Penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan Dalam Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 (Studi Kasus Pada PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung).

ABSTRAK

Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment
System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan
tanggungjawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar / menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak
terutang. Dengan sistem pemungutan perpajakan Self Assessment System maka
kemungkinan kesalahan dalam menghitung, membayar / menyetorkan, dan
melaporkan pajak terutang oleh Wajib Pajak, hal ini menuntut Wajib Pajak untuk
memahami aturan cara penghitungan pajak penghasilan.
Suatu perusahaan yang menggunakan jasa orang pribadi atau badan usaha lain
yang terdaftar sebagai Wajib Pajak merupakan pemotong / pemungut atas
penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan usaha yang jasanya
telah digunakan. Pemotongan penghasilan tersebut diatur dalam pasal 23 UndangUndang Perpajakan No. 17 Tahun 2000.
Untuk menilai sejauh mana penerapan Undang-Undang Perpajakan No. 17
Tahun 2000 Khususnya pasal 23 , maka penulis melakukan penelitian pada PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung yang berlokasi di Jalan Pajajaran No.
29, Bandung. Perusahaan ini merupakan perusahaan BUMN yang bergerak
dibidang obat-obatan.
Dalam skripsi ini penulis membahas penerapan Undang-Undang Perpajakan
Khususnya pasal 23 dalam pelaksanaan pemotongan/pemungutan, penyetoran,

dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23, metode penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah metode analisis deskriptif sedangkan dalam pengumpulan data,
penulis melakukan wawancara dan membagikan kuesioner kepada karyawan yang
berhubungan dengan objek yang diteliti.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil kuesioner, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima dengan persentase sebesar 66%,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa apabila Undang-Undang Perpajakan
No. 17 Tahun 2000 khususnya pasal 23 dilaksanakan dengan benar, maka semua
pemotongan/pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan dilakukan
dengan benar.

i

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………………...1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………………………………………3
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis………………………………….4
1.6 Metode Penelitian……………………………………………………6
1.7 Lokasi Penelitian dan Lamanya Penelitian………………………….7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………8
2.1 Pajak Secara Umum…………………………………………………8
2.1.1 Dasar Hukum Perpajakan……………………………………...8
2.1.2 Definisi Pajak dan Unsur Pengertian Pajak……………………8
2.2 Fungsi Pajak………………………………………………………..10

ii


Universitas Kristen Maranatha

2.3 Pengelompokan Pajak……………………………………………..

10

2.4 Tata Cara Pemungutan Pajak………………………………………

12

2.4.1 Stesel Pajak…………………………………………………

..12

2.4.2Asas Pemungutan Pajak………………………………………

13

2.4.3 Sistem Pemungutan Pajak……………………………………


14

2.5 Tarif Pajak………………………………………………………….

15

2.6 Pengkreditan Pajak…………………………………………………16
2.6.1 Pengertian Pengkreditan Pajak………………………………

.16

2.6.2 Jenis-jenis Pengkreditan Pajak Penghasilan…………………

.17

2.6.3 Waktu Pengkreditan Pajak Penghasilan……………………
2.7 Pajak Penghasilan Pasal 23…………………………………

...18


……... 18

2.7.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 23…………………

...18

2.7.2 Pegertian Pajak Penghasilan Pasal 23………………………

..18

2.7.3 Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23……………………

.19

2.7.4 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 23…………………………

..19

2.7.5 Objek Pajak Penghasilan Pasal 23…………………………


...20

2.7.6 Pengecualian Objek Pajak Penghasilan Pasal 23…………… .22
2.7.7 Tarif dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 23…………… .23
2.8 Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 23………………………………………………

