Buku Panduan Penyusunan RP2KPKP

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan
rahmat
dan hidayah-Nya
sehingga
penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar
dengan tepat waktu.
Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan
memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman
perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman
yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi
dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga
mendorong pembangunan nasional yang mampu berday a
saing.

Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman

kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek
permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegras i
dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua
pelaku pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus
ditopang oleh kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masingmasing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam
kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang
berkesinambungan.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

i

Penyelenggaraan
permukiman
kumuh perkotaan
memerlukan
perencanaan
yang
berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus

didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan
permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada
pada arah yang tepat menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari
dokumen perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas
yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan
desain teknis kawasan. Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam
perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang
dibangun.
Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan
menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

Jakarta, April 2016

Ir. Rina Farida
Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


ii

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

APAR

: Alat Pemadam Api Ringan

ASKOT

: Assisten Kota Program Pemberdayaan Masyarakat

BKM

: Badan Keswadayaan Masyarakat

CAP

: Community Action Plan


DED

: Detail Engineering Design

FGD

: Focus Group Discussion

IPAL

: Instalasi Pengelolaan Air Limbah

IPAS

: Instalasi Pengelolaan Akhir Sampah

IPLT

: Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu


Korkot

: Koordinator Kota Fasilitator P2KKP

KOTAKU

: Kota Tanpa Kumuh

KSM

: Kelompok Swadaya Masyarakat

KSN

: Kawasan Strategis Nasional

KSP

: Kawasan Strategis Provinsi


KSK

: Kawasan Strategis Kota/Kabupaten

NUAP

: Neighborhood Upgrading Action Plan

NUSP

: Neighborhood Upgrading Shelter Project

MBR

: Masyarakat Berpenghasilan Rendah

P2KKP

: Program Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan


Pokjanis

: Kelompok Kerja Teknis

RAB

: Rencana Anggaran Biaya
PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

iii

RDTR

: Rencana Detail Tata Ruang

RKM

: Rencana Kerja Masyarakat

RKP


: Rencana Kawasan Permukiman

RP2KPKP

: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

RP2KP

: Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

RP3KP

: Rencana Pembangunan
Permukiman

RPI2JM

: Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah


RPJMN

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMD

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJP

: Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RPKPP

: Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas

RTRW

: Rencana Tata Ruang Wilayah


SDGs

: Sustainable Development Goals

SIAP

: Slum Improvement Action Plan

SKS

: Survey Kampung Sendiri

SPAM

: Sistem Pengelolaan Air Minum

SPM

: Standar Pelayanan Minimal


SPMK

: Surat Perintah Mulai Kerja

SPPIP

: Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

TAP

: Tenaga Ahli Pendamping

TPS

: Tempat Pengolahan Sampah

TPS 3R

: Tempat Pengolahan Sampah 3R

TPST

: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

iv

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

dan

Pengembangan

Perumahan

dan

Kawasan

KATA P ENGANTAR .............................................................................................................i
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... v
DATAR TABEL .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ix
BAB 1 – P ENDAHULUAN ................................................................................................. 1-1
1.1 LATA R BELAKANG.................................................................................................... 1-1
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DA N SASARAN .......................................................................... 1-3
1.2.1 MAKSUD.......................................................................................................... 1-3
1.2.2 TUJUA N........................................................................................................... 1-3
1.2.3 SASARAN ........................................................................................................ 1-3
1.3 MANFAA T PANDUA N ................................................................................................ 1-4
1.4 SIS TEMA TIKA PANDUAN .......................................................................................... 1-4
BAB 2 – P EMAHAMAN DAS AR RP2KP KP ....................................................................... 2-1
2.1 LANDASAN HUKUM .................................................................................................. 2-1
2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDA NG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMA N................................................................................ 2-1
2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDA NG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERA H .......................................................................................................... 2-4

