KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI.

(1)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Liza Septa Wilyanti NIM 1201649

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Oleh

Liza Septa Wilyanti S.Pd. Universitas Jambi, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Liza Septa Wilyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

JAMBI


(4)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Orang Kayo Hitam di Jambi dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Ajar Kajian Prosa Fiksi di FKIP Universitas Jambi.” Legenda Orang Kayo Hitam di Jambi memiliki beberapa bentuk cerita yang berbeda. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui jumlah cerita Orang Kayo Hitam di Jambi yang sebenarnya. Penelitian Orang Kayo Hitam dilakukan di Provinsi Jambi dengan melakukan wawancara dan perekaman tuturan cerita dari beberapa informan yang mengetahui dan memahami legenda Orang Kayo Hitam di Jambi, serta analisis beberapa sumber tertulis. Selain untuk menemukan dan mendokumentasikan berbagai bentuk cerita Orang Kayo Hitam di Jambi, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur legenda Orang Kayo Hitam di Jambi, mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam legenda Orang Kayo Hitam di Jambi, dan menemukan bentuk bahan ajar yang sesuai dari legenda Orang Kayo Hitam di Jambi pada mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di FKIP Universitas Jambi. Struktur legenda yang dianalisis dalam penelitian ini adalah (1) alur, (2) tokoh dan penokohan, (3) latar, dan (4) tema. Nilai budaya yang dianalisis dalam penelitian ini adalah (1) nilai kepercayaan, (2) nilai pengabdian, (3) nilai tabah dalam menghadapi cobaan hidup/tantangan, (4) nilai berbudi luhur, (5) nilai bijaksana, (6) nilai berkemauan keras, (7) nilai kegigihan, (8) nilai hidup untuk berkarya, (9) nilai berorientasi ke masa depan, (10) nilai memanfaatkan waktu dengan baik, (11) nilai menyesuaikan diri dengan dunia luar, (12) nilai memanfaatkan kekayaan alam, (13) nilai menjaga keseimbangan alam, (14) nilai menghargai sesama manusia, (15) nilai tenggang rasa, (16) nilai musyawarah, (17) nilai kerja sama, (18) nilai kasih sayang, (19) nilai tidak sombong, dan (20) nilai rela berkorban. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tuturan bukan dalam bentuk bilangan atau angka statistik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Metode etnografi adalah metode penelitian lapangan yang bersifat holistik-integratif, thick description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa legenda Orang Kayo Hitam di Jambi memiliki empat cerita yang saling berhubungan, yakni cerita OKH: Sang Pemberani, OKH: Silsilah Turunan, dan OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja yang tergolong legenda perseorangan (personal legends), serta legenda OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi yang tergolong legenda setempat (local legends). Dari hasil analisis, diketahui legenda-legenda tersebut saling berkaitan dan mengandung nilai-nilai budaya kearifan lokal Jambi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar, salah satunya dapat disusun dalam bentuk hand out perkuliahan Kajian Prosa Fiksi. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pijakan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan


(5)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This thesis entitled "Study of Structure and Cultural Values of Orang Kayo Hitam Legend in Jambi and Utilization as an Alternative Instructional of Materials Studies in Prose Fiction in FKIP Jambi University." Orang Kayo Hitam Legends in Jambi have a variety of different story. Therefore, a research was done to find a story number of Orang Kayo Hitam in Jambi. The research was conducted in the province of Jambi by doing interviews and recording speech stories from several informants who know and understand the legend of Orang Kayo Hitam in Jambi. In addition to finding and documenting various story of Orang Kayo Hitam in Jambi, the purpose of this research was to describe the structure of the legend, to describe the cultural values contained in the legend, and to find teaching materials which suit of the legend in the study of Prose Fiction Course at FKIP Jambi University. The legend’s structure that analyzed in this study were (1) plot, (2) character (3) background, and (4) theme. The cultural values that analyzed in this study were (1) the value of beliefs, (2) the value of devotion, (3) the value of stoic in facing life's trials/ challenges, (4) the value of the virtuous, (5) the value of wise, (6) the value of a strong-willed , (7) the value of persistence, (8) the value of life to work, (9) the value-oriented to the future, (10) the value of utilizing time well, (11) the value of adjusting to the outside world, (12) the value of utilizing natural resources , (13) the value of maintaining the balance of nature, (14) the value of respect fellow human beings, (15) the value of tolerance, (16) the value of deliberation, (17) the value of cooperation, (18) the value of affection, (19) the value of being not arrogant, and (20) the value of self-sacrifice. This research is qualitative because the data obtained in the form of words or utterances rather than in the form of numbers or statistics. The method used in this research is an ethnographic method. The ethnographic method is a field research methods that are holistic-integrative, thick description, and qualitative analysis in order to get a native's point of view. Techniques of collecting data were used in the form of interviews, field notes, and documentation. The results found that the Orang Kayo Hitam legend in Jambi have four stories, the stories are OKH: Silsilah Turunan Legends, OKH: Sang Pemberani, OKH: Si Gijai Keris Sang Raja, and OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi. From the analysis, it is known these legends contain cultural values of local wisdom Jambi. In addition, the results of this study can be used as an alternative instructional material. It can be arranged in the form of lecture handouts of Prose Fiction Studies. This study can be used as one basis for other researchers who want to do further research or similar research and oral literature as a form of documentation for the community and the local government of Jambi.


(6)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI


(7)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Definisi Operasional ... 11

G. Asumsi Penelitian ... 12

H. Alur Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERITA RAKYAT, NILAI-NILAI BUDAYA, DAN BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI PERGURUAN TINGGI A. Deskripsi Wilayah ... 14

1. Sejarah Berdirinya Provinsi jambi ... 14

2. Letak Wilayah dalam Provinsi Jambi ... 17

3. Topografi ... 17

4. Klimatologi ... 19


(8)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pendekatan Struktural ... 21

C. Hakikat Folkor ... 23

D. Cerita Rakyat sebagai Folklor Lisan ... 27

E. Genre Cerita Rakyat ... 29

1. Mite (Myth) ... 29

2. Legenda (Legend) ... 30

3. Dongeng (Folktale) ... 31

F. Struktur Cerita Rakyat ... 33

1. Alur ... 34

2. Tokoh dan Penokohan (Karakter) ... 37

3. Latar ... 39

4. Tema ... 40

G. Hakikat Nilai ... 44

H. Hakikat Kebudayaan ... 46

I. Nilai-Nilai Budaya ... 49

J. Perancangan Bahan Ajar Kajian Prosa Fiksi Perguruan Tinggi ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 57

B. Data dan Sumber Data ... 59

C. Teknik Pengumpulan Data ... 60

D. Instrumen Penelitian ... 61

E. Teknik Analisis Data ... 62

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 65

BAB IV ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI A. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH: Silsilah Turunan ... 68


(9)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Transkripsi Data... 68

b. Terjemahan ... 70

2. Analisis Cerita ... 72

a. Alur ... 72

b. Tokoh dan Penokohan ... 76

c. Latar ... 78

d. Tema... 81

e. Nilai Budaya ... 82

B. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH:Sang Pemberani ... 84

1. Deskripsi Cerita ... 84

a. Transkripsi Data... 84

b. Terjemahan ... 87

2. Analisis Cerita ... 89

a. Alur ... 90

b. Tokoh dan Penokohan ... 95

c. Latar ... 101

d. Tema... 105

e. Nilai Budaya ... 107

C. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja ... 110

1. Deskripsi Cerita ... 110

a. Transkripsi Data... 110

b. Terjemahan ... 115

2. Analisis Cerita ... 119

a. Alur ... 119

b. Tokoh dan Penokohan ... 124

c. Latar ... 130

d. Tema... 134

e. Nilai Budaya ... 135 D. Deskripsi dan Analisis Legenda OKH: Asal-Usul Tanah pilih


