PEMAKNAAN LIRIK LAGU “LINGSIR WENGI” OST KUNTILANAK 2006 (Studi Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu “Lingsir Wengi” Ost Kuntilanak 2006).

PEMAKNAAN LIR IK LAGU “LINGSIR WENGI” OST
KUNTILANAK 2006
(Studi Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu “Lingsir Wengi” Ost Kuntilanak 2006)

SKRIPSI

Oleh :
J OKO FEBRIANTO
NPM. 0843010266

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN
PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM
STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

J OKO FEBRIANTO. PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”LINGSIR WENGI” OST
KUNTILANAK 2006 (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Lingsir Wengi”
Ost Kuntilanak 2006).
Penelitian ini didasarkan pada fenomena semakin berkembangnya dunia musik di
Indonesia. Musik merupakan karya seni bunyi dalam bentuk lagu mengungkapkan pikiran dan
perasaan si pencipta melalui harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu
kesatuan yang utuh. Seorang pencipta lagu mengungkapkan perasaannya berdasarkan frame of
reference dan field of experiencenya dalam bentuk lirik lagu. Dalam musik, lirik lagu “Lingsir
Wengi” penuh konotasi bahasa yang menarik untuk dimaknai, dengan timbulnya controversial di
masyarakat. Sehingga timbullah pertanyaan yang menjadi dasar perumusan masalah yaitu
apakah pesan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna pesan yang terkandung dalam lirik lagu
“Lingsir Wengi” tersebut. Studi penelitian ini diarahkan pada teori semiotik dan konsep
semiologi Roland Barthes. Konsep lain yang dipergunakan adalah mitos dan kultur, pranata
sosial dan konstruksi kenyataan sosial, pengaruh lagu terhadap pendengarnya dan intepretasi
tanda. Studi analisis yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada semiologi Barthessian
menggunakan tiga hubungan tanda, yaitu hubungan simbolik, hubungan paradigmatik, dan
hubungan sintagmatik sebagai pembacaan atas sebuah tanda, yang nantinya akan melandasi
penggunaan lima macam kode, yaitu kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode
proaeretik dank ode cultural dalam memaknai tanda tersebut. Kemudian proses pemaknaan

melalui pembacaan kode-kode tersebut akan diungkap substansi dari pesan dibalik lirik lagu
“Lingsir Wengi” dan pada tataran mitos akan diungkapkan sistem penandaan tingkat dua.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif interpretatif dengan menggunakan
analisis semiologi dengan pendekatan semiotik berdasarkan konsep signifiaksi dua tahap Roland
Barthes. Unit analisis yang digunakan adalah tanda berupa kata-kata dalam lirik lagu “Lingsir
Wengi”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

Gambaran umum obyek penelitian dijabarkan tentang bagaimana latar belakang dan
perkembangan lagu Lingsir Wengi serta pencipta lagu tersebut. Pemaknaan lirik lagu Lingsir
Wengi ini hasilnya dikaitkan dengan realitas eksternal yang terjadi di masyarakat Indonesia
khususnya. Dari data yang sudah diintepretasi dan dianalisis, disimpulkan bahwa makna yang
terkandung dalam lirik lagu Lingsir Wengi adalah mengenai fenomena sosial yang terjadi di
sekitar masyarakat. Dan pesan yang terkandung di dalam lirik lagu Lingsir Wengi tersebut
adalah bahwa, pencipta lagu tersebut menceritakan fenomena praktik pesugihan yang masih ada
di dalam masyarakat yang serba modern saat ini. Mulai dari terhimpitnya masalah ekonomi,

sampai pada permasalahan pribadi yang menyebabkan orang tersebut menjadi lupa terhadap
pedoman agama dengan meminta bantuan kepada makhluk halus atau makhluk gaib untuk
mencukupi kebutuhan ekonominya yang terdesak serta kebutuhan pribadinya. Saran yang dapat
penulis sampaikan adalah agar para pencipta lagu lebih cerdas dalam berkarya, dan tidak
seenaknya merubah struktur lagu yang sudah ada.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat
dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Skripsi dengan judul “PEMAKNAAN LIRIK LAGU LINGSIR WENGI OST
KUNTILANAK 2006”. Hasil laporan Skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis
semata, namun terwujud berkat bantuan dari Ibu Dra. Dyva Claretta, M,Si. selaku
Dosen Pembimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini
dengan baik.

Dalam penulisan laporan ini penulis juga banyak mendapatkan pengarahan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dyva Claretta M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa
mencurahkan segala ide dan kritik serta sarannya kepada saya.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang sudah memberikan ilmu baik
secara teori maupun secara praktik.
5. Bapak, Ibuk dan Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan penuh.
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Teman-teman dan sahabat yang sudah membantu saya sampai laporan skripsi
ini selesai.
7. Brenk, abdi, jojo, dan kawan – kawan yang sejawat buntu bareng seneng
bareng.

8. Teman teman dari dunia lelaki, yopie, baweh, ses, bendoel, agung, mas pman,
maulana fahira, bos samuel, doel jadoel, kang andik, yang telah mencurahkan
kebuntuan dan jalan keluar bagi skripsi saya.
9. My special one, Shallys Indrianti yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya, serta kritik dan sarannya.
Penulis menyadari bahwa Laporan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna
memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga Laporan Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk rekan-rekan Program Studi Ilmu
Komunikasi.

Surabaya,4 Juni 2012
Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL…………………………………………………………………..


i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

iii

ABSTRAKSI……………………………………………………………………………

v

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
1.1

Latar Belakang Masalah………….........................................................


