PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN KECAP SEDAAP DI SURABAYA.

(1)

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN KECAP SEDAAP DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

Dian Savitri 0712010091 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAWA TIMUR


(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Manajemen Pemasaran... 10

2.2.2. Pengertian Pemasaran... 11

2.2.3. Konsep Pemasaran... 12

2.2.4. Perilaku Konsumen... 15

2.2.4.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 15

2.2.4.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen dan Pengambilan Keputusan ... 16

2.2.5. Pengertian Atribut Produk ... 18

2.2.6. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Minat Beli ... 23

2.3. Kerangka konseptual... 25


(3)

ii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 27

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 27

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 30

3.2. Populasi Teknik Penentuan Sampel... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 32

3.3.1. Jenis Data... 32

3.3.2. Sumber Data... 33

3.3.3. Pengumpulan Data... 33

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis... 34

3.4.1. Teknik Analisis data... 34

3.4.2. Uji Hipotesis... 41

3.4.2.1. Evaluasi Kriteria Goodness Fit ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 44

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 44

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.2.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 49

1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49


(4)

iii

2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan

Usia ... 50

3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50

4.2.2. Deskripsi Dimensi Atribut Produk (X) ... 52

4.2.3. Deskripsi Dimensi Minat Beli Konsumen (Y) ... 54

4.3. Analisa dan Pengujian Hipotesis ... 55

4.3.1. Asumsi Model ... 55

4.3.1.1. Uji Normalitas sebaran dan Linieritas ... 55

4.3.1.2. Evaluasi Outlier ... 56

4.3.1.3. Evaluasi Reliabilitas ... 58

4.3.1.4. Evaluasi Validitas ... 59

4.3.1.5. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted ... 60

4.3.1.6. Analisis Model SEM ... 62

4.3.1.7. Analisis Unidimensi First Order ... 65

4.3.1.8. analisis Unidimensi Second Order ... 65

4.3.1.9. Uji kausalitas ... 66

4.3.2. Pembahasan ... 67

4.3.2.1. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Kecap sedaap ... 67


(5)

iv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69 5.1. Kesimpulan ... 69 5.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(6)

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN KECAP SEDAAP DI SURABAYA

Oleh : DIAN SAVITRI 0712010091/FE/EM

Abstraksi

Indonesia merupakan pasar yang potensial dan menggaraikan bagi produk-produk solusi untuk pelengkap / kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut tentu saja merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi perusahaan-perusahaan kecap untuk berkembang diseluruh Indonesia. Upaya tersebut antara lain dengan menghasilkan dan menyampaikan produk yang diinginkan konsumen sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk membeli. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atribut produk terhadap minat beli konsumen. Dalam penelitian ini produk yang dibahas adalah kecap merek sedaap, dimana kecap sedaap mengalami penurunan.

Penelitian ini menggunakan sampel peminat dan pengguna kecap sedaap yang ada didaerah bratang gede dan bratang perintis, Surabaya. Responden yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenis pekerjaan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural Equation Modelling (SEM). Teknik SEM digunakan karena teknik ini memungkinkan pengujian rangkaian hubungan yang relatif “ rumit” secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Atribut produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen, hal ini menunjukkan bahwa atribut produk mempunyai pengaruh untuk menimbulkan minat beli yang berarti konsumen akan mencari seluruh informasi mengenai kecap sedaap, kemudian mengevaluasi, jika konsumen merasa produk tersebut dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan timbul keinginan untuk membeli.


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan pasar yang potensial dan menggairahkan bagi produk-produk solusi untuk pelengkap/kebutuhan sehari-hari. Kita melihat iklannya yang ditayangkan di layar kaca setiap hari, atau yang tercetak di berbagai media massa. Mulai dari kecap dan mie instan yang bermerek SEDAAP. Kondisi ini tentu saja terkait dengan kebutuhan penduduk Indonesia sehingga setiap hari penduduk/masyarakat menggunakan kecap untuk memasak karena kecap merupakan bumbu penyedap masakan supaya enak dan nikmat.

Hal tersebut tentu saja merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi perusahaan-perusahaan kecap untuk berkembang di seluruh Indonesia, sehingga muncullah perusahaan-perusahaan kecap dari lokal. Sebagai contoh untuk satu jenis produk kecap ada beberapa pilihan merek misalnya : Bango, ABC, Sedaap, Indofood, dll.

Oleh karena banyaknya jumlah perusahaan kecap yang ada di Indonesia maka syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan tersebut harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan produk yang diinginkan konsumen


(8)

2 dengan kualitas yang pantas. Dengan demikian setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen khususnya ibu-ibu rumah tangga, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat bergantung pada perilaku konsumennya. Melalui pemahaman perilaku konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya serta tidak kalah pentingnya adalah memberikan kepuasan secara lebih baik kepada konsumennya.

PT. WINGSFOOD, merupakan perusahaan yang menghasilkan produk-produk makanan dan alat/perlengkapan mandi serta sabun untuk cuci pakaian seperti kecap, sabun colek wings, mie instan, boom, sabun GIV, dll. Dengan melihat harga, kualitas maupun desain produknya. Oleh karena itu agar produk yang ditawarkan mampu memenuhi harapan pelanggan dan mempunyai nilai yang lebih dibandingkan para pesaingnya, maka produsen perlu memperhatikan atribut produknya yang merupakan unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi kualitas, merek, kemasan, jaminan, pelayanan dan lain-lain.(Fandy Tjiptono, 2001:103).


(9)

3 Adapun data Top Brand index pada kecap Sedaap sepanjang periode tahun 2008-2010. Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa Top Brand Index kecap Sedaap pada tahun 2008-2010 menurun. Hal ini tampak dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Data Top Brand Index Kecap Sedaap pada tahun 2008-2010

( Sumber : Majalah Marketing 02/X/Februari 2010)

Dalam hal ini Brand Value Kecap Sedaap mengalami ketidakstabilan pada tahun 2008-2010. Hal tersebut tampak dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Data Brand Value Kecap Sedaap pada tahun 2008-2010

Merek BV

2008 2009 2010 Bango 47,4% 76,9% 68,4%

ABC 43,8% 73,3% 65,1%

Sedaap 41,3% 59,1% 1,1%

( Sumber : Majalah SWA 15/XXVI/28 Juli 2010)

Dari fenomena tersebut mengindikasikan bahwa minat beli konsumen kecap sedaap mengalami penurunan, hal ini kemungkinan disebabkan karena keunggulan produk yang disampaikan dalam iklan

Merek TBI

2008 2009 2010 ABC 48,5% 47,9% 39,8% Bango 40,6% 41,3% 47,0%


(10)

4 tidak sesuai dengan kondisi produk yang sebenarnya, sehingga bagi konsumen yang sering mengalami hal seperti ini akan meragukan kebenaran isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut, selain itu kurangnya upaya perusahaan untuk mengenalkan merek produk ke pasar dengan berbagai inovasi, misalnya dalam bentuk kemasan, dan rasa yang berbeda, dengan begitu konsumen akan mempunyai alternatif pilihan dalam membeli kecap. Sehingga akan mendapatkan respon dari konsumen secara luas dan memiliki market share tersendiri, bahkan konsumen menjadi sangat mengenal dengan merek tersebut, sehingga timbul minat untuk membeli (sumber : google.co.id)

Dari kondisi di atas produsen harus semakin jeli melihat kebutuhan konsumen dan dapat menangkap peluang pasar. Bagi perusahaan strategi pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan usahanya, dimana perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan karena dengan pelanggan yang puas dapat menciptakan loyalitas terhadap perusahaan dan mereka memberitahu orang lain tentang pengalaman yang baik, yang pada akhirnya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.


