PERAN PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI TEH BOTOL SOSRO (Studi Kasus di UPN Veteran Surabaya).

10

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat di

pakai sebagai bahan masukan atau acuan dalam penyusunan ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh :

a. Marhayanie dan Eka Laniasti Sihite (2008), Jurnal Ekonomi yang berjudul
“ Pengaruh Atribut Produk Terhadap sikap Konsumen Pada Green Product
Cosmetics ” Dalam Penelitian ini rumusan masalah yang digunakan adalah :
Apakah Atribut Produk berpengaruh terhadap sikap konsumen pada Green
Product Cosmetics ? Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda,
menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel merek, desain,
kualitas, label dan kemasan secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap sikap konsumen. Jika dilihat dari kontribusi parsial, bahwa variabel

kualitas dan variabel kemasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik
Martha Tilaar, sedangkan variabel merek dan label berpengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap sikap konsumen, dan variabel desain berpengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap sikap konsumen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

b. J aka Sular ko (2002), Dalam kajiannya yang berjudul ” Pengaruh Atribut
Toko Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Swalayan Sami Makmur Palur
Karanganyar ” Dalam penelitian ini rumusan masalah yang digunakan adalah :
1. Bagaimana pengaruh kelengkapan barang, pelayanan, harga, lokasi toko,
dan kualitas barang terhadap minat beli konsumen pada Swalayan Sami
Makmur Palur Karanganyar ?
2. Variabel atribut toko mana yang paling dominan dalam mempengaruhi
minat beli konsumen pada Swalayan Sami Makmur Palur Karanganyar ?
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda menunjukkan

bahwa :
1) Adanya pengaruh positif dan signifikan dari kelengkapan barang,
harga, lokasi toko, dan kualitas barang terhadap minat beli konsumen.
Sedangkan variabel pelayanan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap minat beli konsumen
2) Variabel atribut toko yang paling dominan dalam mempengaruhi minat
beli konsumen adalah lokasi toko. Sementara itu

kualitas barang,

kelengkapan barang, dan harga terbukti mempunyai pengaruh positif
terhadap minat beli konsumen dan mempunyai hubungan yang
signifikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

c. Tri Wahyuni Ariyastuti (2002), Dalam penelitiannya yang berjudul ”

Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Presepsi Konsumen Pada Minat
Beli Shampo Kao Feather ” Dalam penelitian ini analisis atribut merupakan
variabel penelitian yaitu keunikan, merek, kualitas. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah sejauh mana atribut produk seperti keunikan, merek dan
kualitas dapat mempengaruhi presepsi konsumen terhadap minat beli.
Berdasarkan dari hasil penelitian terbukti bahwa semua variabel penelitian
mempunyai pengaruh positif. Variabel penelitian keunikan, merek, kualitas
mempunyai pengaruh terhadap presepsi konsumen, presepsi konsumen
mempunyai pengaruh terhadap minat beli

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:6) pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan setrta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan
nilai dengan orang lain.
Menurut Lamb J r, et all diterjemahkan oleh Octaveria (2001:6)
pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi
dan distribusi sejumlah ide barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep pemasaran
bukan hanya sekedar menual dan mempromosikan barang dan jasa, tetapi merupakan
proses yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan individu maupun
kelompok melalui pertukaran serta merupakan kegiatan perusahaan dalam melalui
alat pemasaran yaitu merancang konsep, menentukan harga, dan mendistribusikan
barang.

2.8.1. Konsep Pemasaran
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak
pada situasi persaingan yang semakin ketat. Untuk mengatasi persaingan tersebut
salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran
bertujuan untuk memberikan kepuasaan

terhadap keinginan dan kebutuhan


konsumen.
Menurut

Kotler

(1986:22) menyatakan bahwa konsep pemasaran

merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang terdiri dari penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran ( target markets ) dan pemberian kepuasan
yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para
pesaing.
Dengan melihat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran
tersebut ada tiga unsur pokok, yaitu :
1. Orientasi Konsumen
Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


14

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan
dipenuhi
b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan
c. Menentukan produk dan program pemasarannya
d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan
menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.
2. Penyusunan kegiatan secara intergral
Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua elemen-elemen
harus dikoordinasikan dan di intregasikan, selain itu juga berusaha untuk
menghindari adanya pertentangan di dalam maupun di luar perusahaan
dengan pasar. Semua bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari
bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan pelanggan,
jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan
harus mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
3. Kepuasan Konsumen
Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang perusahaan

akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang dapat
terpenuhi. Laba merupakan pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil
memberikan kesan kepada konsumen, dimana perusahaan dapat menyediakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan
konsumen dan dengan harga yang layak.
Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi
perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan
kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga
tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari yang diberikan oleh para pesaing.
2.9.