1

1.2

Rumusan Masalah……………………………………………………… 13

1.3

Tujuan Penelitian………..……………………………………………… 13

1.4

Kegunaan penelitian…………………………………………………….. 13

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………….. 15
2.1

Landasan Teori………………………………………………………….. 15
2.1.1 Lirik Lagu Sebagai Pesan Dalam Komunikasi Massa………


15

2.1.2 Lirik Lagu Dalam Kajian Semiotik…………………………..

17

2.1.3 Mistisme………………………………………………………...

19

2.1.4 Teori Semiorika dan Mitologi Barthes…………………..........

29

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

2.1.5 Mistik yang Terdapat dalam Film Kuntilanak……………….. 37

2.1.5.1 Mitos Kuntilanak……………………………………….. 37
2.1.5.2 Budaya Mistik…………………………………………… 39
2.1.6 Lagu Durma Pemanggil Kuntilanak…………………………... 41
2.1.6.1 Mitos dan Kultur Masyarakat Indonesia……………… 42
2.1.7 Pranata Sosial dan Konstruksi Sosial………………………….. 45
2.1.8 Interpretasi Tanda dalam Syair Lagu…………………………. 47
2.1.9 Pengaruh Musik Terhadap Pendengar………………………… 51
2.1.10 Kerangka Berpikir………………………………………………. 52

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………………. 55
3.1

Metode Penelitian………………………………………………………... 55

3.2

Kerangka Konseptual…………………………………………………… 56
3.2.1 Corpus……………………………………………………………. 56
3.2.2 Unit Analisis……………………………………………………… 57


3.4

Teknik Pengumpulan Data……………………………………................ 58

3.5

Metode Analisis dan Intepretasi………………………………………… 59

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………............................................................... 60
4.1

Gambaran Umum Obyek Penelitian……………………………………. 60

4.2


Penyajian dan Pemaknaan Data………………………………………… 64
4.2.1 Penyajian Data……………………………………………………… 64
4.2.2 Lirik Lagu Lingsir Wengi Menurut Semiologi Barthes…………. 64
4.2.3 Pemaknaan Lirik Lagu Lingsir Wengi…………………………… 68
4.2.4 Tiga Macam Hubungan Tanda……………………………………. 74
4.2.5 Kode-Kode Pembacaan atau Leksia………………………………. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………. 82
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 82
5.2 Saran………………………………………………………………………….. 85
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...86
LAMPIRAN………………………………………………………………………………..88

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Musik memiliki tata bahasa, ilmu kalimat, dan retorik. Namun musik

berbeda dengan bahasa. Elemen “kata” pada bahasa adalah materi yang konkret
yang memiliki makna yang tetap, sedangkan “nada” pada music bersifat absurd
dan hanya bermakna ketika dia berada diantara nada-nada yang lainnya. Fungsi
yang di milikinya sangat besar dalam kehidupan manusia, seperti sebagai bagian
dari kegiatan ritual keagamaan, sebagai media hiburan, pendidikan dan kesehatan.
Musik dibangun oleh elemen-elemen bunyi, melodi, ritme, harmoni, dam
ekspresi. Bunyi itu sendiri terdiri dari pitch yang berhubungan dengan ketinggian
nada, durasi yang berhubungan dengan kekuatan dengan jangka waktu nada-nada,
intensitas yang berhubungan dengan kekuatan bunyi atau nada. Intensitas ini
sering pula disebut sebagai bagian dari ekspresi musik yakni sebagai unsur
dinamik.
Satu lagi unsur bunyi yakni timbre atau warna nada/suara yang berkaitan
dengan kualitas bunyi yang dihasilkan yang berhubungan dengan jenis materi dan
teknik dihasilkannya suara. Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik
diantara banyak budaya yang lain, dikatakan menarik karena musik memegang
peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Seperti jika dilihat dari sisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
1

2

psikologisnya, musik kerap manjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam
hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial musik dapat disebut sebagai cermin
tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan.
Berbagai macam jenis musik terdapat di negeri kita, seperti musik jazz,
bossanova, keroncong, dangdut, pop, rock, sampai musik tradisional seperti
gendhing jawa, atau karawitan. Banyaknya jenis musik tersebut selalu
menggunakan instrument yang berbeda beda
Salah satu contoh musik tradisional yang sampai sekarang masih bertahan
adalah Gendhing jawa yang dalam penyajian musikalnya selalu dipenuhi dengan
instrumen-instrumen yang bervariasi, seperti gong, gendhang, suling, dan macammacam alat tradisional lainnya. Tidak lupa dengan sinden atau penyanyi yang
melantunkan lagu tersebut.
Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dapat dikatakan
komunikatif apabila para peserta komunikasi dapat memahami makna dari pesan
yang dikomunikasikan, hal ini mengacu pada pemikiran bahwa suatu pesan dalam
bentuk sistem tanda merupakan hasil penurunan makna dari si pembuat pesan.
Sebuah lagu, biasanya terdiri dari paduan instrument dan suara vocal
penyanyinya. Dari dua paduan inilah terbentuk keutuhan suatu lagu. Dalam suatu
lagu, selain kekuatan musik, unsur lirik yang di nyanyikan mempunyai peranan
yang sangat penting pula.
Lewat lirik lagu, seorang pencipta melalui penyanyi yang membawakan
lirik lagu tersebut berusaha menyampaikan sebuah pesan kepada pendengarnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Lewat media lirik lagu, seorang pencipta melalui penyanyi yang
membawakan lirik lagu tersebut berusaha menyampaikan sebuah pesan kepada
pendengarnya.
Dan dengan melalui lirik lagu tersebut, seseorang (pencipta/penyanyi)
berusaha berinteraksi sosial dengan masyarakat yang mendengarkan lirik lagu
tersebut. Lewat media lirik lagu, pencipta berusaha menciptakan kesamaan frame
of reference dengan pendengarnya sehingga diharapkan pendengar memiliki
perasaan yang sama dalam interpretasi mereka terhadap suatu lagu. (Liliweri,
1994 : 16-17).
Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan representasi dari
pikiran ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim
pesan. Konsep ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari senang, sedih, atau
marah, juga dapat berupa pendapat seperti pujian atau bahkan kritik suatu hal.
Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta melalui lagunya ini tentu
tidak akan berasal dari luar diri si pencipta lagu tersebut, dalam artian bahwa
pesan tersebut bersumber dari pola pikirnya serta dari frame of reference dan field
of experience nya. Sedangkan pola pikir maupun frame of reference dan field of
experience seseorang itu terbentuk dari hasil interaksinya dengan lingkungan
sosial disekitarnya.
Dari membaca atau menyanyikan suatu lirik lagu yang dibuat oleh seorang
pencipta lagu. Seseorang dapat melihat tanggapan si pencipta lagu terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

