TINGKAT KENYAMANAN BANGUNAN WORKSHOP DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEORI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 BANDUNG.

(1)

TINGKAT KENYAMANAN BANGUNAN WORKSHOP DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEORI DI SMK NEGERI 6 BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh Desi Astuti

1002517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh Desi Astuti

1002517

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Bangunan pada Fakultas Pendidikan Tekonologi dan

Kejuruan

© Desi Astuti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Okteober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

DESI ASTUTI (1002517)

TINGKAT KENYAMANAN BANGUNAN WORKSHOP DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEORI DI SMK NEGERI 6 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh

Mengetahui:

Pembimbing II,

Drs. Ahmad Anwar Yusa

Ketua Departemen Pendidikan Teknik Sipil FPTK

UPI, Pembimbing I,

Drs. Nandan Supriatna, M.Pd


(4)

vi

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK…. ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

G. Struktur Organisasi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Kenyamanan ... 6

1. Pengertian Kenyamanan ... 6

2. Persyaratan Bangunan Gedung ... 8

3. Standar-standar Perancangan Kenyamanan ... 10

4. Faktor-faktor Lingkungan Kenyamanan ... 16

5. Penyelidikan Kualitas Kenyamanan ... 32

B. Tinjauan Pembelajaran ... 34

C.Tinjauan Workshop ... 37

D.Standar Sarana Prasarana Pendidikan SMK/MAK ... 39

E. Penelitian Yang Relevan ... 43


(5)

vii

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.Pertanyaan Peneliti ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Lokasi Penelitian ... 45

B. Populasi dan Sampel ... 45

C. Metode Penelitian ... 47

D. Variabel Penelitian ... 48

E. Prosedur Penelitian ... 48

F. Definisi Operasional ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 49

H. Data dan Sumber ... 50

I. Instrumen Penelitian ... 51

J. Kisi-kisi Instrument ... 52

K. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

L. Teknik Analisis Data ... 60

M. Uji Kecenderungan ... 61

N. Deskripsi Variabel ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 64

B. Uji Kecenderungan ... 65

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(6)

i

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

ABSTRAK

TINGKAT KENYAMANAN BANGUNAN WORKSHOP DALAM

PROSES PEMBELAJARAN TEORI DI SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN NEGERI 6 BANDUNG

Oleh

Desi Astuti (1002517)

Kenyamanan dalam suatu lingkungan dapat mempengaruhi perasaan manusia yang menimbulkan suatu perasaan nyaman atau tidak nyaman. Kenyamanan pada bangunan yang berada di luar maupun di dalam ruangan pada setiap keadaan dapat dirasakan berbeda pula sebaliknya, baik itu ketidaknyamanan fisik maupun ketidaknyamanan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan bangunan

workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan 6 Bandung.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif-kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI program keahlian teknik konstruksi kayu di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung yang berjumlah 40 responden. Pengumpulan data menggunakan metode (kuesioner) angket. Teknik analisis data yang digunakan dengan menghitung uji kecenderungan pada jawaban dari variabel tingkat kenyamanan bangunan workshop pada proses pembelajaran teori dengan hasil yang diperoleh kemudian di bentuk dalam persentase dan disimpulkan. Tingkat kenyamanan bangunan workshop dianalisis berdasarkan standar kenyamanan untuk aktivitas sedang. Berdasarkan hasil perhitungan uji kecenderungan pada variabel tingkat kenyamanan bangunan workshop pada proses pembelajaran teori pada kondisi pencahayaan, kondisi suhu udara, kondisi kebisingan dan kondisi sirkulasi udara serta hasil perhitungan yang mengacu pada standar kenyamanan bangunan workshop dapat disimpulkan bahwa siswa merasa cukup nyaman pada setiap indikator yang ada di bangunan workshop Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung, terutama bangunan workshop teknik konstruksi kayu.


(7)

ii

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

ABSTRACT

Comfort in an environment that may affect human feelings lead to a feeling of comfort or discomfort. Comfort in buildings that are outside or inside the room at each state can be perceived differently versa either physical discomfort or mental discomfort. This study aims to determine the comfort level of the building in the process of learning theory

workshop in Bandung Vocational School 6. The research was conducted in the

Vocational High School 6 Bandung. In this study, researchers used a descriptive-quantitative study. The variable in this study is a single variable. The subjects were students of class XI wood construction engineering program at Vocational High School 6 Bandung totaling 40 respondents. Using data collection methods (questionnaire). Data analysis techniques are used to calculate the trends in the answers of the test variable comfort level building workshops on learning theory with results obtained later in the form of percentages and summed. The comfort level was analyzed based on standard

workshop buildings for the convenience of moderate activity. Based on the results of test

calculations on the variable tendency of building comfort level workshop on learning theory on lighting conditions, temperature conditions, the condition of noise and air circulation conditions and the results of calculations which refers to standard workshop building comfort can be concluded that students are feeling quite comfortable on each indicator building workshop on Vocational High School 6 Bandung, especially building of wood construction techniques workshop.


(8)

1

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Lingkungan pendidikan yang terbangun dalam sebuah bangunan sekolah dapat berperan dalam peningkatan mutu pembelajaran. Dalam perencanaannya, sebuah bangunan perlu memperhatikan beberapa faktor, yaitu faktor keamanan, kenyamanan dan keselamatan yang mana bisa dirasakan oleh siswa. Namun dalam kenyataannya, sebuah bangunan sekolah dapat pula mengalami permasalahan dalam pemenuhan ketiga faktor tersebut, misalnya faktor kenyamanan. Ketidaknyamanan yang dapat terjadi dilingkungan sekolah salah satunya adalah belajar teori dibangunan workshop yang terjadi ketika mata pelajaran berlangsung. Kenyamanan dapat diartikan rasa yang dirasakan seseorang ketika diterima dengan apa adanya, serta senang dengan kondisi dan situasi yang seseorang kerjakan sehingga seseorang akan merasakan kenyamanan. Ketidaknyamanan adalah ketidaksenangan seseorang terhadap situasi dan kondisi dalam suatu keadaan tertentu sebab kondisi ini menyimpang dari batas kenyamanan, sehingga seseorang tersebut akan mengalami ketidaknyamanan Sastrowinoto, 1981, (dalam Fauziah, Alfi, 2009, hlm. 5), misalnya aktivitas belajar teori di workshop, suhu udara yang kurang mendukung, pencahayaan yang kurang memadai, dan lain sebagainya.