.27

2.8.1 Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23………….27
2.8.2 Tata Cara Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23………… ...27
2.8.3 Tata Cara Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23…………… .28

iii

Universitas Kristen Maranatha

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN…………………………….30
3.1 Objek Penelitian……………………………………………………30
3.2 Sejarah dan Perkembangan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung……………………………………………………...30
3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung…... 34
3.4 Kedudukan, Tugas Pokok, Maksud dan Tujuan PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung………………………………35
3.4.1 Kedudukan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung..35
3.4.2 Tugas Pokok, Maksud dan Tujuan PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung………………………………..36
3.5 Sruktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung……………………………………………………………37
3.6 Metode Penelitian…………………………………………………..39
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data…………………………………...39
3.6.2 Operasionalisasi Variabel…………………………………….41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………44
4.1 Pelaksanaan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23 pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung…...44
4.2 Pelaksanaan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 pada
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung…………………..51
4.3 Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung…………………..53


iv

Universitas Kristen Maranatha

4.4 Pengujian Hipotesis………………………………………………...54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..57
5.1 Kesimpulan…………………………………………

………………57

5.2 Saran………………………………………………………………..59

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...61

v

Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR TABEL

1

Tabel Perkiraan Penghasilan Netto atas Jasa Teknik,
Jasa Manajemen, dan Jasa lain……………………………………………….24

2

Tabel Perkiraan Penghasilan Netto atas Penghasilan Sewa
(kecuali persewaan Tanah/Bangunan) dan Penggunaan Harta………………26

3

Tabel Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Instrumen…………………….42

4

Tabel Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 23 pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung Masa

Pajak Januari s/d Desember 2005…………………………………………….54

5

Tabel Hasil Kuesioner………………………………………………………..55

vi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

1

Surat Keterangan Penelitian

2

Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung


3

Bukti Penerimaan Surat

4

Surat Setoran Pajak

5

Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26

6

Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23/26

7

Bukti Penerimaan Surat untuk Pajak Final

8

Surat Setoran Pajak untuk Pajak Final

9

Laporan Pemotongan dan Penyetoran PPh untuk Pajak Final

10 Kuesioner

vii

Universitas Kristen Maranatha

KUESIONER

Responden yang terhormat,
Dalam usaha pengumpulan data yang diperlukan untuk menyelesaikan
skripsi, maka penulis sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
meluangkan

waktu

untuk

menyampaikan

pendapat

atau

tanggapan

Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap beberapa pertanyaan yang tersedia di dalam
kuesioner ini. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam survey ini akan sangat
membantu penulis untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terimakasih atas waktu
yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i luangkan serta pendapat atau tanggapan yang
telah diberikan, juga partisipasinya dalam survey ini.

Hormat saya,
Bandung,

Juni 2006

Kristien M. Magdha Pane
NRP : 0251207

DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK VARIABEL INDEPENDEN
“UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN”
Indikator
Pemotongan

Pertanyaan
1. Apakah

setiap

Ya

transaksi

dilakukan

pemotongan PPh pasal 23 ?

2. Apakah pemotongan PPh pasal 23
dilakukan

pada

saat

membayarkan

penghasilan oleh pemotong ?

3. Apakah tarif yang digunakan dalam
peghitungan pemotongan PPh pasal 23
merupakan tarif progresif ?

4. Apakah

dalam

penghitungan

pemotongan PPh pasal 23 perusahaan
menggunakan tarif yang sesuai dengan
Undang-Undang Pajak Penghasilan ?

5. Apakah

dalam

penghitungan

pemotongan PPh pasal 23 perusahaan
telah menggunakan dasar pemotongan
yang sesuai pada setiap objek yang
berbeda ?

6. Apakah setiap pemotongan PPh pasal 23
selalu

disertai

pemotongan?

dengan

bukti

Tidak

7. Apakah

bukti

pemotongan

dibuat

beberapa rangkap dan didistribusikan
kepada bagian yang berkepentingan ?

8. Apakah pembuatan bukti pemotongan
dilakukan

oleh

orang

yang

berkompeten?