(11)

5 Menurut Fandy Tjiptono (2001:103) “ Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dijadikan dasar pengambilan keputussan pembelian ”. Atribut produk meliputi kualitas, kemasan, merek, jaminan dan pelayanan.

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001).

Dengan melihat latar belakang diatas, penulis ingin meneliti perumusan masalah tersebut diatas dengan mengambil judul “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Kecap Sedaap di Surabaya“


(12)

6 1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Apakah variabel atribut produk mempengaruhi minat beli konsumen kecap sedaap di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin di capai adalah :

Untuk mengetahui pengaruh atribut produk terhadap minat beli konsumen kecap sedaap di Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi, serta bahan pertimbangan untuk evaluasi dalam menentukan strategi bisnis yang tepat dan efektif di masa yang akan datang bagi pengelola PT.Wingsfood.

2. Bagi Fakultas Ekonomi

Untuk menambah khasanah perpustakaan dan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap kajian dan pembahasan yang lebih mendalam dan lebih baik lagi di masa yang akan datang.


(13)

7 3. Bagi Penulis

Menerapkan teori yang diperoleh selama ini ke dalam bentuk praktek secara langsung serta untuk melatih diri untuk berfikir secara kritis dalam menghadapi masalah yang nyata di lapangan.


(14)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Chairul Anam (2007)

Dengan judul “ Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Membeli Kosmetika pada Mahasiswi Fakultas Universitas Trunojoyo “. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen dalam membeli kosmetika.Penelitian menggunakan Regresi Berganda dalam pengambilan sampel sebanyak 50 orang. Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa faktor.Hasil dari penelitian tersebut adalah faktor kualitas, merek, kemasan, jaminan dan pelayanan secara bersama-sama mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap keputusan membeli dalam membeli kosmetika. Nilai-nilai koefisiennya adalah sebagai berikut : koefisien determinasi (R2) sebesar 0.102, koefisien determinasi berganda (R2) sebesar 0.157 dan koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0.3962.

2. Ujianto Abdurachman (2004)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengambil judul “ analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung “, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas, faktor merek, faktor kemasan, faktor harga, faktor ketersediaan barang dan faktor acuan dimana dari hasil pengolahan data dapat diperoleh


(15)

9 kesimpulan bahwa faktor kualitas, faktor merek, faktor kemasan, faktor harga, faktor ketersediaan barang dan faktor acuan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Faktor-faktor yang menimbulkan minat beli konsumen terhadap produk sarung adalah faktor kualitas sebesar 24,30%, faktor acuan sebesar 18,55%, faktor merek dan warna sebesar 7,95%, faktor kemasan dan harga sebesar 5,89%, faktor diskon dan hadiah sebesar 4,96% dan faktor ketersediaan sebesar 4,44%.

3.Arfian Suwito

Dengan judul “ Pengaruh sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan pada Minat Beli Konsumen “. Penelitian menggunakan teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel sebanyak 100 orang.Teknik analisa yang digunakan adalah teknik regresi linier berganda.Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dari uji t diperoleh temuan bahwa secara parsial Sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen Sabun Lifebuoy.Dari hasil uji F bahwa secara simultan Sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen Sabun LifeBuoy.dimana nilai F hitung > F tabel. Diperoleh nilai R square sebesar 0,732, yang artinya variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 73,2 % sedangkan sisanya sebesar 26,8 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model.


(16)

10 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran

Agar dapat memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu dalam mencapai tujuan perusahaan serta dalam menyesuaikan dengan kegiatan lingkungan, maka kegiatan pemasaran harus ada yang mengkoordinasi dan ada yang mengelola dengan cara baik, maka dikenalilah istilah manajemen pemasaran.

Dalam kutipan jurnal mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembeli demi mencapai sasaran organisasi.

Menurut Philip Kotler (Abad 21:9) Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi

Sedangkan menurut Joseph P Guiltinan dan Gordon W. Paul (Agus Maulana; 1992:14) Manajemen pemasaran meliputi semua keputusan yang dibuat dalam merancang dan melaksanakan rencana pemasaran dalam rangka menerapkan konsep pemasaran.

Ketiga definisi di atas jelas menekankan bahwa fungsi pokok manajemen yang dihubungkan dengan fungsi pokok pemasaran, yang mana manajemen pemasaran menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan, dan


(17)

11 keinginan pasar, serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif. Sehingga manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.

2.2.2 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan atau pengusaha dalam usahanya, untuk mencapai laba yang diinginkan.Kegiatan atau aktifitas pemasaran tidak hanya sekedar menjual barang dan jasa, juga merupakan suatu kegiatan aktifitas pemasaran.

Menurut Gregorius Chandra (2002:01) Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan jasa yang bernilai satu sama lain.

Philip Kotler (1986:15) juga menerangkan bahwa pemasaran merupakan Kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Sedangkan menurut Ching Tion Tan menerangkan bahwa pemasaran adalah bekerja dengan pasar untuk mengaktualisasikan pertukaran potensial dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Menurut Swastha (2005;51) menyatakan bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja


(18)

12 dan kemauan untuk membelanjakan, menurut Kotler (1986:13) menyatakan bahwa pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang memungkinkan bersedia dan sanggup untuk melibatkan diri dalam proses pertukaran guna memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut.

Dari semua definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemasaran (marketing) adalah suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan pertukaran.Tetapi bagian yang paling penting dalam pemasaran bukanlah penjualan atau pertukaran. Penjualan hanyalah salah satu dari berbagai fungsi secara efektif, maka akan sangat mudah untuk menjual produk tersebut, jadi pemasaran mencakup kegiatan sebelum dan sesudahnya terjadinya pertukaran atau penjualan.

2.2.3 Konsep Pemasaran

Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran menitik-beratkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat.Untuk mengatasi persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Disinilah pemasaran berperan untuk


(19)

13 menjembatani permasalahan yang ada sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk membuat pilihan yang nantinya akan coba dipenuhi oleh penjual.

Menurut Kotler (1986:22) Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional adalah terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target markets) dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing.

Dengan melihat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran tersebut ada tiga unsur pokok, yaitu :

a. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus : 1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan. 3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4.Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murah serta model yang menarik.


(20)

14 b. Penyusunan kegiatan secara integral

Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua elemen-elemen harus dikoordinasikan dan diintegrasikan, selain itu juga berusaha untuk menghindari adanya pertentangan di dalam maupun di luar perusahaan dengan pasar.Semua bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan pelanggan, jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang san setiap bagian dalam perusahaan harus mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

c. Kepuasan Konsumen

Faktor yang menetukan apakah dalam jangka panjang perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang dapat terpenuhi. Laba merupakan pemcerminan dari usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen, dimana perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan harga yang layak.

Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari yang diberikan oleh para pesaing


(21)

15 2.2.4 Perilaku Konsumen

2.2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Terdapat definisi yang dikemukakan untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen. Menurut James F Engel, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard (1994 : 3) mengemukakan bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Sedangkan menurut American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen (cusmer behavior) sebagai “ interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka”. (J. Paul Peter. Jerry C. Olson, 1999 ; 4).