Sekolah sebagai suatu elemen dalam pembangunan juga tidak luput dari belajar teori di workshop yang terus terjadi akibat aktivitas yang sedang berjalan diruang workshop setiap harinya. Sehingga masalah mengenai pembelajaran teori di workshop pada sebuah bangunan pendidikan tidak dapat dihilangkan begitu saja, terutama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam dunia pendidikan lingkungan sekolah yang tenang dan nyaman sangat dibutuhkan dalam suasana belajar mengajar. Sebab kenyamanan siswa dalam menerima materi pelajaran juga turut dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila dalam lingkungan belajar siswa terjadi sebuah ketidaknyamanan maka siswa-pun belajar tidak akan kondusif dan akan terganggu. Materi pelajaran yang diterima siswa


(9)

2

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

menjadi tidak dapat diserap seutuhnya, sehingga dapat mengganggu pada kenyamanan belajar siswa terhadap pelajaran tersebut.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Bandung terletak di Jl. Soekarno-Hatta (Riung-Bandung), sebuah sekolah yang mempunyai beberapa jurusan dengan memiliki ruang praktik ditiap jurusannya. Ruang praktik yang demikian membuat pencapaian suatu mutu yang bisa terus dikembangkan dalam suatu kreativitas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung. Namun, dengan adanya ruang praktik seperti ini ternyata banyak memiliki pengaruh lain yaitu kurangnya sarana prasarana yang terjadi pada saat jam pelajaran di ruang praktik, kurangnya keharmonisan antara siswa dan guru. Sehingga dalam hal ini, sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar, khususnya dapat mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar.

Pada jam pelajaran tertentu, misalnya saat jam pelajaran berlangsung, pembelajaran teori diruang praktik lebih banyak dirasakan dampaknya bagi siswa dibandingkan pada saat tidak ada pembelajaran teori diruang praktik. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya sarana prasarana yang menggunakan ruang praktik di setiap jurusan serta kurangnya keharmonisan siswa dan guru. Dengan kondisi seperti itu, tentunya faktor kenyamanan pada sekolah ini belum begitu bisa dibilang nyaman secara sepenuhnya.

Berdasarkan penglihatan peneliti di sekolah tersebut, siswa yang belajar teori di kelas dengan siswa yang belajar teori diruang praktik sangat tidak nyaman dengan keadaan sarana prasarana. Melakukan penelitian tentang masalah kenyamanan tersebut merupakan salah satu upaya dalam menghadapi masalah tersebut, maka untuk itu peneliti memilih judul:

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi mengenai permasalahan yang peneliti temukan sehingga dapat menjadi bahan untuk diteliti, antara lain :


(10)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

2. Penggunaan ruang workshop digunakan secara bersamaan antara ruang kelas dan ruang praktik.

3. Banyak siswa yang kurang menyadari dengan pencahayaan diruang

workshop.

4. Adanya siswa yang merasa terganggu dengan suara bising dibangunan

workshop.

5. Suasana belajar yang kurang tenang dan berisik, hal ini dikarenakan siswa masih sering keluar masuk workshop.

6. Kurangnya kebersihan didalam ruangan, peralatan-peralatan mesin dan juga bahan kerja yang tidak tersusun rapih, serta kurangnya penerangan didalam

workshop.

7. Adanya ruang gerak/zona sirkulasi yang kurang baik akibat letak alat mengakibatkan siswa tidak dapat bergerak dengan leluasa dalam proses pembelajaran teori.

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi pelebaran pembatasan masalah, maka diperlukan pembatasan suatu masalah yang terjadi berdasarkan identifikasi yang telah dijelaskan diatas. Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka dapat dibuat pembatasan masalah sebagai berikut: “Pada penelitian ini tingkat kenyamanan bangunan workshop hanya terdiri dari empat indikator yaitu pencahayaan, suhu udara, kebisingan, dan sirkulasi udara”.

D. Perumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung?

Dalam perumusan masalah akan diperjelas dengan melakukan pertanyaan peneliti yaitu sebagai berikut:


(11)

4

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

1. Bagaimanakah kondisi pencahayaan di Sekolah Menengah Kejuruan 6 Bandung?

2. Bagaimanakah kondisi suhu udara di Sekolah Menengah Kejuruan 6 Bandung?

3. Bagaimanakah kondisi kebisingan di Sekolah Menengah Kejuruan 6 Bandung?

4. Bagaimanakah kondisi sirkulasi udara di Sekolah Menengah Kejuruan 6 Bandung?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung. Adapun tujuan dalam pertanyaan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi pencahayaan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung

2. Untuk mengetahui kondisi suhu udara di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung

3. Untuk mengetahui kondisi kebisingan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung

4. Untuk mengetahui kondisi sirkulasi udara di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung, dengan keterkaitan antara tingkat kenyamanan bangunan workshop pada pembelajaran teori.

1. Bagi Siswa

Siswa dapat mengetahui berbagai penyebab terganggunya kenyamanan belajar, terutama yang berasal dari bangunan workshop.


