Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perekonomian dunia saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Jika dilihat dari pendanaan, hampir semua aktivitas pendanaan menggunakan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat membantu berjalannya suatu usaha. Masyarakat pada umumnya yang memiliki bisnis atau usaha mengambil jalan untuk bekerjasama dengan pihak bank untuk keberlangsungan bisnisnya. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor. 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Sistem perbankan konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan operasionalnya. Berbeda halnya dengan perbankan syariah, sistem perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil sebagai landasan dasar operasionalnya. Prinsip perbankan syariah berdasarkan kaidah al-mudharabah, dalam prinsip ini bank syariah berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Perbankan Syariah yang berlandaskan sistem bagi hasil menunjukkan ketangguhannya dengan tetap bertahan pada kondisi perekonomian yang buruk. Ketangguhan tersebut ditunjukan oleh Bank Muamalat
(2)
sebagai Bank Islam Indonesia pertama, yang tetap bertahan walaupun dilanda oleh krisis perekonomian (Santoso, 2008).
Pada Tabel 1.1 berikut ini terdapat perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Bank Syariah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1999 hingga saat ini. Dalam perkembangannya sejak Bank Muamalat Indonesia (BMI) terbentuk, industri perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang. Meskipun hingga pada awal tahun 2000 Bank Umum Syariah di Indonesia hanya berjumlah tiga, namun pada saat ini industri perbankan syariah semakin marak. Pada Tahun 2014 telah tercatat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2.910 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini didukung dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah sehingga perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Bahkan pada saat ini, industri perbankan syariah tidak hanya diisi oleh para pemain dari dalam negeri, tetapi juga para pemain dari luar negeri. Untuk dapat mengetahui perkembangan jumlah bank dan kantor perbankan syariah di Indonesia selama tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(3)
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2008-2014
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Umum
Syariah
Jumlah Bank 5 6 11 11 11 11 12
Jumlah Kantor 581 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151 Unit Usaha
Syariah
Jumlah Bank 27 25 23 24 24 23 22
Jumlah Kantor 241 287 262 336 517 590 320 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah
Jumlah Bank 131 138 150 155 158 163 163 Jumlah Kantor 202 225 286 364 401 402 439 Total 1.024 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.910 Ket :* Jumlah Bank Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Desember 2014
Pada Tabel 1.2 Berikut ini, Menyajikan pertumbuhan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2008-2014.
Tabel 1. 2
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Umum Syariah Di Indonesia
Tahun 2008-2014
Tahun % Pertumbuhan DPK % Pertumbuhan Pembiayaan
2008 26,26 26,03
2009 42,87 31,95
2010 62,36 63,58
2011 50,07 48,52
2012 22,03 34,28
2013 21,52 22,13
2014 19,24 7,35
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Desember 2014 (diolah)
Tabel 1.2 menunjukan bahwa DPK tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 16,61 % dari pertumbuhan tahun 2008. Tahun 2010 juga mengalami
(4)
kenaikan sebesar 19,49 % dan penurunan pertumbuhan terjadi yaitu pada tahun 2011 sampai tahun 2014 masing-masing sebesar 12,29 %, 28,04 %, 0,51 %, dan 2,28 %. Sedangkan penyaluran pembiayaan pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 5,92 %. Tahun 2010 juga mengalami kenaikan sebesar 31,63 % dan penurunan petumbuhan terjadi yaitu pada tahun 2011 sampai tahun 2014 masing-masing sebesar 15,06 %, 14,24 %, 12,15 %, dan 14,78 %.
Dalam perkembangannya dunia perbankan, suatu bank akan dinilai baik kinerja usahanya apabila dapat dinilai dari suatu penilaian rasio keuangannya. Salah satu rasio yang terpenting adalah rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROE (Return On Equity) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas total modal untuk menghasilkan keuntungan, dan ROA (Return On Assets) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aset yang ada dan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank syariah adalah pembiayaan jual beli dan bagi hasil. Pembiayaan yang tergolong berprinsip jual beli adalah
murabahah, salam, dan istishna. Sedangkan pembiayaan yang berprinsip bagi hasil adalah pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Pembiayaan ini tentu akan ada hubungannya dengan tingkat pengembalian aset (return on asset) pada bank. Melalui pembiayaan ini pula akan muncul pula kredit bermasalah atau non performing financing yang akan berpengaruh terhadap
(5)
tingkat pengembalian aset (return on asset) pada bank yang telah menyalurkan pembiayaan tersebut.
Pada Tabel 1.3 Berikut ini, Menyajikan pertumbuhan murabahah,
musyarakah, mudharabah, non performing financing dan return on asset pada perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2008-2014.
