribadi. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelimat alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya,berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun. (Mulyana, 2005 73).
Komunikasi interpersonal pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pribadi. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
(24)
14
Onong Efendy (2000, p.59-62) meyatakan bahwa usaha untuk mengubah sikap, opini, kepercayaan dan perilaku seseorang lebih efektif bila melalui komunikasi personal atau antarpribadi yakni proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika’’ Komunikasi interpersonal memungkinkan proses komunikasi yang dialogis, yang didalamnya terdapat interaksi.
Prinsip dasar dari komunikasi interpersonal adalah, bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi pasti akan memperoleh pengalaman. Hal inidisebabkan esensi komunikasi interpersonal adalah proses transaksi simbol-simbol.
Berbagai pendekatan mencapai perubahan yaitu: 1. Informative
Pendekatan informative pada hakikatnya komunikasi hanyamenyampaikan informasi kepada komunikan.
2. Dialogis
Ciri komunikasi interpersonal dengan pendekatan dialogis adalah terjadinya percakapan atau dialog, menuju proses sebagai informasi.
3. Persuasive
Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mempengaruhi, mengubah pandangan, sikap dan perilaku oranglain/kelompok orang (komunikan) dengan cara halus yaitu membujuk
(25)
15
4. Instruktif
Pendekatan ini dinamakan pula koersif. Pendekatan instuktif atau koersif menekankan pada memposisikan komunikator dalam posisi tawar yangtinngi, dimana dia dapat legitimasi untuk memerintahkan, mengajarkan, dan bahkan menyatakan ide kepada komunikan.
Membentuk karakter tidak bisa dilakukan dalam sekejap dengan memberikan nasihat, perintah, atau instruksi, namun lebih dari hal tersebut. Pembentukan karakter memerlukan teladan/role model, kesabaran, pembiasaan, dan pengulangan. Dengan demikian, proses pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang dialami oleh siswa sebagai bentuk pengalaman pembentukan kepribadian melalui mengalami sendiri nilai-nilai kehidupan,agama, dan moral.
Menurut Ratna Megawangi, ada tiga tahap pembentukan karakter, yakni: 1. MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik.
2. MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
3. MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior
(26)
16
Dengan melalui tiga tahap tersebut, proses pembentukan karakter akan menjadi lebih mengena dan siswa akan berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.
Menurut Hurlock (1978) pembentukan karakter diawali dengan penanaman nilai-nilai moral pada anak prasekolah yang dilakukan melalui proses pengajaran langsung terutama tentang konsep moral dan pola perilaku moral untuk mengajarkan apa yang benar dan menekankan anak agar berperilaku sesuai harapan sosial, yang erat kaitannya dengan penerapan disiplin dari orangtua. Proses yang kedua adalah melalui identifikasi yaitu proses dimana anak-anak menginternalisasikan nilainilai dari orang lain dan meniru perilakunya setelah melihat perilaku tersebut.
Oleh karena itu pendidikan pada usia dini sangat penting dibutuhkan karena dengan adanya komunikasi yang khusus pada PAUD dapat membuat mereka berinteraksi dan berkomunikasi kepada keluarga, teman dan orang disekitarnya. Tidak hanya melalui pendidikan saja, komunikasi di dalam keluarga juga sangat berperan penting terhadap stimulus si anak. Dengan begitu akan membangunsebuah karakter anak yang sudah didapatkannya.
Disamping komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan pesaan atau informasi dalam hubungan menjalin interaksi manusia yang saling berpengaruh dan mempengaruhi. Maka komunikasi mampu dijadikan sebagai alat untuk pembelajarn si anak dengan metode penatalaksanaan sebuah perilaku.
(27)
17
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah “ Bagaimana Komunikasi Interpersonal yang terjalin dalam proses belajar mengajar antara guru dan murid dalam pembentukan karakter anak di PAUD Baby Smile Schoool “ .
