S JKR 1100624 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, demikian pula halnya pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani sebagai
salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peranan penting terhadap
perkembangan perilaku siswa baik dalam dimensi kognitif, afektif maupun
psikomotor. Mengenai hal ini Lutan (2000, hlm. 15) menjelaskan bahwa:
“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain kognitif, afektif, dan
psikomotor”.

Pendidikan

jasmani

merupakan

pendidikan


yang

mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan
kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya.
Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi
jangka panjang dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia indonesia,
hasil yang diharapkan itu akan dapat dicapai dalam waktu cukup lama. Oleh
karena itu jasmani dan olahraga terus ditingkatkan dan dilakukan dengan
kesabaran dan keikhlasan. Hal ini tentu diperlukan suatu tindakan yang
mendukung terciptanya pembelajaran yang kondusif.
Dalam dunia pendidikan kita banyak mengenal konsep-konsep pembelajaran
yang mendukung terciptanya pembelajaran yang baik. Banyak cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu,
yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa.
Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya.
Di lingkungan persekolahan, pendidikan jasmani dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan intrakulikuler, kokulikuler, dan kegiatan
ekstrakulikuler.


1
M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Dalam

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/03/perbedaan-

kegiatan-ekstrakurikuler-dan.html yaitu sebagai berikut:
Kegiatan Intrakurikuler adalah segala kegiatan proses belajar mengajar yang
dilakukan di sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang berlaku
untuk menggapai tujuan minimal tiap pelajaran. Kegiatan Kokurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran intrakurikuler dan pada dasarnya
bertujuan agar peserta didik lebih mendalami dan menghayati materi pelajaran
yang dipelajari dalam kegiatan intrakulikuler dapat berupa: mempelajari bukubuku pendidikan jasmani, mencoba melakukan apa yang telah dipelajari dalam

buku pendidikan jasmani dan memperaktikannya melalui aktivitas atau kegiatan
pendidikan jasmani. Sedangkan kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah/madrasah. Contoh dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga seperti futsal,
bolabasket, bolavoli, karate, bulutangkis, dll.
Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dilingkungan persekolahan secara
normatif telah dituangkan di dalam kurikulum KTSP 2006 di setiap jenjang
pendidikan dalam bentuk rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Dalam website http://www.dhanay.com; dirumuskan bahwa Standar Kompetensi
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap kelas dan / atau semester pada suatu mata pelajaran. Sedangkan
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau
berlomba, menurut Syarifuddin (1992, hlm. 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu

Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan,
sedangkan orang yang melakukannya dinamakan Athleta (Atlet). Atletik adalah

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak zaman
Yunani Kuno sampai saat ini. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang
olahraga atletik adalah gerakan-gerakan yang dilakukan manusia di dalam hidup
dan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, berdasarkan atas sejarah, atletik
adalah sebagai ibu dari semua cabang olahraga. Menurut Hendrayana (2007, hlm.
3) Atletik adalah cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.
Atletik juga dapat diartikan bentuk olahraga yang menjadi dasar dari setiap gerak
olahraga lain, olahraga ini bergantung pada kelincahan dan kekuatan otot, yang
merupakan kunci setiap gerak olahraga lainnya. Olahraga atletik merupakan
kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis

seperti: jalan, lari, lompat dan lempar (Djumidar, 2001, hlm 1-3).
Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa atletik adalah gabungan dari
beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
lari, lempar dan lompat.
Dalam olahraga atletik lari merupakan olahraga yang terbagi ke dalam tiga
cabang olahraga yaitu lari jarak pendek, lari gawang, dan lari estafet. Lari jarak
pendek dapat diartikan juga lari sprint, yang menurut Djafar Sidik (2009, hlm. 1)
lari sprint adalah salah satu nomor dalam cabang atletik yang terdiri dari jarak lari
100 m sampai 400 m di tambah dengan lari gawang. Lari jarak pendek dinilai dari
kecepatan lari dimulai dari gerakan start sampai finish.
Dari ketiga cabang olahraga atletik lari di atas, penulis akan membahas
cabang olahraga lari jarak pendek (sprint). Dilihat dari pengertian sprint adalah
berlari dengan kecepatan yang tinggi atau berlari secepat-cepatnya dari satu
tempat ketempat lain. Sprint tidak hanya dilakukan dalam nomor lari jarak pendek
saja, tetatpi dalam nomor jarak menengah atau jarak jauh bahkan dalam
perlombaan marathon.
Salah satu nomor dalam atletik mendapat perhatian lebih dari mata dunia
adalah nomor lari, terutama lari sprint atau lari jarak pendek. Dikatakan demikian
karena sejak jaman Athena sebelum Masehi, adu lari cepat khususnya jarak
pendek ini sudah sangat terkenal. Nomor yang paling bergengsi dalam lari jarak


