Analisis Penerimaan Pengusaha UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Binjai

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 pasal 1, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat (Lukman, 2005 : 5, Irsyad, 2010 : 5). Bank umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbankan sendiri adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Arisson, 1999 : 20, Lukman, 2005 : 5).

Kegiatan Bank berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah untuk lebih maju melalui kerja sama yang dilakukan antara bank dan pengusaha. Terlebih untuk kemajuan usaha mikro yang dilakukan oleh para pengusaha UKM muslim dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kemajuan ekonomi daerah di Kota Binjai.

2.2 Bank Konvensional

2.2.1 Pengertian Bank Konvensional

Bank Konvensional adalah Bank umum yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Banak Umum Konvensional dan Bank Prekreditan Rakyat (Booklet Perbankan Indonesia,


(2)

2011). Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank-bank yang beropoerasi menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan (Irsyad, 2010 : 33)

Saat ini bank konvensional sudah lebih dikenal oleh masyarakat dan fasilitasnya pun banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha baik dalam memenuhi kebutuhan modal usaha, untuk menyimpan aset kekayaan dan untuk berbagai jenis transaksi bisnis. Bank konvensional kini memiliki fasilitas yang tidak hanya sebagai penghimpun dana dan menyalurkannya kembali pada masyarakat, namun juga menawarkan berbagai produk dan pelayanan terhadap nasabah melalui jasa pembayaran yang memberi kemudahan dalam melakukan transaksi dalam kehidupan nasabah sehari-hari. Misalnya pembayaran listrik, transaksi antar daerah bahkan pengisian dan transfer pulsa dari rekening.

2.2.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 6 dan pasal 7,dikatakan kegiatan usaha yang dilakukan bank umum ada 18 kegiatan. Namun, penulis hanya akan mencantumkan 5 dari 18 kegiatan tersebut yang dianggap paling kegiatan bank yang merepresentasikan sebuah bank itu sendiri, yaitu :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Penghimpunan dana dari masyarakat secara aktif dilakukan oleh bank sejak tahun 80-an. Sebelumnya, nasabah lah yang mencari dan


(3)

menggunakan jasa bank secara aktif disebabkan jumlah bank yang masih sedikit di Indonesia. Namun sekarang ini bank adalah lembaga keuangan yang tersebar di tiap pelosok daerah yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan kegiatan usaha masyarakatnya yang berkembang. Dengan banyaknya bank yang saling bersaing untuk mencari keuntungan, maka pihak bank pun mulai aktif untuk mencari nasabah dan menghimpun dana dengan berbagai strategi. Kegiatan penghimpunan dana dikenal dengan funding(Irsyad, 2010 : 10)

2. Memberikan kredit.

Memberikan kredit pada nasabah adalah salah satu ciri khas dari bank. Dana yang dihimpun dari masyarakat akan diputar untuk dimanfaatkan oleh pengusaha dalam hal pemberian modal atau bentuk kerja sama lainnya. Kegiatan bank dalam memberikan modal dijalankan dengan melakukan analisis usaha pengusaha dengan harapan pengusaha akan membayar kreditnya tepat waktu beserta bunganya.

Pemberian kredit oleh bank mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah karena adanya modal yang dapat digunakan pengusaha dalam berbisnis, kegiatan ini biasanya disebut lending. Bisnis yang berhasil akan memberikan keuntungan bagi bank dan daerah. Hanya saja untuk bank yang menggunakan prinsip konvensional, modal usaha yang digunakan pengusaha bebas untuk usaha umum selama tidak melanggar undang-undang, sehingga halal atau haramnya jenis usaha tidak begitu diperhatikan.


(4)

3. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

Dalam kegiatan bank yang memberikan jasa untuk memindahkan uang untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berhubungan dengan transaksi atau perpindahan uang antar bank atau pun pada instansi dan tempat usaha lainnya. Bank menyediakan fasilitas dalam memanfaatkan kepercayaan nasabah untuk memperlancarkan arus perpindahan uang atau pun untuk keperluan bank itu sendiri.

4. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

Dalam kegiatannya sehari-hari, bank tidak hanya berguna untuk nasabahnya, namun juga berguna bagi bank lain dan praktek usaha lainnya. Bank dapat menempatkan dananya berupa investasi pada suatu usaha atau proyek tertentu. Bank dapat pula melakukan peminjaman dana pada bank atau instansi lain ataupun pada BI jika dibutuhkan. Bank memberikan pinjaman pada bank ataupun pihak lain yang membutuhkan dengan menggunakan berbagai sarana yang sesuai.

5. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

Kegiatan bank yang satu ini lazim digunakan oleh nasabah bank yang sangat berhati-hati pada barang dan surat berharga yang dimilikinya. Dengan menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga oleh bank maka nasabah dapat menggunakannya sesuai jangka waktu yang


(5)

diperlukan. Nasabah dibebankan untuk membayar biaya penyimpanan oleh bank, dan bank juga menjamin keamanan tempat penyimpanan yang disediakan dari pecurian, kebakaran, dan berbagai situasi lainnya yang tidak diinginkan oleh bank dan nasabah untuk terjadi.

2.3 Bank Syariah

2.3.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari, Bank Syariah dan Bank perkreditan Rakyat Syariah haruslah berpegang teguh terhadap prinsip syariah islam, karena hal tersebut merupakan hal yang membedakan antara Bank konvensional dan Bank syariah.

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah (Rahmat Hidayat, 2014: 13). Perbankan syariah merupakan suatu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitasnya dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip islam sehingga bebas dari unsur bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal (Irsyad, 2010: 101).


(6)

Berdasarkan rumusan diatas, dapat di ketahui bahwa Bank syariah sebagai badan usaha yang menjalankan aktivitas yang dilakukannya berdasarkan hukum islam, yakni bank yang menggunakan dan menjalankan sistem perbankan syariah yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits, yang menjunjung tinggi aqidah dan kepastian halal dari kegiatan usaha yang dilakukannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dijalankan, berbeda jalur dari sistem perbankan konvensioanl yang terdapat bunga (riba) di dalamnya yang sangat jelas haram bagi umat islam, menjadikan kegiatan usaha yang dijalankan seorang pengusaha muslim tidak halal, bank syariah dengan prinsip syariah menolak adanya bunga (riba) dan lebih menggunakan kegiatan bagi hasil dengan nasabahnya sesuai pada perjanjian yang berdasarkan hukum islam untuk mencapai keuntungan bersama yang adil dan halal. Dengan Bank syariah maka pengusaha muslim dapat menjalankan usahanya dengan jalan yang halal dan diridhoi oleh Allah SWT.

2.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah

Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia (2011) kegiatan usaha bank umum syariah terdiri atas 26 kegiatan, namun penulis hanya akan mencantumkan 5 kegiatan yang mempresentasikan bank umum syariah, yaitu :

1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Kegiatan menghimpun dana juga dilakukan oleh bank syariah sebagaimana kegiatan dan fungsi bank yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998. Bank syariah yang kini cukup banyak jumlahnya pun ikut bersaing di dunia


(7)

perbankan, baik itu sesama bank syariah maupun bank konvensional. Merupakan tantangan tersendiri pada bank syariah untuk menarik nasabah karena masyarakat Indonesia kurang terlalu mengenal sistem perbankan syariah dan lebih mengenal sistem konvensional yang telah lebih lama di dunia perbankan. Penghimpunan dana oleh bank syariah dapat dilakukan dengan berbagai strategi yang tentunya berdasarkan prinsip syariah yang halal. Yaitu dengan menggunakan akad-akad syariah.

2. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran biaya oleh bank syariah sama dengan kegiatan memberikan kredit pada bank konvensional. Pemberian biaya yang dilakukan bank syariah baik itu untuk modal usaha pengusaha UKM ataupun untuk keperluan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan islam. Berbeda dari bank konvensional yang menerima keuntungan usahanya dengan membebankan bunga pada nasabahnya. Pada bank syariah keuntungan bank diperoleh melalui bagi hasil atas usaha yang dikerjakan oleh pengusaha yang menerima kredit dari bank. Bagi hasil dari keuntungan berdasarkan akad yang mengikat antara kedua belah pihak untuk mencapai keadilan bersama diyakini halal dan diridhoi Allah.

3 Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Bank syariah mempunyai jasa untuk mengalihkan utang piutang yang sering dimanfaatkan untuk kegiatan transaksi pengusaha yang membutuhkan


(8)

pengalihan utang agar usahanya tetap berjalan hingga dapat membayar kembali utangnya pada bank, bukan lagi kepada pihak ia sebelumnya berutang. Perpindahan utang piutang pada perbankan dikenal dengan anjak piutang (factoring). Kegiatan bank syariah yang berdasarkan asas tolong menolong ini seringnya menggunakan akad hawalah, yaitu akad pengalihan utang kepada pihak yang berutang dalam syariah islam. Sehingga, pengusaha dapat tetap menjalankan usahanya dengan cara yang halal sampai ia mampu membayar utang.

4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.

Kegiatan pemindahan uang yang dilakukan bank syariah baik untuk kepentingan bank sendiri ataupun kepentingan nasabah berguna untuk melancarkan transakasi pembayaran yang dilakukan khususnya untuk pengusaha yang hendak melakukan transaksi di dalam atau di luar negeri dalam rangka menjalankan bisnis usaha yang dijalankannya. Oleh bank syariah, perpindahan uang dapat dilakukan dengan cara yang halal tanpa penggenaan bunga, tapi diantara kedua pihak telah diketahui keuntungan yang diperoleh masing-masing dengan adil, suka rela. Untuk bank sendiri, perpindahan uang dilakukan untuk keperluan operasional bank itu sendiri. 5. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.

Pada kegiatan perbankan, bank syariah dapat diunjuk sebagai perwakilan oleh nasabahnya. Fungsi bank sebagai wali amanat ini adalah hal yang yang umum dilakukan oleh bank saat ini dan untuk perbankan syariah, akad yang


(9)

digunakan dalam kegiatan ini adalah akad wakalah. Kegiatan ini dimaksud agar nasabah dapat memperlancar pelaksanaan dan kewajibannya melalui wali yang ditunjuk dan dilaksanakan baik itu untuk keperluan usaha dan lain sebagainya. Untuk seorang pengusaha, jasa wali amanat oleh bank syariah ini sangat berguna untuk memperlancar usaha yang dijalankan pengusaha. Meskipun hanya pengusaha UKM, namun usaha yang dilakukan dapat berkembang dengan baik dengan menggunakan jasa wali amanat ini dalam melakukan ekspor-impor. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan kepercayaan satu sama lain, dan keuntungan yang diperoleh bank berdasarkan kesepakatan bersama pada awal akad, sehingga kegiatan perwalian ini dapat dilakukan dengan cara yang halal.

2.3.3 Prinsip Perbankan Syariah

Ada empat prinsip dalam perbankan syariah (Rahmay Hidayat, 2012: 14) yaitu:

1. Larangan penggunaa riba dalam seluruh transaksi dan kegiatan usahanya . 2. Seluruh aktivitas dan kegiatan bisnisnya harus dilakukan dengan adil

(fair), dan keuntungan yang diperoleh harus dipastikan dapat dibenarkan menurut syar’i maupun peraturan perundangan yang berlaku.

3. Perbankan syariah wajib membayar zakat.

4. Mengembangkan lingkungan yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat.

Pada 4 prinsip diatas diketahui bahwa bank berdasarkan prinsip syariah haruslah dijalankan dengaan benar dan kaffah oleh bank syariah sebagai wujud


(10)

dari jihad menuju kebenaran dan menentang praktek riba oleh bank konvensional. Selain membedakan Bank syariah dengan Bank konvensional, prinsip syariah dapat menjadi penjelas pada masyarakat tentang aturan Islam yang baik dan adil dalam dunia perbankan.

Larangan penggunaan riba dalam seluruh transaksi usahanya diganti dengan menggunakan akad-akad yang sesuai dengan syariah Islam agar transaksi yang dilakukan halal dan diridhoi Allah swt. Pemungutan bunga yang selama ini dijalankan oleh bank konvensional tidak lain adalah riba yang memberatkan setiap individu. Pada bank konvensional yang hanya mencari keuntungan, seseorang yang melakukan peminjaman pada bank karena dalam keadaan yang sangat kesusahan dan membutuhkan dana, oleh riba keadaan orang yang kesusahan tersebut akan semakin susah, sakit dan miskin. Hal ini jelas sangat dilarang dalam agama Islam yang menjunjung tinggi keadilan bersama dalam hidup bermasyarakat dan tolong menolong yang ikhlas. Dengan prinsip syariah, kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin dapat dikecilkan dan bank syariah diyakini salah satu lembaga yang dapat mewujudkan perekonomian yang islami.

Bank syariah dalam kegiatan usahanya haruslah dilakukan secara adil antara pihak dan dan nasabahnya. Berdasarkan akad-akad syariah yang ada dan dijalankan berdasarkan hukumnya, maka usaha yang dijalankan bank maupun yang dijalankan pengusaha UKM dapat berjalan dengan baik, halal, saling percaya, dan suka rela dianatara keduanya, tidak boleh ada yang merasa dirugikan oleh pihak manapun.


(11)

Suatu kewajiban pula bagi seluruh umat muslim termasuk bank syariah untuk membayarkan zakat sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah swt. Zakat yang dikeluarkan berdasarkan besaran tertentu tiap tahunnya. Bank syariah juga dapat menjadi perantara dalam pemungutan zakat dan pembagiannya. Zakat yang dibayarkan di berikan kepada yang berhak mendapatkannya, yaitu fakir, miskin, muallaf, mustariq dan orang yang berhak lainnya berdasarkan hukum Islam.

Dengan perbankan yang berbasis syariah, maka dapat tercipta keadilan dan keselarasan antara bank dan tiap pelaku ekonomi, termasuk pengusaha UKM muslim. Gap antara si kaya dan si miskin dapat diperkecil sehingga memberi dampak keleluasaan dalam berusaha pada masyarakat dan masih banyak lagi dampak positif yang dapat diterima masyarakat dengan eksisnya perbankan syariah. Memberi perkembangan pada lingkungan dan keuntungan pada masyarakat secara ekonomi dan sosial.

2.4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Berdasarkan keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM ) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegitan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Usaha berjenis UKM perlu dilindungi selain karena besarnya persaingan dengan usaha besar, UKM diyakini sebagai pendorong prekonomian rakyat yang memberi kontribusi besar pada daerah.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah bagian dari usaha mikro yang banyak dikenal dan dijalankan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup


(12)

sehari-hari. UKM adalah bentuk usaha yang mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan modal yang terlalu besar seperti halnya perusahaan multinasional. Kemajuan pengusaha UKM dalam menjalankan bisnisnya dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan daerah, sehingga keberadaan pengusaha UKM dan usahanya perlu dijadikan perhatian oleh pemerintah untuk terus didukung dan didorong perkembangan usahanya. Dalam hal ini termasuk pengusaha UKM muslim.

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000,000,-(Satu Miliar Rupiah)

3. Milik warga negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, di kuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kriteria usaha kecil diatas ditentukan tahun 1995, yaitu sejak 20 tahun lalu. Selama 20 tahun tersebut, tentulah telah banyak terjadi perubahan pada perekonomian di setiap daerah Indonesia. Era globalisasi yang semakin berkembang menyebabkan kondisi ekonomi yang tidak menentu dan memicu berbagai masalah perekonomian dalam negeri sehingga kriteria usaha kecil pada


(13)

undang-undang di atas perlu ditinjau kembali dan di sesuaikan pada perekonomian saat ini.

2.5 Pengusaha

Pengusaha atau yang biasa disebut sebagai wirausahawan menurut Kasmir (2014 :19) secara sederhana wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Secara luas, dapat dikatakan bahwa seorang pengusaha adalah pembuat pasar, pencipta modal, pengembang peluang dan penghasil teknologi baru.

Seorang pengusaha dalam kinerjanya menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan tingkat permintaan tertentu berdasarkan harga barang dan tingkat pendapatan masyarakat. Barang dan jasa yang dihasilkan pengusaha merupakan hasil dari inovasi, kreatifitas, serta visi dan misi mereka. Dengan permintaan yang timbul atas barang dan jasa, pengusaha dapat mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik dan menciptakan produk yang bersaing dengan produk lainnya dalam maupun luar negeri.

Saat ini banyak dikenal pengusaha sukses di seluruh dunia yang termasuk didalamnya adalah pengusaha muslim. Pengusaha muslim yang terkenal sejak zaman Rasulullah s.a.w. adalah sahabat beliau yang bernama Abdurrahman bin Auf. Beliau adalah salah seorang sahabat Nabi yang dijamin masuk surga dan terkenal akan kesuksesannya dalam berbisnis. Ia memiliki pribadi yang jujur, sabar, dan amat dermawan, sehingga Allah memberinya berkah sabahat Nabi yang paling kaya (Abdurrahman Rafa’at, 2011 : 217). Kemanapun Ia berpijak,


(14)

maka apa yang ia usahakan akan berbuah keuntungan yang berlimpah dalam waktu singkat karena beliau memiliki kepiawaian dalam berdagang. Bahkan Aisyah r.a. meriwayatkan Abdurrahman bin Auf akan memasuki surga dengan merangkak, dikatakan begitu karena hartanya yang begitu berlimpah namun sebagian besar ia infakkan untuk perjuangan fi sabilillah dan sedekah. Selain Abdurrahman bin Auf, adapula pengusaha muslim sukses lainnya seperti Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan beberapa sahabat lainnya yang sukses dalam berdagang namun mereka hidup dalam zuhud dan selalu bersedah dan berinfaq.

Di Indonesia, salah satu pengusaha muslim yang sukses adalah Chairul Tanjung. Beliau adalah pemilik CT Corp yang membawahi anak perusahaan Trans Corp, Bank Mega dan CT Global Resources. Usaha Chairul Tanjung yang bergerak di bidang multimedia, property, investasi dan keuangan ini dimulai dari nol, sejak ia masih berstatus mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dalam berbisnis Beliau menekankan pentingnya sifat ulet, gigih, pantang menyerang dan mengembangkan jaringan usaha dengan partner bisnisnya agar suatu usaha bisa berkembang, maju dan menjadi perusahaan raksasa yang memiliki keuntungan besar pula. Selain menjadi pengusaha, Chairul Tanjung juga pernah menjabat sebagi Menteri Kehutanan Indonesia dan Menteri Perekonomian Indonesia. Hal ini menunjukkan, kesuksesan seorang pengusaha dapat memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat luas bahkan pada negara.

Tokoh-tokoh pengusaha muslim di atas adalah contoh dari sekian banyak pengusaha muslim yang sukses sejak zaman Rasulullah hingga saat ini. Hal ini


(15)

perlu diwariskan semangat kewirausahannya, di kembangkan dan di arahkan agar pengusaha muslim dapat terus menjalankan eksistensinya dalam perekonomian namun tetap bepegang teguh pada syariat Islam, termasuk bijak dalam menggunakan jasa perbankan dalam aktivitas usahanya. Sehingga usaha yang dijalankan dapat mendorong pembangunan Islam yang adil, kuat, dan memberi kesejahteraan pada umat

2.6 Penelitian Tedahulu

Berikut ini terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi refrensi dan pembanding oleh penulis dalam melakukan peneltian ini:

1. David, Hatane, dan Edwin (2013) dengan judul “Analisis Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Mobile Banking Dengan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model Dan Theory Of Reasoned Action”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh penerimaan nasabah terhadap layanan mobile banking dengan menggunakan pendekatan technology acceptance model dan theory of reasoned action secara langsung maupun tidak langsung. Hasilnya, perkembangan teknologi dari perbankan yang diikuti dengan pelayanan Bank baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menarik nasabah untuk menggunakan jasa Bank.

2. Y. Sri Susilo (2010) dengan judul “Peran Perbankan Dalam Pembiayaan UMKM Di Provinsi DIY”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran Bank dalam pembiayaan UMKM pada industri


(16)

kecl di wilayah Surakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitiaan menunjukkan akses UMKM terhadap sumber pembiayaan perbankan perlu ditingkatkan.


(1)

Suatu kewajiban pula bagi seluruh umat muslim termasuk bank syariah untuk membayarkan zakat sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah swt. Zakat yang dikeluarkan berdasarkan besaran tertentu tiap tahunnya. Bank syariah juga dapat menjadi perantara dalam pemungutan zakat dan pembagiannya. Zakat yang dibayarkan di berikan kepada yang berhak mendapatkannya, yaitu fakir, miskin, muallaf, mustariq dan orang yang berhak lainnya berdasarkan hukum Islam.

Dengan perbankan yang berbasis syariah, maka dapat tercipta keadilan dan keselarasan antara bank dan tiap pelaku ekonomi, termasuk pengusaha UKM muslim. Gap antara si kaya dan si miskin dapat diperkecil sehingga memberi dampak keleluasaan dalam berusaha pada masyarakat dan masih banyak lagi dampak positif yang dapat diterima masyarakat dengan eksisnya perbankan syariah. Memberi perkembangan pada lingkungan dan keuntungan pada masyarakat secara ekonomi dan sosial.

2.4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Berdasarkan keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM ) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegitan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Usaha berjenis UKM perlu dilindungi selain karena besarnya persaingan dengan usaha besar, UKM diyakini sebagai pendorong prekonomian rakyat yang memberi kontribusi besar pada daerah.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah bagian dari usaha mikro yang banyak dikenal dan dijalankan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup


(2)

sehari-hari. UKM adalah bentuk usaha yang mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan modal yang terlalu besar seperti halnya perusahaan multinasional. Kemajuan pengusaha UKM dalam menjalankan bisnisnya dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan daerah, sehingga keberadaan pengusaha UKM dan usahanya perlu dijadikan perhatian oleh pemerintah untuk terus didukung dan didorong perkembangan usahanya. Dalam hal ini termasuk pengusaha UKM muslim.

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000,000,-(Satu Miliar Rupiah)

3. Milik warga negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, di kuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kriteria usaha kecil diatas ditentukan tahun 1995, yaitu sejak 20 tahun lalu. Selama 20 tahun tersebut, tentulah telah banyak terjadi perubahan pada perekonomian di setiap daerah Indonesia. Era globalisasi yang semakin berkembang menyebabkan kondisi ekonomi yang tidak menentu dan memicu


(3)

undang-undang di atas perlu ditinjau kembali dan di sesuaikan pada perekonomian saat ini.

2.5 Pengusaha

Pengusaha atau yang biasa disebut sebagai wirausahawan menurut Kasmir (2014 :19) secara sederhana wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Secara luas, dapat dikatakan bahwa seorang pengusaha adalah pembuat pasar, pencipta modal, pengembang peluang dan penghasil teknologi baru.

Seorang pengusaha dalam kinerjanya menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan tingkat permintaan tertentu berdasarkan harga barang dan tingkat pendapatan masyarakat. Barang dan jasa yang dihasilkan pengusaha merupakan hasil dari inovasi, kreatifitas, serta visi dan misi mereka. Dengan permintaan yang timbul atas barang dan jasa, pengusaha dapat mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik dan menciptakan produk yang bersaing dengan produk lainnya dalam maupun luar negeri.