Tabel 1.3
Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, NPF dan ROA Perbankan Syariah Di Indonesia
Tahun 2008-2014 Tahun Murabahah (Miliar Rupiah) Mudharabah (Miliar Rupiah) Musyarakah (Miliar Rupiah) NPF (%) ROA (%)
2008 22.486 6.205 7.411
2009 26.321 6.597 10.412 4,01 1,48
2010 37.508 8.631 14.624 3,02 1,67
2011 56.365 10.229 18.960 2,52 1,79
2012 88.004 12.023 27.667 2,93 1,99
2013 110.565 13.625 39.874 2,63 2,00
2014 117.371 14.354 49.387 4,33 0,80
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Desember 2014
Berdasarkan Tabel 1.3 diatas menunjukan bahwa Return On Asset (ROA) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2014. Jika dilihat dari perhitungan ROA dari tahun 2009 sampai 2013 selalu mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,06 %, 0,19 %, 0,12 %, 0,2 %, dan 0,01. Dan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 1,2 %.
Murabahah dari tahun 2008 sampai 2014 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari perhitungan dari tahun 2009 sampai 2014 mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing 3.435 Miliar, 11.187 Miliar, 18.857 Miliar, 31.648 Miliar, 22.561 Miliar, dan 6.806 Miliar. Jika dilihat
(6)
dari tingkat kekonsistenan data antara variabel murabahah dengan Return On Asset (ROA). Pada tahun 2008 sampai tahun 2013, Nilai ROA dan murabahah
sama-sama mengalami kenaikan, kecuali tahun 2014.
Mudharabah dari tahun 2008 sampai 2014 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari perhitungan dari tahun 2009 sampai 2014 mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing 392 Miliar, 2.034 Miliar, 1.598 Miliar, 1.794 Miliar, 1.602 Miliar, dan 729 Miliar. Jika dilihat dari tingkat kekonsistenan data antara variabel mudharabah dengan Return On Asset (ROA). Pada tahun 2008 menuju ke tahun 2013 nilai ROA dan murabahah sama-sama mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2014.
Musyarakah dari tahun 2008 sampai 2014 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari perhitungan dari tahun 2009 sampai 2014 mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing 3.001 Miliar, 4.212 Miliar, 4.336 Miliar, 8.707 Miliar, 12.207 Miliar, dan 9.513 Miliar. Jika dilihat dari tingkat kekonsistenan data antara variabel musyarakah dengan Return On Asset (ROA). Pada tahun 2008 sampai tahun 2013, Nilai ROA dan musyarakah
sama-sama mengalami kenaikan, kecuai pada tahun 2014.
Non Performing Financing (NPF) dengan nilai tahun 2008 sampai tahun 2014 bersifat fluktuasi. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 2,59 %, tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan masing-masing 0,99 % dan 0,5 %, tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,41 %, di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,3 %, dan tahun 2014 kembali mengalami kenaikan sebesar 1,7 %.
(7)
Jika dilihat dari tingkat kekonsistenan data antara variabel Non Performing Financing (NPF) dengan Return On Asset (ROA), nilai NPF dan ROA tidak konsisten. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008 ke tahun 2009, nilai NPF sama-sama mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 ke tahun 2011, nilai ROA mengalami kenaikan sedangkan nilai NPF mengalami penurunan. Untuk tahun 2012 ke tahun 2013, nilai ROA mengalami peningkatan sedangkan nilai NPF mengalami penurunan dan untuk tahun 2014 nilai ROA mengalami penurunan dan NPF mengalami kenaikan. Dari hasil perhitungan nilai NPF dan ROA tersebut maka dapat disimpulkan bahwa antara nilai NPF dan ROA tidak memiliki kekonsistenen data (data tidak konsisten) karena dari tahun ke tahun nilai NPF dan ROA mengalami kenaikan dan penurunan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap dari variabel independen yang mempengaruhi ROA perusahaan, adapun keempat variabel tersebut adalah Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan
Non Performing Financing (NPF).
Variabel pertama adalah murabahah. Muhammad (2005 : 201) menyatakan bahwa salah satu prinsip jual beli yaitu akad murabahah merupakan produk yang paling populer dalam industri perbankan syariah. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan antara lain murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem
profit and loss sharing (PLS), mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang
(8)
menjadi saingan bank-bank Islam, murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS; dan murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
Semakin tinggi murabahah, maka semakin tinggi profitabilitas yang diproksikan ke Return On Asset (ROA) karena pendapatan bank akan meningkat. Bukti empiris dari Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi
murabahah, maka semakin tinggi profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Asset. Sedangkan bukti empiris dari Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi murabahah, maka semakin kecil
profitabilitas yang di proksikan dengan Return On Asset. Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu melanjutkan penelitian kembali yaitu pengaruh murabahah terhadap Return On Asset (ROA).
