Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Di Ruas Jalan Cijelag - Cikamurang Kabupaten Indramayu Menggunakan Metode AASTHO'93.

(1)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA

RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN

MENGGUNAKAN METODE AASTHO’93

DANIEL SARAGIH NRP : 0021114

Pembimbing :Ir. SILVIA SUKIRMAN

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

ABSTRAK

Mengingat kondisi perkerasan jalan yang ada saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam, maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan sehingga perlu adanya peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang makin tinggi, didalam proses perencanaan sebagai dasar untuk pelaksanaan perlu diperhatikan faktor - faktor diantaranya kenyamanan, keamanan serta faktor lain yang mendukung perencanaan matang dan terencana.

Pada saat ini tingkat pelayanan jalan dirasa masih kurang, sehingga perlu dibangun pembangunan jalan baru maupun peningkatan jalan perlu direncanakan dengan matang agar dapat menghasilkan suatu perencanaan yang efisien serta ramah lingkungan. Kebutuhan akan perasarana jalan yang baik merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat dan merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian.

Perencanaan tebal perkerasan Jalan Cijelag - Cikamurang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dikerjakan dengan metode AASTHO’93. dari pengolahan data di peroleh LHR awal rencana yaitu tahun 2005 sebesar 13455 kend/hari/2 arah. Dalam perencanaan tebal perkerasan diperoleh nilai SN dari nomogram mendekati bahkan sama dengan nilai SN dari hasil perhitungan. Total biaya yang dibutuhkan per satu kilometernya adalah Rp 1,937,736,540.


(2)

DAFTAR ISI

SURAT KETERANGAN SURAT AKHIR ... i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR NOTASI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 2

1.3Pembatasan Masalah ... 2

1.4Sistematika Penulisan ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Macam - macam Perkerasan ... 6

2.1.1 Syarat - syarat berlalu lintas ... 7

2.1.2 Syarat - syarat kekuatan konstruksi ... 8

2.2 Fungsi dan Jenis Lapisan Perkerasan ... 9

2.2.1 Lapisan Permukaan ... 10

Universitas Kristen Maranatha


(3)

2.2.2 Lapisan Pondasi ... 12

2.2.3 Lapisan Pondasi Bawah ... 12

2.3 Parameter Perencanaan Tebal Lapisan perkerasan ... 13

2.3.1 Fungsi Jalan ... 13

2.3.2 Kinerja Perkerasan Jalan ... 14

2.3.3 Umur Rencana... 16

2.3.4 Beban Lalu Lintas ... 18

2.3.5 Sifat Tanah Dasar ... 27

2.3.6 Kondisi Lingkungan... 29

2.4 Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Lentur Metode AASTHO’93 .... 32

2.4.1 Daya Dukung Tanah Dasar (Mr) ……….... 33

2.4.2 Beban Lalu Lintas ... 33

2.4.3 Reliabilitas (R) ... 35

2.4.4 Deviasi Standar Normal (Zr) ... 39

2.4.5 Deviasi Standar Keseluruhan (So) ... 39

2.4.6 Penurunan Indeks Permukaan (Δ IP) ... 40

2.4.7 Faktor Drainase ... 41

2.4.8 Stuctural Number (SN) ... 42

2.4.9 Tebal Masing - Masing Lapisan ... 43

2.4.10 Analisis Biaya ... 47

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.1 Pengumpulan Data ... 50


(4)

BAB 4 DATA DAN ANALISIS PERHITUNGAN………... 51

4.1 Metode AASTHO”93 ………... 52

4.2 Pembahasan ... 62

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran... 64

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha


(5)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

a = Koefisien kekuatan relatif.

AASHTO = American Assosiation of State Highway and Transportation Official. AC-BC = Asphalt Concrete - Binder Course.

AC-WC = Asphalt Concrete - Wearing Course. C = Koefisien distribusi kendaraan. CBR = California Bearing Ratio. DA = Distribusi Arah

DDT = Daya Dukung Tanah dasar. DL = Distribusi Lajur E = Ekivalen kendaraan. ESAL = Equivalent Single Axle Load

FR = Faktor Regional.

i = Faktor pertumbuhan lalu lintas. IP = Indeks Permukaan.

IPo = Indeks Permukaan Awal umur rencana. IPt = Indeks Permukaan Akhir umur rencana. LHR = Lintas harian rencana

m = Koefisien drainase Mr = Modullus resilient R = Reliabilitas


(6)

So = Deviasi standar keseluruhan UR = Umur Rencana.

