Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (6)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau yang lebih dikenal dengan singkatan PLTN, sudah
digunakan teknologinya lebih dari 50 tahun yang lalu. Keunggulan PLTN adalah tidak
menghasilkan emisi gas CO2 sama sekali. Selain itu PLTN juga mampu menghasilkan
daya stabil yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya.
Perlu diketahui juga bahwa bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat didaur
ulang kembali menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di masa depan.
Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan pembangkit listrik ini, sebagai
upaya diversifikasi penggunaan pembangkit listrik primer berbahan bakar fosil, seperti
batubara, minyak bumi, dan gas alam. Dengan penanggulangan radiasi yang cermat dan
berlapis, PLTN dapat menjadi solusi kebutuhan energi listrik yang besar di Indonesia.

BAB II
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia (PLTN)
A. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sama halnya dengan pembangkit
listrik konvensional. Air akan diuapkan dalam suatu wadah dengan melalui pembakaran.
Dalam pembakaran tersebut akan menghasilkan uap yang akan dialirkan kedalam turbin yang
akan bergerak. Bergeraknya turbin ini berfungsi untuk menggerakkan generator yang akan
menghasilkan energi listrik. Jika dalam pembangkit listrik konvensional, bedanya yaitu bahan
bakarnya dalam menghasilkan uap panas, yaitu dengan minyak, gas, atau batubara.
Proses dari pembakaran bahan bakar tersebut akan menghasilkan gar karbon dioksida

(CO2), sulfur dioksida (SO2), dan juga nitrogen dioksida atau disebut juga Nox, selain itu
pembakaran tersebut menghasilkan debu yang mengandung kadar logam berat. Sisa-sisa
pembakaran tersebut diatas akan menjadi gas emisi ke udara dan berpotensi besar terhadap
pencemaran lingkungan. Beberapa pencemaran lingkungan tersebut yaitu hujan asam dan
pemanasan global (Global Warming)
Panas yang dihasilkan dari proses reaksi pembelahan inti uranium didalam reaktor nuklir.
Sebagai bahan pemindahan panas tersebut digunakanlah air yang secara terus-menerus
disirkulasikan selama proses. Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran ini, yang
menggunakan uranium tersebut tidak melepaskan partikel-partikel seperti Nox, CO2, ataupun
SO2, serta tidak mengeluarkan partikel debu yang mengandung logam berat. Sehingga
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah pembangkit yang sangat ramah lingkungan.
B.

Jenis-jenis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Jenis-jenis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pun beragam. Diantaranya:
a.

Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil

uranium dan plutonium.

b. Reaktor cepat
Meski reaktor nuklir generasi awal berjenis reaktor cepat, tetapi perkembangan reaktor
nuklir jenis ini kalah dibandingkan dengan reaktor thermal. Keuntungan reaktor cepat
diantaranya adalah siklus bahan bakar nuklir yang dimilikinya dapat menggunakan semua

uranium yang terdapat dalam uranium alam dan juga dapat mentransmusikan radioisotop
yang tergantung di dalam limbahnya menjadi material luruh cepat.
c.

Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit
limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun
demikian, saat ini masih terdapat kendala-kendala bidang keilmuan, teknik, dan ekonomi
yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik.

C. Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Adapun keuntungan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, diantaranya :
a.


Tidak menghasilkan gas efek rumah kaca. Karena pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) tidak melakukan reaksi pembakaran bahan bakar fosil karena Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir menggunakan uranium sebagai bahan bakarnya dan menggunakan peluruhan
untuk menghasilkan energi tersebut.

b. Tidak menghasilkan gas-gas yang mencemari udara seperti CO2, SO2, NO, mercury.
c.

Menggunakan bahan bakar yang relatif lebih murah dibandingkan pembangkit listrik tenaga
lain karena pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) digunakan bahan bkar yng relatif
sedikit dibandingkan dengan pembangkit listik lainnya.

d. Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) reaksi fusi, bahan bakar yang digunakan
sangat melimpah dibumi. Dimana reaksi fusi ini menggunakan hidrogen yang dapat
dielektrolisis dari air yang sangat melimpah dibumi ini.
e.

Rasio bahan bakar yang diperlukan dengan energi yang dihasilkan sangat besar.
Adapun kerugian dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, diantaranya:


a.

Menghasilkan bahan sisa radioaktif yang berumur sangat panjang, sehingga harus disimpan
dan diamankan untuk waktu yang sangat lama.

b. Dapat melepaskan bahan-bahan raiokatif.
c.

Dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir terdapat himpunan bahan-bahan radioaktif dalam
jumlah amat bear yang harus dikungkung dalam keadaan bgaimnanapun juga.

d. Modal yang diperlukan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir lebih besar
dan waktu pembangunannya lebih lama dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga
Batubara.
D. Badan Pengawasan Tenaga Nuklir

Badan Pengawasan Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementrian (LPNK) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga

nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan, dan inspeksi sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. BAPETEN didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan
mulai aktif berfungsi pada tanggal 4 Januari 1999.
BAPETEN telah mendapatkan pujian dari International Atomic Energy Agency (IAEA)
karena hasil inspeksi yang dilakukan IATA di Indonesia hasilnya sama dengan instropeksi
yang dilakukan BAPETEN, dimana yang diawasi oleh BAPETEN tidak hanya BATAN tetapi
juga fasilitas kesehatan industri.
As Natio menyampaikan pula tentang program kerja BAPETEN tentang tantangan
Lembaga pada tahun 2005-2009, diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN), keselamatan radiologik dan keamanan sumber radioaktif, serta keselamatan dan
keamanan nuklir. Sedangkan untuk tahun 2010–2014, As Natio menetapkan tujuh hal
diantaranya: pengawasan introduksi PLTN dengan menitikberatkan pada perijinan dan
inspeksi, keselamatan radiasi pada fasilitas kesehatan dan industri sesuai tuntutan peraturan
yang ada, keamanan zat radioaktif, pengawasan terhadap keselamatan nuklir terkait dengan
penuaan instalasi nuklir, peningkatan keamanan bahan dan implementasi safeguards, sistem
kesiapsiagaan nuklir, dan pengembangan SDM.
E. PLTN di Indonesia
Secara tidak langsung keberadaan PLTN akan sangat mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Apabila penerapan dan pemanfaatan PLTN dimanfaatkan seefesien
mungkin, maka usaha tersebut akan menigkatkan kesejahteraan masarakat. Kebutuhan listrik

terpenuhi dengan biaya yang terbilang lebih murah dan membantu sisi perekonomian
masyarakat. Banyak sumbangan yang diberikan PLTN dalam pelestarian lingkungan, baik
bagi udara (PLTN tidak mngemisikan asap yang mengandung oksida-oksida sulfur maupun
nitrogen serta logam-logam berat dan karbondioksida) maupun air (air lepasan PLT fosil
mengandung logam-logam berat serta zat-zat organik yang berakibat pada rusaknya ekologi
danau maupun sungai, air lepasan PLTN sama sekali tidak mengandung polutan-polutan itu)
dan tanah sebagai komponen utama lingkungan. Selain itu, PLTN tidak menyita lahan yang
luas.

Indonesia dipandang cukup potensial dalam menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) walau terletak pada Ring of Fire. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang
luas sehingga masih banyak yang stabil dan aman untuk PLTN. Sistem keselamatan reaktor
PLTN dapat dibagi atas dua kategori, yaitu keselamatan terpasang dan pertahanan berlapis.
Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu
dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang ditangkap U-235, dengan kata lain jumlah
reaksi pembelahan akan berkurang. Akibatnya, panas yang dihasilkan juga berkurang. Pada
pertahanan berlapis, PLTN punya sistem pengaman atau pertahanan berlapis-lapis.
Pertahanan satu adalah matriks bahan bakar itu sendiri. Lebih dari 99% zat hasil belah akan
tetap berada dalam matriks bahan bakar itu. Selama operasi atau bila terjadi kecelakaan,
kelongsongan bahan bakar akan berfungsi sebagai penghalang kedua untuk mencegah

keluarnya zat radioaktif. Lalu, jika zat radioaktif masih bisa lolos dari penghalang kedua,
masih ada penghalang ketiga, yaitu sistem pendingin. Lepas dari sistem pendingin masih
terdapat penghalang keempat berupa perisai biologis. Lalu, bila zat raduoaktif itu masih dapat
lolos, ada penghalang kelima yaitu sistem pengukung berupa pelat baja dan beton setebal 2
m.
F. Cara Mengenalkan PLTN Kepada Masyarakat Indonesia
Tantangan terberat bagi pemerintah sebagai pelaksana UU adalah bagaimana
meningkatkan akseptabilitas listrik nuklir melalui peningkatan kepercayaan (trust)
masyarakat. Sosialisasi melalui informasi dan edukasi publik perlu diperkuat, agar persepsi
keliru mengenai risiko bahaya nuklir berubah. Sebenarnya anak bangsa ini telah
membuktikan kemampuannya mengoperasikan dan merawat dengan aman dan selamat
seluruh fasilitas nuklir kita selama puluhan tahun, tapi masyarakat tidak serta-merta percaya
bahwa bangsa ini siap melangkah ke PLTN. Ada kegamangan bahwa kurang baiknya safety
culture di sektor non-nuklir dapat berimbas pada pengelolaan PLTN. Padahal kita tahu bahwa
nuklir menerapkan sistem dan standar yang jauh berbeda. Melalui manajemen dan pelatihan
yang baik dengan sistem pengawasan nasional dan internasional yang efektif, nuklir telah
membuktikan tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi. Hal ini telah pula ditunjukkan
oleh negara seperti India dan Pakistan, yang memiliki pendapatan perkapita dan Indeks
Pembangunan Manusia lebih rendah daripada Indonesia.
Peran Indonesia dalam kerja sama pemanfaatan nuklir dunia di masa depan akan menjadi

