pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015
PERIODE JANUARI 2010 – MARET 2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
OLEH:
REVALIA AYUNDA NIM: 1110046100124
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
iv
NIM : 1110046100124
Judul : Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Pembiayaan Murabahah dan Non Performing Financing Terhadap Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di
Indonesia Periode Januari 2010 – Maret 2015
Konsentrasi : Perbankan Syariah. Program Studi Muamalat. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H / 2015 M Dalam laporan pertumbuhan perbankan syariah (LPPS) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia tahun 2014, perkembangan BPRS pada tahun 2014 berada dalam kondisi yang cukup baik. Perkembangan tersebut dikarenakan BPRS telah dapat melakukan konsolidasi pasca kritis keuangan global tahun 2009 dengan
melakukan ekspansi usaha baik pada sisi penghimpunan dana (funding) maupun pada
sisi penyaluran dana atau pembiayaan (financing). Namun pada tahun belakangan ini
yaitu 2015 tingkat Return On Assets BPRS di Indonesia mengalami penurunan
dikarenakan jumlah NPF yang cukup tinggi, maka dari itu perlunya penelitian dan pengukuran sejauh mana kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang diliat dari Return On Assets (ROA. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Metode analisi yang digunakan yaitu
menggunakan Vector Autoregresive (VAR) yang berlanjut ke Vector Error
Correction Model (VECM).
Hasil penelitian menyatakan bahwa pembiayaan Mudharabah dan NPF
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA pada jangka panjang.
Dan pembiayaan Musyarakah dan Murabahah memiliki pengaruh yang negative
dalam jangka panjang terhadap ROA. Sedangkan dalam jangka pendek yang
berpengaruh positif signifikan hanya pembiayaan Murabahah, sedangkan
pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah dan NPF memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap ROA dan pada Analisis Impulse Response Funtions (IRF)
hasilnya adalah pembiayaan Mudharobah, pembiyaan Murabahah dan NPF memiliki
Respon yang postif dan permanen. Sedangkan pembiayaan Musyarakah memiliki
pengaruh negatif permanen terhadap ROA.
Kata kunci : Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan
(6)
v
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Alhamdulillah, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Kinerja Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Periode Januari 2010 –Maret 2015” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada tauladan semua umat, baginda Muhammad SAW. Sebagaimana beliau telah menyempurnakan akhlak dan mengubah dunia yang dulu penuh dengan kejahiliyahan menjadi dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bias selesai dengan baik berkat do’a, dukungan, bimbingan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang seluas-luasnya kepada :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Dr.Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrouf, Lc, MA selaku Ketua dan
Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta
(7)
vi
4. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
mengorbankan waktu dan ilmunya serta membimbing penulis dari awal penulisan skripsi sampai akhir penulisan skripsi ini.
5. Petugas penjaga Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan
Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyediakan literatur kepada penulis, sehingg dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik.
7. Cinta dan kasih yang teramat dalam untuk ayahanda H. Aswar Adik SH dan
ibunda Hj Elly yang selama ini memberikan kasih, cinta dan sayangnya, dan selalu memberikan dukungan yang tiada hentinya untuk membahagiakan putrinya. Baik moril maupun materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayangnya yang tiada tara, walaupun tidak akan pernah bisa membalas jasa beliau yaitu kedua orangtua, penulis akan tetap melakukan yang terbaik untuk selalu membahagiakan kedua orang tua tercinta. Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan, rasa kasih dan sayangNya untukmu, Papa dan Mama.
(8)
vii baik pada diri penulis.
9. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa.
10.Teman hidupku yang selalu menemaniku dalam senang dan susah baik di
dalam perkuliahan maupun di luar, mewarnai di setiap hari-hariku, yang telah banyak memberikan pelajaran hidup yang berharga, selalu sabar mendengarkan segala keluh kesah, dan selalu memberikan nasihat dan motivasi untuk diriku menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Its always u my beloved, Arfan Zuhdi. Thankyou so much Dy.
11.Kakak-kakakku di Kantor Unity Agency Prudential Life Assurance yaitu Ina
Herliani, Niya Julistine, Anggi Siska, Iff Chotib, Elny Putri, Arya Ahmad Neka pak Dokter Edwin Andrito yang selalu memberiku semangat untuk diriku, serta kakak Agency Managerku di kantor yang baik dan peduli padaku yaitu Terry Shintawati Latif beserta suaminya tercinta yaitu Jimmy Rochadi.
12.Partner seperjuangan ku di kantor yaitu Aulia Rahmi, Roby Nursikin, Norma
Gustiani, Sri, dan Juwarti, terimakasih atas semangat yang diberikan serta dukungan yang membuat diriku tetap terus bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Untuk para sahabat : Ria, Mentari, Syifa dan Novi yang telah berbagi suka
dan duka, yang turut serta mendukung dan memberikan semangat agar bisa menyelesaikan skripsi ini. Serta para sahabat Perbankan Syariah C 2010 yang
(9)
viii
lain: Nadia Iffatul Ulya, Debby Julia, Sofadiyati Ruqiyah S, Nur Hamimah, Chika Agnia, M. Rezza Hidayat dan Rifanny Fathia terimakasih atas semangat dan dukungan yang diberikan.
15.Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Namun tanpa
mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi para akademisi, praktisi, dan bagi masyarakat pada umumnya.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Jakarta, Juli 2015
(10)
ix
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
F. Study Terdahulu ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 16
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 16
B. Pembiayaan ... 20
C. Fungsi Pembiayaan ... 21
D. Jenis-jenis Pembiayaan ... 22
E. Pengertian Pembiayaan Mudharabah ... 23
(11)
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 33
B. Sumber Data ... 33
C. Pendekatan Penelitian ... 33
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34
E. Metode Analisis Data ... 35
F. Kerangka Pemikiran ... 41
G. Hipotesis Pemikiran ... 42
HASIL IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44
B. Hasil dan Pembahasan... 59
BAB V PENUTUP ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
(12)
(13)
xii
4.2 Pembiayaan Mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
di Indonesia ... 46
4.3 Pembiayaan Musyarakah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia ... 51
4.4 Pembiayaan Murabahah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia ... 54
4.5 NPF Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia ... 57
4.6 Hasil Uji ADF pada Tingkat Level ... 60
4.7 Hasil Uji ADF pada Tingkat 1 st Difference ... 61
4.8 Penentuan Lag Optimal ... 63
4.9 Hasil Uji Kointegrasi ... 64
4.10 Hasil Estimasi VECM ... 65
4.11 Hasil Uji IRF ... 68
4.12 Respon Return On Assets (ROA) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 71 4.13 Hasil Uji Variance Decomposition ... 72
(14)
xiii
1.2 Pertumbuhan Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 4
1.3 Pertumbuhan NPF pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 5
4.1 ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia ... 46
4.2 Pembiayaan Mudharabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 49
4.3 Pembiayaan Musyarakah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 52
4.4 Pembiayaan Murabahah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ... 55
(15)
xiv
Lampiran 2 : Data Bulanan Pembiayaan Musyarakah BPRS di Indonesia ... 82
Lampiran 3 : Data Bulanan Pembiayaan Murabahah BPRS di Indonesia ... 83
Lampiran 4 : Data Bulanan NPF BPRS di Indonesia ... 84
Lampiran 5 : Data Bulanan ROA BPRS di Indonesia ... 85
Lampiran 6 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level Mudharabah ... 86
Lampiran 7 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level Musyarakah... 87
Lampiran 8 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level Murabahah ... 88
Lampiran 9 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level NPF ... 89
Lampiran 10 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level ROA ... 90
Lampiran 11 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat 1 st DifferenceMurabahah ... 91
Lampiran 12 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat 1 st Difference NPF ... 92
Lampiran 13 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat 1 st Difference ROA ... 93
Lampiran 14 : Hasil Uji Lag Optimum ... 94
Lampiran 15 : Hasil Uji Kointegrasi Johansen Test ... 95
Lampiran 16 : Estimasi VECM ... 96
Lampiran 17 : Tabel Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) ... 98
Lampiran 18 : Grafik Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) ... 100
Lampiran 19 : Tabel Uji Forecast Error Decomposition Variance (FEDV) ... 101
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .
Perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah saat ini cukup signifikan, seiring jalan dengan tanggapan masyarakat yang sangat positif dengan keberadaan lembaga keuangan syariah yang ada. Hal tersebut memang tidak bisa dilepaskan dari peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Lembaga ini dapat menjangkau masyarakat kalangan ekonomi mikro kecil dan menengah.
Kedudukan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) yang antara lain
dipresentasikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal
wat-Tamwil (BMT) dan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), lembaga ini mempunyai peran yang cukup strategis dalam menjangkau transaksi syariah mikro kecil dan menengah.
Dari banyaknya lembaga keuangan yang berkembang. BPR Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang masih diminati oleh masyarakat khususnya masyarakat di daerah pedesaan. Berdirinya BPR Syariah di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermualamah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka rekstukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum.
(17)
Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992, Bank syariah diposisikan sebagai Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Dalam pasal 6 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 di pertegas bahwa: pertama, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.1
Pertumbuhan BPRS dari tahun 2009 sampai 2014 terus mengalami peningkatan yang cukup pesat, ini di karenakan persyaratan pendirian yang relatif lebih ringan, dan dengan melayani operasi perbankan lokal, jumlah BPRS meningkat relatif cepat dibandingkan dengan bank syariah maupun unit usaha syariah. Dalam laporan pertumbuhan perbankan syariah (LPPS) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia tahun 2014, perkembangan BPRS pada tahun 2014 berada dalam kondisi yang cukup baik. Perkembangan tersebut dikarenakan BPRS telah dapat melakukan konsolidasi pasca kritis keuangan global tahun 2009
dengan melakukan ekspansi usaha baik pada sisi penghimpunan dana (funding)
maupun pada sisi penyaluran dana atau pembiayaan (financing). Dapat dilihat dari
perkembangan dari jumlah kantor BPRS di Indonesia pada tahun 2009 sampai tahun 2014 dibawah ini.
1
(18)
Grafik 1.1
Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tahun 2009-2014
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dari grafik 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan BPRS dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun, mulai tahun 2009 berjumlah 225 kantor dan138 bank, 2010 286 kantor dan 150 bank, sampai pada tahun 2014 mencapai 477 kantor dan 163 bank, hal tersebut menunjukkan bahwa BPRS terus mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dilihat dari jumlah kantor yang terus meningkat dan bertambah disetiap tahunnya.
Di dalam jasa-jasa perbankan, pembiayaan adalah satu satu jasa yang paling diminati oleh masyarakat akhir-akhir ini. Pembiayaan yang terkenal pada
bank syariah yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah, serta
ada juga pembiayaan dengan cara jual beli. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah cukup mengalami kemajuan disetiap
120 160 200 240 280 320 360 400 440 480
2009 2010 2011 2012 2013 2014 jumlah bank jumlah kantor
(19)
bulannya, bisa dilihat dari tabel pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagai berikut.
Grafik 1.2
Pertumbuhan Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dapat dilihat dari grafik 1.2 di atas bahwa pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tiap bulannya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini menunjukkan besarnya minat masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah dalam memakai jasa lembaga keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha kecil menengah (UKM).
Semakin meningkatnya penyaluran pembiayaan pada bank, maka semakin besar pula resiko pembiayaan dalam menyalurkan dananya. Hal tersebut terjadi ketika bank tidak dapat memperoleh kembali sebagian atau seluruh pembiayaan yang disalurkan atau investasi yang sedang dilakukannya. Resiko pembiayaan
10 11 12 13 14 15 16
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014
LN Mudharabah LN Musyarakah LN Murabahah
(20)
dapat mempengaruhi kinerja pada bank syariah. Hal ini disebabkan ketika tingkat jumlah pembiayaan bermasalah (NPF) menjadi besar, semakin besar pula jumlah kebutuhan biaya penyisihan penghapusan pembiayaan yang berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan. NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Grafik 1.3
Pertumbuhan NPF pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Daapat dilihat dari grafik 1.3 diatas bahwa semakin banyak penyaluran pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah justru berdampak banyaknya pembiayaan bermasalah (NPF) pada setiap tahunnya, walaupun mengalami peningkatan yang fluktuatif naik dan turun, akan tetapi tingkat NPF semakin naik dari tahun sebelumnya hingga pada tahun terakhir ini.
Semakin tinggi rasio NPF maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, dan oleh
6 7 8 9 10 11
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014
(21)
karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba yang selanjutnya disebut ROA
dalam perbankan syariah) yang diperoleh bank.2
Dapat dilihat pada grafik 1.3 NPF diatas, bahwa resiko pembiayaan bermasalah yang didapatkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang cukup tajam, namun pada periode 2010 hingga 2015 NPF pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terus mengalami peningkatan, hal ini tentu saja dapat mempengaruhi laba bank dan profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
Semakin tinggi rasio NPF dalam penyaluran pembiayaan pada bank, perlunya prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan dana bank. Bank Indonesia
membuat ketentuan mengenai kecukupan Modal atau Capital Adequecy Ratio
(CAR) untuk memenuhi kewajiban modal minimum guna menjaga resiko yang mungkin terjadi dan Bank Indonesia menetapkan 8% sebagai kewajiban
penyediaan modal minimum.3 Maka kecukupan modal sangat penting guna
menjaga stabilitas pendanaan dan menjaga kinerja pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Dilihat dari pertumbuhan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang semakin mengalami kemajuan yang positif pada setiap tahunnya, maka diperlukan untuk mengukur kinerja pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, hal ini diharapkan dapat
2
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Edisi 6, 2005 (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada). h. 82
3
(22)
menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bank berbasis bunga. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya serta tingkat efisiennya. Ukuran profitabilitas yang digunakan
adalah Return On Assets (ROA). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja keuangan semakin baik, karena tingkat kembalian (return)
semakin besar.
Memperhatikan hal-hal yang telah diidentifikasi di atas, mendorong minat dan gagasan penulis untuk mengangkatnya menjadi bahan dan judul skripsi. Atas
dasar itulah penulis memilih judul “ Pengaruh Penyaluran Pembiayaan
Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, dan NPF Tehadap Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Januari 2010 – Maret 2015)” dalam sebuah skripsi sebagai tugas akhr jenjang S1 yang ditempuh penulis.
(23)
B. Identifikasi Masalah
1. Fluktuasi tingkat kredit bermasalah (NPF) yang tidak terkendali/sulit
diprediksi.
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah
(NPF).
3. Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilihat pada return on assets
(ROA) setiap tahunnya mengalami penurunan.