Zr = Deviasi standar normal

Universitas Kristen Maranatha


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lokasi Kabupaten Indramayu……… 3

Gambar 2.1 Berbagai konfigurasi sumbu kendaraan... 19

Gambar 2.2 Konfigurasi sumbu dan roda kendaraan... 21

Gambar 2.3 Pelimpahan beban kendaraan ke perkerasan jalan…………. 23

Gambar 2.4 Distribusi beban kendaraan ke setiap sumbu………. 23

Gambar 2.5 Sumbu standar 8160 kg……….. 26

Gambar 2.6 Diagram Alir metodelogi AASHTO’93………. 32

Gambar 2.7 Koefisien Relatifa3... 44

Gambar 2.7 Koefisien Relatifa2... 45

Gambar 3.1 Diagram Alir Rencana Kerja... 49

Gambar 4.1 Susunan tebal perkerasan lentur……... 58

Gambar 4.2 Potongan melintang ruas jalan Cijelag – Cikamurang... 61


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku…………...7

Tabel 2.2 Indeks Permukaan (IP) tehadap fungsi pelayanan ...15

Tabel 2.3 Hubungan Indeks Kondisi Jalan dengan Kondisi Permukaan jalan 16 Tabel 2.4 Faktor Umur Rencana (N)...18

Tabel 2.5 Distribusi Beban Sumbu Untuk Berbagai JenisKendaraan...25

Tabel 2.6 Faktor Distribusi Lajur (DL)...35

Tabel 2.7 Nilai Standard Normal Deviate (ZR) Untuk Tingkat Reliabilitas Tertentu (R)... ...38

Tabel 2.8 Rekomendasi Tingkat Reliabilitas Sesuai Fungsi Jalan...39

Tabel 2.9 Deviasi Standar Normal (Zr)... .40

Tabel 2.10 Definisi Kualitas Drainase………....………...41

Tabel 2.11 Koefisien Drainase (m)………....…………...42

Tabel 4.1 Data Lalu Lintas tahun 2005...52

Tabel 4.2 Data Lalu Lintas tahun 2007...53

Tabel 4.3 Distribusi Beban Sumbu Kendaraan...54

Tabel 4.6 Hasil perencanaan Tebal Lapisan...60

Tabel 4.7 Harga Satuan Bahan...60

Tabel 4.8 Biaya Hasil Perencanaan Tebal Lapisan...62

Universitas Kristen Maranatha


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai Angka Ekivalen Untuk Sumbu Tunggal, IPt = 2,5…………65

Lampiran 2 Nilai Angka Ekivalen Untuk Sumbu Tandem, IPt = 2,5………….66

Lampiran 3 Nilai Angka Ekivalen Untuk Sumbu Tridem, IPt = 2,5……..……67


(10)

65

Nilai Angka Ekivalen AASHTO’93 Untuk Sumbu Tunggal, IPt = 2,5

Beban sumbu Angka Struktural (SN)1) SNI

1732-1989-F2)

kips Ton 1 2 3 4 5 6 Roda ganda

2 0,9 0,0004 0,0004 0,0003 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002