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dalam penelitian adalah;
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang terjalin antara guru dengan murid dalam proses belajar mengajar untuk pembentukan karakter anak di PAUD Baby Smile School “
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis
Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi khususnya dalam mengetahui strategi komunikasi kelompok dalam proses belajar mengajar dan pola komunikasi antara guru dan murid yang digunakan PAUD Baby Smile School dalam proses perkembangan dan pembentukan karakter anak. Mengetahui peran PAUD Baby Smile School untuk mempersiapkan generasi-generasi yang cerdas secara akal dan moral. Sebagai bahan literature untuk penelitian-penelitian sejenis, di masa yang akan datang dan penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi instansi pendidikan mengenai bagaimana strategi komunikasi kelompok antara guru dan murid
(28)
18
untuk membentuk karakter anak dan meningkatkan fungsi PAUD Baby Smile School agar optimal dan maksimal dalam merangsang kecerdasan dan mengendalikan perilaku pada anak.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PAUD Baby Smile School untuk mengetahui strategi pengajaran dan pola komunikasi PAUD Baby Smile School dapat membantu merangsang kecerdasan anak dan strategi belajar mengajar dalam pembentukan karakter anak. Melalui penelitian ini, PAUD Baby Smile School diharapkan untuk mengoptimalkan usia emas balita sebagai pondasi untuk masa depan.
(29)
19 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh penelitian lain sebagai Tinjauan Penelitian Terdahulu yaitu :
Skripsi Ida Wiendijarti “Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Pendidikan Seksual”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh dan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam pendidikan seks remaja. Metode yang digunkan dalam penelitian ini adalan metode kualitatif-interpretatif, yang menggabungkan metode penelitian survai, in-depth-interview, dan metode focus group discussion. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat adanya perbedaan perlakuan antara remaja perempuan dan remaja laki-laki dalam memperoleh perlakuan dalam hal pemberian pendidikan seks, Pada remaja perempuan nampaknya orang tua masih terus memberikan pendamping dan memberikan penjelasan terutama ketika anak mengalami menstruasi pertama. Remaja laki-lali cenderung lebih banyak memperoleh pengetahuan seksual dari teman ataupun media massa. Hal iini diakui oleh orang tua karena laki-laki dianggap lebih kecil resikonya dalam hal penyimpangan perilaku seksual dibandingkan perempuan. Peran ibu massih lebih dominan dalam memberikan bekal pendampingan kepada anak, hinga pendampingan kepada remaja perempuan cenderung lebih intensif daripada remaja laki-laki.
(30)
20
Skripsi Mustika Chairani/ Ida Wiendijarti/ Dewi Novianti “ Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Mencegah Kenakalan Remaja pada Siswa”. Komunikasi antar pribadi mempunyai peran penting pada tingkat kenakalan remaja. Hal ini tercermin dari studi yang menunjukan komunikasi interpersonal dapat meningkatkan, memberikan motivasi antara mahasiswa. Metode yangdiadaptasi untuk studi ini dengan penelitian deskriptif kualitatif. Subyek adalah siswa SMA Colombo Yogyakarta sebanyak 12 siswa dari total penduduk 88 . Penentuan informan didasarkan pada pertimbangan kekayaan informasi. Pendekatan Everett M Rogers digunakan sebagai penanda dalam komunikasi dimana ide tersebut dipindahkan dari satu sumber ke sumber lain dengan maksud untuk mengubah perilaku. Dalam penelitian ini, model Newcom ABX mampu menjelaskan hasil studi bahwa umpan baliktidak terjadi secara dinamis. Tujuan dalam penelitian ini tidak efektif pada komunikasi interpersonal. Itu muncul dari mahasiswa yang malas, karakter introvert< orang tua yang tidak mendukung, serta perbedaan argumen antara siswa, guru dan orang tua.
2.2. Komunikasi Interpersonal
2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. (Burgon & Huffner, 2002). Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan yang dianggap
(31)
21
paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat serta perilaku manusia ( Liliweri, 1997 : 12 & 123 ).
