EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 3 BANDUNG.

(1)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kenyamanan termal pada bangunan sekolah adalah salah satu faktor penting dalam perancangan sebuah ruang khususnya di ruang kelas. Kenyamanan termal pada ruang kelas dapat menunjang proses belajar mengajar dan meningkatkan efektifitas belajar mengajar bagi peserta didik di dalam kelas. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah yang berlokasi di Jalan Dewi Sartika, yang letaknya berada di tengah pusat keramaian kota dan lokasi tersebut berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. Sekolah tersebut memiliki beberapa blok bangunan dengan arah orientasi bangunan terhadap matahari yang berbeda, kondisi tersebut berpengaruh terhadap desain ruang kelas dan kondisi kenyamanan termal yang mendukung pada proses belajar mengajar. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kenyamanan termal ruang kelas SMP Negeri 3 Bandung pada proses belajar mengajar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun dan memaparkan data tentang kondisi eksisting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi data penelitian yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan penyebaran angket kepada siswa. Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil pengukuran dilapangan dan data hasil penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa akibat kondisi kenyamanan termal di dalam kelas. Setelah data terkumpul kemudian data hasil pengukuran dan data hasil penyebaran angket tersebut di analisis, yang selanjutnya dibandingkan dengan standar dan kriteria yang ada. Kemudian setelah itu, hasil dari analisis tersebut di evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kenyamanan termal berpengaruh pada proses belajar mengajar sehingga dapat di tarik kesimpulannya dan dibuatkan rekomendasi desain atau saran dari hasil penelitian tersebut.

Hasil pengukuran ruang kelas di SMPN 3 Bandung pada bulan Desember 2013 menunjukan bahwa ruang kelas VIII-4 dan ruang kelas VIII-7 pada pukul 07.00-09.00 kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori nyaman optimal. Pada pukul 09.00-11.00 kondisi kenyamanan termal masuk pada kategori hangat nyaman kecuali ruang kelas VIII-4 yang kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori tidak nyaman. Pada pukul 11.00-13.00 ruang kelas VIII-7 masuk pada kategori hangat nyaman namun pada ruang kelas VIII-4 masuk pada kategori tidak nyaman. Dan setelah memasuki pukul 13.00-15.00 kondisi kenyamanan termal seluruh ruang kelas berubah kembali menjadi pada kategori hangat nyaman. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ruang kelas VIII-4 merupakan ruang kelas yang belum memenuhi standar kenyamanan termal sedangkan ruang kelas VIII-7 merupakan ruang kelas yang sudah memenuhi standar kenyamanan termal. Pada hasil analisis angket yang telah diujikan diperoleh data sebagai berikut; pada ruang kelas VIII-4 diperoleh hasil yaitu 11.1% peserta didik merasa sangat terganggu, 44.4% peserta didik yang merasa terganggu dan 44.4% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Sedangkan pada kelas VIII-7 diperoleh data 0% peserta didik merasa sangat terganggu, 26.8% peserta didik yang merasa terganggu dan 74.2% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Diketahui bahwa pada kelas yang kondisi kenyamanan termalnya sudah cukup baik maka presentase peserta didik yang merasa terganggu akan lebih rendah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kenyamanan termal ruang kelas berpengaruh pada proses belajar mengajar.


(2)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

ABSTRACT

Thermal comfort in the building of the school is one of the important factors in the design of a room, especially in the classroom. Thermal comfort in the classroom supports a learning process and improves the effectiveness of teaching and learning for students in the classroom. SMP Negeri 3 Bandung is one school located in Jalan Dewi Sartika, that is located in the center of the city and the location directly adjacent to residential areas. The school has some building blocks in the direction of orientation of the building to a different sunshine, this condition affects the classroom design and thermal comfort conditions that support the teaching and learning process. The purpose of this study is to evaluate the thermal comfort of the classroom SMP Negeri 3 Bandung in the learning process.

This study used a descriptive quantitative approach and evaluative methods. Descriptive method was used in the initial study to collect and present data on existing conditions. Evaluative method was used to evaluate the research data obtained from the field measurements and questionnaires. The data were in the form of numerical results of field measurements and questionnaires on students' learning behavior. After the data were collected, then, the measured data and the data from the questionnaires were analyzed. Then, the results were compared with existing standards and criteria. After that, the results were evaluated whether the extent of thermal comfort affects the learning process. So that, this study can make the conclusions and the recommendations for further researches.

The results of measurements in classrooms SMP Negeri 3 Bandung in December 2013 showed that classroom VIII-4 and classrooms VIII-7 7:00 to 9:00, its thermal comfort condition is in at a comfortable optimal category. At 09:00 to 11:00, the thermal comfort condition is in at a comfortable warm category, except the classroom VIII-4, the thermal comfort condition enters in the category uncomfortable. At 11:00 to 13:00, classrooms VIII-7 enters in the category of warm comfortable, but in the classroom VIII-4 enters the uncomfortable category. At 13:00 to 15:00 pm, all of classes return to the warm cozy category. From these data, it can be concluded that the VIII-4 classroom is a classroom which is not included the standard of thermal comfort, while VIII-7 classroom is a classroom which already meets the standards of thermal comfort. In the analysis of the results of a questionnaires that had been tested were obtained the following data; the classroom VIII-4 obtained the results that 11.1% of students felt very disturbed, 44.4% of learners who feel disturbed and 44.4% stated that they were not interfered with the thermal comfort conditions in the classroom. Meanwhile, in class VIII-7, the data showed 0% of students felt very disturbed, 26.8% of learners who felt disturbed and 74.2% were not interfered with the thermal comfort conditions in the classroom. If the thermal comfort conditions classes are good, the percentage of students who feel disturbed are low. This study concludes that the thermal comfort of the classroom affects the learning process.


(3)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun dan memaparkan data tentang kondisi eksisting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi data penelitian yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan penyebaran angket kepada siswa.

Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil pengamatan di lapangan secara langsung dan penyebaran angket kepada siswa mengenai perilaku belajar akibat kenyamanan termal. Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil pengukuran dilapangan dan data hasil penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa akibat kondisi kenyamanan termal di dalam kelas. Setelah data terkumpul kemudian data hasil pengukuran dan data hasil penyebaran angket tersebut di analisis, yang selanjutnya dibandingkan dengan standar dan kriteria yang ada. Kemudian setelah itu, hasil dari analisis tersebut dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana kenyamanan termal berpengaruh pada proses belajar mengajar sehingga dapat di tarik kesimpulannya dan dibuatkan rekomendasi desain atau saran dari hasil penelitian tersebut.

3.2 VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN 3.2.1 VARIABEL PENELITIAN

Menurut Sugiono (2013) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Variabel merupakan sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(4)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Gambar 3.1 Diagram paradigma penelitian Sumber: Dokumentasi penelitian

Variabel pada penelitian ini terdiri dari 2 (tiga) variabel yaitu:

1. Variabel X adalah kondisi lingkungan SMPN 3 Bandung dan kondisi kenyamanan termal yang meliputi suhu, kelembapan dan pergerakan angin. Mengamati kondisi lingkungan sekitar dan mengukur dimensi bukaan dan kondisi eksisting ruang kelas.

2. Variabel Y adalah perilaku belajar siswa terhadap kondisi kelas saat Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung di dalam kelas.

3.2.2 PARADIGMA PENELITIAN

3.3 DATA DAN SUMBER DATA 3.3.1 DATA

1. Data terbagi atas data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang diperoleh dari sumber hasil penelitian dan pengamatan dilapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang relevan dengan permasalahan penelitian yang dapat berupa kajian teoritis. Berdasarkan pemaparan di atas maka data penelitian adalah sebagai berikut:

Tinjauan dan penelitian di lapangan

Analisis data

Data proses belajar mengajar Data tingkat kenyamanan termal

ruang kelas

Hasil penelitian mengenai evaluasi pemenuhan standar kenyamanan termal ruang kelas pada proses belajar mengajar

Kesimpulan Data standar

kenyamanan termal Evaluasi

Rekomendasi Desain

Kriteria Proses Belajar Mengajar


(5)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Data primer didapatkan dari pengamatan dan pengukuran langsung di SMPN 3 Bandung dan data hasil angket perilaku siwa tentang kenyamanan termal ruang kelas.