Perilaku Konsumen
Produsen menyadari bahwa perilaku konsumen memiliki kepentingan tersendiri


bagi mereka, karena jika perusahaan dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen maka mereka akan loyal terhadap produk yang perusahaan
tawarkan.
Pemahaman atas perilaku konsumen menjadi sangat penting bagi keberhasilan
strategi pemasaran suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bukan hanya harus
dapat memenuhi dan memuaskan kebutujan ekonomi saja, melainkan juga kebutuhan
sosial dan motivasi lain yang diharapkan oleh konsumen.
2.3.1. Pengertian perilaku konsumen
Terdapat definisi yang dikemukakan untuk memberikan penjelasan mengenai
perilaku konsumen. Menurut Nugroho J. Setiadi (2003:3) mengemukakan bahwa
perilaku kosumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan mengahabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Menurut Kotler (2005:201) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah

mempelajari cara individu, kelompok dan perusahaan memilih, membeli, memakai
serta memanfaatkan barang atau jasa dalam rangka memuaskan hasrat mereka
Dari definis diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan
suatu proses pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan pembelian dan
menggunakan barang atau jasa dengan melakukan tindakan yang langsung terlibat
untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan mereka.
2.9.1. Jenis-J enis Pembelian
Menurut Kotler (2005:201) membagi empat jenis perilaku pembelian
konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan anatar
merek, yaitu :
1.

Perilaku Pembelian yang Kompleks
Dalam perliaku pembelian yang kompleks terdapat tiga tahap, yaitu :
a. Pembeli mengembangkan keyakinannya mengenai produk tertentu
b. Mengembangkan dan membangun sikap terhadap produk tersebut
c. Membuat pilihan yang penuh pemikiran
Konsumen termasuk dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika
mereka sangat dilibatkan dalam pembelian dan sadar akan perbedaan

signifikan di antara merek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2. Perilaku Pembelian Yang Mengurangi Ketidakefisienan
Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi melihat
sedikit perbedaan di antara merek. Keterlibatan tinggi didasari oleh fakta
bahwa pembelian mahal, jarang dan beresiko.
3. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan
Banyak produk yang dibeli dibawah kondisi keterlibatan konsumen
rendah dan tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek.
4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman
Beberapa situasi pembelian dikarakteristikkan oleh keterlibatan rendah,
tetapi perbedaan merek yang sugnifikan. Konsumen banyak melakukan
pertukaran merek , hal ini terjadi karena alasan variasi bukan karena
ketidakpuasan
2.4. Produk

2.4.1. Pengertian Produk
Menurut Tjiptono (1997:95) Produk merupakan segala sesuatu yang
dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsipasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan.
Menurut Kotler (1997:274) Produk merupakan segala sesuatu yang
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian , dibeli, dipergunakan atau
dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Kotler dalam hal ini memberikan batasan produk adalah suatu yang
dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan. produk dapat berupa suatu benda
( object ), rasa ( service ), kegiatan ( acting ), orang ( person ), tempat ( place ),
organisasi dan gagasan dimana suatu prodak akan mempunyai nilai lebih dimata
konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang diciptakan oleh perusahaan
untuk digunakan dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen baik bersifat berwujud maupun yang bersifat tidak berwujud
Menurut Sofyan Assauri, semua pembahasan, pengertian dan lingkup
yang terkandung dari suatu produk di mulai dengan konsep produk tersebut.
Dalam konsep produk perlu dipahami tentang wujud dari itu sendiri.
Wujud produk adalah ciri – ciri atau sifat- sifat produk yang dilihat oleh
konsumen dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Penekanan
wujud fisik produk adalah termasuk fungsi dari produk tersebut disamping desain,
warna, ukuran dan pengepakannya. Dari wujud produk fisik inilah konsumen atau
pembeli dapat membedakan antara satu produk dengan produk yang lainnya
2.4.2. Klasifikasi Produk
Menurut Kotler (2005:72) Dalam mengembangkan stategi pemasaran
untuk produk dan jasa, pemasar mengembangkan beberapa klasifikasi produk
berdasarkan ciri-cirinya, yaitu daya tahan, wjud dan penggunaan (konsumen atau
industri)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Berdasarkan daya tahan dan wujud, kotler (2005:73) mengklasifikasikan
produk kedalam dua kelompok utama, yaitu :
1. Barang yang tidak tahan lama
Adalah barang yang berwujud yang biasanya hanya di konsumsi sekali
atau beberapa kali penggunaannya saja, seperti makanan dan minuman
2. Barang tahan lama
Adalah barang berwujud yang biasanya dipakai berkali-kali, seperti
pakaian
Selain