Dari beberapa pengertian yang disebutkan, perilaku konsumen mempunyai inti bahwa :

1. Tindakan-tindakan dilakukan individu, kelompok atau organisasi. 2. Berhubungan dengan proses pengambilan keputusan yaitu menetapkan,

menggunakan barang dan jasa.

3. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor-faktor lain.


(22)

16 2.2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen dan

Pengambilan Keputusan a. Perilaku Konsumen

Menurut American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara afeksi (pengaruh) dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.(J. Paul Peter. Jerry C. Olson, 1999 : 4)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, adalah :

1. Faktor Kebudayaan, merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia pada umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga social lainnya.

2. Faktor sosial, yang terdiri atas kelompok referensi yaitu seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap ataupun perilaku seseorang, keluarga ataupun perab dan status yaitu posisi seseorang dalam setiap kelompok. Faktor sosial ini turut memberikan pengaruh dalam membentuk perilaku seseorang.


(23)

17 3. Faktor Pribadi, seperti umur dan tahapan dalam siklus hidup,

pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri

4. Faktor Psikologis, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang lahir dari dalam diri manusia itu sendiri, seperti motivasi, persepsi.

b. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengenalan masalah, dimana pelanggan menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan ini disebabkan oleh :

1. Rangsangan internal yang merupakan kasus pertama dalam kebutuhan normal seseorang seperti lapar, haus dan lain sebagainya. 2. Rangsangan eksternal seseorang, seperti rasa lapar yang muncul

setelah melewati toko roti dan mencium aroma serta melihat roti yang baru setelah dibakar.

b. Pencarian informasi, dimana pelanggan mulai berminat dan mulai mencari informasi yang lebih banyak lagi. Salah satu factor kunci dari pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan konsumen dan relative.Langkah ini diperoleh dari bahan bacaan, teman


(24)

18 dan kegiatan-kegiatan mencari lainnya.

c. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif untuk mendapatkan alternatif terbaik yang akan digunakan untuk mengambil keputusan pembelian

d. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan pembelian terhadap hasil dari evaluasi alternatif. Ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi tujuan dan keputusan membeli, yaitu :

1. Sikap orang lain, dimana faktor ini mempengaruhi keputusan dengan 2 hal yaitu : intensitas sikap orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi untuk menuruti keinginan orang lain itu. 2. Keadaan yang tidak terduga, seperti pendapatan keluarga yang tidak terduga, harga yang diharapkan, manfaat produk yang diharapkan, dll e. Perilaku konsumen setelah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah

pembelian terhadap suatu produk, maka pelanggan akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari dekatnya harapan pembeli tentang produk dan kemampuan produk tersebut dalam memenuhi harapan pembeli.

2.2.5 Pengertian Atribut Produk

Menurut Fandy Tjiptono (2001 : 103) “ Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian “. Atribut produk dapat meliputi kualitas, kemasan, merek, jaminan dan pelayanan.


(25)

19 Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian yang terbesar terhadap produk yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasikan berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang berbeda-beda.

Di dalam Atribut produk terdapat variabel-variabel yaitu sebagai berikut :

1. Kualitas produk

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang berbicara masalah kualitas misalnya kualitas sebagian produk yang berharga mahal akan lebih baik daripada produk berharga murah.

Beberapa pakar telah mendefinisikan kualitas, seperti yang dikutip oleh James W. C. (1996 : 8) menurut W. Edwards Deming, seorang guru terkenal di bidang kualitas, menyebut kualitas sebagai “perbaikan berkesinambungan, sementara pakar lain Philip Crosby, menyebutkan “ kesesuaian dengan persyaratan”.

Definisi dari America Society for quality Control seperti yang dikutip Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (1997 : 49) mengemukakan bahwa “ Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Ini jelas merupakan definisi kualitas yang berpusat pada pelanggan.Kita dapat mengatakan bahwa


(26)

20 seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual memenuhi harapan pelanggan.

Menurut Dewan Standardisasi Nasional Indonesia “ Kualitas adalah gambaran dari karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diinginkan atau yang tersirat”. (Widyaningtyas Sistaningrum, 2002 : 12)

Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk yang terditi dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian.Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasinya produk.Sedangkan kualitas kesesuaian adalah ukuran seberapa jauh salah satu produk memnuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. (Fandy Tjiptono, Anastasia Diana : 1998 : 2)

2. Kemasan Produk

Kemasan mempunyai fungsi atau peranan yang sangat penting.Pentingnya pengemasan ini tidak dapat diabaikan, mengingat yang dilaksanakannya adalah untuk melindungi produk dan menarik pelanggan.Oleh karena itu, kemasan harus menarik perhatian, menjelaskan kemampuan produk, menciptakan keyakinan konsumen dan menimbulkan kesan menyeluruh yang menyenangkan.


(27)

21 Philip Kotler (1997 : 77) mendefinisikan “ pengemasan adalah mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk “. Wadah atau pembungkus ini disebut kemasan.

Menurut Fandy Tjiptono (2001 : 106), tujuan menggunakan kemasan antara lain meliputi :

a. Sebagai pelindung isi (protection), misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya kadar/isi dan sebagainya.

b. Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan (operating), misalnya supaya tidak tumpah, ringan dan mudah dibawa dll

c. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk diisi kembali (refill) atau untuk wadah lain.

d. Memberikan daya tarik (promotion), yaitu aspek artistic, warna, bentuk maupun desainnya.

e. Sebagai identitas (image produk), misalnya berkesan kokoh/awet f. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung dan

ditangani

g. Informasi (labelling), yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas h. Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan


(28)

22 Berbagai faktor berperan dalam meningkatnya penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran : (Kotler dan A.B. Susanto, 2001 : 593)

a. Swalayan

b. Kemampuan konsumen c. Citra perusahaan dan merek d. Kesempatan inovasi

3. Merek Produk

Menurut American Marketing Association yang dikutip oleh Philip Kotler, (1997 : 63), “ Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing “.

Dalam undang-undang merek (UU No. 19 tahun 1992) dinyatakan pada Bab I (ketentuan umum) Pasal 1 ayat 1 (Buchari Alma, 1998 :105) bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa “.

Sedangkan menurut Widyaningtyas Sistaningrum (2002 : 8) “ Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau gabungan semua unsur-unsur tersebut yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang


(29)

23 penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk lain ".

Jadi merek mengidentifikasikan penjual atau pembuat. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo atau symbol lain. Berdasarkan UU merek dagang penjual diberikan hal eksekutif untuk menggunakan merek selamanya. Jadi merek berbeda dengan aktivitas lain seperti paten dan hak cipta yang mempunyai batas waktu.

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan manfaat dan jasa tertentu pada pembeli.Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Tetapi merek lebih dari sekedar simbol, merek dapat memiliki enam tingkat pengertian : (Widyaningtyas Sistaningrum, 2002 : 10).

2.2.6 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Minat Beli

Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa selera dan bagaimana ia mengambil sebuah sikap minat beli. Sehingga pemasar dapat memproduksi barang ataupun jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi minat beli konsumen, sehingga konsumen mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar.