Menurut De Vito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, 30).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau non verbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000,73) Menurut Effendi(2003:12) ,menjelaskan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang, antara komunikator dengan seorang komunikan yang sifatnya dialogis, komunikasi berlangsung secara timbal balik (two way traffic of communication). Arus balik (feedback)berlangsung dengan segera artinya komunikator mengetahui dengan segera reaksi komunikasi pada saat itu juga. Dampak atau efek yang terjadi dapat merupakan arus balik yang bersifat negative atau positif. Dampak positif yang ditimbulkan ini biasanya disebabkan karena komunikan merasa senang atas pesan yang disampaikan. Sedangkan dampak negative ini terjadi karena adanya perasaan tidak senang atas pesan yang disampaikan oleh komunikator, pesan yang disampaikan dianggap menyinggung atau tidak sesuai dengan suasana hati dari komunikan.
(32)
22
Komunikasi antarpribadi melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu komunikasi antarpribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran dan gagasan, dan sebagainya. Komunikasi interpersonal adalah sebuah bentuk khusus dari komunikasi manusia yang terjadi bila kita berinteraksi secara simultan dengan orang lain dan saling mempengaruhi secara mutual satu sama lain, interaksi yang simultan berarti bahwa para pelaku komunikasi mempunyai tindakan yang sama terhadap suatu informasi pada waktu yang sama pula. Pengaruh mutual berarti bahwa para pelaku komunikasi saling terpengaruh akibat adanya interaksi di antara mereka. Interaksi mempengaruhi pemikiran, perasaan dan cara mereka menginterpretasikan sebuah informasi.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan secara langsung tatap muka dan bersifat pribadi oleh minimal dua orang. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang mampu menjalin keakraban antara komunikator dan komunikannya. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang secara langsung dialogis sehingga dapat menciptakan keterbukaan dan hal utama seseorang dalam melakukan hubungan antar pribadi adalah untuk dua hal yaitu oerasaan dan ketergantungan yang akhirnya terjalin hubungann yang lebih akrab dengan orang lain dan dapat membentuk kinerja kerjasama. Komunikasi antar pribadi adalah
(33)
23
komunikasi dalam bentuk verbal maupun bentuk non verbal, yaitu proses komunikasinya secra timbale balik antara komunikator dengan komunikan.
Dalam bahasa lain dikatakan bahwa komunikasi interpersonal sering disebut dengan komunikasi tatap muka. Menurut Effendy (2003:8) komunikasi diartikan tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung komunikator dan komunikan saling berhadapan dan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji serta mengetahui secara langsung perubahan sikap dan tingkah laku dari komunikan.
Dari penjelasan komunikasi interpersonal yang dikemukaan oleh Effendy tersebut maka terlihat bahwa reaksi dari komunikan dapat langsung diketahui oleh komunikan apakah mendukung atau tidak mendukung. Dengan demikian komunikator dapat mengubah strategi komunikasinya untuk mngubah pendapat yang bersebrangan apa yang disampaikan oleh komunikator dalam komunikasi interpersonal langsung mendapat tanggapan dari komunikan dan pada saat itu juga dapat dilakukan evaluasi terhadap tujuan dan keinginan disampaikan pesan oleh komunikator kepada komunikan.
Komunikasi interpersonal sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Komunikasi antar personal merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan uman balik langsung. Salah satu keuntungan dari komunikasi antar personal khususnya penyampaian pesan dalam hal ini adalah dapat mengetahui secara lengkap mengenai komunikan seperti umur , pekerjaan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Hal ini perlu diketahui komunikator
(34)
24
karena salah satu tujuannya diadakan komunikasi antar personal adalah melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku dari komunikan. Dari beberapa pengertian komunikasi antar personal diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar personal mempunyai peran yang sangat penting daam keberhasilan suatu persuasi.
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal secara berbeda-beda, dan berikut ini ada tiga sudut pandang definisi utama diantaranya :
a. Berdasarkan komponennya
Komunikasi intepersonal didefinisikan dengan mengamati kompanen-kompinen utamanya yaitu mulai dari penampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.
b. Berdasarkan hubungan diadik
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas . Sebagai contoh komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua, guru dengan murid dan lain-lain. Definisi ini disebut juga dengan definisi diadik yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang tertentu.
(35)
25
c. Berdasarkan pengembangan.
Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang tak bersifat pribadi (inerpersonal) mnjadi komunikasi pribadi yang lebih intim (Defito,2006:231).
Dari ketiga definisi diatas dapat membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal dapat berubah apabila mengalami suatu perkembangan. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubunga yang mantap dan jelas.
2.2.2. Fungsi Komunikasi interpersonal
Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu komunikator dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.
2.2.3 Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal
Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal menurut (Burgon & Huffner, 2002): 1. Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal
(36)
26
maka panca indera manusia sangat dibutuhkan, khususnya mata dan telinga.
2. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur subyektif. Contohnya : evaluasi komunikan terhadap proses komunikasi, nyaman tidakkah proses komunikasi dengan orang tersebut.
3. Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif individu. Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi tersebut akan dikeluarkan atau diingat kembali pada suatu saat, baik sadar maupun tidak sadar. Proses pengingatan kembali ini yang disebut sebagai recalling.
4. Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk
memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif.
Setelah mendapatkan evaluasi terhadap proses komunikasi interpersonal maka ada antisipasi terhadap proses komunikasi yang selanjutnya. Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi dari komunikator. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara:
a.Komunikator
(37)
27
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
3. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.
b.Media
1. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
2. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal telepon selular tidak dapat ditangkap.
3. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu.
4. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang mempengaruhi proses komunikasi.
c. Komunikan
1. Hambatan biologis, misalnya komunikan yang tuli.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikan yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan.
3. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki
(38)
28
2.2.4. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Muhammad (2004,159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota keluarga, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
d. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.
(39)
29
2.2.5. Proses Komunikasi Interpersonal
Menurut Sunarto terdapat tiga tipe unsur penting dalam proses komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi antar pribadi yaitu ( Sunarto,2003:16-17).
1. Sumber (source), disini sumber atau komunikator adalah guru
2. Pesan (message) dapat berupa ucapan, pesan-pesan atau lambang-lambang.
3. Sasaran (destination) adalah murid PAUD
Selain tiga unsur tersebut proses komunikasi khususnya komunikasi antar pribadi tampaknya membuktikan dua tindakan yakni memberi dan menerima, sehingga dalam proses komunikasi tersebuut terjadi penggunaan bersama yang berarti suatu hal yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama serta terciptanya proses yang saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama-sama diharapkan mendapatkan tanggapan yang lebih dari komunikator dan komunikannya.
Setiap definisi komunikasi interpersonal diatas menunjukan adanya suatu proses dalam komunikasi. Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesa.
Berdasarkan definisi De Vito LA proses komunikasi interpersonal bahwa komponen-komponen Komunikasi Antar Pribadi adalah sebagai berikut:
1) Pengirim – Penerima
Komunikator antar pribaadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antar pribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antar pribadi
(40)
30
memfokuskan dan mengirim pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan . Istilah pengirim – penerima menekankan bahwa fungsi pengirim – penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi, Contoh : Komunikasi anara guru dengan siswa, orang tua dengan anak dan sebagainya.
2) Encoding – Decoding
Encoding disebut juga penyandian yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang atau juga bisa diartikan sebagai tindakan menghasilkan pesan artinya pesan-pesan yang akan disampaikan di kode arau diformulasikan terlebih dahulu menggunakan kata-kata simbol dan sebagainya.
Decoding disebut juga pengawasa sandian yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yag disampaikan oleh komunikator kepadanya, dengan kata lain dapat diartikan sebagai tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima. Dalam komunikasi antar pribadi, karena pengirim bertindak sekaligue sebagai penerima maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal. Contoh ; penggunaan bahasa daerah.