beberapa hal di sekelilingnya. Bila ditelusuri lebih dalam karyanya, dapat dilihat
pandangan hidup dan pola pikir si pencipta lagu.
Proses penciptaan lirik lagu dapat terjadi berdasarkan pengalaman si
pencipta dengan dunia di sekitarnya. Dapat pula dari hasil perenungan si pencipta
terhadap suatu gejala yang dilihat atau yang dirasakannya. Hasil perenungan itu
kemudian dikomunikasikan/disampaikan kepada orang lain dengan cara
menuangkannya kedalam bentuk sistem atau tanda komunikasi yang merupakan
teks yang berupa lirik lagu, yang merupakan sebuah pesan komunikasi.
Dengan mengamati hasil karya lirik lagu juga dapat diketahui bagaimana
pencipta lagu memandang dan mengungkapkan gejala yang ada di masyarakat.
Pengungkapan tersebut dengan gaya, cara, dan sudut pandang si pencipta yang
bersangkutan.
Seperti dalam lagu Lingsir Wengi yang termasuk salah satu musik
tradisional yakni gendhing jawa dimana dalam menyanyikannya menggunakan
instrument-instrumen tertentu. Nama Lingsir Wengi sebenarnya adalah nama lain
dari Kidung Rumekso ing Wengi (jaman Walisanga) karya Sunan Kalijaga.
Dalam sejarahnya di jelaskan bahwa lagu ini adalah lagu untuk pengganti
dzikir setelah sholat malam, dimana dalam pesan yang disampaikan melalui lagu
ini, Kanjeng Sunan Kalijaga menyebarkan agama islam dengan cara melalui lagu
yang ia ciptakan, karena pada masa itu agama islam masih sulit diterima oleh
masyarakat jawa yang masih menganut aliran animisme dan dinamisme.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

(www.yahoo.com//sejarahlingsirwengi )diakses pada tanggal 10 april 2012 pukul
18.0).
Namun seiring perkembangan jaman, lagu ini pun di aransemen ulang ke
berbagai jenis lirik dan instrumen yang berbeda. Setelah terjadi perubahan jaman,
Kidung Rumekso Ing Wengi pun mengalami perubahan baik dari segi musikalitas
dan lirik. Melalui karya Bossanova Jawa (2001) , sebuah grup musik Bossas asal
Semarang Jawa Tengah mencoba merubah lirik dan musiknya menjadi bernuansa
romantis dan kekinian, berubah judul menjadi Lingsir Wengi, yakni menceritakan
tentang seseorang yang sedang kasmaran atau seseorang yang sedang
kangen/rindu terhadap pasangannya namun tidak bisa bertemu, sayangnya lagu ini
masih belum diangap populer kala itu.
Akhirnya setelah lama menghilang, Lingsir Wengi kembali di populerkan
melalui film Kuntilanak (2006) dengan bintang utama Julie Estele yang akhirnya
mengalami perubahan segi musikalitas, dan lirik menjadi lebih bernuansa mistis,
hal ini pula lah yang menyebabkan masyarakat berfikiran negatif atas lagu ini.
Karena di dalam film tersebut yang Julie Estele sebagai pemeran utama
,menyanyikan lagu ini ketika ia sedang dalam keadaan marah. Dalam scene
terakhir di perlihatkan wujud asli dari kuntilanak yang berbentuk wanita dengan
rambut putih terurai panjang dan badan yang menyerupai kuda.
Dari beberapa sumber yang muncul di sebuah forum online, dijelaskan
bahwa siapapun yang mendengar atau melantukan Lingsir Wengi (versi
Kuntilanak) dipercaya bisa mendatangkan sang hantu (alam ghaib) tersebut ke
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

dalam dunia kita (alam nyata). Beberapa kesaksian

di sebuah forum online

menjelaskan bahwa, mereka yang seusai menonton film Kuntilanak, baik yang
menonton filmnya maupun yang mendengar lagunya seakan mengalami kejadian
ganjil. Hal ini disebabkan oleh aura yang terkandung di dalam lagu tersebut
seakan membawa mereka menuju hal yang gaib. Meskipun ada kesaksian yang
membeberkan bahwa beberapa diantara mereka sampai mengalami kesurupan,
tetapi hal ini lebih dikarenakan kondisi jiwa dan batinnya yang bertolak belakang
saat mendengarkan lagu ini.(www.kaskus.us-lingsirwengi diakses pada tanggal 11
april 2012 pukul 15.20 wib).
Akhirnya timbul persepsi di masyarakat apabila mendengarkan lagu ini
akan mendatangkan maut bagi yang mendengarkannya. Berbagai komentar
negatif pun muncul supaya tidak mendengarkan lagu ini. Hingga akhirnya
memunculkan histeria massal di tengah kalangan masyarakat kita yang notabene
masih percaya dengan adanya hal-hal ghaib, hal ini dikarenakan bahwa mayoritas
masyarakat lebih menyukai hal-hal yang berbau mistis dan segalanya yang
berkaitan dengan mistis, akan menjadi trend dikalangan masyarakat. Baik itu film,
lagu, serta acara-acara baik di televisi maupun radio, pasti akan menjadi bahan
pembicaraan di kalangan masyarakat. Mengingat bahwa bangsa kita memang
tidak terlepas dari kebudayaan mistis serta mitos. Hal inilah yang menyebabkan
lagu Lingsir Wengi popular di masyarakat.
Ini merupakan bentuk permasalahan, karena banyaknya tanggapan negatif
setelah mendengarkan lagu ini, meskipun ada versi lain yang bertolak belakang
dengan lagu tersebut, namun sudah banyak masyarakat yang berpersepsi negatif,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

hingga akhirnya lagu ini seakan menjadi momok atau menjadi paranoid di
kalangan masyarakat.
Semakin banyak yang mengganggap lagu itu sebagai mitos yang
menakutkan, maka semakin banyak pula orang yang takut untuk mendengarkan.
Dikarenakan field of reference dan field of experience yang di miliki oleh masingmasing