(30)

24 Fakta yang dikemukakan oleh Arfian Suwito dalam Economic, Business, Management and Accounting journal dengan judulPengaruh Sikap Terhadap Merek dan Sikap Terhadap Iklan Pada Minat Beli Konsumen menyatakan bahwa Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch (1986) dipengaruhi secara langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang bekerja terhadap rangsangan. kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Menurut Assael (2001 : 82) sikap terhadap merek yaitu merupakan pernyataan mental Yang menilai positif atau negatif, bagus tidak bagus, suka tidak suka suatu produk.

Dengan demikian berdasarkan teori tersebut diatas dapat menunjukkan bahwa atribut produk mempengaruhi minat beli.


(31)

25 2.3 Kerangka Konseptual

Atribut

Produk

X

Minat

Beli


(32)

26 2.4 Hipotesis

Hipotesis sebagai pendugaan sementara dalam penelitian ini adalah diduga atribut produk berpengaruh positif terhadap minat beli .


(33)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi objek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Atribut produk (X) 2. Minat Beli (Y)

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Atribut Produk (X)

Menurut Fandy Tjiptono (2001 : 103) “ Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian “. Atribut produk dapat meliputi kualitas, kemasan, merek, jaminan dan pelayanan.

Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian yang terbesar terhadap produk yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasikan berdasarkan atribut yang menonjol


(34)

28 dalam kelompok konsumen yang berbeda-beda.

Adapun variabel-variabel yang terdapat pada atribut produk yang terdiri dari :

1.1 Kualitas produk (X1)

Definisi dari America Society for quality Control seperti yang dikutip Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (1997 : 49) mengemukakan bahwa “ Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.

Di dalam variabel kualitas terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut :

a. Ciri khas (X1.1)

Ciri khas pada kecap sedaap, yaitu:

- Pada kemasannya ada gambar seorang koki dan masakan b. Daya tahan / expired (X1.2)

Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang

c. Rasa Produk (X1.3)

Rasa kecap sedaap, yaitu : gurih dan kental 2. Merek produk (X2)


(35)

29 Philip Kotler, (1997 : 63), “Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing“.

Di dalam variabel merek terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut:

a. Kepribadian (X2.1)

Memilih merek kecap tertentu dan yang terkenal b. Iklan (X2.2)

Kualitas suatu iklan seringkali diukur dari :

- Iklan harus mempunyai tampilan yang bagus dan menarik - Materi/isi iklan mudah dipahami

c. Tagline atau slogan (X2.3)

Slogan harus dibuat seunik mungkin agar mudah dikenal oleh konsumen

3. Kemasan produk (X3)

Philip Kotler (1997 : 77) mendefinisikan “ pengemasan adalah mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk “. Wadah atau pembungkus ini disebut kemasan.

Di dalam variabel kemasan produk terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut :


(36)

30 1. Kualitas bahan yang baik (X3.1)

2. Corak warna yang menarik (X3.2)

3. Ragam ukuran yang berbeda-beda (X3.3)

2. Minat beli (Y)

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001).

Di dalam minat beli terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut:

1. Intensitas pencarian informasi, informasi mengenai suatu produk 2. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki

produk

3. Keinginan preferensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan lainnya.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang dipergunakan adalah Skala Likert, sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan di uji, pada setiap jawaban akan diberi skor (sugiyono, 2006:86).


(37)

31 Pengukuran dengan skala likert dilakukan dengan pembagian jawaban

1 5

Sangat tidak setuju sangat setuju

3.2 Populasi dan Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan himpunan individu atau kelompok yang memiliki ciri yang sama dan menjadi objek atau sasaran dalam penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen kecap sedaap di Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi untuk dijadikan objek penelitian.Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adaah teknik non probability sampling, tepatnya dengan teknik accidental sampling. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling, dimana masing-masing populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Kriteria yang akan dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Konsumen kecap sedaap , yang ditemui peneliti pada saat dilakukan pengambilan sampel.


(38)

32 Pedoman dalam menentukan jumlah sampel seperti ditulis oleh Ferdinand (2002:48) adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 100 – 200 sampel untuk teknik Maximum Likehood Estimation

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi

3. Bila sampelnya sangat besar, maka penelitian dapat memilih teknik estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2500, teknik estimasi ADF (Aymtotically Free Estimation) dapat digunakan :

Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah Maximum Likehood Estimation (antara 100-200) yang diambil dari seluruh pelanggan yang datang ke Supermarket Alfamart.Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan yaitu sepuluh dikali sebelas indikator (10x11), jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 110 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana peneliti memperoleh data secara langsung dari data responden melalui pengisian kuesioner yang dibagikan, kemudian data yang telah diperoleh dikumpulkan dan diolah langsung oleh peneliti sendiri


(39)

33 3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden mengenai variabel yang berkaitan dengan penelitian dan data yang diperoleh dari pemakai kecap sedaap

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sebagai berikut :

- Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab secara langsung kepada pihak responden yang ditemui dan kemudian memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

- Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan, dimana responden yang pernah menggunakan produk kecap sedaap, diminta memberikan penilaian atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti sehubungan dengan permasalahan yang diteliti. .


(40)

34 3.4 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.4.1. Tekinik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis data dala penelitian ini adalah Struktural Equation Modelling (SEM).Model pengukuran faktor product, service, purchase, kesetiaan pelanggan menggunakan Confirmatory Factor Analysis.Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur dan loyalitas pelanggan merupakan confirmatory factor analysis. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh variabel dimensi merchandise sebagai berikut,

Persamaan Dimensi Faktor Product : X1.1 = ƛAtribut produk+ er_1 X1.2 = ƛAtribut produk + er_2 X1.3 = ƛAtribut produk + er_3

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan variabel atribut produk sebagai berikut :


(41)

35 Gambar 3.1 : contoh Model Pengukuran variabel atribut produk

Keterangan :

X1.1 = pertanyaan tentang kualitas X1.2 = pertanyaan tentang merek X1.3 = pertanyaan tentang kemasan er_i = error term X1j

Asumsi Model (Struktural Equation Modelling) a. Uji normalitas Sebaran dan Linieritas

1). Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2). Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membegi koefisien sampel dengan standard errornya dan skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. 3). Normal Probability Plot (SPSS 10.1)

Atribut

produk X1.2

X1.1

X1.3

er_1

er_2


(42)

36 4). Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

b. Evaluasi atas Outlier

1). Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier. 2). Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada

tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square (X) pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila mahanalobis > dari nilai X adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair, 1998).

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians.Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Ferdinand, 2002:108).

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai


(43)

37 konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator Multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/ construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variable dan latent variable. Sedangkan realibilitas diuji dengan construct reliability dan varience extrated. Construct reliability dan varience extrated dihitung dengan rumus sebagai berikut :

[∑ Standardize Loading]2

Construct reliability =

[[∑ Standardize Loading]2+ ∑εj]

∑[ Standardize Loading2]

Variance Extracted =

[∑[ Standardize Loading2]+ ∑εj]

Dimana :

- Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator

- εj adalah measurement error dari tiap-tiap indikator

Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 – (Standardize Loading) secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima


(44)

38 adalah ≥ 0,7 dan varience extrated ≥ 0,5 (Hair et. Al., 1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critikal Ratio) atau p (probability)yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.

3. Pengujian model dengan Two-step Approach

Two-step Approach to structural equation modelling (SEM) digunakan untuk menguji model yang diajukan. Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan (Hartline dan Ferrell, 1996), dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step Approach (Hair et. al., 1998).