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

v

2.1.3 AMANA T RPJMN 2015-2019 ............................................................................. 2-6
2.1.4 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS
TE RHA DAP PERUMAHA N KUMUH DAN PERMUK IMAN KUMUH .................... 2-10
2.1.5 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
PEKERJAAN UMUM DAN PE NA TAAN RUA NG ............................................... 2-26
2.2 PERMASALAHA N DA N KEBUTUHA N PENANGANA N PERMUKIMA N KUMUH .......... 2-29
2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
MELALUI RP 2KPKP ................................................................................................. 2-31
2.3.1 PEMAHAMAN DASA R RP2KPKP .................................................................... 2-31
2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS
RP2KPKP ....................................................................................................... 2-32
2.3.2 PENDEKA TAN RP2KPKP ............................................................................... 2-34
2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN
KABUPATE N/KOTA ........................................................................................ 2-36
2.3.4 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN
PERMUK IMAN K UMUH .................................................................................. 2-41
2.3.5 PERAN PEMANGK U KEPENTINGAN DALAM RP 2KPKP ................................. 2-42
2.3.6 LEGALISASI RP 2KPKP................................................................................... 2-46
BAB 3 – KEGIATAN PENYUS UNAN RP2KPKP ................................................................. 3-1
3.1 RUA NG LINGK UP KEGIA TA N RP2KPKP .................................................................... 3-1
3.1.1 LINGK UP KEGIA TA N PENYUS UNAN RP 2KPKP ............................................... 3-1
3.1.2 LINGK UP WILAYAH PENY US UNA N RP2KPKP ................................................. 3-4
3.1.3 KEDALAMAN S UBSTA NS I RP2KPKP ............................................................... 3-9
3.2 PROSES DAN P ROSE DUR PELAKSANAAN KEGIA TA N RP2KPKP .......................... 3-12
3.2.1 TA HAP PERSIAPA N ....................................................................................... 3-15
3.2.2 TA HAP VERIFIKAS I LOKASI SE RTA PERUMUSA N KONSEP DA N S TRA TEGI 3-39
3.2.3 TA HAP PERUMUSAN RENCANA PENA NGA NAN ........................................... 3-99
3.2.4 TA HAP PENYUS UNA N DESA IN TEKNIS ....................................................... 3-119
3.3 KELUARA N YANG DIHAS ILKAN............................................................................... 3-14

vi

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Tabel 2.1

Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh........ 2-6

Tabel 2.2

Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh .................................. 2-25

Tabel 2.3

Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub
bidang Keciptakaryaan ............................................................................... 2-27

Tabel 2.4

Muatan P encegahan terjadinya Permukiman Kumuh .................................... 2-32

Tabel 2.5

Muatan P eningkatan Kualitas Permukiman Kumuh ....................................... 2-33

Tabel 2.6

Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan
RP2KPKP .................................................................................................. 2-43

Tabel 3.1

Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP .................................................................................................... 3-1

Tabel 3.2

Cont oh Form Survey ................................................................................. 3-23

Tabel 3.3

Cont oh Form Data Umum Permukiman Kumuh ............................................ 3-25

Tabel 3.4

Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah ....................................... 3-33

Tabel 3.5

Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh .......... 3-36

Tabel 3.6

Cont oh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh ...................................... 3-44

Tabel 3.7

Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan
persentase................................................................................................. 3-47

Tabel 3.8

Cont oh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh 3-49

Tabel 3.9

Form Verifikasi Permukiman Kumuh P erkotaan ............................................ 3-61

Tabel 3.10

Tabel Krit eria dan Indikator Penent uan Urutan Kawasan Prioritas ................. 3-71

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

vii

Tabel 3.11

Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan .......... 3-77

Tabel 3.12

Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter
Kekumuhan................................................................................................ 3-81

Tabel 3.13

Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala
Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh .................................... 3-81

Tabel 3.14

Cont oh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan ................. 3-88

Tabel 3.15

Cont oh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan ........................... 3-89

Tabel 3.16

Cont oh Perumus an Strategi Skala Kota ....................................................... 3-93

Tabel 3.17

Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala
Kawasan.................................................................................................... 3-93

Tabel 3.18

Cont oh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawas an ......... 3-103

Tabel 3.19

Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan
Permukiman Kumuh ................................................................................. 3-111

Tabel 3.20

Cont oh Tabel Memorandum Program ........................................................ 3-112

Tabel 3.21

Cont oh Daft ar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ... 3-124

viii

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 2.1

Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut
UU No. 1/ 2011 .......................................................................................... 2-3

Gambar 2.2

Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat . 2-4

Gambar 2.3

Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman .................................................................................. 2-5

Gambar 2.4

Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota ......................................................................................... 2-30

Gambar 2.5

Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ............ 2-35

Gambar 2.6

Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan 2-39

Gambar 2.7

Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman
Kumuh Lainnya .......................................................................................... 2-42

Gambar 2.8

Keterkaitan antarstakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP .............. 2-43

Gambar 2.9

Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati
berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 ........................................ 2-47

Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan
Dokumen RP 2KPKP................................................................................... 2-48
Gambar 3.1

Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi
Kota ............................................................................................................ 3-5

Gambar 3.2

Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi
Kabupaten ................................................................................................... 3-6

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

ix

Gambar 3.3

Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK
Kumuh ......................................................................................................... 3-7

Gambar 3.4

Cont oh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas ...................................... 3-8

Gambar 3.5

Cont oh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1 ............................................ 3-9

Gambar 3.6

Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan . 3-11

Gambar 3.7

Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP ................................................ 3-13