4 1,8 0,003 0,004 0,004 0,003 0,003 0,002 0,002

6 2,7 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01

8 3,6 0,03 0,05 0,05 0,04 0,03 0,03 0,04

10 4,5 0,08 0,10 0,1 0,10 0,09 0,08 0,10

12 5,4 0,17 0,20 0,18 0,21 0,19 0,18 0,20

14 6,4 0,33 0,36 0,35 0,39 0,36 0,34 0,37

16 7,3 0,59 0,61 0,61 0,65 0,62 0,61 0,62

18 8,2 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

20 9,1 1,61 1,57 1,55 1,47 1,51 1,55 1,52

22 10,0 2,48 2,38 2,28 2,09 2,18 2,30 2,23

24 10,9 3,69 3,49 3,23 2,89 3,03 3,27 3,16

26 11,8 5,33 4,99 4,42 3,91 4,09 4,48 4,35

28 12,7 7,49 6,98 5,92 5,21 5,39 5,98 5,86

30 13,6 10,3 9,5 7,9 6,8 6,97 7,8 7,7

32 14,5 13,9 12,8 10,5 8,8 8,9 10,0 10,0

34 15,4 18,4 16,9 13,7 11,3 11,2 12,5 12,7

36 16,3 24,0 22,0 17,7 14,4 13,9 15,5 16,0

38 17,2 30,9 28,3 22,6 18,1 17,2 19,0 19,9

40 18,1 39,3 35,9 28,5 22,5 21,1 23,0 24,4

42 19,0 49,3 45,0 35,6 27,8 25,6 27,7 29,64

44 19,9 61,3 55,9 44,0 34,0 31,0 33,1 35,70

46 20,8 75,5 68,8 54,0 41,4 37,2 39,3 42,65

48 21,7 92,2 83,9 65,7 50,1 44,5 46,5 50,57

50 22,6 112,0 102,0 79,0 60,0 53,0 55,0 59,54

Sumber: AASHTO’


(11)

66

Nilai Angka Ekivalen AASHTO’93 Untuk Sumbu Tandem, IPt = 2,5

Sumber: AASHTO’93

Beban sumbu Angka Struktural (SN)1)

kips ton 1 2 3 4 5 6

SNI 1732-1989-F2)

2 0,9 0,0001 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

4 1,8 0,0005 0,0005 0,0004 0,0003 0,0003 0,0002 0,0002

6 2,7 0,002 0,002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001

8 3,6 0,004 0,006 0,005 0,004 0,003 0,003 0,003

10 4,5 0,008 0,013 0,011 0,009 0,007 0,006 0,008

12 5,4 0,015 0,024 0,023 0,018 0,014 0,013 0,017

14 6,4 0,026 0,041 0,042 0,033 0,027 0,024 0,031

16 7,3 0,044 0,065 0,070 0,057 0,047 0,043 0,054

18 8,2 0,070 0,097 0,109 0,092 0,077 0,070 0,086

20 9,1 0,107 0,141 0,162 0,141 0,121 0,110 0,131

22 10,0 0,160 0,198 0,229 0,207 0,180 0,166 0,192

24 10,9 0,231 0,273 0,315 0,292 0,260 0,242 0,272

26 11,8 0,327 0,370 0,420 0,401 0,364 0,342 0,374

28 12,7 0,451 0,493 0,548 0,534 0,495 0,470 0,504

30 13,6 0,611 0,648 0,703 0,695 0,658 0,633 0,664

32 14,5 0,813 0,843 0,889 0,887 0,857 0,834 0,859

34 15,4 1,06 1,08 1,11 1,11 1,09 1,08 1,09

36 16,3 1,38 1,38 1,38 1,38 1,38 1,38 1,38

38 17,2 1,76 1,73 1,69 1,68 1,70 1,73 1,71

40 18,1 2,21 2,16 2,06 2,03 2,08 2,14 2,10

42 19,1 2,76 2,67 2,49 2,43 2,51 2,61 2,55

44 20 3,41 3,27 2,99 2,88 3,00 3,16 3,07

46 21 4,18 3,98 3,58 3,40 3,55 3,79 3,67

48 22 5,08 4,80 4,25 3,98 4,17 4,49 4,35

50 23 6,12 5,76 5,03 4,64 4,86 5,28 5,12

52 24 7,33 6,87 5,93 5,38 5,63 6,17 5,99

54 24 8,72 8,14 6,95 6,22 6,47 7,15 6,97

56 25 10,3 9,6 8,1 7,2 7,4 8,2 8,1

58 26 12,1 11,3 9,4 8,2 8,4 9,4 9,3

60 27 14,2 13,1 10,9 9,4 9,6 10,7 10,6

62 28 16,5 15,3 12,6 10,7 10,8 12,1 12,1

64 29 19,1 17,6 14,5 12,2 12,2 13,7 13,7

66 30 22,1 20,3 16,6 13,8 13,7 15,4 15,5

68 31 25,3 23,3 18,9 15,6 15, 17,2 17,5

70 32 29,0 26,6 21,5 17,6 17,2 19,2 19,7

72 33 33,3 30,3 24,4 19,8 19,2 21,3 22,0

74 33 37,5 34,4 27,6 22,2 21,3 23,6 24,6

76 34 42,5 38,9 31,1 24,8 23,7 26,1 27,3

78 35 48,0 43,9 35,0 27,8 26,2 28,8 30,3

80 36 54,0 49,4 39,2 30,9 29,0 31,7 33,6

82 37 60,6 55,4 43,9 34,4 32,0 34,8 37,0

84 38 67,8 61,9 49,0 38,2 35,3 38,1 40,8

86 39 75,7 69,1 54,5 42,3 38,8 41,7 44,8

88 40 84,3 76,9 60,6 46,8 42,6 45,6 49,1

90 41 93,7 85,4 67,1 51,7 46,8 49,7 53,8


(12)