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi erhadap structural model


(45)

39 (Anderson dan Gerbing 1988). Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step Approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstruk menjadi sebuah indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi (Z-scores) dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut (Hair et. al., 1998).

b. Menetapkan error (ε) dan lambda (ƛ) , error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali σ2 lambda terms dengan rumus 0,95 kali σ(Anderson dan Gerbing, 1988). Perhitungan construct reliability (α) telah dijelaskan pada bagian program aplikasi statistik SPSS. Setelah error (ε) dan lambda (ƛ) terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

4. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data.Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor


(46)

40 fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/ DF. Apabila modela awaltidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.

Goodness of Fit Indices GOODNESS

OF FIT INDEX

KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2 – Chi – square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan kecil, s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2 Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data

dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample

besar.

≤ 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda).

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap baseline

model

≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model

≥ 0,94


(47)

41 3.4.2. Pengujian Hipotesis

3.4.2.1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit 1. X2-Chi Square Statistic

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overal fit adalah likelihood Ratio Chi-Square Statistic. Chi-Square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistic Chi-Square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang uji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang kecil dan tidak signifkan.

X2 bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.Penggunaan Chi-Square hanya sesuai bila ukuran antara 100 dan 200. Bila ukuran sampel ada di luar rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lain.

2. RMSEA-The Root Mean Square Error Of Approximation

RMSEA adalah sebuah index yang dapat digunakan mengkompensasi Chi-Square Statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan Goodness-Of-Fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi ini RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan index untuk


(48)

42 dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan Degress Of Freedom.

3. GFI-Goodness of Fit Index

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Index kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrix kovarians sampel yang dijelaskan oleh matrix kovarians populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam index ini menunjukkan sebuah ‘better fit’.

4. AGFI-Adjusted Goodness of Fit Index

AGFI = GFI/DF tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteri yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matrix kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik (Good Overal Model Fit) sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (Adequate fit).

5.TLI-Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model


(49)

43 adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Very Good Fit.

6. CMIN/DF sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik Chi-Square, X2 dibagi DF-nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2 relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi.

7. CFI-Comparative Fit Index

Besaran index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi (A Very Good Fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeksi ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model.Indeks CFI adalah identik dengan Relative Noncentrality Index (RNI).


(50)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Menyusul krisis keuangan global yang menghantam hampir semua sektor industri termasuk industri makanan, industri kecap juga terkena imbasnya. Ditambah lagi pada 2008 lalu terjadi kenaikan harga bahan baku utama yaitu kacang kedelai akibat penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar. Disamping itu kenaikan harga komoditas di pasar internasional mengakibatkan inflasi yang tinggi dan melemahnya daya beli masyarakat. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan industri makanan termasuk industri kecap. Penurunan terjadi terutama pada segmen bawah karena kenaikan harga jual kecap seiring dengan kenaikan harga kacang kedelai sebagai bahan baku utama.

Akibatnya sebagian produsen dari kecap segmen bawah untuk sementara tidak berproduksi, karena anjloknya permintaan konsumen dari kalangan ini. Sedangkan permintaan kecap dari segmen menengah atas tidak mengalami perubahan. Sehingga industri kecap segmen menengah atas tetap bersaing ketat. Namun demikian, persaingan di segmen menengah atas tersebut sekarang berlangsung secara lebih sehat. Sebab tidak lagi terjadi perang harga secara terbuka antara dua produsen besar yaitu Grup Heinz dengan Grup Wings, seperti yang terjadi tiga tahun belakangan ini. Semua produsen kecap


(51)

45 segmen menengah atas tersebut serentak menaikkan harga jual produknya menyesuaikan dengan kenaikan biaya produksi yang tinggi.

Ketatnya persaingan di dalam pasar kecap, menjadikan penguasaan pasar oleh Grup Heinz melalui PT. Heinz dengan merk ABC berkurang menjadi sekitar 77% dari sebelumnya 90%. Hal ini terutama disebabkan munculnya pesaing terbesarnya yaitu PT. Prakarsa Alam Segar (Group Wingsfood) dengan produknya Kecap Sedaap yang berhasil merebut sebagian pasar Heinz. Wingsfood kini menguasai sekitar 12% pangsa pasar. Sejak lima tahun terakhir hingga saat ini praktis pasar kecap hanya menjadi arena pertarungan antara ABC (Grup Heinz) dengan kecap Sedaap (Grup Wings), keduanya menguasai sekitar 89% dari seluruh pasar kecap di Indonesia. Sementara sejumlah pemain lainnya memperebutkan sisa pangsa pasar yang sangat kecil hanya 11%. Meski terjadi krisis global, namun pada 2008 lalu produksi kecap tetap mengalami pertumbuhan produksi sekitar 6,9% menjadi sekitar 1.544.072 ton dibandingkan 1.443.686 ton pada tahun sebelumnya.

Hal ini disebabkan karena imbas krisis global yang juga berdampak pada sektor industri makanan termasuk industri kecap, dimana sebagian produsen mengurangi produksi karena permintaan berkurang. Industri kecap memiliki nilai pasar yang cukup besar, pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp 15 triliun. Disamping itu, potensi pasar masih cukup besar dengan populasi 225 juta jiwa pada 2008, konsumsi kecap per kapita baru sekitar 63 sachet/botol per orang setiap tahun. Ini masih lebih kecil


(52)

46 dibandingkan dengan Korea Selatan yang konsumsi kecapnya cukup tinggi yaitu 70 sachet/botol per orang per tahun. Besarnya pasar kecap di dalam negeri menarik minat beberapa pemain diluar Grup Heinz dan Grup Wings, yang berhasil mengisi ceruk pasar yang ada seperti Kecap Indofood, kecap angsa.

Secara umum kapasitas produksi kecap dalam periode lima tahun terkahir mengalami pertumbuhan rata-rata 18,6% per tahun. Kapasitas produksi mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu mencapai 72,6% menjadi 1.691.588 ton pada 2005 dari sebelumnya hanya 979.628 ton. Hal ini dipicu oleh tingginya tingkat permintaan kecap dibandingkan tahun sebelumnya yang relatif masih rendah. Kenaikan kapasitas yang cukup pesat tersebut didukung oleh adanya perluasan kapasitas dari beberapa pemain yang sudah memiliki pasar cukup baik seperti merek Indofood, angsa, piring Lombok, dll dan terutama produk dari Grup Heinz (ABC). Pada 2006 tidak terjadi penambahan, sebab kapasitas produksi yang ada masih mencukupi kebutuhan.

Pada tahun 2007 kapasitas produksi hanya mengalami peningkatan sekitar 1,0% yaitu menjadi sekitar 1.708.504 ton per tahun. Terutama karena adanya perluasan dari produsen besar yaitu PT. Heinz. Sekitar Rp 400 miliar dari total belanja modal tahun 2007 digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi kecap sebanyak 1 miliar bungkus. Sampai akhir 2006 perseroan memiliki kapasitas produksi terpasang sebanyak 13,5 miliar dan akan ditingkatkan menjadi 14,5 miliar bungkus tahun 2007.


(53)

47 Seiring dengan krisis global yang terjadi pertengahan 2008, beberapa produsen menghentikan produksinya terutama produksi untuk segmen bawah. Namun kondisi ini tidak mempengaruhi industri kecap. Sebab beberapa produsen besar mampu menambah kapasitas produksinya. Kapasitas produksi kecap meningkat relatif kecil hanya 0,9% menjadi sekitar 1.725.589 ton per tahun.