(12)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

2. Bagi Guru

Sekolah dapat mengetahui bagaimana tingkat kenyamanan bangunan

workshop pada proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 6 Bandung, sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk meningkatkan suatu pembelajaran, khususnya pada tingkat kenyamanan bangunan workshop pada proses pembelajaran teori.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bagaimana tingkat kenyamanan bangunan

workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 6 Bandung.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Agar peneliti ini tersetruktur dan sistematis, berikut adalah sistematika skripsi pada penelitian ini:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, penjelasan istilah dalam judul, tujuan masalah, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Teori, menjelaskan Tinjauan Kenyamanan, Tinjauan Pembelajaran Teori, Tinjauan Workshop, Penelitian yang relevan dan Anggapan Dasar serta Pertanyaan Peneliti. Bab III Metode Penelitian menjelaskan Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Variabel Penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik Pengujian Instrumen, Instrument Penelitian, Kisi-kisi Instrument, Data dan Sumber data, Pengembangan Instrument dan Teknik Analisi Data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bagian ini menyajikan pengolahan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, pada bagian penutup penulis mencoba memberikan simpulan dan saran sebagai saran dari penulisan skripsi ini.


(13)

45

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Bandung yang berlokasikan di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Cisaranten Kidul, Gedebage, Kota Bandung 40295, Tlp/Fax (022)7563293.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2012, hlm. 117) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dengan demikian populasi

merupakan objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dengan penelitian ini adalah siswa kelas XI TKK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 6 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Kelas Populasi

XI TKK 1 30

XI TKK 2 30

Jumlah 60

(Sumber: Tata Usaha SMK Negeri 6 Bandung ) 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”, untuk itu sampel yang diambil


(14)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan menggunakan penarikan Nonprobability Sampling Design yaitu dengan menggunakan Purposive Sampling. Nonprobability Sampling

Design dengan menggunakan purposif sampling merupakan teknik penarikan

sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi sampel.

Pengertian Nonprobability Sampilng menurut Sugiyono (2009, hlm. 84) sebagai berikut:

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel”.

Pengertian purpossive sampling menurut Sugiyono (2009, hlm. 85) yaitu:

“Purposive sampling adalah teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu”.

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah SMKN 6 Bandung kelas XI TKK tahun ajaran 2014/2015 yang mengikuti kegiatan pembelajaran teori di bangunan Workshop.

Mengingat jumlah populasi yang tidak terlalu banyak, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total. Semua objek tersebut diambil sebagai responden. Hal ini berpatokan berdasarkan pendapat Arikunto (2010, hlm. 174) yaitu untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Total populasi pada kelas ini adalah 60 orang siswa, 20 orang siswa untuk uji coba penelitian, dan 40 orang untuk sampel penelitian.

Dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang disajikan dalam tabel sebagai berikut

Tabel 3.2 Pembagian Jumlah Sampel

No Kelas Jumlah siswa

1 XI TKK 1 30

2 XI TKK 2 30


(15)

47

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: Tata Usaha SMK Negeri 6 Bandung)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk menentukan suatu jawaban untuk pembuktian suatu hal atau dalam pemecahan masalah dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode yang dijadikan pedoman dalam meneliti bahan yang menjadi objek dalam suatu penelitian. Hal tersebut sebagaimana pendapat Sugiyono (2012, hlm. 13).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif, seperti yang dikemukakan oleh Nasir (1985, hlm. 42), bahwa: Metode deskripsi adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia, obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan menurut Surakhmad (1998, hlm. 140) untuk membedakan antara metode deskriptif dengan metode lainnya, ada sifat-sifat tertentu yang dipandang sebagai ciri dari metode deskriptif ini, yakni:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa.

Menurut Prasetyo (2011, hlm. 42) penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.

Hasil akhir dari penelitian ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang memfokuskan kepada masalah-masalah yang aktual, dengan mengumpulkan data dan informasi yang lengkap serta terperinci sehingga dapat diketahui pemecahan data informasi.

Dengan metode deskriptif, tidak hanya gambaran mengenai fenomena yang didapat, tetapi juga tentang keterkaitan variabel yang diteliti, pengujian hipotesis, dan pembuatan prediksi untuk memperoleh makna dari masalah yang dipecahkan. Penggunaan metode yang digunakan ini sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam


(16)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan pembelajaran teori. Untuk selanjutnya akan dianalisis dan diambil kesimpulannya secara deskriptif dengan melakukan pertanyaan kepada peneliti.

Metode deskriptif ini digunakan untuk mengetahui Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori di SMKN 6 Bandung.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi, sedangkan gejala adalah objek penelitian. Jadi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 61), “Variabel Penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari seseorang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Penelitian hanya mendeskripsikan satu variabel (variabel tunggal), yaitu Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori di SMK Negeri 6 Bandung.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian digunakan untuk memberikan arahan dan alur dari penelitian yang akan dilakukan. Adapun prosedur penelitian pada penelitian ini ditampilkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Menyusun Instrumen

Penelitian

Valid

Tidak

Ya Mengumpulkan Data

Analisis Data

Hasil dan Temuan Penelitian

Kesimpulan Uji Instrumen


(17)

49

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Definisi Operasional

Persepsi antara penulis dan pembaca harus menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini.

Maka perlu dibuat penjelasan istilah sesuai dengan judul penelitian “Tingkat

Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di SMK

Negeri 6 Bandung”.

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI, 2012, hlm. 395 )

kenyamanan adalah keadaan nyaman. Kenyamanan adalah suatu kondisi

perasaan yang sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kenyamanan yang ada dilingkungan sekolah sangat berpengaruh pada proses pembelajaran teori rasa yang dirasakan oleh diri sendiri yang ada disekolah. Kenyamanan seseorang siswa dapat dirasakan pada saat pencahayaan, sirkulasi udara, suhu udara dan kebisingan yang ada disekitar ruang workshop maka dari itu bagaimana cara mengatasi tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori.

2. Definisi Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

3. Definisi Workshop adalah sekelompok orang yang memiliki perhatian yang sama di bawah kepemimpinan beberapa orang para ahli untuk menggali satu aspek khusus pada suatu topik.