Variable kedua adalah mudharabah yang merupakan salah satu dari pembiayaan bagi hasil. Semakin besar mudharabah, maka semakin besar
profitabilitas, karena pendapatan dari mudharabah akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009) dan besarnya laba yang diperoleh akan mempengaruhi profitabilitas.
Dalam penelitian Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan mudharabah, maka semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan bukti empiris Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan
(9)
mudharabah, maka semakin rendah profitabilitas bank umum yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Return On Asset (ROA).
Variabel Ketiga adalah musyarakah. Semakin besar pembiayaan
musyarakah, maka semakin besar profitabilitas karena pendapatan dari pembiayaan musyarakah akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus,2009) dan besarnya laba yang diperoleh akan mempengaruhi
profitabilitas. Dalam penelitian Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan musyarakah, maka semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan bukti empiris Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan
musyarakah, maka semakin rendah profitabilitas bank umum yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap Return On Asset (ROA).
Variabel keempat adalah Non Performing Financing (NPF). Semakin tinggi Non Performing Financing (NPF), maka semakin kecil Return On Asset
(ROA) karena pendapatan laba perusahaan kecil. Dalam penelitian Rahman dan Ridha (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Non Performing Financing (NPF), maka akan semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), Sedangkan bukti empiris dari Adyani (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Non Performing
(10)
Financing (NPF), maka akan semakin rendah profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hasil penelitian Rahman dan Ridha (2012) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh yang negatif signifikan antara Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA). Dengan adanya
research gap dari penelitian Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012), Adyani (2011), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA).
Pada tabel 1.4 menunjukkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, antara lain:
Tabel 1.4
Research gap Penelitian Sebelumnya Variabel
Dependen Variabel Independen
Pengaruh Peneliti Sebelumnya
ROA
Murabahah Positif Signifikan
Oktariani (2012) Mudharabah Tidak Berpengaruh Musyarakah Tidak Berpengaruh Murabahah, Musyarakah, Mudharabah
Positif Signifikan Wicaksana (2011)
Non Performing Financing
Negatif
Signifikan Adyani (2011) Positif Signifikan Rahman dan
Ridha (2012) Negatif
Signifikan Dewi (2010)
Mudharabah Negatif
Signifikan
Maya (2009)
Musyarakah Negatif
(11)
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini berangkat dari reseach gap, yaitu adanya inkonsistensi penelitian-penelitian terdahulu mengenai “Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada
Bank Umum syariah di Indonesia”. Namun, dalam hal ini perbedaan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya yaitu dari periode laporan keuangan yang di amati, saya mengamati laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit dari tahun 2010 – 2013, sementara penelitian terdahulu menggunakan data triwulan yang belum diaudit dari tahun 2010-2012. Perbedaannya lagi terletak di sampel yang diambil, sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 8 Bank Umum Syariah di Indonesia yang memenuhi kriteria yang sebelumnya sudah ditentukan.
1.2. Perumusan Masalah
Penilaian terhadap kinerja keuangan pada bank sangat penting untuk mengetahui kondisi keuangannya. Kinerja bank dapat memberikan kepercayaan kepada deposan dan investor guna menyimpan dananya. Return On Asset (ROA) penting bagi bank karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya.
Seperti yang diuraikan dalam latar belakang di atas bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, dan juga terdapat perbedaan antara teori dengan hasil penelitian terdahulu, maka dapat diketahui adanya masalah dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil penelitian (research gap) dari penelitian terdahulu yang ada.
(12)
Berdasarkan rumusan masalah penelitian (research problem) yang telah dipaparkan, maka saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut terhadap pengaruh piutang murabahah, mudharabah, musyarakah, dan non performing financing (NPF). Maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research question) yaitu: 1. Apakah piutang murabahah berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
2. Apakah pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
3. Apakah pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
4. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
5. Apakah Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara simultan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan atau pertanyaan penelitian. Berangkat dari pertanyaan penelitian diatas maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh piutang murabahah terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
(13)
2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap
Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah,
Musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) secara
simultan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan sebagai bukti empiris di bidang perbankan khususnya Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat mendukung penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
(1)
menjadi saingan bank-bank Islam, murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS; dan murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
Semakin tinggi murabahah, maka semakin tinggi profitabilitas yang diproksikan ke Return On Asset (ROA) karena pendapatan bank akan meningkat. Bukti empiris dari Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi murabahah, maka semakin tinggi profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Asset. Sedangkan bukti empiris dari Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi murabahah, maka semakin kecil profitabilitas yang di proksikan dengan Return On Asset. Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu melanjutkan penelitian kembali yaitu pengaruh murabahah terhadap Return On Asset (ROA).
