Pemerataan dan Peningkatan Kualitas Mutu (1)

Pemerataan dan Peningkatan Kualitas Mutu Pendidikan di Provinsi
Papua Mutlak Dilakukan.
Musim liburan panjang sekolah telah berlalu dan masa tahun ajaran baru pun dimulai .Namun hal
klasik di Papua tentang pelayanan pendidikan masih belum merata aksesibilitasnya dan kualitasnya.
Salah satu solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah melalui penciptaan standar
pelayanan dan peningkatan pengawasan dari penyedia layanan. Di tingkat Nasional, Pemerintah saat ini
telah mengalokasikan anggaran dalam APBN yang terus meningkat setiap tahunnya untuk pelayanan
pendidikan warganya. Terhadap alokasi anggaran tersebut, Presiden Joko Widodo telah
menginstruksikan jajaran Kabinet Kerja agar memaksimalkan penggunaan anggaran dan memastikan
bahwa penyaluran belanja bidang pendidikan dan juga bidang kesehatan tersebut benar-benar tepat
sasaran. Isi pasal 31 ayat 4 UUD 1945 yang mengharuskan pemerintah untuk mengalokasikan 20 persen
anggarannya di sektor pendidikan menunjukkan pentingnya sektor ini di Indonesia.
Peraturan yang menyangkut standarisasi layanan pendidikan sudah tersedia, salah satunya UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Begitu juga peraturan yang mengatur layanan publik,
yaitu UU Nomor 25 Tahun 2009.
Namun, apakah amanat UUD 45 dan Undang-Undang lain yang tersebut diatas telah mampu
menciptakan suatu layanan pendidikan yang baik dan merata ?.Ketiadaan penjabaran berbagai Undangundang tersebut di tingkat daerah seperti Provinsi Papua ini, membuat proses pemerataan dan
peningkatan kualitas pendidikan di Provinsi Papua terhambat. Untuk itu perlu sekali mendorong
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota se Papua menerbitkan berbagai peraturan di tingkat daerah yang
berfungsi mendetailkan berbagai peraturan nasional yang terkait dengan standarisasi dan proses
pengawasan layanan pendidikan.

Pemerataan layanan masih menjadi salah satu isu krusial di sektor pendidikan. Hal-hal seperti
ketersediaan fasilitas pendidikan, ketersediaan pengajar dan kualitas pengajar masih belum tersebar
secara merata. Lembaga World Bank di tahun 2007 menyebutkan bahwa distribusi guru atau pengajar di
Indonesia masih belum merata. Sekitar 21% sekolah di perkotaan kekurangan guru, sedangkan di pelosok
pedesaan sekolah yang kekurangan guru mencapai 37%, pertanyaannya ,bagaimana dengan presentase
distribusi guru atau pengajar di Provinsi Papua? Apakah ada data sehingga dapat menjawab masalah
klasik ini?. . Kondisi Pendidikan tingkat Nasional dari jumlah 1,8 juta ruang kelas, hanya 466 ribu dalam
kondisi yang baik. Dari 212 ribu sekolah, ada 100 ribu sekolah yang belum memiliki peralatan
pendidikan, pertanyaannya ,bagaimana dengan ketersediaan kelas dan peralatan pendidikan di Provinsi
Papua? Salah satu indikator dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari masih
tingginya tingkat ketidakhadiran guru di Indonesia. Menurut data tahun 2008, tingkat ketidakhadiran
guru di Indonesia mencapai 14 %,pertanyaan berikut Bagaimana dengan Provinsi Papua?. Apakah ada
data yang pasti tentang ketidakhadiran guru di Sekolah sehingga dapat menjawab masalah ini?. .
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka ketidakhadiran guru ini adalah lemahnya
pengawasan dari pihak yang berkepentingan, termasuk diantaranya masyarakat. Temuan tersebut
menunjukkan pentingnya peran serta dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dalam menjamin
tersedianya suatu layanan publik yang baik.
Kondisi Pendidikan tingkat Nasional cukup memprihatinkan, mengingat di tingkat nasional berbagai
aturan yang mengharuskan pemerataan layanan pendidikan telah dibuat. Salah satunya adalah UU Nomor


20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 51 UU ini menyebutkan keharusan bagi suatu
satuan pendidikan menjalankan Standar Pelayanan Minimal. Bentuk dari SPM tersebut selanjutnya
dimuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Selain soal ketidakmerataan, isu krusial pendidikan lainnya adalah soal kualitas layanan. Sesungguhnya
UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sudah memandatkan perlunya lembaga penyedia
layanan publik untuk membuka kesempatan kepada warga untuk melakukan pengawasan terhadap
layanannya. Khusus untuk sektor pendidikan, Permendiknas no 19 Tahun 2007 memberikan peluang yang
cukup besar bagi masyarakat untuk berperan dalam proses pengawasan tata kelola sekolah melalui
Komite Sekolah. Perlu diketahui bahwa permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya

berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang berkualitas
sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata
laksana),dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan serta adanya konsep yang jelas.
Uraian diatas memperlihatkan bahwa berbagai aturan yang ditujukkan untuk meningkatkan
pemerataan dan memperbaiki kualitas pendidikan sudah cukup banyak. Selanjutnya, pemerintah daerah
perlu menjabarkannya ke dalam peraturan daerah baik di tingkat propinsi, kabupaten atau kota. Hal ini
sesuai dengan Pasal 17 dan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang telah direvisi oleh PP Nomor 66 Tahun 2010
menyebutkan bahwa, pimpinan daerah yaitu gubernur dan bupati/walikota bertanggung jawab mengelola

sistem pendidikan nasional di daerahnya serta merumuskan dan menetapkan kebijakan daerah bidang
pendidikan sesuai kewenangannya.