67

Beban

sumbu Angka Struktural (SN)

1)

kips ton 1 2 3 4 5 6

SNI 1732-1989-F2)

2 0,9 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 4 1,8 0,0002 0,0002 0,0002 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 6 2,7 0,0006 0,0007 0,0005 0,0004 0,0003 0,0003 0,0003 8 3,6 0,001 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 10 4,5 0,003 0,004 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 12 5,4 0,005 0,007 0,006 0,004 0,003 0,003 0,004 14 6,4 0,008 0,012 0,010 0,008 0,006 0,006 0,008 16 7,3 0,012 0,019 0,018 0,013 0,011 0,010 0,013 18 8,2 0,018 0,029 0,028 0,021 0,017 0,016 0,021 20 9,1 0,027 0,042 0,042 0,032 0,027 0,024 0,032 22 10,0 0,038 0,058 0,060 0,048 0,040 0,036 0,047 24 10,9 0,053 0,078 0,084 0,068 0,057 0,051 0,066 26 11,8 0,072 0,103 0,114 0,095 0,080 0,072 0,091 28 12,7 0,098 0,133 0,151 0,128 0,109 0,099 0,123 30 13,6 0,129 0,169 0,195 0,170 0,145 0,133 0,162 32 14,5 0,169 0,213 0,247 0,220 0,191 0,175 0,210 34 15,4 0,219 0,266 0,308 0,281 0,246 0,228 0,267 36 16,3 0,279 0,329 0,379 0,352 0,313 0,292 0,336 38 17,2 0,352 0,403 0,461 0,436 0,393 0,368 0,417 40 18,1 0,439 0,491 0,554 0,533 0,487 0,459 0,512 42 19,1 0,543 0,594 0,661 0,644 0,597 0,567 0,622 44 20 0,666 0,714 0,781 0,769 0,723 0,692 0,750 46 21 0,811 0,854 0,918 0,911 0,868 0,838 0,896 48 22 0,979 1,015 1,072 1,069 1,033 1,005 1,062 50 23 1,17 1,20 1,24 1,25 1,22 1,20 1,250 52 24 1,40 1,41 1,44 1,44 1,43 1,41 1,463 54 24 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66 1,701 56 25 1,95 1,93 1,90 1,90 1,91 1,93 1,967 58 26 2,29 2,25 2,17 2,16 2,20 2,24 2,264 60 27 2,67 2,60 2,48 2,44 2,51 2,58 2,593 62 28 3,09 3,00 2,82 2,76 2,85 2,95 2,956 64 29 3,57 3,44 3,19 3,10 3,22 3,36 3,356 66 30 4,11 3,94 3,61 3,47 3,62 3,81 3,796 68 31 4,71 4,49 4,06 3,88 4,05 4,30 4,277 70 32 5,38 5,11 4,57 4,32 4,52 4,84 4,803 72 33 6,12 5,79 5,13 4,80 5,03 5,41 5,376 74 33 6,93 6,54 5,74 5,32 5,57 6,04 5,999 76 34 7,84 7,37 6,41 5,88 6,15 6,71 6,674 78 35 8,83 8,28 7,14 6,49 6,78 7,43 7,405 80 36 9,92 9,28 7,95 7,15 7,45 8,21 8,194 82 37 11,1 10,4 8,8 7,9 8,2 9,0 9,045 84 38 12,4 11,6 9,8 8,6 8,9 9,9 9,960 86 39 13,8 12,9 10,8 9,5 9,8 10,9 10,943 88 40 15,4 14,3 11,9 10,4 10,6 11,9 11,997 90 41 17,1 15,8 13,2 11,3 11,6 12,9 13,125 Sumber: AASHTO’93


(13)

68

Rumus dari nomogram:

Univ

ersitas Kristen Mara


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses kegiatan manusia dalam menjalani tujuan hidupnya. Dalam transportasi terdapat dua unsur utama yaitu sarana dan prasarana transportasi. Kendaraan adalah bagian dari sarana transportasi, sedangkan jalan merupakan bagian dari prasarana transportasi yang memiliki peranan penting dalam menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya.