3. Data sekunder didapatkan dari kajian teori yang relevan.

3.3.2 SUMBER DATA

Adapun sumber data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Data hasil observasi pengukuran tingkat kenyamanan termal menggunakan dua alat yaitu Humiditymeter dan Anemometer di SMPN 3 Bandung.

2. Data eksisting dari dokumentasi pribadi berupa foto mengenai orintasi kelas dan bangunan, dan bukaan jendela disetiap kelas.

3. Menggunakan data kajian teori yang relevan seperti menyebarkan angket di dalam kelas tentang bagaimana persepsi atau tanggapan siswa dan guru tentang kenyamanan termal saat proses belajar mengajar.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL 3.4.1 POPULASI

Populasi yang diteliti adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung, dimana ruangan kelas merupakan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar sehingga perlu diperhatikan kenyamanan termal dari pengguna ruangan tersebut seperti guru dan yang terutama bagi peserta didik.

3.4.2 SAMPEL

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak dua kelas yang dapat mewakili setiap blok bangunan dengan pertimbangan lokasi sesuai arah orientasi matahari, mata angin, bukaan ventilasi yang berbeda-beda di setiap kelasnya. Ruang kelas sampel yang diteliti yaitu ruang kelas dan beserta seluruh peserta didik sebagai pengguna ruang kelas tersebut. Yang dijadikan kelas sampel adalah kelas VIII-4 yang mewakili kelas dari blok A dan kelas VIII-7 mewakili kelas dari blok B. Masing-masing kelas tersebut mewakili kriteria yang akan di


(6)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

teliti kriteria yaitu kelas VIII-4 yang memiliki orientasi timur-barat dan kelas VIII-7 yang memiliki arah orientasi utara-selatan.

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membuktikan suatu penelitian. Data yang digunakan adalah data yang berupa data observasi tentang studi kenyamanan termal di sekolah khususnya di ruang kelas. Menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran umum kenyamanan termal ruang kelas, dan perilaku belajar siswa di dalam kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan sebagai bukti dari objek yang diteliti. Dokumentasi berbentuk gambar dan kondisi eksisting dari keadaan SMPN 3 Bandung.

2. Pengukuran

Teknik pengumpulan data mengenai kenyamanan termal diukur dengan menggunakan alat Humiditymeter dan Anemometer, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruang kelas saat proses belajar mengajar.

Gambar 3.2Humidity meter digital (kanan) dan Anemometer (kiri) Sumber: google image diakses November tanggal 22 jam 13.15

Ruang kelas SMPN 3 Bandung yang diambil sampel untuk diteliti dapat mewakili setiap blok bangunan. Pengukuran dilakukan sebanyak empat kali


(7)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu pada pukul 07.00-09.00, 09.00-11.00, 11.00-13.00 dan 13.00-15.00. Kemudian dalam satu kelas ditentukan sembilan titik pengukuran sehingga dapat terlihat didaerah yang mana yang kondisi kenyamanan termalnya kurang. Tahap selanjutnya penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa pada proses belajar mengajar akibat kenyamanan termal di ruang kelas yang dijadikan acuan dalam menganalisis dan mengevaluasi kenyamanan termal ruang kelas dan perilaku belajar siswa terkait kenyamanan termal pada proses belajar mengajar di SMPN 3 Bandung.

3. Kuisioner Atau Angket

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini kuisioner ditujukan unuk mengetahui perilaku siswa terkait kenyamanan termal ruang kelas saat proses belajar mengajar. Skala yang digunakan adalah Skla Likert. Kuisioner ini diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:

Sangat Setuju = 4

Setuju = 3

Tidak Setuju = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

Jawaban tiap responden dibuat dalam bentuk presentase dengan cara skor yang dapat dibagi dengan nilai maksimal seluruh penyataan kemudian dikali 100%. Langkah selanjutnya adalah mengkategorikan nilai presentase dengan skor maksimum 4, dengan klasifikasi sebagai berikut:

 Nilai > 60 menandakan ketegori “Sangat terganggu”

 50 ≤ Nilai ≥ 50menandakan kategori “terganggu”

 Nilai < 40 menandakan kategori “Tidak terganggu”

Presentase = Skor yang didapat X 100% Nilai Maksimum


(8)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

3.6. UJI INSTRUMEN PENELITIAN

Sebelum angket disebar kepada responden dilakukan uji coba angket terlebih dahulu. Angket disebarkan kepada beberapa responden yang merupakan responden yang sebenarnya. Ini dimaksudkan untuk menguji validitas dan reabilitas angket yang akan digunakan untuk penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas Instrumen digunakan pada instrument angket. Pengujian validitas pada angket ini menggunakan bantuan Software Anates V4. Berikut adalah hasil uji validitas terhadap instrument angket yang akan digunakan untuk mengukur proses belajar mengajar didalam kelas.

Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Angket Sumber: Data penelitian

No Item Pertanyaan Koefisien Korelasi rhitung Keputusan

1 0.110 TIDAK VALID

2 0.245 TIDAK VALID

3 0.430 VALID

4 0.430 VALID

5 0.298 TIDAK VALID

6 0.457 VALID

7 0.558 VALID

8 0.451 VALID

9 0.463 VALID

10 0.321 VALID

11 0.322 VALID

12 0.335 VALID

13 0.327 VALID

14 464 VALID

15 0.499 VALID

16 650 VALID

17 0.425 VALID

18 362 VALID

19 0.175 TIDAK VALID

20 0.370 VALID

Dari hasil analisis diatas, didapat bahwa dari 20 butir pernyataan yang diujikan, 4 item tidak valid yaitu 1, 2, 5, 19. Maka soal tersebut dihilangkan dari angket yang akan di sebarkan saat penelitian adalah pernyataan no 1, 2. 5, 19 dikarenakan pernyataan tersebut kurang memenuhi skor uji validitas.


(9)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai maksimun untuk skor dari pernyataan di atas adalah 4, maka skor total untuk pernyataan tersebut ialah 64. Hasil dari skor tersebut diolah terlebih dahulu sehingga diketahui presentase dari hasil penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa terhadap kondisi kenyamanan termal ruang kelas.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument juga digunakan pada instrument angket. Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji ketepatan dan keajegan alat dalam mengukur proses belajar mengajar siswa. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software Anates V4. Dari data hasil

analisis didapat bahwa Cronhbach’s Alpha sebesar 0.69 pada kategori

tinggi karena 0,6 < r11 < 1,00.

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA

Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Tugas dalam mendeskripsikan data terdiri dari mengumpulkan data mentah, memindahkan dan memasukan data, pengolahan data, menyamakan dengan standar yang ada, merumuskan hasil temuan, menginterpretasi data, serta melengkapi data akhir yang merupakan tahap pembahasan dari semua unsur pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi dokumentasi, serta pengukuran yang menggunakan alat meteran, Humidity meter digital, dan anemometer. Hasil pengukuran diolah terlebih dahulu lalu dianalisis setelah itu dibandingkan dengan standar kenyamanan termal sesuai SK SNI No 03-6572-2001. Selain itu dari hasil penyebaran angket tentang perilaku belajar siswa terhadap kenyamanan termal ruang kelas, data hasil angket tersebut diolah lalu dianalisis dan evaluasi serta dibandingkan dengan kategori yang ada. Setelah proses itu selesai maka data hasil pengukuran di lapangan dibandingkan dengan data hasil pengolahan dari angket lalu dibuatkan kesimpulannya serta di tambahkan rekomendasi atau solusi dari hasil penelitian.