(10)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Negeri Jambi ... 141

1. Deskripsi Cerita ... 141

a. Transkripsi Data... 142

b. Terjemahan ... 147

2. Analisis Cerita ... 153

a. Alur ... 153

b. Tokoh dan Penokohan ... 161

c. Latar ... 166

d. Tema... 172

e. Nilai Budaya ... 174

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 179

BAB V PEMANFAATAN SERI CERITA RAKYAT ORANG KAYO HITAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI A. Pengantar ... 184

B. Silabus Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi ... 186

C. Bentuk Alternatif Bahan Ajar ... 192

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 210

B. Saran ... 214

DAFTAR PUSTAKA ... 216


(11)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Karya sastra merupakan salah satu media untuk menanamkan suatu paham, pendapat, atau pemikiran seseorang kepada orang lain. Karya sastra berusaha menyampaikan hal yang ingin disampaikan pengarang lewat karyanya dengan bahasa yang indah dan imajinatif namun sesungguhnya sarat akan makna dan pengajaran. Wiyatmi (2009:14) mengibaratkan sastra seperti angin, berada di mana saja dan kapan saja.

Sastra mampu mewujudkan sebuah sistem konvensi budaya pada suatu masyarakat tertentu dan mempertahankan sistem konvensi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Teeuw (1984:11) mengatakan bahwa sastra sebagai karya seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan sebuah sistem konvensi atau kode sastra dan budaya. Melalui karya sastra, dapat diketahui bagaimana budaya yang berkembang atau pernah ada di suatu tempat atau daerah tertentu. Hal ini karena sebuah karya sastra merupakan hasil buah pikir seseorang atau pengarang yang tak lain merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri yang kemudian dituangkan dalam bentuk cerita atau tulisan. Di dalamnya, sarat akan nilai-nilai budaya yang berlaku yang mencerminkan kehidupan sosial budaya masyarakat itu. Noor (2011:27) berpendapat, “karya sastra merupakan salah satu cerminan nilai budaya dan tidak terlepas dari sosial budaya serta kehidupan masyarakat yang digambarkannya.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa sastra menyajikan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial.

Jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk, masyarakat telah mengenal adanya sastra yang kini disebut dengan sastra daerah. Sastra daerah merupakan sastra yang lahir dengan menggunakan bahasa daerah, baik itu yang berbentuk


(12)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sastra lisan maupun tulisan. Sebagai salah satu bentuk sastra daerah, sastra lisan memiliki tempat yang tak terpisahkan dengan kehidupan dan budaya masyarakat zaman dahulu. Sastra lisan kala itu disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Endraswara (2011:151), “Karena disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya atau turun-temurun, sastra lisan cenderung memiliki sifat khusus di antaranya banyak menggunakan ungkapan-ungkapan yang klise dan terkesan menggurui”.

Sedyawati (Rafiek, 2012: 54) mengemukakan bahwa sastra lisan berisi cerita-cerita yang disampaikan secara lisan dan bervariasi mulai dari uraian genealogis, mitos, legenda, dongeng, hingga berbagai cerita kepahlawanan. Bentuk sastra lisan yang bervariasi ini tentu tidak terlepas dari faktor penyampaiannya yang tidak dalam bentuk tertulis sehingga memang bergantung pada apa yang berhasil disimak dan diingat si pendengar untuk kemudian diceritakan kembali. Selain itu, besar kemungkinan kevariasian cerita atau sastra lisan karena adanya keinginan si pencerita untuk menyesuaikan isi cerita dengan nilai-nilai yang sesuai dengan masa atau waktu penceritaan sebuah sastra lisan dan nila-nilai apa pula yang ingin ditekankan pencerita kepada penyimak atau pendengarnya.

Kajian tentang sastra lisan kemudian lebih dikenal dengan ilmu folklor. Folklor sendiri berasal dari bahasa Inggris folklore. Kata ini berasal dari dua kata dasar yaitu folk (kolektif) dan lore (tradisi). Menurut Danandjaja (1984:2), “folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device)”. Jadi, folklor dapat didefinisikan sebagai suatu kebudayaan kolektif yang disampaikan secara turun- temurun.


(13)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cakupan ilmu foklor sangatlah luas, bahkan Brundvand (dalam Danandjaja, 1984:21) membagi folklor atas tiga kelompok besar, yaitu folklor lisan (verbal folkolre), folklor sebagian lisan (partly verbal folklor), dan folklor bukan lisan (nonverbal folklor). Bentuk-bentuk yang termasuk dalam folklor lisan antara lain (a) bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti pepatah, pribahasa, dan pameo; (c) pertanyaan tradisional seperti teka-teki; (d) puisi rakyat, seperti pantun, syair, dan gurindam; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat.

Sementara itu, yang tergolong folklor sebagian lisan adalah yang berbentuk kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara adat, pesta rakyat, dan lain-lain. Adapun yang dimaksud folklor yang bukan lisan adalah yang berbentuk material, seperti rumah adat, atau alat-alat tradisional, dan yang berbentuk nonmaterial, seperti bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat.

Sebagai salah satu daerah yang disebut-sebut merupakan pusat perkembangan dan pemerintahan kerajaan Sriwijaya pada masa lampau, Jambi memiliki banyak sekali kekayaan folklor. Kekayaan folklor itu baik yang berbentuk lisan, sebagian lisan, maupun bukan lisan. Di antara banyak jenis atau bentuk tersebut, kekayaan sastra lisan di Jambi, terutama yang berbentuk cerita rakyat, adalah salah satu yang paling hidup, berkembang, dan menjadi bagian dari kehidupan Jambi masa lampau.

Cerita rakyat adalah suatu cerita yang hidup dan berkembang turun-temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat adalah milik masyarakat pendukungnya. Cerita rakyat itu bisa disampaikan secara lisan dan disebut pula sastra lisan (oral literature). Cerita rakyat dapat dianggap sebagai karya sastra permulaan sebelum adanya pengaruh budaya Hindu dan Islam (Djamaris, 1990:12).

Menurut Yuwono (2007:27), “prosa klasik yang tertua di Indonesia ditemukan dalam bentuk cerita rakyat. Cerita rakyat yang dalam bahasa umum


(14)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebut juga dongeng, adalah salah satu jenis kesusastraan rakyat yang disampaikan dari mulut ke mulut.” Dari beberapa pengertian di atas, tampak adanya penekanan pada penyampaiannya dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal tersebut menjelaskan mengapa cerita rakyat tidak pernah diketahui siapa sebenarnya pengarangnya.

Cerita rakyat di Jambi pada masa lampau dianggap sebagai media ampuh untuk mengajarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan karena memang cerita rakyat yang disampaikan para tetua dari satu generasi ke generasi saat itu sarat akan penggambaran hal-hal hebat atau luar biasa yang pernah ada atau hidup di negeri Jambi. Salah satu cerita rakyat yang begitu melegenda di Jambi adalah legenda Orang Kayo Hitam, bahkan beberapa bukti sejarah pun membenarkan cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat Jambi itu benar-benar pernah terjadi dan bukan bualan semata. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan keris Siginjai yang disebut-sebut sebagai senjata andalan tokoh Orang Kayo Hitam.

Menurut Bascom (Danandjaja,1984: 50), cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (mythos), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale). Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh si pemilik cerita. Mite ditokohi oleh dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa di dalam mite terjadi di dunia lain, bukan seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh si pemilik cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi manusia walaupun tokoh-tokoh tersebut adakalanya memiliki sifat-sifat yang luar biasa dan sering juga dibantu makhluk-makhluk ajaib.

Dalam beberapa literatur, legenda Orang Kayo Hitam diceritakan dalam berbagai kisah yang berbeda. Dalam buku 33 Cerita Rakyat Menakjubkan yang


(15)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disusun oleh S. Tary dan Retno W, legenda Orang Kayo Hitam bercerita tentang awal mula berdirinya negeri Jambi. Namun, dari sumber lain yang berjudul Cerita Rakyat dari Jambi yang disusun oleh S. Amran Tasai, legenda Orang Kayo Hitam bercerita tentang perlawanan negeri Jambi melawan kerajaan Majapahit. Dari beberapa sumber lisan, juga ditemukan bahwa legenda Orang Kayo Hitam menceritakan tentang keberaniannya ketika membantu kerajaan Majapahit menghadapi pemberontakan. Hal tersebut seharusnya perlu diteliti agar diketahui bagaimanakah bentuk legenda Orang Kayo Hitam yang sebenarnya. Apakah cerita yang tersebar di masyarakat itu merupakan bentuk varian yang memiliki inti cerita yang sama, atau berbentuk versi yang tidak saling berkaitan, atau bahkan hanya penggalan cerita yang saling terkait. Hal tersebut perlu ditelusuri kebenarannya karena akan menimbulkan kebingungan bagi masyarakat yang tidak mengenal sejarah Jambi. masyarakat akan mempertanyakan apa sebenarnya isi atau cerita yang terdapat dalam legenda Orang Kayo Hitam sesungguhnya. Dari hasil observasi awal peneliti, diketahui bahwa Jambi sebenarnya memiliki cukup banyak sumber tertulis tentang kebenaran legenda Orang Kayo Hitam. Sayangnya, sumber-sumber tertulis tersebut belum banyak digali karena keberadaanya yang menyebar atau merupakan milik pribadi.

Mengingat besarnya ketokohan Orang Kayo Hitam di Jambi, peneliti merasa perlu kiranya diadakan penelitian tentang berbagai cerita mengenai legenda Orang Kayo Hitam agar dapat didokumentasikan dan menjadi bukti sejarah akan tingginya budaya sastra yang berkembang di tanah Jambi pada zaman dahulu. Selain itu, pengumpulan berbagai bentuk cerita legenda Orang Kayo Hitam dirasa perlu untuk meluruskan legenda Orang Kayo Hitam itu sendiri di tengah masyarakat. Kekayaan sastra lisan Jambi merupakan bagian dari warisan budaya nasional yang patut dilestarikan, dikembangkan, dan dimanfaatkan sehingga perlu mendapatkan perhatian.


(16)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, tradisi untuk mendongengkan cerita rakyat yang sarat akan nilai-nilai kini dapat dikatakan sudah tidak ditemui lagi di tengah masyarakat Jambi. Kebiasaan orang tua untuk memperdengarkan cerita rakyat kepada anak atau cucu kini sudah bukan lagi menjadi tradisi masyarakat modern Jambi. Kehebatan sebuah cerita sudah tidak lagi mampu membuat cerita itu tetap dikenal. Pergeseran tradisi masyarakat ini tentu bukan tanpa alasan yang jelas. kemajuan di bidang media elektronik dan massa jelas menjadi salah satu faktor penyebab. Terlebih, masyarakat kini dihadapkan pada era globalisasi di mana dunia maya seakan tanpa batas. Jarak dan waktu sudah bukan menjadi kendala dalam berkomunikasi dan bertukar informasi. Beragam jejaring sosial pun kian menjamur dengan berbagai varian bergantung tipe, hobi, dan hal-hal lain sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan si individu.

Jika sudah begitu, bentuk sastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut atau didongengkan sebelum tidur dapat dikatakan sudah tidak menjadi media yang efektif lagi. Padahal, cerita-cerita rakyat yang berasal dari daerah Jambi sebenarnya begitu beragam dan sarat dengan nilai-nilai kearifan. Cerita rakyat Jambi bahkan tak kalah menariknya jika dibandingkan dengan cerita rakyat dari daerah lain seperti Malin Kundang dari Sumatera Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Bawang Merah dan Bawang Putih dari Riau, atau cerita rakyat dari daerah lainnya yang sudah cukup dikenal.

Sibarani (2012:20) memaparkan pendapatnya tentang potensi cerita rakyat sebagai berikut.

sekarang ini, sebagian besar cerita rakyat itu tidak lagi mentradisi, tetapi masih potensial untuk direvitalisasi sebagai sumber kekayaan pluralisme etnik di tengah globalisasi budaya. Cerita rakyat sebagai sastra lisan dan tradisi bercerita rakyat sebagai bagian dari tradisi lisan sama-sama penting untuk membuka kebebasan berpikir dan membangun kreativitas sebagai kekayaan budaya etnik.

Untuk itu, dirasa perlu menemukan cara lain yang dianggap mampu mempertahankan sastra lisan agar budaya dan nilai yang terdapat dalam cerita


(17)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rakyat tetap sampai dan dikenal oleh generasi muda, salah satunya adalah dengan menjadikannya sebagai bahan ajar di perguruan tinggi. Menurut Rusyana (1984:283), keadaan pengetahuan sastra daerah masih kurang terperhatikan dan belum begitu banyak yang diteliti. Sastra yang telah diteliti pun terkadang belum lengkap dan tuntas. Seyogianya, kekayaan tradisi lisan seperti cerita rakyat dapat dijadikan bahan ajar yang bermuatan budaya lokal. Terlebih, di daerah Jambi sendiri masih sangat sedikit sekali penggunaan cerita rakyat sebagai bahan ajar.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra, Rusyana (1982:6-8) mengemukakan “tujuan pengajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan sastra.” Pengalaman sastra mencakup pengalaman dalam berapresiasi dan berekspresi. Pengalaman bersastra dapat diperoleh dari berbagai kegiatan seperti menulis, membaca, menyimak, atau menyaksikan suatu karya sastra, sedangkan pengetahuan sastra mencakup sejarah, teori, dan kritik sastra.

Masih kurangnya penggunaan bahan ajar berbasis budaya lokal tidak hanya terjadi di tingkat SD, SMP, dan SMA. Di perguruan tinggi, penggunaan bahan ajar berbasis budaya lokal masih tergolong rendah. Padahal, penggunaan bahan ajar berbasis budaya lokal di perguruan tinggi secara tidak langsung dapat menjadi media dan pembelajaran agar mahasiswa yang kelak akan menjadi calon pendidik maupun peneliti bahasa dan sastra dapat lebih mengenal dan tertarik untuk mengetahui kekayaan budaya daerahnya. “Sebuah karya sastra yang bermutu ditandai dengan berpotensi membuka peluang kepada pembaca untuk membuka jalan yang muncul dalam dirinya” (Rozak, 2011:14-15). Penggunaan legenda Orang Kayo Hitam di perguruan tinggi diharapkan tidak hanya sekadar mampu memperkenalkan kekayaan sastra yang ada di daerah Jambi, tetapi lebih jauh dapat menjadi ajang revitalisasi budaya di kalangan mahasiswa. Penggunaan legenda Orang Kayo Hitam di perguruan tinggi juga diharapkan tidak hanya mempertahankan tradisi sastra lama yang ada, tetapi juga mengembangkannya


(18)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam bentuk-bentuk baru yang menarik yang dianggap sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pada masa kini.

Menurut Rahmanto (1993:15), “jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat.” Lebih lanjut, Rahmanto (1993:16) mengatakan bahwa pendidikan sastra dapat membantu pendidikan secara utuh pabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Bila berpedoman pada silabus Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Jambi, terdapat beberapa mata kuliah yang menuntut mahasiswa mampu mengapresiasi sastra dalam bentuk reseptif dan produktif. Salah satu mata kuliah yang dianggap tepat adalah mata kuliah Kajian Prosa Fiksi karena pada mata kuliah ini mahasiswa salah satunya dituntut untuk dapat mengapresiasi karya sastra prosa dalam bentuk produktif. Artinya, legenda Orang Kayo Hitam dapat dijadikan sebagai bahan ajar bandingan antara bentuk prosa lama yang bernilai kearifan lokal dengan bentuk prosa baru yang dapat dihasilkan oleh mahasiswa dengan tetap memasukkan cita rasa kedaerahannya. Lebih jauh, bahan ajar berupa legenda Orang Kayo Hitam diharapkan dapat berkembang dalam bentuk-bentuk baru dalam usaha revitalisasinya. Bentuk-bentuk revitalisasi yang dihasilkan mahasiswa nantinya dapat saja berupa penulisan prosa fiksi modern yang dikembangkan dari legenda Orang Kayo Hitam, lomba mendongeng, bahan diskusi atau seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mendukung pelestarian legenda Orang Kayo Hitam.

Sebagai calon tenaga pendidik di masa yang akan datang, khususnya di bidang sastra, mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia haruslah memiliki bekal yang memadai. Sebagai calon guru sastra, mahasiswa dituntut


(19)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki kemampuan profesional, baik sebagai pribadi, pendidik, atau pun masyarakat. Seorang guru sastra dituntut memiliki kemampuan yang baik yang berhubungan dengan bidang studinya. Untuk menjadi guru sastra yang baik, seorang guru harus memiliki apresiasi yang baik terhadap sastra karena seorang guru sastra harus bisa memberikan pengaruh yang tepat terhadap kelasnya pada waktu ia melaksanakan pengajaran.

Selain itu, sebagai calon guru sastra sudah seharusnyalah mahasiswa memiliki kemampuan memilih dan menyajikan bahan ajar sastra yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran sastra. Dalam pembelajaran sastra, guru harus mampu menyajikan bahan ajar dengan menarik sehingga peserta didik dapat terlibat secara optimal.

Menurut Rahmanto (1993:27), “ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: pertama, dari sudut bahasa; kedua, dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga, dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa.” Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa sudut latar belakang budaya para siswa perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menyajikan bahan ajar. Bahan ajar yang berbasis pada kebudayaan lokal perlulah dikenalkan dan ditanamkan pada diri calon pendidik sehingga dalam menjalankan profesinya kelak sebagai pengajar sastra para mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam memilih, menyajikan, dan menilai bahan ajar berlatar belakang budaya.

Mengingat kedudukan dan perannya yang cukup penting, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap legenda Orang Kayo Hitam. Penelitian tersebut dianggap dapat menjadi upaya pelestarian legenda Orang Kayo Hitam yang merupakan legenda asal mula berdirinya negeri Jambi. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian ini penulis beri judul “Kajian Struktur dan Nilai Budaya dalam Legenda Orang


(20)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kayo Hitam di Jambi dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Ajar Kajian Prosa Fiksi di FKIP Universitas Jambi.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang diteliti adalah legenda Orang Kayo Hitam sebagai upaya penyelamatan, pewarisan, dan pelestarian dengan cara mengubahnya dari bentuk lisan ke bentuk tulisan agar dapat dijadikan bahan ajar di perguruan tinggi. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah struktur dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda Orang Kayo Hitam di Jambi. Karena keterbatasan waktu, peneliti hanya akan memfokuskan penelitian pada struktur dan nilai budaya yang terdapat dalam cerita saja. Struktur cerita yang akan dianalisis mencakup (1) alur, (2) tokoh dan penokohan, (3) latar, dan (4) tema.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan di atas, masalah pokok penelitian yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah struktur legenda Orang Kayo Hitam di Jambi?

2) Bagaimanakah nilai-nilai budaya ditampilkan dalam legenda Orang Kayo Hitam di Jambi?

3) Bagaimanakah penyajian bahan ajar mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di FKIP Universitas Jambi dengan memanfaatkan hasil penelitian legenda Orang Kayo Hitam di Jambi?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melestarikan sastra lisan, khususnya legenda Orang Kayo Hitam di jambi. Selain menganalisis strukturnya, penelitian ini dilakukan untuk menggali nilai-nilai luhur dalam kehidupan


(21)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat masa lampau, khususnya nilai-nilai budaya yang terdapat dalam legenda Orang Kayo Hitam agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar di perguruan tinggi, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk

1) mendeskripsikan struktur legenda Orang Kayo Hitam di Jambi.

2) mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam legenda Orang Kayo Hitam di Jambi.

3) menemukan bentuk penyajian bahan ajar mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di FKIP Universitas Jambi dengan memanfaatkan hasil penelitian legenda Orang Kayo Hitam di Jambi.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu teoretis dan praktis. Dari aspek teoretis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra, khususnya sastra lisan. Untuk keperluan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengajaran sastra di perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah.

Lebih lanjut, manfaat penelitian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. 1) Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan sastra, khususnya sastra lisan. Penelitian tentang sastra lisan daerah dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai berbagai aspek kebudayaan dan kehidupan masyarakat pemiliknya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian atau kajian yang sama.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu pengajar sastra di sekolah atau pun perguruan tinggi,


(22)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat, dan pemerintah daerah. Uraian manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut.

a) Bagi Pengajaran Sastra

Guru atau dosen dapat memanfaatkan legenda Orang Kayo Hitam di Jambi yang telah diteliti, berikut pembahasannya, untuk dijadikan sebagai bahan ajar dalam rangka meningkatkan dan membina apresiasi siswa atau mahasiswa terhadap karya sastra daerah.

b) Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan pemahaman tentang cerita rakyat daerahnya. Hal tersebut mengingat legenda Orang Kayo Hitam mengandung nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami cerita rakyatnya, masyarakat akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikannya sebagai kekayaan budaya.

c) Bagi Pemerintah Daerah

Legenda Orang Kayo Hitam adalah kekayaan masyarakat Jambi. penelitian ini dapat membantu pemerintah daerah dalam mendokumentasikan sastra lisan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Jambi lampau yang patut untuk terus dijaga dan dilestarikan.

F. Definisi Operasional

1) Struktur cerita, yaitu unsur-unsur yang membangun sebuah cerita yang saling terkait dan saling terjalin sehingga dapat memberikan makna yang menyeluruh pada cerita tersebut.


(23)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Nilai adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah menjadi kepribadian dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.

3) Nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi tingkah laku manusia.

4) Folkor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

5) Sastra lisan merupakan karya yang disebarkan dari mulut ke mulut, pada umumnya hidup dalam masyarakat yang belum mengenal tradisi tulis. Meskipun demikian, sastra lisan juga terdapat pada masyarakat modern.

6) Legenda Orang Kayo Hitam yang dalam penelitian ini disingkat OKH adalah salah satu sastra lisan yang berbentuk prosa yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Jambi pada masa lampau sebagai buah budi masyarakat yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun biasanya berisi nilai-nilai luhur.

7) Bahan ajar, yaitu bahan yang akan diajarkan kepada siswa/mahasiswa secara terencana agar dapat meningkatkan apresiasi siswa/mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

8) Mata kuliah Kajian Prosa Fiksi merupakan salah satu mata kuliah lanjutan yang tercantum dalam silabus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jambi. Salah satu tujuan mata kuliah Kajian Prosa Fiksi adalah mahasiswa mampu mengapresiasi karya sastra dalam bentuk produktif.


(24)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Asumsi Penelitian

Penelitian ini dilandasi dengan asumsi sebagai berikut:

1) legenda merupakan salah satu unsur budaya yang memperkaya kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.

2) penelitian tentang legenda perlu dilakukan dalam rangka melakukan konservasi budaya dengan jalan pendokumentasian.

3) Legenda, seperti halnya karya sastra yang lain, terdiri dari unsur-unsur pembentuk yang memberikan makna yang menyeluruh.

4) Legenda sebagai salah satu bentuk cerita rakyat mengandung nilai-nilai yang mencerminkan aspek-aspek kehidupan yang dimiliki masyarakat pendukungnya.

5) Bentuk bahan ajar yang tepat diperlukan untuk memanfaatkan legenda yang telah diteliti agar dapat dijadikan bahan ajar yang baik dan menarik di perguruan tinggi.

H. Alur Penelitian

Untuk memperjelas paparan sebelumya, pada bagian ini, akan digambarkan alur penelitian dalam bentuk bagan. Bagan tersebut akan menggambarkan bagaiamana proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari teknik pengumpulan data, proses analisis, hingga pada tahap pemanfaatan hasil analisis. Berikut bagan alur penelitian.

bagan 1.1 Alur Penelitian

Legenda


(25)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pengumpulan data

1. wawancara 2. catatan Lapangan 3. dokumentasi

Bahan Analisis

Hasil Analisis

Struktur dan Nilai Budaya dalam Legenda

Orang Kayo Hitam di Jambi

Pemanfaatan Legenda

Orang Kayo Hitam di Jambi

sebagai Alternatif Bahan Ajar pada mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di FKIP


(26)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Seorang peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai dengan tujuan, sifat objek, sifat ilmu, atau teori yang mendukungnya. “Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang digunakan” (Koentjaraningrat, 1977:1). Penelitian merupakan kegiatan ilmiah maka metode yang digunakan pun harus secara sistematis dan prosedural.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan karena objek yang diteliti dalam penelitian ini berupa proses, yaitu bagaimana realita sosial yang terjadi di tengah masyarakat bukan tentang bagaimana hubungan sebab-akibat antarvariabel yang ada. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Denzin dan Lincoln (2009:6) sebagai berikut.

Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak terkaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat-nilai. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.

Bogdan dan Tylor (Moleong, 2007:4) mengatakan bahwa Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Metode kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya, data yang diperoleh berupa kata-kata, tuturan, atau perilaku. Data tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif dengan memberikan gambaran


(27)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai situasi yang diteliti dalam penggambaran suatu fenomena yang terjadi dalam lingkungan.

Sugiyono (2010:1) berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitiannya senada dengan pendapat Denzin dan Lincoln yaitu menekankan makna daripada generalisasi. Lebih lanjut, Fraenkel dan Wellen (2008:425-427) mengungkapkan bahwa ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif. Langkah-langkah tersebut adalah (a) identification of the phenomenon to be studied; (b) identification of the participants in the study; (c) generation of hypotheses; (d) data collection; (e) data analysis; (f) interpretations and conclusions.

Syamsudin (2006:74) “tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk

menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka, perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat meghasilkan sebuah

teori”. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan cara menunjukkan fakta-fakta

yang berhubungan atau menjelaskan struktur dan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam legenda OKH.

Menurut Siswantoro (2010:56), “penelitian sastra, sebagaimana penelitian

disiplin lain, bersandar pada metode yang sistematis. Hanya saja penelitian sastra bersifat deskriptif karena itu metodenya juga digolongkan ke dalam metode

deskriptif.” Metode deskriptif merupakan prosedur penelitian yang berupaya

memecahkan masalah-masalah penelitian dengan cara mengungkapkan dan menggambarkan objek penelitian apa adanya. Penggambaran tersebut berdasarkan pada fakta-fakta yang ada secara objektif.

Karena penelitian ini adalah salah satu jenis penelitian folklor, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi.

Menurut Sibarani (2012:265)


(28)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode etnografi relevan dengan penelitian tentang tradisi lisan atau tradisi budaya. Etnografi melakukan penelitian dengan melakukan deskripsi secara emik tentang objek penelitian dengan tujuan idealnya adalah membuat profiling dan pendeskripsian tentang objek penelitian dengan hasil sebuah deskripsi informatif yang dapat dimanfaatkan untuk publikasi dan sumber rekomendasi tentang pengembangan objek penelitian.

Lebih lanjut, Spradley (1997:xvi) mengatakan bahwa metode etnografi adalah metode penelitian lapangan yang bersifat holistik-integratif, thick description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Salah satu teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian etnografi adalah wawancara terbuka dan mendalam.

B. Data dan Sumber data

Data penelitian ini adalah teks cerita legenda OKH yang diperoleh melalui informasi lisan dari para narasumber cerita yang kemudian akan ditranskripsikan ke dalam cerita secara tertulis. Data penelitian digali melalui sumber data, yaitu informan dan dokumentasi.

Data yang digali dari informan dan dokumentasi adalah data legenda OKH di lapangan. Data dari informan adalah data utama (primer), sedangkan dari dokumentasi merupakan data tambahan (sekunder). Hal ini sesuai dengan

pendapat Moleong (2007:157) “kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

atau diwawancarai merupakan sumber data utama.” Data-data utama yang didapat dari informan kemudian direkam. Perekaman dilakukan saat peneliti sedang mewawancari informan. Adapun data tambahan dalam penelitian ini adalah

salinan naskah “Sila-Sila Keturunan Raja Jambi” yang ditulis oleh Ngebi Sutho

Dilogo Priyayi Rajo Sari. Salinan tersebut peneliti dapat dari salah seorang tokoh adat masyarakat Jambi bernama Sultan Abdurrahman Thaha Syaifuddin. Selain itu, data tambahan juga diperoleh dari beberapa buku yang ditulis oleh budayawan dan sejarawan Jambi, yaitu buku Jambi dalam Sejarah Nusantara (1989) karya A. Mukty Nasruddin dan buku Mencari Jejak SangKala (2011) karta H. Junaidi T.


(29)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Noor. Buku Jambi dalam Sejarah Nusantara merupakan dokumentasi Museum Negeri Jambi. Dalam buku tersebut, terdapat informasi tentang apa kira-kira makna dari nama OKH (lihat lampiran 6).

Selain data tambahan tersebut, peneliti juga melengkapi penelitian dengan foto-foto dan gambar-gambar. Moleong (2007:161) “penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar sekali manfaatnya.” Penggunaan foto atau gambar ini nantinya bukanlah sebagai bahan analisis, tetapi hanya sekadar pelengkap data. Foto atau gambar yang akan ditampilkan adalah foto atau gambar informan, benda-benda, atau tempat-tempat tertentu yang dianggap berhubungan dengan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian kualitatif sangatlah beragam. Itulah sebabnya, agar mendapat data dan informasi yang tepat, peneliti harus memilih teknik pengumpulan data yang tepat. Moleong (2007: 174) mengatakan bahwa pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan penggunaan dokumen. Hal

tersebut senada dengan apa yang disampaikan Nasution (2010:54), “metode

pengumpulan data kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dokumen, dan membuat

catatan lapangan.”

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa dalam penelitian legenda teknik yang diperlukan adalah teknik pengumpulan data berupa wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data utama (primer). Wawancara dilakukan untuk merekam data atau informasi. Esterberg (Sugiyono, 2010: 317) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan maknanya dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atau data mengenai legenda secara lengkap dan akurat dari informan. Teknik wawancara dilaksanakan secara


(30)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semiterstruktur disertai dengan pencatatan dan perekaman. Teknik wawancara secara semiterstruktur termasuk dalam kategori in-depth interview dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan teknik terstruktur. Wawancara teknik semiterstruktur tetap menggunakan pedoman wawancara namun tetap mencatat ide-ide atau pendapat dari informannya (Sugiyono, 2010:320).

Adapun teknik dokumentasi dan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tambahan (sekunder). Teknik dokumentasi adalah catatan peristiwa yang telah lalu. Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi dilakukan untuk menganalisis arsip-arsip atau hal lain yang berkaitan dengan legenda OKH, sedangkan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan hal-hal penting yang dianggap relevan yang mungkin saja ditemui di lapangan di luar wawancara sebelumnya.

D. Instrumen Penelitian

Dalam proses pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan beberapa Instrumen penelitian yang berfungsi sebagai alat atau media pengumpul data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif berbeda

dengan penelitian kualitatif. “Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama

penelitian adalah peneliti itu sendiri” (Sugiyono, 2010: 305). Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang akan menjadi instrumen kunci. Hal ini didasarkan atas pandangan Nasution (Sugiyono, 2010: 307) bahwa:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;

2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

3. tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;

4. suatu situasi yang melibatkan manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu versing merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;


(31)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika;

6. hanya manusia sebagai instrumendapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

7. dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respons yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respons yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respons yang lain daripada yang lain, bahkan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Sebagai instrumen utama, peneliti memiliki fungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan, dan melakukan pengumpulan data. Namun, peneliti tentu saja menggunakan perangkat penelitian yang membantu karena keterbatasan daya ingat. Perangkat-perangkat yang dimaksudkan: pedoman wawancara, buku catatan lapangan, camera digital atau alat bantu rekam, Tabel pedoman analisis struktur legenda, dan tabel uji kelayakan hand out. Masing-masing perangkat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Pedoman wawancara digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara (lihat lampiran 3).

2. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.

3. Studi dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari sumber tertulis.

4. Camera digital atau alat bantu rekam digunakan untuk mendokumentasikan objek penelitian atau hal-hal yang dianggap relevan dengan penelitian.


(32)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Tabel pedoman analisis untuk mempermudah peneliti mengklasifikasikan data saat proses analisis cerita (lihat lampiran 4).

6. Tabel uji kelayakan hand out yang akan diberikan kepada para penelaah eksternal (lihat lampiran 5).

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan pengurutan data tentang struktur dan nilai yang terdapat dalam legenda OKH. Legenda OKH dimasukkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang struktur dan nilai yang terdapat dalam legenda OKH yang dilengkapi dengan data-data pendukung. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diutarakan Moleong (2007:280),

“analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Adapun Sugiyono

(2010:335) memaparkan definisi analisis data sebagai berikut.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses menyusun data secara sistematis melalui langkah-langkah tertentu sesuai dengan pola, kategori, dan satuan uraian dasarnya. Dalam proses analisis, peneliti akan melakukan pengujian data secara sistematis agar ditemukan bagian-bagian, hubungan antarbagian, dan hubungan keseluruhan dari objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2010:337), “aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan clonclusion drawing/verification”. Hal tersebut sama dengan apa yang dikemukakan Nasution (2010:129), “salah satu cara yang dapat


(33)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang masih umum, yakni (1)

reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan atau verifikasi.”

Bagan 3.1

Komponen dalam Analisis Data (interactive model)

Penjelasan ketiga tahapan analisis data menurut Sugiyono tersebut adalah sebagai berikut.

1) Reduksi Data

Semakin lama peneliti berada di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2) Display Data (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini, Miles and Huberman (Sugiyono, 2010:341) menyatakan the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative

Data collection

Data reduction

Data display

Conclusions: drawing/verfying


(34)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

text. Dengan mendisplay data, peneliti akan menjadi lebih mudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan langkah kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3) Penyimpulan dan Verifikasi Data

Penyimpulan adalah tahap mengambil kesimpulan terhadap data-data yang telah terkumpul. Penyimpulan dapat dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kaulitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pemeriksaan keabsahan data secara cermat selama penelitian berlangsung. Dengan demikian, kesimpulan tersebut harus selalu diverifikasi.

Kesimpulan yang diharapkan dapat dihasilkan dalam penelitian kualitatif adalah berupa temuan-temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur dan nilai-nilai budaya dalam legenda OKH. Untuk mendeskripsikan struktur dan nilai–nilai budaya tersebut, dilakukanlah langkah-langkah penganalisisan sebagai berikut.

(1) Proses reduksi data yang didapat di lapangan;

(a) pengidentifikasian data dengan jalan menandai data-data yang terkumpul dan dapat mendukung penganalisisan tersebut;

(b) pengklasifikasian data berdasarkan aspek-aspek struktur yang terdapat dalam legenda tersebut;


(35)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(a) pentranskripsian data/cerita ke dalam bahasa Melayu Jambi/Melayu Klasik;

(b) penerjemahan cerita yang telah ditranskripsikan ke dalam bahasa Indonesia;

(c) penganalisisan terhadap setiap unsur struktur cerita yang dianalisis dengan menemukan data-data pendukungnya menggunakan teknik analisis struktural;

(d) penganalisisan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda OKH;

(3) melakukan verifikasi data;

(4) perancangan bahan ajar dari legenda OKH yang sesuai dengan bentuk dan tujuan pembelajaran prosa fiksi di FKIP Universitas Jambi.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya merupakan unsur yang tak terpisahkan dari penelitian. Menurut Moleong (2007:324-326), “ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependenability), dan kepastian (confirmability).”

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan keempat kriteria yang disebutkan Moleong tersebut. Uji derajat kepercayaan (kredibilitas) data pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal pada penelitian kuantitatif. Uji kredibilitas ini dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan penelitian, triangulasi, dan diskusi dengan teman sejawat.

Kriteria keteralihan (transferability) pada penelitian kualitatif berbeda dengan validitas eksternal. Konsep validitas eksternal pada penelitian kuantitatif menyatakan generalisasi suatu penemuan dapat berlaku pada semua konteks dalam populasi yang sama. Hal tersebut berbeda dengan konsep keteralihan. Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks


(36)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengirim dan penerima. Uji keteralihan (transferability) dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan uraian rinci.

Kriteria kebergantungan (dependenability) merupakan subsitusi istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, reliabilitas ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Namun, konsep kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu meperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lain yang tersangkut. Uji kebergantungan (dependenability) dilakukan dengan menggunakan teknik audit kebergantungan terhadap seluruh proses penelitian.

Kriteria kepastian (confirmability) berasal dari konsep objektivitas menurut penelitian kuantitatif. Kuantitatif menerapkan objektivitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan

penemuan seseorang. Artinya, kuantitatif lebih menekankan pada „orang‟,

sedangkan konsep kepastian pada penelitian kualitatif menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data itu sendiri. Jadi, dalam penelitian kualitatif isi tidak lagi berkaitan dengan ciri penyidik, melainkan berkaitan dengan ciri-ciri data. Uji kepastian (confirmability) dilakukan dengan menggunakan teknik audit kepastian.


(37)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, dikemukakan simpulan dan saran yang didasarkan pada pengumpulan, analisis, dan penafsiran data. Simpulan berisi pernyataan-pernyataan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dinyatakan pada bab I.

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui struktur dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam legenda OKH. selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bentuk alternatif bahan ajar seperti apa yang dapat disusun dari legenda OKH guna diterapkan dalam mata kuliah Kajian Prosa Fiksi di FKIP Unipenggalantas Jambi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode etnografi dan analisis struktural. Dari hasil penelitian diketahui bahwa legenda OKH terdiri dari empat penggalan cerita, yaitu OKH: Silsilah Turunan, OKH: Sang Pemberani, OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja, dan OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi. Keempat penggalan legenda tersebut dibedakan ke dalam dua jenis penggolongan legenda menurut Brunvand (Danandjaja, 1984). Legenda OKH: Silsilah Turunan, OKH: Sang Pemberani, dan OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja tergolong sebagai legenda perseorangan (personal legend) karena menceritakan ketokohan OKH di masa lampau yang dianggap benar-benar terjadi. Legenda OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi tergolong sebagai legenda setempat (local legends) karena menceritakan asal usul negeri Jambi.

Keempat penggalan legenda OKH tersebut saling berhubungan dan dapat diurutkan sesuai dengan urutan kronologis kejadian dalam kehidupan OKH. Pemenggalan cerita dilakukan dengan alasan panjangnya cerita dan penyesuaian dengan konteks dan tujuan penceritaan.


(38)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hasil analisis terhadap keempat penggalan cerita tersebut disimpulkan struktur dan nilai budaya sebagai berikut.

1. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita. Dalam alur terdapat beberapa peristiwa yang saling berhubungan. Hubungan yang terjadi adalah hubungan sebab-akibat. Hubungan alur terjalin dari sekuen-sekuen dan hubungan logis cerita. Dalam keempat penggalan legenda OKH, alur yang diceritakan cenderung linear. Karena alur cerita pada keempat legenda OKH tersebut cenderung linear, fungsi-fungsi utama (alur yang menampilkan cerita) pun cenderung sejajar.

Untuk legenda OKH: Sang Pemberani dan OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi, seluruh sekuen dan hubungan logis diceritakan secara linear dari awal hingga akhir. Artinya, dalam legenda ini tidak terjadi peristiwa sorot balik. Hubungan logis dibentuk sejajar dengan hubungan waktu (kronologis) dan urutan teks dalam cerita.

Untuk legenda OKH: Silsilah Turunan memiliki sebuah sekuen sorot balik dan dua buah sekuen deskriptif. Bila dibandingkan dengan penggalan legenda OKH: Sang Pemberani dan OKH: Asal-Usul Tanah Pilih Negeri Jambi, legenda OKH: Silsilah Turunan memang lebih banyak menarasikan cerita-cerita berupa silsilah kepada pendengar daripada menghadirkan konflik-konflik atau aktivitas fisik seperti dua legenda sebelumnya. Legenda OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja juga tidak memiliki alur sorot balik. Semua sekuen dan hubungan logis terjadi pada saat penceritaan. Akan tetapi, legenda ini memiliki dua tahap sekuen deskripsi. Kedua tahap deskripsi tersebut juga ebih detail jika dibandingkan dengan sekuen deskripsi pada legenda OKH: Silsilah Turunan.

2. Tokoh dan Penokohan


(39)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam berbagai penggalan legenda OKH, tokoh dan penokohan berfokus pada sosok OKH. OKH adalah tokoh utama yang menjadi fokus cerita. Selain tokoh OKH, terdapat tokoh bawahan lainnya yang mendukung cerita. Tokoh-tokoh tersebut ada yang terbagi menjadi Tokoh-tokoh antagonis dan ada pula protagonis. Penokohan dalam penggalan legenda OKH digambarkan melalui tingkah laku tokoh, ucapan-ucapan tokoh, penggambaran fisik tokoh, dan penjelasan langsung penutur.

Legenda OKH: Silsilah Turunan adalah satu-satunya legenda yang tidak menjadikan OKH sebagai tokoh utamanya. Karena legenda ini adalah asal-usul kelahiran OKH, tokoh Datuk Paduko Berhalo dan Puti Selaro Pinang Masak yang tak lain adalah ayah ibu OKH menjadi tokoh yang paling banyak diceritakan. legenda OKH: Si Ginjai Keris Sang Raja, tokoh OKH tidak menjadi tokoh utama tunggal. Tokoh utama lainnya adalah Orang Kayo Pingai, kakak OKH. legenda ini juga terdiri dari banyak tokoh bawahan. Peran tokoh OKH dan Orang Kayo Pingai adalah kunci dari legenda terakhir tersebut.

3. Latar

Penggalan cerita OKH tergolong legenda perseorangan dan asal usul suatu tempat, latar tempat digambarkan dengan sangat jelas, tetapi latar waktu justru digambarkan dengan samar. Hal tersebut dapat dipahami mengingat legenda adalah sastra tuturan yang telah lama terjadi. Karena legenda ini berasal dari daerah Jambi, latar tempat yang paling banyak tergambar adalah latar daerah Jambi, sedangkan latar lain yang tampak dalam legenda OKH adalah latar negeri Jawa.

Latar suasana dalam keempat penggalan legenda OKH ini tidak terlalu banyak diceritakan. Hal tersebut tampaknya karena legenda ini lebih ingin menyampaikan aktivitas para tokoh daripada suasana kejiwaan para tokohnya. Namun, secara keseluruhan latar tempat, tokoh, dan suasana dalam legenda ini


(1)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teoretis. Peneliti yang berminat terhadap penelitian sejenis diharapkan dapat menghadirkan penemuan yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga bersifat praktis. Oleh karena itu, penelitian harus mengarah pada bentuk-bentuk penerapan apa saja yang dapat disusun atau dibentuk dari bahan ajar yang bernilai budaya. Penelitian semacam ini tidak hanya dapat mengangkat sastra daerah tetapi juga menjaga dan melindungi keberadaannya di tengah masyarakat modern.