berdasarkan

daya

tahannya,

kotler

(2005:73)

juga

mengklasifikasikan barang berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk
dikonsumsi. Berdasarkan kriterias ini, produk dapat dibedakan menjadi :
1. Barang Konsumsi
Merupakan produk yang dibeli bertujuan untuk dikonsumsi pribadi
atau digunakan untuk pengguna akhir, seperti makanan, minuman
2. Barang Industri
Adalah barang yang dibeli oleh individu atau perusahaan untuk
keperluan bisnis atau diproses lebih lanjut. Berdasarkan bagaimana
mereka memasuki proses produksi dan harganya, barang industri
dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

a. Bahan Baku dan Suku Cadang
Merupakan barang industri yang sepenuhnya masuk kedalam
produk yang dibuat pabrik, termasuk bahan baku serta material dan
suku cadang yang ikut dalam proses manufaktur
b. Barang Modal
Merupakan barang industri yang membentu produksi atau operasi
pembeli dan memudahkan pengembangan atau pengelolaan produk
akhir. Barang modal meliputi dua kelompok, yaitu instalsi dan
peralatan.
c. Pasokan dan Layanan Bisnis
Merupakan barang dan jasa yang tidak tahan lama yang membantu
pengembangan atau pengelolaan produk akhir
2.5.

Atribut Produk

2.5.1. Pengertian Atribut Produk
Menurut Tjiptono (1997:103) atribut produk merupakan unsur-unsur
produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi),
pelayanan dan sebagainya
Menurut Kotler ( 1992:72 ) menyatakan bahwa atribut produk adalah
suatu komponen yang merupakan sifat – sifat produk yang menjamin agar produk
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa atribut produk
merupakan unsur-unsur produk yang mencerminkan pengembangan suatu produk
untuk dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu atribut
produk merupakan titik tolak penilaian konsumen tentang terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan dan keinginan konsumen yang diharapkan dari suatu produk
sebenarnya, maka dapat di identifikasikan atribut yang menyertai produk.
Dengan adanya atribut yang melekat pada suatu produk yang digunakan
konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan
kebutuhan dan keinginan. Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut – atribut
apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan
strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih
memuaskan konsumen.
Berikut ini adalah atribut yang harus ada dalam suatu produk, yaitu :
1. Merek (Brand)
Menurut Tjiptono (2001:104) merek merupakan nama, istilah,
tanda, simbol atau lambang, warna, desain, gerak, atau kombinasi atribut
produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan
diferensiasi terhadap produk pesaing.
Sedangkan Menurut Widyaningtyas Sistaningrum (2002:8)
merek adalah nama, istilah, tanda, lambang atau gabungan semua unsurunsur tersebut yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan
membedakan barang atau jasa dari produk-produk lain
Merek digunakan oleh perusahaan untuk beberapa tujuan, yaitu
sebagai identitas yang bermanfaat dan membedakan produk perusahaan
dengan produk pesaing, alat promosi, membina citra dan untuk
mengendalikan pasar.
2. Kemasan (Package)
Kemasan adalah pembungkus luar produk yang berfungsi untuk
melindungi

produk,

memudahkan

konsumen

dalam

memakainya,

menaikan citra produk atau bahkan sekaligus dapat dijadikan alat promosi
ketika produk yang dilemparkan ke pasaran.
Menurut Tjiptono (2001:106), tujuan menggunakan kemasan antara
lain meliputi :
a. Sebagai pelindung