orang

berbeda-beda

tergantung

bagaimana

orang

tersebut

mengintepretasikannya. Apakah dia hanya sekedar mendengarkan, atau memang
ingin mendalami lirik yang terdapat di dalamnya. Namun sangat disayangkan
kidung yang fungsinya sebagai pengganti doa ini kemudian dirubah liriknya
menjadi lagu untuk mendatangkan makhluk gaib. Banyak orang yang memprotes
tentang lagu ini karena efek histeria yang terjadi di masyarakat. Benar atau
tidaknya kejadian yang menimpa mereka tergantung bagaimana mereka
mempercayai lirik tersebut.
Namun jika kita masih memiliki pikiran, hati yang bersih, niscaya hal-hal
negatif tersebut tidak akan menimpa kita. Berikut ini merupakan petikan bait dari
tembang asli Lingsir Wengi yakni Kidung Rumeksa Ing Wengi karya Kanjeng
Sunan Kalijaga.
Kidung Rumekso Ing Wengi (lagu asli kar ya Kanjeng Sunan Kalijaga) :
Ana kidung rumeksa ing wengi…
Teguh hayu luputa ing Lara…
Luput ing bilahi kabeh…

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Jim setan datan purun…
Paneluhan tan ana wani…
Miwah panggawe ala…
Gunaning wong luput…
Geni atemahan tirta…
Maling adoh tan ana ngarah ing mami…
Guna duduk pan sirna…
Ter jemahan ke dalam bahasa Indonesia :
Kidung Penjaga Keheningan Di Tengah Malam…
Ada kidung penjaga keheningan di tengah malam…
Kukuh selamat terbebas dari segala malapetaka…
Jin dan setan jahat pun tidak berkenan…
Segala jenis sihir pun tidak ada yang berani…
Apalagi perbuatan jahat ilmu orang yang tidak bersalah…
Api dan juga air…
Pencuri pun tidak ada yang menuju padaku…
Guna-guna sakti pun sirna…

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

(ht tp:/ / filsafat .kompasiana.com / 2009/ 10/ 18/ kidung-penjaga-di-keheninganmalam/ diakses pada tanggal 12 april 2012 pukul 20.00 wib ).

Sedangkan yang berikut ini adalah tembang dar i Lingsir Wengi yang
dipopulerkan oleh Bossanova J awa :
Lingsir Wengi…
Sepi durung bisa nendra…
Kagoda mring wewayah kang ngreridu ati…
Kawitane mung sembrono njur kulina…
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresna…
Nanging duh tibane…
Aku dhewe kang nemahi…
Nandang bronto…
Kadung loro sambat sambat sopo..
Rina wengi sing tak puji ojo lali…
Janjine muga bisa tak ugemi…
Ter jemahan ke dalam Bahasa Indonesia :
Menjelang malam…
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Sunyi belum bisa terlelap…
Tergoda akan saat-saat yang merindukan hati…
Awalnya hanya bergurau tetapi jadi kenyataan…
Tak kusangka bila akhirnya menjadi cinta…
Namun sialnya saya sendiri yang sungguh-sungguh cinta…
Merasa resah terlanjur jatuh…
mau mengeluh ke siapa…
Siang malam yang kupuja janganlah lupa…
Janjinya semoga bisa kupercaya…
(http://kamusjowo.com/kamus/ diakses pada tanggal 13 april 2012 pukul 05.10

wib).
Perbedaan lirik setelah muncul ke dalam film Kuntilanak (ost Kuntilanak
2006)
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Jin setan kang tak utusi…
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Dadyo sebarang…
Wojo lelayu sebet…

Ter jemahan kedalam Bahasa Indonesia :
Menjelang malam bayangan mu mulai sirna…
Jangan bangun dari tempat mu tidur/beranjak…
Awas jangan sampai terlihat…
Aku sedang dalam keadaan gusar…
Jin dan setan telah ku utus…
Jadilah apapun namun jangan membawa maut…
(ht tp:/ / nabylae.blogspot.com/ 2009/ 04/ t embang-durmo-lingsirw engi.ht ml)diakses pada tanggal 13 april pukul 11.10 wib ).

Apabila kita cermati tiap bait lirik diatas, jelas sekali terlihat perbedaan
antara bait lagu yang lama dengan bait lagu yang baru, dimana dalam bait lagu
yang baru (lingsir wengi ost kuntilanak) terdapat perbedaan lirik yang
menggambarkan suasana seram dan menakutkan.
Sedangkan dalam bait yang lama hanya berisi tentang pujian atau doa
untuk menjaga keselamatan dunia dan akhirat. Begitupun dengan bait yang kedua
isinya sama tentang pujian namun untuk seseorang, menggambarkan perasaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

seseorang yang sedang kangen atau rindu karena tidak bisa bertemu dengan
kekasihnya.
Sayangnya masyarakat sekarang telah termakan oleh lagu Lingsir Wengi
versi Kuntilanak yang sampai detik ini masih ditakuti untuk diperdengarkan,
padahal apabila mendengarkan versi aslinya (Kidung ing Rumekso ing Wengi)
dan (Lingsir Wengi versi Bossanova Jawa) tidak ada sama sekali hubungannya
dengan mendatangkan maut, karena memang lagu ini digunakan sebagai tolak
balak atau pelindung bagi kita, selain itu juga dipakai untuk menggambarkan
perasaan seseorang yang sedang rindu akan kekasih hatinya.
Dengan adanya hal tersebut diatas maka peneliti ingin meneliti makna
perbedaan antara lirik Lingsir Wengi (versi Bossanova Jawa) dengan lirik Lingsir
Wengi (versi ost Kuntilanak).
Kenapa peneliti menggunakan perbandingan antara lagu yang kedua
dengan lagu yang ketiga, karena masyarakat umumnya lebih mudah mencerna
kata-kata dalam lagu yang sifatnya easy listening atau enak untuk didengarkan.
Meskipun dalam lagu yang pertama juga bisa digunakan, tetapi dari segi kualitas
suara masih belum bisa ditangkap, hal ini dikarenakan kualitas suaranya yang
sudah lama, jadi ketika seseorang menangkap tiap lirik yang di dengarkan masih
kurang jelas.
Maka dari itu peneliti menggunakan perbandingan makna lirik lagu antara
Lingsir Wengi (versi Bossanova Jawa, 2001) dengan Lingsir Wengi (versi ost
Kuntilanak, 2006).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Sebuah lirik bukanlah rangkaian kata-kata indah semata, tetapi lebih dari
itu lirik lagu merupakan representasi dari realitas yang dilihat atau dirasakan oleh
si pencipta. Realitas inilah yang mengilhami seseorang dalam membuat lirik lagu.
Peneliti menggunakan metode semiotik Roland Barthes untuk memaknai
lirik lagu Lingsir Wengi tersebut.
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pemaknaan lirik lagu dalam lagu “Lingsir
Wengi?”.
1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian latar belakang masalah serta perumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk membongkar makna yang terkandung
dalam lirik lagu Lingsir Wengi tersebut melalui analisis semiologi Roland
Barthes.
1.4

Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis
Menambah literatur penelitian kualitatif dan dapat member sumbangan landasan
pemikiran pada ilmu komunikasi berupa lirik lagu dengan menggunakan
pendekatan semiotik.
2. Kegunaan praktis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak
pendengar lirik lagu tersebut. Dengan mengetahui makna dan tujuan lirik lagu
tersebut setelah dibongkar dengan analisis Semiologi Roland Barthes, diharapkan
pendengar lagu tersebut mampu menemukan pesan yang disampaikan oleh si
pencipta lagu tersebut, serta menikmati karya tersebut berdasarkan frame of
reference dan field of experience.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Lir ik Lagu Sebagai Pesan dalam Proses Komunikasi Massa
Menurut Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah sebagian

ketrampilan (skill) sebagian seni (art) dan sebagian ilmu (science) (Effendy, 1993
: 312). Hal ini terutama terlihat dalam cara menata pesan. Dalam cara menata
sebuah pesan, diperlukan sebuah ketrampilan tertentu agar pesan tersebut dapat
menarik perhatian. Komunikasi adalah ketrampilan dalam menampilkan dimensi
seni dalam pesan komunikasi. Dalam penelitian ini, lirik lagu merupakan sebuah
bentuk pesan komunikasi yang disampaikan pada khalayak yang ditata dalam
dimensi seni (lagu dan musik). Sehingga pesan verbal yang dasarnya adalah
bahasa lisan biasa, ditampilkan berbeda dengan memberikan unsur seni, yaitu
lagu, pola-pola nada, irama, dan musik dengan tujuan untuk lebih menarik
perhatian khalayaknya. Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media
komunikasi dapat memikat perhatian dan memukau khalayak, yang pada
gilirannya mengubah sikap, pandangan, dan perilaku mereka.
Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content
of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Sebagai sebuah
pesan, lirik lagu juga memiliki dua aspek tersebut. Aspek isi dalam lirik lagu

15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

adalah hal apa yang terkandung dalam lirik lagu yang ingin disampaikan si
pencipta kepada khalayaknya. Aspek lambang dalam lirik lagu adalag kata-kata
yang merupakan bahasa lisan yang disampaikan secara khusus yaitu dengan
dinyanyikan mengikuti pola-pola nada dan irama tertentu dengan iringan musik
(Effendy, 1993 : 312). Perkembangan musik sendiri di Indonesia mengalami
menunjukkan perkembangan yang cepat. Menurut Sawung Jabo hal ini bisa terjadi
karena adanya sifat yang lentur dari kebudayaan Indonesia, yang selalu terbuka
terhadap sumber-sumber dari luar. Masyarakat Indonesia selalu tanggap dan
menghimpun segala sesuatu yang baru dan menciptakan kembali. Sebagai contoh
kita temukan adanya adaptasi kata dari lagu pop amerika mengenai cinta yang
dicerna oleh komponis Indonesia (sobur, 2003 : 148).
Beberapa jenis musik yang ada saat ini adalah :
1. Musik Klasik

: Musik klasik pada umumya terlahir dan terkenal pada masa

tahun 1750-1800. Banyak tokoh-tokoh aliran ini yang masih terkenal seperti
Beethoven, Tchaisckhovsky, Mozart, dan sebagainya.
2. Musik Jazz

: Musik Jazz dianggap lahir di amerika serikat. Merupakan

perpaduan antara teknik dan peralatan musik Eropa, khusunya Perancis. Dalam
memainkan musik ini, dibutuhkan perpaduan teknik alat musik yang
membutuhkan kekompakan dan saling mengisi antara pemain satu dengan pemain
yang lain.
3. Musik Keroncong

: Jenis musik dimana dalam musik ini dipergunakan

peralatan dan pernadaan musik Barat, yang dimainkan dan dinyanyikan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

gaya musik tradisi kita yang sudah ada sebelumnya. Misalnya : permainan alat
penumbuk padi, kentongan, angklung, dan lain lain.
4. Musik Populer

: Jenis musik yang selalu memasukkan unsur-unsur ataupun

cara-cara baru yang sedang disukai, atau diharapkan akan disukai oleh pendengar
dewasa ini. Tujuannya adalah memperoleh ledakan popularitas sebesar mungkin
dan secepat mungkin.
2.1.2

Lir ik Lagu dalam Kajian Semiotik
Dalam

ilmu

komunikasi,

pendekatan

yang

menjelaskan

tentang

penggunaan lambang-lambang dalam pesan komunikasi adalah pendekatan
semiotik, yaitu ilmu yang mempelajari tentang sistem tanda. Pendekatan semiotik,
pada perkembangannya digunakan untuk penelitian sistem tanda dalam berbagai
bidang studi. Kegiatan manusia seperti musik, periklanan, arsitektur, dan retorika
dapat di kaji dengan menggunakan pendekatan ini.
Lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan (yang bisa ditulis
untuk didokumentasikan). Makna yang terkandung bisa eksplisit atau implisit
tergantung dari tujuan pola pikir penciptanya. Ia dapat merupakan suatu bentuk
respon dari kejadian-kejadian yang ada sehingga dalam lirik lagu dapat berisi
ungkapan-ungkapan baik pujian, maupun kritik sosial.
Untuk memahami sebuah lirik lagu, berarti harus memahami maknanya,
baik yang eksplisit maupun yang implisit. Lirik lagu pada hakekatnya adalah
suatu karya seni yang menggunakan suatu bahasa sebagai medium, khususnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