G. Teknik Pengumpulan Data

Setiap pengumpulan data harus efisien, efektif agar sesuai dengan kekuatan keadaan (waktu, kondisi dan biaya). Untuk itu dalam pemilihan data kiranya seorang peneliti harus cermat memilih teknik pengumpulan data. Berdasarkan


(18)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kondisi dan situasi yang ada dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data angket atau kuesioner.

Sedangkan yang dimaksud angket sendiri menurut Arikunto (2010, hlm. 268),

mengatakan “kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data dari responden dalam arti laporan tentang dirinya atau hal-hal yang ia ketahui”.

Guna mendapatkan data yang memenuhi standar yang akurat, penulis menggunakan teknik pengumpulan data penelitian berupa angket, dan studi pustaka. Pengumpulan data angket/kuesioner tersebut dengan cara menghimpun keadaan tingkat kenyamanan bangunan workshop pada proses pembelajaran teori kelas XI Teknik Konstruksi Kayu semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

1. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012, hlm. 192).

Pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam angket sebaiknya mengarah kepada permasalahan, tujuan dan hipotesis penelitian. Angket digunakan secara struktur dengan pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti, hal ini dimaksud agar jawaban dari responden terarah dan relevan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Kepustakaan

Studi ini dimaksudkan untuk mendapatkan landasan-landasan teoritis berupa pendapat-pendapat para ahli yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik ini penulis gunakan dengan jalan membaca, mempelajari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, informasi dari media cetak maupun elektronik, teori-teori, dan pendapat yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti diantaranya:

a. Tingkat Kenyamanan

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan c. Proses Pembelajaran

H. Data dan Sumber Data


(19)

51

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Arikunto (2010, hlm. 161) data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0295/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini bersifat data kuantitatif berupa penilaian dari jawaban responden (Siswa kelas XI TKK) terhadap pernyataan yang diajukan melalui instrumen pendidikan yang dikumpulkan dalam instrumen angket.

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (2010, hlm. 172) sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data utama adalah jumlah siswa pada kelas XI TKK di SMK Negeri 6 Bandung.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Fenomena yang diamati disini adalah variabel penelitian. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2012, hlm. 148). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan

Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang

dapat berupa kata-kata. Adapun yang dimaksud dengan Skala Likert menurut

Sugiyono adalah “Skala Likert” digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan


(20)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pernyataan dalam angket penelitian ini, disediakan jawaban alternative yaitu dengan jawaban sebagai berikut:

Pilihan jawaban angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sangat Setuju

b. Setuju c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

Adapun untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberikan skor sebagai berikut:

Pernyataan Positif Negatif

SS 4 1

ST 3 2

TS 2 3

STS 1 4

J. Kisi-kisi Instrument

Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrument menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data diambil, metode yang digunakan dan instrument yang disusun. (Arikunto, 2010, hlm. 206).

Adapun manfaat kisi-kisi seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010, hlm. 205) adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.

2. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir.


(21)

53

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-kisi, peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya.

4. Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta jalanan” dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dari mana data diambil, dan dengan apa pula data tersebut diambil.

5. Dengan adanya kisi-kisi yang mantap, peneliti dapat menyerahkan tugas atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrument. 6. Validitas dan Reliabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh

pihak-pihak di luar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban peneliti lebih terjamin.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa kisi-kisi membantu peneliti dalam menyusun isi dari butir-butir instrumen. Sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung, maka penulis menyusun kisi-kisi instrument berdasarkan variabel yang ada.

Kisi-kisi instrument dapat di bedakan dengan dua instrument yaitu instrument uji coba dengan instrument penelitian, dibawah ini dapat dijelaskan kisi-kisi yang pertama yaitu instrumen uji coba yang mana akan diberikan kepada responden kelas XI Teknik Konstruksi Kayu 2.


(22)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba

Variabel Aspek yang

diungkap

Indikator No. Item Teknik Pengumpulan Data

Responden

Tingkat Kenyamanan Bangunan

Workshop Dalam

Proses

Pembelajaran Teori Di SMK Negeri 6 Bandung (Variabel Tunggal)

Tingkat Kenyamanan Bangunan

Workshop

Dalam Proses

Pembelajaran Teori

Pencahayaan 1 – 11 Angket Siswa SMK Negeri 6 Bandung Kelas XI TKK

Suhu Udara 12 – 23 Kebisingan 24 – 32 Sirkulasi

Udara

33 – 45

Adapun kisi-kisi instrument penelitian yang telah di uji cobakan dengan jumlah item menjadi 33 item soal. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi instrument pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(23)

55

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Aspek yang

diungkap

Indikator No. Item Teknik Pengumpulan Data Responden Tingkat Kenyamanan Bangunan

Workshop Dalam

Proses

Pembelajaran Teori Di SMK Negeri 6 Bandung (Variabel Tunggal) Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori

Pencahayaan 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11

Angket Siswa SMK Negeri 6 Bandung Kelas XI TKK

Suhu Udara 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22 Kebisingan 24, 25, 28 Sirkulasi

Udara

33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45

K. Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data tidak boleh sembarangan. Dalam arti instrument tersebut haruslah dapat menghimpun data yang diinginkan. Maka barulah instrument tersebut dapat dikatakan instrument yang tepat. Untuk menguji kesesuaian butir-butir pertanyaan/pernyataan dalam


(24)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angket/kuesioner sebagai penghimpun data yang diinginkan, juga untuk menguji keajegan sebuah angket maka laksanakanlah uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Menurut (Sugiyono, 2012, hlm. 351) bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen

penelitian”. Validitas instrument di uji per item dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2012, hlm. 356) dengan rumus sebagai berikut:

a. Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus Pearson Product Moment

  

 

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r Keterangan:

ryx = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Σx1 = jumlah skor X

Σy1 = jumlah skor Y

n = jumlah responden

Σx1y1 = jumlah hasil kali dari variabel X dan variabel Y

Σx12 = jumlah kuadrat dari variabel X

Σy12 = jumlah kuadrat dari variabel Y

- Jika thitung > ttabel, maka item dinyatakan valid.

- Jika thitung < ttabel, maka item dinyatakan tidak valid.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan cara analisis butir sehingga perhitungannya merupakan perhitungan setiap item, hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan ke dalam tabel harga product moment dengan taraf signifikan atau pada tingkat kepercayaan 95%. Apabila hasil pengukuran tidak memenuhi taraf signifikan, maka item pernyataan di uji kedalam rumus uji-t.

b. Menghitung harga t hitung


(25)

57

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Riduwan, 2011 hlm. 98) Keterangan :

t = Uji signifikansi Korelasi

r = Koefisien Korelasi Hasil yang telah di hitung n = Jumlah subjek uji coba

Hasil thitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel pada harga

hitung dikonsultasikan dengan harga distribusi tabel dengan taraf signifikan (α) = 0,05 yang artinya peluang kesalahan adalah 5% setiap item atau taraf kepercayaan sebesar 95% dengan derajat kebebasan (dk) = n-2. Penafsiran dari harga koefisien korelasi dinyatakan valid apabila thitung > ttabel.

Dari pengujian validitas pertama yang dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai uji coba validitas pada jumlah 45 item soal yang tidak valid delapan item soal, yaitu nomor 1, 6, 17, 23, 29, 30, 31 dan 41 dari 20 responden uji coba. Maka delapan item soal tersebut dapat dihilangkan dari instrumen yang akan dijadikan instrument penelitian, dengan nilai t tabel (95%)(18). Dengan kurang memuaskan peneliti mencoba hasil yang valid tersebut di uji kembali dengan hasil yang tidak valid yaitu dengan nomor item 32 dan 27 dengan jumlah yang valid tersebut 35 item soal. Karena peneliti masih kurang puas dengan hasil yang di dapat pada uji validitas maka peneliti mengecek kembali pada uji validitas dan didapat 33 item pertanyaan yang di uji kebenarannya dan dapat di jadikan pernyataan pada instrument penelitian, dari 35 item tersebut nomor item yang dihilangkan yaitu nomor item 26 dan 20 sehingga peneliti mengambil instrumen penelitian sebanyak 33 item yang valid untuk dijadikan instrument penelitian. Pengujian tingkat validitas kepada 20 responden yang diambil dari kelas XI Teknik Konstruksi Kayu (TKK) 2, sehingga dari 45 item soal tersebut yang akan dijadikan instrument penelitian yaitu sebanyak 33 item soal. Lampiran 2.1

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012, hlm. 173). Uji Reliabel angket dilakukan untuk menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dipercaya untuk digunakan sebagai alat


(26)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpul data. Untuk uji reliabilitas angket menggunakan rumus alpha. Sejalan dengan (Arikunto, 2010, hlm. 171) rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 0 dan 1, misalkan angket atau soal bentuk uraian.

Mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah alpha. Setelah dilakukan uji coba penelitian angket, maka dapat diketahui item-item soal mana yang valid dan yang tidak valid. Item-item yang tidak valid tersebut dapat direvisi atau dibuang dengan memperhatikan pada setiap indikator masih terdapat item pertanyaan untuk mengukur indikator tersebut. Kemudian instrumen penelitian dapat direvisi dari item-item soal yang valid. Selanjutnya instrument penelitian disebar kepada responden yang jumlahnya sesuai dengan sampel penelitian yang diambil.

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung varian skor tiap item dengan rumus berikut:

(Arikunto, 2010 hlm. 171)

Dimana:

2n = Varian skor tiap – tiap item

∑X12 = Jumlah kuadrat item X1

(∑X1)2 = Jumlah item X1 dikuadratkan N = Jumlah responden

2. Langkah kedua adalah menjumlahkan semua item dengan rumus:

(Arikunto, 2010. hlm. 171)

Dimana:

= Jumlah varian semua item

= Varian item ke – 1,2,3,... n

Selanjutnya dilakukan perhitungan varian total dengan rumus:

(Arikunto, 2010. hlm. 171)


(27)

59

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= Varian skor tiap – tiap item

= Jumlah kuadrat item X1

= Jumlah item X1 dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah terakhir adalah dengan memasukan nilai alpha dengan rumus:

[

]

(Arikunto, 2010 hlm. 171) Dimana:

r11 = Nilai reliabilitas

= Jumlah varian skor tiap – tiap item = Varian total

k = Jumlah item

Interpretasi hasil uji reliabilitas mengacu pada kriteria reliabilitas pada tabel 3.5 dibawah ini.

Tabel 3.5 Interpretasi Koefesien Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0. 80 - 1,00 Sangat tinggi

0. 60 - 0,799 Tinggi

0. 40 - 0,599 Cukup

0. 20 - 0,399 Rendah

r ll < 0,199 Sangat rendah

Sumber: (Sugiyono, 2012 hlm. 257) Dari hasil perhitungan uji reliabilitas, maka akan diperoleh r11(hitung) kemudian

dikonsultasikan dengan r tabel dan tingkat kepercayaannya 95%.

Pada pengujian reliabilitas instrumen, peneliti memiliki 35 item pernyataan yang telah teruji valid. Dari hasil pengujian reliabilitas diketahui tingkat reliabilitas instrument berada pada nilai r11 0,8210. Berdasarkan Tabel 3.5 nilai


(28)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sangat tinggi. Dengan demikian instrumen dapat dikatakan telah layak untuk mengukur suatu variabel. Lampiran 2.2

L. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini tidak menggunakan hipotesis karena hipotesis sendiri dapat diartikan bahwa penelitian yang permasalahannya terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih, sedangkan penelitian ini hanya terdapat variabel tunggal sehingga menggunakan pertanyaan kepada peneliti.