isi (protection),

misalnya dari kerusakan,

kehilangan, berkurangnya kadar/isi dan sebagainya.
b. Memberikan kemudahan dalam penggunaan (operating), misalnya
supaya tidak tumpah, ringan dan mudah dibawa
c. Bermanfaat dalam pemakain ulang (reusable), misalnya untuk di isi
kembali (refill) atau untuk wadah lain
d. Memberikan daya tarik (promotion) yaitu aspek artistik, warna, bentuk
maupun desain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

e. Sebagai identits produk (image produk), misalnya berkesan kokoh atau
awet
f. Distribusi (Shipping), misalnya mudah disusun, dihitung dan ditangani
g. Informasi (Labelling) yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas
h. Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi
dan daur ulang
Dengan menciptakan bentuk kemasan yang menarik disertai dengan
slogan – slogan yang memiliki ciri khas masing – masing produk yang
berguna untuk meyakinkan konsumen tentang keunggulan produk
tersebut.
3. Kualitas (Quality)
Kualitas merupakan salah satu atribut produk yang paling penting
di mata konsumen. Konsumen akan berusaha mencari produk yang paling
berkualitas tinggi, karena menyangkut kepuasan konsumen. Oleh karena
itu suatu perusahaan harus memperhatikan kualitas produk yang akan
diluncurkan kepasaran.
Definis dari American Society for Quality Control seperti yang
dikutip

Kotler

dalam bukunya Manajmen

Pemasaran (1997:49)

mengemukakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari
suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

4. Label Produk (Labelling)
Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan
informasi mengenai produk dan penjual. Menur ut Tjiptono (2007:107)
secara garis besar terdapat tiga label, yaitu :
a. Brand Label
Yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada
kemasan
b. Descriptive Label
Yaitu

label

penggunaan,

yang

memberikan

konstruksi

informasi

penggunaan,

obyektif

mengenai

konstruksi/pembuatan,

perawatan/perhatian serta karakteristik-karakteristik lainnya yang
berhubungan dengan produk
c. Grade Label
Yaitu menidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan suatu
huruf, angka, atau kata
5. Desain Produk (Product Design)
Desain produk adalah salah satu aspek pembentuk citra produk.
Dengan sebuah desain yang unik, lain dari yang lain, bisa merupakan
satu–satunya ciri pembeda produk.
Menurut Kotler (2005:347) Desain produk adalah salah satu aspek
pembentuk citra produk. Dengan sebuah desain yang unik, lain dari yang
lain, bisa merupakan satu – satunya ciri pembeda produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.6. Harga
Harga yang merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
seringkali dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam
melakukan pembelian tidak bisa dikesampingkan oleh perusahaan.
Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang
(ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang
dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy
Tjiptono, 2001).
Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh
konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran
tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat
diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti
berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan
produk (J ohn C. Mowen dan Michael Minor, 2002). Dengan kata lain, pada
tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat
dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen akan merasa puas apabila
manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari nominal
uang yang mereka keluarkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.7. Minat Beli
Menurut Ajzen (1998:103) menyatakan bahwa minat untuk membeli dari
konsumen didefinisukan sebagai kecenderungan atau hasrat dari konsumen yang
didasari oleh adanya obyek ataupun peristiwa sedangkan Menurut Ismail Solihin
(2004:92) menyatakan bahwa minat beli merupakan ketertarikan seorang
konsumen terhadap suatu produk.
Beberapa yang perlu diperhatikan pada variabel minat beli adalah :
1. Minat dianggap sebagai perantara atau penangkap faktor-faktor motivasional
yang mempunyai dampak terhadap suatu perilaku.
2. Minat menunjukkan seberapa seseorang untuk mencoba sesuatu atau kemauan
seseorang untuk bertindak.
3. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang
untuk dilakukan.
4. Minat adalah yang paling dekat hubungannya dengan perilaku selanjutnya.
Minat beli produk merupakan tahapan dimana konsumen dalam hal ini
memberikan penilaian terhadap variabel pelayanan yang diberikan oleh produk.
Indikator yang digunakan untuk mengukur minat beli adalah sebagai
berikut : Augusty (2006 : 206)
a. Intensitas pencarian informasi, Informasi mengenai suatu produk
b. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki produk
c. Keinginan preferensial, produk tertentu inilah yang di inginkan dan bersedia
mengabaikan lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