M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

pendek adalah lari 100 m, menurut Yuwono et al. (2010, hlm. 22) tentang lari
jarak pendek (sprint) adalah:
Nomor-nomor lari yang tergolong kedalam lari jarak pendek adalah 100 m
sampai 400 m, namun di ruang tertutup lari jarak pendek dapat dimulai dari jarak
50 m atau 60 m, bergantung pada kapasitas ruang perlombaan itu sendiri. Para
ahli olahraga mengkalsifikasikan nomor lari jarak pendek / sprint sampai dengan
jarak 400 m, namun ada pula beberapa ahli yang mengelompokkan sampai dengan
jarak 800 m.
Lari jarak pendek dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah
Menengah Pertama (SMP), merupakan aktifitas olahraga yang termasuk kedalam
pembelajaran inti atau pokok dalam penjas. Pada pendekatan pembelajaran penjas,
tentunya banyak berbagai permasalahan yang terjadi saat pembelajaran

berlangsung, yaitu: a). Penyampaian materi monoton, b). Membosankan dalam
penyampaian materi, c). Guru kurang termotivasi dalam menyampaikan materi
sehingga siswa pun kurang termotivasi, d). Dalam pembelajarannya materi yang
disampaikan tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan perkembangan siswa,
sehingga siswa kurang memahami dalam mengikuti belajar.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan keteramplan pada lari sprint,
diantaranya sarana dan prasarana, SDM dan pendekatan pembelajaran. Perlunya
sarana dan prasarana dalam atletik adalah untuk memfasilitasi pelari dalam
melaksanakan latihan, contohnya adalah: gedung, lapang, dan alat.
Selain sarana dan prasarana, faktor lain yang mempengaruhi keterampilan
siswa pada lari sprint adalah SDM, SDM ini adalah sumber daya manusia,
maksudnya , dalam dunia pendidikan dimana seorang guru harus memiliki sifat
yang baik, menguasai materi dalam suatu pembelajaran, agar siswa mengerti
bagaimana guru tersebut memberikan materi, sama halnya dengan guru siswanya
pun harus memliki fisik yang baik, dan juga mental yang baik, serta keterampilan
yang baik, karena pada saat pembelajaran berlangsung, siswa dapat langsung
merespon apa yang guru jelaskan tentang pembelajarannya.
Selain harus memiliki karakter yang baik, menguasai materi ajar, guru pun
harus memiliki cara pendekatan pembelajaran ke siswa, bagaimana cara agar


M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

siswa dapat merespon apa yang guru jelaskan dalam pembelajaran atletik agar
siswa tidak bosan. Yang banyak digunakan dalam pembelajaran penjas sekarangsekarang ini adalah menggunakan metode GAME-DRILL-GAME, karena metoda
ini dapat cepat merangsang kerja otak siswa, karena menggunakan beberapa alat
atau media dan juga tidak membuat siswa bosan mengikuti pembelajaran penjas,
karena menggunakan banyak permaianan yang memacu pada materi pembelajaran
atletik (sprint).
Permasalahan yang sering muncul atau terjadi dalam pembelajaran aktivitas
lari sprint dalam konteks penjas adalah penerapan model pembelajaran yang
menekankan kepada penguasaan teknik dasar lari sprint untuk seluruh siswa.
Melalui model pembelajaran ini, seolah-olah seluruh siswa harus menguasai
teknik dasar lari sprint dengan standar gerak teknik yang benar (secara mekanika
gerak atau yang sebenarnya seperti atlet).
Padahal dalam konsep penjas, pembelajaran aktivitas lari sprint tidak

