Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

i

SKRIPSI

PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP

RETURN ON ASSET

(ROA) PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

MARTHA LUSIA 110522156

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ii

SKRIPSI

PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP

RETURN ON ASSET

(ROA) PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

sebagai salah satu persyaratan untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

MARTHA LUSIA 110522156

kepada

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia“

adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna

menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan

ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

Martha Lusia NIM. 110522156


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

dan berkat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia“. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal

Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi


(5)

v

5. Ibu Dra. Nurzaimah,MM, Ak Selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan

kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2013 Penulis

Martha Lusia 110522156


(6)

vi

ABSTRAK

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (Roa) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Penilaian kesehatan bank ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai bank pengawas dan Pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis klasik dan metode analisis statistik yang menggunakan alat analisis regresi linier berganda, baik pengujian simultan dan pengujian parsial.

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2011 sebanyak 31 perusahaan. Pengambilan sampel didasarkan pada metode purposive sampling. Jumlah sampel yang terpilih adalah sebanyak 16 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan www.bi.go.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA serta variabel NPL memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sementara variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.


(7)

vii

ABSTRACT

The Effect of CAMEL Ratio to Return on Asset of Commercial Banking that Listed on Indonesia Stock Exchange

Health is the most important thing in the various spheres of life, both for people and companies. Healthy condition will improve morale and job skills and other abilities. Bank health assessment aims to determine whether the bank is in sound condition, fairly healthy, less healthy and unhealthy banks to Bank Indonesia as a supervisor and coach banks can provide direction or guidance on how banks should be run or even discontinued operations. The analytical method used in measuring the health of banks is a classical analytical methods and methods of statistical analysis using multiple linear regression analysis, testing both simultaneous and partial testing.

The population of this study is a commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange in the year 2008 to the year 2011 as many as 31 companies. Sampling was based on a purposive sampling method. The number of samples selected were as many as 16 companies. Data collection is done by taking the documentation of financial statements of Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and download the official website of the Indonesia Stock Exchange in www.idx.co.id and linear regression by means of SPSS.

The results showed that the variable CAR and LDR positive but not significant effect on ROA and NPL variable has a negative and significant effect on ROA. While ROA variables significantly and negatively related to ROA.


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 10

2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Pengertian Bank ... 10

2.1.2 Fungsi Bank ... 11

2.1.3 Jenis Bank ... 11

2.1.4 Sumber Dana Bank ... 12

2.1.5 Manajemen Dana Bank ... 15

2.1.5.1 Manajemen Likuiditas (Liqudity Management) ... 16

2.1.5.2 Manajemen Aset (Asset Management) ... 18

2.1.5.3 Manajemen Liabilitas ... 21

2.1.5.4 Manajemen Kecukupan Modal (Managing capital Adequacy) ... 21

2.1.6 Risiko Perbankan ... 22

2.1.6.1 Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) ... 23

2.1.7 Rasio Keuangan Bank ... 25

2.1.7.1 Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 27

2.1.7.2 Capital Adequecy Ratio (CAR) ... 29

2.1.7.3 Non Performing Loan (NPL) ... 30

2.1.7.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 31

2.2 Penelitian Terdahulu ... 33

2.3 Kerangka Konseptual ... 37

2.4 Hipotesis ... 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Data dan Sumber Data ... 40

3.1.1. Jenis Data ... 40

3.1.2 Sumber Data ... 40


(9)

ix

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

3.4.1. Variabel Independen ... 41

3.4.2. Variabel Dependen ... 44

3.5 Tehnik Analisis Data ... 45

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 46

3.5.2 Pengujian Hipotesis ... 49

3.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 51

3.5.4 Analisis Regresi Berganda ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 53

4.2 Analisis Deskriptif Data ... 54

4.3 Analisis Data ... 57

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 57

4.3.1.1 Uji Normalitas ... 57

4.3.1.2 Uji Autokorelasi ... 59

4.3.1.3 Uji Heterokedasitas ... 60

4.3.1.4 Uji Multikolineritas ... 62

4.3.2 Analisis Regresi ... 64

4.3.3 Koefisien Determinasi ... 65

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 66

4.4.1 Uji F (Uji Secara Simultan) ... 66

4.4.2 Uji T (Uji Secara Parsial)... 68

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

4.5.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA). ... 71

4.5.2 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA). ... 71

4.5.3 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA). ... 72

4.5.4 Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA). ... 72

4.5.5 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposite Ratio (LDR) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA). ... 73

BAB V PENUTUP ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(10)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL ... 31

Tabel 2.2 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO ... 32

Tabel 2.3 Kajian Penelitian Terdahulu ... 36

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA .. 44

Tabel 4.1 Hasil Penentuan Sampel ... 53

Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 54

Tabel 4.3 Kolmogorof-Smirnov Test ... 57

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 60

Tabel 4.5 Uji Glejser ... 62

Tabel 4.6 Ujimultikolineritas ... 63

Tabel 4.7 Analisis Regresi ... 64

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ... 65

Tabel 4.9 Hasil Uji F (Uji Simultan) ... 67


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 4.1 Normal P-Plot ... 58

Gambar 4.2 Grafik Histogram ... 59


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank Umum Tahun 2008 ... 80 Lampiran 2 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank

Umum Tahun 2009 ... 81 Lampiran 3 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank

Umum Tahun 2010 ... 82 Lampiran 4 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank


(13)

vi

ABSTRAK

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (Roa) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Penilaian kesehatan bank ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai bank pengawas dan Pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis klasik dan metode analisis statistik yang menggunakan alat analisis regresi linier berganda, baik pengujian simultan dan pengujian parsial.

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2011 sebanyak 31 perusahaan. Pengambilan sampel didasarkan pada metode purposive sampling. Jumlah sampel yang terpilih adalah sebanyak 16 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan www.bi.go.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA serta variabel NPL memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sementara variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.


(14)

vii

ABSTRACT

The Effect of CAMEL Ratio to Return on Asset of Commercial Banking that Listed on Indonesia Stock Exchange

Health is the most important thing in the various spheres of life, both for people and companies. Healthy condition will improve morale and job skills and other abilities. Bank health assessment aims to determine whether the bank is in sound condition, fairly healthy, less healthy and unhealthy banks to Bank Indonesia as a supervisor and coach banks can provide direction or guidance on how banks should be run or even discontinued operations. The analytical method used in measuring the health of banks is a classical analytical methods and methods of statistical analysis using multiple linear regression analysis, testing both simultaneous and partial testing.

The population of this study is a commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange in the year 2008 to the year 2011 as many as 31 companies. Sampling was based on a purposive sampling method. The number of samples selected were as many as 16 companies. Data collection is done by taking the documentation of financial statements of Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and download the official website of the Indonesia Stock Exchange in www.idx.co.id and linear regression by means of SPSS.

The results showed that the variable CAR and LDR positive but not significant effect on ROA and NPL variable has a negative and significant effect on ROA. While ROA variables significantly and negatively related to ROA.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Definisi bank

ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana

yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada kepada masyarakat

juga termasuk individu.