2.8

Pengaruh Atribut Produk Terhadap Minat Beli
Setiap peusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen melalui produk yang ditawarkan, sedangkan konsumen mencari
manfaat tertentu yang ada dalam suatu produk. Atribut dapat berupa merek,
kemasan, jaminan, fisik, warna, label. Kebanyakan konsumen melihat atribut
produk sebagai keseluruhan isi dari produk yang akan mereka beli.
Atribut adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen
dan dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Jadi
atribut yang terdapat dalam suatu produk mengidentifikasikan siapa penjual atau
pembuat barang atau jasa tersebut. Konsumen memandang atribut sebagai bagian
penting dari suatu produk. Karena itu penjual berusaha keras untuk merancang,
menciptakan kemudian merealisasikan sebuah atribut untuk produk.
Tahap dimana atribut mana yang akan dipilih untuk memenuhi
kebutuhannya dapat dilihat dari manfaat, kemasan yang tidak mudah rusak, warna
dan label. Dengan kata lain atribut produk mempunyai pengaruh yang besar bagi
konsumen untuk meningkatkan mutu minat beli konsumen terhadap produk yang
ditawarkan
Menurut William J . Stanton, ( 1998:269 ) atribut – atribut yang melekat
pada sebuah produk yang besar bagi konsumen untuk meningkatkan mutu minat
beli, antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

a. Merek ( Brand )
Merek adalah nama, istilah simbol atau desain khusus atau beberapa
kombinasi unsur – unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang
atau jasa yang ditawarkan penjual. Merek yang membedakan produk atau jasa
sebuah perusahaan dari produk saingannya.
b. Kemasan
Kemasan adalah keseluruhan kegiatan merancang dan memproduksi
bungkus atau kemasan suatu produk.
Ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan :
1. Kemasan memenuhi sasaran : keamanan ( safety ) dan kemanfaatan
(utilitarian ).
2. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan. Dengan
melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan
sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing.
3. Manajemen

bisa

mengemas

produknya

sedemikian

rupa

untuk

meningkatkan memperoleh laba. Ada bentuk dan ciri kemasan yang
sedemikian menariknya sehingga pelanggan bersedia membayar lebih
mahal hanya untuk memperoleh kemasan istimewa ini.
c. Kualitas produk,
Kualitas produk adalah suatu kemampuan yang dimiliki produk untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Perhatian pada kualitas
produk yang semakin meningkat, karena keluhan konsumen makin lama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

makin terpusat pada kualitas yang buruk pada produk, baik bahannya maupun
pekerjaannya. Dalam pelaksanaanya faktor ini merupakan ciri pembentuk citra
produk yang paling sulit dijabarkan.
d. Desain produk ( Product Design )
Desain produk adalah salah satu aspek pembentuk citra produk. Dengan
sebuah desain yang unik, lain dari yang lain, bisa merupakan satu – satunya
ciri pembeda produk.
Dengan didukung desain produk yang baik dapat meningkatkan pemasaran
produk dalam berbagai hal, misalnya : mempermudah operasi pemasaran
produk, meningkatkan nilai kualitas dan keawetan produk, dan menambah
daya penampilan produk.
e. Label ( Labeling )
Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal
tentang produk atau tentang penjualnya.
Dengan demikian berdasarkan teori tersebut diatas dapat menunjukkan
bahwa atribut produk dapat mempengaruhi minat beli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

2.9

Pengaruh Harga terhadap Minat Beli
Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana

konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai
kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif
dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas.
Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara
harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara
produk yang satu dengan produk yang lainnya.
Tjiptono, (2001) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama
dalam mempengaruhi minat beli, yaitu:
1. Peranan alokasi dari harga
Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk

memutuskan cara

memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya
belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk
memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang
dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang
tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga
Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk,
seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli
mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara
obyektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

mencerminkan kualitas yang tinggi. Adapun setiap perusahaan memiliki
kebijakan berbeda dalam menetapkan harga yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal tersebut tidak lepas dari
keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan mengenai penempatan
pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih dahulu apa yang
ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah menjatuhkan
pilihannya pada suatu pasar sasaran dengan penempatan pasar tertentu, maka
strategi penempatan pasar tertentu, maka strategi bauran pemasarannya,
termasuk harga, akan lebih cepat ditentukan ( Kotler, 1996).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