Pada tahun 2009 ini seiring dengan mulai membaiknya kondisi ekonomi, kapasitas produksi kecap diperkirakan akan meningkat menjadi 1.880.892 ton per tahun, atau akan meningkat sekitar 8,9%. Hal ini didukung oleh Grup Heinz sebagai produsen kecap terbesar yang merencanakan akan melakukan penawaran obligasi untuk membiayai ekspansi usahanya termasuk meningkatkan kapasitas produksi.

Saat ini produsen kecap tercatat sekitar 20 perusahaan baik perusahaan berskala besar maupun kecil. Industri kecap yang dikemas berbentuk sachet. relatif cukup lama berdiri di Indonesia yaitu dimulai sekitar tahun 1969. Yang dianggap perintis di bidang industri ini adalah PT Wingsfood yang beroperasi sejak tahun 1969.

Meningkatnya permintaan kecap, sebagai konsumsi alternatif makanan pokok, telah mendorong investor baru di antaranya Group Wings. Group Wings yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur awalnya lebih dikenal sebagai produsen sabun cuci dengan merk Wings Biru. Pada awal 2003 melalui sub grup-nya Wingsfood langsung sukses menggebrak pasar kecap melaui


(54)

48 produknya kecap Sedaap. Wingsfood memiliki dua anak perusahaan yaitu PT. Karunia Alam Segar (KAS) dan PT. Prakarsa Alam Segar (PAS) dengan total kapasitas produksi sekitar 202 ribu ton per tahun. KAS yang berlokasi di Gresik (Jawa Timur) sebagai basis produksi untuk pemasaran wilayah Indonesia bagian Timur, sedangkan PAS yang berlokasi di Bekasi (Jawa Barat) untuk pemasaran wilayah barat.

Strategi Wingsfood ini berhasil merebut sebagian pasar kecap yang selama ini dikusai oleh Heinz. Semua distribusi produk kecap Sedaap milik Wingsfood ditangani oleh PT. Sayap Mas Utama.


(55)

49 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.

1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasar jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Pria 18 16,36%

2 Wanita 92 83,64%

110 100%

Sumber : hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 18 orang atau sebesar 16,36%, sedangkan yang berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 92 orang atau sebesar 83,64%.


(56)

50 2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasar usia adalah sebagai berikut : Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 15 - 25 37 33,64%

2 26 - 35 30 27,27%

3 >35 43 39.09%

Total 110 100%

Sumber : hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia antara 15 sampai 25 tahun yaitu 37 orang atau sebesar 33,64%, sisanya yaitu responden yang berusia antara 26 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 27,27% dan responden berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 43 tahun atau sebesar 39,09%

3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasar pekerjaan adalah sbagai berikut :


(57)

51 Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Profesi Jumlah Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 13 11,82% 2 Pegawai Negeri 3 2,73% 3 Pegawai Swasta 28 25,45% 4 Ibu Rumah Tangga 51 46,36%

5 Wiraswasta 12 10,91%

6 Lain-lain 3 2,73%

Total 110 100%

Sumber : hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 51 orang atau sebanyak 46,36%, sedangkan yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 13 orang atau sebesar 11,82%, yang berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak 28 orang atau sebanyak 25,45%, yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 12 orang atau sebesar 10,91%, yang berprofesi sebagai pegawai negeri sebanyak 3 orang atau sebesar 2,73% dan yang berprofesi sebagai lain-lain sebanyak 3 orang atau sebesar 2,73%.


(58)

52 4.2.2 Deskripsi Dimensi Atribut Produk (X)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk pertanyaan Variabel Atribut Produk

No Pertanyaan

Skor Jawaban

Total 1 2 3 4 5 a. Variabel Kualitas Produk (X1)

1. Kecap sedaap memiliki ciri khas yang menarik dibandingkan kecap lainnya.

2. Daya tahan/ expired kecap sedaap mempunyai kekuatan sampai > 1 tahun.

3. Rasa kecap sedaap sesuai dengan apa yang diharapkan

6 16 3 6 16 4 14 25 20 42 21 41 42 32 42 110 110 110 b. Variabel Merek Produk (X2)

1. Kepribadian (memilih merek kecap sedaap tertentu dan yang terkenal) kecap sedaap sesuai dengan keinginan Anda.

2. Iklan pada kecap sedaap dapat menarik dan isinya mudah dipahami Anda. 3 6 4 1 36 10 28 51 39 42 110 110


(59)

53 3. Tagline/slogan pada kecap

sedaap dapat dibuat seunik mungkin agar mudah dikenal oleh Anda.

4 0 9 35 62 110

c. Variabel Kemasan Produk (X3) 1. Kualitas bahan pada kemasan kecap sedaap dapat terjamin dengan baik.

2. Corak yang menarik pada kecap sedaap mempunyai keunggulan yang bersaing.

3. Kecap sedaap memiliki ragam yang berbeda-beda. 5 8 5 3 3 1 24 31 10 30 37 35 48 31 59 110 110 110

Total 56 38 179 320 397

Sumber : hasil penyebaran kuesioner (diolah peneliti)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban yang diberikan responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada skor 5 dengan total sebesar 397 jawaban. Jawaban kuesioner tersebut menunjukkan bahwa menurut responden mereka sudah minat untuk membeli kecap sedaap.

Disamping itu, responden juga menyatakan bahwa kualitas produk, merek produk dan kemasan produk kecap sedaap membuat mereka yakin untuk menggunakan kecap tersebut sehingga mereka percaya dengan manfaat dari


(60)

54 produk kecap sedaap.

4.2.3 Deskripsi Dimensi Minat Beli Konsumen (Y)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, yang dilakukan para responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut :

Tabel. 4.5 Hasil Jawabaan Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat beli Konsumen (Y)

No. Pertanyaan

Skor Jawaban

Total 1 2 3 4 5

1.

2.

3.

Mencari informasi sebuah produk terlebih dahulu adalah suatu hal yang baik dalam melakukan pembelian produk kecap sedaap.

Keinginan membeli sebuah produk adalah suatu hal yang membagi dalam melakukan pembelian produk kecap sedaap.

Keinginan preferensial konsumen sebuah produk adalah menetukan pilihan produk kecap sedaap.

6 8 6 5 4 2 12 23 23 39 36 38 48 39 41 110 110 110

Total 20 11 58 113 128


(61)

55 Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa sebagian besar responden sangat setuju dengan pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada skor 5 dengan total skor sebanyak 128 jawaban. Responden menyatakan bahwa mereka akan melakukan pembelian produk kecap sedaap setelah mencari informasi sebuah produk terlebih dahulu.

4.3. Analisa dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Asumsi Model

4.3.1.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar  2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara  2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Normalitas

Variabel Min Max Kurtosis c.r.

X11 1 5 1,156 2,417

X12 1 5 -1,139 -2,382

X13 1 5 1,018 2,129


(62)

56

X22 1 5 3,228 6,752

X23 1 5 4,346 9,089

X31 1 5 0,504 1,055

X32 1 5 0,366 0,766

X33 1 5 3,389 7,090

Y1 1 5 1,209 2,528

Y2 1 5 0,437 0,913

Y3 1 5 0,933 1,952

Multivariate 41,909 11,714

Batas normal ± 2,58

Sumber : Lampiran

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. multivariate berada di luar ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler dan Chou (1987) bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation (MLE) walau distribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.3.1.2 Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis


(63)

57 menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Min Max Mean Std.