(15)

2

Seiring bertambahnya tingkat kepadatan lalu lintas di Kabupaten Indramayu perlu dilakukan pembangunan jalan diruas jalan Cijelag – Cikamurang sehingga dapat menampung jumlah volume yang melalui ruas jalan tersebut.

Diharapkan dengan adanya pembangunan jalan dapat meningkatkan kinerja jalan menjadi lebih baik.

Untuk pembangunan jalan di ruas jalan Cijelag - Cikamurang diperlukan adanya perencanaan yang tepat agar didapat suatu hasil yang optimal dalam merencanakan tebal perkerasan lentur jalan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam mendesain pelebaran jalan antara lain adalah beban sumbu kendaraan, jumlah distribusi jenis kendaraan, umur rencana, dan daya dukung tanah dasar.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan tebal lapisan perkerasan lentur pada ruas jalan Cijelag – Cikamurang dengan menggunakan Metode AASTHO’93

1.3Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini diambil pembatasan-pembatasan permasalahan supaya tugas akhir ini memiliki batasan-batasan yang jelas, sehingga masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini tidak terlalu luas. Adapun pembatasan masalah dalam tugas akhir ini meliputi:

■ Jalan yang ditinjau adalah ruas jalan Cijelag – Cikamurang Kabupaten

Indramayu.


(16)

3

Gambar 1.1 Lokasi Kabupaten Indramayu

1.4Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi :

a. BAB 1 PENDAHULUAN


(17)

4

Pada Bab ini akan dibahas uraian singkat latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan

b. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan dibahas landasan teori yang dapat memberikan teori penunjang untuk penulisan tugas akhir ini.

c. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah dalam pengupulan data yang didapat dari lapangan seperti data tanah, data volume distribusi jenis kendaraan, beban sumbu kendaraan, umur rencana dan yang lainnya agar dapat menunjang analisis tebal perkerasan lentur dengan menggunakan Metode AASHTO’93.

d. BAB 4 : ANALISIS DATA

Pada Bab ini akan dibahas tentang pemaparan dan proses

perhitungan tebal lapisan perkerasan jalan dengan menggunakan Metode AASTHO’93.

e. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari seluruh Tugas Akhir ini.


(18)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil perhitungan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil perencanaan tebal perkerasan lentur di ruas jalan Cijelag - Cikamurang dengan menggunakan metode AASHTO’93 diperoleh sebagai berikut :


(19)

64

a. D1* = 7,87 inch = 20 cm

b. D2* = 7,87 inch = 20 cm

c. D3* = 16,16 inch = 42 cm

2. Biaya yang dibutuhkan per satu kilometernya adalah Rp 1,937,736,540 per kilometernya.

3. Hasil perencanaan tebal perkerasan lentur sangat dipengaruhi oleh nilai R dan standard deviasi yang diambil.

5.2 Saran

1. Penggunaan metode AASHTO’93 sebaiknya disesuaikan terlebih dahulu dengan kondisi lingkungan setempat yang sesuai dengan di Indonesia.

2. Perlu di lakukan studi banding untuk menentukan tebal perencanaan dengan menggunakan metode selain AASHTO’93.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. (1983). Buku

Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Jakarta.

2. Kusnandar, Erwin. (2005), Laporan Pendahuluan Pengkajian Karakteristik

Volume Lalu-lintas dan Beban As Kendaraan. Departemen Pemukiman dan

Pengembangan Prasarana Wilayah, Bandung.

3. Sukirman, Silvia. (1993). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, . Bandung.

4. Tim Penelitian dan Pengembangan Teknologi Prasarana Jalan. (2002). Studi

Penelitian Karakteristik Beban Lalu-lintas Jalan Antar Kota. Departemen

Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah, Bandung.

5. Zulfikri. (1990). Distribution of Highway Axle Loads in West Java and

Methods of Measuring Vehicle Loading. Tesis Program S2, Institut Teknologi

Bandung, Bandung.


(1)

2

Seiring bertambahnya tingkat kepadatan lalu lintas di Kabupaten Indramayu perlu dilakukan pembangunan jalan diruas jalan Cijelag – Cikamurang sehingga dapat menampung jumlah volume yang melalui ruas jalan tersebut.

Diharapkan dengan adanya pembangunan jalan dapat meningkatkan kinerja jalan menjadi lebih baik.