menekankan kepada prestasi. Tidak semua siswa memiliki bakat dan talenta untuk
melakukan lari sprint, yang terpenting dalam aktivitas lari sprint dalam konteks
penjas adalah optimalisasi waktu aktif belajar dalam pembelajaran aktivitas lari
sprint. Melalui optimalisasi waktu aktivitas belajar lari sprint inilah siswa belajar
tentang berbagai hal yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan yang terkandung
dalam pembelajaran aktivitas lari sprint, seperti semangat juang, kejujuran,
ketekunan, kompetisi, menunjukan prestasi terbaiknya, disiplin terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Permasalahan lain yang dapat mempengaruhi siswa tidak mau melakukan
pembelajaran atletik terutama lari jarak pendek, karena kurangnya sarana dan
prasarana disekolah, kurangnya pengetahuan siswa tentang atletik, dilihat dari
sikap dan gerakan siswa pada saat melakukan gerak dasar lari. Adapun faktor lain
yang dapat mempengaruhi siswa tidak mau atau kurang termotivasi dalam
pembelajaran lari jarak pendek adalah kurangnya pengetahuan guru dalam metode
mengajar atau cara penyampaian materi.

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


6

Adapun permaslahan dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas lari sprint
dapat di identifikasikan dari permasalahan yang terjadi pada diri siswa yaitu
ketekunan, kreativitas siswa, sikap, motivasi serta semangat juang.
Ketekunan. Yang dimaksud ketekunan dalam penelitian ini adalah ketekunan
dalam berlatih, dimana siswa dalam proses pembelajarannya ketekunannya masih
rendah yang artinya kurang melatih diri untuk belajar lebih giat. Bisa terlihat dari
siswa pada saat belajar kurang rajin dan selalu menunggu disuruh-suruh oleh guru
sedangkan yang tekun biasanya dalam belajarnya sungguh-sungguh dan tanpa
menunggu di suruh-suruh guru.
Kreatifitas siswa. Yang dimaksud kreatifitas dalam penelitian ini adalah siswa
dalam belajarnya selalu menunggu disuruh-suruh guru, itu artinya bahwa siswa
belum mempunyai kesadaran sendiri dalam belajarnya bisa dikatakan siswa
kurang kreatif pada saat pembelajaran penjas berlangsung serta tidak adanya
inisiatif dari masing-masing siswa untuk melakukan aktifitas pembelajaran.
Sikap. Dalam sikap sering terjadi masalah pada saat pembelajaran
berlangsung, karena kemampuan atau keterampilan siswa yang berbeda-beda.
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap cara melakukan aktifitas

pembelajaran lari sprint, bisa terlihat pada siswa yang menyukai dan siswa yang
tidak menyukai dalam belajar lari sprint. Siswa yang menyukai biasanya lebih
kreatif, mereka merasa senang dalam belajarnya dan bersungguh-sungguh,
sedangkan siswa yang tidak menyukai mereka terlihat bermain-main dan kurang
serius.
Motivasi. Permasalahan yang terjadi dalam motivasi dalam penelitian ini
maksudnya adalah siswa masih mempunyai motivasi yang rendah sehingga bisa
menyebabkan pemebelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa
motivasi tinggi, tentunya siswa dalam belajarnya tidak akan maksimal.
Semangat juang. Dalam belajar tentunya harus mempunyai daya semangat
juang tinggi. Permasalahan dalam belajar seringkali ditemukan karena semangat
juang pada siswa masih kurang, bisa kita lihat pada siswa yang mempunyai
semangat juang tinggi pasti dalam belajarnya akan berjalan lancar dan siswa lebih