2) Bagi Perguruan Tinggi

Hasil pengamatan beberapa bahan ajar Kajian Prosa Fiksi di perguruan tinggi cenderung berfokus pada karya fiksi modern. Padahal, keberadaan prosa lama sebagai salah satu bentuk prosa dapat dimanfaatkan dalam proses apresiasi produktif. Pembelajaran berbasis budaya lokal sudah saatnya untuk dikembangkan. Dengan memperbanyak penggunaan bahan ajar berbasis budaya lokal, peserta didik dapat lebih mengenal dan memahami budayanya sendiri. Selain itu, sastra lama yang bernilai budaya dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan sastra Indonesia modern. Terlebih peserta didik di lingkungan FKIP adalah calon guru yang akan sangat berperan dalam pengenalan budaya lokal pada siswa di sekolah kelak.

3) Bagi Masyarakat

Legenda adalah salah satu bentuk cerita rakyat yang menjadi kekayaan suatu daerah. Keberadaan legenda OKH di tengah masyarakat Jambi merupakan salah satu jati diri dan bukti kekayaan masyarakat Jambi lampau yang harus tetap dipertahankan. legenda OKH merupakan tokoh dan lambang keberanian masyarakat Jambi dalam membela kebenaran. Masyarakat Jambi harusnya dapat mempertahankan dan melestarikan keberadaan legenda.


(2)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Legenda OKH adalah kekayaan masyarakat Jambi. penelitian-penelitian seperti yang penulis lakukan adalah salah satu bentuk atau usaha dalam mengumpulkan dan mendokumentasikan kekayaan sastra lisan daerah. Untuk itu, pemerintah daerah selayaknya dapat melakukan usaha-usaha penyebaran hasil penelitian sebagai bentuk apresiasi terhadap kekayaan daerah itu sendiri. Lebih lanjut, bentuk-bentuk pendokumentasian dalam bentuk kumpulan hasil penelitian dan pembukuan hasil penelitian yang telah ada. Selain itu, penyebaran melalui berbagai media baik cetak, massa, maupun bentuk-bentuk kegiatan budaya dirasa mampu mengenalkan dan mendekatkan sastra lisan dengan masyarakat Jambi modern.


(3)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. (1981). A glossary of literary term. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Alwi, H. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia edisi revisi. Jakarta: Balai Pustaka.

Aminuddin. (2009). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Danandjaja, J. (1984). Folklor Indonesia ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Graviti Press.

Darmadi, H. (2006). Dasar konsep pendidikan moral. Bandung: Alfabet.

Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of qualitative research. California: Sage Publication, Inc.

Djamaris, E. (1990). Menggali khazanah sastra melayu Klasik. Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, S. (2009). Metodologi penelitian folklor. Yogyakarta: Media Pressindo.

Endraswara, S. (2011). Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: CAPS. Fananie, Z. (2001). Telaah sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Fraenkel, J. R. & Wellen, N. E. (2008). How to design and evaluate research in

education. New York: McGraw-Hill International Edition.

Hartoko, D. & Rahmanto, B. (1986). Pemandu dalam dunia sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Hutomo, S. S. (1991). Mutiara yang terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI-Komisariat Jawa Timur.

Kamil, A. (2012). Struktur dan nilai budaya dalam cerita rakyat sakai di

Kabupaten Siak. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan


(4)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. (1977). Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rhineka Cipta. Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta. Nasution. (2010). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito. Noor, J.T. (2011). Mencari jejak sangkala. Jambi: Jambi Heritage.

Noor, R.M. (2011). Pendidikan karakter berbasis sastra. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurgiyantoro, B. (2012). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Permasih. (2012). Pengembangan silabus. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIK AN/194601291981012-PERMASIH/Pengembangan_handout.pdf Diakses 18 Juni 2014.

Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Rafiek, M. (2012). Teori sastra. Bandung: Refika Aditama.

Rahmanto, B. (1993). Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ranjabar, J. (2006). Sistem sosial budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ratna, N. K. (2010). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra dari

strukturalisme hingga postrukturalisme: Perspektif Wacana Naratif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, N. K. (2011). Antropologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 216


(5)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rozak, A. (2011). “Pendidikan berbasis sastra (telaah ketokohan dalam laskar

pelangi)”, dalam pendidikan sastra & karakter bangsa. Bandung: Jurdiksastrasia FPBS UPI.

Rusyana, Y. (1982). Metode pengajaran sastra. Bandung: CV Gunung Larang. Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan. Bandung:

Diponegoro.

Sesilia, S. (2012). Struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat dayak

kanayatn. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Sibarani, R. (2012). Kearifan lokal: hakikat, peran, dan metode tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Siswanto, W. (2008). Pengantar teori sastra. Jakarta: Grasindo.

Siswantoro. (2010). Metode penelitian sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Spradley, J. P. & Amirudin (Penyunting), (1997), Metode etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Stanton, R. Sugihastuti & Irsyad, A.A. (Penyunting), (2007), Teori fiksi Robert

Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugono, D. (2003). Buku praktis bahasa indonesia I. Jakarta: Pusat Bahasa. Sulaeman, M. (2010). Ilmu budaya dasar: Suatu Pengantar. Bandung: Refika

Aditama.

Suwondo, T. (2003). Studi sastra: beberapa alternatif. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Syamsudin. (2006). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Taum, Y. Y. (2011). Studi sastra lisan: sejarah, teori, metode dan pendekatan


(6)

Liza Septa Wilyanti, 2014

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Teeuw, A. (1984). Membaca dan menilai sastra. Jakarta : Gramedia.

Teeuw, A. (1994). Indonesia antara kelisanan dan keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. (2013). Sastra dan ilmu sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Waluyo, H. J. (1990). Apresiasi prosa dan drama. Surakarta: UNS Press.

Wiyatmi. (2009). Pengantar kajian sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Website official provinsi jambi. (2012). [Online]. Tersedia di:

www.jambiprov.go.id Diakses 16 Juni 2014.

Zaimar, O. K. S. (2008). Semiotik dan penerapannya dalam karya sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

KAJIAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI SOSIOLOGIS LEGENDA TANJUNG LESUNG DI PANDEGLANG DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

29 720 103

KAJIAN BANDINGAN STRUKTUR DAN NILAI-NILAI BUDAYA NOVEL TOTTO-CHAN GADIS CILIK DI JENDELA KARYA TETSUKO KUROYANAGI DAN GURU FAVORIT XENIA KARYA ARINI HIDAJATI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA/MA.

3 52 22

KAJIAN NILAI-NILAI SOSIOLOGIS NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A.FUADI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA.

0 7 73

KAJIAN SOSIOLOGIS DAN NILAI KARAKTER DALAM NOVEL MENGENAI KORUPSI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA.

1 16 82

NILAI BUDAYA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER CERITA RAKYAT DI PULAU BANGKA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR APERSIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

2 28 69

this PDF file KAJIAN ARKEPTIPAL DAN NILAI KEARIFAN LOKAL LEGENDA DI KOTA PURWOREJO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH KAJIAN PROSA | Setyorini | Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra 1 PB

0 1 13

View of KAJIAN KODE BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2013 SEBAGAI PEMILIHAN BAHAN AJAR PROSA FIKSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNPAS BANDUNG

0 0 9

View of KAJIAN ARKEPTIPAL DAN NILAI KEARIFAN LOKAL LEGENDA DI KOTA PURWOREJO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH KAJIAN PROSA

0 0 9

Makalah Bahan Ajar Prosa Fiksi PLPG SMP

0 2 32

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN - Kajian Unsur Intrinsik dan Nilai Budaya pada Legenda Sang Kuriang Kesiangan Sebagai Alternatif Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII) - repo unpas

0 0 31