Kondisi Layanan Pendidikan di Provinsi Papua
Seperti disebutkan sebelumnya, di Provinsi Papua masih menghadapi permasalahan pendidikan
terkait pemerataan fasilitas dan peningkatan kualitas pendidikan . Ketidakmerataan kualitas pendidikan di
Provinsi Papua dapat dilihat dari masih adanya sekolah-sekolah negeri dan swasta favorit di Kota ,
Kabupaten Tertentu di seluruh Provinsi Papua dimata siswa dan orang tua karena memiliki fasilitas yang
cukup lengkap sedangkan ada sekolah tertentu di Kota dan Kabupaten yang sama yang sangat minim
fasilitas. Usaha untuk melakukan pemerataan kualitas pendidikan dirasakan sepertinya belum dilakukan
maksimal oleh Pemerintah Provinsi Papua. Perlu ada suatu Peraturan Daerah yang mengadopsi sebagian
besar poin-poin yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Daerah tersebut juga mengadopsi Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang
telah dirubah dengan PP Nomor 66 Tahun 2010, dimana dalam peraturan pemerintah tersebut pimpinan
pemerintah daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota bertanggung jawab mengelola sistem
pendidikan nasional di daerahnya serta merumuskan serta menetapkan kebijakan daerah bidang
pendidikan sesuai kewenangannya sebagai penjabaran dari kebijakan nasional yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh Menteri
Pengawasan oleh berbagai pihak perlu dilakukan terhadap layanan pendidikan agar memberikan

kontribusi terhadap perbaikan kualitas layanan pendidikan. Oleh karena itu peran Komite Sekolah
menjadi strategis sebagai perwakilan masyarakat untuk melakukan pengawasan di sekolah . Namun
spertinya di Papua, pengawasan sekolah oleh komite masih dirasa lemah karena peran pengawasan
sekolah sebagian besar masih dilakukan oleh pengawas dari Dinas Pendidikan.
Belum kuatnya peran komite sekolah dalam melakukan pengawasan sekolah juga terlihat dari kurangnya
peran komite dalam menentukan mekanisme kerja mereka. mekanisme kerja bagi komite sebagian besar
dibuat oleh Dinas Pendidikan dan manajemen sekolah. Dampak negatif yang bisa timbul dari praktek ini
adalah reduksi peran komite oleh pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan. Indikasi akan hal ini sudah

ada banyak dijumpai khususnya di Kota besar di Papua seperti Kota Jayapura. Pada beberapa kasus
sengketa yang terjadi antara orang tua dan sekolah, komite sekolah cenderung mendukung kepentingan
pihak manajemen sekolah. Contoh kasus yang cukup jelas terlihat dari beberapa komite sekolah
cenderung menolak sekolah gratis untuk tingkat TK hingga SMA/SMK di Kota Jayapura.

Rekomendasi Kebijakan
Melihat berbagai kondisi diatas, maka Pendidikan di Papua perlu dibuat merata dan berkualitas
melalui pemenuhan standar pendidikan dan peningkatan pengawasan dari berbagai pihak. Untuk
mencapai hal tersebut, kami merekomendasikan agar pemerintah Provinsi Papua memulai langkah
melalui pelaksanaan berbagai langkah berikut :



Menyusun Peraturan Daerah yang menjamin ketersediaan, keterjangkauan, kesetaraan, dan
kepastian layanan pendidikan yang mengacu pada standar pelayanan minimum dan standar
pelayanan publik.



Menyusun Peraturan Daerah mengenai standar pelayanan minimum tingkat kota-kabupaten ,
standar pengelolaan pembiayaan, dan SOP pelayanan di satuan pendidikan.



Membuat Peraturan Daerah mengenai penyusunan maklumat pelayanan pendidikan berdasarkan
kesepakatan bersama antara satuan pendidikan dan pengguna layanan disertai dengan kepastian
mekanisme pengaduan.



Mengembangkan Peraturan Daerah untuk menjabarkan peran masyarakat dalam pengawasan
pelayanan pendidikan dengan menguatkan peran dan fungsi komite sekolah.


Akhirnya karena Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian maka
penting sekali pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan di Provinsi Papua dilakukan.oleh kita
semua sehingga dapat mewujudkan dunia Pendidikan yang lebih baik di Provinsi ini,demi Papua yang
lebih baik dimasa depan, Hen Tecahi Yo Onomi Tmar Ni Hanashed.
oleh : Naci Jacqueline Hamadi,SE. (Aktivis)