Kegiatan analisis data menurut (Sugiyono, 2012, hlm. 207) diantaranya adalah:

1. Mengelompokkam data berdasarkan variabel dan jenis responden 2. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden 3. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti

4. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah

5. Melakukan perhitungan untuk menyajikan menguji hipotesis yang telah diajukan.

Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, kegiatan yang dilakukan:

a. Mengecek kelengkapan identitas responden b. Mengecek kelengkapan data instrument c. Mengecek kelengkapan yang lainnya 2. Tabulasi, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Memberikan skor pada masing-masing angket

b. Mengubah jenis data dari kualitatif menjadi kuantitatif c. Menghitung keseluruhan skor

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Adapun prosedur yang ditempuh dalam mengawali analisis data ini adalah sebagai berikut:


(29)

61

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Memeriksa jumlah angket yang dikembalikan dan memeriksa jawabannya serta kebenaran pengisiannya.

b. Memberikan kode yang sudah memeriksa lembar jawaban tersebut. c. Memberikan skor pada setiap lembar jawaban.

d. Mengontrol data dengan uji statistik.

e. Menguji hipotesis berdasarkan pengolahan data.

4. Data mentah yang diperoleh dari penyebaran angket variabel yaitu tingkat kenyamanan bangunan Workshop dimana didalamnya berisikan proses pembelajaran teori.

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis data penelitian:

Gambar 3.2 Analisis Data (Sumber: Penulis, 2014)

Pengolahan data hasil penyebaran angket meliputi perhitungan konversi perhitungan Uji Kecenderungan dan Deskripsi Variabel.

Data

Instrumen

Uji Coba Angket

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Angket Sesungguhnya

Uji Kecenderungan


(30)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

M. Uji Kecenderungan

Uji kecenderungan dilakukan untuk mengetahui kecenderungan suatu data penelitian berdasarkan kriteria melalui skala penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun langkah perhitungan uji kecenderungan sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata dan simpangan baku dari masing-masing variabel dan sub-variabel

2. Menentukan skor mentah

Rumus yang digunakan dalam klasifikasi skor adalah sebagai berikut: Rata – rata ideal (M) = 1/2 (Nmix + N max) Standar deviasi ideal (Si) = 1/6 (Nmix - N max)

Tabel 3.6 Kriteria Kecenderungan

Kriteria Kecenderungan Kategori

Xrata-rata + 1,5 SD < X Sangat Baik

Xrata-rata + 0,5 SD ≤ X < Xrata-rata + 1,5 SD Baik

Xrata-rata - 0,5 SD ≤ X < Xrata-rata + 0,5 SD Cukup baik

Xrata-rata - 1,5 SD ≤ X < Xrata-rata - 0,5 SD Kurang baik

X < Xrata-rata -1,5 SD Tidak Baik

(Sumber : Riduwan, 2010, hlm. 207 )

3. Menentukan frekuensi dan membuat persentasi untuk menafsirkan data kecenderungan variabel dan sub variabel secara umum.

N. Deskripsi Variabel

Deskripsi variabel digunakan untuk mencari tingkat rata-rata dari setiap indikator pada variabel. Cara untuk mengetahui deskripsi variabel ini dengan


(31)

63

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merata-ratakan skor dari tiap soal yang kemudian dirata-ratakan dari nomor item soal per indikator.

P = Keterangan:

P = Persen jawaban Fo = Jumlah Skor Jawaban N = Jumlah skor Total

Persentasinya kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria penafsiran berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Pedoman Penafsiran Persentasi Indikator

Presentasi Kriteria

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80% Tinggi

41% - 60% Sedang

21% - 40% Rendah

Kurang dari 21% Sangat Rendah


(32)

77

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

A. Simpulan

Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengenai faktor-faktor kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran umum faktor kenyamanan siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu 1 Sekolah Memengah Kejuruan Negeri 6 Bandung pada kondisi pencahayaan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori yang di dapat dari kecenderungan berada pada kategori nyaman. Sementara dalam perolehan persentase dari perhitungan keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi sehingga dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa faktor pencahayaan yang berada di ruangan workshop tersebut termasuk pada kategori tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan faktor pencahayaan pada kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori tidak menjadi faktor utama siswa tidak nyaman dalam proses pembelajaran berlangsung selama berada didalam workshop.

2. Gambaran pada faktor kenyamanan yang ada dibangunan workshop teknik konstruksi kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung tentang suhu udara yang didapat dari hasil kecenderungan berada dalam kategori baik. Sementara dalam perolehan persentase dalam hasil perhitungan keseluruhan terdapat dalam kategori tinggi sehingga dalam faktor kenyamanan dalam suhu udara tidak menutup kemungkinan tidak mempengaruhi tingkat kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran teori dibangunan workshop.

3. Gambaran pada faktor kenyamanan yang selanjutnya yaitu faktor kebisingan, dalam hal ini hasil kecenderungan dalam kelas Teknik Konstruksi Kayu 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung


(33)

78

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

termasuk dalam kategori nyaman. Sementara dalam hasil keseluruhan kecenderungan pada kelas tersebut nyaman, hal ini menggambarkan bahwa faktor kebisingan dalam tingkat kenyamanan bangunan workshop tidak mempengaruhi siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu 1 dalam proses pembelajaran.

4. Gambaran umum tentang sirkulasi udara pada salah satu faktor kenyamanan yaitu berada dalam kategori nyaman. Sementara dalam perhitungan uji kecenderungan dalam persentasenya yaitu termasuk dalam kategori tinggi. Dalam hal ini faktor sirkulasi udara tidak mempengaruhi tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung.