poetic speech yang merupakan bagian dari pencipta lirik lagu kedalam bentuk
lambang-lambang.
Lagu merupakan sebuah domain budaya pop dimana kita dapat dengan
mudah menemukan banyak contoh konkret tentang bagaimana budaya dijalankan.
(James Lull dalam Sobur, 2003 : 147). Sistem tanda musik adalah auditif, namun
untuk mencapai pendengarnya, pencipta musik mempersembahkan kreasinya
dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda. Dalam membuat
teks/lirik lagu, pengarang harus bergantung pada seperangkat kode-kode yang
menentukan makna ungkapan yang digunakan untuk menjadikannya sangat
komunikatif atau menarik untuk disimak. Sang pencipta lagu harus berasumsi
bahwa teks lagu harus sama dengan kode yang dimilikinya. Kode dalam hal ini
adalah kebudayaan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kode adalah
(perasaan, ide, harapan, sang pencipta lagu, ilusi dan sebagainya) (Piliang, 2004 :
168).
Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi pesan
dari lirik lagu tersebut. Lirik lagu merupakan suatu produk yang salah satu
sumbernya adalah dalam situasi sosial masyarakat. Dimana pencipta berada di
dalamnya. Kemudian di refleksikan dalam sistem tanda berupa lirik lagu. Refleksi
tersebut dapat berupa ekspresi pandangan, citra (image) dan perasaan si pencipta
sebagai bagian dari anggota masyarakat bahkan lebih jauh lagi, ekspresi tersebut
merefleksikan nilai-nilai, norma-norma atau ideologi yang ada dalam suatu
masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Proses penciptaan lagu oleh si pencipta lagu dapat dilihat oleh si pencipta
lagu dapat diilhami oleh berbagai masalah atau kejadian di sekitar pencipta. Hal
tersebut sangat beralasan, karena tidak mungkin seseorang akan mengungkapkan
hal yang diluar dari frame of reference atau field of experience nya. Apalagi
sebuah lirik lagu adalah produk seni yang memerlukan penghayatan dalam
membuat dan membawakannya. Ungkapan dalam lirik lagu akan menjadi nyata,
dalam artian menjadi ungkapan yang mewakili ungkapan perasaan umum, ketika
lirik lagu tersebut membuat permasalahan yang memang dianggap sebagai
masalah oleh masyarakat.
Bila dilihat melalui pendekatan semiotik akan terlihat bahwa tanda (sign)
yang akan dikupas dalam penelitian ini adalah kata-kata yang dirangkai menjadi
kalimat dalam lirik lagu “Lingsir Wengi”. Tanda-tanda tersebut memiliki fungsifungsi tanda. Misalnya fungsi emotif yang menunjukkan sikap atau perasaan si
pencipta selalu menggunakan tanda, fungsi referensial yang mencerminkan
obyeknya secara apa adanya pengaruh subyektif dari diri si pencipta, sedangkan
lirik lagu, sistem tanda berfungsi sebagai metalinguistik. Selain itu yang utama
dalam lirik lagu adalah terdapat fungsi puitik yang memperindah lagu tersebut
berupa teks yang lain.
2.1.4

Mistisme
Harus dimengerti bahwa masih banyak masyarakat diluar sana yang

menyalahkaprahkan arti mistis sebagai salah satu yang jahat maupun buruk,
seperti santet, susuk, dsb. Sebelum menjelaskan lebih lanjut, peneliti akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

memulai menjelaskan terlebih dahulu mengenai Agama karena konsep mistis ini
sangat kental dengan pengertian akan agama yang merupakan unsur dari akar
terbentuknya konsep mistis.
Menurut asal katanya, mistisme atau masyarakat kita bisa menyebut mistik
dari bahasa yunani mystikos yang artinya rahasia. Serba rahasia, gelap,
tersembunyi, atau terselubung dalam kegelapan. Berdasarkan arti kata tersebut,
mistik sebagai sebuah paham yaitu mistik atau mistisme. Merupakan pahamyang
memberikan ajaran yang serba mistis, atau ajaran yang serba rahasia, tersembunyi,
gelap, serta kelam, sehingga hanya bisa dipahami, dikenal, atau diketahui oleh
orang-orang tertentu saja terutama penganut atau pengikutnya.
Menurut buku De Kleone W.P Encyclopedie (1950, Mr, G.B.J Hitlerman
dan professor Dr. P Van De Woestjine : 971) kata mistik berasal dari bahasa
Yunani myein yang artinya mata dan musterion yang artinya suatu rahasia.
Adapun beberapa pendapat berbeda tentang paham mistik atau mistisme :
1. Kepercayaan antara kontak manusia, bumi dan Tuhan (Dr. C.B. Van
Haringen, Nederlands Woonderboek, 1948).
2. Kepercayaan antara persatuan roh manusia dengan Tuhan (Dr. C.B. Van
Haringen, Nederlands Woonderboek, 1948).
3. Kepercayaan kepada hal-hal yang rahasia (geheimnissen) dan hal-hal
yang tersembunyi (J.Kramers. Jz).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