Gambar 3.8

Rangkaian Kegiatan pada Lingk up Kegi atan Persiapan ................................ 3-16

Gambar 3.9

Cont oh Data Awal Profil Permukiman Kumuh ............................................... 3-29

Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola
Ruang........................................................................................................ 3-37
Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan
Perumusan Strat egi .................................................................................... 3-40
Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh ........................................ 3-59
Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Bangunan Gedung/Hunian .......................................................................... 3-67
Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Jalan Lingkungan ....................................................................................... 3-67
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Drainase Lingkungan .................................................................................. 3-68
Gambar 3.16 Cont oh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan ................................................ 3-83
Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan
Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan ................................. 3-83
Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2016 .......................................................................................................... 3-92
Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Skala Kota/P erkotaan...................................................................... 3-95
Gambar 3.20 Cont oh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan .................... 3-95
Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana
Penanganan ............................................................................................ 3-100
Gambar 3.22 Cont oh 1 Konsep Desain Kawasan ............................................................ 3-104
Gambar 3.23 Cont oh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh ............................. 3-105
Gambar 3.24 Cont oh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh ............................. 3-106

x

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Gambar 3.25 Cont oh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman K umuh .............................3-107
Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman
Kumuh......................................................................................................3-110
Gambar 3.27 Cont oh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan ...........3-110
Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingk up Kegiatan Penyusunan Desain Teknis ......3-120
Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1 .....3-125
Gambar 3.30 Cont oh Siteplan Kawasan Prioritas .............................................................3-126
Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi
eksisting) ..................................................................................................3-127
Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After)
Penanganan .............................................................................................3-128
Gambar 3.33 Cont oh ilustrasi 3D Kawasan .....................................................................3-129

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

xi

1.1

LATAR BELAKANG

Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi
di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber
mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat
perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahanlahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman
kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada
beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara
pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh
perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus
menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar
pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah
serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut
berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat
kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan
yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu
sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan
munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga
akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan
memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah
dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang
tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman
kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah,

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

1-1

yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban
dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman
kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah
terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun
2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 4
(empat) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal
dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian
Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map
penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif
dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan
identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut
melalui SK Walikota/Bupati. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undangundang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII
dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh
dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan
penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah
kota/kabupaten menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP), serta menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya
penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit
Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan
RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan
kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di
kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan:
1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas
bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;
2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan
permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor keciptakaryaan
melalui kegiatan reguler sektoral;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses
penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBO’s);
dan
4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari
strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.

1-2

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

1.2
1.2.1

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
MAKSUD

Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi
pemangku kepentingan dalam penyusunan RP2KPKP di kabupaten/kota.

1.2.2

TUJUAN

Disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memiliki tujuan:




dan

Peningkatan

Kualitas

memberikan pemahaman dasar mengenai RP2KPKP;
memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP baik secara
proses maupun substansi; dan
memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.2.3

SASARAN

Sasaran disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini antara lain:




tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan RP2KPKP;
tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP;
tercapainya standar baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.3

MANFAAT PANDUAN

Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:





Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam
rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP;
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai
acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan
proses dan pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun;
Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan
RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan
maupun substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan
Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota
Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

1-3

1.4

SISTEMATIKA PANDUAN

Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka
Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

1-4

BAGIAN I
Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud,
tujuan dan sasaran, serta manfaat dari Panduan RP2KPKP

BAGIAN II
Pemahaman Dasar
RP2KPKP

Bagian ini membahas mengenai landasan hukum penyusunan
RP2KPKP, permasalahan kawasan permukiman kumuh
perkotaan dan kebutuhan penanganannya, serta penanganan
permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan
melalui RP2KPKP

BAGIAN III
Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP

Bagian ini merupakan inti dari Buku Panduan Penyusunan
RP2KPKP ini yang menjelaskan ruang lingkup kegiatan
penyusunan RP2KPKP, proses dan prosedur penyusunan
RP2KPKP, serta keluaran yang dihasilkan.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2.1

LANDASAN HUKUM

Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) didasari atas amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, sedangkan upaya pencapaian kota bebas kumuh pada tahun 2019
sendiri diamanatkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Adapun secara teknis pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh mengacu pada PermenPUPR tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman
Kumuh serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

2.1.1

AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN
DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-1

Pencegahan
Pencegahan terhadap tumbuh
dan berk embangnya perumahan
k umuh dan permuk iman k umuh
baru mencak up:

a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;
b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
c. penurunan
kualitas
rumah,
perumahan,
dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas
umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Pencegahan dilak sanak an
melalui:

a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat

Pengawasan dan pengendalian

dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar
teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pemberdayaan masyarak at

dilakukan terhadap pemangku kepentingan
perumahan
dan
kawasan
permukiman
pendampingan dan pelayanan informasi.

bidang
melalui

Peningkatan Kualitas
Peningk atan k ualitas terhadap
perumahan k umuh dan
permuk iman k umuh didahului
dengan penetapan lokasi
perumahan k umuh dan
permuk iman k umuh dengan
pola-pola penanganan:

a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.

Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh
wajib memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

2-2

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Peningkatan Kualitas
Pemugaran

merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan
melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar
menjadi layak huni.

Peremajaan

merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang
lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan
dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk
meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu
menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang terkena
dampak.
Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan, dan
permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.

Pemukiman Kembali

dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi
yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman
menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan
bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang
yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman
kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari
lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah
dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi
untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran
masyarakat

Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman
kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi,
pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut .

Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011
Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan
peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi
sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-3

dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana
yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat

2.1.2

AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan
banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam pengembangan
dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku tunggal. Perlu dipahami
bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari berbagai
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Dalam penyelenggaraanny a, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman
dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan
peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai
pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif.
Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan
perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan,

2-4

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun
pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan
ruang yang berlaku. Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman

Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah
pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain:
1.
2.

Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);
dan
Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.

Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan
permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-5

Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh
NO.

SUB URUSAN

PEMERINTAH PUSAT

PEMERINTAH
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

1.

Kawasan
Permukiman

a. Penetapan sistem
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas 15
(lima belas) ha atau
lebih.

Penataan dan
peningkatan kualitas
kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10
(sepuluh) ha sampai
dengan di bawah 15
(lima belas) ha.

a. Penerbitan izin
pembangunan dan
pengembangan
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas di
bawah 10 (sepuluh)
ha.

2.

Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
Kumuh

---

---

Pencegahan
perumahan dan
kawasan permukiman
kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.

Sumb er: Lampiran UU No.23/2014

A.

Agenda Pembangunan Nasional terkait Permukiman Kumuh

Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk ke dalam
agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional
dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar. Pembangunan
Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan dan ketenagalistrikan
dengan sasaran sebagai berikut:
1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan
rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan
perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk
514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah
tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen (pengurangan luasan
permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha).
2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui
(1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144
Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2)
Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi
optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4)
Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;
(5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394
PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah

2-6

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14
PDAM.
3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan
drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk
sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air
limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan
pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta
peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409
kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,
fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman
dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv)
kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507
kota/kab seluruh Indonesia.
4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9
kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan
permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar
1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman,
dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai
melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan
hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru
(sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional
yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro
perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan
sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaa n
prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan
dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang
berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah
daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi
yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan
(bank /non-bank ); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana
pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan
perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN),
Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-7

d.

e.
f.

Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan
perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada
penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal
dengan dukungan pemerintah.
Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui
fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan
instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land
consolidation), bank tanah (land bank ing), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah
terlantar, dan tanah wakaf.
Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan
dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur
bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.

2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air
domestik melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum yang
memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta mening katkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya
konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,
pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum
maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan)
dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle
capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah
dipergunakan (water reclaiming).
3) Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,
penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang
sudah terbangun melalui strategi :
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
terbangun
yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi
dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai
langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.

2-8

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

b.
c.

Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian,
dan pemeliharaan aset infrastruktur.
Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat
ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.

4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang
didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah
mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum;
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air
minum dan sanitasi.
e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik
eksekutif maupun legislatif serta media.
5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai
implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi:
a. Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan
sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upay a
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan
penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan
sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah
yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan
sanitasi dilaksanakan melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana
dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik
untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa
(ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,
perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

2-9

2.1.3

PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk
menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria
perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
A.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1) Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan
permukiman:
a
tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR),
yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada
suatu zona; dan/atau
b
tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok
lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
2) Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan
Rencana Tata Ruang
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana
tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan:
a.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau

b.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau
RTBL.

3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi
bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan
persyaratan:
a. pengendalian dampak lingkungan;
b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di
bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
c. keselamatan bangunan gedung;
d. kesehatan bangunan gedung;
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.

2-10

PANDUAN PENY USUNAN RP2KPKP

Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau
persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian
persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan
tersebut.
B.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
1) Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan atau
Permukiman
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak
terlayani dengan jalan lingkungan.
2) Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh
jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.

C.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum
Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:
1) Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum
Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak
dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar Yang Berlaku
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana
kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak
mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.

D.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan
1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan
Menimbulkan Genangan

Sehingga

Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.
2) Ketidak