4. Penyaluran Pembiayaan jual beli murabahah lebih banyak diminati
masyarakat dibandingkan pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah).
5. Seberapa besar pengaruh pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli dan
NPF terhadap kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada masalah diatas maka dalam hal ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Studi kasus pada Bank Pembiayaan rakyat Syariah di Indonesia.
2. Periode yang diteliti dari 2010-2015 (data bulanan).
3. Variabel dependen adalah Return On Assets (ROA).
4. Variabel independen adalah pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah, pembiayaan murabahah, Non Performing Financing data (NPF).
(24)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan
murabahah, dan NPF berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
terhadap return on assets (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia periode 2010-2015?
2. Apakah pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan
murabahah, dan NPF berpengaruh secara signifikan jangka panjang
terhadap return on assets (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia periode 2010-2015?
3. Apakah respon return on assets (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
di Indonesia akibat guncangan (shock) dari variabel pembiayaan
mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah dan NPF periode 2010-2015?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah
a. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah, pembiayaan murabahah, dan NPF terhadap return on assets (ROA) dalam jangka pendek.
(25)
b. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah, dan terhadap return on assets (ROA) dalam panjang.
c. Untuk mengetahui seberapa besar respon yang ditimbulkan akibat
guncangan (shock) dari variabel pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah, pembiayaan murabahah, dan NPF terhadap return on assets (ROA).
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penulis di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi penulis
Penelitian ini menjadi salah satu sarana bagi penulis untuk menyalurkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat pada masa perkuliahan di Jurusan Perbankan Syariah, serta dapat menambah pengetahuan penulis mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
b. Bagi akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan. Penelitian ini
juga dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa,
khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
(26)
c. Bagi kalangan praktisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi tolak ukur dan acuan bagi para investor dalam memilih dan menentukan jenis dan tempat berinvestasi yang baik.
F. Studi Terdahulu
1) Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Return On
Assets BMI (Abdul Badrudin, NIM 106046101574, Konsentrasi Perbankan Syariah, Prodi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2011).
Skripsi ini meneliti mengenai tentang peranan produk pembiayaan
mudharabah dan murabahah untuk memaksimalkan Return On Assets pada
Bank Muamalat Indonesia. penelitian ini menyimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan pembiayaan murabahah, meskipun harus menanggung resiko yang besar.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu lebih memperbanyak variabel dan objek penelitian yaitu pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang
berpengaruh terhadap Return On Assets pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
2) Analisa Pengaruh Strategi Pemasaran Pembiayaan Murabahah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Murabahah di BPRS AL SALAM AMAL SALMAN
(M.Syaidil Mursalin, Konsentrasi Perbankan Syariah, Prodi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2010).
(27)
Skripsi ini meneliti tentang strategi pemasaran pembiayaan murabahah guna untuk meningkatkan pendapatan murabahah pada BPRS Al Salam Amal Salman, penelitian ini menyimpulkan secara keseluruhan bahwa
variabel tenaga marketing, biaya promosi, dan ekuivalen imbalan murabahah
mempengaruhi tingkat pendapatan margin murabahah yang dillakukan oleh
BPRS Al Salam Amal, sehingga jumlah pendapatan dari hasil penjualan
pembiayaan murabahah mengalami peningkatan besar.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah melihat kinerja Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu dilihat dari Return On Assets, dan
penambahan variabel selain Murabahah, yaitu pembiayaan Mudharabah,
Musyarakah, NPF, dan CAR.
3) Strategi Pembiayaan Murabahah dalam Rangka Meningkatkan Jumlah
Pendapatan di BPRS Harta Insan Karimah ( Muhammad Ilham Khairudin,
NIM. 202046101290, Konsentrasi Perbankan Syariah, Prodi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. 2007)
Skripsi ini meneliti bagaimana startegi pemasaran, prosedur
pembiayaan murabahah, proses pembiayaan murabahah dan pengawasan
pembiayaan murabahah serta menyimpulkan bahwa BPRS Harta Insan
Karimah melaporkan bahwa kinerja operasional yang diterapkan berjalan
(28)
Karimah dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini cukup mengalami peningkatan.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah melihat kinerja Bank
pembiayaan Rakyat Syariah yaitu dari Return On Assets , bukan dari penilaian
pada operasional dan strategi pada BPRS Harta Insan Karimah melainkan dari
rasio laporan keuangan pada BPRS di Indonesia.
4) Analisis Pengaruh Margin pembiayaan Murabahah BPRS, Dana Pihak
Ketiga, Pembiayaan Mudharabah dan Tingkat Inflasi terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia ( Annisa Rizka Amalia, NIM. 109084000002, Konsentrasi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Jakarta, 2014)
Skripsi ini meneliti bagaimana pengaruh margin pembiayaan murabahah, dana pihak ketiga, pembiayaan mudharabah dan tingkat inflasi
terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
diketahui bahwa dana pihak ketiga dan pembiayaan mudharabah berpengaruh
signifikan positif terhadap pembiayaan murabahah, sedangkan margin
pembiayaan murabahah dan tingkat inflasi tidak berpengaruh yang signifikan
terhadap pembiayan murabahah.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel
(29)
terhadap return on assets serta mengetahui pengaruh dalam jangka panjang dan pendek.
5) Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap profitabilitas pada
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Januari 2005- April 2008)
Skripsi ini meneliti pengaruh CAR,FDR,BOPO dan NPF terhadap
profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia dihitung dari Return On Assets
(ROA) dan menyimpulkan bahwa semua variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan variabel CAR,BOPO terhadap profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, sedangkan variabel FDR dan NPF secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank Muamalat Indonesia.
Perbedaan pada penelitian ini adalah dari objek penelitian yaitu melihat
kinerja pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang dilihat dari Return On
Assets, dan penambahan variabel yaitu pembiayaan mudharabah, musyarakah dan murabahah.
(30)
G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah , Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari teori yang berkaitan dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
Pembiayaan, Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah,
Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA). BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Teori dari penjelasan mengenai : Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penentuan Sampel, Sumber Data, Metode Analisis, Variabel Penelitian, Pedoman Penulisan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari : Gambaran Umum Objek Penelitian, Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan NPF terhadap ROA dalam Jangka
Pendek dan Jangka Panjang serta besarnya guncangan (shock) Variabel
Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan NPF terhadap kinerja
(ROA ) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BAB V KESIMPULAN
(31)
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sebelumnya disebut sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
disebut juga Bank At-Tamwil as-Sya’bi al-islami, yaitu bank yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah mendefinisikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah sebagai Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.4
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam. BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisu peluang terhadap
kebijakan bank konvensional dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of
4
Ahmad Ifham Sholihin. “ Buku Pintar Ekonomi Syariah” 2010 (Jakarta : PT Gramedia Pusta
(32)
interest), yang selanjutnya BPRS secara luas dikenal sebagai system perbankan bagi hasil atau system perbankan Islam.
Menurut Undang-undang (UU) Perbankan No. 7 Tahun 1992, Bank Perkreditan Rakyat adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pada Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.5
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan perbankan yang unik, dimana bank ini beroperasi dalam skala kecil, diperuntukkan melayani Usaha Kecil dan Mikro (UMK), dan tidak diperkenankan melayani simpanan dalam bentuk rekening giro. BPRS beroperasi pada wilayah Kabupaten ataupun Kotamadya dengan jangkauan yang terbatas sebagaimana
permodalannya yang relative kecil.6
2. Landasan Hukum
Pendirian BPR Syariah pada mulanya mempunyai tujuan utama yakni menghindari riba dan mengamalkan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan khususnya, akan tetapi BPRS dibentuk untuk tujuan kemaslahatan umat.
5
Lukman Hakim dan Muhammad Sholahuddin. “Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kontemporer”. 2008 (Surakarta : Muhammadiyah University Press) hal.109
6 Siregar Sapruddin, “
Performance Appraisal pada BPRS”. Jurnal Manajemen Bisnis,
(33)
Di dalam Al-Quran, beberapa ayat yang berhubungan dengan pelarangan riba, diantaranya Q,S, Ar-Rum [30] : 39, Q,S, Al-Baqarah [2] : 275, Q,S, Al-Baqarah [2] : 278 dan Q,S, An-Nisa [4] : 146.
1) Al-Qur’an :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman” (Q,S, Al-Baqarah [2] : 278)
2) Al-Hadits
“Dikatakan Muhammad ibn ash-shobbah dan zuhairu ibn harb dan ustman ibn abi syaibah mereka berkata diceritakan husyaim dikabarkan abu zubair dari jabir r.a beliau berkata : Rasulullah SAW mengutuk makan riba, wakilnya dan penulisnya, serta dua orang saksinya dan beliau mengatakan mereka itu sama-sama dikutuk. Diriwayatkan oleh Muslim7
3. Perbedaan BPR Syariah dengan BPR Konvensional
Pada dasarnya aktifitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak jauh berbeda dengan BPR pada umumnya, perbedaan terletak pada konsep dasar operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuan-ketentuan
7
As-shanani, “subulussalam”, terjemahan Abu Bakar Muhammad (Surabaya: Al-Ikhlas)
(34)
Islam. Hal pokok yang menjadi faktor pembeda BPR Syariah dengan BPR konvensional yaitu adanya insentif bunga pada BPR konvensional dan insentif bagi hasil pada BPR Syariah. Selain itu, penyaluran dana pada BPR Konvensional ke masyarakat disebut dengan “kredit” serta dalam menentukan harga atau cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh manajemen bank menggunakan prinsip bunga.
Sedangkan pada BPR Syariah, penyaluran dana ke masyarakat disebut dengan “pembiayaan” serta menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam.
Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip bagi hasil (mudharabah).
Prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Perbedaan BPR Syariah dengan BPR Konvensional :8
1) Untuk Akad, BPRS memiliki akad yang sesuai dengan hukum Islam
dimana segala macam bentuk perjanjian atau perikatan dibuat di awal transaksi.
8
Budisantoso Totok.”Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. 2006 (Jakarta : Salemba
(35)
2) Untuk Prinsip, merupakan landasan awal terjadinya akad yang berbasis syariah.
3) Untuk Pola Operasi, dimana dalam BPRS tidak menempatkan sistem
bunga sebagai pijakan peminjaman (kredit) melainkan menggunakan sistem “bagi hasil” sebagai dasarnya. Sedangkan BPR Konvensional menggunakan sistem bunga.
4) Untuk Pendapatan, hal ini dapat dibuktikan dengan pesatnya hasil
yang diperoleh pada pola bagi hasil yang sudah diperhitungkan dengan baik.
5) Untuk Sistem Pengawasan, BPRS mempunyai Dewan Syariah
Nasional dan Dewan Pengawas Syariah yang langsung di audit oleh tenaga-tenaga professional, dibawah BI (Bank Indonesia) dan IB (Islamic Bank)
6) Untuk Hubungan, antara nasabah dengan pegawai memiliki kesamaan
hak, berbeda dengan BPR Konvensional.
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian
fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit
unit. Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
(36)
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.9
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
C. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang
aman, diantaranya :10
1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem
bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2) Membantu kaum dhu’afa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena
tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.
9Muhammad Syafi’I Antonio, “
Bank Syariah (dari teori ke praktik”.2001. (Jakarta : Gema
Insani). h. 160
10Yusuf Ayus Ahmad dan Abdul Aziz. “
Manajemen Operasional Bank Syariah”.2009
(37)
3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
D. Jenis-jenis Pembiayaan
Pembiayaan di bank syariah terbagi atas beberapa jenis berdasarkan bentuk akadnya. Namun, secara umum ada tiga jenis transaksi pembiayaan di bank syariah, yaitu:
1) Pembiayaan Jual-Beli
Kata kunci dari pembiayaan jual-beli adalah adanya barang yang diperjual-belikan. Dalam pembiayaan jual-beli bank bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli. Pembiayaan ini terdiri
dari tiga macam, yaitu: murabahah, salam dan istishna.
2) Pembiayaan Sewa-menyewa
Pengertian pembiayaan sewa-menyewa dapat didefinisikan sebagai transaksi terhadap penggunaan manfaat suatu barang dan jasa dengan
pemberian imbalan. Jenis pembiayaan ini terdiri dari ijarah dan ijarah
mumtahiyah bittamlik.
3) Pembiayaan Bagi Hasil
Dalam pembiayaan dengan pola bagi hasil, bank dan nasabah akan berkerja sama dalam suatu usaha, bank sebagai lembaga keuangan akan terlibat dalam permodalan dan nasabah sebagai pelaku kegiatan ekonomi akan terlibat sebagai pelaksana usaha.
(38)
Pembiayaan bagi hasil meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
E. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian al-Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas
dari shahibul al-maal dan keahlian dari mudharib.11
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu :
a. Mudharabah mutlaqah atau URIA (Unrestricted Investmen Accaount) Mudharabah mutlaqah adalah untuk kegiatan usaha yang cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis sesuai permintaan pemilik dana.12
b. Mudharabah muqayyadah atau RIA (Restricted Investmen Account)
11
Ir. Adiwarman A.Karim, “Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan). Jakarta : PT Rajagrafindo. h. 103
12
Wangsawidjaja Z. “ Pembiayaan Bank Syariah “. 2012 (Jakarta : Kompas Gramedia).
(39)
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah untuk kegiatan usaha yang cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana.13
F. Pengertian Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang berkerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun tidak berwujud.14
Dalam penyaluran pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad musyarakah,
Undang-undang Perbankan Syariah memberikan penjelasan bahwa yang
dimaksud dengan Akad Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan
13
Wangsawidjaja Z. “ Pembiayaan Bank Syariah“. h.193
14
(40)
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana
masing-masing.15
G. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (marjin).16
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara
pembayaran dilakukan secara tangguh atau cicilan.17
H. NPF (Non Performing Financing)
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikannya ternyata menjadi
15
Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf c UU Perbankan Syariah
16
Adiwarman A.Karim, “Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan). Jakarta : PT Rajagrafindo. h. 98
17
(41)
bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi
hasil yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan.18
NPF (Non performing Financing) adalah tingkat pengembalian
pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan. Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian pembiayaan macet.