2.10

Kerangka Konseptual

Kemasan
X1.1
Merek
X1.2
Kualitas
X1.3

Atribut Produk
X1

Desain Produk
X1.4
Label Produk
X1.5

Minat Beli
Y

Keterjangkauan
Harga X2.1
Harga dengan
Kualitas X2.2

Harga
X2

Harga dengan
Manfaat X2.3

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

33

2.11

Hipotesis
Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai

berikut:
1. Diduga bahwa semakin baik atribut produk (X1) Teh Botol Sosro maka
semakin tinggi pula minta beli (Y) konsumen dalam membeli produk Teh
Botol Sosro di Kampus UPN Veteran Surabaya
2. Diduga bahwa semakin kompetitif harga (X2) Teh Botol Sosro maka
semakin tinggi pula minat beli (Y) konsumen dalam membeli produk Teh
Botol Sosro di Kampus UPN Veteran Surabaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

34

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat
diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Atribut Produk (X1)
2. Harga (X2)
3. Minat Beli (Y)
Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Atribut Produk (X1)
Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut
yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian yang
terbesar terhadap produk yang memberikan manfaat yang dicarinya
Menurut Kotler ( 1992:72 ) Atribut produk adalah suatu komponen yang
merupakan sifat – sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

35

Didalam Variabel Atribut Produk terdapat indikator-indikator adalah
sebagai berikut : William J . Stanton, ( 1998:269 )
a. Kemasan (X1.1)
Mengetahui bentuk kemasan Teh Botol Sosro
b. Merek (X1.2)
Memilih merek minuman teh tertentu dan yang terkenal
c. Kualitas (X1.3)
Rasa dan Aroma Teh Botol Sosro dapat dikenali daripada yang lain
d. Desain Produk (X1.4)
Desain atau bentuk karakteristik Teh Botol Sosro yang mudah di ingat
e. Label Produk (X1.5)
Simbol atau ciri dari merek Teh Botol Sosro
2. Harga (X2)
Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang
(ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Didalam variabel harga terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut
: (William J . Stanton,1998)
a. Keterjangkauan Harga (X2.1)
Harga Teh Botol Sosro terjangkau untuk semua konsumen
b. Kesesuaian Harga dengan Kualitas Produk (X2.2)
Harga Teh Botol Sosro sesuai dengan Kualitasnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

36

c. Kesesuaian Harga dengan Manfaat (X2.3)
Harga Teh Botol Sosro sesuai dengan manfaat yang di dapat konsumen

3. Minat Beli (Y)
Menurut Ajzen (1998:103) menyatakan bahwa minat untuk membeli
dari konsumen didefinisukan sebagai kecenderungan atau hasrat dari
konsumen yang didasari oleh adanya obyek ataupun peristiwa
Didalam variabel minat beli terdapat indikator-indikator adalah
sebagai berikut : Augusty (2006 : 206)
Y1 Itensitas Pencarian Informasi
Orang yang intensif mencari informasi mengenai suatu produk akan
mengakubatkan tingginya minat beli produk yang dicari informasinya
Y2 Keinginan segera membeli,
keinginan untuk segera membeli dan memiliki suatu produk akan
mengakibatkan tingginya minat untuk membeli produk yang telah
diinginkan sebelumnya.
Y3 Keinginan Preferensial, keinginan membeli dan memiliki satu produk
rela mengabaikan produk yang lainnya walaupun sejenis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

37

3.1.1. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan Skala
Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial [Sugiyono, 1999:86]
Melalui Skala Likert, maka varibel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel, untuk selanjutnya dijadikan titik tolak untuk menyusun itemitem yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Hasil atau jawaban dari setiap
item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang dapat dijabarkan dengan kata-kata antara lain:
a.

Sangat setuju [ SS ] diberi skor 5.

b.

Setuju [ S ] diberi skor 4.

c.

Netral [ N ] diberi skor 3.

d.

Tidak setuju [ TS ] diberi skor 2.

e.

Sangat tidak setuju [ STS ] diberi skor 1.