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

bersungguh-sungguh. Siswa yang semangat juangnya kurang mereka terlihat
dalam belajarnya bermalas-malasan.
Dalam suatu proses pembelajaran, biasanya seorang guru pendidikan jasmani
akan menggunakan berbagai cara agar materi pembelajaran dapat di pahami dan
dikuasai oleh siswa dengan mudah, untuk itu diperlukan suatu pola atau metode
penerapan pembelajaran yang dapat memotifasi siswa untuk dapat aktif dalam
melaksanakan tugas gerak. Pembelajaran atletik khususnya lari sprint sering kali
menggunakan pendekatan teknis, tetapi dengan menggunakan pendekatan teknis
dapat memberikan dampak ketidak tertarikan siswa.
Bermain adalah dorongan langsung dari dalam diri setiap individu yang bagi
anak-anak merupakan pekerjaan, sedangkan bagi orang dewasa dirasakan sebagai
rasa kegemaran (Soemitro, 1992, hlm. 3). Bermain merupakan suatu kegiatan
menyenangkan, dilakukan secara tertata, memberikan pengalaman belajar yang
berharga untuk siswa dan memberikan manfaat untuk siswa, pengalaman itu bisa
membina hubungan bersama teman.
Pendekatan bermain merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan
dalam pendidikan jasmani, pendekatan tersebut menenkankan pada keterlibatan
siswa dalam cabang olahraga. Pendekatan bermain yang dimaksud yaitu
pendekatan yang menempatkan belajar keterampilan teknik dalam kontek
bermain, dalam hal lain siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau
kelompok dalam memecahkan permasalahan dengan bimbingan dari guru.
Proses pembelajaran melalui pendekatan bermain siswa harus mendapatkan
bimbingan dan arahan agar kegiatan yang dilakukan siswa dapat menumbuhkan
dan meningkatkan motivasi yang ada dalam diri siswa. Pembelajarsan sprint
sudah menjadi tanggung jawab seorang guru untuk memberikan dorongan dan
motivasi kepada siswa dengan baik sehingga siswa dapat mengkuti kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani cabang olahraga Atletik khususnya nomor
sprint.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh suatu metode atau pendekatan pembelajaran terhadap motivasi siswa

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

dengan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Bermain
Terhadap Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Berlari Sprint”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas menegenai “Pengaruh Pendekatan
Bermain Terhadap Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Berlari Sprint
pada siswa kelas VII MTs Al-hidayah” seperti yang telah dikemukakan, maka
terdapat identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran penjas
dalam materi atletik khususnya lari jarak pendek/sprint.
2. Kurangnya kreatifitas yang dimiliki oleh guru penjas dalam proses
pembelajaran lari jarak pendek/sprint.

C. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan dalam proses penelitian dan sesuai dengan
tujuan penelitian, maka fokus penelitian berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas:
1. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh pendekatan bermain
terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran lari sprint.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTs Al-hidayah, dan
sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Al-hidayah sebanyak 1
kelas dengan total siswa 38 siswa.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “ Apakah pendekatan bermain dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam pembelajaran aktivitas berlari sprint pada siswa kelas VII MTs. AlHidayah” ?
E. Tujuan Penelitian

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
“Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran aktivitas berlari sprint melalui
pendekatan bermain pada kelas VII MTs. Al-Hidayah”.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan suatu harapan yang berkaitan dengan hasil
penelitian, baik secara teoritis maupun secara praktis. Dari informasi yang ada,
diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap dunia pendidikan, terutama sumbangan pengetahuan mengenai
peningkatan motivasi siswa melalui model pendekatan bermain dalam
meningkatkan hasil belajar pembelajaran sprint.

2. Praktis
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Siswa
1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sprint
2) Memberikan

pengalaman

belajar

terhadap

siswa

tentang

aktivitas

pembelajaran sprint melalui aktivitas bermain
b. Guru
1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatn model pendekatan bermain
2) Sebagai gambaran bagi para pendidik khususnya guru pendidikan jasmani
tentang pendekatan bermain dalam proses pembelajaran sprint dan
meningkatkan hasil belajar pembelajaran sprint.
3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
bervariasi, sehingga materi pembelajaran akan lebih menarik.
c. Sekolah
Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas
pendidikan jasmani dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MTs Al-

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

hiadayah kelas VII, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar pembelajaran
sprint.

M. Farhan Maulana R, 2016
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AKTIVITAS BERLARI SPRINT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu