Fungsi Dan Tugas Ashigaru Dalam Situasi Perang Pada Zaman Kamakura Hingga Zaman Edo

(1)

i

FUNGSI DAN TUGAS ASHIGARU DALAM SITUASI PERANG PADA ZAMAN KAMAKURA HINGGA ZAMAN EDO

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

FRANS SAHALA SITORUS NIM : 102203015

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ii

FUNGSI DAN TUGAS ASHIGARU DALAM SITUASI PERANG PADA ZAMAN KAMAKURA HINGGA ZAMAN EDO

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Program Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH: NIM: 102203015 FRANS SAHALA SITORUS

Pembimbing Pembaca

Drs . Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP. 196009191988031001 NIP.196708072005011001 Zulnaidi,S.S.M.Hum

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

iii PENGESAHAN

Diterima oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Program Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan

Nip 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis,M.A Panitia Ujian :

No.Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi,S.S.M.Hum ( )

2. Drs . Eman Kusdiyana M.Hum ( )


(4)

iv Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D-III BahasaJepang Ketua Program Studi

NIP.1967080720050110011 Zulnaidi,S.S,M.Hum


(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “TUGAS DAN FUNGSI ASHIGARU DALAM SITUASI PERANG PADA ZAMAN KAMAKURA HINGGA ZAMAN EDO ” ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena kemampuan penulis yang masih terbatas. Tetapi,berkat bantuan beberapa pihak,maka penulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini

Maka dari itu, penulis mengucapkan erima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum, selaku Dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(6)

6

5. Ibu Adriana Hasibuan S.S. M.Hum, selaku Dosen Wali yang telah memberikan perhatiannya selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Kepada seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Untuk keluarga yang tersayang, Ayahanda R.Sitorus,dan teristimewa Ibunda M.Pasaribu yang telah banyak memberikan pelajaran hidup, semangat dan dukungan yang tidak pernah ada hentinya sehingga penulis menjadi seperti sekarang ini.

8. Untuk kakak, abang, dan adikku tersayang Fanny, Fredikson, dan Friskilla, terima kasih sudah menjadi kakak, abang, dan adik yang baik selama ini.

9. Untuk sahabat tercinta, yang telah membuat penulis selalu bersemangat dalam menjalani hidup ini dan terima kasih sudah banyak membantu.

10.Buat Hinode 2010 terima kasih banyak buat selama ini kita telah sama-sama berbagi kehangatan di dalam canda, tawa, debat, marah, senyum, tangis, kenangan yang takkan pernah terlupakan bersama dengan kalian.


(7)

7

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penulisan ... 3

BAB II : GAMBARAN UMUM MENGENAI ASHIGARU 4 2.1 Konsep Ashigaru ... 4

2.2 Perekrutan Ashigaru ... 11

2.3 Perlengkapan Ashigaru... ... 13

BAB III : FUNGSI DAN TUGAS ASHIGARU DALAM SITUASI PERANG PADA ZAMAN KAMAKURA HINGGA ZAMAN EDO ... 17


(8)

8

3.1 Pelayan Samurai dalam Situasi Perang ... 17

3.2Pemberi Sinyal Dan Unit Reaksi Cepat ... 18

3.3Pelayan Logistik dalam Situasi perang ... 19

3.4 ashigaru sebagai Garda Depan Dalam Perang ... 19

... BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

4.1 Kesimpulan ... 25

4.2 Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN


(9)

9 1.1Alasan Pemilihan Judul

Negara Jepang adalah negara yang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Begitu pula catatan tentang kejayaan militer Jepang di masa lampau tidak bisa begitu saja dilupakan. Golongan bangsawan militer Jepang mengalami masa kejayaan pada zaman pertempuran, atau Periode Perang Antar Negeri atau juga disebut Sengoku Jidai. Periode ini, yang sering dikatakan berlangsung pada kurun waktu 1550-1600,berkisar antara runtuhnya keshogunanan Ashikaga dan terbentuknya keshogunan Tokugawa.

Sampai paro kedua sengoku jidai, seseorang yang tak terlahir dalam golongan samurai masih berpeluang menjadi samurai. Itu dapat terjadi apabila ia bergabung dalam bala tentara sebagai prajurit infanteri,lalu memperoleh perhatian kepala marga atau para pembantunya, sehingga diberi tugas tetap.

Namun bagi kebanyakan orang, golongan samurai hanya dapat dimasuki melalui kelahiran atau pengangkatan sebagai anak berdasarkan hukum. Meskipun samurai berstatus sosial tinggi, secara internal golongan samurai terbagi lagi dalam berbagai jenjang. Jenjang teratas ditempati oleh para Daimyo beserta keluarga mereka,yang menikmati semua hak istimewa yang yang menyertai kedudukan itu. Pijakan paling bawah dari tangga yang panjang itu menjadi tempat orang – orang yang berhasrat menjadi samurai, merekalah kaum Ashigaru.

Kaum Ashigaru secara harfiah berarti “kaki ringan”, adalah para serdadu pejalan kaki laskar garda depan dan merupakan bagian terbesar dalam pasukan.Pada


(10)

10

zaman Kamakura dan zaman Edo sering dikatakan sebagai zaman yang banyak terjadi peperangan,pada saat perang seperti ini banyak para samurai memakai tenaga Ashigaru untuk dipekerjakan sebagai pembantu mereka. Dalam situasi perang Ashigaru diberi tugas oleh Samurai untuk melayani segala kebutuhan samurai dalam suasana perang sebagai pelayan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul “Fungsi dan Tugas Ashigaru Dalam Situasi Perang Pada Zaman Kamakura HIngga zaman Edo” dalam kertas karya ini.

1.2Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis memilih judul kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah Ashigarudi Jepang

2. Untuk mengetahui fungsi dan tugas ashigarupada masa peperangandi zaman kamakura dan edo

1.3Batasan Masalah

Penulis akan memfokuskan pembahasan kertas karya ini pada fungsi dan tugasAshigaru dalam peperangan di Jepang pada zaman Kamakura hingga zaman Edo. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengembangkan juga perekrutan, pembagian tugas , dan juga perlengkapan Ashigaru.

1.4Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), yakni dengan cara mengumpulkan sumber-sumberbacaan yang ada


(11)

11

yakni berupa buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas, kemudian dirangkum dan dideskripsikan ke dalam kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan informasi teknologi internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadi lebih akurat dan lebih jelas.


(12)

12

BAB II

GAMBARAN UMUM MENGENAI

ASHIGARU

2.1KonsepAshigaru

Ashigaru merupakan usaha awal yang dilakukan oleh penguasa Jepang untuk mengendalikan dan mensistematiskan pasukan militer yang dimilikinya. Hingga akhirnya Kaisar Tenmu (masa pemerintahan 673-686) memperkirakan pasukan militer yang dimilikinya terlalu banyak diisi oleh pasukan wajib militer pejalan kaki(Ashigaru), tetapipada akhirnya, program wajib militer tersebut terpaksa dihentikan karena banyak dari wajib militer tersebut yang melarikan diri.

Pada abad ke-10, pemerintah Jepang mulai mengandalkan jasa militer yang disediakan oleh para pemilik tanah dan menjamin posisi ‘perwira’ dari para wajib militer. Mereka ini lah yang nantinya disebut samurai yang pertama, yang dibantu oleh pasukan dari kelas bawah yang pada saat itu merupakan pasukan yang diisi oleh para petani. Beberapa pejuang pejalan kaki yang memiliki kelas rumpun yang tertentu akan bertanggung jawab dalam merawat dan mengontrol para Genin ( pembantu militer).

Para Genin ini yang bertugas untuk membawa peralatan perang dan merawat kuda, dan juga beberapa dari mereka memerankan peran yang cukup penting yang ditugaskan untuk tujuan tertentu yang merupakan arahan dari para pemiliknya. Para Genin akan ikut berperang jika dibutuhkan, khususnya ketika hidup para samurai dalam bahaya, tetapi kebanyakan pertarungan para samurai merupakan pertarungan


(13)

13

yang sangat pribadi, yang membuat para Genin hanya bersifat pendukung kecil. Jika jasa mereka diakui dan dihargai, para Genin memperoleh kesempatan untuk mendapatkan promosi dan diangkat statusnya menjadi samurai.

Khususnya dalam pasukan, mereka yang terikat kewajiban secara social atau tidak memiliki jasa apapun ditempatkan selayaknya pasukan pejalan kaki. Mereka direkrut secara terburu-buru, tidak ditraining dengan layak dan merupakan prajurit yang sangat buruk. Dalam serangkaian cerita peperangan luar biasa para samurai, selalu ada orang-orang hebat yang tak diketaui namanya, dan itu hanya akan diketahui jika semua teks tentang peperangan yang ada ditelaah dengan teliti. Anehnya, catatan tentang para pejuang pejalan-kaki yang disia-siakan itu tidak banyak ditemukan dalam catatan sejarah yang tersirat dalam lukisan atau gulungan catatan tentang sejarah yang bertahan hingga masa kini.

Dalam Heiji monogatari Emaki dan beberapa sampul yang menggambarkan para pejuang yang bertarung dengan berjalan kaki. Para pelukis telah membuat lukisan yang membuat perbedaan antara para pejuang pejalan-kaki dan para samurai yang memakai pelinduung tubuh yang kuat dan terlihat gagah, dalam tampilan fisik juga digambarkan para pejuang pejalan-kaki tersebut terlihat sangat kasar, karakter yang jelek, wajah berewokan dan tampilan yang menunjukkan kurangnya dedikasi dbandingkan pasukan kelas yang lain. Contoh lain menunjukkan perbedaan antara para samurai dan pejuang pejalan-kaki dalam fungsi yang mereka kerjakan pada saat itu. Para samurai yang menunjukkan kekuatan yang sangat luarbiasa dalam memanah


(14)

14

sementara para pejuang pejalan-kaki hanya membabibuta menghancurkan bangunan-bangunan.

Pada perang Gempei (1180-1185) keluarga Minamoto memperoleh kemenangan atas lawannya Taira dan shogun yang pertama. Pada saat itu juga diktator militer yang kekuatan perangnya menurun diangkat oleh kaisar. Tetapi perang masih berlanjut dengan para pejuang pejalan kaki yang kadang-kadang muncul sebagai petarung dan korban. Sebagai contoh dalam sejarah azuma kagami pada tahun 1221 kami membaca “tentara barat sudah memenuhi Negara tetangga dan mencari para pejuang pejalan kaki yang sudah meninggalkan medan peperangan. Kepala berlepasan, pisau menyambar-nyambar, lagi dan lagi.”

Pada tahun 1274 dan 1281 para elite samurai yang didukung oleh para pejuang pejalan kaki memukul mundur dua serangan pasukan Mongolia. Selama bertahun-tahun jepang menikmati masa damai sampai kurangnya keyakinan untuk usaha memperbaiki kekaisaran mengarah pada perang Nanbokucho yang melibatkan dua kaisar besar yang berseteru dan bertahan hingga abad ke-14.

Kebanyakan aksi dari peperangan ini dilaksanakan melalui posisi bertahan didaerah pegunungan hingga cara baru dalam penggunaan pemanah memasuki tahap perkembangan. Pada saat ini tidak lagi digambarkan para samurai yang menembakkan satu persatu busurnya melainkan busur dalam jumlah yang sangat besar ditembakkan oleh pasukan sekelas pasukan pejalan kaki. Ini merupakan teknik yang digunakan


(15)

15

pasukan Mongol untuk melawan pasukan Jepang. Taiheiki menyebutkan julukan dari pemanah kelas bawah sebagai Shashu no ashigaru (Ashigaru sang pemanah). Disini merupakan ungkapan Ashigaru pertama sekali diucapkan dalam sejarah Jepang. Lebih dari 2000 prajurit yang berjuang untuk Shasaki dalam peperangan Shiijo Nawate pada tahun 1348-1800 adalah para pemanah kelas bawah ini.

Satu abad kemudian kata Ashigaru muncul lagi dalam konteks yang berbeda dan membawa malapetaka pada perang Onin, pada tahun 1467-1477 khususnya perang kebiadaban yang terjadi secara rutin disekitar Kyoto yang merupakan ibukota dari Jepang yang pada saat itu merupakan pusat kebobrokan yang diisi penuh oleh para pencuri, para pembakaran rumah dan pemerasan.

Kyoto merupakan tempat kedudukan para Shogun tetapi kekuatan nya menurun seiring pertumbuhan Daimyo. Para jenderal yang licik membutuhkan para pejagal untuk keamanan dari para petani yang tidak memiliki lahan dan terpuruk oleh kurangnya rasa keadilan yang pada saat itu merupakan pusat pasar. Kata Ashigaru menunjukkan kurangnya pakaian perang, alas kaki bahkan alat perang sampai akhirnya mereka mencuri dari pasukan musuh yang mereka kalahkan. Beberapa orang terlihat sangat mudah menyesuaikan dirinya bersama para pejuang samurai dan mereka berjuang bersama menjarah, dan akhirnya pergi.

Pada saat itu Daimyo yang sangat ambisius berhasil meningkatkan jumlah pasukan pejalan kakinya hingga sepuluh kali lipat dari tambahan seperti pencuri dan


(16)

16

para pemberontak. Sayangnya mereka yang sudah direkrut lebih sering melarikan diri dan menghilang untuk membalikkan keadaan dan menambah pasukan lawan.

Para petani yang tidak terlatih yang hanya direkrut karena kebutuhan personal bukan kandidat yang tepat untuk pertarungan yang terorganisir oleh grup dan memegang persenjataan yang jauh lebih pengalaman. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah tindak lanjut untuk meningkatkan kemampuan dan pelatihan berulang – ulang yang pada dasarnya sudah diharapkan dari penguasa daimyo. Kedua pengembangan ini terus berlanjut pada masa peperangan antara Negara, peperangan dan pengepungan dimana-mana.

Keputusan akhir adalah pengakuan bahwa, walaupun pada dasarnya ashigaru berbeda dengan para elit samurai, kemampuan berperang mereka sangat melengkapi.

Sangat perlu diketahui bahwa kata ashigaru bukan hanya mengindikasikan prajurit yang diambil dari para petani. Pada awal peperangan antar kota, status yang membedakan antara para samurai dan petani yang kaya sangat tidak jelas kesamaannya, tetapi diantara mereka terdapat samar-samar kehadiran orang-orang yang dinamakan ji-samurai. Kebanyakan ji-samurai mengambil posisi dalam samurai sebagau kerja tambahan dan terkadang mereka bekerja sebagai petani paruh waktu, dan tanah pinjaman yang mereka gunakan jelasdalam bahaya yang kebanyakan dating dari Daimyoo. Hal iini yang pada akhirnya membuat para ji-samurai gamang untuk mengambil keputusan apakah harus tetap menjadi petani atau harus ikut dalam


(17)

17

pasukan Daimyo. Tetapi banyak juga yang lebih memilih untuk meninggalkan tanahnya dan hidup dalam barak perlindungan dan ada juga yang lebih memilih untuk menjadi ashigaru.

Sejarah paling cemerlang dalam kesatuan ashigaru yang merangkak naik jabatan adalah Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), orang yang dijuluki sebagai Napoleon-nya Jepang. Ayahnya adalah seorang Ashigaru pada masa pemerintahan Oda Nobuhide yang merupakan ayah dari Oda Nobunaga.

Selama peperangan ia terkena tembakan pada bagian kaki dan harus mengambil keputusan untuk berhenti dari tugas pertempuran. Dan hasil dari keputusannya untuk berhenti ia kehilangan hubungannya dengan keluarga Oda dan kembali kepertanian. Anaknya, mendapat kepercayaan dari keluarga Oda dan perlahan-lahan merangkak naik jabatan. Setelah kematian Nobunaga, hideyoshi memimpin sejumlah peperangan dan berhasil mendapatkan tampuk kekuasaan diseluruh jepang. Pada tahun 1588, ketika kemenangannya atas seluruh negeri hampis selesai, ia mengeluarkan perintah untuk melucuti setiap senjata yang ada pada seluruh kaum petani. Itu merupakan sebuah keputusan pemimpin yang sangan berani yang bahkan belum ada pemerintahan sebelumnya yang berani melaksanakan perintah itu, tetapi kekuatan hideyoshi sangat besar dan perintah ini sangat berhasil.

Setelah pelucutan senjata, kebutuhan akan para ashigaru pada akhirnya hilang, memaksa seluruh Daimyo di jepang untuk mengandalkan orang-orang mereka sendiri


(18)

18

untuk menjadi prajurit, dan pada than 1591, ketika seluruh Daimyo sudah sadar akan kekuatan yang dimiliki pemerintahnya, hideyoshi mengeluarkan mandat untuk membekukan seluruh kehormatan yang diberikan oleh Daimyo. Yaitu, melarang perubahan status apapun baik dari seorang samurai menjadi petani atau sebaliknya, dan perubahan status dalam bentuk apapun. Berikut adalah kutipan dari maklumat yang dikeluarkan Hideyoshi:

“jika ada diantara para penduduk yang sebelumnya berasal dari kemiliteran dan memilih untuk hidup sebagai petani dari mulai bulan ketujuh pada tahun lalu, dengan surat perintah daerah Mutsu, kalian ditugaskan untuk memantau dan mengasingkan mereka”

“jika ada petani yang meninggalkan ladangnya, atau berganti profesi menjadi pedagang atau mempekerjakan buruh, bukan hanya dia yang mendapat hukuman, tetapi seluruh penghuni desanya akan mendapat hukuman”

“tidak ada pembantu militer yang meninggalkan tuannya tanpa izin dan mendapat pekerjaan ditempat lain.”

Para Ashigaru yang diambil dari pasukan Daimyo yang telah kalah dilarang kembali ke pertanian. Dari mulai tahun 1591, terjadi situasi yang sangat berbeda dari situasi sebelumnya. Petani yang memenuhi posisi militer hanya akan berubah menjadi buruh, dan jika ada ashigaru yang bertugas sebagai pengangkut peluru dapat bersyukur


(19)

19

dirinya beruntung tidak mendapat status yang lebih rendah, dan hanya satu tingkat dibawah status samurai.

Penerapan setiap maklumat mengambil waktu yang cukup panjang, dan hanya bisa dilaksanakan oleh pengganti hideyoshi yaitu Tokugawa leyasu (1542-1616). Ashigaru dikenal dengan sebagai pasukan yang berbeda dari kesatuan militer jepang, tanpa mendapat jaminan apapun. Dengan pendirian kekuasaan dari Tokugawa membuat pemisahan status dalam kehidupan social di jepang menjadi sangat keras. Samurai menempati posisi paling atas sementara ashigaru berada diantara mereka, dan menghilangkan jabatan apapun dibawah para samurai.