Perhitungan Non Performing Financing (NPF) sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 13 Tahun 2011 yaitu perbandingan antara pembiayaan yang memiliki Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), dan Macet (Kol 4)
dibandingkan dengan Total Pembiayaan yang disalurkan.19
Rumus :
NPF = Pembiayaan kol 2-4 x 100%
Total Pembiayaan
I. ROA (Return On Asset)
18
Lukman Dendawijaya,”Manajemen Perbankan Ed. 2” , (Galia Indonesia : Bogor), 2005. h.81
19
(42)
Laba merupakan tujuan utama bank dalam mengelola dana yang tersedia. Semakin banyak dana yang dikelola maka diharapkan semakin banyak pula keuntungan yang didapat. Dalam menghitung laba, ada banyak rasio yang digunakan. Dalam pengukuran profitabilitas ini penulis memilih pendekatan Return On Assets (ROA), karena dengan menggunakan ROA dapat mempertimbangkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan ROA ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang
dikuasainya untuk menghasilkan income.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah ROA. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.20
Rumus untuk menghitung Return On Assets (ROA) tersebut adalah :
= x 100%
20Dahlan Siamat, “
Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan”,
(43)
ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan asset yang dimiliki. Menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004, bahwa standar yang paling baik untuk ROA dalam ukuran bank-bank Indonesia minimal 1,5%. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset.21
J. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Return On Assets (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
Pembiayaan bagi hasil pada bank syariah dilakukan melalui akad musyarakah dan mudharabah. Muhammad menyatakan bahwa dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank perannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan perbankan syariah lemahnya peranan bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank dikarenakan beberapa alasan antara lain: pertama, terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang di kebanyakan
komunitas muslim tidak member kebebasan pengguna bagi hasil sebagai
mekanisme investasi, sehingga mendorong bank untuk mengadakan
21
(44)
pemantauan lebih intensif terhadap setiap investasi yang diberikan. Hal ini membuat operasional perbankan tidak berjalan secara ekonomi dan tidak efisien. Kedua, keterkaitan bank dalam pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan mitranya.
Pada sisi lain, keterlibatan yang tinggi ini akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya menurut kebebasan yang luas daripada campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan. Ketiga, pemberian pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil, memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kemungkinan besar akan meningkatkan kualitas pegawainya dengan cara memperkerjakan para teknisi dan ahli manajemen untuk mengevaluasi proyek usaha yang dipinjami untuk mencermati lebih teliti dan lebih jeli daripada teknis peminjaman pada bank konvensional. Hal ini akan meningkatkan biaya yang
dikeluarkan oleh para banker dalam menjaga efesiensi kinerja perbankannya.
Serta yang terakhir, pada pemberian pembiayaan dengan sistem bagi hasil, apabila terjadi kerugian maka bank akan ikut menanggung kerugian bisnis
(45)
yang dijalankan pengusaha. Kesanggupan untuk turut menanggung resiko ini,
kemungkinan akan mendorong investasi lebih berisiko.22
2. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah terhadap Return On Assets (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
Pembiayaan bagi hasil pada bank syariah dilakukan melalui akad mudharabah dan musyarakah. Muhammad menyatakan bahwa dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank perannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan perbankan syariah lemahnya peranan bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank dikarenakan beberapa alasan antara lain: pertama, terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang di kebanyakan
komunitas muslim tidak member kebebasan pengguna bagi hasil sebagai
mekanisme investasi, sehingga mendorong bank untuk mengadakan pemantauan lebih intensif terhadap setiap investasi yang diberikan. Hal ini membuat operasional perbankan tidak berjalan secara ekonomi dan tidak efisien. Kedua, keterkaitan bank dalam pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan mitranya.
22
(46)
Pada sisi lain, keterlibatan yang tinggi ini akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya menurut kebebasan yang luas daripada campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan. Ketiga, pemberian pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil, memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kemungkinan besar akan meningkatkan kualitas pegawainya dengan cara memperkerjakan para teknisi dan ahli manajemen untuk mengevaluasi proyek usaha yang dipinjami untuk mencermati lebih teliti dan lebih jeli daripada teknis peminjaman pada bank konvensional. Hal ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh para banker dalam menjaga efesiensi kinerja perbankannya. Serta yang terakhir, pada pemberian pembiayaan dengan sistem bagi hasil, apabila terjadi kerugian maka bank akan ikut menanggung kerugian bisnis yang dijalankan pengusaha. Kesanggupan untuk turut menanggung resiko ini,
kemungkinan akan mendorong investasi lebih berisiko.23
3. Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Return On Assets (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
Pengelolaan pembiayaan jual beli (murabahah) yang merupakan salah
satu komponen penyusun asset terbesar pada perbankan syariah akan
menghasilkan pendapatan berupa margin/mark up. Dengan diperolehnya
pendapatan mark up tersebut, maka akan mempengaruhi besarnya laba yang
23
(47)
diperoleh bank syariah. Serta pada akhirnya mampu mempengaruhi
peningkatan profitabilitas yang tercermin return on assets (ROA).
Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan
cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem profit and loss sharing
(PLS), mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memastikan ahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank berbasis bunga yang menjadi saingan
bank-bank syariah. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada
pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS dan murabahah tidak
memungkinkan bank-bank syariah untuk mencampuri manajemen bisnis karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
Resiko yang rendah dari pembiayaan jual beli memungkinakan bank untuk lebih mudah mengelola pembiayaan dengan prinsip jual beli melalui
akad murabahah. Pengelolaan yang mudah ini, memungkinkan bank syariah
untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan laba melalui
pendapatan mark up yang bersumber dari pembiayaan jual beli yang
disalurkan kepada masyarakat akan berpengaruh dalam meningkatkan profitabilitas bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) dalam hal ini diukur
(48)
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya tentu tidak dapat menghindari risiko pebiayaan dalam menyalurkan dananya. Hal tersebut terjadi ketika bank tidak dapat memperoleh kembali sebagian atau seluruh pembiayaan yang disalurkan atau investasi yang sedang dilakukannya. Risiko pembiayaan dapat mempengaruhi profitabilitas bank syariah. Hal ini disebabkan ketika tingkat jumlah pembiayaan bermasalah (NPF) menjadi besar, semakin besar pula jumlah kebutuhan biaya penyisihan penghapusan
pembiayaan yang berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk
menghasilkan keuntungan. NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
(49)
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang pengaruh penyaluran
pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan NPF terhadap kinerja
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Objek penelitian ini adalah
pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah,
NPF, dan ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang
pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut.24 Data-data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik.
C. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
bersifat kuantitatif.penelitian kuantitatif bersifat terinci, luas, banyak
menggunakan literatur yang terkait dengan tema yang diajukan sebagai pendukung, memiliki prosedur yang terinci jelas, hipotesis telah sejak awal
24
(50)
dirumuskan dan ditulis secara lengkap sebelum melaksanakan penelitian di lapangan. Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada,
kemudian dibandingkan dengan teori yang dimiliki.25
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi objek penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat ( Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain
yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri.26 Variabel terikat dari penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA), ROA merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit atas aktiva, rasio ini
mengukur operasional manajemen perusahaan atau bank.