(10)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI DATA

Penelitian evaluasi kenyamanan termal dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung yang berlokasi di 7Jalan Raden Dewi Sartika Nomor 96 Kota Bandung. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1 Situasi lokasi SMPN 3 Bandung Sumber: Earth.google.co.id


(11)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan Gambar:

a. Utara : Gang Kecamatan b. Selatan : Pertokoan c. Timur : SMPN 10 Bandung d. Barat : Gang Muncang

a.

d.

c.

b.

U

U

Gambar 4.3 Batas lokasi SMPN 3 Bandung Sumber: Dokumentasi Penelitian

Gambar 4.2 Lokasi penelitian di SMPN 3 Bandung Sumber: earth.google.co.id


(12)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Lokasi SMPN 3 Bandung terletak di pusat kota yang dekat dengan pusat keramaian yang cukup padat seperti terminal, pusat perbelanjaan yang berada di sekitar alun-alun masjid Bandung. Kondisi sekitar lokasi cukup ramai dan padat penduduk, untuk mencapai lokasi tersebut jalur kendaraan harus memutar arah menuju jalan Ibu Inggit Garnasih dan belok di jalan gang H.Sarbini karena jalur kendaraannya hanya satu jalur. Berikut ini adalah batas-batas lokasi sekolah:

 Sebelah utara : pemukiman penduduk, terminal, mall ITC, pasar  Sebelah selatan : pemukiman penduduk, pertokoaan

 Sebelah timur : SMPN 10 Bandung, jalan Raden Dewi Sartika

 Sebelah barat : pemukiman penduduk

Kelas yang digunakan untuk sampel penelitian adalah sebanyak dua ruang kelas, setiap ruang kelasnya dapat mewakili kondisi kenyamanan termal seluruh ruang kelas di gedung sekolah SMPN 3 Bandung. Setiap sampel ruang kelas dipilih dari masing-masing blok gedung sekolah, ruang kelas tersebut adalah kelas VIII-4 pada blok A, ruang kelas VIII-7 pada blok B.

Ja

lan

D

e

wi

Sar

ti

ka

Gg.Kacamatan

Gambar 4.4 Siteplan SMPN 3 Bandung Sumber: Dokumentasi Penelitian

KELAS VIII-4 KELAS VIII-7


(13)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Pengukuran dilakukan dua kali yang dimulai pada tanggal 14 Desember 2013 dan tanggal 30 Desember 2013 dengan kelas sampel yang mengalami perubahan. Untuk penyebaran angket dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2014. Proses penelitian dilakukan sesuai dengan jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berlangsung dari pukul 07.00 – 14.00.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruang kelas yang diukur dengan menggunakan alat yaitu Humidity meter untuk mengetahui suhu dan kelembapan udara dan juga Anemometer untuk mengetahui kecepatan angin. Selain itu aspek yang diobservasi yaitu: luas ruang kelas, layout ruang kelas dan jendela atau ventilasi udara. Sedangkan perilaku belajar siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas diukur dengan menggunakan angket yang di uji validitas dan realiabilitasnya guna mengetahui seberapa jauh kondisi termal berpengaruh pada Proses Belajar Mengajar (PBM). Angket tersebut di sebarkan kepada peserta didik pada setiap kelas yang sudah ditentukan sebelumnya.

BLOK B

BLOK A

Gambar 4.5 Pemetaan blok sampel Sumber: earth.google.co.id


(14)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

4.2 HASIL PENGUKURAN DAN PERILAKU KENYAMANAN TERMAL 4.2.1 HASIL PENGUKURAN KENYAMANAN TERMAL

Setelah data berhasil dikumpulkan dan diolah seluruhnya, maka tahap selanjutnya adalah tahap mengolah data. Pada tahap mengolah data ini, peneliti menganalisa kenyamanan termal ruang kelas yang dijadikan sampel penelitian. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah kenyamanan termal memperkuat atau memperlemah proses belajar mengajar.

Kelas yang akan diteliti dan diukur tingkat kenyamanan termalnya adalah ruang kelas VIII-4 pada blok A, dan ruang kelas VIII-7 pada blok B. Kelas yang telah dipilih tersebut masing-masing mewakili blok pada bagian bangunan gedung sekolah. Posisi ruang kelas sampel tersebut berada pada lantai dua komplek gedung sekolah SMPN 3 Bandung. Untuk kelas VIII-4 pada blok A berada di posisi paling timur dan paling luar dari bangunan yang berdekatan dan bersebelahan dengan jalan raden dewi sartikan, sedangkan kelas VIII-7 pada blok A berada pada posisi arah utara.

1. GAMBARAN UMUM KONDISI KELAS VIII-4 (BLOK A)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ruang kelas VIII-4 berada di blok A lantai dua yang menghadap langsung kearah barat – timur. Kelas ini berada pada bagian paling depan dari bangunan sekolah yang dekat dengan jalan raya dan berada di samping parkiran. Terdapat bukaan jendela bagian samping

ruang kelas seperti kelas pada

umumnya.

Gambar 4.6 Lokasi kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi pribadi


(15)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Posisi kelas VIII-4 yang mengarah ke timur-barat yang menyebabkan kelas ini mendapat sinar matahari yang cukup intensif sepanjang hari, didukung dengan kondisi kelas yang memiliki bukanan yang cukup banyak dengan material kaca. Dengan kondisi seperti ini sinar matahari yang masuk kedalam kelas cukup untuk menerangi kelas sepanjang hari. Namun kondisinya ini berbanding terbalik dengan kondisi kenyamanan termal ruang kelas saat menjelang siang hari.

Kondisi kelas VIII-4 dapat dilihat pada gambar 4.7, karena posisi ruang kelasnya yang sepanjang hari mendapat sinar matahari yang intensif, kelas tersebut menggunakan gordeng sebagai peredam panas matahari yang masuk ke dalam kelas. Luas ruangan kelas VIII-4 adalah 64.8 m2, dengan panjang 9 m2 dan lebar 7.2 m2 serta tinggi ruangan 3.4 m2. Sedangkan luas bukaannya adalah 12.7

Gambar 4.7 Kondisi kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.8 Ventilasi kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian


(16)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

m2 (18.56% dari luas ruang).

Gambar 4.8 Bukaan ventilasii kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.10 Potongan kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian

Gambar 4.9 Denah kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian


(17)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu peneliti membagi ruangan kelas menjadi sembilan titik pengukuran. Setiap titik di ukur selama 1 menit dengan alat ukur yang berbeda sesuai yang akan diteliti, hasil pengukuran tersebut dicatat dan kemudian dihitung rata-ratanya. Pengukuran di lakukan empat kali berturut-turut yang di mulai pada pukul 07.00 – 09.00, dan dilanjutkan pada pukul 09.00 – 11.00, dan diteruskan pada pukul 11.00 – 13.00 dan terakhir pada pukul 13.00 – 15.00, pengukuran ini disesuaikan dengan jam efektif belajar mengajar yaitu dari jam 07.00 – 14.00. Ada tiga aspek yang di ukur yaitu suhu, kelembapan dan kecepatan angin.

Tabel 4.1 Datapengukuran suhu ruangan di ruang kelas VIII-4 Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1

SU

H

U UD

ARA

1 27.4 28.6 28.1 29.8 28.5

2 27.6 28.7 28.7 30.0 28.8

3 27.5 28.6 28.8 30.2 28.8

4 27.5 28.7 28.8 29.7 28.7

5 28.1 28.5 28.6 29.9 28.8

6 27.5 28.3 28.3 29.7 28.5

7 27.7 28.3 28.7 29.5 28.6

8 28.4 28.8 28.6 29.6 28.9

9 28.4 28.1 28.4 29.4 28.6

Untuk lebih jelasnya kondisi suhu di ruang kelas VIII-4 akan disajikan dalam bentuk kurva agar bisa diketahui perbedaan kenaikan suhu tiap jamnya.