Dalam prakteknya lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Sentral, Bank

Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Sentral di Indonesia dilaksanakan oleh

Bank Indonesia dan memegang fungsi sebagai bank sirkulasi,bank to bank dan lender of the last resort. Tujuan utama Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral

mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter , mengatur dan

menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur dan mengawasi bank.

Kemudian bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa

perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan

maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga di kenal dengan nama bank


(16)

2

umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki produk yang lebih

luas daripada bank yang berstatus nondevisa, antara lain dapat melaksanakan jasa

yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank ke luar negeri.

Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang

kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan

meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama

seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga

harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya.

Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri, akan tetapi pihak

lain. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana

dari masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat pemilik dana dapat saja

menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan

dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.

Penilaian kesehatan bank ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut

dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank

Indonesia sebagai bank pengawas dan Pembina bank-bank dapat memberikan arahan

atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan

kegiatan operasinya. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Indonesia

mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana

sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana (Budisantoso dan Triandaru: 2006).


(17)

3

utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang

bersangkutan. Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data

keuangan bank,yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data

keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik,baik dalam bentuk

persentase atau kali (Selamet riyadi,2006:155).

Rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan

untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata

lain profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dari kegiatan operasionalnya (Munawir,2002). Profitabilitas dalam

dunia perbankan dapat dihitung dengan Return on Assets (selanjutnya disingkat ROA). Dalam hal ini Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan asset yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar

yang paling baik untuk Return On Assets dalam ukuran bank-bank Indonesia minimal 1,5%. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi

penggunaan asset (Lukman Dendawijaya ,2000:120).

Aspek lainnya yang juga dapat di jadikan indikator dalam menilai kondisi

kesehatan suatu bank diataranya yaitu aspek permodalan. Penilaian ini berdasarkan


(18)

4

Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequcy Ratio (CAR) yang ditetapkan Bank Indonesia.

Sedangkan dari aspek kualitas asset yaitu penilaian yang dilaksanakan terhadap

jenis-jens asset yang dimiliki bank dengan memperbandingkan antara aktiva

produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif yang lain. Kemudian rasio

penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang

diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat pada neraca yang telah dilaporkan secara

berkala kepada Bank Indonesia.

Aspek lainnya yaitu aspek kualitas manajemen (management) unsur ini dinilai

dari tingkat pendidikan dan pengalaman para karyawan dalam menangani berbagai

kasus yang terjadi. Penilaian didasarkan pada jawaban terhadap 250 pertanyaan yang

diajukan mengenai manajemen bank seperti manajemen rentabilitas, manajemen

aktiva, manajemen umum dan lain-lain.

Aspek likuiditas juga digunakan dalam menilai kesehatan bank. Suatu bank

dikatakan berada pada kondisi likuid jika bank tersebut mampu membayar semua

hutang-hutangnya baik berupa tabungan, giro, deposit dan lain-lain pada saat ditagih

dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dipenuhi. Secara

umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang

lancer.

Aspek Rentabilitas adalah penilaian terhadap kemampuan suatu bank dalam


(19)

5

tren yang terus meningkat dari satu periode ke periode lainnya. Dalam hal ini

penilaian dapat dilakukan dengan rasio laba terhadap total asset (ROA) dan

perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO).

Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL

(Capital, Aset, Management, Earning dan Liquidity). Penelitian ini akan menerapkan

beberapa rasio- rasio CA-EL memiliki pengaruh terhadap ROA. Penelitian ini tidak

mencantumkan unsur manajemen suatu bank karena tidak bisa dilihat dari luar. Tolak

ukur penilaian kinerja Bank Umum yang merupakan variabel terikat dalam penelitian

ini adalah rasio Return On Asset (ROA). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang menurut penelitian sebelumnya paling

berpengaruh terhadap ROA bank.Variabel-variabel tersebut antara lain:Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Oleh karena itu perlu diuji kembali konsistensi dari variable-variabel tersebut dalam mempengaruhi ROA bank.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini

mengambil judul “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(20)

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penyusunan penelitan ini penulis

terlebih dahulu merumuskan masalah sebagi dasar kajian penelitian yang dilakukan

yakni :

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas dalam hal ini LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum di Indonesia periode 2008-2011.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio kualitas aktiva produktif dalam hal ini NPL

(Non Performing Loan) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum di Indonesia periode 2008-2011.

3. Untuk mengetahui pengaruh rasio solvabilitas, dalam hal ini CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum di Indonesia periode 2008-2011.

4. Untuk mengetahui pengaruh rasio Rentabilitas, dalam hal ini BOPO (Biaya

Opeasional dengan Pendapatan Operasional) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum di Indonesia periode 2008-2011.

5. Untuk mengetahui adanya pengaruh rasio LDR, NPL, CAR dan BOPO secara

bersamaan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum di Indonesia periode 2008-2011.


(21)

7

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan

(NPL), Loan To Deposit Ratio (LDR) secara bersamaan (simultan) maupun secara parsial terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Bagi penulis dan pembaca, dapat menjadi sarana untuk mengembangkan

wawasan, terutama terkait dengan masalah yang diteliti serta menjadi sarana

perwujudan latihan akademik dan pendalaman ilmu sekaligus pemahaman

penulis, sebagai hasil proses pembelajaran penulis hingga saat ini, serta

tentunya menjadi stimulus bagi penulis untuk lebih banyak belajar.

b. Bagi Perbankan

Bagi lembaga keuangan hasil penelitian ini akan memberikan bukti empiris

mengenai kemampuan capital adequacy ratio (CAR), non performing loan

(NPL), loan to deposit ratio (LDR) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dalam memprediksi profitabilitas dan dapat


(22)

8

digunakan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan finansial guna

meningkatkan kinerja bank.

c. Bagi Pihak Lain

Dapat menjadi masukan bagi masyarakat umum pengguna jasa perbankan

baik kreditor, debitor maupun investor dalam menganalisa kinerja bank

sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan

keputusan investasinya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab I Berisis latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORTIS

Bab II berisi landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan

hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan

sampel, jenis, dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode


(23)

9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan intrepetasi

hasil.

BAB V PENUTUP


(24)

10

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para

nasabah. Istilah bangku kemudian berganti secara resmi dan popular menjadi Bank.

Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan

pelayanan jasa kepada masyarakat (Hasibuan, 2007: 1).

Pengertian bank dapat pula ditinjau dari Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun

1998 Tentang Perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Dendawijaya, 2009:5).

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya

usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan. Jadi usaha

perbankan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana,

dan memberikan jasa lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana

merupakan kegiatan pokok perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa lain


(25)

11

2.1.2 Fungsi Bank

Secara lebih spesifik bank dapat berfungi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Triandaru dan Budisantoso, 2008: 9). a. Agent of Trust

Dasar utama perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank (Triandaru dan Budisantoso, 2008:9).

b. Agent of Development

Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat ketiga kegiatan tersebut tidak dapat terlepas dari uang (Triandaru dan Budisantoso, 2008: 9).

c. Agent of Service

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan (Triandaru dan Budisantoso, 2008: 9).

2.1.3 Jenis Bank

Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara

penggolongannya (Dendawijaya, 2009: 15).

Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal berikut:

a. Jenis bank berdasarkan Undang-Undang

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu:

1. Bank Umum, dan


(26)

12

Dengan catatan bahwa bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu (Dendawijaya, 2009: 15).

b. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

1. Bank milik negara (badan usaha milik negara atau BUMN)

2. Bank milik pemerintah daerah (badan usaha milik daerah atau BUMD) 3. Bank milik swasta nasional

4. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing) 5. Bank milik asing (cabang atau perwakilan) c. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya

1. Bank retail (retail banks)

2. Bank korporasi (corporate banks)

3. Bank komersial (commercial banks)

4. Bank pedesaan (rural banks)

5. Bank pembangunan (development banks)

d. Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga / pembagian hasil usaha 1. Bank konvensional

2. Bank berdasarkan prinsip syariah (Dendawijaya, 2009: 15).

2.1.4 Sumber Dana Bank

Bank merupakan jantung dan urat nadinya perdagangan dan pembangunan

ekonomi satu negara. Bank baru dapat melakukan operasionalnya jika dananya

telah ada. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar

peluangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dalam mencapai tujuan

(Hasibuan, 2007:56).

Dana bank adalah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk

berperan dalam bisnis perbankan. Dana bank digunakan untuk menjaga

kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya

dana giro, deposito dan tabungan yang harus melebihi jumlah setoran modal

dari pemegang saham. Kepercayaan masyarakat amat penting artinya bagi


(27)

13

keperluan operasionalnya. Ini berarti dana atau modal dasar suatu bank akan

bisa digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi (Sinungan,

2000:158).

Menurut Kasmir (2007:45) sebelum dilakukan penjualan jasa keuangan,

bank haruslah terlebih dulu membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat

dan membeli jasa keuangan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang

ada, terutama sumber dana dari masyarakat luas.

Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana

dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah

dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian untuk

membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri, yaitu

dengan mengeluarkan atau menjual saham (Kasmir, 2007:46).

Uang tunai yang dimiliki oleh bank tidak hanya berasal dari modal bank itu

sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan

pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus ataupun

secara berangsur-angsur (Dendawijaya, 2009: 46). Dana-dana bank yang

digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari dana dana

sebagai berikut:

a. Dana Pihak Kesatu (Dana dari Modal Bank Sendiri)

Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank


(28)

14

pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut maupun pihak pemegang

saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian,

termasuk para pemegang saham publik (jika bank tersebut sudah go public

atau merupakan suatu badan usaha terbuka. Dalam neraca bank, dana

modal sendiri tertera dalam rekening modal dan cadangan yag tercantum

pada sisi pasiva (liabilities). Dana modal sendiri terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, dan laba ditahan (Dendawijaya, 2009:

47).

b. Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak

luar, yaitu terdiri dari Call Money, pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB), pinjaman dari Bank Sentral

(BI) (Dendawijaya, 2009: 47).

c. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak

masyarakat. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata

merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa

mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana dari

masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu giro, deposito, dan tabungan


(29)

15

2.1.5 Manajemen Dana Bank

Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota

masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota

masyarakat pemakai dana yang memerlukan dana (Rusyamsi, 1999: 5).

Manajemen sangat berperan penting dalam pengumpulan dana dan penyaluran

kredit.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana bisa menimbulkan berbagai

macam risiko yang jika tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan

menimbulkan kerugian. Inilah yang menjadi tugas utama dari manajemen bank,

yaitu bagaimana menjaga guncangan yang terjadi sehingga keberadaan bank

tersebut tetap terjaga (Rusyamsi, 1999:7).

Ada empat prinsip dalam manajemen aset dan pasiva perbankan untuk

menghasilkan pendapatan yang tinggi. Pertama, tersedianya kas yang cukup

untuk membayar pada saat terjadinya penarikan dana oleh nasabah (Liquidity Management). Kedua, pimpinan bank harus memperkecil risiko dengan cara memperoleh aset dengan tingkat gagal bayar (default) kecil dan melakukan diversifikasi aset (Asset Management). Ketiga, memperoleh dana murah

(Liability Management) dan yang keempat manajer harus memutuskan sejumlah modal yang harus disisihkan sebagai pemenuhan modal minimum


(30)

16

2.1.5.1 Manajemen Likuiditas (Liqudity Management)

Manajemen likuiditas bank diartikan sebagai suatu proses pengendalian

dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban

bank yang segera harus dibayar (Sinungan, 2000: 99).

Dengan demikian untuk dapat menjadi bank yang dinilai likuid, bank harus memiliki dan atau menguasai sejumlah alat likuid berupa cash asset

(dalam bentuk uang kas dan rekening pada bank sentral dan bank-bank lainnya) surat-surat berharga berkualitas tinggi atau sekuritas yang sangat likuid dan mudah dicairkan tanpa mengalami kerugian; akses kepercayaan dari bank sentral dan bank-bank lain serta pihak-pihak ketiga lainnya untuk memperoleh diskonto, call money serta penjualan surat-surat berharga yang dimilikinya (Ali, 2004: 328).

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank memerlukan likuiditas guna memenuhi berbagai jenis kebutuhan (Ali, 2004: 335). Meliputi:

a. Kebutuhan untuk memenuhi keperluan uang kas bagi kegiatan operasional bank sehari-hari, untuk ditempatkan sebagi saldo minimum rekening operasional pada bank-bank koresponden serta sebagai Giro Wajib Mninimum (GWM), sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu 5 % dari dana pihak ketiga (Ali, 2004: 336).

b. Kebutuhan likuiditas jangka pendek (kurang dari setahun) yang meliputi keperluan untuk melayani penarikan dana dari masyarakat (penarikan sebagian saldo giro melalui penarikan cheque atau bilyet giro, deposito yang jatuh tempo serta penarikan simpanan atau tabungan), untuk memenuhi permintaan kredit jangka pendek serta penarikankredit yang telah disetujui bank dan untuk memenuhi kewajiban bank jangka pendek lainnya (Ali, 2004: 336).

c. Kebutuhan likuiditas musiman (cyclical). Kebutuhan likuiditas musiman ini dapat berupa kebutuhan jangka pendek (kurang dari setahun) atau berupa kebutuhan jangka menengah (kurang dari tiga tahun). Kebutuhan musiman tersebut terjadi karena adanya peristiwa tertentu yang senantiasa berulang, misalnya terjadi penarikan dana oleh masyarakat pada periode menjelang hari-hari raya tertentu, menjelang musim liburan sekolah, dan lainnya (Ali, 2004: 336).

d. Kebutuhan likuiditas dalam jangka panjang, yaitu kebutuhan likuiditas yang terkait langsung dengan kinerja ekonomi makro yang diindikasikan melalui perubahan pada fundamental perekonomian. Pertumbuhan ekonomi memerlukan pasokan likuiditas yang cukup untuk membiayainya dan karenanya lembaga perbankan secara keseluruhan harus mampu


(31)

17

menyusun kebutuhan likuiditas jangka panjang dalam mengantisipasi terjadinya pertumbuhan ekonomi tersebut. Secara individual pun, bank harus dapat memproyeksikan kebutuhan likuiditas jangka panjang dengan menyusun perkiraan pertumbuhan aset bank (Ali, 2004: 336).

Setiap bank wajib memelihara sejumlah dana yang dipergunakan

sebagai dana cadangan (cash reserve) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan masyarakat atas dana yang disimpannya. Dana

cadangan kas ini terbagi atas dua bagian yaitu Primary Reserve dan

Secondary Reserve (Sinungan, 2000: 103).. Berikut penjelasaanya: a. Primary Reserve (Dana Cadangan Utama)

Ini adalah cadangan utama yang harus dipelihara bank, demi

memenuhi ketentuan likuiditas minimum berdasarkan ketentuan yuridis

dari Bank Indonesia. Selain itu, pendekatan masalah Primary Reserve

diperlukan untuk memenuhi permintaan efektif dari para nasabah yang

muncul secara tiba-tiba. Bahasa teknis perbankan dalam mewujudkan

primary reserve ini adalah alat-alat yang dikuasai dan tercermin pada pos-pos aktiva, berupa saldo kas, saldo rekening pada Bank Indonesia,

Giro Wajib Minimum (GWM) (Sinungan, 2000: 103).

b. Secondary Reserve (Dana Cadangan Kedua)

Secondary Reserve adalah cadangan tunai kedua yang berfungsi sebagai cadangan penyangga posisi Primary Reserve. Artinya, bila saldo kas terus berkurang, demikian juga saldo giro pada Bank Indonesia


(32)

18 Reserve akan muncul ke permukaan untuk memberikan bantuan. Bantuan Secondary Reserve ini akan dapat memperbaiki posisi likuiditas yang sudah muai terancam. Secondary Reserve berisfat ganda, yaitu sebagai penyangga Primary Reserve dan sebagai Earning Reserve

melalui investasi jangka pendek yang current, yang bersifat melindungi kas (protective investment). Contohnya ialah wesel, cek, tagihan-tagihan, efek (termasuk Sertifikat Bank Indonesia) dan Surat-Surat

Berharga Pasar Uang lainnya, Sertifikat deposito, serta Call Money

(Sinungan, 2000: 105)

Menurut Hasibuan (2006 : 94) bank dapat dikatakan likuid apabila:

a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

b. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya (misalnya surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset

baru melalui berbagai bentuk hutang.

2.1.5.2 Manajemen Aset (Asset Management)

Dalam rangka meningkatkan keuntungan, bank secara langsung

meningkatkan pendapatan tertinggi dari kredit dan surat berharga, dengan

risiko rendah, dan mencadangkan kecukupan likuiditas dengan aset yang

likuid. Di dalam manajemen asetnya, bank melakukan upaya dengan empat


(33)

19

a. Bank berusaha mendapatkan peminjam yang mau membayar tingkat suku

bunga yang tinggi dengan kemungkinan default yang kecil. Upaya ini dilakukan dengan pendekatan langsung kepada perusahaan yang potensial.

b. Diversifikasi penanaman aset, dengan tujuan untuk meminimalisasi tingkat

risiko dari aset yang dimiliki. Dengan membeli surat berharga yang

berbeda jangka waktunya dan dalam berbagai jenis kredit kepada beberapa

nasabahnya. Bank yang menempatkan suatu portofolionya dalam suatu

kredit akan mengalami kesulitan pada saat terjadi goncangan pada sektor

yag dibiayai.

c. Bank berusaha membeli surat-surat berharga dengan pendapatan tinggi dan

risiko yang rendah.

d. Bank harus dapat mengelola likuiditas dari aset-aset yang dimiliki dengan

tetap memperhatikan pemenuham modal minimum tanpa mengeluarkan

biaya yang tinggi.

Secara umum, manajemen aset oleh suatu bank dilakukan melalui dua

pendekatan (Riyadi, 2004: 26), yaitu:

a. The Pooled of Fund Approach (Pendekatan Pengumpulan Pendanaan). Prinsip ini tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh bank baik secara kelompok dalam artian sumber rekening maupun secara individu dalam arti lembaga yang menyimpan uang di bank, dengan demikian langkah yang dilakukan untuk mengalokasikan dana, pada dasarnya ialah sebagai berikut:

1) Seluruh sumber dana digabungkan menjadi satu

2) Pengalokasian dananya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan menghasilkan pendapatan sesuai yang direncanakan


(34)

20

tanpa melihat sumber dana yang digunakan tersebut (Riyadi, 2004: 26).

Dalam metode ini pendekatannya menggunakan semua sumber dana yang diperoleh bank dikumpulkan, apakah dana tersebut berasal dari SImpanan Giro Nasabah, Tabungan dan Simpanan Berjangka semua dijadikan satu, kemudian dialokasikan berurutan sesuai dengan kebutuhannya (Riyadi, 2004: 26).

Mula-mula digunakan untuk Primary Reserve, lalu Secondary Reserve dan Penempatan pada Inter Bank Money Market, pemberian Kredit kepada Nasabah Debitur, Investasi atau penyertaan dan pembelian

Fixed Assets untuk tempat kegiatan operasional perbankan yang bersangkutan. Manajemen aset ini tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya (Riyadi, 2004: 26).

b. The Assets Alocation Approach (Pendekatan Alokasi Aset)

Berbeda dengan konsep sebelumnya yang tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh suatu bank, konsep ini menunjuk pada kenyataan bahwa sumber dana yang dihimpun terdiri dari Giro, Tabungan, Deposito berjangka, Sertifikat Deposito Berjangka, Kewajiban Segera Lainnnya, Pinjaman yang Diterima dari Bank Lain dan Modal Bank yang disetor oleh pemilik, dimana masing-masing dana tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda.Pendekatan ini menjelaskan bahwa penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap alokasi dana yang sesuai sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut (Riyadi, 2004: 26).

Dalam metode ini pendekatannya menggunakan sumber dana yang

diperoleh bank, misalnya jika sumber dana berasal dari Giro nasabah

maka penggunaannya diprioritaskan untuk Primary Reserve dan

Secondary Reserve, sedangkan yang berasal dari tabungan biasa digunakan untuk Penanaman Antarbank atau Interbank Money Market, yang berasal dari Simpanan berjangka digunakan untuk membiayai kredit


(35)

21

2.1.5.3 Manajemen Liabilitas

Manajemen liabilitas adalah suatu proses dimana bank berusaha

mengembangkan sumber-sumber dana yang non tradisional melalui pinjaman

pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan secara

menguntungkanterutama untuk memenuhi permintaan kredit. Pendekatan

manajemen pasiva dalam perbankan dewasa ini adalah berkaitan erat dengan

sisi penggunaannya di sisi aset, jadi tidak dapat dipisahkan antara bagaimana

mendapatkan dana dari pihak ketiga dan kemudian mengoptimalkan dana

yang dihimpun tersebut untuk mendapatkan keuntungan bagi bank . Secara

umum dapat diartikan bahwa manajemen pasiva adalah usaha untuk

mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan operasional bank, baik melalui

penghimpunan dana pihak ketiga (masyarakat), dana pihak kedua yang dapat

dihimpun dari pasar uang atau pasar modal maupun dari pihak pertama/

pemilik (Riyadi, 2004:49).

2.1.5.4 Manajemen Kecukupan Modal (Managing capital Adequacy)

Terdapat tiga alasan mengapa bank perlu memutuskan jumlah modal

yang mereka butuhkan. Pertama, modal bank mencegah terjadinya kegagalan

keberlagsungan bisnis bank yaitu dimana bank tidak dapat memenuhi

kebutuhan liabilitas dan solvabilitasnya. Kedua, modal bank mempengaruhi

pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum (bank capital requirement)


(36)

22

2.1.6 Risiko Perbankan

Menurut Darmawi (2004:21) risiko dihubungkan dengan kemungkinan

terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak terduga.

Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya

ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan

tumbuhnya risiko.

Risiko bank dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari tingkat

kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari

peristiwa tersebut pada bank. Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah

peristiwa terjadi atau tidak terjadi, dengan konsekuensi/dampak yang memberi

peluang untuk untung (upside) atau mengancam sebuah kesuksesan (downside)

(Tampubolon, 2004: 21).

Bisnis perbankan merupakan salah satu jenis bisnis yang penuh akan risiko.

Risiko itu tidak semata-mata bersumber dari atau sebagai akibat dari

manajemen yang dijalankannya sendiri, tetapi juga dari pihak-pihak lain, yaitu

dari kegiatan-kegiatan baik yang terkait secara langsung maupun tidak

langsung. Pada sisI pasiva terdapat pos-pos yang setiap saat berubah karena

kegiatan dari bank dan juga karena kegiatan dari para nasabah bank dengan

pihak ketiga lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi aktiva tidak

semata-mata tergantung pada inisiatif manajemen bank tersebut. Sebagian besar


(37)

23

dipengaruhi oleh kinerja para debitur bank dan kinerja unit-unti ekonomi

lainnya (Ali, 2004: 108).

Dengan adanya faktor internal maupun eksternal mengakibatkan bank

dalam menjaga kelangsungan usaha dan eksistensinya berada dalam

ketidakpastian atau dengan kata lain, dalam usaha mempertemukan kedua

kepentingan antara pemilik dana dan pemakai dana, bank selalu menghadapi

kendala ketidakpastian atau risiko bagi pencapaian tujuan (Rusyamsi, 1999:

14). Kita tidak mudah melihat risiko di tengah-tengah kegiatan yang rutin.

Tetapi hal tersebut akan dapat dilakukan dengan berjalannya waktu melalui

pendidikan dan penerapan manajemen risiko secara berkelanjutan. Bahkan hal

ini akan menumbuhkan budaya manajemen risiko yang lebih positif pada bank,

yaitu konsen dengan kedua aspek dari risiko, positif maupun negatif

(Tampubolon, 2004: 21)

Bank menghadapi berbagai jenis risiko yang berakar dari

perubahan-perubahan yang terjadi atas struktur dan komposisi dari unsur-unsur aset dan

liabilitas dari neraca bank, yaitu: risiko kredit (Credit Risk), risiko tingkat suku bunga (Interest Rate Risk), risiko nilai tukar (Currency Risk), risiko pasar (Market Risk), risiko permodalan (Capital Adequacy Risk) (Ali, 2004: 70).

2.1.6.1 Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Sehubungan dengan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Bank


(38)

24

Manajemen Risiko bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4292) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/25/PBI/2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009.

Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5029)

dan perlunya pengelolaan Risiko Likuiditas baik dalam kondisi normal

maupun kondisi krisis, dipandang perlu untuk mengatur pelaksanaan

penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas.

Risiko likuiditas adalah risiko dimana bank tidak memiliki dana yang

cukup dalam memenuhi kewajibannya yang segera (current obligations). Risiko likuiditas yang berkaitan dengan sumber dana bank antara lain

disebabkan oleh terdapatnya perbedaan dalam persyaratan yang ditetapkan

bank dan perbedaan dalam cara masing-masing pemilik dana menarik kembali

dananya dari bank. Risiko likuiditas ini dapat juga terjadi ketika terjadi

mismatch dimana sumber-sumber pendanaan bank didominasi oleh yang berjangka pendek, sedangkan penggunaan dana bank lebih diarahkan pada

penyediaan dana yang berjangka lebih panjang. Juga, jika terjadi kemacetan

pada portofolio kredit. Mismatch dan kemacetan kredit ini juga dapat menyebabkan bank tidak memiliki liikuiditas yang cukup untuk memenuhi


(39)

25

Akibat dari risiko likuiditas ini dapat berkembang menjadi lebih parah,

yaitu jika bank tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera harus

dipenuhinya itu, kecuali dengan menarik pinjaman-pinjaman jangka pendek

dengan tingkat suku bunga yang tinggi atau dengan melakukan penjualan aset

dengan harga yang lebih rendah, yang dapat menekan tingkat rentabilitasnya

(Ali, 2004; 74).

Risiko likuiditas ini merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh bank

untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan

kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. Masalah

yang mungkin timbul disini ialahbank-bank tidak dapat mengetahui dengan

tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan atau akan ditarik

oleh nasabah. Oleh karena itu memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan

masalah yang cukup kompleks. Bank harus memperkirakan kebutuhan

likuiditas dan mencari cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada

saat diperlukan. Kebutuhan likuiditas bank bersumber dari dua kebutuhan.

Pertama, kebutuhan penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas

wajib dan kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit

dari nasabah, terutama kredit yang telah disetujui (Siamat, 2001:92).

2.1.7 Rasio Keuangan Bank

Untuk mengetahui kondisi keuangan bank dan kesehatan suatu bank


(40)

26

periodik. Laporan keuangan yang disajikan oleh bank sekaligus dapat

menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Laporan keuangan

bank dapat berguna bagi pemilik, manajemen, pemerintah dan masyarakat

sebagai nasabah bank, guna mengetahui kondisi suatu bank. Setiap laporan

yang disajikan haruslah dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

(Kasmir, 2007:263).

Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting

untuk melihat prestasi dan kondisi ekonomis suatu bank. Laporan keuangan

dapat menggambarkan posisi keuangan bank, hasil usaha perusahaan dalam

suatu periode, dan arus dana (kas) bank dalam periode tertentu (Harahap,

2009: 105).

Agar laporan keuangan pada suatu bank dapat dibaca sehingga menjadi

berarti, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu (Kasmir, 2007: 263).

Analisis laporan keuangan ialah menguraikan pos-pos laporan keuangan

menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang

bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain

baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses

menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2009: 190).

Analisis rasio keuangan bank ini digunakan sebagai dasar perencanaan


(41)

27

keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang, dan

jugadigunakan untuk pihak manajemen perusahaan dalam menentukan

kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Dengan

menggunakan analisa rasio, kita dapat menentukan tingkat kinerja keuangan

suatu bank. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu

kondisi bank.

2.1.7.1 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan atau

financial intermediary. Fungsi intermediasi ini dapat ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Dendawijaya (2009), Loan to Deposit Ratio

(LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan

dana yang diterima oleh bank. Sedangkan menurut Kasmir (2007), Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri

yang digunakan.

LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan

yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah

kemampuan likuiditas bank. Hal ini dikarenakan penyaluran kredit merupakan

salah satu tujuan dari penghimpunan dana bank, yang sekaligus memberikan


(42)

28

disalurkan, maka semakin illiquid suatu bank, karena seluruh dana yang berhasil dihimpun telah disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga tidak

terdapat kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk diinvestasikan.

Tingginya rasio LDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang

semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan

memberikan konsekuensi meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh

bank, berupa meningkatnya jumlah Non Performing Loan atau Credit Risk,

yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana

yang telah dititipklan oleh nasabah, karena kredit yang disalurkan mengalami

kegagalan atau bermasalah.

Namun, disisi lain, rendahnya rasio LDR, walaupun menunjukkan tingkat

likuiditas yang semakin tinggi, tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana

menganggur yang apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan

bank untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya, dan menunjukkan bahwa

fungsi utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan.

Untuk menghitung nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran

Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu :

LDR = x 100%

Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada


(43)

29

tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan

memperlakukan peraturan Bank Indonesia No012/19/PBI/2010 yang berisi

ketentuan standar LDR pada tingkat 78%-100%.

2.1.7.2 Capital Adequecy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva

bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh

dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman

(utang), dan lain-lain (Dendawijaya,2009). Dengan kata lain, CAR adalah rasio

kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit

yang diberikan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

CAR = x 100%

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi

penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang

disebabkan oleh aktiva yang berisiko.

Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di

Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlements (BIS). Sejalan dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari


(44)

30

modal minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko

(ATMR).

2.1.7.3 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing loan (NPL) menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan

macet. Menurut Riyadi (2004), risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila

peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang

harus dibayarnya.

Menurut Dendawijaya (2009), kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh

2 faktor yaitu :

1. Dari pihak perbankan

Dalam hal ini pihak analis kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam menghitung rasio-rasio yang ada. Akibatnya, apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya.

2. Dari pihak Nasabah

Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan 2 hal yaitu: a. Adanya unsur kesengajaan

b. Adanya unsur tidak sengaja

Tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL dikarenakan NPL dapat

digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah yang ada dapat

dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. (Riyadi,

2004). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP


(45)

31

NPL = x 100%

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL

Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Berdasarkan tabel diatas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL

maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan

maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.

2.1.7.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional terhadap Pendapatn Operasional (BOPO) merupakan

rasio yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya

operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode

tertentu (Riyadi, 2004). BOPO telah menjadi salah satu rasio yang perubahan

nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor perbankan mengingat salah

satu criteria penentuan tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia adalah

besaran rasio ini.

Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank

tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini

memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan Rasio Predikat

NPL ≤ 5% NPL > 5%

Sehat


(46)

32

oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional. Disamping itu,

jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan

diperoleh karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor

pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara

50-75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO

yang dimiliki adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO

Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO

1 Sangat Sehat 50-75%

2 Sehat 76-93%

3 Cukup Sehat 94-96%

4 Kurang Sehat

96-100%

5 Tidak Sehat >100%

Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Pada Bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga (beban

bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang menyimpan

uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan

deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dsb.

Sedangkan, pendapatan operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan


(47)

33

BOPO dapat dirumuskan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebagai

berikut :

BOPO = x 100%

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban

bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah

penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional

lainnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai

landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian

ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang tingkat risiko dalam

hubungannya dengan tingkat keuntungan. Penelitian itu dilakukan oleh:

1. Mawardi (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi menganalisis “Pengaruh

efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), modal

(CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang beroperasi di

Indonesia yang mempunyai total aset kurang dari 1 triliun rupiah” yang

ditunjukkan oleh Direktori Perbankan Indonesia. Periodisasi data yang

digunakan adalah 1998 sampai dengan 2001. Alat analisis yang digunakan


(48)

34

menunjukkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan risiko kredit (NPL)

terhadap kinerja keuangan (ROA) menunjukkan pengaruh negatif dan

signifikan, sedangkan risiko pasar (NIM) menunjukkan pengaruh positif dan

modal (CAR) yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).

2. Bachtiar Usman

Menganalisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada

bank-bank di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah quick ratio, bank ratio, gross profit margin, net profit margin, gross yield on total asset, leverage multiplier, credit risk ratio, deposit risk ratio, dan primary ratio. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa quick ratio, gross yield on total assets, net income on total asset, leverage multiplier, credit risk ratio, dan

deposit risk ratio memiliki pengaruh positif terhadap rasio pendapatan mendatang. Sedangkan variabel bank ratio, gross profit margin, dan primary ratio, memiliki pengaruh negatif terhadap rasio pendapatan mendatang.

3. Sudiyatno (2010)

Melakukan analisis mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), BOPO,

CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2008. Variabel yang digunakan yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), BOPO, CAR, LDR, dan ROA.

Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dana pihak ketiga


(49)

35

(DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA).

Berarti semakin banyak dana pihak ketiga yang bisa dihimpun oleh bank,

maka semakin tinggi kinerja bank (ROA). Biaya operasi (BOPO) berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin tinggi

biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, maka akan menurunkan

pendapatan operasional bank, sehingga kinerja bank (ROA) turun.Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Berarti semakin tinggi modal yang ditanam atau diinvestasikan dibank,

semakin tinggi ROA.Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti pengaruh loan deposit

ratio (LDR) terhadap kinerja bank (ROA) sangat kecil sehingga secara

statistik tidak signifikan pada level signifikansi kurang dari 5%. 4. Hesti Werdaningtyas (2002)

Hesti Werdaningtyas (2002) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over

Pramerger di Indonesia. Pengujian penelitian dilakukan menggunakan regresi

linear berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah ROA, sedangkan

variabel independen yang digunakan adalah CAR dan LDR.Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan


(50)

36 Tabel 2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

NO NAMA (TAHUN) VARIABEL

PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

1. Mawardi (2005) CAR, NPL, BOPO, NIM dan ROA.

CAR dan NIM mempunyai pengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variable BOPO dan NPL, berpengaruh negatif.

2. Bachtiar Usman (2003)

quick ratio, LDR,

bank ratio, gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM,) net interest margin (NIM), Biaya Operasi terhadap Pendapatan (BOPO), capital adquacy ratio (CAR),

pertumbuhan kredit, leverage multiplier non performing loan (NPL), dan deposit risk ratio

(DRR),

Perubahan Laba

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua

variabel tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba bank satu tahun mendatang

3. Sudiyatno (2010) Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, LDR dan ROA.

Dana pihak ketiga (DPK) dan

Capital Adequacy Ratio

(CAR)berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA).Biaya operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kinerja bank (ROA).Loan to Deposit Ratio


(51)

37

(LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja bank (ROA).

4. Hesti Werdaningtyas

(2002)

CAR, LDR, ROA CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA

Sumber: dari berbagai jurnal

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan konsep teori diatas maka peneliti mencoba menguraikan dalam

bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

CAR (X1)

NPL (X2)

LDR (X3)

ROA (Y) LAPORAN KEUANGAN

BOPO (X4)


(52)

38

Berdasarkan kerangka pikir diatas maka, faktor dependen dalam penelitian

ini (ROA),secara konsep teori maupun empiris yang telah dijelaskan pada

peraturan Bank Indonesia 13/1/PBI/2011 tentang kesehatan bank umum.

Selanjutnya konsep kerangka pada variabel Y tersebut juga didukung oleh

penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa dalam uji statistik,ada beberapa

faktor yang mempengaruhi ROA dan ternyata variabel independen yang

berkontribusi mempengaruhi variabel dependen Y (ROA) diantaranya adalah

CAR, NPL, LDR, dan BOPO.

Kelima variabel independen tersebut berdasarkan peraturan Bank Indonesia

juga dapat dijadikan sebagai indikator penilai kesehatan bank, meskipun

indikator-indikator lainnya juga cukup banyak sebagaimana yang telah diatur

oleh Bank Indonesia tahun 2012 namun karena keterbatasan waktu, maka

peneliti membatasi variabel independen adalah CAR, NPL, LDR dan BOPO

sedangkan penetuan variabel Y sendiri peneliti tentukan berdasarkan kriteria

rasio-rasio yang ada pada peraturan Bank Indonesia. Peneliti mencoba menarik

suatu benang merah antara rasio keuangan bank yg rentan terhadap variabel X

(CAR, NPL, LDR dan BOPO). Dan berdasarkan hasil uji literatur, maka penulis


(53)

39

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan

kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1: Diduga rasio CAR berpengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum

H2: Diduga rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum

H3: Diduga rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum

H4: Diduga rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum

H5: Diduga variabel CAR, NPL, LDR, BOPO berpengaruh secara simultan


(54)

40

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Data dan Sumber Data 3.1.1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder untuk semua

variabel yaitu ROA dan data rasio-rasio keuangan masing-masing perusahaan

perbankan yaitu CAR, NPL, LDR, dan BOPO. Data sekunder ini diperoleh dengan

metode pengamatan rasio-rasio keuangan, data Statistik Perbankan Indonesia dan

laporan keuangan dari Bank-bank Umum di Indonesia periode 2008-2011.

3.1.2 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan

oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

Sumber data diperoleh dari website Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id serta dari website bursa saham yaitu www.idx.go.id.

3.2 Populasi dan Jumlah Observasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank

Umum dengan periode penelitian selama 4 tahun sejak 2008 - 2011, sehingga jumlah

observasi adalah 64 yang diperoleh dari 16 x 4 ( perkalian antara jumlah bank


(55)

41

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Penelitian pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku literatur

yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi, dengan tujuan untuk

mendapatkan landasan teori dan teknik analisis dalam memecahkan masalah.

b. Pengumpulan data laporan keuangan bank umum yang telah dipublikasi.

c. Metode pengumpulan data yang digunakan terutama dengan cara studi

dokumenter Laporan Keuangan bank umum di Indonesia sejak tahun 2008

sampai dengan tahun 2011 dari Direktori Perbankan Indonesia(Laporan

Tahunan Bank Indonesia) tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik

perhatian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya tergantung

dari nilai variabel lain (Y) dan variabel independen (bebas) adalah variabel yang

nilainya tidak tergantung pada variabel lain (X). Variabel penelitian dalam

penelitian ini terdiri dari :

3.4.1. Variabel Independen

1. CAR ( Capital Adequacy Ratio)

CAR sebagai indikator permodalan yaitu rasio kecukupan modal


(56)

42

jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,

surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri,

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank

(Almillia dan Herdinigtyas, 2005). Pada penelitian ini CAR dihitung

menggunakan rasio antara jumlah modal terhadap aktiva tertimbang menurut

risiko (ATMR).

2. NPL ( Non Performing Loan )

NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada

bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank

tersebut. NPL diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar

Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank

tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL

tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat

pengembalian kredit macet. Peningkatan Non Performing Loans (NPL) yang terjadi pada masa krisis secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya

likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada uang masuk baik yang

berupa pembayaran pokok ataupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang

macet. Sehingga jika hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap

hilangnya kepercayaan masyarakat.

Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah


(57)

43

Kesehatan Bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai / skor yang

diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank

tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus

memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank

tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank

(Selamet Riyadi : 2006)

3. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Merupakan rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan

biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha

pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan

biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama

bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam

bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.

4. LDR ( Loan to Deposit Ratio)

Loan to Deposit Ratio (LDR) rasio antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah total dana pihak ketiga (DPK). LDR menunjukkan tingkat

kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh

bank yang bersangkutan. Dalam penelitian ini adalah LDR pada laporan


(58)

44

Kredit yang diberikan merupakan penjumlahan total kredit posisi Januari

sampai dengan Desember. Total Dana Pihak Ketiga merupakan

penjumlahan total dana posisi Januari sampai dengan Desember (dana

giro, tabungan, dan deposito tidak termasuk antar bank).

3.4.2. Variabel Dependen

1. ROA (Return on Asset) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA

merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset bank

tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik besar pula kinerja

perusahaan, karena return yang didapat perusahaan semakin besar. ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Secara garis besar definisi operasional variabel di atas digambarkan pada

tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA

No Variabel Definisi Pengukuran

Skala Peng ukur

1. CAR (X1)

Rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal

yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang

Satuan : persen (%)


(59)

45 diberikan.

2. NPL (X2)

Rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit

yang disalurkan

NPL

Satuan: persen(%)

Rasio

3. LDR (X3)

Rasio antara kredit yang diberikan terhadap total dana

Satuan : persen (%)

Rasio

4. BOPO (X5)

Perbandingan antara total beban operasional dengan

total pendapatan operasinal. Satuan : persen (%)

Rasio

5. ROA (Y)

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

secara keseluruhan Satuan : persen (%)

Rasio

3.5 Tehnik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu, untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program SPSS 16 for windows. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi bergandadengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Untuk mengetahui pengaruh CAR, BOPO, dan LDR terhadap ROA maka langkah-langkah


(60)

46

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Pengukuan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. (Ghozali, 2005)

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independent dan variabel dependent atau keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan analisis grafik dan uji statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Analisis Statistik

Uji normalitas residual dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati. Secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik


(61)

47

bisa sebaliknya. Oleh sebab itu disamping dengan uji grafik juga dilakukan uji statistik. Dalam penelitian ini, uji statistic yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji multikolinieritas pada penelitian dilakukan dengan matriks kolerasi. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks kolerasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan

Tolerance- nya. Apabila nilai matriks korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas.

Untuk mendeteksi adanya multikolineriaritas juga dapat dilihat dari

besaran VIF dan Tolerance, Model regresi yang bebas multikolinearitas adalah : Mempunyai nilai VIF di bawah 10 dan Mempunyai angka


(62)

48

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residul dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Gozali, 2005).

Salah satu cara untuk melihat ada tidaknya heterokedaskitas adalah menggunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan cara melakukan regresi variabel bebas dengan nilai absolut dari residualnya. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedaskitas. Sebaliknya, jika variabel bebas tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi heterokedaskitas (Gozali, 2005).

d. Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residualperiode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.


(63)

49

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (Uji t) dan penyajian secara simultan (Uji F).

a. Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Ghozali, 2005). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

b. Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

Penentuan besarnya Fhitung menggunakan rumus :

Keterangan :

R = koefisien determinan n = jumlah observasi k= jumlah variable


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adyani, Lyla Rahma. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Profitabilitas.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Ali, Masyhud. 2004. Manajemen Risiko:Strategi perbankan dan Dunia Usaha

menghadapi tantangan globalisasi bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia Bulanan (Juli 2012).

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Idroes, Ferry. 2008. Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar

Kesepakatan Basel II, Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di

Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Kasmir. 2008.

Manajemen Perbankan

. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Kinerja Keuangan

Bank Umum di Indonesia ( Studi kasus Pada Bank Umum dengan total Asset

Kurang Dari 1 Triliun).

Jurnal Bisnis Strategi

, (Online), Vol. 14, No. 1,

Munawir, S. 2002.

Analisis Informasi Keuangan

. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Riyadi,Selamet. 2004. Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Lemabaga

Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga. Jakarta:

Lemabaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(2)

Yuliani. 2007. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada

sektor Perbankan yang Go Publik di BEJ

Jurnal Manajemen & Bisnis

Sriwijaya

Vol. 5 No 10.

Sudiyatno, Bambang. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan

LDR terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Perbankan yang

Go Public

di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2008. Jurnal Dinamika Keuangan

dan Perbankan Vol.2 No 2.

Surat Edaran Bank Indonesia No 6/73/Intern DPNP tgl 24 Desember 2004, Perihal

Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum(CAMELS

Rating), Bank Indonesia, Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia No.5 / 8 / PBI / 2003, Penerapan Manajemen Risiko bagi

Bank Umum.


(3)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank

Umum Tahun 2008

NAMA BANK

CAR NPL LDR BOPO ROA

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

16,14 2,66 101,83 86,18 1,8

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

13,18 2,8 79,93 72,65 4,18

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

13,5 1,7 68,6 90,2 1,12

Bank Mandiri (Persero) Tbk.

15,7 1,1 59,2 73,7 5,32

Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Tbk.

23,67 0,09 91,61 77,53 4,48

Bank Central Asia Tbk.

15,8 0,6 53,8 66,8 3,42

Bank CIMB Niaga Tbk.

15,6 1,42 87,84 88,26 1,1

Bank International Indonesia Tbk.

19,44 1,64 79,45 94,18 1,23

Bank Danamon Indonesia Tbk.

16,11 1,21 86,42 85,77 1,52

Bank Pan Indonesia Tbk.

20,31 2,15 78,93 84,56 1,75

Bank Bukopin Tbk.

11,2 4,87 83,6 84,45 1,66

Bank Artha Graha International Tbk.

14,93 2,7 93,47 97,54 0,34

Bank Ekonomi Raharja Tbk.

14,03 1,07 61,42 75,63 2,26

Bank Mega Tbk.

16,09 0,79 64,67 83,15 1,98


(4)

Lampiran 2 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank

Umum Tahun 2009

NAMA BANK

CAR NPL LDR BOPO ROA

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 21,54 2,75 101,29 88,29 1,47 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 13,2 3,52 80,88 77,66 3,73 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 13,91 0,84 64,06 84,9 1,72

Bank Mandiri (Persero) Tbk. 15,6 0,4 61,4 70,7 4,61

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 18,5 0,07 84,92 84,06 3,42

Bank Central Asia Tbk. 15,3 0,7 50,3 68,7 3,4

Bank CIMB Niaga Tbk. 13,88 1,05 95,11 82,98 2,1

Bank International Indonesia Tbk. 14,71 1,57 78,11 101,25 0,09 Bank Danamon Indonesia Tbk. 20,84 2,38 88,76 85,82 1,5

Bank Pan Indonesia Tbk. 21,79 1,6 73,28 84,74 1,75

Bank Bukopin Tbk. 14,36 2,81 75,99 86,93 1,46

Bank Artha Graha International Tbk. 13,87 2,83 84,04 96,24 0,44

Bank Ekonomi Raharja Tbk. 21,75 0,9 62,51 77,65 2,21

Bank Mega Tbk. 18,01 1,02 56,82 85,91 1,77

Bank OCBC NISP Tbk. 17,4 3,3 72,9 86,6 2,6


(5)

Lampiran 3 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank

Umum Tahun 2010

NAMA BANK

CAR NPL LDR BOPO ROA Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 16,74 2,66 108,42 82,39 2,05 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 19,76 2,24 76,17 70,86 2,44 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 18,6 1,1 70,2 76 2,5 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 14,7 0,6 67,6 66,4 3,4 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 23,4 0,48 91,39 80,04 3,99

Bank Central Asia Tbk. 13,5 0,6 55,2 64,3 3,5

Bank CIMB Niaga Tbk. 13,47 1,92 88,04 76,8 2,75

Bank International Indonesia Tbk. 12,65 1,78 83,18 93,67 1,01 Bank Danamon Indonesia Tbk. 16,04 3,24 93,82 81,07 3,87 Bank Pan Indonesia Tbk. 16,58 2,68 74,22 82,67 1,87

Bank Bukopin Tbk. 12,06 3,22 71,85 84,76 1,65

Bank Artha Graha International Tbk. 14,52 2 76,13 91,75 0,76 Bank Ekonomi Raharja Tbk. 13,19 0,12 45,6 76,32 1,78


(6)

Lampiran 4 Hasil Perhitungan CAR, NPL, LDR, BOPO, ROA Pada Bank

Umum Tahun 2011

NAMA BANK

CAR NPL LDR BOPO ROA Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 15,03 2,23 102,57 81,75 2,03 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 14,96 2,3 76,2 66,69 3,5 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 17,6 0,5 70,4 72,6 2,9 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 17,2 0,5 74,1 67,2 3,4 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 20,47 0,35 85,1 76,57 4,38

Bank Central Asia Tbk. 12,7 0,5 61,7 60,9 3,8

Bank CIMB Niaga Tbk. 13,16 1,46 94,41 76,1 2,85

Bank International Indonesia Tbk. 12,03 1,02 88,86 92,15 1,11 Bank Danamon Indonesia Tbk. 16,62 0,15 98,33 80,17 3,59 Bank Pan Indonesia Tbk. 17,45 0,92 80,36 80,26 2,02

Bank Bukopin Tbk. 12,71 2,88 85,01 82,05 1,87

Bank Artha Graha International Tbk. 12,65 1,85 82,21 86,89 0,72 Bank Ekonomi Raharja Tbk. 17,56 0,44 77,85 80,72 3,85

Bank Mega Tbk. 11,86 0,71 63,75 81,84 2,29

Bank OCBC NISP Tbk. 16,1 2,2 78,8 85,4 3


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Asset (ROA) Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Debt to Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI)

5 82 64

Analisis Pengaruh ROA (Return On Asset), Pertumbuhan Laba, Komponen Arus Kas dan Harga Saham Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 138 91

Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

10 166 91

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 35 83

Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 30 86

Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Return On Assets pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

0 24 102

Pengaruh Return On Asset terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Coorporate Governance sebagai Variable Permoderasi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 62 81

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 38 88

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 12