4. Kecenderungan hati kepada kepercayaan yang menakjubkan atau
kepada ilmu rahasia (Algemeene Kunstwoordentolk, J.Kramers. Jz).
Selain diperolehnya definisi, pendapat-pendapat tentang paham mistik
diatas berdasarkan materi ajarannya juga memberikan adanya pemilahan antara
paham mistik kegamaan (terkait dengan Tuhan dan ke-Tuhanan) dan paham
mistik non-keagamaan (tidak terkait dengan Tuhan ataupun ke-Tuhanan). Sedikit
penjelasan mengenai mistik yang terkait pada keagamaan kehidupan beragama
pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib luar biasa
atau

supernatural

yang

berpengaruh

terhadap

kehidupan

individu

dan

masyarakaat, bahkan terhadap segala gejala alam.
Kepercayaan

itu

menimbulkan

perilaku

tertentu

seperti

berdoa,memuja,dsb. Juga menimbulkan sikap mental lain seperti takut, optimis,
pasrah, dsb. Kehidupan beragama adalah kenyataan hidup manusia yang
ditemukan sepanjang zaman beserta kehidupan pribadinya, kepercayaan itu
diyakini kebenarannya sehingga menimbulkan kepercayaan keagamaan atau
kepercayaan religius. Lalu mengadakan upacara-upacara pada momen-momen
tertentu seperti pada saat kawinan, kelahiran, kematian. Dalam agama upacara ini
disebut dengan ibadat. Mempercayai suatu benda, tempat, waktu, atau orang
sebagai suatu yang suci, sacral, istimewa, dan bertuah juga masih kita jumpai
hingga saat ini. Kepercayaan itu dinamakan sakral, dan sakral juga merupakan
cirri khas kehidupan beragama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Menurut Bergson (1859-1941), seorang pemikir prancis mengemukakan
bahwa Agama merupakan gejala universal manusia, sering ditemukan masyarakat
tanpa sains, seni maupun filsafat tapi tidak pernah ditemukan masyarakat tanpa
agama.
Di zaman modern ini kehidupan beragama semakin kompleks,makin
banyak macam agama yang dianut. Aliran kepercayaan, aliran kebatinan, aliran
pemujaan dikalangan masyarakat modern. Hampir setiap agama terpecah menjadi
sekte dan aliran tertentu, cara pengahayatan dan penerimaannya pun semakin
beragam.
Agama dan kehidupan beragama demikian kompleks untuk memahami
fenomena kehidupan beragama diperlukan pengetahuan tentang aspek apa saja
dalam kehidupan beragama. Aspek disini bisa disebut dengan unsur.
Kentjoroningrat (1987 : 80) menyebut aspek komponen agama dan religi.
Menurutnya ada lima komponen religi :
1. Emosi dan keagamaan

4. Peralatan ritus dan

upacara
2. Sistem keyakinan

5. Umat beragama

3. Sistem ritus dan upacara
Sementara aspek komponen agama terdiri dari :
1. Aspek kepercayaan pada yang ghaib (supernatural)

4. Umat beragama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2. Aspek sakral

5. Mistisme

3. Aspek ritual
Emosi keagamaan menurut Koentjoroningrat sama dengan aspek rohaniah (mistisme)
kepercayaan keagamaan didasarkan kepada kepercayaan pada sesuatu yang ghaib yaitu yang
berada diatas ala mini (supernatural), dibalik alam fisik (metafisik), Tuhan, Roh
(pewahyuan), mukjizat, dan hal-hal lain diluar alam nyata. Kepercayaan kepada segala hal
ghaib inilah yang disebut dengan supernatural.
Sakral sendiri salah satu unsur kehidupan beragama yang tidak bisa dilepaskan dari
perbedaan (barang) Sakral suci, sering kita temui pen-sakralan ada pada benda, tempat,
waktu, orang. Menurut Durkheirn, sakral bukan sifat benda itu sendiri, melainkan diberikan
oleh manusi atau masyarakat yang mensucikannya sebagai tempat yang disucikan. Seperti
Ka’bah di Mekkah, Rosario di gereja Katolik Vatikan, dsb.
Kepercayaan terhadap kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara khusus, ada
tata cara perlakuan khusus terhadap sesuatu yang disakralkan (biasanya berbentuk upacara
keagamaan) upacara, persembahan, sesajen ibadah keagamaan ini biasanya tidak bisa
dipahami oleh pikiran yang rasionalis, ekonomi, pragmatis. Dalam bahsa inggris upacara ini
dinamakan rites, alias kematian, pembabtisan, jamuan suci, dan lainnya (Hornby, 1984 :
733).
Dalam agama upacara ritual ini biasa disebut dengan ibadat, kebaktian, sembahyang,
atau berdoa. Dan tiap agama mengajarkan ritual yang berbeda-beda pula. Ritual ini
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dalam injil, ritual atau berdoa ini tak lain

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

adalah “komunikasi” kepada Tuhan dan bukan hanya sekedar manusia atau individu yang
melakukan ritual memiliki keinginan atau permintaan saja kepada Tuhan.
Umat beragama sendiri memiliki artian sebagai umat pengikut ajaran (agama) itu.
Komunitas pengikut agama terdiri dari beberapa fungsi keagamaan, antara lain penyampai
ajaran agama tersebut, baik itu dari misionaris yang mempercayai adanya suatu kekuatan
gaib yang berpengaruh dalam kehidupan manusia dimiliki oleh banyak orang. Ada juga
pengikut ajaran agama, ataupun pemimpin upacara keagamaan. Adanya kepercyaan terhadap
kekuatan gaib tersebut menjadi pemersatu dan penguat para individu atau umat dalam
komunitas itu yang mempercayainya. Biasanya para individu atau umat dalam komunitas
keagamaan berkumpul bersama untuk melakukan ritual secara khusyuk, seperti persekutuan
pemuda Gereja atau Sholat berjamaah bersama.
Kalau supernatural dan sakral adalah aspek keyakinan, dan ritual adalahaspek perilaku
ajaran agama, ketiganya menimbullkan kesan atau penghayatan ruhaniah dalam diri yang
mempercayai. Aspek ruhaniah inilah yang disebut dengan Mysticism dalam bahasa inggris,
atau Mistis dalam bahasa Indonesia.
Menurut Hornby (1984 : 559) mysticism merupakan kepercayaan atau pengalam
tentang kemistikan. Kemistikan disini ialah makna tersembunyi, kekuatan spiritual yang
menimbulkan sifat kagum dan hormat.
Mistisme juga berarti bahwa kebenaran hakiki mungkin hanya bisa didapatkan dari
Tuhan melalui proses meditasi dan spiritual tidak melalui proses berpikir maupun tangkapan
panca indera. Mistik adalah aspek esoteric dari penghayatan seseorang atau suatu organisasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