Buku yang dikeluarkan pemimpin jepang pada masa itu yang berjudul Zohyo Monogatari yang berarti kisah para prajurit yang ditulis pada tahun 1649 oleh samurai yag bertugas sebagai pemimpin para ashigaru yang diharapkan dapat diwariskan sampai anak cucunya dan bagaimana cara mendapatkan yang terbaik dari mereka. Penulisnya adalah Matsudaira Nobuoki, merupakan anak dari matsudaira nobutsuna yang mengepalai pasukan shogun selama masa pemberontakkan shimabara pada tahun 1638, yang merupakan aksi terakhir dari pasukan samurai untuk menyerang sebagaimana pemberontakkan shimabara yang dirancang oleh seorang samurai Kristen yang murtad dan para petani yang kecewa, Matsudaira Nobuoki telah mendapatkan beberapa pelajaran dalam memantau dengan gigih kemampuan bertarung musuhnya.


(20)

20

Tujuan yang sebenarnya zohyo monogatari adalah fakta yang telah tertulis dengan sebenarnya. Perang pada abad 12 yang menghasilkan catatan-catatan sejarah yang hanya berkonsentrasi pada kehebatan samurai . zohyo monogatari adalah buku pegangan untuk pemimpin ashigaru.

2.2Perekrutan Ashigaru

Sejarah tentang perekrutan ashigaru adalah pergerakkan dari prajurit biasa yang sangat kurang pelatihan menuju keorganisasi yang profesional dengan pengabdian yang terus menerus dan tidak ada ilustrasi yang lebih baik untuk mengambarkannya selain metode perekrutan.

Kebiasaan alami dari kegiatan ashigaru selama perang onin(1467-1477) dipastikan jumlah rata-rata prajurit yang melarikan diri adalah sama dengan prajurit yang mendaftar dan dalam beberapa kesempatan, pasukan itu dapat bertambah oleh kelompok ashigaru yang oportunis tanpa pemerintah komandannya. Beberapa orang yang mencari kesempatan merupakan kaki tangan dari kampanye gelap dan tidak dapat dibedakan dengan perampok petani yang berkeliaran pada malam hari, membunuh para samurai yang terluka dan mencuri semua persediaan.

Sebagai tambahan cara perekrutan yang kurang jelas ini, daimyo menambahkan pasukannya dari orang-orang yang berkerja ditanahnya baik para petani atau para samurainya.


(21)

21

Sebagaimana tahun-tahun berlalu dan sebagian wilayah daimyo menjadi semakin luas, itu membuat perekrutan ashigaru menjadi lebih teratur dan sistematis. Akhir dari evolusi ini adalah perubahan dari ashigaru menjadi orang yang benar benar ikut dalam peperangan atau tentara sepenuh waktu.

Sampai sekitar tahun 1580 tekanan dan sumber yang didapat oleh daimyo dari ashigaru membuatnya menempatkan ashigaru dalam dua posisi yaitu prajurit dan petani, dan itu hanya terjadi ketika durasi peperangan menjadi lebih lama untuk mengatasi masalah dalam sistemnya. Hal itu membuat para pemilik tanah yang kaya menyiapkan para petarungnya dan benar benar berhati-hati melindungi hasil produksinya, hingga mereka berkembang dari segi ekonomi dan militer.

Ekonomi dan militer yang sukses pasti berbuah kesuksesan, karena daimyo akan menarik perhatian pengikutnya dari kedua tujuan tersebut dan itu mempermudahnya untuk mengatur divisi tenaga kerjanya. Jumlah yang signifikan datang dari ashigaru yang oportunis yang berhenti menjadi prajurit dan memutuskan untuk tinggal dan sebagian berhasil melarikan diri dari daimyo yang kurang menjanjikan dan mencari tuan yang lebih menjanjikan.

Dalam beberapa kasus terdapat jual beli kesetiaan ketika musuh yang telah kalah tenggelam dalam kekuasaan sang pemenang. Dalam hal yang sebaliknya,peperangan antar samurai lebih sering mengarah kepada hara-kiri. Daimyo yang telah dikalahkan


(22)

22

lebih sering menyerahkan wilayahnya termasuk lahan pertanian dan para pejuangnya dalam harapan diberikan investasi dalam bentuk lain dan di anggap sebagai aliansi.

2.3 Perlengkapan Ashigaru

A.Jubah

Bukti bahwa meningkatnya peran penting dari ashigaru ditemukan dari banyaknya baju-baju perang yang dibuat untuk mereka diketahui sebagai okashi gusoku(jubah pinjaman), jubah ashigaru merupakan jubah yang sangat sederhana, terdapat lebih sedikit pelindung pada bagian tubuh daripada do (pelindung tubuh pada jubah yang umum) dengan sedikit tambahan pada pinggiran jubah.

Hal tersebut menjelaskan bahwa Daimyo , yang menyediakan jubah itu mulai lebih menghargai kinerja dan kontribusi yang diberikan oleh ashigaru dan mulai memperhatikan keselamatan pasa pejuangnya. Hampir seluruh pejuang osaki gosujo memiliki lencana dari daimyo didepan pelindung tubuh mereka. Sebuah benda sederhana juga terkadang ditambahkan oleh para ashigaru di sashimoni (bendera) yang mereka kaitkan di jubah perang mereka.

Beberapa pasukan, khusisnya klan Li dari hikone memberikan warna tambahan yang seragam pada jubah perangnya. Kombinasi-kombinasi yang


(23)

23

ditambahkan itu bertujuan untuk mengubah jubah Ashigaru menjadi terliha lebih ke-militeran.

Perubahan penempatan persenjataan perang membuat status militer ashigaru meningkat. Selama masa jayanya pada perang Gempei(1180-1185) senjata utama para samurai adalah busur, jelas keahlian pemanah pada samurai tidak lagi sebuah hal yang meragukan. Tetapi sekitar tahun 1530 ashigaru masih digunakan sebagai senjata paling depan sementara para samurai yang hebat itu berperang menggunakan tombak bukan menggunakan busur.