Dari ke empat faktor diatas, faktor-faktor tersebut yang dapat terpenuhinya suatu kenyamanan dalam proses pembelajaran di bangunan workshop sehingga siswa dapat memperoleh kenyamanan dalam proses pembelajaran teori.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut yaitu:

1. Kondisi lingkungan sekolah dapat menentukan strategi pembelajaran yang dipilih oleh pendidik, tidak hanya guru tetapi juga staf pengajar lainnya. Kondisi bangunan yang tidak nyaman membuat energi yang digunakan untuk menerangkan materi menjadi lebih lama dibandingkan dengan kondisi bangunan workshop yang nyaman. 2. Kepada pihak sekolah terutama pihak jurusan teknik konstruksi kayu,

perlu adanya peningkatan dalam suatu perancangan pada faktor yang dapat meningkatkan kenyamanan dalam proses pembelajaran teori dibangunan workshop.

3. Pada tingkat kenyamanan bangunan workshop hasil persentasenya kurang yaitu pada kondisi pencahayaan, pada kondisi ini sebaiknya lebih ditingkatkan lagi sehingga dalam proses pembelajaran teori dibangunan workshop tersebut bisa belajar dengan lancar.


(34)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

4. Penelitian lanjutan tentang faktor lain yang memberikan tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam pembelajaran teori dapat diusulkan dimasa yang akan datang supaya tingkat kenyamanan bangunan workshop tersebut menjadi lebih baik lagi.


(35)

80

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, M. (2012). Kajian Kenyamanan Auditorium FPTK UPI Bandung. Bandung. Skripsi tidak dipublikasikan.

Agus, Y. P. (2010) Pusat Kegiatan Warga Di Kota Yogyakarta. S1 Thesis, UAJY. Tersedia di: http://e-journal.uajy.ac.id/1966/ .

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ke-14. Jakarta: Bumi Aksara.

Bafadal, I. (2003). Prasarana Dalam Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Modjiyono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fauziah, A. (2009). Pengaruh Kenyamanan Lingkungan Fisik Ruang Rawat Inap

Kelas III Terhadap Kepuasan Pasien Di RSUI Kustati Surakarta. Skripsi

Program Diploma IV Kesehatan Kerja Surakarta. Tidak Diterbitkan. Feidihal, (2007). Tingkat Kebisingan Dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa Di

Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Journal Teknik Mesin, Vol. 4, No 1, hlm 34

Habsari, D. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: UNDIP

Karyono, H. T. (2001). Penelitian Kenyamanan Termis Di Jakarta Sebagai Acuan

Suhu Nyaman Manusia Indonesia. Vol. 29, No. 1 Juni. hlm 24-33. Jakarta.

Catur Libra Optima. Tersedia di:

http://puslit.petra.ac.id.journals/architecture/.

Kirmanto, D. (2007). Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan. Jakarta: Cipta Karya.

Manurung, P. (2012). Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur. Yogyakarta: Andi Offset

Mediastika, C. (2005). Akustika Bangunan: Yogyakarta. Erlangga

Natawidjaya, R dan Moesa, M. (1991). Psikologi Pendidikan. Padang: IKIP Padang.


(36)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Neufeurt. E. (2002). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga

Oborne. K. (2003). Comfort Theory and practice: a vision for holistic health care

reasearch. Jakarta. Spingerht Publishing Company.

Prasetyo, B. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Riduwan. (2011). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,

Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. (Edisi Keempat). Bandung: Alfa Beta.

Rilatupa, J. (2008). Aspek Kenyamanan Pada Pengkondisian Ruang Dalam.

Journal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No 3, hlm. 193. Jakarta

Sabaruddin, A. (2002). Persyaratan Teknis Bangunan. Jakarta: Griya Kreasi.

Sandra, D. dkk. (2013). Hubungan Lingkungan Belajar Di Workshop Dengan Hasil Belajar Mata Diklat Praktek Kerja Kayu Siswa Program Studi Kehlian Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Sungai Penuh. Journal CIVED

ISSN 2302-3341 Vol I Nomor 1 halm. 21

Santosa, A. (2006). Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang

Rawat Inap Panti Rapih. Yogyakarta. Skripsi tidak dipublikasikan.

Satwiko, P. (2009). Fisika Bangunan.Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Silas. (2012). Tingkat Kenyamanan Ruang Kuliah Di Tinjau Dari Desain Jendela

Kampus FPTK UPI Bandung. Bandung. Skripsi tidak dipublikasikan.

Sudjana, (2005). Metode Statistik Edisi Enam. Bandung. Tarsito

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. cetakan ke-15, CV Alfa Beta. Bandung.

Surakhman, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: UPI.

Surya, M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Karya.


(37)

82

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tim Penyusun. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya Kashiko.

Widiyartini. (2002). Kualitas Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar,

Pengetahuan, Sikap, dan Kognisi Keterampilan Siswa Melakukan Percobaan IPA Pada Sekolah Dasar Di Kota Semarang. Tesis Paska

Sarjana Program Studi Management Pendidikan. UNS.


(1)

77

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengenai faktor-faktor kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran umum faktor kenyamanan siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu 1 Sekolah Memengah Kejuruan Negeri 6 Bandung pada kondisi pencahayaan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori yang di dapat dari kecenderungan berada pada kategori nyaman. Sementara dalam perolehan persentase dari perhitungan keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi sehingga dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa faktor pencahayaan yang berada di ruangan workshop tersebut termasuk pada kategori tinggi sehingga tidak menutup kemungkinan faktor pencahayaan pada kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori tidak menjadi faktor utama siswa tidak nyaman dalam proses pembelajaran berlangsung selama berada didalam workshop.

2. Gambaran pada faktor kenyamanan yang ada dibangunan workshop teknik konstruksi kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung tentang suhu udara yang didapat dari hasil kecenderungan berada dalam kategori baik. Sementara dalam perolehan persentase dalam hasil perhitungan keseluruhan terdapat dalam kategori tinggi sehingga dalam faktor kenyamanan dalam suhu udara tidak menutup kemungkinan tidak mempengaruhi tingkat kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran teori dibangunan workshop.

3. Gambaran pada faktor kenyamanan yang selanjutnya yaitu faktor kebisingan, dalam hal ini hasil kecenderungan dalam kelas Teknik Konstruksi Kayu 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung


(2)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

termasuk dalam kategori nyaman. Sementara dalam hasil keseluruhan kecenderungan pada kelas tersebut nyaman, hal ini menggambarkan bahwa faktor kebisingan dalam tingkat kenyamanan bangunan workshop tidak mempengaruhi siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu 1 dalam proses pembelajaran.

4. Gambaran umum tentang sirkulasi udara pada salah satu faktor kenyamanan yaitu berada dalam kategori nyaman. Sementara dalam perhitungan uji kecenderungan dalam persentasenya yaitu termasuk dalam kategori tinggi. Dalam hal ini faktor sirkulasi udara tidak mempengaruhi tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam proses pembelajaran teori di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Bandung.

Dari ke empat faktor diatas, faktor-faktor tersebut yang dapat terpenuhinya suatu kenyamanan dalam proses pembelajaran di bangunan workshop sehingga siswa dapat memperoleh kenyamanan dalam proses pembelajaran teori.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut yaitu:

1. Kondisi lingkungan sekolah dapat menentukan strategi pembelajaran yang dipilih oleh pendidik, tidak hanya guru tetapi juga staf pengajar lainnya. Kondisi bangunan yang tidak nyaman membuat energi yang digunakan untuk menerangkan materi menjadi lebih lama dibandingkan dengan kondisi bangunan workshop yang nyaman. 2. Kepada pihak sekolah terutama pihak jurusan teknik konstruksi kayu,

perlu adanya peningkatan dalam suatu perancangan pada faktor yang dapat meningkatkan kenyamanan dalam proses pembelajaran teori dibangunan workshop.

3. Pada tingkat kenyamanan bangunan workshop hasil persentasenya kurang yaitu pada kondisi pencahayaan, pada kondisi ini sebaiknya lebih ditingkatkan lagi sehingga dalam proses pembelajaran teori dibangunan workshop tersebut bisa belajar dengan lancar.


(3)

79

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

4. Penelitian lanjutan tentang faktor lain yang memberikan tingkat kenyamanan bangunan workshop dalam pembelajaran teori dapat diusulkan dimasa yang akan datang supaya tingkat kenyamanan bangunan workshop tersebut menjadi lebih baik lagi.


(4)

80

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agus, Y. P. (2010) Pusat Kegiatan Warga Di Kota Yogyakarta. S1 Thesis, UAJY. Tersedia di: http://e-journal.uajy.ac.id/1966/ .

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ke-14. Jakarta: Bumi Aksara.

Bafadal, I. (2003). Prasarana Dalam Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Modjiyono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fauziah, A. (2009). Pengaruh Kenyamanan Lingkungan Fisik Ruang Rawat Inap Kelas III Terhadap Kepuasan Pasien Di RSUI Kustati Surakarta. Skripsi Program Diploma IV Kesehatan Kerja Surakarta. Tidak Diterbitkan. Feidihal, (2007). Tingkat Kebisingan Dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa Di

Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Journal Teknik Mesin, Vol. 4, No 1, hlm 34

Habsari, D. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: UNDIP

Karyono, H. T. (2001). Penelitian Kenyamanan Termis Di Jakarta Sebagai Acuan Suhu Nyaman Manusia Indonesia. Vol. 29, No. 1 Juni. hlm 24-33. Jakarta.

Catur Libra Optima. Tersedia di:

http://puslit.petra.ac.id.journals/architecture/.

Kirmanto, D. (2007). Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan. Jakarta: Cipta Karya.

Manurung, P. (2012). Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur. Yogyakarta: Andi Offset

Mediastika, C. (2005). Akustika Bangunan: Yogyakarta. Erlangga

Natawidjaya, R dan Moesa, M. (1991). Psikologi Pendidikan. Padang: IKIP Padang.


(5)

81

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Neufeurt. E. (2002). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga

Oborne. K. (2003). Comfort Theory and practice: a vision for holistic health care reasearch. Jakarta. Spingerht Publishing Company.

Prasetyo, B. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Riduwan. (2011). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. (Edisi Keempat). Bandung: Alfa Beta. Rilatupa, J. (2008). Aspek Kenyamanan Pada Pengkondisian Ruang Dalam.

Journal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No 3, hlm. 193. Jakarta Sabaruddin, A. (2002). Persyaratan Teknis Bangunan. Jakarta: Griya Kreasi.

Sandra, D. dkk. (2013). Hubungan Lingkungan Belajar Di Workshop Dengan Hasil Belajar Mata Diklat Praktek Kerja Kayu Siswa Program Studi Kehlian Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Sungai Penuh. Journal CIVED ISSN 2302-3341 Vol I Nomor 1 halm. 21

Santosa, A. (2006). Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat Inap Panti Rapih. Yogyakarta. Skripsi tidak dipublikasikan.

Satwiko, P. (2009). Fisika Bangunan.Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Silas. (2012). Tingkat Kenyamanan Ruang Kuliah Di Tinjau Dari Desain Jendela Kampus FPTK UPI Bandung. Bandung. Skripsi tidak dipublikasikan. Sudjana, (2005). Metode Statistik Edisi Enam. Bandung. Tarsito

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. cetakan ke-15, CV Alfa Beta. Bandung.

Surakhman, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: UPI.

Surya, M. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Karya.


(6)

Desi Astuti, 2014

Tingkat Kenyamanan Bangunan Workshop Dalam Proses Pembelajaran Teori Di Smk Negeri 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tim Penyusun. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya Kashiko.

Widiyartini. (2002). Kualitas Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar, Pengetahuan, Sikap, dan Kognisi Keterampilan Siswa Melakukan Percobaan IPA Pada Sekolah Dasar Di Kota Semarang. Tesis Paska Sarjana Program Studi Management Pendidikan. UNS.