3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan himpunan individu atau kelompok yang memiliki
ciri yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengenal Teh
Botol Sosro di Kampus UPN Veteran Surabaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

38

3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi untuk dijadikan obyek penelitian . Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik Non Probability sampling yaitu dengan
teknik accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan),
yaitu sampel/responden yang dipilih berdasarkan responden secara
kebetulan ditemui oleh peneliti.
Pedoman dalam menentukan jumlah sampel seperti yang ditulis
oleh Augusty (2002:48) adalah sebagai berikut :
1. Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi
Karena terdapat 11 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah (11 x 10 = 110) maka sampel yang digunakan adalah
minimal sebesar 110 responden
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer,
dimana peneliti memperoleh data secara langsung dari data responden melalui
pengisian kuisioner yang dibagikan, kemudian data yang telah diperoleh
dikumpulkan dan dioleh langsung oleh peneliti sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

39

3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang di
ambil langsung dari jawaban responden mengenai variabel yang berkaitan dengan
penelitian dan data yang diperoleh dari responden yang mengkonsumsi Teh Botol
Sosro.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara sebagai berikut :
Kuisioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan
(angket) kepada responden untuk memperoleh informasi langsung
3.3.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Structural Equation Modelling [SEM]. Keunggulan SEM dalam penelitian
manajemen adalah karena kemampuannya untuk menampilkan sebuah model
komprehensif bersamaan dengan kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensidimensi dari sebuah konsep atau faktor serta kemampuannya untuk mengukur
pengaruh hubungan yang secara teoritis ada. SEM biasanya dipandang sebagai
kombinasi antara analisis faktor [Confirmatory Factor Analysis] dan analisis
regresi.
Untuk lebih jelas mengenai bagaimana prosedur analisis SEM maka secara
garis besar dapat digambarkan sebagai berikut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

40

Gambar 3.1 : Gambar Pengukuran Model SEM

X1,1

X1.2

Atribut
Produk X1

X1.3

X1.4

Y1

Minat Beli
Y

X1.5

X2,1

Y2

Y3

Harga
X2

X2.2

X2.3

Keterangan simbol-simbol diatas adalah sebagai berikut :
:

Faktor/ constrak laten variabelunobserved variable
yaitu sebuah variable bentukan, yang dibentuk
melalui indikator-indikator yang diamati dalam
dunia nyata.

:

Variabel terukur/ obseverd variable indicator
variable yaitu variabel yang datanya harus dicari
melalui observasi, misalnya melalui instrumeninstrumen survey.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

41

Garis dengan anak panah satu arah [

] = garis yang menunjukkan

hubungan yang dihipotesiskan antara dua variabel dimana variabel yang dituju
anak merupakan variabel dependen.

3.4.1. Asumsi Model ( Structural Equation Modelling )
3.4.1.1.Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas.
a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau
dapat diuji dengan metode-metode statistik.
b. Menggunakan Critical ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien
sampel dengan standar errornya dan Skewnees value yang biasanya
disajikan dalam statistic deskriptif dimana nilai statistic untuk menguji
normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikasi 1%,
jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa
distribusi data adalah tidak normal
c. Normal Probability plot [ SPSS 10.1]
Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga
ada tidaknya linieritas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

42

3.4.1.2.Evaluasi atas Outlier
a. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier
b. Multivariate outler diuji dengan criteria jarak Mahalanobis pada
tingkat p dari : nilai x adalah
multivariate outler. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasiobservasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah
variabel tunggal atau variabel kombinasi ( Hair, 1998 )

3.4.1.3.Deteksi Multicolinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant matriks covarian. Dengan ketentuan
apabila determinant sampel matriks mendekati angka 0 [ kecil ], maka terjadi
multikolinieritas dan singularitas ( Tabachnick & Fidell,1998 )

3.4.1.4.Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang sebenarnya
diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari
indikator-indikator sebuah konstrak yang menunjukkan derajat sampai dimana
masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstrak yang umum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

43

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten
variabel/ construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara
setiap observerd variabel dan laten variabel. Sedangkan reliabilitas diuji dengan
construct reliability dan varience-extrected dihitung dengan rumus berikut

[ ∑ Standardize Loading ]2
Construct Reliability =
[ [ ∑ Standardize Loading ]2 + ∑ εj ]

∑ [ Standardize Loading2 ]
Variance Extraced =
[ ∑ [ Standardize Loading2 ] + ∑ εj ]
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 - [Standardize
Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥
0,7 dan variance extracted ≥0,5 ( Hair et.al,1998 ). Standardize Loading dapat
diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap butir
sebagai indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.
3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [ koefisien jalur ] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR/ Critical Ratio/ atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar dari
pada t table berarti signifikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