Memulai tahun 1550 kedepannya, busur Ashigaru diganti dengan menggunakan senjata api, tetapi untuk mengefektifkan senjata yang telah digunakan, para ashigaru ditempatkan pada posisi paling depann di kesatuan peperangan, posisi yang merupakan suatu hal yang menjadi status martabat paling tinggi dan secara tradisional merupakan posisi yang menunjukkan loyalitas seorang samurai yang luar biasa. Kehormatan yang sangat luar biasa jika berada pada posisi yang paling depan untuk menghadapi musuh. Penempatan prajurit kelas rendah pada posisi itu memberikan tantangan pada martabat para samurai, walau taktik menyeluruh seperti itu hanya untuk menjatuhkan mental lawan hingga akhirnya para samurai menyerang dengan kekuatan penuh, ketika para samurai bergantian menyerang, para ashigaru perlahan-lahan bergerak mundur. Hingga pada tahun 1590 posisi serupa menjadi strategi yang sangat umum, menunjukkan perbedaan sifat militer yang sangat kental.


(24)

24

Walau tidak semua orang menyetujuinya dan banyak yang memberikan komentar yang cukup jelek pada akhir sejarah yang mengatakan sedikitnya sekitar 10 sampai 20 pengendara kuda meninggal secara singkat merupakan strategi yang membuat pasukan dengan rank yang lebih tinggi menjjadi korban, lama kelamaan ini menjadi strategi atau cara berperang ashigaru.

B. Tombak

Ashigaru mempergunakan tombak sekitar tahun 1530. Nagae-yari (tombak panjang yang runcing. Penombak merupakan tulang punggung pasukan Jepang sejak abad ke 15, tapi memerlukan waktu untuk berkembang. Inovasi besar dalam taktik perang tidak hanya timbul dengan kemunculan senjata baru. Tradisi dan kebiasaan lama menghalangi perubahan kebiasaan bertempur.

Saat tombak menjadi andalan dalam pasukan Jepang ukurannya menjadi bertambah, sehingga , misalnya, tombak sepanjang 5,5 meter menjadi hal yang umum,. Oda Nobunaga memanjangkan tombaknya menjadi 8,2 meter,yang memberikan keuntungan pasukan infanteri nya dalam medan pertempuran.

C. Perlengkapan Tambahan Ashigaru

Ada banyak perlengkapan Ashigaru belum diuraikan diatas, contohnya saja botol air yang terbuat dari bambu, Haori atau jaket yg berbentuk seperti rompi biasa,peralatan kerja seperti parang, pisau, dan alat yg berbentuk seperti arit, ada juga


(25)

25

keranjang anyaman untuk barang pribadi, kasur tidur yang terbuat dari jerami, dan ada juga senjata lain berupa busur dan anak panah.

Perlengkapan yang berbeda dapat dilihat pada Ashigaru penembak Harquebus atau bedil, seorang Ashigaru penembak dilukiskan mengenakan baju zirah sederhana , dan diperlengkapi dengan baik untuk menembakkan senjatanya.

Para Ashigaru penembak membawa kantung peluru yang terbuat dari kulit yang halus, tas peluru yang di buat dari kulit juga, mereka juga membawa botol untuk menyimpan bubuk mesiu agar tetap kering, ada juga kotak penyimpanan peluru, gulungan sumbu,serta botol bubuk mesiu yang berbeda yang dipernis dan memiliki sumbat pengukur.

Banyaknya perlengkapan yang diperlukan untuk menggunakan senjata api, membuat sejumlah Ashigaru tetap memilih busur hingga decade akhir abad ke 16.


(26)

26

BAB III

FUNGSI DAN TUGAS

ASHIGARU

DALAM SITUASI PERANG

PADA ZAMAN KAMAKURA HINGGA ZAMAN EDO

3.1Pelayan Samurai Dalam Situasi Perang

Setiap samurai pasti memiliki beberapa ashigaru yang di pekerjakan untuk mengangkat barang-barang personal dan untuk melayaninya. Salah satu contoh zoritori (pengangkat sandal) yang tugasnya untuk membawa alas kaki yang dimiliki oleh samurai.

Menghemat alas kaki merupakan hal yang sangat penting pada masa itu karena sandal jerami jepang tidak bertahan lama dan terlebih lagi dalam beberapa karya tulis jepang sandal jerami merupakan salah satu bagian dari jubah perang militer dan setiap samurai pasti memiliki beberapa pasang sandal yang harus dibawa oleh ashigarunya. Ini merupkan hal yang sangat penting dan sama pentingnya seperti mengangkat perbekalan.

Posisi yang paling memberikan kesempatan untuk kejayaan para ashigaru tanpa harus berhadapan langsung dengan musuh di medan perang dan jika mereka mati dalam melaksanakan tugasnya, kehormatan keluarganya akan sangat jauh meningkat. Mereka adalah para pembawa sandal, para pembawa pesan, dan para pembawa


(27)

27

tombak yang bersedia menyerahkan nyawanya untuk ditembak demi melindungi tuan mereka.

Posisi yang paling mudah diserang dari tugas ashigaru adalah sebagai pengantar pesan dalam pasukan daimyo. Jika satu pengantar pesan ashigaru terbunuh sama hal nya dengan kehilangan seorang samurai

3.2Pemberi Sinyal Dan Unit Reaksi Cepat

Ashigaru dalam divisi ini memiliki tanggung jawab untuk mengoperasikanalat-alat sinyal yang digunakan di medan peperangan. Contoh yang paling jelas adalah horagai (peniup trompet). Drum juga kadang-kadang dibawa. Drum yang lebih kecil dibawa di blakang ashigaru sementara ashigaru lain yg dibelakangnya memukul drum tersebut.

Drum yang lebih besar dipikul oleh dua ashigaru. Dan kadang-kadang gong juga digunakan. Yang lebih besar di pikul oleh dua orang, ini merupakan system kesepakatan dalam komando untuk membariskan dan menggerakkan prajurit sesuai gebukan drum. Terdapat jumlah ashigaru yang sangat besar untuk membawa bendera. Beberapa jumlah yang paling banyak membawa spanduk memanjang yang digunakan untuk mengidentifikasi lokasi beberapa unit prajurit.

Divisi ini juga ada di setiap provinsi di Jepang, memiliki menara api yang diisi oleh ashigaru yang bertugas untuk menyalakan api hingga menara di provinsi yang


(28)

28

lain melihat api yang dinyalakan ashigaru tersebut, hingga seluruh provinsi ikut menyalakan api tersebut yang bertujuan sebagai sinyal pemberitahuan awal jika ada ancaman atau indikasi peperangan untuk menyiapkan setiap provinsi untuk siap dalam provinsi yang siap untuk bertempur.