Untuk pembangunan jalan di ruas jalan Cijelag - Cikamurang diperlukan adanya perencanaan yang tepat agar didapat suatu hasil yang optimal dalam merencanakan tebal perkerasan lentur jalan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam mendesain pelebaran jalan antara lain adalah beban sumbu kendaraan, jumlah distribusi jenis kendaraan, umur rencana, dan daya dukung tanah dasar.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan tebal lapisan perkerasan lentur pada ruas jalan Cijelag – Cikamurang dengan menggunakan Metode AASTHO’93

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini diambil pembatasan-pembatasan permasalahan supaya tugas akhir ini memiliki batasan-batasan yang jelas, sehingga masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini tidak terlalu luas. Adapun pembatasan masalah dalam tugas akhir ini meliputi:

■ Jalan yang ditinjau adalah ruas jalan Cijelag – Cikamurang Kabupaten Indramayu.

■ Metode yang digunakan adalah Metode AASHTO’93


(2)

Gambar 1.1 Lokasi Kabupaten Indramayu

1.4Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi : a. BAB 1 PENDAHULUAN


(3)

4

Pada Bab ini akan dibahas uraian singkat latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan

b. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan dibahas landasan teori yang dapat memberikan teori penunjang untuk penulisan tugas akhir ini.

c. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah dalam pengupulan data yang didapat dari lapangan seperti data tanah, data volume distribusi jenis kendaraan, beban sumbu kendaraan, umur rencana dan yang lainnya agar dapat menunjang analisis tebal perkerasan lentur dengan menggunakan Metode AASHTO’93.

d. BAB 4 : ANALISIS DATA

Pada Bab ini akan dibahas tentang pemaparan dan proses perhitungan tebal lapisan perkerasan jalan dengan menggunakan Metode AASTHO’93.

e. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari seluruh Tugas Akhir ini.


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil perhitungan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil perencanaan tebal perkerasan lentur di ruas jalan Cijelag - Cikamurang dengan menggunakan metode AASHTO’93 diperoleh sebagai berikut :


(5)

64

a. D1* = 7,87 inch = 20 cm

b. D2* = 7,87 inch = 20 cm

c. D3* = 16,16 inch = 42 cm

2. Biaya yang dibutuhkan per satu kilometernya adalah Rp 1,937,736,540 per kilometernya.

3. Hasil perencanaan tebal perkerasan lentur sangat dipengaruhi oleh nilai R dan standard deviasi yang diambil.

5.2 Saran

1. Penggunaan metode AASHTO’93 sebaiknya disesuaikan terlebih dahulu dengan kondisi lingkungan setempat yang sesuai dengan di Indonesia.

2. Perlu di lakukan studi banding untuk menentukan tebal perencanaan dengan menggunakan metode selain AASHTO’93.


(6)

1. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. (1983). Buku

Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Jakarta.

2. Kusnandar, Erwin. (2005), Laporan Pendahuluan Pengkajian Karakteristik

Volume Lalu-lintas dan Beban As Kendaraan. Departemen Pemukiman dan

Pengembangan Prasarana Wilayah, Bandung.

3. Sukirman, Silvia. (1993). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, . Bandung.

4. Tim Penelitian dan Pengembangan Teknologi Prasarana Jalan. (2002). Studi

Penelitian Karakteristik Beban Lalu-lintas Jalan Antar Kota. Departemen

Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah, Bandung.

5. Zulfikri. (1990). Distribution of Highway Axle Loads in West Java and

Methods of Measuring Vehicle Loading. Tesis Program S2, Institut Teknologi

Bandung, Bandung.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Tebal Lapis Perkerasan Lentur Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2/KPTS/Db/2012 Dengan Menggunakan Program Kenpave

17 135 102

Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur

6 57 129

Analisis Pengaruh Kondisi Bonding Pada Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AUSTROADS (Studi Kasus: Ruas Jalan Jatibarang – Palimanan)

0 4 8

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Solo – Kertosono ).

0 2 17

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002 DAN AASHTO 1993 Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol Menggunakan Metode Bina Marga 2002 Dan Aashto 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol

0 2 11

Perencanaan Tebal Perkerasan Tambahan Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Soekarno-Hatta, Bandung.

1 1 49

Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Pada Ruas Jalan Lingkar Majalaya Menggunakan Metode Bina Marga 2002.

0 7 22

Perencanaan geometrik, tebal perkerasan dan rencana anggaran biaya ruas jalan Ngarum – Belangan Kabupaten Sragen AWAL

0 1 22

PETUNJUK PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LE (2)

1 3 41

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 – 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TUGAS AKHIR - PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENA

0 0 19