3) Pesan-pesan
Pesan-pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Dalam komunikasi antar pribaadi, pesan-pesan ini berbentuk verbal (seperti kata-kata) atau non verbal
(41)
31
(gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan non verbal. Contoh: mata pelajaran
4) Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dpat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi dan manusiawi.Kedua, penyampaian melalui komunikasi interpersonal dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi yang nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan tanggapan dari pihak khalayak atas iisi pesan yang disampaikannya. Kelima pihak komunikator atau sumber dapat dengan sgera memberipenjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalah persepsian dari khalayak atas pesan yan disampaikan. Contoh : dalam komunikasi anatar pribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran tentang indera pendengar melalui suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain-lain)
5) Gangguan / Noise
Sering kali pesan-pesan jadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi dikirim berbeda dengan pesan yang diterima. Hal ini
(42)
32
dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi. Terdapat beberapa gangguan yaitu :
a. Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kgaduhan. Interupsi, jarak dan sebagainya
b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subjektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi , nilai-nilai, sikap dan sebagainya
c. Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang diginakan dalam komunikasi sering kali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap mekasud-maksud pesan yang disampaikan. Contoh : Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
6) Umpan Balik
Umpan balik ini memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi interpersonal karena pengirim dan penerima secara terus-menerus dan bergantian memberikan respon dalam berbagai cara baik verbal dan non verval. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan, bersifat positif bila tidak menimbulkan efek dan bersifat negative apabila merugikan
(43)
33
7) Konteks
Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi ini dan bentuk pesan yang disampaikan. Ada dua dimensi konteks dalam komunikasi interpersonal yaitu :
a) Dimensi Fisik
Mencangkup tempat dimana komunikasi berlangsung. Misalnya: Komuniksi antara guru dengan siswa didalam kelas. Disini kelas menjadi dimensi fisik.
b) Dimensi Sosial Psikologi
Mencangkup hubungan yang memperhatikan masalah status, peranan yang dimainkan, norma-norma kelompok masyarakat, keakraban, formalitas dan sebagainya.
8) Bidang Pengalaman (Field of Experience)
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi ini akan terjadi apabila para pelaku yanag terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.
9) Efek
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, prilaku, kepercayaan dan opini. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka. (Devito, 2007:10)
(44)
34
Komunikasi interpersonal berperan dalam mentransferkan pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain berupa ide, fakta, pemikiran serta perasaan. Oleh karena itu komunikasi interpersonal merupakan suatu jembatanbagi setiap individu, dimana mereka dapat berbagi rasa, pengetahuan, serta mempererat hubngan antara sesama individu pada masyarakat dilingkkungannya. Komunikasi interpersonal selalu menimbulkan saling pengertian dan saling mempengaruhi dengan orang lain .
Dengan adanya kesembilan unsur komunikasi diatas, diharapkan adanya suatu peningkatan hubungan interpersonal yang baik antara guru dan murid yang dapat terjalin melalui sebuah pembicaraa
2.2.6 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mempunyai 6 tujuan antara lain ( Muhammad, 2004,165-168 ) :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila individu terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan individu lain maka individu tersebut belajar banyak tentang diri sendiri maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada individu untuk berbicara tentang apa yang disukai, atau mengenai dirinya sendiri. Sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan
(45)
35
membicarakan diri sendiri dengan orang lain, individu memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku pribadi.
b. Menemukan Dunia Luar
Komunikasi interpersonal menjadikan individu dapat memahami lebih banyak tentang diri sendiri dan orang lain yang berkomunikasi dengannya. Banyak informasi yang seseorang ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak waktu dipergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain. d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu dipergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Setiap individu boleh memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.
(46)
36
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional untuk mengarahkan kliennya
2.2.7. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). (Devito, 1997;259-264).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini
(47)
37
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Setiap orang ingin orang lain bereaksi secara terbuka terhadap apa yang diucapkan. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. seseorang memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang seseorang lontarkan adalah memang miliknya dan orang tersebut bertanggungjawab atasnya.
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
(48)
38
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Individu dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Seseorang memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) profesional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Setiap individu mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1)
(49)
39
menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan
(50)
40
tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
2.2.8. Komuikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tertulis. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar sesama manusia. Melalui kata-kata mereka mengungkapan perasaan, emoso, pemikiran , gagasan ata maksud mereka, menyampaikan fakta, data dan pemikiran, saling berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa memegang peranan penting (Harjana,2003:22).
Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Bahasa memiliki banak fungsi namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
a. Untuk mempelajari tentang dunia disekeliling kita b. Untuk membina hubungan baik diantara sesama manusia
c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia (Hafied Cangara,2009:99).
(51)
41
2.2.9 Komunikasi Nonverbal
Kmnikasi Non Verbal adalah komunikasi yang pesanannya dikemas dalam benetuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata Komunikasi nonverbal ternyata jauh leih banyak dipakai daripada komunikasi verbal. Dalam berkomuniksi hampir secara otomatis, komunikasi nonverbal ikud terpakai. Karena komunikasi nonverbal selalu ada. Komuikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang akan diungkap (Hardjana,2003:26-27).
Bentuk komunikasi non verbal dapat berbentuk: 1. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan. Isi hati, isi pikiran, kehendak dan sikap orang.
2. Tanda, (Sign)
Dalam komunikasi non verbal tanda mengganti kata, misalnya bendera, rambu-rambu lalu linas darat, laut, udara dan aba-aba dalam olahraga. 3. Tindakan/perbuatan (action)
Tindakan /perbuatan sebetulnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu kera-keras waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil sekuat-kuatnya.
(52)
42
4. Objek
Objek sebagai bentuk komunikasi non verbal juga tidak menggunakan kata-kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu.Misalnya pakai aksesoris perhiasan, perabotan rumah, harta benda, kendaraan
2.3. Komunikasi Pendidikan
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan : “Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan...”. Pendapat tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya.
Tujuan Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh Pengajar/ Guru/ Dosen (sebagai komunikator) kepada para Pelajar/ Murid/ Siswa/ Mahasiswa (sebagai komunikan) harus terjadi secara tatap muka
(53)
43
(face to face) dan secara timbal balik dua arah (two way communication). Pengajar menyajikan materi pelajarannya sebaiknya bukan hanya dengan metoda ceramah saja sebaiknya juga dengan metode diskusi.
2.4 Teori Belajar Mengajar
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang melakukan proses belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan atau keterampilan, sikap, pengertian harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.Menurut Albert Bandura , anak belajar tingkah laku dengan melihat orang lain (model) yang melakukannya dan mengamati konsekuensi dari sejumlah tingkah laku (Bandura ,1965, 1977)
Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang (Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar : Sardiman, 2007 ; 21). Sehingga tujuan dari belajar itu mencakup tiga hal yaitu:
1. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan konsep atau fakta (kognitif). 2. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).
3. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik). Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek belajar, sehingga dalam proses belajar tentunya dipengaruhi dengan berbagai faktor. Secara garis besar faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal (berasal dari luar diri si subjek belajar)
(54)
44
dan faktor internal (berasal dari dalam diri si subjek belajar). Faktor eksternal lebih condong pada faktor lingkungan sedangkan faktor internal lebih menekankan pada sisi psikologis si subjek belajar.
Menurut Thomas F. Staton ada enam macam faktor psikologis (Sardiman, 2007:40-46), faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam proses belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar itulah yang dinamakan dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini juga meliputi dua hal ;
a. Mengetahui apa yang dipelajari
b. Memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari. b. Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan dan perhatian pada suatu situasi belajar.
c. Reaksi
Kecepatan jiwa seseorang dalam memberikam respons pada suatu pelajaran merupakan faktor penting dalam belajar.
d. Organisasi
Belajar juga merupakan kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian.
(55)
45
e. Pemahaman
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan sebagai kegiatan menguasai sesuatu dengan pikiran. Comprehension bersifat dinamis. Sehingga diharapkan dengan adanya pemahaman yang baik akan menjadikan siswa dapat berfikir secara kreatif. Jadi, comprehension merupakan unsur psikologis yang penting dalam proses belajar.
f. Ulangan
Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para siswa semakin bertambah. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungny proses belajar (Sardiman, 2007:47).
