Analisis Perbandingan Pendapatan Sebelum dan Sesudah Penerapan Surat Keterangan Bebas Pajak (SKB) Pajak Peghasilan Pasal 23 (Studi Kasus Pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung).

ABSTRAK
Kerugian secara fiskal yang dialami PT Pos Indonesia (Persero) sepanjang
tahun pajak 2001-2005 mendorong perusahaan melakukan penghematan pajak.
Dengan memanfaatkan ketentuan khusus peraturan perundang-undangan
perpajakan yang ditetapkan Ditjen Pajak, PT Pos Indonesia (Persero) mengajukan
permohonan pembebasan dari pemotongan dan/pemungutan PPh oleh pihak lain.
Dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23, PT
Pos Indonesia (Persero) tidak lagi dipungut dari tiga belas layanan jasa keagenan
yang terdapat dalam pendapatan usaha.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
peningkatan pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sesudah penerapan
Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23.
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif analitis,
yaitu metode yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisa fakta
yang dibutuhkan pada PT Pos Indonesia (Persero), untuk kemudian diolah
menjadi data, disajikan dan dilakukan analisis sehingga diperoleh gambaran yang
jelas atas obyek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan. Data tersebut akan
diolah dengan menggunakan analisis statistik Paired Sample T Test, yaitu metode
yang dipergunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua variabel dari sebuah
kelompok tunggal. Pengujian ini akan menghitung perbedaan antara nilai dari dua
variabel untuk setiap kasus dan kemudian menguji perbedaan rata-ratanya.

Adapun hipotesis yang penulis rumuskan adalah “Bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero)
sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23.”
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada PT Pos
Indonesia (Persero) diketahui bahwa taraf nyata 5%, nilai t hitung atau t0 sebesar 3,466 lebih kecil dari t0.025,9 sebesar - 2,262 sehingga H0 ditolak. Dengan
demikian, terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan
usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat
Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23 sehingga dapat dikatakan bahwa
penerapan SKB PPh Pasal 23 yang dilakukan PT Pos Indonesia (Persero) telah
berhasil dengan baik.
Melalui penulisan skripsi ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa PT Pos
Indonesia (Persero) telah memanfaatkan peluang perpajakan dalam Undangundang Pajak Penghasilan dengan baik, sehingga pendapatan usaha perusahaan
menjadi lebih besar.

i
Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………..

4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……………………………………..

5

1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................... 5
1.5 Rerangka Pemikiran dan Hipotesis...................................................

6


1.6 Metode Penelitian.............................................................................. 10
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 10
1.6.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………………………. 11
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………... 14
2.1 Tinjauan Umum Mengenai Pajak………………………………...... 14
2.1.1 Pengertian Pajak....................................................................... 14
2.1.2 Fungsi Pajak…………………………………………………. 16

vii
Universitas Kristen Maranatha

2.1.3 Asas Pemungutan Pajak……………………………………... 17
2.1.4 Pengelompokkan Pajak……………………………………… 21
2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak…………………………………… 22
2.1.6 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak…………………………. 24
2.1.7 Tarif Pajak…………………………………………………… 25
2.2 Pajak Penghasilan………………………………………………….. 27
2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan……………………………………. 28

2.2.2 Objek Pajak Penghasilan…………………………………….. 34
2.2.3 Tarif Pajak Penghasilan……………………………………… 39
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 23………………………………………... 41
2.3.1 Pemotong PPh Pasal 23……………………………………… 41
2.3.2 Subjek Pemotongan PPh Pasal 23…………………………… 43
2.3.3 Objek Pemotongan PPh Pasal 23……………………………. 43
2.3.4 Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 23……………... 44
2.3.5 Tarif dan Objek PPh Pasal 23……………………………….. 45
2.3.6 Cara Menghitung PPh Pasal 23……………………………… 46
2.3.6.1 Atas Dividen…………………………………………. 46
2.3.6.2 Atas Bunga,termasuk Premium, Diskonto, dan
Imabalan Sehubungan Dengan Jaminan Pengembalian
Utang………………………………………………… 46
2.3.6.3 Atas Royalti………………………………………….. 46
2.3.6.4 Atas Hadiah dan Penghargaan……………………….. 47
2.3.6.5 Atas Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan

viii
Universitas Kristen Maranatha


Dengan Penggunaan Harta........................................... 47
2.3.6.6 Atas Imbalan Sehubungan Dengan Jasa Teknik,
Jasa Manajemen, Jasa Konsultan Hukum, Jasa
Konsultan Pajak, dan Jasa Lain.................................... 48
2.4 Manajemen Pajak.............................................................................. 54
2.4.1 Pengertian Manajemen Pajak................................................... 54
2.4.2 Tujuan Manajemen Pajak......................................................... 54
2.4.3 Fungsi-fungsi Manajemen Pajak.............................................. 55
2.4.4 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak.............................. 56
2.5 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002 mengenai
Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan
dan/Pemungutan Pajak Penghasilan………………………………… 60
2.5.1 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002
mengenai Wajib Pajak Yang Berhak Mendapat SKB……….. 60
2.5.2 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002
tentang Kerugian Fiskal……………………………………..

61

2.5.3 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002

mengenai Kompensasi Kerugian............................................. 62
2.5.4 PPh yang Telah Dibayar Lebih Besar dari PPh yang
Akan Terutang……………………………………………….. 64
2.5.5 Prosedur Permohonan SKB menurut Keputusan Dirjen
Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002……………………………... 65
2.5.6 Prosedur Penerbitan SKB menurut Keputusan Dirjen

ix
Universitas Kristen Maranatha

Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002……………………………... 66
2.5.7 Prosedur Penolakan Permohonan SKB PPh Pasal 23............... 67

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN…………………… 69
3.1 Objek Penelitian………………………………………………….. 69
3.1.1 Sejarah Singkat PT Pos Indonesia (Persero)……………….. 69
3.1.2 Tugas, Fungsi, dan Kegiatan Perusahaan…………………... 72
3.2 Struktur Organisasi Perusahaan....................................................... 76
3.3 Metode Penelitian............................................................................ 85
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data..................................................... 86

3.3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian...................................... 87
3.3.3 Analisa Pengujian Hipotesis.................................................. 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….. 92
4.1 Penghasilan Dikenakan SKB PPh Pasal 23..................................... 92
4.2 Pendapatan Usaha PT Pos Indonesia (Persero)............................... 95
4.2.1 Pengakuan Pendapatan............................................................ 95
4.2.2 Pendapatan Layanan PT Pos Indonesia (Persero)................... 96
4.2.3 Pendapatan Usaha Berupa Provisi Lainnya………………… 98
4.2.3.1 Pendapatan Provisi Penyaluran Dana
BLT-RTM………………………………………….. 98
4.2.3.2 Pendapatan Usaha Berupa Provisi Lainnya............... 99

x
Universitas Kristen Maranatha

4.3 Perhitungan Pendapatan Usaha Neto Dari Provisi Tahun 2006
Sebelum dan Sesudah Penerapan SKB PPh Pasal 23……………. 100
4.3.1 Asumsi Aspek Lain Yang Mempengaruhi………………..... 114
4.4 Pengujian Hipotesis……………………………………………… 115


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………................................................. 119
5.1Kesimpulan......................................................................................... 119
5.2 Saran................................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 122
LAMPIRAN

xi
Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL
Hal
Table 2.1

Kewajiban Pajak Subjektif

31

Tabel 2.2


Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif

32

Tabel 2.3

Tarif Pajak WP Orang Pribadi Dalam Negeri

39

Tabel 2.4

Tarif Pajak WP Badan Dalam Negeri dan BUT

40

Tabel 4.1

Data Pendapatan Provisi Jasa Keagenan

Januari-Mei Tahun 2005 dan 2006

Tabel 4.2

101

Provisi Meterai JanuariI s/d Mei 2006 Sebelum & Sesudah
Penerapan SKB

Tabel 4.3

102

Provisi Setoran Ditjen Pajak & Lainnya Januari s/d Mei 2006
Sebelum & Sesudah Penerapan SKB

Tabel 4.4

103


Provisi Angsuran Kredit BRI Januari s/d Mei 2006
Sebelum & Sesudah Penerapan SKB

Tabel 4.5

104

Provisi Angsuran Kredit BTN Januari s/d Mei 2006
Sebelum & Sesudah Penerapan SKB

Tabel 4.6

105

Provisi Angsuran Kredit BTPN Januari s/d Mei 2006
Sebelum & Sesudah Penerapan SKB

Tabel 4.7

106

Provisi Tabungan BTN Januari s/d Mei 2006
Sebelum dan Sesudah Penerapan SKB

Tabel 4.8

107

Provisi Setoran Telepon Januari s/d Mei 2006
Sebelum dan Sesudah Penerapan SKB

Tabel 4.9

108

Provisi ASABRI Januari s/d Mei 2006 Sebelum dan Sesudah

xii
Universitas Kristen Maranatha

Penerapan SKB

109

Tabel 4.10 Provisi TASPEN Januari s/d Mei 2006 Sebelum dan Sesudah
Penerapan SKB

110

Table 4.11 Provisi Akta Agraria Januari s/d Mei 2006 Sebelum dan
Sesudah Penerapan SKB

111

Tabel 4.12 Perbandingan Pendapatan Usaha Berupa Provisi
Sebelum dan Sesudah Penerapan SKB Tahun 2006
Tebel 5.1

115

Perbandingan Pendapatan Usaha Berupa Provisi
Sebelum dan Sesudah Penerapan SKB Tahun 2006

120

xiii
Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Pos Indonesia (Persero)

78

xiv
Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

:

Tabel B. – Distribusi T

Lampiran II

:

Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Intern

Lampiran III

:

Struktur Organisasi Sekretariat Perusahaan

Lampiran IV

:

Struktur Organisasi Direktorat Operasi

Lampiran V

:

Struktur Organisasi Direktorat Sumber Daya Manusia

Lampiran VI

:

Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan

Lampiran VII

:

Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh Pasal 21 / PPh
Pasal 23

Lampiran VIII

:

Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 Bendaharawan

Lampiran IX

:

Penolakan

Permohonan

Surat

Keterangan

Bebas

Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan
Lampiran X

:

Permohonan

Surat

Keterangan

Bebas

(SKB)

Pemotongan/Pemungutan PPh
Lampiran XI

:

Daftar Pemberi Penghasilan Kepada PT Pos Indonesia
(Persero) Yang Memotong/Memungut : PPh Pasal 23
Tahun Pajak 2006

Lampiran XII

:

Naskah Pelengkap untuk Permohonan Surat Keterangan
Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 23

xv
Universitas Kristen Maranatha

Lampiran XIII

:

Daftar Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pemberi Penghasilan
Kepada

PT

Pos

Indonesia

(Persero)

Yang

Memotong/Memungut : PPh Pasal 23 Tahun Pajak 2006
Lampiran XIV

:

Surat Edaran tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak
Penghasilan Pasal 23 Dari Ditjen Pajak

Lampiran XV

:

Daftar Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
Pasal 23 Dari Ditjen Pajak

Lampiran XVI

:

Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh Pasal 23 atas 13
Penghasilan Berupa Jasa

Lampiran XVII

:

Laporan Laba Rugi Konsolidasian Untuk Tahun Yang
Berakhir 31 Desember 2005 dan 2004

Lampiran XVIII :

Surat Keterangan Penelitian Pada PT Pos Indonesia
(Persero)

xvi
Universitas Kristen Maranatha

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan yang penting
yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan. Pentingnya penerimaan pajak terhadap
penyediaan dana untuk pembangunan dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN ) Tahun Anggaran 2005, rencana Penerimaan
Perpajakan sebesar Rp 297,8 triliun merupakan 78% dari pendapatan negara atau
13,6% terhadap Produk Domestik Bruto atau disingkat PDB.
Melihat kenyataan tersebut, bahwa sektor pajak merupakan instrumen
utama dalam anggaran penerimaan maka masyarakat diharapkan berpartisipasi
secara aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pembebanan pajak oleh
pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap Wajib Pajak pada
hakekatnya merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak
untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Penghasilan merupakan salah satu objek yang dikenakan pajak oleh
pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2000 (selanjutnya disebut UU PPh).

1
Universitas Kristen Maranatha

2

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 merupakan pajak yang dikenakan
terhadap beberapa jenis penghasilan seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan
imbalan sehubungan dengan pemberian jasa seperti jasa teknik, jasa manajemen
dan jasa lainnya. Jenis jasa lain yang dikenakan PPh Pasal 23 tersebut diatur lebih
lanjut dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-170/PJ./2002. Jenis jasa yang
ditentukan dalam keputusan Dirjen Pajak tersebut antara lain adalah jasa
perantara, jasa profesi, jasa perancang atau design, jasa maklon. Bagi Wajib Pajak
penerima penghasilan, PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak lain
merupakan kredit pajak atau uang muka pajak (prepaid tax) yang bisa
diperhitungkan terhadap PPh yang terutang pada tahun pajak yang bersangkutan.
Pemotongan

PPh

Pasal

23

dalam

kasus-kasus

tertentu

dapat

mengakibatkan lebih bayar PPh yang terlalu besar. Selain merugikan cash flow
Wajib Pajak, hal itu juga dapat menambah beban kerja aparat DJP (Direktorat
Jenderal Pajak) karena banyaknya proses restitusi. Oleh karena itu, Undangundang PPh memberi peluang kepada Wajib Pajak agar dapat meminta
pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23.
Merujuk pada Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 tanggal
15 April 2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan dan/Pemungutan Pajak Penghasilan, PT Pos Indonesia (Persero)
sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan
peralihan bentuk dari Perum Pos dan Giro mengajukan permohonan pembebasan
dari pemotongan dan/pemungutan PPh Pasal 23 atas beberapa layanan jasa
keagenan atau jasa perantara. Hal ini dilakukan mengingat kerugian fiskal yang

Universitas Kristen Maranatha

3

dialami PT Pos Indonesia (Persero) sepanjang tahun pajak 2001-2005, sekaligus
menghemat PPh Pasal 23 atau sering disebut dengan upaya penghematan pajak
(tax saving).
Sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 tentang
Tata

Cara

Penerbitan

Surat

Keterangan

Bebas

(SKB)

Pemotongan

dan/Pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak yang melakukan kompensasi
kerugian fiskal berhak mengajukan permohonan SKB PPh Pasal 23 sepanjang
kerugian fiskal tersebut jumlahnya lebih besar dari perkiraan penghasilan neto
tahun pajak yang bersangkutan. Meskipun dalam tahun berjalan diperoleh laba
fiskal, jika jumlahnya lebih kecil dari kerugian fiskal tahun-tahun pajak
sebelumnya yang masih bisa dikompensasikan, maka pada tahun berjalan Wajib
Pajak tersebut tidak akan terutang PPh. Maka melalui Surat Edaran Nomor :
SE12/Dirkug/0206 tentang Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 23
Dari Ditjen Pajak cq. Kepala Kantor Pelayanan Pajak BUMN Jakarta, PT Pos
Indonesia (Persero) tidak lagi dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dalam
jangka waktu mulai tanggal 20 Februari 2006 sampai dengan 31 Desember 2006.
Pendapatan perusahaan berupa provisi/fee atas jasa layanan keagenan (jasa
perantara) tidak dipotong dan/dipungut lagi oleh pihak mitra kerja, sehingga
pendapatan perusahaan akan mengalami kenaikan yang cukup baik.
Dengan dikeluarkannya SKB PPh Pasal 23 akan dapat meningkatkan
pendapatan PT Pos Indonesia (Persero) sekaligus menghemat PPh Pasal 23
terutang. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian di PT Pos Indonesia
(Persero) mengenai Surat Keterangan Bebas (SKB), untuk mengetahui sejauh

Universitas Kristen Maranatha

4

mana pengaruh SKB PPh Pasal 23 terhadap pendapatan usaha. Adapun judul yang
diambil

“Analisis

Perbandingan

Pendapatan

Sebelum

dan

Sesudah

Penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23.”
(Studi Kasus Pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah
Dalam peraturan perpajakan yang berlaku, tidak ada aturan yang melarang
untuk membuat perencanaan pajak agar pajak yang ditanggung dapat seminimal
mungkin.

Manajemen

perusahaan

perlu

membuat

perencanaan

untuk

menghasilkan suatu penghematan pajak agar tidak terkena sanksi atau pengenaan
pajak yang sangat memberatkan maupun membayar pajak secara berlebihan.
Dengan demikian yang menjadi pemikiran dalam penghitungan besarnya
pajak yang harus dibayar adalah bagaimana perusahaan melakukan penghematan
pajak tanpa harus melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Dari uraian di
atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penghasilan apa saja yang dibebaskan dari pemotongan dan/pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 23?
2. Apakah terdapat peningkatan pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero)
sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal
23?

Universitas Kristen Maranatha

5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah
diidentifikasikan. Jadi berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian
dimaksudkan untuk:
1. Mengetahui penghasilan apa saja yang dibebaskan dari pemotongan
dan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23.
2. Mengetahui apakah terdapat peningkatan pendapatan usaha PT Pos Indonesia
(Persero) sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak
Penghasilan Pasal 23.

1.4 Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis, dengan penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah
wawasan dan pemahaman yang cukup baik mengenai penerapan Surat
Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23 pada perusahaan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan evalusi atas penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) sehingga dapat
mendorong peningkatan pendapatan usaha secara konsisten.
3. Bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini dapat memberikan
tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk
mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
skripsi ini.

Universitas Kristen Maranatha

6

1.5 Rerangka Pemikiran dan Hipotesis
Dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan pembangunan
nasional, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Di lain pihak
bagi dunia usaha, pajak merupakan sumber pengeluaran (cash disbursement)
tanpa mereka memperoleh imbalan secara langsung.
Perusahaan sebagai badan yang melakukan kegiatan usaha merupakan
subjek pajak, ini tercantum dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2000. Untuk itu setiap kegiatan usaha yang berhubungan pajak,
wajib dilaporkan kepada pemerintah melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Adapun sistem pelaporan dan pemungutan pajak diatur menurut self assesment
system. Menurut Waluyo B. Ilyas dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2002:16)
“Self assesment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada Wajib
Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”.
Jadi setiap masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan

asas

kegotongroyongan

nasional

melalui

menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang atau
dikenal dengan sistem self assesment, sehingga diharapkan sistem administrasi
perpajakan dapat dilaksanakan dengan rapi, sederhana, dan mudah dipahami oleh
anggota masyarakat Wajib Pajak.
Permasalahan dan kasus tentang pajak semakin lama semakin kompleks
dan rumit seiring dengan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan

Universitas Kristen Maranatha

7

perlu mengelola kewajiban perpajakannya melalui manajemen pajak (tax
management).
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah
suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena
pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda
pembayarannya, dan lain sebagainya. Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang
harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning) menurut Erly
Suandy (2003:10) adalah:
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak (tax
planning) dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi Wajib
Pajak merupakan risiko pajak (tax risk) yang sangat berbahaya dan
mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.
2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh (global strategy) perusahaan
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, perencanaan
pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
3. Bukti-bukti

pendukungnya

memadai,

misalnya

dukungan

perjanjian

(agreement), faktur (invoice), dan juga perlakuan akuntansinya (accounting
treatment).

Universitas Kristen Maranatha

8

Berdasarkan uraian di atas, PT Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan peralihan bentuk dari
Perum Pos dan Giro berusaha menyesuaikan peraturan perpajakan dalam upaya
penghematan pajak melalui pengajuan permohonan pembebasan dari pemotongan
dan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23 ke Ditjen Pajak (Berpedoman pada :
Kep. Dirjen Pajak Nomor : KEP-192/PJ./2002 tanggal 15 April 2002) atas
beberapa layanan jasa keagenan. Pengajuan permohonan tersebut dilakukan atas
dasar bahwa dalam tahun pajak 2006 PT Pos Indonesia (Persero) tidak terutang
Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal.
Sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 tentang
Tata

Cara

Penerbitan

Surat

Keterangan

Bebas

(SKB)

Pemotongan

dan/Pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak yang melakukan kompensasi
kerugian fiskal berhak mengajukan permohonan SKB PPh Pasal 23 sepanjang
kerugian fiskal tersebut jumlahnya lebih besar dari perkiraan penghasilan neto
tahun pajak yang bersangkutan. Meskipun dalam tahun berjalan diperoleh laba
fiskal, jika jumlahnya lebih kecil dari kerugian fiskal tahun-tahun pajak
sebelumnya yang masih bisa dikompensasikan, maka pada tahun berjalan Wajib
Pajak tersebut tidak akan terutang PPh.
Berkaitan dengan permohonan untuk memperoleh SKB, Wajib Pajak yang
bersangkutan diwajibkan menyampaikan perkiraan penghasilan neto tahun
berjalan, atau dalam praktek lebih dikenal sebagai proyeksi laba (rugi) fiskal.
Namun, permohonan SKB PPh Pasal 23 tidak berlaku terhadap penghasilan yang
dikenai PPh yang bersifat final. Misalnya, penghasilan dari persewaan tanah dan