(18)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di dalam kelas yang dilakukan setiap jamnya, sehingga di peroleh hasil rata-rata suhu ruang kelas VIII-4 ialah 28.7oC, maka rata-rata kondisi suhu di ruang kelas ini pada katogori tidak nyaman karena suhu udara yang tiggi diatas batas standar sesuai SK SNI 03-6572-2001. Setelah data perubahan suhu ruang kelas VIII-4 diperoleh, langkah selanjutnya adalah tahap analisis data tersebut. Berikut ini adalah hasil analisis data perubahan suhu pada ruang kelas tersebut.

Tabel 4.2 Hasil analisis data kenaikan suhu kelas VIII-4 Sumber : Data penelitian

Denah tingkat kenaikan suhu kelas Keadaan Kelas 07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00; 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Pada pukul 07.00 – 09.00 kondisi suhu udara di kelas VIII-4 sudah cukup

hangat dengan rata-rata suhunya

27.8oC, semakin bertambahnya jam suhu udara di dalam kelas semakin bertambah dan memasuki katagori sangat tidak nyaman dengan suhu tertinggi pada pukul 13.00 – 15.00 dengan rata-rata yaitu 29.8oC. Gambar disamping menjelaskan bahwa suhu didalam kelas menunjukan hasil yang

27.4 27.6 27.5 27.5 28.1 27.5 27.7

28.4 28.4 28.6 28.7 28.6 28.7 28.5

28.3 28.3 28.8 28.1 28.1 28.7

28.8 28.8 28.6

28.3 28.7 28.6 28.4 29.8 30.0 30.2 29.7 29.9 29.7 29.5 29.6 29.4

27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1

25 26 27 28 29 30 31

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KURVA SUHU UDARA DI KELAS VIII-4

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 20 C -27.1 C

Gambar 4.11 Kurva perubahan suhu udara pada ruang kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian


(19)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

76.4 73.4 73.5 74.0 74.0 75.1 75.3 74.9 75.7 69.8 68.9 68.4 68.1 70.9 68.8 70.2 75.1 69.5 68.4 67.8 67.9 69.0 68.5 69.5 68.2 69.1 68.9 64.5 60 63.4 60 63.2 60 63.9 60 63.5 60 63.7 60 64.3 60 64.5 60 64.0 60

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KURVA KELEMBAPAN UDARA KELAS VIII-4

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 40%-60%

tidak memenuhi standar kenyamanan suhu untuk ruang kelas.

Kesimpulan

Dari data yang telah dianalisis diatas, kesimpulannya adalah bahwa suhu udara di dalam kelas VIII-4 kurang memenuhi standar SK SNI 03-6572-2001, baik pada saat pagi hari dari pukul 07.00 – 11.00 mapun pada saat siang hari saat memasuki jam 13.00 – 15.00 yang melebihi ambang batas kenyamanan termal suhu ruang kelas. Ini disebabkan karena posisi kelas yang bukaannya menghadap ke arah timur – barat dimana bukaan pada jendelanya cukup besar sehingga radiasi matahari dapat masuk sepanjang hari kedalam kelas. Dampaknya ruang kelas VIII-4 menjadi sangat panas dengan kategori tidak nyaman.

Tabel 4.3 Datapengukuran kelembapan udara di ruang kelas VIII-4

Sumber : Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-08.00 09.00-10.00 11.00-12.00 13.00-14.00

1 KEL E M BA P AN UD ARA

1 76.4 69.8 68.4 64.5 69.8

2 73.4 68.9 67.8 63.4 68.4

3 73.5 68.4 67.9 63.2 68.3

4 74.0 68.1 69.0 63.9 68.8

5 74.0 70.9 68.5 63.5 69.2

Tidak nyaman > 27.1

o

C

Hangat nyaman 25.8 oC – 27.1

o

C

Nyaman optimal 22.8oC – 25.8

o


(20)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

6 75.1 68.8 69.5 63.7 69.3

7 75.3 70.2 68.2 64.3 69.5

8 74.9 75.1 69.1 64.5 70.9

9 75.7 69.5 68.9 64.0 69.5


(21)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 07.00 – 09.00;

Pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 kelembapan udara masih cukup tinggi dengan rata-rata 74.7 %. Pada gambar menjelaskan tingkat kelembapan udara di kelas VIII-4 ini masuk kategori kelembapan tinggi, yaitu di atas standar kelembapan udara SK SNI 03-6572-2001 untuk ruang kelas.

09.00 – 11.00; 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Menjelang siang hari kelembapan udara di dalam kelas menurun berkaitan dengan peningkatan suhu ruangan yang mulai naik. Kondisi ini memberikan kenyamanan udara di awal jam 09.00, namun semakin siang udara di dalam kelas mulai kurang nyaman karena kelembapannya menurun.

Kesimpulan

Kelembapan tinggi > 70 %

Kelembapan sedang ± < 70 % - 30 %


(22)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

0.1 0.1

0.0

1.0

0.0

0.1 0.1

0.2 0.1 0.1 1.0 0.0 0.2 0.0 0.1 0.2

0.1 0.1 1.0

0.0

1.0

0.1

0.0 0.0

0.1

0.0

0.1 0.1 0.1 0.1

0.0

1.0 1.0 1.0

0.0

0.2 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9

K U R VA K E C E PATA N A N G I N K E L A S V I I I - 4 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 0.15 m/s - 0.25 m/s

Tabel 4.5 Datapengukuran kecepatan angin di ruang kelas VIII-4 Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1 KECE P ATA N AN GIN

1 0.1 0.1 1.0 0.1 0.3

2 0.1 1.0 0.0 0.1 0.3

3 0.0 0.0 1.0 0.1 0.3

4 1.0 0.2 0.1 0.0 0.3

5 0.0 0.0 0.0 1.0 0.3

6 0.1 0.1 0.0 1.0 0.3

7 0.1 0.2 0.1 1.0 0.4

8 0.2 0.1 0.0 0.0 0.1

9 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1

Kesimpulannya adalah kelembapan udara di kelas VIII-4 mencapai katagori nyaman yaitu pada pukul 07.00 – 09.00 yang mencapai rata-rata yang masih pada katagori nyaman. Namun seiring meningkatnya suhu udara di dalam runag kelas maka terjadi penurunan pada kelembapan udara di ruang kelas tersebut yakni pada pukul 09.00 – 15.00 mencapai penurunan kelembapan udara dengan rata-rata per jamnya 67.5%.

Gambar 4.13 Kurva kecepatan angin pada ruang kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi penelitian

Tabel 4.4 Hasil analisis data kelembapan udara kelas VIII-4


(23)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.6 Analisis kecepatan angin di ruang kelas VIII-4

Sumber: Data penelitian

Denah tingkat kecepatan angin Keadaan Kelas 07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00; 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00;

Kecepatan angin pada ruang kelas VIII-4 masih dalam katagori nyaman (angin terasa) dengan rata-rata 0.3

m/s. pada gambar menjelaskan

bahwa kecepatan angin di dalam kelas masih sesuai standar kecepatan angin yang aman.

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kecepatan angin di ruang kelas VIII-4 masih dalam katagori aman dengan status nyaman (angin tidak terasa), kecepatan angin ini berpengaruh pada kenyamanan termal saat punyak suhu tertinggi pada jam tertentu. Angin yang berhembus akan menetralisir dengan mengalirkan udara melalui ventilasi.

Tidak menyenangkan > 1.5 m/s

Nyaman (angin terasa) 0.25 m/s – 0.5 m/s

Nyaman (tidak terasa) < 0.25 m/s

Tidak nyaman 1.0 m/s – 1.5 m/s


(24)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tubuh manusia masih bisa beradaptasi sedikit di luar batas-batas yang telah ditentukan setelah melalui proses yang lambat dan waktu yang panjang. Grafik psikometri menunjukan pengelompokan berdasarkan suhu dan kelembapan udara. Dari data yang diperoleh setelah dianalisis untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada grafik psikometri terkait suhu (DBT dalam oC) dan kelembapan udara (RH/relative humidity dalam %). AH adalah absolute humidity (dalam kg air/kg udara kering).

Dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran, kelas VIII-4 memiliki suhu yang cukup tinggi dari standar SK SNI 03-6572-2001 yang dipakai. Ada berbagai faktor yang menyebabkannya seperti posisi kelas yang menghadap timur-barat dan jumlah bukaan yang banyak serta posisinya yang berada paling depan bangunan. Selain itu kelembapan udara dipengaruhi oleh suhu udara yang ada di dalam kelas. Semakin tinggi suhunya maka semakin kecil kelembapannya

Gambar 4.14 Diagram Psikometrik kelas VIII-4 Sumber: Dokumentasi pribadi


(25)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(>oC<%<%). Begitu pula dengan kecepatan angin yang dipengaruhi dari cuaca/iklim lingkungan tersebut.

2. GAMBARAN UMUM KONDISI KELAS VIII-7 (BLOK B)

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ruang kelas VIII-7 berada di blok B lantai dua yang menghadap kearah selatan. Kelas ini berada dibagian samping kiri berbatasan dengan gang dan rumah warga dari bangunan sekolah.

Kondisi bukaan ventilasinya yang cukup baik dengan jendela bagian samping yang cukup untuk standar kelas pada umumnya memudahkan angin dari luar kelas seperti dari lapangan olahraga masuk dan mengalirkan udaranya di

dalam kelas. Gambar 4.15 Lokasi kelas VIII-7

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.16 Kondisi kelas VIII-7 Sumber : Dokumentasi pribadi


(26)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Luas ruangan kelas VIII-7 ini adalah 64.8 m2 dengan lebar ruangan 7.2 m2 dan panjang 9 m2 dengan tinggi 3.4 m2. Jumlah bukaan pada kelas ini ialah 12.7

m2 (18.56%

dari luas ruang).

Gambar 4.17 Potongan kelas VIII-7 Sumber: Dokumentasi penelitian


(27)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25.2 25.1 25.1 25.2 25.1 25.1 25.1 25.1 25.2 25.8

25.6 25.8 25.7 25.6 25.9 25.7 25.8

26 27.1

26.6 26.7 26.6 26.7

27

26.6 26.6

27 27.2

27 27.1

26.8 26.8

27.3

26.8 26.8

27.5 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1 27.1

23.5 24.0 24.5 25.0 25.5 26.0 26.5 27.0 27.5 28.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

DIAGRAM PERUBAHAN SUHU KELAS VIII-7

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 20 C -27.1 C

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu peneliti membagi ruangan kelas menjadi 9 titik. Setiap titik di ukur selama 1 menit dengan alat ukur yang berbeda sesuai yang akan diteliti, hasil pengukuran tersebut dicatat dan kemudian dihitung rata-ratanya. Pengukuran di lakukan empat kali berturut-turut yang di mulai pada pukul 07.00 – 09.00, dan dilanjutkan pada pukul 09.00 – 11.00, teruskan pada pukul 11.00 – 13.00 dan terakhir pada pukul 13.00 – 15.00, pengukuran ini disesuaikan dengan jam belajar mengajar yaitu dari jam 07.00 – 15.00. Ada tiga aspek yang di ukur yaitu suhu, kelembapan dan kecepatan angin.

Tabel 4.7 Pengukuran suhu ruangan di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1

SU

H

U UD

ARA

1 25.2 25.8 27.1 27.2 26.3

2 25.1 25.6 26.6 27 26.1

3 25.1 25.8 26.7 27.1 26.2

4 25.2 25.7 26.6 26.8 26.1

5 25.1 25.6 26.7 26.8 26.1

6 25.1 25.8 27 27.3 26.3

7 25.1 25.7 26.6 26.8 26.1

8 25.1 25.8 26.6 26.8 26.1

9 25.2 26 27 27.5 26.4

Untuk lebih jelasnya data hasil pengukuran suhu udara disajikan dalam bentuk kurva sebagai berikut:

Gambar 4.18 Denah kelas VIII-7 Sumber: Dokumentasi penelitian

Gambar 4.19 Diagram suhu udara pada ruang kelas VIII-7 Sumber: Dokumentasi penelitian


(28)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tabel 4.8 Pengukuran suhu ruangan di ruang kelas VIII-7

Sumber : Data penelitian

Denah tingkat kenaikan suhu kelas Keadaan Kelas 07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00;

Kondisi suhu udara pada ruang kelas VIII-7 pada pukul 07.00 – 09.00 masih pada katagori hangat nyaman dengan rata-rata 25.5 oC. Kondisi yang cukup nyaman untuk memulai pelajaran dipagi hari. Gambar di samping menunjukan kondisi suhu udara pada saat pagi menjelang siang hari di dalam kelas.

11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Pada saat memasuki siang pada pukul 11.00 – 15.00 suhu udara di dalam ruang kelas ada peningkatan namun tidak terlalu signifikan dan masih pada katagori hangat nyaman untuk ruang kelas. Gambar disamping menunjukan beberapa titik ruangan yang mengalami kenaikan suhu, namun ada beberapa yang memiliki suhu konstan.

Tidak nyaman > 27.1

o

C

Hangat nyaman 25.8 oC – 27.1

o

C

Nyaman optimal 22.8oC – 25.8

o


(29)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

74.3 74.9 74.9 74.9 74.9 74.9 75.1 74.5 74.5 68.5 67.9 69.0 68.1 72.9 69.4 70.7 68.6 71.1 68.7 70.1 68.4 72.0 68.4 73.6 68.6 70.5 68.4

63.0 62.9 63.0 64.1 64.1 63.2 64.5 64.0 63.8 60 60 60 60 60 60 60 60 60

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4 5 6 7 8 9

DIAGRAM KELEMBAPAN KELAS VIII-7

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 40%-60%

Kesimpulan

Dari data yang telah dianalisis diatas, kesimpulannya adalah bahwa suhu udara di dalam kelas VIII-7 cukup stabil dan masih nyaman untuk kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas. Suhu udara ini cukup konstan dan stabil dan tidak mengalami kenaikan suhu yang berlebihan. Dari mulai pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai siang hari antara pukul 15.00 hanya memiliki rata-rata 26.2 oC yang termasuk katagori hangat nyaman sesuai SNI 03-6572-2001.

Tabel 4.9 Pengukuran kelembapan udara di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

NO KET TITIK JAM

RATA-RATA 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00

1 KEL E M BA P AN UD A RA

1 74.3 68.5 67.9 63.0 68.4

2 74.9 69.0 68.1 62.9 68.7

3 74.9 72.9 69.4 63.0 70.1

4 74.9 70.7 68.6 64.1 69.6

5 74.9 71.1 68.7 64.1 69.7

6 74.9 70.1 68.4 63.2 69.2

7 75.1 72.0 68.4 64.5 70.0

8 74.5 73.6 68.6 64.0 70.2

9 74.5 70.5 68.4 63.8 69.3

Gambar 4.20 Diagram kelembapan kelas VIII-7 Sumber: Dokumentasi penelitian


(30)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tabel 4.10 Pengukuran kelembapan di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

Denah tingkat kelembapan udara Keadaan Kelas 07.00 – 09.00; 09.00 – 11.00.