Pada hakekatnya, tujuan komunikasi dan tujuan mengajar dalam proses belajar mengajar adalah sama yaitu menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan terhadap anak didik. Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Fungsi pokok dalam mengajar adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Konsep mengajar
(56)
46
memberikan indikator bahwa pengajarnya lebih bersifat pupil centered. Sehingga tercapailah suatu hasil yang optimal, sangat tergantung oleh kegiatan siswa / anak didik itu sendiri. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Pengajaran yang dikatakan berhasil baik itu didasarkan pada pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanis belaka, tidak sekedar rutinisme. (Sardiman; 2007; 48-51).
2.4.1 Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar (pembelajaran) merupakan kegiatan melaksanakan inti dari pendidikan dan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan suatu gabungan, yaitu belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai instruktur. Kegiatan belajar mengajar berisi berbagai konsep yang menyangkut misi pendidikan,
Instrumental input/
masukan alatkami
Raw input/
Masukan mentahmi Proses Pengajaran Hasil Langsung
Hasil Akhir
Lingkungan
Gambar 1: Struktur proses belajar mengajar
(57)
47
landasan pendidikan dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Selain itu, belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran. Sedangkan mengajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai yang memberikan pelajaran. Dua konsep tersebut menjadi satu kegiatan pada saat terjadinya interaksi antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung.
Menurut J. Bruner bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
1. Perkembangan intelektual anak
Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf.
1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
(58)
48
2. Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya.
3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya
2.4.2 Konsep PAUD
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia lima tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional) Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat. Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak
(59)
49
usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 5 tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu:
a) Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)
TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun. b) Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 23).
c) Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan pembainaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain(Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 24).
(60)
50
28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
(1)
menertibkan murid dan mengembalikansituasi belajar yang kondusif seperti sedia kala. Keaktifan para balita yang berbeda mengharuskan para guru PAUD Baby Smile School melakukan pendampingan khusus pada balita yang cenderung lebih pasif, olehkarena itu para siswa tidak bisa serta merta dan bersama-sama mampu menangkappesan yang disampaikan oleh guru. Maka, proses belajar mengajar di kelas akansedikit terhambat.
Prestasi-prestasi yang diraih oleh para siswa PAUD Baby Smile School merupakanhal yang sangat diunggulkan di taman bermain ini. Seperti prestasi dalam menjuaraiberbagai lomba menyanyi dan menari, lomba pidato dan lomba-lomba pada bidangakademik. Namun, adanya prestasi-prestasi tersebut juga tidak semata-mata munculdengan sendirinya dari dalam diri anak-anak. Faktor pendidikan dan latihan dari gurusangat mempengaruhi kesuksesan para siswa selain karena bakat kecerdasan yangdimiliki siswa. Ketelatenan para guru PAUD Baby Smile School berbuah manis ketika anak-anakdidiknya mampu meraih kesuksesan dalam berbagai bidang. Terjalinnyainteraksi yang dinamis dan menciptakan suasana nyaman bagi siswa untuk belajar merupakan kunci yang utama. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah didapat peneliti maka dapat disimpulkan beberapa faktor penunjang prestasi para murid di PAUD Baby Smile School,antara lain adalah :
a. Adanya dukungan dari orang tua atau keluarga b. Adanya dukungan dari guru dan sekolah
c. Adanya semangat, kemauan, motivasi yang kuat untuk maubelajar dan berlatih untuk memiliki sikap pantang menyerah saat melakukan sesuatu.
(2)
121
d. Adanya rasa percaya diri yang baik dri para murid sehingga saatmurid meras kesulitan atau merasa kurang paham tentang segala sesuatu mereka tidak segan dan tidak malu bertanya.
e. Adanya keaktifan dalam kegiatan baik di dalam sekolah dankegiatan di luar sekolah.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa dukungan dari guru dan sekolah termasuk dari salah satu faktor yang penting dlam menjadikan para murid berprestasi. Selain itu, dengan adanya dukungan kepada murid dari semua pihak, maka balita akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, yaitu pribadi yang cerdas, aktif,pemberani, dan santun serta memiliki konsep diri yang kokoh.