Universitas Kristen Maranatha

9

atau bangunan yang dikenai PPh Final berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1996
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5 Tahun 2002. Hal itu dikarenakan
pemotongan PPh Final tidak lagi memperhitungkan laba (rugi) dan PPh Final
yang telah dipotong pihak lain dianggap sebagai pelunasan atas PPh yang terutang
oleh Wajib Pajak penerima penghasilan (tidak dapat dikreditkan).
Melalui Surat Edaran Nomor : SE12/Dirkug/0206 tentang Surat
Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 23 Dari Ditjen Pajak cq. Kepala
Kantor Pelayanan Pajak BUMN Jakarta, PT Pos Indonesia (Persero) tidak lagi
dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dalam jangka waktu mulai tanggal 20
Februari 2006 sampai dengan 31 Desember 2006.
Mengenai waktu pengajuan permohonan SKB PPh Pasal 23, mengacu
pada KEP-192/PJ./2002 tidak ditentukan kapan Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pembebasan dari pemotongan dan/pemungutan PPh oleh pihak lain.
Bisa diartikan bahwa permohonan SKB PPh Pasal 23 sudah bisa diajukan pada
bulan-bulan awal tahun pajak berjalan. Dalam hal ini PT Pos Indonesia (Persero)
mengajukan permohonan SKB PPh Pasal 23 yang pertama pada tanggal 16
Januari 2006 atas 11 jenis jasa layanan, kemudian diajukan kembali permohonan
SKB PPh Pasal 23 pada tanggal 13 Februari 2006 yang dilengkapi dengan Daftar
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) yang
menambah 2 jenis jasa layanan sehingga SKB PPh Pasal 23 seluruhnya atas 13
jenis jasa layanan.
Dengan dikeluarkannya SKB PPh Pasal 23 pendapatan perusahaan yang
berupa provisi/fee atas jasa layanan keagenan tidak dipotong Pajak Penghasilan

Universitas Kristen Maranatha

10

(PPh) Pasal 23 oleh pihak mitra kerja tersebut menyebabkan pendapatan usaha
akan mengalami kenaikan yang cukup berarti.
Berdasarkan rerangka pemikiran dan tujuan penelitian di atas, maka
penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut “Terdapat perbedaan yang
signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan
sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23.”

1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis dengan pendekatan studi kasus. Metode ini bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis dan selanjutnya diproses
dengan berdasarkan pada teori yang dipelajari untuk menghasilkan kesimpulan.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh
data adalah:
1.

Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mencari kerangka referensi dan
landasan teori baik dalam buku, peraturan-peraturan, majalah, maupun
jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan ide penelitian termasuk dari media

Universitas Kristen Maranatha

11

internet yang kemudian menjadi dasar kriteria dalam membahas masalah
yang ditemukan dalam penelitian lapangan.
2.

Penelitian Lapangan (Field Research)
Data empiris yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknikteknik sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23
pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung.
b. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada
pihak-pihak yang berkompeten guna memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak
Penghasilan Pasal 23.

1.6.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data dengan analisis
data, dimana data primer yang berhasil dikumpulkan, dibandingkan dengan teori
dan konsep yang telah disusun guna melakukan analisis statistik untuk menguji
hipotesis. Adapun analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik
berdasarkan prosedur software SPSS dengan metode Paired Sample T-Test yaitu
dengan membandingkan rata-rata dari dua variabel suatu kelompok tunggal

Universitas Kristen Maranatha

12

dengan taraf nyata 5%. Selain melakukan pengujian dengan Paired Sample TTest, pengujian dapat dilakukan secara manual dengan mempergunakan rumus:


d
t =
Sd / n


dimana

d =

Sd =

Keterangan:

t

=

∑d
n

n∑ d 2 − (∑ d ) 2
n(n − 1)

nilai uji antara pendapatan sebelum dan sesudah
penerapan SKB PPh Pasal 23.



d

=

rata-rata selisih antara pendapatan sebelum dan
sesudah penerapan SKB PPh Pasal 23.

d

=

selisih antara pendapatan sebelum dan sesudah
penerapan SKB PPh Pasal 23.

n

=

jumlah sampel

Hipotesis pengujian:
H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos
Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPh Pasal 23.

Universitas Kristen Maranatha

13

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos
Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPh Pasal 23.
Kriteria penerimaan atau penolakan H0 adalah:


-t hitung > -t tabel atau t hitung < ttabel dan Sig. 2-tailed >5%, maka H0
diterima artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan
usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat
Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23.