Deviation N Predicted Value 23.372 78.741 55.500 9.036 110 Std. Predicted Value -3.556 2.572 0.000 1.000 110 Standard Error of Predicted

Value 5.711 22.106 10.516 3.718 110

Adjusted Predicted Value 20.133 86.513 55.351 10.393 110

Residual -52.705 51.957 0.000 30.592 110

Std. Residual -1.625 1.602 0.000 0.943 110

Stud. Residual -1.696 1.657 0.002 0.998 110

Deleted Residual -59.000 55.969 0.149 34.365 110 Stud. Deleted Residual -1.713 1.672 0.002 1.002 110 Mahalanobis Distance [MD] 2.390 49.661 11.891 10.040 110

Cook's Distance 0.000 0.051 0.010 0.010 110

Centered Leverage Value 0.022 0.456 0.109 0.092 110 (a) Dependent Variable : NO. RESP


(64)

58 Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai 20.001dengan jumlah indikator 12

adalah sebesar 32,909. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 49,661 lebih dari 2 tabel 32,909 tersebut. Dengan demikian, terjadi multivariate outliers. 4.3.1.3. Evaluasi Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(65)

59 Tabel 4.8. Reliabilitas Data :

Konstrak Indikator Item to Total Correlation

Koefisien Cronbach's Alpha Product

Quality

X11 0.705

0.668

X12 0.813

X13 0.831

Brand Product

X21 0.830

0.789

X22 0.839

X23 0.854

Product Packaging

X31 0.834

0.692

X32 0.762

X33 0.768

Purchase Intention

Y1 0.862

0.791

Y2 0.853

Y3 0.803

Sumber : Lampiran

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

4.3.1.4. Evaluasi Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap


(66)

60 latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9. Validitas Data

Konstrak Indikator Faktor Loading

1 2 3 4 Product

Quality

X11 0.626

X12 0.523

X13 0.818

Brand Product

X21 0.998

X22 0.850

X23 0.936

Product Packaging

X31 0.688

X32 0.583

X33 0.738

Purchase Intention

Y1 0.636

Y2 0.670

Y3 0.807

Sumber : Lampiran

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya baik.

4.3.1.5 Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa


(67)

61 indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.10.

Tabel 4.10. Construct Reliability dan Variance Extracted

Konstrak Indikato r Standar dize Faktor Loading SFL Kuad rat Error [εj]

Construct Reliability Variance Extrated Product Quality

X11 0.626 0.392 0.608

0.699 0.445

X12 0.523 0.274 0.726

X13 0.818 0.669 0.331

Brand Product

X21 0.998 0.996 0.004

0.950 0.865

X22 0.850 0.723 0.278

X23 0.936 0.876 0.124

Product Packaging

X31 0.688 0.473 0.527

0.711 0.453

X32 0.583 0.340 0.660

X33 0.738 0.545 0.455

Purchase Intention

Y1 0.636 0.404 0.596

0.749 0.502

Y2 0.670 0.449 0.551

Y3 0.807 0.651 0.349

Sumber : Lampiran

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.


(68)

62 4.3.1.6. Analisis Model SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM).

One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998).

Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.

Gambar. 4.1

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Service Quality Perception, Costumer Satisfaction,

Loyalty, & Repurchasing

Model Specification : One Step Approach - Base Model

Respon sibility X21

er_4 1 1

1 Service Quality Perception d_re 1 X22 er_5 1 X23 er_6 1 Assurance X31 er_7 d_as X32 er_8 X33 er_9 1 1 1 1 1 Tangible X11 er_1 0,005 d_ta X12 er_2 X13 er_3 1 1 1 1 1 Emphaty X41 er_10 0,005 d_em X42 er_11 X43 er_12 1 1 1 1 1 Reliability X51 er_13 d_rl X52 er_14 X53 er_15 1 1 1 1 1 Loyalty Y23 er_20 d_lt Y22 er_19 Y21 er_18 1 1 1 1 1 Customer Satisfaction Y12 er_17 d_cs Y11 er_16 1 1 1 1 Repurchasing Intention Z3 er_23

d_rp Z2 er_22

Z1 er_21 1

1 1


(69)

63 Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step

Approach-Base Model

Kriteria Hasil Nilai Kritis

Evaluasi Model Cmin/DF 3.473 ≤ 2,00 Kurang

baik Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang

baik RMSEA 0.154 ≤ 0,08 baik GFI 0.758 ≥ 0,90 kurang

baik AGFI 0.629 ≥ 0,90 kurang

baik TLI 0.740 ≥ 0,95 kurang

baik CFI 0.799 ≥ 0,94 kurang

baik Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat di bawah ini.


(70)

64 Gambar. 4.2

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Modifikasi

Kriteria Hasil Nilai Kritis

Evaluasi Model Cmin/DF 1.282 ≤ 2,00 baik Probability 0.100 ≥ 0,05 baik RMSEA 0.052 ≤ 0,08 baik GFI 0.920 ≥ 0,90 baik AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik TLI 0.970 ≥ 0,95 baik CFI 0.980 ≥ 0,94 baik Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Service Quality Perception, Costumer Satisfaction,

Loyalty, & Repurchasing

Model Specification : One Step Approach - Modifkasi

Respon sibility X21

er_4 1 1

1 Service Quality Perception 0,005 d_re 1 X22 er_5 1 X23 er_6 1 Assurance X31 er_7 d_as X32 er_8 X33 er_9 1 1 1 1 1 Tangible X11 er_1 0,005 d_ta X12 er_2 X13 er_3 1 1 1 1 1 Emphaty X41 er_10 0,005 d_em X42 er_11 X43 er_12 1 1 1 1 1 Reliability X51 er_13 d_rl X52 er_14 X53 er_15 1 1 1 1 1 Loyalty Y23 er_20 d_lt Y22 er_19 Y21 er_18 1 1 1 1 1 Customer Satisfaction Y12 er_17 d_cs Y11 er_16 1 1 1 1 Repurchasing Intention Z3 er_23

d_ri Z2 er_22

Z1 er_21 1

1 1


(71)

65 4.3.1.7 . Analisis Unidimensi First Order

Tabel 4.13. Unidimensi First order Regression

Weights Ustd Std Prob.

Estimate Estimate

X11 <-- Product_Quality 1.000 0.626 0.000

X12 <-- Product_Quality 1.129 0.523 0.000

X13 <-- Product_Quality 1.230 0.818 0.000

X21 <-- Brand_Product 1.000 0.998 0.000

X22 <-- Brand_Product 0.758 0.850 0.000

X23 <-- Brand_Product 0.795 0.936 0.000

X31 <-- Product_Packaging 1.000 0.688 0.000 X32 <-- Product_Packaging 0.855 0.583 0.000 X33 <-- Product_Packaging 0.920 0.738 0.000 Y1 <-- Purchase_Intention 1.000 0.636 0.000 Y2 <-- Purchase_Intention 1.081 0.670 0.000 Y3 <-- Purchase_Intention 1.186 0.807 0.000 Sumber : Lampiran

4.3.1.8. Analisis Unidimensi Second Order Tabel 4.14. Unidimensi Second Order

Regression Weights Ustd Std Prob.