2. Variabel Bebas ( Independent Variabel )
Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang
sifatnya dapat berdiri sendiri.27 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Pembiayaan mudharabah
b. Pembiayaan musyarakah
c. Pembiayaan murabahah
d. NPF
25
Muhammad Idrus, “Metode Penelitian Sosial”, h. 29
26
Dwi Priyatno,” Paham Analisa Statistik data dengan Spss”, (Jakarta: Mediakom, 2010), h.8
27
(51)
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang dipakai untuk penelitian ini adalah vector error
correction model (VECM). VECM adalah bentuk vector autoregressive (VAR) yang terestriksi. Retriksi diberikan karena data tidak stasioner namun
terkointegrasi.28 Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang antara
variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap
membiarkan perubahan-perubahan dinamis dalam jangka pendek.29
1. Uji Stasioneritas
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi
dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data
(stasionery stochastic process). Data stasioner adalah data yang varians nya tidak terlalu besar dan punya kecendrungan untuk mendekati nilai
rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah agar nilai rata-rata stabil dan random error nya
sama dengan nol.
a. Uji akar unit (unit root test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data stasioner atau
tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan augmented dickey-fuller
(ADF) pada derajat yang sama (level atau difference) hingga diperoleh
suatu data yang stasioner.
28
Bambang Juanda dan Junaidi,”Ekonometrika Deret Waktu”, (Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2012) h. 165
29
Agus Widarjono,” Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya”, (Jogjakarta : Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, 2009), h. 349
(52)
Hipotesis :
H0 : data tidak stasioner
H1 : data stasioner
Dengan mengikuti pernyataan bahwa :
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka H0
diterima.
2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka H1
diterima.
Pada penelitian ini nilai kritis yang digunakan adalah 5% yang mana tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Cara yang cukup cepat dalam menentukan data yang sudah stasioner atau belum adalah dengan melihat probabilitasnya, apabila lebih kecil dari 0,05 maka data sudah stasioner.
b. Uji derajat integrasi
Pada data time series umumnya tidak stasioner pada level,
sehingga harus di uji kembali pada derajat berapakah data menjadi stasioner. Uji ini dilakukan apabila data tidak stasioner pada level, uji ini mirip dengan uji akar unit dengan cara mendiferensasi data pada tingkat tertentu hingga stasioner.
(53)
H0 : data tidak stasioner
H1 : data stasioner
Dengan mengikuti pernyataan bahwa :
3) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka H0 diterima.
4) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka H1 diterima.
2. Uji lag length
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag optimal. Jika lag yang digunakan dalam stasioneritas terlalu
sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise
sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Namun
jika lag yang digunakan terlalu banyak, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena tambahan parameter terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Dalam penentuan lag optimal dilakukan melalui likelihood ratio test, tentukan criteria yang mempunyai Final Frediction Error
(FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan
(54)
3. Uji Kointegrasi
Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila peneliti meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Pendeteksian ini dapat
dilakukan dengan Metode Johansen. Pengujian kointegrasi dalam penelitian
ini dilaksanakan dengan derajat kepercayaan 5% dengan cara membandingkan trace statistic atau max eigen statistic dengan critical value-nya.30
Hipotesis :
H0 : terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependent
H1 : tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependen
Dengan mengikuti pernyataan bahwa:
1. Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka H0 diterima, model
terkointegrasi
2. Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka H1 diterima, model
tidak terkointegrasi.
30
Moch. Doddy Ariefianto, “Ekonometrika : Esensi dan Aplikasi Dengan Menggunakan Eviews”, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 113
(55)
4. Uji Vector Error Correction Model (VECM)
VECM merupakan suatu model analisis ekonometrika yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu variabel jangka
panjangnya (Kostov dan Lingard, 2000).31 Insukindro (1992) berpendapat
VECM dapat digunakan pada variabel runtun waktu yang tidak stasioner dan
regresi atau korelasi lancing.32
Gujarati berpendapat VECM ini dinilai kurang cocok jika digunakan dalam menganalisis suatu kebijakan. Hal ini dikarenakan analisis VECM yang
ateori dan terlalu menekankan pada forecasting atau peramalan pada suatu
ekonometrika.33
Apabila variabel-variabel tidak terkointegrasi pada stasioner atau ordo yang sama, maka VECM tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya peneliti
dapat menggunakan VAR standar yang hasilnya identik dengan ordinary least
square (OLS) . Pelaku dinamis VECM dapat dilihat dari respon dari setiap
variabel terikat terhadap shock pada variabel tersebut maupun terhadap
variabel bebas lainnya. Ada dua cara untuk melihat karakteristik dinamis
VECM, yaitu melalui IRF (impulse response function) dan variance
decomposition.
31
Shochrul R. Ajija, Dkk., “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 180
32
Shochrul R. Ajija, Dkk., “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. h. 180
33
Damodar N.Gujarati, “Basic Econometric’s, 4th Edition”, (New York: Megraw-Hill, 2003), h.853
(56)
1) Impulse response function (IRF)
Analisis IRF dapat melacak respon dari variabel terikat di dalam
sistem VECM karena adanya shock dari variabel bebas pada persamaan
variabel terikat dalam suatu system VECM. Misalnya variabel bebas mengalami kenaikan sebesar x maka akan mempengaruhi variabel terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims (1992) fungsi IRF menggambarkan ekspektasi periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel akibat inovasi dari variabel yang lain. Sehingga lamanya
pengaruh shock pada suatu variabel terhadap variabel lain hingga
pengaruhnya hilang atau kembali pada titik keseimbangan dapat dilihat.34
2) Variance decomposition
Disebut juga forecast error variance decomposition, merupakan
perangkat yang dapat menggambarkan relatif pentingnya variabel-variabel
bebas pada model VECM karena shock dan menjelaskan seberapa kuat
peranan variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Analisis ini dilaksanakan dengan cara pemisahan variasi dari sejumlah variabel yang
diestimasi menjadi komponen-komponen shock, dengan asumsi bahwa
komponen-komponen tidak saling berkolerasi.
34
Shochrul R. Ajija, Dkk., “Cara Cerdas Menguasai Eviews” (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 168.
(57)
F. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3.1
Kerangka pemikiran penelitian
Tidak Stasioner
Input data time series ( retun on assets, pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah,
pembiayaan musyarakah dan non performing financing (NPF) )
Uji Stasioneritas
1. Uji Akar Unit
2. Uji Derajat Integrasi
( eviews 7.0 dan excel 2007) Stasioner
VAR (Vector
Autoregressive) bentuk level
Stasioner didiferensasi
data
Terjadi Kointegrasi
VECM (Vector Error
Correction Model)
IRF (Impulse
Response Function)
atau Variance
Decomposition
Kesimpulan
Bank Indonesia
(58)
G. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi.35 Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini, maka
hipotesisnya adalah:
1. Pengaruh jangka pendek pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah,
pembiayaan murabahah, NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
H0 : Pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan NPF tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA dalam jangka pendek
H1 : Pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan NPF
berpengaruh signifikan terhadap ROA terhadap jangka pendek.
2. Pengaruh jangka panjang pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah,
dan NPF terhadap ROA
H0 : Pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan NPF tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA dalam jangka panjang.
H1 : Pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan NPF
berpengaruh signifikan terhadap ROA terhadap jangka panjang.
3. H0 : diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel pembiayaan
mudharabah, musyarakah, murabahah dan NPF tidak direspon oleh return on assets (ROA) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
35
Ety Rochaety, Dkk, “Metodologi Penelitian Bisnis”. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009),h. 108
(59)
4. H1 : diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel pembiayaan
mudharabah, musyarakah, murabahah dan NPF direspon oleh return on assets (ROA) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
(60)
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Return On Assets (ROA)
Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia saat ini banyak diminati oleh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah, salah satu Lembaga Keuangan Syariah selain Bank Umum adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau lebih di kenal dengan sebutan BPRS.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas atau kinerja suatu lembaga khususnya lembaga keuangan adalah ROA. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Berikut
tabel perkembangan Return On Asset (ROA) pada Bank Pembiayaan Rakyat
(61)
Tabel 4.1
ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bulan ROA (dalam %)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3.55 2.83 2.65 3.07 2.78 2.31
Februari 3.48 2.84 2.70 3.05 2.81 2.23
Maret 3.57 2.71 2.73 3.06 2.71 2,07
April 3.67 2.65 2.66 3.14 2.56
Mei 3.97 2.73 2.59 3.10 2.47
Juni 3.71 2.72 2.74 2.98 2.77
Juli 3.68 2.74 2.67 2.87 2.45
Agustus 3.52 2.72 2.57 2.63 2.49
September 3.47 2.80 2.58 2.85 2.26
Oktober 3.61 2.39 2.82 2.90 2.18
November 3.59 2.53 2.76 2.89 2.21
Desember 3.49 2.67 2.64 2.79 2.26
Sumber : Bank Indonesia
Dari tabel 4.1 diatas dapat tercatat return on assets tertinggi terjadi pada bulan Mei 2010 yaitu sebesar 3.97% . namun peningkatan ini tidak terus terjadi. dan return on assets terendah terjadi pada bulan Maret 2015 yaitu sebesar 2.07%, ini merupakan penurunan yang cukup tajam dan merupakan nilai terendah selama tahun penelitian.
(62)
Grafik 4.2
ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dari grafik 4.2 di atas dapat dilihat perkembangan return on assets
(ROA) mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Terlihat pada bulan Januari
2010 tercatat return on assets sebesar 3.55% namun pada bulan Oktober 2011
tercatat return on assets mengalami penurunan, yaitu sebesar 2.39%, dan meningkat kembali pada bulan April 2013 yaitu sebesar 3.14%.
Penurunan jumlah return on assets (ROA) ini disebabkan oleh suku
bunga perbankan konvensional yang meningkat dan menjadi daya saing tersendiri bagi bank syariah. Oleh karena itu laba yang dihasilkan oleh perbankan syariah dialokasikan untuk bagi hasil kepada nasabah.
2.0 2.4 2.8 3.2 3.6 4.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014
(63)
Pada tahun selanjutnya return on assets (ROA) terus mengalami peningkatan, dari Oktober 2014 yaitu sebesar 2.18% meningkat sedikit demi sedikit menjadi 2.26% di Desember 2014. Hal ini membuktikan bahwa BPR Syariah meskipun masih baru masuk dalam salah satu lembaga keuangan masyarakat, tetapi sudah mampu mengatasi masalah internal maupun eksternal dengan baik.
2. Tingkat pembiayaan mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnyaa menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Produk-produk tersebut dapat diterapkan untuk pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
Faktor yang menjadi sumber utama pendapatan utama bank syariah sampai saat ini adalah asset produktif dalam bentuk pembiayaan. Semakin
(64)
banyak dana yang bisa disalurkan dalam pembiayaan berarti semakin tinggi earning assets, artinya dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan dalam bentuk pembiayaan yang produktif sehingga tidak banyak asset yang menganggur.
Berikut tabel pertumbuhan penyaluran pembiayaan mudharabah di
Indonesia dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan Maret tahun 2015 Tabel 4.2
Pembiayaan Mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia
Bulan Pembiayaan Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 53.283 63.569 73.856 95.465 100.689 118.415
Februari 55.735 63.080 74.985 91.994 105.018 118.353
Maret 58.421 64.963 77.306 93.794 109.039 123.975
April 58.065 68.145 81.099 97.595 111.776
Mei 59.665 69.188 85.799 101.908 111.637
Juni 63.453 72.177 90.665 106.968 117.505
Juli 64.044 76.442 88.533 115.038 120.765
Agustus 64.635 79.774 93.411 113.784 120.617
September 66.693 77.476 94.931 120.376 123.717
Oktober 69.549 77.644 94.929 114.559 123.691
November 67.443 75.325 96.085 112.799 124.847
Desember 65.471 75.807 99.361 106.851 122.467
Sumber : Bank Indonesia
Dari tabel 4.2 diatas dapat tercatat penyaluran pembiayaan mudharabah tertinggi terjadi pada bulan November 2014 yaitu sebesar
124.847 juta rupiah dan penyaluran pembiayaan mudharabah terendah terjadi
(65)
Grafik 4.2
Pembiayaan Mudharabah
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dari grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan mudharabah
terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya dan dapat dilihat bahwa pembiayaan tertinggi pada tahun 2014. Pada quartal III 2013 jumlah
pembiayaan mudharabah menurun, namun keadaan tersebut tidak
berlangsung lama, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah masih memiliki daya tahan yang sangat baik dengan dapat meningkatkan fungsi intermediasi bank syariah yang terus berjalan efektif sebagaimana tercermin dari komposisi asset
yang didominasi pembiayaan kepada sektor rill terutama sektor usaha kecil
dan menengah.
10.8 11.0 11.2 11.4 11.6 11.8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014
(66)
Hal ini terbukti pada bulan Januari 2013 pembiayaan mudharabah terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 95.465 juta rupiah, dan
pembiayaan mudharabah terus mengalami peningkatan hingga Maret 2015
yaitu sebesar 123.975 juta rupiah.
3. Tingkat Pembiayaan Musyarakah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Akad musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan suatu
proyek dimana nasabah dan bank bersama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
Menurut data Bank Indonesia, penggunaan akad musyarakah di
Indonesia hingga Maret 2015 adalah sebesar 572.606 juta rupiah. Berikut
adalah data perkembangan akad musyarakah dari Januari 2010 hingga Maret
(1)
Lampiran 18 : Grafik hasil uji IRF (
Impulse response function
)
Sumber : output eviews 7 (data diolah)
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
2 4 6 8 10 Response of ROA to ROA
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
2 4 6 8 10 Response of ROA to LN_MUDHARABAH
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
2 4 6 8 10 Response of ROA to LN_MUSYARAKAH
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
2 4 6 8 10 Response of ROA to LN_MURABAHAH
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
2 4 6 8 10 Response of ROA to NPF
-.01 .00 .01 .02 .03
2 4 6 8 10 Response of LN_MUDHARABAH to ROA
-.01 .00 .01 .02 .03
2 4 6 8 10 Response of LN_MUDHARABAH to LN_MUDHARABAH
-.01 .00 .01 .02 .03
2 4 6 8 10 Response of LN_MUDHARABAH to LN_MUSYARAKAH
-.01 .00 .01 .02 .03
2 4 6 8 10 Response of LN_MUDHARABAH to LN_MURABAHAH
-.01 .00 .01 .02 .03
2 4 6 8 10 Response of LN_MUDHARABAH to NPF
-.02 .00 .02 .04 .06
2 4 6 8 10 Response of LN_MUSYARAKAH to ROA
-.02 .00 .02 .04 .06
2 4 6 8 10 Response of LN_MUSYARAKAH to LN_MUDHARABAH
-.02 .00 .02 .04 .06
2 4 6 8 10 Response of LN_MUSYARAKAH to LN_MUSYARAKAH
-.02 .00 .02 .04 .06
2 4 6 8 10 Response of LN_MUSYARAKAH to LN_MURABAHAH
-.02 .00 .02 .04 .06
2 4 6 8 10 Response of LN_MUSYARAKAH to NPF
-.02 -.01 .00 .01 .02
2 4 6 8 10 Response of LN_MURABAHAH to ROA
-.02 -.01 .00 .01 .02
2 4 6 8 10 Response of LN_MURABAHAH to LN_MUDHARABAH
-.02 -.01 .00 .01 .02
2 4 6 8 10 Response of LN_MURABAHAH to LN_MUSYARAKAH
-.02 -.01 .00 .01 .02
2 4 6 8 10 Response of LN_MURABAHAH to LN_MURABAHAH
-.02 -.01 .00 .01 .02
2 4 6 8 10 Response of LN_MURABAHAH to NPF
-.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4
2 4 6 8 10 Response of NPF to ROA
-.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4
2 4 6 8 10 Response of NPF to LN_MUDHARABAH
-.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4
2 4 6 8 10 Response of NPF to LN_MUSYARAKAH
-.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4
2 4 6 8 10 Response of NPF to LN_MURABAHAH
-.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4
2 4 6 8 10 Response of NPF to NPF
(2)
Lampiran 19 : Tabel Uji
Forecast Error Decomposition Variance
( FEDV )
Variance Decompo
sition of ROA:
Period S.E. ROA
LN_MUDHAR ABAH
LN_MUSYAR AKAH
LN_MURABA
HAH NPF
1 0.167996 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.223543 96.28682 0.755891 0.033589 1.416139 1.507563
3 0.270653 94.75628 1.730259 0.191870 2.011484 1.310105
4 0.310618 93.75940 2.372839 0.203111 2.199612 1.465037
5 0.345829 93.14359 2.745929 0.195118 2.357974 1.557392
6 0.377779 92.78436 2.934011 0.185259 2.481915 1.614458
7 0.407186 92.57889 3.013415 0.178435 2.589225 1.640032
8 0.434594 92.46280 3.036889 0.175245 2.680344 1.644726
9 0.460366 92.39371 3.036253 0.174794 2.756056 1.639186
10 0.484768 92.34762 3.028520 0.175981 2.817970 1.629911
Variance Decompo
sition of LN_MUD HARABA
H:
Period S.E. ROA
LN_MUDHAR ABAH
LN_MUSYAR AKAH
LN_MURABA
HAH NPF
1 0.026458 0.061965 99.93804 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.040526 0.214024 86.90082 7.105667 0.028755 5.750738
3 0.048141 0.236598 76.84421 15.07674 0.426709 7.415735
4 0.052018 0.202856 68.77730 21.89292 1.800674 7.326250
5 0.054556 0.246246 62.55059 26.43418 4.076715 6.692272
6 0.056924 0.388882 58.05219 28.55992 6.675382 6.323623
7 0.059306 0.583041 54.82566 29.12221 9.076841 6.392250
8 0.061545 0.778111 52.35891 29.05934 11.09896 6.704676
9 0.063532 0.949024 50.30780 28.91549 12.77411 7.053567
10 0.065280 1.090589 48.49305 28.89154 14.18878 7.336036
Variance Decompo
sition of LN_MUS YARAKA
H:
Period S.E. ROA
LN_MUDHAR ABAH
LN_MUSYAR AKAH
LN_MURABA
HAH NPF
1 0.029328 0.008276 9.579827 90.41190 0.000000 0.000000
(3)
3 0.073479 0.095575 9.401584 81.68386 0.075282 8.743704
4 0.088810 0.080214 7.435256 83.41305 0.211626 8.859852
5 0.101214 0.062739 5.827059 85.24881 0.443427 8.417969
6 0.111576 0.053010 4.805636 86.63969 0.709394 7.792269
7 0.120545 0.051046 4.217248 87.58959 0.958350 7.183761
8 0.128537 0.052986 3.858080 88.26197 1.164855 6.662111
9 0.135845 0.055640 3.594787 88.78666 1.323942 6.238972
10 0.142674 0.057518 3.367952 89.22878 1.442101 5.903645
Variance Decompo
sition of
LN_MUR
ABAHAH:
Period S.E. ROA
LN_MUDHAR ABAH
LN_MUSYAR AKAH
LN_MURABA
HAH NPF
1 0.011177 3.473753 2.433146 13.80373 80.28937 0.000000
2 0.017457 4.182432 1.297194 13.00253 81.51405 0.003789
3 0.023033 4.466999 1.786148 12.38821 81.10632 0.252324
4 0.028592 4.687837 5.180727 10.78691 78.28075 1.063769
5 0.034112 4.836865 9.411017 8.945351 74.59788 2.208892
6 0.039355 4.941865 12.98195 7.395351 71.32853 3.352305
7 0.044142 5.024321 15.52204 6.244490 68.90408 4.305065
8 0.048430 5.093655 17.18172 5.423293 67.27560 5.025737
9 0.052266 5.152861 18.22392 4.837993 66.24227 5.542949
10 0.055736 5.202678 18.87455 4.414207 65.60282 5.905746
Variance Decompo
sition of NPF:
Period S.E. ROA
LN_MUDHAR ABAH
LN_MUSYAR AKAH
LN_MURABA
HAH NPF
1 0.412535 0.441751 0.062477 1.883484 7.422456 90.18983
2 0.506086 1.089627 0.395526 1.387284 6.126404 91.00116
3 0.586189 1.084540 0.912582 1.079137 5.865829 91.05791
4 0.654836 1.120772 1.405225 0.878796 5.646084 90.94912
5 0.715433 1.133983 1.757214 0.738550 5.538142 90.83211
6 0.771369 1.146216 1.968581 0.635920 5.486613 90.76267
7 0.823750 1.159071 2.078223 0.557985 5.465312 90.73941
8 0.873371 1.171820 2.126598 0.496942 5.458642 90.74600
9 0.920628 1.183872 2.143670 0.448144 5.456967 90.76735
10 0.965772 1.194620 2.147750 0.408478 5.455903 90.79325
(4)
Lampiran 20 : Grafik hasil Uji Variance Decomposition
Sumber : output eviews 9 (data diolah)
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent ROA variance due to ROA
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent ROA variance due to LN_MUDHARABAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent ROA variance due to LN_MUSYARAKAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent ROA variance due to LN_MURABAHAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent ROA variance due to NPF
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUDHARABAH variance due to ROA
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUDHARABAH variance due to LN_MUDHARABAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUDHARABAH variance due to LN_MUSYARAKAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUDHARABAH variance due to LN_MURABAHAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUDHARABAH variance due to NPF
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUSYARAKAH variance due to ROA
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUSYARAKAH variance due to LN_MUDHARABAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUSYARAKAH variance due to LN_MUSYARAKAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUSYARAKAH variance due to LN_MURABAHAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MUSYARAKAH variance due to NPF
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MURABAHAH variance due to ROA
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MURABAHAH variance due to LN_MUDHARABAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MURABAHAH variance due to LN_MUSYARAKAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MURABAHAH variance due to LN_MURABAHAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent LN_MURABAHAH variance due to NPF
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent NPF variance due to ROA
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent NPF variance due to LN_MUDHARABAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent NPF variance due to LN_MUSYARAKAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent NPF variance due to LN_MURABAHAH
0 20 40 60 80 100
2 4 6 8 10
Percent NPF variance due to NPF
(5)
(6)