-t hitung < -t tabel atau t hitung > ttabel dan Sig. 2-tailed 2,262

Universitas Kristen Maranatha

121

Ternyata -3,466 < - 2,262 atau dengan kata lain –t hitung lebih kecil dari –t tabel
dan Sig. 2-tailed < 5% : 0,007 < 0,05 sehingga H0 ditolak.
Dengan demikian terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
pendapatan usaha berupa provisi/fee sebelum dan sesudah penerapan SKB PPh
Pasal 23.

5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diambil, maka ada beberapa saran yang
diharapkan akan dapat bermanfaat bagi perusahaan.
1. Pada dasarnya, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan
pendapatan guna mencapai laba yang maksimal tanpa melanggar Peraturan
Perpajakan yang berlaku. Untuk mencapai maksud tersebut, maka manajemen
perusahaan dan bagian pajak dituntut untuk memiliki suatu pengetahuan
perpajakan yang memadai dan perusahaan melalui departemennya diharapkan
senantiasa memonitor Peraturan Perpajakan yang berlaku sehingga terhindar
dari salah interpretasi terhadap peraturan tersebut.
2. Pemerintah perlu membuat ketentuan-ketentuan khusus bagi perusahaanperusahaan milik negara yang mengalami kerugian dalam periode yang cukup
lama, seperti yang dialami PT Pos Indonesia (Persero). Untuk membantu
perusahaan menciptakan atau meningkatkan laba perusahaan.

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas B. Irawan dan Waluyo, 2002, ”Perpajakan Indonesia”, Edisi Revisi, Jakarta:
Salemba Empat.
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002. Tata Cara Penerbitan Surat
Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan.
Lumbantoruan

Sophar,

1994,

”Akuntansi

Pajak”,

Jakarta:

Gramedia

Widiasarana.
Lyons Susan M., 1996, “International Tax Glossary”, 3 rd edition, IBFD
Publications BV.
Majalah “Indonesian Tax Review”, 2004, Volume III, Edisi 26, SMARTaxes
Publishing member of Lembaga Manajemen Farmasi
Majalah ”Indonesian Tax Review”, 2004, Volume III, Edisi 44, SMARTaxes
Publishing member of Lembaga Manajemen Farmasi.
Mardiasmo, 2003, ”Perpajakan”, Edisi Revisi, Yogyakarta: ANDI Offset.
Purnawan Herman, ”Undang-undang Perpajakan 2000”, 2001, Jakarta: Erlangga.
Santosa Singgih, 1999, ”SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional”,
Jakarta: Media Komputindo.
Soemitro dan Rahmat, 1991, ”Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan”, Bandung: PT. Eresco.
Suandy Erly, 2003, ”Perencanaan Pajak”, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat.
Waluyo, ”Perubahan Perundang-undangan Perpajakan Era Reformasi”, 2000,
Jakarta: Salemba Empat.

122

123

Dokumen yang terkait

Tatacara Pemberian Surat Keterangan Fiskal (SKF) Kepada Wajib Pajak Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2 93 60

Pelaksanaan Kewajiban Mengisi Dan Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Koperasi Swadharma Medan

1 65 51

Analissi perbandingan sebelum dan sesudah penggunaan internet berdasarkan sistem informasi derektorat jenderal pajak (SIDJP) terhadap penerimaan pajak : studi kasus pada kantor pelayanan pajak pratama serpong

9 85 94

Analisis Perbandingan Tax Planning Pajak Penghasilan Sebelum Dan Sesudah Beban Pajak Pada PT. PLN (Persero)

4 31 110

Analisis Perbandingan Jumlah Wajib Pajak dan Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Sensus Pajak Nasional (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

0 0 21

Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang Sebelum dan Setelah Penerapan Perencanaan Pajak: Studi Kasus pada PT Pupuk Kujang.

1 13 24

Analisis Perbandingan Pajak Terutang Perusahaan Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak PPh Pasal 21 (Studi Kasus pada CV. PURI'S Bandung).

0 0 18

Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 23 Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor: Per-178/PJ/2006.

0 1 21

Penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan Dalam Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 (Studi Kasus Pada PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung).

0 0 39

Analisis Perbandingan Penerapan Pajak Penghasilan Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya PPh Pasal 21 Menurut UU No. 17 Tahun 2000 Serta Pengaruhnya Pada PPh Karyawan (Studi Kasus di PT.'X' Bandung).

0 0 16