Komunikasi interpersonal pada pendidikan di PAUD Baby Smile School dipandangefektif ketika masing-masing elemen pendidikan yang ada sekaligus elemenkomunikasi melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan sistem regulasi yang dianut dan mencapai satu kesepahaman demi terwujudnya cita-cita dan tujuanbersama. Yaitu setiap elemen saling bekerjasama untuk mewujudkan situasi belajaryang kondusif dan optimal. Hal tersebut terbukti dengan kesuksesan PAUD Baby Smile School dalam mengembangkan diri baik secara kualitas maupun kuantitas dan menjadi instansi pendidikan usia dini yang unggul dari yang lain.
(3)
BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan
PAUD Baby Smile School sebagai instansi pendidikan yang berbasis pada optimalisasi usia emas balita telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas generasi muda bangsa. Melalui komunikasi interpersonal yang menerapkan segala metode pembelajaran PAUD Baby Smile School berhasil melakukan usaha pembentukan karakteranak sejak dini.
Disini Paud Baby Smile School sudah menerapkan komunikasi interpersonal dengan melalui tahap-tahap pembentukan karakter menurut Menurut Ratna Megawangi, yaitu :
1. MORAL KNOWING : menanamkan hal-hal baik. Seperti memberikan
maaf kepada teman, mengucapkan terimakasih dll.
2. MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik, dengan
diadakan program-program outing setiap 2 bulan sekali.
3. MORAL ACTION : Perilaku-perilaku baik yang ditanamkan guru pada
murid dilakukan berulang-ulang agar menjadi kebiasaan murid.
Dengan menggunakan 3 tahapan tersebut , PAUD Baby Smile School mampu membukt ikan bahw a st rat egi yang digunakan PAUD Baby Smile School unt uk membent uk karakt er anak yang mult iple int elligence, mandiri, percaya diri,peduli,rela memaafkan,adil, jujur, hormat pada sesama, bert anggungjaw ab dapat berhasil dengan baik.
(4)
123
Prest asi-prest asi yang diraih oleh PAUD Baby Smile School membukt ikan bahw a st rat egi yang digunakan PAUD Baby Smile School unt uk membent uk karakt er anak sejak dini dan mengasah kecerdasan anak sangat efekt if.
5.2. Saran
Semoga dengan ditulisnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca secaraumum dan secara khusus bagi penulis. Serta dapat mengetahui tentang seluk belukstrategi komunikasi kelompok dalam proses belajar mengajar antara guru dan muridPAUD Baby Smile School.Penulis menyampaikan saran kepada PAUD Baby Smile School demi peningkatankualitas proses belajar mengajar yang berlangsung.
1. Penambahan jumlah mainan bagi balita siswa-siswi Baby Smile Schoolmerupakan cara untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam proses belajar balita khususnya dalam metode bermain. Keterbatasan jumlah mainan akanmengganggu keberlangsungan proses belajar selanjutnya.
2. Obyektifitas guru terhadap anak didik harus ditingkatkan agar tidak ada muridyang merasa memperoleh perlakuan berbeda dari guru.
Demikian saran yang penulis sampaikan kepada PAUD Baby Smile School semoga dapat diterima dan dipertimbangkan demi peningkatan kualitas baik sekolah, guru serta anak didik.
(5)
124
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek. 2003. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Devito, Joseph.Komunikasi Antar Manusia edisi kelima. 2006. Jakarta :Profesional books
Liliwer,Alo.Komunikasi Antar Pribadi. 1997.Bandung. :PT. Citra Aditya Bakti Mulyana,Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. 2005.Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Hurlock. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, 2002. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sunarto, Komunikasi Interpersonal. ,2011. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, 2003. Kanisius
Cangara,Prof.Dr. H. Hafied Msc. Pengantar Ilmu Komunikasi,2009 Jakarta, Rajawali Pers
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 2007. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Hasan , Maimunah.Pendidikan Anak Usia Dini. 2010. Yogyakarta: DIVA Press. Muhtar. Pedoman Bimbingan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
(6)
125
MuchlasSamimani dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. 2011.PT Remaja Rosda Karya.
Moeleong,J.L. Metode Penelitian Kualitatif. 2002.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Yuliani Nuraini Sudjono. Konsep PAUD. 2009. Jakarta
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. 1999. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Non Buku :