Pada pukul 07.00 – 11.00

kelembapan udara pada ruang kelas VIII-7 cukup tinggi yakni >70% dengan rata-rata 72.9 %. Kondisi ini disebabkan karena suhu udara di dalam kelas masih stabil dan relatif

nyaman secara termal. Karena

semakin rendah suhu semakin tinggi kelembapan udaranya. Pada gambar disamping menunjukan bahwa pada sebagian besar titik tertentu memiliki kelembapan udara yang masih tinggi. 11.00 – 13.00; 13.00 – 15.00

Saat masuk pada siang hari

kelembapan udara menurun karena berbanding lurus dengan suhu ruang kelas. Namun penurunan kelembapan ini tidak terlalu signifikan dan cenderung konstan dan stabil. Karena kondisi ini kenyamanan termal pada ruang kelas VIII-7 menjadi stabil walaupun terjadi perubahan pada titik

tertentu namun tidak terlalu

signifikan.


(31)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.11 Pengukuran pergerakan angin di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kelembapan udara di kelas VIII-7 sangat stabil dan konstan, walaupun terjadi perubahan pada nilai kelembapan tapi tidak terlalu mencolok. Kondisi ini berbanding lurus dengan suhu udara di dalam kelas (< oC > %). Kelembapan udara pada kelas VIII-7 sudah sesuai standar SNI 03-6572-2001.

Kelembapan sedang ± < 70 % - 30 %


(32)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

0.8 0.8

0.9 0.9 0.9

0.8

0.5

0.9

0.8 0.8

0.9 0.9 0.9 0.9

0.8

1.0

0.9 0.9

0.5

0.7 0.7 0.7 0.7

0.6

0.7

0.6 0.6 0.6

0.8

0.5 0.5

0.6 0.6

0.5

0.6

0.5

0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9

DIAGRAM KEVCEPATAN ANGIN KELAS VIII-7

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 SNI 0.15 m/s - 0.25 m/s

Tabel 4.12 Pengukuran pergerakan angin di ruang kelas VIII-7

Sumber: Data penelitian

Denah tingkat kecepatan angin Keadaan Kelas 07.00 – 08.00; 09.00 – 10.00; 11.00 – 12.00; 13.00 – 14.00;

1 KECE P ATA N AN

GIN 3 0.9 0.9 0.7 0.5 0.8

4 0.9 0.9 0.7 0.5 0.8

5 0.9 0.9 0.7 0.6 0.8

6 0.8 0.8 0.6 0.6 0.7

7 0.5 1.0 0.7 0.5 0.7

8 0.9 0.9 0.6 0.6 0.8

9 0.8 0.9 0.6 0.5 0.7


(33)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kondisi kecepatan angin dari mulai pukul 07.00 – 14.00 di dalam ruangan kelas VIII-7 ini stabil dan cenderung konstan dengan rata-rata keseluruhan 0.7 m/s yang masuk katagori nyaman (angin terasa). Gambar disamping menunjukan bahwa kecepatan angin yang bergerak di dalam kelas stabil dan konstan dari pagi sampai sore hari.

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kecepatan angin di ruang kelas VIII-7 stabil dan konstan di mulai dari pagi hari sampai siang hari dengan rata-rata kecepatan anginnya 0.7 m/s. Kondisi ini berdampak pada kenyamanan termal di dalam kelas yang memiliki katagori nyaman untuk proses belajar mengajar sepanjang hari.

Tidak menyenangkan > 1.5 m/s

Nyaman (angin terasa) 0.25 m/s – 0.5 m/s Nyaman (tidak terasa) < 0.25 m/s


(34)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Tubuh manusia masih bisa beradaptasi sedikit di luar batas-batas yang telah ditentukan setelah melalui proses yang lambat dan waktu yang panjang. Grafik psikometri menunjukan pengelompokan berdasarkan suhu dan kelembapan udara. Dari data yang diperoleh setelah dianalisis untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada grafik psikometri terkait suhu (DBT dalam oC) dan kelembapan udara (RH/relative humidity dalam %). AH adalah absolute humidity (dalam kg

air/kg udara kering).

Dari analisis diatas, kondisi ruang kelas VIII-7 memiliki kenyamanan termal dengan katagori nyaman, dengan suhu udara yang stabil, kelembapan udara yang baik dan kecepatan udara yang konstan yang berdampak pada kondisi kelas yang nyaman sepanjang hari. Kondisi ini diakibatkan karena posisi atau letak kelas yang menghadap utara - selatan dengan bukaan ventilasi udara yang baik dan cukup sehingga sinar matahari dan angin berputar dan mengalir masuk dan keluar kelas.

Dari hasil pengolahan seluruh data di atas menunjukan bahwa pada ruang kelas VIII-4 kondisi kenyamanan termal pada saat proses belajar mengajar tidak terpenuhi. Terlihat dari hasil pengukuran kenyamanan termal yaitu (suhu, Gambar 4.22 Diagram Psikometrik kelas VIII-7


(35)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelembapan dan kecepatan angin) didapatkan hasil di atas standar SK SNI NO 03-6572-2001. Sedangkan pada kelas VIII-7 kenyamanan termal di dapat sepanjang hari dari mulai pukul 07.00-15.00, dan hasil pengukuran menunjukan kelas tersebut sudah sesuai dengan SK SNI NO 03-6572-2001 dan berada pada kategori hangat nyaman. Dari hasil analisis data yang telah diperoleh, bahwa kelas VIII-7 sesuai dengan standar SNI yang telah dianjurkan untuk kondisi kenyamanan termal ruang kelas, sedangkan kelas VIII-4 belum memenuhi standar kenyamanan termal untuk ruang kelas.

4.2.2 PERILAKU SISWA TERHADAP KENYAMANAN TERMAL

Berikut ini adalah hasil pengukuran proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas yang diperoleh dari hasil analisis data penyebaran angket mengenai perilaku belajar siswa akibat dari kenyamanan termal ruang kelas.

Table 4.13 Presentase skor responden siswa kelas VIII-.4

Sumbe r: Lampi

ran hasil penguj ian validit

as

KATAGORI JUMLAH SISWA PRESENTASE

SANGAT TERGANGGU 1 4%

TERGANGGU 16 59%

TIDAK TERGANGGU 10 37%

JUMLAH 27

Gambar 4.23 Penyebaran angket ruang kelas VIII-4 (kiri) dan kelas VIII-7 (kanan) Sumber: Dokumentasi penelitian


(36)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

SANGAT TERGANGGU

4%

TERGANGGU 59% TIDAK

TERGANGGU 37%

DIAGRAM PERILAKU BELAJAR SISWA KELAS VIII-4

SANGAT TERGANGGU TERGANGGU TIDAK TERGANGGU

16% 23% 61%

GRAFIK PERILAKU BELAJAR SISWA KELAS VIII-7

SANGAT TERGANGGU TERGANGGU TIDAK TERGANGGU

Gambar 4.24 Diagram perilaku belajar siswa kelas VIII-.4 Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk kelas VIII-7 data yang diperoleh sebagai berikut:

Table 4.14 Presentase skor responden siswa kelas VIII-.7 Sumber: Lampiran hasil pengujian validitas

Gambar 4.25 Diagram perilaku belajar siswa kelas VIII-.7 Sumber: Dokumentasi penelitian

Pada kelas VIII-1 jumlah responden yang merasa terganggu dengan kondisi termal ruang kelas mencapai 81%, sedangkan yang merasa sangat terganggu yakni 19% dan yang merasa tidak terganggu sebesar 0%. Pada kelas

KATAGORI JUMLAH SISWA PRESENTASE

SANGAT TERGANGGU 5 16%

TERGANGGU 7 23%

TIDAK TERGANGGU 19 61%


(37)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

VIII-4 presentase dari responden yang merasa terganggu yaitu 39%, dan yang merasa tidak terganggu 39%, dan yang merasa sangat terganggu 10%. Dapat disimpulkan bahwa responden dikelas VIII-4 hampir setengah respondennya merasa terganggu. Pada kelas VIII-7 jumlah responden yang merasa terganggu hanya 26% dan yang merasa tidak terganggu yaitu 74%, artinya bahwa kelas tersebut tidak memiliki masalah dengan kenyamanan termal didalam kelasnya.

Dari hasil analisis data pengukuran kenyamanan termal ruang kelas dan hasil analisis data perilaku belajar siswa akibat kenyamanan termal dapat diketahui bahwa pada hasil pengolahan data yang telah dipaparkan sebelumnya yang menujukan bahwa kondisi kenyamanan termal pada ruang kelas yang telah memenuhi standar akan berdampak langsung pada perilaku belajar siswa di dalam kelas tersebut. Sebaliknya pada kelas yang belum memenuhi standar kenyamanan termal hasil dari analisis perilaku belajar siswa saat proses belajar mengajar akan terganggu. Hasil ini telah menunjukan bahwa kondisi kenyamanan termal ruang kelas berpengaruh langsung pada proses belajar mengajar di dalam ruang kelas.


(38)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Dari penelitian dan pembahasan mengenai evaluasi kenyamanan termal dan perilaku belajar siswa di ruang kelas, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran ruang kelas di SMPN 3 Bandung pada bulan Desember 2013 menunjukan bahwa ruang kelas VIII-4 dan ruang kelas VIII-7 pada pukul 07.00-09.00 kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori nyaman optimal. Pada pukul 09.00-11.00 kondisi kenyamanan termal masuk pada kategori hangat nyaman kecuali ruang VIII-4 yang kondisi kenyamanan termalnya masuk pada kategori tidak nyaman. Pada pukul 11.00-13.00 kelas VIII-7 masuk pada kategori hangat nyaman namun pada ruang kelas 8.4 masuk pada kategori tidak nyaman. Dan setelah memasuki pukul 13.00-15.00 kondisi kenyamanan termal seluruh ruang kelas berubah kembali menjadi pada kategori hangat nyaman. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ruang kelas VIII-4 merupakan ruang kelas yang belum memenuhi standar kenyamanan termal sedangkan ruang kelas VIII-7 merupakan ruang kelas yang sudah memenuhi standar kenyamanan termal.

2. Pada hasil analisis angket yang telah diujikan diperoleh data sebagai berikut; pada ruang kelas VIII-4 diperoleh data yaitu 11.1% peserta didik merasa sangat terganggu, 44.4% peserta didik yang merasa terganggu dan 44.4% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Sedangkan pada kelas VIII-7 diperoleh data 0% peserta didik merasa sangat terganggu, 26.8% peserta didik yang merasa terganggu dan 74.2% menyatakan tidak terganggu dengan kondisi kenyamanan termal di ruang kelas tersebut. Diketahui bahwa pada kelas yang kondisi kenyamanan termalnya sudah cukup baik maka presentase peserta didik yang merasa terganggu akan lebih rendah, sedangkan pada ruang kelas dengan kondisi


(39)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenyamanan termal yang kurang baik maka presentase peserta didik yang merasa terganggu oleh kenyamanan termal akan tinggi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kenyamanan termal ruang kelas berpengaruh pada proses belajar mengajar.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan kesimpulan di atas, maka saran-saran hasil penelitian ini yaitu:

a. Bagi pihak sekolah dapat memperhatikan kembali bentuk dan bukaan ventilasi udara di dalam ruang kelas VIII-4. Untuk yang memiliki bukaan dengan orientasi matahari menghadap timur dengan menambah teritisan atau ovestek pada jendela untuk mengurangi radiasi atau panas matahari agar tidak langsung masuk ke ruang kelas untuk mengurangi intensitas suhu udara yang naik terutama pada siang hari.


(40)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

(b)

Gambar 5.1 (a) Desain bagian luar yang menghadap timur pada ruang kelas kelas VIII-4 (b) Simulasi sinar matahari

Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bukaan jendela yang menghadap barat, menggunakan tanaman rambat selain untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk, juga bisa menambah nilai estetis dan natural pada bagunan.

Gambar 5.2 Tanaman rambat untuk mengurangi panas matahari yang masuk dari arah barat Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bagian interior kelas menggunakan gorden dengan warna yang selaras (terang) atau bisa juga menggunakan vertical blind seperti pada desain interior kelas di bawah ini.


(41)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.3 Desain bagian dalam interior kelas menggunakan vertical blind Sumber: Dokumentasi penelitian

b. Untuk para perancang bangunan pendidikan dapat lebih memperhatikan perancangan dari sisi kenyamanan termal khususnya pada ruang kelas, karena faktor ini sangat berpengaruh pada keberlangsungan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan efektifitas peserta didik dalam proses belajar di dalam ruang kelas.

c. Untuk penelitian selanjutnya agar bisa lebih baik dalam balam segi penulisan maupun dari segi hasil penelitian, agar didapatkan hasil penelitian yang lebih berkembang dari hasil penelitian sebelumnya.


(42)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

Ahmadi, Abu dkk. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anonim. 2014. Mstudio. (gambar). Diakses http://mstudiosolo.blogspot.com/(10 Juni 2014) Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Online). Tersedia: http://zainzuhaili.wordpress.com (06 Juni 2014)

Ashihara, Yoshinobu 1974. Merencana Ruang Luar. Fakultas Teknik Arsitektur ITS Surabaya. Tidak diterbitkan

Bloom. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain. New York : McKey

BMKG. 2011. Data Iklim Indonesia, http://www.bmkg.com. Diakses pada

BMKG. 2013. Prakiraan Cuaca Indonesia (online). Tersedia:

http//meteo.bmkg.go/id/prakiraan/Indonesia (06 Juni 2014)

Brenda & Robert. 1991. Green Architecture Design for a Sustainable Future. London: Thames and Hudson.

De Dear & Brager, 2002, Thermal Comfort in Naturally Ventilated Buildings: Revisi ASHRAE Standard 55, Jurnal : Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild.

Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Standar; Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan LPBM.

Departemen Pekerjaan Umum. 2001. Standar Nasional Indonesia NO 03-6572-2001: Standar Kenyamanan Termal. Jakarta : Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum.

Dikti, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Jakarta Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Djunaedi, E. 2003. Akustik Untuk Gedung Sekolah. Pikiran Rakyat, 30 Oktober 2003.

Fitriani, Yusi. 1997. Penerapan Arsitektur Surya pada Menara Perkantoran di Daerah Tropis. (skripsi). Depok: Tidak diterbitkan

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 8. Ilmu fisika bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 9. Ilmu bahan bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Grandjean, Etienne. 1986. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis.Philadelpia

Hananto, Ir.H Sidik, dkk. 2010. Handout Perkuliahan Fisika Bangunan (pdf). Bandung: tidak diterbitkan

Hoppe, Peter. 2002, Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal Comfort. Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Ihsan, M. (2014). Pengertian Arsitektur dan Lingkungan. Image. (Blog). Diakses:


(43)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

Koenigsberger, et al. 1973. Manual of trofical housing and building, New Delhi, Orient Longman.

Kristiawan, Didi. 2014 Archira studio.(image). Diakses: http://arsitekarchira.com/diakses 06/0814 jam 3.30

Laurens, Joyce Marcella 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo

Lechner, Norbert 2007. Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Lippsmeier, G., 1997. Bangunan Tropis (Terjemahan, Syahmir). Jakarta, Erlangga.

Novak, JD & Gowin, BD. (1984). Learning How to Learn. London: Cambridge University Press.

Pamela, Sopia 2012. Perbandingan tingkat kenyamanan ruang kelas pada bangunan lama dan baru di SMAN 3 Bandung. Skripsi. Tidak diterbitkan

Purwanto, MN. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmadani, Dewi. 2011. Evaluasi kenyamanan termal ruang perkuliahan di Universitas Andalas. Tugas Akhir. Padang: tidak diterbitkan

Rahmawati, E 2013. Kinerja kenyamanan termal ruang kelas pada bangunan colonial Hogeree Burger School (HBS). Skripsi. Tidak diterbitkan

Rapoport, Amos. 1982. The Meaning of the Built Environment. Beverly Hills. California: Sage Publication

Sarwono, Sarlito Wiraman. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi

Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Soegijanto, Prof. Dr. Ir. 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau

dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Sugini. 2004. Pemaknaan Istilah – istilah Kualitas Kenyamanan Termal Ruang Dalam Kaitan dengan Variabel Iklim Ruang. Jurnal Logika (Vol.1, No.2, Juli 2004). Diakses Tanggal: 12 Oktober 2011.