Variable kedua adalah mudharabah yang merupakan salah satu dari pembiayaan bagi hasil. Semakin besar mudharabah, maka semakin besar profitabilitas, karena pendapatan dari mudharabah akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009) dan besarnya laba yang diperoleh akan mempengaruhi profitabilitas.
Dalam penelitian Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan mudharabah, maka semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan bukti empiris Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan
(2)
mudharabah, maka semakin rendah profitabilitas bank umum yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Return On Asset (ROA).
Variabel Ketiga adalah musyarakah. Semakin besar pembiayaan musyarakah, maka semakin besar profitabilitas karena pendapatan dari pembiayaan musyarakah akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus,2009) dan besarnya laba yang diperoleh akan mempengaruhi profitabilitas. Dalam penelitian Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan musyarakah, maka semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan bukti empiris Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan musyarakah, maka semakin rendah profitabilitas bank umum yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap Return On Asset (ROA).
Variabel keempat adalah Non Performing Financing (NPF). Semakin tinggi Non Performing Financing (NPF), maka semakin kecil Return On Asset (ROA) karena pendapatan laba perusahaan kecil. Dalam penelitian Rahman dan Ridha (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Non Performing Financing (NPF), maka akan semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), Sedangkan bukti empiris dari Adyani (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio Non Performing
(3)
Financing (NPF), maka akan semakin rendah profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hasil penelitian Rahman dan Ridha (2012) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh yang negatif signifikan antara Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012), Adyani (2011), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA).
Pada tabel 1.4 menunjukkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, antara lain:
Tabel 1.4
Research gap Penelitian Sebelumnya Variabel
Dependen Variabel Independen
Pengaruh Peneliti Sebelumnya
ROA
Murabahah Positif Signifikan
Oktariani (2012)
Mudharabah Tidak
Berpengaruh
Musyarakah Tidak
Berpengaruh Murabahah,
Musyarakah, Mudharabah
Positif Signifikan Wicaksana (2011)
Non Performing Financing
Negatif
Signifikan Adyani (2011) Positif Signifikan Rahman dan
Ridha (2012) Negatif
Signifikan Dewi (2010) Mudharabah Negatif
Signifikan
Maya (2009) Musyarakah Negatif
(4)
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini berangkat dari reseach gap, yaitu adanya inkonsistensi penelitian-penelitian terdahulu mengenai “Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan
Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada
Bank Umum syariah di Indonesia”. Namun, dalam hal ini perbedaan penelitian
saya dengan penelitian sebelumnya yaitu dari periode laporan keuangan yang di amati, saya mengamati laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit dari tahun 2010 – 2013, sementara penelitian terdahulu menggunakan data triwulan yang belum diaudit dari tahun 2010-2012. Perbedaannya lagi terletak di sampel yang diambil, sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 8 Bank Umum Syariah di Indonesia yang memenuhi kriteria yang sebelumnya sudah ditentukan.
1.2. Perumusan Masalah
Penilaian terhadap kinerja keuangan pada bank sangat penting untuk mengetahui kondisi keuangannya. Kinerja bank dapat memberikan kepercayaan kepada deposan dan investor guna menyimpan dananya. Return On Asset (ROA) penting bagi bank karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya.
Seperti yang diuraikan dalam latar belakang di atas bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, dan juga terdapat perbedaan antara teori dengan hasil penelitian terdahulu, maka dapat diketahui adanya masalah dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil penelitian (research gap) dari penelitian terdahulu yang ada.
(5)
Berdasarkan rumusan masalah penelitian (research problem) yang telah dipaparkan, maka saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut terhadap pengaruh piutang murabahah, mudharabah, musyarakah, dan non performing financing (NPF). Maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research question) yaitu:
1. Apakah piutang murabahah berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
2. Apakah pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
3. Apakah pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
4. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
5. Apakah Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara simultan terhadap
Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan atau pertanyaan penelitian. Berangkat dari pertanyaan penelitian diatas maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh piutang murabahah terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
(6)
2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap
Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap
Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah,
Musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan sebagai bukti empiris di bidang perbankan khususnya Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat mendukung penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.