Saat ini banyak dikenal pengusaha sukses di seluruh dunia yang termasuk didalamnya adalah pengusaha muslim. Pengusaha muslim yang terkenal sejak zaman Rasulullah s.a.w. adalah sahabat beliau yang bernama Abdurrahman bin Auf. Beliau adalah salah seorang sahabat Nabi yang dijamin masuk surga dan terkenal akan kesuksesannya dalam berbisnis. Ia memiliki pribadi yang jujur, sabar, dan amat dermawan, sehingga Allah memberinya berkah sabahat Nabi yang paling kaya (Abdurrahman Rafa’at, 2011 : 217). Kemanapun Ia berpijak,


(4)

maka apa yang ia usahakan akan berbuah keuntungan yang berlimpah dalam waktu singkat karena beliau memiliki kepiawaian dalam berdagang. Bahkan Aisyah r.a. meriwayatkan Abdurrahman bin Auf akan memasuki surga dengan merangkak, dikatakan begitu karena hartanya yang begitu berlimpah namun sebagian besar ia infakkan untuk perjuangan fi sabilillah dan sedekah. Selain Abdurrahman bin Auf, adapula pengusaha muslim sukses lainnya seperti Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan beberapa sahabat lainnya yang sukses dalam berdagang namun mereka hidup dalam zuhud dan selalu bersedah dan berinfaq.

Di Indonesia, salah satu pengusaha muslim yang sukses adalah Chairul Tanjung. Beliau adalah pemilik CT Corp yang membawahi anak perusahaan Trans Corp, Bank Mega dan CT Global Resources. Usaha Chairul Tanjung yang bergerak di bidang multimedia, property, investasi dan keuangan ini dimulai dari nol, sejak ia masih berstatus mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dalam berbisnis Beliau menekankan pentingnya sifat ulet, gigih, pantang menyerang dan mengembangkan jaringan usaha dengan partner bisnisnya agar suatu usaha bisa berkembang, maju dan menjadi perusahaan raksasa yang memiliki keuntungan besar pula. Selain menjadi pengusaha, Chairul Tanjung juga pernah menjabat sebagi Menteri Kehutanan Indonesia dan Menteri Perekonomian Indonesia. Hal ini menunjukkan, kesuksesan seorang pengusaha dapat memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat luas bahkan pada negara.

Tokoh-tokoh pengusaha muslim di atas adalah contoh dari sekian banyak pengusaha muslim yang sukses sejak zaman Rasulullah hingga saat ini. Hal ini


(5)

perlu diwariskan semangat kewirausahannya, di kembangkan dan di arahkan agar pengusaha muslim dapat terus menjalankan eksistensinya dalam perekonomian namun tetap bepegang teguh pada syariat Islam, termasuk bijak dalam menggunakan jasa perbankan dalam aktivitas usahanya. Sehingga usaha yang dijalankan dapat mendorong pembangunan Islam yang adil, kuat, dan memberi kesejahteraan pada umat

2.6 Penelitian Tedahulu

Berikut ini terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi refrensi dan pembanding oleh penulis dalam melakukan peneltian ini:

1. David, Hatane, dan Edwin (2013) dengan judul “Analisis Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Mobile Banking Dengan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model Dan Theory Of Reasoned Action”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh penerimaan nasabah terhadap layanan mobile banking dengan menggunakan pendekatan technology acceptance model dan theory of reasoned action secara langsung maupun tidak langsung. Hasilnya, perkembangan teknologi dari perbankan yang diikuti dengan pelayanan Bank baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menarik nasabah untuk menggunakan jasa Bank.

2. Y. Sri Susilo (2010) dengan judul “Peran Perbankan Dalam Pembiayaan UMKM Di Provinsi DIY”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran Bank dalam pembiayaan UMKM pada industri


(6)

kecl di wilayah Surakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitiaan menunjukkan akses UMKM terhadap sumber pembiayaan perbankan perlu ditingkatkan.