9. Apakah pengisian bukti pemotongan
dilakukan dengan lengkap dan benar ?

10. Apakah

bukti

pemotongan

ditandatangani / distempel oleh orang
yang berwenang ?
Penyetoran

11. Apakah penyetoran dilakukan sebelum
tanggal jatuh tempo ?

12. Apakah

penyetoran

PPh

pasal

23

dilakukan pada Bank Persepsi / Kantor
Pos dan Giro ?

13. Apakah penyetoran PPh pasal 23 selalu
dilakukan dengan jumlah yang tepat ?

14. Apakah dalam penyetoran, perusahaan
menggunakan

Surat

Setoran

Pajak

(SSP)?

15. Apakah

pengisian

SSP

dengan benar dan lengkap ?

telah

diisi

16. Apakah SSP dibuat beberapa rangkap
dan didistribusikan kepada bagian yang
berkepentingan ?
Pelaporan

17. Apakah

pelaporan

PPh

pasal

23

dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo?

18. Apakah

perusahaan

melakukan

pelaporan ke KPP tempat perusahaan
terdaftar sebagai wajib pajak ?

19. Apakah dalam pelaporan perusahaan
menggunakan

Surat Pemberitahuan

(SPT) ?

20. Apakah SPT dibuat beberapa rangkap
dan didistribusikan kepada bagian yang
berkepentingan ?

21. Apakah dalam pelaporan perusahaan
juga melampirkan dokumen-dokumen
selain SPT ?

22. Apakah

sebelum

dilaporkan,

SPT

diperiksa kembali dan ditandatangani
oleh orang yang berwenang ?

DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK VARIABEL DEPENDEN
“ PAJAK PENGHASILAN PASAL 23”
Indikator
Deviden

Pertanyaan
1. Apakah

pada

Ya

perusahaan

terdapat

deviden tunai ?

2. Apakah pada perusahan terdapat deviden
saham ?

3. Apakah deviden yang diberikan telah
sesuai

jumlahnya

dengan

yang

seharusnya diterima ?

4. Apakah setiap deviden yang diberikan
selalu dipotong PPh pasal 23 ?
Bunga

5. Apakah ada bunga yang

dibayarkan

oleh perusahaan kepada pihak lain ?

6. Apakah perusahaan pernah memberikan
atau mendapatkan premium ?

7. Apakah perusahaan pernah memberikan
atau mendapatkan diskonto ?

8. Apakah perusahaan pernah memberikan
atau mendapatkan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang ?

Tidak

9. Apakah setiap bunga yang dibayarkan
perusahaan selalu dipotong PPh pasal
23?
Royalti

10. Apakah

perusahaan

menggunakan

merek dagang atau bentuk lain sehingga
perusahaan membayar royalti ?

11. Apakah perusahaan menggunakan suatu
cara

pengerjaan

tertentu

obat

atau

sehingga

produk

perusahaan

membayarkan royalti ?

12. Apakah setiap royalti yang dibayarkan
selalu dipotong PPh pasal 23 ?
Hadiah

13. Apakah perusahaan pernah memberikan
hadiah undian pada pihak lain ?

14. Apakah hadiah undian yang diberikan
dipotong PPh pasal 23 ?
Imbalan

15. Apakah perusahaan menggunakan jasa

sehubungan

teknik atau jasa manajemen dari pihak

dengan jasa

lain sehingga perusahaan membayarkan
imbalan

sehubungan

dengan

jasa

tersebut ?

16. Apakah perusahaan menggunakan jasajasa lain selain jasa teknik atau jasa
manajemen dari pihak lain sehingga
perusahaan

membayarkan

imbalan

sehubungan dengan jasa tersebut ?

17. Apakah perusahaan menggunakan jasa
konstruksi dari pihak lain sehingga
perusahaan

membayarkan

imbalan

sehubungan dengan jasa tersebut ?

18. Apakah perusahaan menggunakan jasa
konsultan dari pihak lain sehingga
perusahaan

membayarkan

imbalan

sehubungan dengan jasa tersebut ?