44

3.4.3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF
FIT INDEX

KETERANGAN

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi
sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai
dengan data].
Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace
Probability
data dan matriks covariance yang diestimasi.
Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample
RMSEA
besar.
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks
sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi
GFI
yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi
berganda].
AGFI
GFI yang disesuaikan terhadap DF.
CMIND/DF
Kesesuaian antara data dan model
Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline
TLI
model.
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap
CFI
besarnya sample dan kerumitan model.
Sumber : Hair et.al., [1998]
X2 - Chi-square

CUT-OFF VALUE
Diharapkan Kecil, 1 s.d
5. atau paling baik
diantara 1 dan 2.
Minimum 0,1 atau 0,2,
atau ≥ 0,05
≤ 0,08
≥ 0,90
≥ 0,90
≤ 2,00
≥ 0,95
≥ 0,95

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

45

1.

X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood

ratio chi-square ini bersifat sangat ample ic terhadap besarnya ample yang
digunakan. Karenanya bila jumlah

ample cukup besar (lebih dari 200),

Sample ic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji
akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin
kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah
mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit
terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan
signifikan. X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap
sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.
2.

RMSEA-THE
ROOT
APPROXIMATION

MEAN

SQUARE

ERROR

Of

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degress of freedom.
3.

GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

46

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJ UST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

47

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).
Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran ample karena itu sangat baik untuk
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
Relatif Non certrality Indeks (RNI).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

48

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.

Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Sinar Sosro
PT. Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh
wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah 25
tahun menjual teh wangi, keluarga Sosorodjojo mulai mengembangkan bisnis di
Cakung. Kemudian pada tahun 1974, didirikan PT. Sinar Sosro yang bergerak di
bidang minuman teh dalam botol.
PT. Sinar Sosro pernah beberapa kali berganti nama. Pada awal berdiri
bernama PT. Toba Sosro Kencono, kemudian berganti nama menjadi PT.
Reksobudi Adijaya pada tahun 1995. Pada tahun 2000 berubah lagi menjadi PT.
Sinar Sosro yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan beverage yang
memimpin di pasar lokal dan internasional.
PT. Sinar Sosro memiliki filosofi yaitu niat baik terhadap konsumen dan
lingkungan. Produk-produk yang dihasilkan PT. Sinar Sosro tidak menggunakan
3P (Pewarna, Pengawet dan Pemanis Buatan) sehingga aman dikonsumsi oleh
semua usia tanpa efek samping. Selain itu, proses produksi yang tidak
menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan karena telah diolah
dengan baik, salah satu contoh adalah pengolahan ampas teh menjadi pupuk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

49

4.1.2. Lokasi PT. Sinar Sosro
Sosro memiliki beberapa pabrik yang tersebar di pulau Jawa, Bali dan
Sumatra, yaitu :
1. Pabrik produk Teh Botol Sosro berada di Jakarta (Cakung), PadeglangJawa Barat, Cibitung-Jawa Barat, Unggaran-Jawa Tengah, Surabaya-Jawa
Timur, Medan-Sumatra Utara
2. Pabrik peracikan teh wangi melati berada di Slawi-Jawa Tengah

4.1.3. Visi dan Misi
PT Sinar Sosro ada dan menjadi besar karena visi misi yang jelas, intuisi
bisnis yang jelas, keuletan dan strategi marketing yang handal serta didukung
dengan jalur distribusi yang luar biasa. Dimana yang menjadi visi dan misi PT.
Sinar Sosro yaitu :
1. Visi
Menjadi prusahaan minuman yang dapat melepaskan rasa dahaga
konsumen, kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah kepada
semua pihak yang terkait
2. Misi
a. Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh,
maupun non teh, dan menjadikan pemimpin pasar dalam kategori
masing-masing

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

50

b. Membangun dan memimpin jaringan distribusi
c. Membangun merek sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas
dan unggul
d. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka
panjang baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan
e. Memberikan kepuasan kepada pelanggan
f. Menyumbang devisa ke negara
4.1.4. Struktur Organisasi PT Sinar Sosro
Struktur organisasi PT. Sinar Sosro berbentuk gabungan lini dan
fungsional dim