Haniwa dalam kofun pada zaman Yamato

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Haniwa dalam kofun pada zaman Yamato. Skripsi ini
memiliki tujuan untuk mengetahui apa saja jenis-jenis haniwa dan bagaimana fungsi
serta makna haniwa yang terdapat di sekitar kofun yang ada pada zaman Yamato.
Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun (250 M - 550 M ) dan
zaman Asuka (550 M – 710 M). Pemberian nama Yamato didasarkan atas daerah
kekuasaan negeri Yamato.
Masyarakat pada zaman Yamato diperintahkan oleh seorang kaisar, namun
yang menjalani roda pemerintahanya adalah kepala klan (goozoku) yang merupakan
pembantu kaisar. Struktur masyarakat pada zaman ini menunjukan adanya kelas-kelas
dalam masyarakat. Keturunan Tenno merupakan kelas tertinggi, sedangkan goozoku
dan masyarakat biasa berada dibawah tenno, tanah dimiliki oleh tenno dan goozoku,
rakyat biasa hanyalah penggarap tanah. Para penghuni tanah yaitu rakyat biasa
memiliki kewajiban mengolah tanah dan membuat bermacam-macam perlengkapan
yang dibutuhkan oleh pihak istana.
Kofun adalah gundukan tanah yang dibuat dengan membentuk sebuah
kuburan. Kuburan ini merupakan produk zaman Yamato yan muncul pada abad ke-3
M.

Kofun yang ada pada zaman Yamato merupakan makam dari raja-raja dan


bangsawan yang telah meninggal.
Banyak jenis gundukan dibangun tetapi ciri khas dari kofun pada zaman
Yamato adalah lubang kunci makam yang dikenal dengan sebutan Zenpo Koen Fun.

Pada tiap kofun banyak ditemukan bermacam-macam benda, yang paling khas
dari benda-benda tersebut adalah Haniwa. Haniwa (hani berarti “tanah liat” dan wa
berarti lingkaran”) muncul pertama kali di daratan Kansai.
Haniwa adalah arca-arca yang terbuat dari tanah liat yang menghasilkan
warna kuning mengkilap yang terdapat pada kofun.

Haniwa memiliki beragam jenis

dan bentuk. Ada yang bercorak manusia, hewan , mebel, dan alat-alat yang dipakai
dalam kehidupan sehari-hari, yang paling banyak ditemui pada setiap kofun adalah
haniwa manusia, rumah, kapal dan hewan yang memiliki makna masing-masing.
Kepercayaan masyarakyat Jepang pada zaman Yamato terbentuk dari
kepercayaan religius, sebagai unsur-unsur agama Shinto yang bersifat animistik
pemujaan terhadap alam. Masyarakat percaya haniwa memiliki kekuatan magis.
Haniwa pada awalnya digunakan untuk mendefinisikan parameter makam
suci, memisahkan dan melindungi roh orang yang telah mati dari gangguan roh jahat.

Ritual khusus diadakan untuk menghormati orang mati. Jenis-jenis haniwa mewakili
dari kehidupan almarhum sebagai sosok yang dilayani dan dihormati semasa hidup.
Disisi lain, masyarakat Yamato percaya haniwa berfungsi untuk membuat roh merasa
nyaman dengan kehidupanya yang baru sebab haniwa dapat dijadikan teman di alam
arwah dan media untuk menjalin kehidupanya yang baru.

Haniwa figur Manusia melambangkan sosok seorang tokoh-tokoh yang ada
pada zaman Yamato. Haniwa rumah dan kapal melambangkan sebuah bangunan
rumah dan kapal yang dipergunakan di zaman tersebut sebagai tempat tinggal dan
kendaraan, sedangkan makna haniwa hewan melambangkan hewan-hewan yang
berjasa di dalam kehidupan pada zaman Yamato