19. Apakah imbalan sehubungan dengan
jasa yang digunakan tersebut dipotong
PPh pasal 23 ?
Sewa

20. Apakah perusahaan pernah menyewa
kendaraan dari pihak lain ?

21. Apakah perusahaan pernah menyewa
mesin dari pihak lain ?

22. Apakah perusahaan pernah menyewa
gedung dari pihak lain ?

23. Apakah

setiap

berhubungan

transaksi

dengan

sewa

yang
diatas

dipotong PPh pasal 23 ?

Bandung,

2006

Bagian :
Nama :
Tanda tangan dan cap perusahaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment
System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan
tanggungjawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar / menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak
terutang. Dalam sistem ini, Wajib Pajak yang aktif sedangkan Fiskus tidak turut
campur tangan dalam penentuan besarnya pajak terutang Wajib Pajak, kecuali
Wajib Pajak melanggar ketentuan yang berlaku maka akan dikenakan sanksi
setelah melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan

oleh aparat pajak yang

berwenang. Dengan sistem pemungutan perpajakan Self Assessment System maka
kemungkinan kesalahan dalam menghitung, membayar / menyetorkan, dan
melaporkan pajak terutang oleh Wajib Pajak, hal ini menuntut Wajib Pajak untuk
memahami aturan cara penghitungan pajak penghasilan.
Suatu perusahaan yang menggunakan jasa orang pribadi atau badan usaha lain
yang terdaftar sebagai Wajib Pajak merupakan pemotong / pemungut atas
penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan usaha yang jasanya
telah digunakan. Pemotongan penghasilan tersebut diatur dalam pasal 23 UU PPh.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan
yang diterima / diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang

1

Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan

2

telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainya.
Untuk jenis pajak PPh pasal 23 pada prinsipnya sama dengan cara penghitungan
PPh pada umumnya. Tarif yang diberikan bervariasi yaitu tarif sesuai pasal 17 UU
PPh atau tarif yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah atau aturan
pelaksanaan lainnya dimana Perkiraan Penghasilan Netto menjadi dasar dalam
pengenaan pajak. Selain itu penghasilan atas imbalan jasa yang merupakan objek
pajak beragam dan tidak setiap waktu terjadi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
pelaksanaan PPh pasal 23 pada perusahaan . Penelitian ini disusun dalam skripsi
yang berjudul “ Penerapan Undang-Undang Pajak Penghasilan dalam
Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 23 (Studi Kasus pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung)”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian guna membahas masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 23 pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung?

Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan

3

2. Apakah pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 23 telah sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 pada PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Bandung.
2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 telah sesuai dengan Undang-Undang
Pajak Penghasilan pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Penulis berharap laporan ini dapat menjadi salah satu sumber analisa atas
pelaksanaan penghitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 23.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah khasanah ilmu dan pengetahuan mengenai Pajak
Penghasilan terutama pasal 23.

Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan

4

3. Bagi Pembaca
Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan referensi pengetahuan
perpajakan khususnya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan Pajak
Penghasilan pasal 23.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Suatu perusahaan yang memberikan penghasilan kepada orang pribadi atau
badan usaha lain yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang berasal dari modal,
penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh
pasal 21 merupakan pemotong / pemungut atas penghasilan yang diterima oleh
orang pribadi atau badan usaha tersebut yang diatur dalam pasal 23 UU PPh yaitu
UU RI No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 7 tahun
1991 kemudian diubah lagi dengan UU RI No. 10 tahun 1994 dan terakhir dengan
UU RI No. 17 tahun 2000.
Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Pajak No. Kep.305/Pj/2001 tanggal
18 April 2001 dan berlaku efektif tanggal 1 Mei 2001 tentang jenis jasa lain dan
Perkiraan Penghasilan Netto dalam pasal 23 ayat 1 huruf C dijelaskan bahwa
penghasilan yang terutang pajak penghasilan pasal 23 adalah diantaranya
penghasilan atas imbalan jasa, bisa sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan selain jasa yang telah dipotong
pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.
Tarif pemotongan pajak yang harus dikenakan atas jasa adalah 15% dari
Perkiraan Penghasilan Netto. Perkiraan Penghasilan Netto tersebut berbeda-beda

Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan

5

sesuai dengan jasa yang digunakannya. Untuk jasa tenaga ahli seperti jasa profesi,
jasa konsultan, jasa akuntansi, dan lain-lain besarnya Perkiraan Penghasilan Netto
adalah 50% dari penghasilan. Sehingga PPh 23 yang dipotong dari jasa tenaga ahli
adalah 15% x 50% x penghasilan bruto. Sedangkan untuk jasa teknik dan jasa
manajemen, besarnya Perkiraan Penghasilan Netto adalah 40% dari penghasilan.
Sehingga PPh 23 yang dipotong dari jasa teknik dan jasa manajemen adalah 15%
x 40% x penghasilan bruto.
Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment
System oleh karena itu selain menghitung sendiri pajaknya, Wajib Pajak juga
harus menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri. Untuk Pajak Penghasilan pasal
23, yang memiliki kewajiban untuk menyetor dan melaporkan pajak adalah pihak
pemotong / pemungut pajak dalam hal ini adalah perusahaan yang telah
menggunakan jasa dari Wajib Pajak bersangkutan.
Untuk SPT massa, penyetoran PPh pasal 23 dilakukan selambat-lambatnya
sampai tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir, dan
pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 dilakukan selambat-lambatnya sampai
tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Sedangkan
untuk SPT tahunan, penyetoran Pajak Penghasilan pasal 23 dilakukan selambatlambatnya sampai tanggal 20 Maret setelah tahun pajak berakhir, dan pelaporan
Pajak Penghasilan pasal 23 dilakukan selambat-lambatnya sampai tanggal 31
Maret setelah tahun pajak berakhir.
Bagi Wajib Pajak (pemotong/pemungut) yang terlambat menyetorkan dan
melaporkan pajaknya dikenakan sanksi berupa denda. Untuk keterlambatan

Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan

6

penyetoran Wajib Pajak (pemotong/pemungut) dikenakan sanksi bunga 2% dari
pajak terutang, sedangkan untuk keterlambatan pelaporan Wajib Pajak dikenakan
sanksi Rp. 500.000 untuk SPT Masa dan Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan.
Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan
khususnya

Pajak Penghasilan pasal 23 yang tidak benar akan merugikan

perusahaan selaku pemotong / pemungut pajak. Dengan mengetahui dampak
tersebut maka perusahaan harus melaksanakan pemotongan / pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPh pasal 23 dengan benar sesuai dengan UndangUndang Pajak Penghasilan.
Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
bahwa apabila Undang-Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000 khususnya pasal
23 dilaksanakan dengan benar, maka semua pemotongan/pemungutanan,
penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 dilaksanakan dengan benar.

1.6 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu
metode yang berusaha menyajikan serta menganalisis data sehingga dapat
memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti.
Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Penelitian Lapangan (Field research)
Data diperoleh dengan cara :

Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan

7

1. Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung objek yang diteliti.
2. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data melalui tanya
jawab secara langsung dengan pejabat yang berhubungan dengan
data penelitian yang diperlukan.
3. Kuesioner adalah sebuah formulir yang didalamnya berisi
serangkaian

pertanyaan-pertanyaan

yang

diajukan

kepada

responden dengan yang diharapkan untuk dijawab oleh responden.
Data penelitian lapangan ini merupakan data primer.
b. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Data diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari hasil pustaka dan
literatur-literatur yang ada kaitannya dengan penelitian.

1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung, yang berlokasi di Jalan Pajajaran No.29, Bandung. Penelitian atas Pajak
Penghasilan pasal 23 ini berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni
2006.

Universitas Kristen Maranatha

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis

pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung yang bergerak dibidang
obat-obatan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan



Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran,dan Pelaporan Pajak Penghasilan
pasal 23

pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.

Penghitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 yang dilakukan PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah dilaksanakan dengan benar,
karena pemotongan ini dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
dan keahlian yang sesuai dengan bidangnya. Adapun tahap-tahap yang
dilakukannya secara berurutan. Apabila langkah pertama terdapat ketidakjelasan,
maka akan diupayakan sampai ditemukan. Kemudian untuk langkah berikutnya
pun sama, sehingga dipastikan bahwa pemotongan yang dilakukan dapat terhindar
dari berbagai macam kesalahan.
Bukti pemotongan pun baru dibuatkan apabila telah distujui oleh manajer
keuangan setelah sebelumnya terlebih dahulu dibuatkannya sebuah arsip khusus
tentang seluruh Pajak Penghasilan pasal 23.

57

Universitas Kristen Maranatha

Bab V Kesimpulan dan Saran

58

Dari contoh perhitungan setiap transaksi yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 sudah sesuai dengan penggunaan
tarifnya.
Penyetoran Pajak Penghasilan pasal 23 telah disampaikan tepat pada
waktunya. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung melakukan penyetoran
sebelum tanggal jatuh tempo ke Bank Persepsi dalam hal ini Bank BUKOPIN.
Sarana yang digunakan untuk pembayaran pajak adalah Surat Setoran Pajak
(SSP). Surat Setoran Pajak (SSP) tersebut terdiri dari 5 (lima) lembar, yaitu:
o SSP lembar ke-1 untuk Arsip Wajib Pajak
o SSP lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak ke KPKN
o SSP lembar ke-3 untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP
o SSP lembar ke-4 untuk Bank BUKOPIN
o SSP lembar ke-5 untuk Arsip Wajib Pungut / Pihak Lain
Dan setiap masing-masing lembar tersebut diserahkan kepada pihak yang
berkepentingan.
Pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23 telah disampaikan tepat pada waktunya.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung melakukan pelaporan sebelum
tanggal jatuh tempo ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bojonagara.
Sarana yang digunakan untuk pelaporan pajak adalah Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa terdiri dari 2 (dua) lembar, yaitu :
o SPT lembar ke-1 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
o SPT lembar ke-2 untuk Pemungut Pajak

Univesitas Kristen Maranatha

Bab V Kesimpulan dan Saran

59

Dan setiap masing-masing lembar tersebut diserahkan kepada pihak yang
berkepentingan. Selain Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, saat pelaporan PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung juga melampirkan Daftar Bukti
Pemotongan, Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-3, dan Bukti Pemotongan.



Kesesuaian pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 23 dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal

23 yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah
sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

5.2

Saran
Setelah melakukan penelitian dan mempelajari data-data perusahaan, penulis

mencoba memberikan saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi PT
Kimia

Farma

(Persero)

Tbk.

Plant

Bandung

agar

pelaksanaan

pemotongan/pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 23
sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Saran-saran yang penulis
berikan adalah sebagai berikut :


Sistem yang diterapkan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
khususnya dibidang perpajakan harus dapat dipertahankan dan lebih
ditingkatkan lagi.

Univesitas Kristen Maranatha

Bab V Kesimpulan dan Saran



60

Harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan ketelitian perhitungan pajak
agar pembayaran pajak lebih akurat.



Agar pegawai yang bekerja dibidang perpajakan lebih berkompeten, maka
sebaiknya diadakan pelatihan pajak bagi pegawai.

Univesitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2003, “Perpajakan”, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2003, “Perpajakan Teori dan Kasus”, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Sumardiyanti, S Valentina dan Suryo, Adi, 2003, “Perpajakan Indonesia”,
Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta.
Undang-Undang Perpajakan Tahun 2000, Penerbit Citra Umbara,
Bandung.
Waluyo dan B. Ilyas Wirawan, 2003, “Perpajakan Indonesia”, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Website Resmi Direktorat Jenderal Pajak, http://www.pajak.go.id

61

Universitas Kristen Maranatha