Estimate Estimate Product_Quality <-- Product_Attribute 0.636 0.994 0.000 Brand_Product <-- Product_Attribute 0.844 0.828 0.000 Product_Packaging <-- Product_Attribute 0.720 0.995 0.000 Sumber : Lampiran

Tabel 4.15. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Pengujian Hasil Pengujian

Hipotesis Penerimaan H1 Product Attribute →

Purchase Intention

Berpengaruh positif

Diterima / positive

significant Sumber : Lampiran


(72)

66 4.3.1.9. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 2.162.935.547 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.

Tabel 4.16. Hasil Uji Kausalitas Uji Hipotesis Kausalitas

Regression Weights

Ustd Std

Prob.

Faktor ← Faktor Estimate Estimate

Purchase_Intention ← Product_ Attribute 0.624 0.916 0.000

Batas Signifikansi ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

Dilihat dari tingkat Prob. Arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

a. Faktor Product Attribute berpengaruh positif terhadap faktor Purchase Intention, dapat diterima (Prob. Kausalnya 0,000 ≤ 0,10 (signifikan( positif).


(1)

65 4.3.1.7 . Analisis Unidimensi First Order

Tabel 4.13. Unidimensi First order Regression

Weights Ustd Std Prob.

Estimate Estimate

X11 <-- Product_Quality 1.000 0.626 0.000 X12 <-- Product_Quality 1.129 0.523 0.000 X13 <-- Product_Quality 1.230 0.818 0.000 X21 <-- Brand_Product 1.000 0.998 0.000 X22 <-- Brand_Product 0.758 0.850 0.000 X23 <-- Brand_Product 0.795 0.936 0.000 X31 <-- Product_Packaging 1.000 0.688 0.000 X32 <-- Product_Packaging 0.855 0.583 0.000 X33 <-- Product_Packaging 0.920 0.738 0.000 Y1 <-- Purchase_Intention 1.000 0.636 0.000 Y2 <-- Purchase_Intention 1.081 0.670 0.000 Y3 <-- Purchase_Intention 1.186 0.807 0.000 Sumber : Lampiran

4.3.1.8. Analisis Unidimensi Second Order Tabel 4.14. Unidimensi Second Order

Regression Weights Ustd Std Prob.

Estimate Estimate Product_Quality <-- Product_Attribute 0.636 0.994 0.000 Brand_Product <-- Product_Attribute 0.844 0.828 0.000 Product_Packaging <-- Product_Attribute 0.720 0.995 0.000 Sumber : Lampiran

Tabel 4.15. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Pengujian Hasil Pengujian

Hipotesis Penerimaan H1 Product Attribute →

Purchase Intention Berpengaruh positif Diterima / positive significant Sumber : Lampiran


(2)

66 4.3.1.9. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 2.162.935.547 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.

Tabel 4.16. Hasil Uji Kausalitas Uji Hipotesis Kausalitas

Regression Weights

Ustd Std

Prob.

Faktor ← Faktor Estimate Estimate

Purchase_Intention ← Product_ Attribute 0.624 0.916 0.000

Batas Signifikansi ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

Dilihat dari tingkat Prob. Arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

a. Faktor Product Attribute berpengaruh positif terhadap faktor Purchase Intention, dapat diterima (Prob. Kausalnya 0,000 ≤ 0,10 (signifikan( positif).


(3)

67 4.3.2 Pembahasan

4.3.2.1. Pengaruh Atribut Produk terhadap Minat Beli Konsumen Kecap Sedaap

Sikap pengguna kecap Sedaap dalam penelitian ini terhadap atribut produk kecap Sedaap cenderung prositif. Ini berarti bahwa reponden menilai positif kecap Sedaap melalui kualitas, merk dan kemasan. Responden menilai atribut produk yang ada pada PT. WingsFood dengan memanfaatkan karakteristik produk dalam memasarkan kecap Sedaap sangat berhasil. Hal ini dimaksudkan agar terbangun hubungan yang lebih emosional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan konsumen terhadap suatu produk.

Minat untuk membeli didefinisikan sebagai keadaan mental yang mereleksikan rencana pembeli untuk membeli suatu jumlah merek tertentu pada waktu tertentu. Minat beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan diupayakan oleh pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan untuk menarik konsumen, karena itu seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimulasi yang menarik perhatian konsumen seperti harga, lokasi penjualan (toko), dan pengaruh sales. Dengan adanya minat beli yang semakin tinggi dari dalam diri konsumen atas suatu produk maka akan semakin mendorong pihak produsen dari produk tersebut untuk semakin memperhatikan kandungan-kandungan yang terdapat di dalam produknya agar tidak membahayakan bagi seseorang yang akan memakainya.


(4)

68 Setiap perusahaan selalu dapat tetap hidup, berkembang dan bersaing. Dalam rangka inilah maka setiap perusahaan selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Kegiatan pemasaran yang dilakukan diarahkan untuk dapat mencapai sasaran perusahaan dalam jangka panjang dan total penjualan tertentu. Untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan minat pembelian merupakan tahap perencanaan sebelum seseorang melakukan tindakan (action) dan minat pembelian merupakan salah satu tahapan dari tanggapan konsumen.

Keputusan pembelian yang diambil oleh pembeli tersebut sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan tentang kuatitas, keputusan tentang penjualannya, keputusan tentang waktu pembelian dan keputusan tentang metode pembayaran. Minat beli akan membuat konsumen lebih selektif dan mempertimbangkan apa yang akan di beli atau dipilih oleh konsumen, sebelum keputusan untuk membeli produk tersebut, karena minat beli sangat berperan penting sebelum kita melakukan pembelian.

Penelitian sekarang berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu obyek, tempat, permasalahan penelitian, hipotesis dan tahun penelitian. Jadi penelitian ini bukan merupakan replikasi dari penelitian terdahulu.


(5)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menganalisis pengaruh atribut produk terhadap minat beli konsumen kecap sedaap di Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor atribut produk berpengaruh positif terhadap faktor minat beli konsumen sehingga responden yaitu konsumen akan mencoba membeli kecap sedaap cukup tinggi, dan semakin tingginya minat beli yang dimiliki oleh konsumen maka akan semakin tinggi pula tingkat kepastian konsumen dalam memutuskan untuk membeli produk kecap sedaap tersebut.

Dengan adanya minat membeli yang semakin tinggi dalam diri konsumen atas kecap merek sedaap maka akan semakin mendorong pihak produsen kecap merek sedaap untuk semakin memperhatikan bahan-bahan yang terdapat didalamnya agar kecap tersebut tidak membahayakan bagi seseorang yang akan mengkonsumsinya. Apabila demikian, maka konsumen tidak akan ragu lagi untuk mengkonsumsi kecap merek sedaap tersebut. 5.2. Saran

Dari hasil kesimpulan diatas maka saran yang dapat penulis berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi produsen kecap merek sedaap agar terus melakukan evaluasi, memberikan terobosan dan meluncurkan produk-produknya yang baru


(6)

70 dengan memperkaya bahan yang terdapat dalam kecap tersebut sehingga akan menjadikannya semakin bermanfaat terhadap masakannya di sisi lain produk tersebut dapat mengalami kesuksesan dalam penjualannya dan diharapkan sesuai dengan yang diinginkan konsumen dan perusahaan.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini hanya menganalisis pengaruh atribut produk terhadap minat beli konsumen kecap sedaap di Surabaya. Peneliti mengharapkan agar di masa yang akan dating, untuk penelitian selanjutnya variable yang ada hubungannya dengan minat beli.