yang disebabkan oleh ketaatan spiritual. Perilaku lahiriah dalam peribadatan hanyalah aspek
eksoteris.
Menurut Suyono (1985 : 259), mistik adalah subsistem yang ada hampir disemua
ajaran agam dan sistem religi yang ditunjukkan untuk memenuhi hasrat manusia mengalami
dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan.
Dalam bahasa Indonesia istilah kebatinan dapat dipakai untuk aspek kerohanian ini.
Kebatinan memiliki arti “ yang batin dari ajar an agama” dalam mistisme, manusia rindu
terbang dalam pengembaraan ruhaniah, seperti pengalaman bertemu nabi, bertemu Tuhan
dalam mimpi dan Tuhan sebagai cahaya terang, atau disini dalam agama Hindu, Budha, atau
masyarakat tradisional dapat dilakukan dengan bertapa.
Pengalaman terbang meninggalkan alam nyata yang hanya sebatas panca indera dan
dibawah kesadaran rasional ini disebut dengan trancedental (transcend) yang artinya
melewati batas dan terangkat dari kenyataan. Bagi manusia yang tidak mendapatkan
kepuasan dari trance ajaran agama menempuh cara-cara lain untuk mendapatkan kenikmatan
sendiri, dan nyaris kesemuanya bukanlah cara yang positif.
Diantaranya menjadi pecandu narkotika, melakukan hal-hal menyimpang dari norma
keTuhanan, susila, hokum, atau bahkan beralih menjadi penganut aliran sesat dan bahkan
rela menyerahkan diri kepada kekuatan diluar Tuhan (Setan) agar keinginannya terpuaskan
(Norbeck, 1974 : 32-39).
Dewasa ini perkembangan kelompok occultisme dan spiritual semakin pesat dan
menonojol. Saat kebutuhan hidup manusia yang semakin materialisme dan rasionalisme

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

memenuhi kepala individunya dan mengalahkan aspek kerohanian, maka manusia yang
tidak bisa mendapatkan kepuasan itu dalam ajaran agama akan berpaling kepada aliran
kebatinan dan pemujaan (cults).
Menurut ajaran dan sumbernya mistis Non Keagamaan terbagi menjadi :
1.Subjektif
Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif tidak obyektif. Tidak ada pedoman
dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari pribadi tokoh utamanya sehingga
paham mistik itu tidak sama satu dengan yang lain, meski tentang hal yang sama. Sehingga
pembahasan dan pengalaman ajarannya tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol dalam
arti yang semestinya.
Biasanya tokohnya sangat dimuliakan, diagungkan, bahkan diberhalakan (dimitoskan,dikultuskan) oleh penganutnya karena dianggap memiliki keistimewaan.

Anggapan adanya keistimewaan ini dapat disebabkan oleh :


Pernah melakukan kegiatan yang istimewa.



Pernah

mengatasi

kesulitan,penderitaan,bencana,atau

bahaya

yang

mengancam dirinya apalagi masyarakat umum.


Masih keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid atau kawan dengan
dan dari orang yang memiliki kharisma.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27



Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar atau penting.

Sedangkan bagaimana sang tokoh itu menerima ajaran atau pengertian tentang
paham yangdiajarkannya itu biasanya melalui petualangan batin,pengasingan diri,
bertapa,bersemedi,mengheningkan cipta, dll, dalam bentuk ekstase, vision, inspirasi
dll. Jadi ajarannya diperoleh melalui pengalaman pribadi tokoh itu sendiri dan
penerimaannya itu tidak mungkin dibuktikannya sendiri kepada orang lain. Dengan
demikian penerimaan ajarannya hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan
belaka, bukan pemikiran. Maka dari itulah diantara kita ada yang menyebutnya paham
ajaran kepercayaan atau aliran kepercayaan (geloofsleer).
Mengingat pengajarannya tidak mungkin dikendalikan dalam arti semestinya,
maka paham mistik mudah memunculkan cabang baru menajdi aliran-aliran baru
sesuai penafsiran masing-masing tokohnya. Atau pencampuran ajaran paham-paham
yang telah ada sebelumnya.
Karena serba mistik maka paham mistik atau kelompok penganut paham mistik
tidak terlalu sulit digunakan oleh orang-orang yang ada tujuan tertentu dan yang perlu
dirahasiakan karena menyalahi atau bertentangan dengan opini umum atau hokum
yang berlaku sebagai tempat sembunyi.
2. Abstrak dan Spekulatif
Materinya serba abstrak,artinya tidak konkrit,misal tentang Tuhan (paham
,mistik keTuhanan), tentang keruhanian atau kejiwaan, alam di balik alam dunia , dll
(paham mistik non-keagamaan). Dengan demikian pembicaraannya serba spekulatif,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

yaitu serba menduga-duga, mencari-cari, memungkin-mungkinkan (tidak kompulatif).
Pembicaraannya serba berpanjang-panjang, serba berlebih-lebihan dalam arti melebihi
kewajaran atau melebihi pengetahuan dan pengertiannya sendiri (meski sudah
mengakui tidak tahu, masih mencoba memungkin-mungkinkan). Oleh karena itu
dikalangan penganut paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin mengenai
ajarannya sebagaimana yang berlaku dalam diskusi.
Adapun beberapa sebab orang menganut paham mistik :


Kur ang puas yang ber lebihan, bagi orang-orang yang hidup beragama
secara bersungguh-sungguh merasa kurang puas dengan hidup menghamba
kepada Tuhan menurut ajaran agamanya yang ada saja.



Rasa kecewa yang ber lebihan, orang yang hdiupnya kurang bersungguhsungguh dalam beragama atau orang yang tidak beragama merasa kecewa
sekali melihat hasil usaha umat manusia di bidang science dan teknologi
yang

semula

diandalkan

dan

diagungkan

ternyata

tidak

dapat

mendatangkan ketertiban, ketentraman dan kebahagiaan hidup, malah
mendatangkan hal-hal yang sebaliknya. Mereka “lari” dari kehidupan
modern menuju ke kehidupan yang serba subyektif dan spekulatif sesuai
dengan kedudukan sosialnya.


Mencari hakekat yang sebenar nya, orang yang ingin mencari hakekat
hidup sebenarnya juga ada yang terjebak bahwa kebenaran hanya akan di
dapat dari pengalaman misti