3.3Pelayan Logistik Saat Perang

Dalam divisi ini, ashigaru dibedakan atas pembawa arquebus (shot gun), busur dan tombak.sebagai contoh, pada tahun 1592, prajurit shimazu membawa 1500 pemanah, 1500 penembak, dan 300 penombak, dan memberikan suplai prajurit kepada tokugawa sebanyak 200 pemanah, 1200 penembak,dan 850 penombak dan keseluruhan itu merupakan ashigaru dan benar-benar dilatih untuk menguasai senjata yang di pegangnya.

Selain itu, Ashigaru ada juga yang memiliki tugas membawa panji besar (mon). panji besar digunakan untuk menentukan batas atau tempat penting di medan pertempuran. Setiap kesatuan samurai membawa sebuah panji yang juga sering digunakan untuk menentukan lokasi para panglima.

3.4Ashigaru Sebagai Garda Depan Dalam Perang

Ilustrasi mengenai ashigaruyang dramatis ketika pada tahun 1575 Oda Nobunaga meraih kemenangan pada perang Nagashino. Nobunaga, yang diharapkan bisa menghancurkan pasukan berkuda yang ditujukan padanya oleh samurai ternama dari klan Takeda, membuat tiga baris para penembaknya dan di lindingi oleh barisan


(29)

29

pertahanan yang sedikit longgar. Dalam perlindungan oleh para samurai yang paling tangguh, ashigaru menembakkan peluru kearah para pasukan berkuda, membunuh dan mengacaukan barisan pertahanan lawan hingga menyisakan sisanya untuk para samurai bantai.

Walau para penembak paling banyak digunakan hingga berjam jam dalam peperangan, tetapi bukan mereka yang memenangkan peperangan, tetapi Nagashino menunjukkan bahwa peperangan bisa dimenangkan dengan memadukan para ashigaru dan para samurai dengan kepemimpinan yang tegasAshigaru dalam perang

Ashigaru memiliki peran penting di medan peperangan. Di topik ini saya akan membahas melalui 2 arah, yaitu secara teoritikal dan praktikal. Teori-teori ini meliputi beberapa material seperti efektifitas senjata api ditambah matsudaira rekomendasi dalam zohyo monogatari yang mana di tulis pada tahun 1649 yang berdasarkan pengalaman pertama ashigaru dalam peperangan. Secara praktik akan mengidentifikasi tanggung jawab dari ashigaru berdasarkan cerita pada masa nya. Laporan ini terhitung sangat jarang dan sangat jarang kita temui pembahasan tentang keterlibatan ashigaru dalam konteks apapun.

Salah satu area yang paling penting dalam teori kemiliteran pada abad ke 16 di jepang adalah banyaknya jenis jenis atau model dari medan peperangan. Kebanyakan terlihat seperti model china kuno, tapi semuanya itu memiliki beberapa tambahan, hal yang umum pada bagian belakang yang dikelilingi oleh para penjaga , pasukan berkuda yang siap menyerang, dan barisan depan yang di isi samurai yang gagah


(30)

30

berani dan pasukan ashigaru yang dilindungi oleh para penombak ashigaru, pasukan di bagian sayap yang sangat besar dan kesatuan pasukan yang paling belakang.

Kereta yang mengangkut semua barang-barang keperluan perang akan di iring dan dijaga di tempat belakang. Setiap unit akan berkomunikasi satu dengan yang lain melalui tsukai-ban(pasukan elit samaurai) yang bertugas sebagai pembawa pesan.

A.Pasukan Penembak

Dimanapun medan pertempurannya, pasukan senjata api adalah yang pertama kali menghadapi bentrokan dan saling tembak dalam peperangan dan itu terjadi antara setiap pasukan penembak dari kubu yang berperang dan jarak tembak maksimum hanya berjarak 100m, dan para penembak yang merupakan ashigaru dikomandani oleh kaptennya yang dibawahi oleh seorang samurai.

Para pasukan penembak itu biasanya ditempatkan di bagian yang paling depan dari para pasukan samurai, dan itu merupakan posisi yang sangat bagus untuk mengetahui kapan harus menembak untuk mengacak barisan pertahanan lawan. Dan tepat setelah pasukan musuh sudah tak teroganisir lagi, pasukan penombak ashigaru akan menyerang, bersamaan dengan para samurai yang menyerang dengan semangat baik yang berjalan kaki atau yang mengendarai kuda.


(31)

31

Sementara hal itu terjadi, pasukan ashigaru yang paling depan juga mengorganisir serangan di bawah perlindungan penombak ashigaru, dan pada saat yang bersamaan juga pasukan pemanah ashigaru memberikan bantuan dengan menembakan setiap anak panah yang dimiliki, sementara para penembak mengisi ulang senapannya.

Pada tahun 1570 –an para biksu Negoroji, yang berusaha memperoleh salah satu dari ketiga Harquebus Portugis di Tenageshima bukan hanya sekedar membuat senjata ini tetapi dengan cepat dan secara efekktif juga menggunakannyasekalipun sulit diketahui kapan tepatnya para penembak senjata api disusun mereka dalam barisan , mereka di dokumentasikan memimpin sebuah pasukan yang berkekuatan 300 orang penembak, dan mereka mengalahkan saudara Nobunaga

B.Pertarungan Tangan kosong

Dalam zohyo monogatari juga menjelaskan ketika musuh sudah mencapai barisan pertahanan senjata api menjadi yang belum di isi ulang tidak bisa digunakan karna butuh waktu untuk mengisi ulang. Jadi para pasukan penmbak harus siap bertarung dengan menggunakan tangan ksong tapi masih dalam perlindungan para penombak ashigaru. Hal itu seiring perintah yang didapat ashigaru untuk menyiapkan diri akan pertempuran jarak dekat dan secara langsung untuk menghunuskan pedang ke tubuh musuh. Salah satu tanggungjawab yang paling lama dan yang paling berguna yang dipegang oleh ashigaru di medan peperangan adalah ketika kluarga kuroda


(32)

32

menjelaskan pertarungan kimhae pada tahun1592, dideskripsikan bahwa kemampuan dari para penembak ashigaru sangat luar biasa dalam pertempuran jarak dekat.

C.Pasukan pemanah ashigaru

Ketika pasukan jepang berada diluar benteng pertahann dan mendapat serangan, mereka segera bergegas lari mendekat ke benteng dan pada saat jarak mereka sudah pada jarak yang tepat dari benteng pertahanan, pasukan pemanah ashigaru mengambil tindakan dan menyelamatkan parukan jepang tersebut dari musuh yang menyerang.

Dalam hal pembagian posisi dalam pasukan pemanah, satu orang pemanah berdiri diantara dua orang penembak untuk melindungi penembak pada saat mengisi ulang senapannya. Anak panah bisa dilepaskan tepat diantara dua orang penembak itu ditujukan untuk mengisi kerapuhan pada saat mengisi ulang senapan.

Setiap pasukan pemanah pada dasarnya di harapkan atau memprioritaskan tembakannya pada kaveleri lawan.

Sama halnya seperti para pasukan penembak, pasukan pemanah juga sangat mumpuni untuk menghadapin konfrontasi dalam jarak dekat hingga kemampuan mereka bukan hanya unggul dalam pertempuran jarak jauh tetapi begitu juga dalam jarak dekat.


(33)

33 D.Pasukan penombak

Pasukan asigaru yang terakhir yang dibahas dalam zohyo monogatari adalah pasukan penombak. Sebuah pasukan yang sangat terlatih dan disiplin karena tombak yang mereka gunakan jika tidak dilakukan dengan professional bukan hanya bisa melukai musuh tetapi jiuga bisa melukai teman sendiri.

Pada masa peperangan itu, ketika pasukan penembak dan pasukan pemanah telah selesai, pasukan penombak akan mengambil alih posisi kosong yang ditinggalkan oleh pasukan penembak dan pemanah.

Tidak seperti tombak yang dimiliki para samurai yang hanya digunakan untuk menusuk dalam pertarungan satu lawan satu, tombak yang digunakan para ashigaru biasanya digunakan dalam skala yang besar dan dalam koordinasi dan timing yang tepat tanpa pengecualian. Sangat dianjurkan dalam seluruh pertarungan di jepang untuk membunuh kave;eri musuh atau para pembawa pesan musuh yang mengendarai kuda dengan mengarahkan tombak ke dada kuda yang dinaiki nya hingga apengendaranya jatuh ke tanah dan segera dihabisin.

Pada barisan paling depan para penombak berbaris dengan koordinasi yang tepat dan membentuk pertahanan dengan menancapkan bagian belakang tombaknya ketanah dan mengangkat ujung tombaknya yang runcing kearah dada kuda yang menyerang kearah mereka hingga pasukan paling depan musuh yang menyerang terlebih dahulu lebih mudah dijatuhkan.


(34)

34

Ashigaru sering kali menjadi garda terdepan dalam susunan militer saat situasi perang pada zaman kamakura hingga zaman edo, para penombak misalnya,mereka adalah tulang punggung pasukan karena menciptakan sebuah tembok tegak yang tidak dapat ditembus oleh pasukan berkuda. Panglima perang memerlukan dana dan perbekalan yang cukup untuk melatih pasukan Ashigaru untuk dapat berlatih berbaris bersama dan mengkoordinasikan penggunaan tombak sehingga para ashigaru lebih piawai dalam mempertahankan barisan sebagai pasukan garda terdepan.


(35)

35

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan

1. Kaum Ashigaru secara harfiah berarti “kaki ringan”, adalah para serdadu pejalan kaki laskar garda depan dan merupakan bagian terbesar dalam pasukan. Pasukan Ashigaru sebenarnya memiliki peran penting dalam peperangan, keterlibatan Ashigaru sendiri sangat mempengaruhi hasil dari peperangan, namun kedudukan Ashigaru sendiri sangatlah rendah dalam jenjang kemiliteran, sehingga catatn sejarah mengenai mereka sangatlah sedikit,lain halnya dengan sejarah samurai yang banyak dimuat dalam catatan sejarah peperangan Jepang.

2. Pada dasarnya Ashigaru diangkat sebagai tambahan tentara para Daimyo,cara perekrutannya dilakukan sembarangan, daimyo menambahkan pasukannya dari orang-orang yang berkerja ditanahnya baik para petani,atau masyarakat biasa. Seiring waktu ketika sebagian wilayah daimyo menjadi semakin luas, itu membuat perekrutan ashigaru menjadi lebih teratur dan sistematis. Akhir dari evolusi ini adalah perubahan dari ashigaru menjadi orang yang benar benar ikut dalam peperangan atau tentara sepenuh waktu.

3. Dalam Fungsi dan tugasnya Ashigaru berperan penting dalam masa peperangan,di saat mereka sangat dibutuhkan para Ashigaru siap diturunkan


(36)

36

sebagai garda depan dalam peperangan untuk menjadi benteng yang sulit ditembus,dan ketika perang sedang tidak terjadi, banyak diantara mereka yang kembali menjadi petani.

4. Seorang Ashigaru harus memiliki dedikasi dan pengabdian dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai ashigaru, mereka memiliki kesetiaan sebagai pelayan samurai dan siap berperang di baris depan menghadapi musuh untuk membuka jalan bagi samurai dalam peperangan.

5. Seorang Ashigaru juga berperan sebagai pemberi sinyal dalam unit reaksi cepat dan juga sebagai pelayan logistik di dalam situasi perang.

4.2 Saran

Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi adik-adik sekalian prodi bahasa Jepang,khususnya bagi adik-adik yang ingin membahas lebih lanjut mengenai Ashigaru.

Oleh karena itu bagi pembaca khususnya mahasiswa prodi bahasa Jepang, catatan sejarah Ashigaru dapat dimanfaatkan sebagaipenambah wawasan dan jendela pengetahuan mengenai sejarah peperangan di jepang


(37)

37

DAFTAR PUSTAKA

Bryant, Anthony. 2008. Samurai 1550-1600. Jakarta: KPG.

Conlan,ThomasD.2014.Senjata dan Teknik Bertempur Samurai:Elex Media Computindo.

Turnbull , Stephen.2001. Ashigaru 1467-1649. London: Osprey Publishing.

http://www.wikipedia.com/ashigaru


(1)

32

menjelaskan pertarungan kimhae pada tahun1592, dideskripsikan bahwa kemampuan dari para penembak ashigaru sangat luar biasa dalam pertempuran jarak dekat.

C.Pasukan pemanah ashigaru

Ketika pasukan jepang berada diluar benteng pertahann dan mendapat serangan, mereka segera bergegas lari mendekat ke benteng dan pada saat jarak mereka sudah pada jarak yang tepat dari benteng pertahanan, pasukan pemanah ashigaru mengambil tindakan dan menyelamatkan parukan jepang tersebut dari musuh yang menyerang.

Dalam hal pembagian posisi dalam pasukan pemanah, satu orang pemanah berdiri diantara dua orang penembak untuk melindungi penembak pada saat mengisi ulang senapannya. Anak panah bisa dilepaskan tepat diantara dua orang penembak itu ditujukan untuk mengisi kerapuhan pada saat mengisi ulang senapan.

Setiap pasukan pemanah pada dasarnya di harapkan atau memprioritaskan tembakannya pada kaveleri lawan.

Sama halnya seperti para pasukan penembak, pasukan pemanah juga sangat mumpuni untuk menghadapin konfrontasi dalam jarak dekat hingga kemampuan mereka bukan hanya unggul dalam pertempuran jarak jauh tetapi begitu juga dalam jarak dekat.


(2)

33 D.Pasukan penombak

Pasukan asigaru yang terakhir yang dibahas dalam zohyo monogatari adalah pasukan penombak. Sebuah pasukan yang sangat terlatih dan disiplin karena tombak yang mereka gunakan jika tidak dilakukan dengan professional bukan hanya bisa melukai musuh tetapi jiuga bisa melukai teman sendiri.

Pada masa peperangan itu, ketika pasukan penembak dan pasukan pemanah telah selesai, pasukan penombak akan mengambil alih posisi kosong yang ditinggalkan oleh pasukan penembak dan pemanah.

Tidak seperti tombak yang dimiliki para samurai yang hanya digunakan untuk menusuk dalam pertarungan satu lawan satu, tombak yang digunakan para ashigaru biasanya digunakan dalam skala yang besar dan dalam koordinasi dan timing yang tepat tanpa pengecualian. Sangat dianjurkan dalam seluruh pertarungan di jepang untuk membunuh kave;eri musuh atau para pembawa pesan musuh yang mengendarai kuda dengan mengarahkan tombak ke dada kuda yang dinaiki nya hingga apengendaranya jatuh ke tanah dan segera dihabisin.

Pada barisan paling depan para penombak berbaris dengan koordinasi yang tepat dan membentuk pertahanan dengan menancapkan bagian belakang tombaknya ketanah dan mengangkat ujung tombaknya yang runcing kearah dada kuda yang menyerang kearah mereka hingga pasukan paling depan musuh yang menyerang terlebih dahulu lebih mudah dijatuhkan.


(3)

34

Ashigaru sering kali menjadi garda terdepan dalam susunan militer saat situasi perang pada zaman kamakura hingga zaman edo, para penombak misalnya,mereka adalah tulang punggung pasukan karena menciptakan sebuah tembok tegak yang tidak dapat ditembus oleh pasukan berkuda. Panglima perang memerlukan dana dan perbekalan yang cukup untuk melatih pasukan Ashigaru untuk dapat berlatih berbaris bersama dan mengkoordinasikan penggunaan tombak sehingga para ashigaru lebih piawai dalam mempertahankan barisan sebagai pasukan garda terdepan.


(4)

35

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan

1. Kaum Ashigaru secara harfiah berarti “kaki ringan”, adalah para serdadu pejalan kaki laskar garda depan dan merupakan bagian terbesar dalam pasukan. Pasukan Ashigaru sebenarnya memiliki peran penting dalam peperangan, keterlibatan Ashigaru sendiri sangat mempengaruhi hasil dari peperangan, namun kedudukan Ashigaru sendiri sangatlah rendah dalam jenjang kemiliteran, sehingga catatn sejarah mengenai mereka sangatlah sedikit,lain halnya dengan sejarah samurai yang banyak dimuat dalam catatan sejarah peperangan Jepang.

2. Pada dasarnya Ashigaru diangkat sebagai tambahan tentara para Daimyo,cara perekrutannya dilakukan sembarangan, daimyo menambahkan pasukannya dari orang-orang yang berkerja ditanahnya baik para petani,atau masyarakat biasa. Seiring waktu ketika sebagian wilayah daimyo menjadi semakin luas, itu membuat perekrutan ashigaru menjadi lebih teratur dan sistematis. Akhir dari evolusi ini adalah perubahan dari ashigaru menjadi orang yang benar benar ikut dalam peperangan atau tentara sepenuh waktu.

3. Dalam Fungsi dan tugasnya Ashigaru berperan penting dalam masa peperangan,di saat mereka sangat dibutuhkan para Ashigaru siap diturunkan


(5)

36

sebagai garda depan dalam peperangan untuk menjadi benteng yang sulit ditembus,dan ketika perang sedang tidak terjadi, banyak diantara mereka yang kembali menjadi petani.

4. Seorang Ashigaru harus memiliki dedikasi dan pengabdian dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai ashigaru, mereka memiliki kesetiaan sebagai pelayan samurai dan siap berperang di baris depan menghadapi musuh untuk membuka jalan bagi samurai dalam peperangan.

5. Seorang Ashigaru juga berperan sebagai pemberi sinyal dalam unit reaksi cepat dan juga sebagai pelayan logistik di dalam situasi perang.

4.2 Saran

Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi adik-adik sekalian prodi bahasa Jepang,khususnya bagi adik-adik yang ingin membahas lebih lanjut mengenai Ashigaru.

Oleh karena itu bagi pembaca khususnya mahasiswa prodi bahasa Jepang, catatan sejarah Ashigaru dapat dimanfaatkan sebagaipenambah wawasan dan jendela pengetahuan mengenai sejarah peperangan di jepang


(6)

37

DAFTAR PUSTAKA

Bryant, Anthony. 2008. Samurai 1550-1600. Jakarta: KPG.

Conlan,ThomasD.2014.Senjata dan Teknik Bertempur Samurai:Elex Media Computindo.

Turnbull , Stephen.2001. Ashigaru 1467-1649. London: Osprey Publishing.

http://www.wikipedia.com/ashigaru