Sugiono, Dr . 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan . Bandung : Alfabeta Sukmadinata, 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumiati & Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Syamsuddin, Abin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Rosdakarya Remaja Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem

Teknik Industri, Volume 6, No. 3.

Tim penyusun buku ajar MKDP, 2010. Landasan pendidikan. Bandung: UPI

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Wahyudi, ilham. 2013. Green building. Online. http://ilham-wahyudi.weebly.com/artikel-green-building.html. Diakses : (19 september 2013).


(44)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

_____.Earth.google.co.id.(image).Tersedia:

http://www.google.co.id/maps/place/SMPN+3+Bandung. Diakses tanggal: 5 Mei 2014 3 Maret 2011


(1)

62

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenyamanan termal yang kurang baik maka presentase peserta didik yang merasa terganggu oleh kenyamanan termal akan tinggi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kenyamanan termal ruang kelas berpengaruh pada proses belajar mengajar.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan kesimpulan di atas, maka saran-saran hasil penelitian ini yaitu:

a. Bagi pihak sekolah dapat memperhatikan kembali bentuk dan bukaan ventilasi udara di dalam ruang kelas VIII-4. Untuk yang memiliki bukaan dengan orientasi matahari menghadap timur dengan menambah teritisan atau ovestek pada jendela untuk mengurangi radiasi atau panas matahari agar tidak langsung masuk ke ruang kelas untuk mengurangi intensitas suhu udara yang naik terutama pada siang hari.


(2)

63

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(b)

Gambar 5.1 (a) Desain bagian luar yang menghadap timur pada ruang kelas kelas VIII-4 (b) Simulasi sinar matahari

Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bukaan jendela yang menghadap barat, menggunakan tanaman rambat selain untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk, juga bisa menambah nilai estetis dan natural pada bagunan.

Gambar 5.2 Tanaman rambat untuk mengurangi panas matahari yang masuk dari arah barat Sumber: Dokumentasi penelitian

Untuk bagian interior kelas menggunakan gorden dengan warna yang selaras (terang) atau bisa juga menggunakan vertical blind seperti pada desain interior kelas di bawah ini.


(3)

64

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5.3 Desain bagian dalam interior kelas menggunakan vertical blind Sumber: Dokumentasi penelitian

b. Untuk para perancang bangunan pendidikan dapat lebih memperhatikan perancangan dari sisi kenyamanan termal khususnya pada ruang kelas, karena faktor ini sangat berpengaruh pada keberlangsungan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan efektifitas peserta didik dalam proses belajar di dalam ruang kelas.

c. Untuk penelitian selanjutnya agar bisa lebih baik dalam balam segi penulisan maupun dari segi hasil penelitian, agar didapatkan hasil penelitian yang lebih berkembang dari hasil penelitian sebelumnya.


(4)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dkk. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anonim. 2014. Mstudio. (gambar). Diakses http://mstudiosolo.blogspot.com/(10 Juni 2014) Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Online). Tersedia: http://zainzuhaili.wordpress.com (06 Juni 2014)

Ashihara, Yoshinobu 1974. Merencana Ruang Luar. Fakultas Teknik Arsitektur ITS Surabaya. Tidak diterbitkan

Bloom. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain. New York : McKey

BMKG. 2011. Data Iklim Indonesia, http://www.bmkg.com. Diakses pada

BMKG. 2013. Prakiraan Cuaca Indonesia (online). Tersedia: http//meteo.bmkg.go/id/prakiraan/Indonesia (06 Juni 2014)

Brenda & Robert. 1991. Green Architecture Design for a Sustainable Future. London: Thames and Hudson.

De Dear & Brager, 2002, Thermal Comfort in Naturally Ventilated Buildings: Revisi ASHRAE Standard 55, Jurnal : Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild.

Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Standar; Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi

Energi Pada Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan LPBM.

Departemen Pekerjaan Umum. 2001. Standar Nasional Indonesia NO 03-6572-2001: Standar

Kenyamanan Termal. Jakarta : Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum.

Dikti, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Jakarta Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Djunaedi, E. 2003. Akustik Untuk Gedung Sekolah. Pikiran Rakyat, 30 Oktober 2003.

Fitriani, Yusi. 1997. Penerapan Arsitektur Surya pada Menara Perkantoran di Daerah Tropis. (skripsi). Depok: Tidak diterbitkan

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 8. Ilmu fisika bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Frick, Heinz, et al. 2008. Seri konstruksi arsitektur 9. Ilmu bahan bangunan. Yogyakarta: Universitas Soegijapranata.

Grandjean, Etienne. 1986. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis.Philadelpia

Hananto, Ir.H Sidik, dkk. 2010. Handout Perkuliahan Fisika Bangunan (pdf). Bandung: tidak diterbitkan

Hoppe, Peter. 2002, Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal Comfort. Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild. Ihsan, M. (2014). Pengertian Arsitektur dan Lingkungan. Image. (Blog). Diakses:


(5)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

Karyono, Tri H. 1999. Kenyamanan suhu dalam arsitektur Tropis. (Artikel).Dalam penelitian anonim. (06 Juni 2014).

Koenigsberger, et al. 1973. Manual of trofical housing and building, New Delhi, Orient Longman.

Kristiawan, Didi. 2014 Archira studio.(image). Diakses: http://arsitekarchira.com/diakses 06/0814 jam 3.30

Laurens, Joyce Marcella 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo

Lechner, Norbert 2007. Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur Edisi

Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Lippsmeier, G., 1997. Bangunan Tropis (Terjemahan, Syahmir). Jakarta, Erlangga.

Novak, JD & Gowin, BD. (1984). Learning How to Learn. London: Cambridge University Press.

Pamela, Sopia 2012. Perbandingan tingkat kenyamanan ruang kelas pada bangunan lama dan

baru di SMAN 3 Bandung. Skripsi. Tidak diterbitkan

Purwanto, MN. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmadani, Dewi. 2011. Evaluasi kenyamanan termal ruang perkuliahan di Universitas

Andalas. Tugas Akhir.Padang: tidak diterbitkan

Rahmawati, E 2013. Kinerja kenyamanan termal ruang kelas pada bangunan colonial

Hogeree Burger School (HBS). Skripsi. Tidak diterbitkan

Rapoport, Amos. 1982. The Meaning of the Built Environment. Beverly Hills. California: Sage Publication

Sarwono, Sarlito Wiraman. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi

Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Soegijanto, Prof. Dr. Ir. 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau

dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Sugini. 2004. Pemaknaan Istilah – istilah Kualitas Kenyamanan Termal Ruang Dalam Kaitan

dengan Variabel Iklim Ruang. Jurnal Logika (Vol.1, No.2, Juli 2004). Diakses Tanggal:

12 Oktober 2011.

Sugiono, Dr . 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan . Bandung : Alfabeta Sukmadinata, 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumiati & Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Syamsuddin, Abin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Rosdakarya Remaja Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem

Teknik Industri, Volume 6, No. 3.

Tim penyusun buku ajar MKDP, 2010. Landasan pendidikan. Bandung: UPI

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Wahyudi, ilham. 2013. Green building. Online. http://ilham-wahyudi.weebly.com/artikel-green-building.html. Diakses : (19 september 2013).


(6)

REINA NURFAJAR SUKMAWATI, 2014

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

_____.2013. Urbanindo.blog.com.(Artikel). Tersedia: http://blog.urbanindo.com (11 Januari 2012)

_____.Earth.google.co.id.(image).Tersedia:

http://www.google.co.id/maps/place/SMPN+3+Bandung. Diakses tanggal: 5 Mei 2014 3 Maret 2011