semakin penting. Hal ini hendaknya didukung dengan policy yang kuat, sehingga kita dapat

membangun kapasitas secara lebih baik, dan posisi kita menjadi lebih terpandang di tataran
kemitraan internasional. Tatanan nuklir baru menuntut terwujudnya secara lebih efektif dan
efisien peran nuklir dalam membantu meningkatkan kemakmuran bangsa yang pada
gilirannya akan mendorong tercapainya kesejahteraan dan kedamaian dunia melalui
kemitraan dan keterbukaan. Mengenai tatanan nuklir ini Zedillo mengatakan: A stronger
nuclear order will emerge as a product of increased collective action and partnership,
expanded transparency, increasingly effective standards for safety and security worldwide,
new nonproliferation measures, and progressive steps to reduce and ultimately eliminate
nuclear weapons. Perintah nuklir yang kuat akan muncul sebagai produk dari tindakan
kolektif dan peningkatan kemitraan, transparasi diperluas, standar semakin efektif untuk
keselamatan dan keamanan diseluruh dunia, langkah-langkah nonproliferasi baru, dan
langkah-langkah progesif untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan senjata nuklir.
Cara menumbuhkan akseptasi publik terhadap pembangunan PLTN :
a.

mengubah sudut pandang sorotan media terhadap energi nuklir. Selama ini, media baik itu
cetak maupun elektronik selalu menyoroti nuklir dari segi negatifnya saja tanpa melihat sisi
positif yang dimiliki. Maka, secara otomatis masyarakat sebagai konsumen berita menjadi

salah kaprah dan akhirnya takut terhadap PLTN. Oleh karena itu, pemerintah melalui Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) seharusnya mengadakan kerjasama dengan media terkait
untuk mengadakan suatu acara khusus yang membahas dan mengupas teknologi nuklir
kepada masyarakat. Selain itu, juga diperlukan penayangan informasi mengenai keuntungan
dan sisi positif nuklir melalui iklan masyarakat yang disiarkan secara kontinyu pada media
massa maupun elektronik.

b. perlu dibentuk komunitas nuklir di institusi-institusi pendidikan terutama perguruan tinggi.
Dengan adanya komunitas yang fokus terhadap isu-isu mengenai nuklir, maka proses
sosialisasi energi terbarukan ini akan semakin masif dan masyarakat akan semakin
terluruskan pandangannya terhadap PLTN ini. Hal tersebut tentu saja sesuai dengan tri
dharma perguruan tinggi yang salah satunya mengemban amanah pendidikan bagi
masyarakat. Sehingga diharapkan komunitas ini bisa menjadi tangan panjang dari pemerintah
dalam usaha mengenalkan nuklir dan mengubah stigma negatif PLTN di pikiran masyarakat
awam.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PLTN merupakan stasiun pembangkit listrik

thermal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir
pembangkit listrik. Pada proses kerja dari PLTN hampir sama dengan proses kerja dari
Pembangkit Listrik Konvensional, hanya saja yang membedakannya adalah sumber panas
yang digunakan. Pada PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir. PLTN
dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan, yaitu reaktor fisis, cepat dan fusi.
Beberapa

usaha

pengamanan

keselamatanmasyarakat,

para

dilakukan

pekerja

reaktor


untuk
dan

melindungi
lingkungan

kesehatan
PLTN

dan

diantaranya

denganpenghalang ganda dan pertahanan berlapis. PLTN memiliki keuntungan dan kerugian
dalam

pelaksanaannya,

diantara

beberapakeuntungan

salah

satunya

adalah Tidak

menghasilkan emisi gas rumah kaca (selamaoperasi normal) gas rumah kaca hanya
dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas.
Dan salah satu kerugiannya adalah Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar
adalah kecelakaan Chernobyl(yang tidak mempunyai containment building).
Kehadiran PLTN sebenarnya aman bagi manusia dan sama sekali tidak ada alasan
mendasar untuk menolak kehadirannya. Dalam era tinggal landas, dengan titik berat pada
industrialisasi, pasokan listrik sangat dibutuhkan. Dengan demikian berkurangnya bahan
bakar fosil (minyak dan batubara) serta tingkat pencemaran PLT batubara, PLTN merupakan
pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan listrik khususnya masyarakat Indonesia.
Indonesia pula sebagai negara yang kaya akan bahan bakar uranium serta memiliki banyak
pulau atau daerah-daerah luas yang memadai dikembangkannya PLTN, sangat berpotensi
menerapkan teknologi ini dengan penerapan yang tepat dan sesuai aturan tentunya. Agar
manfaat didapatkan tanpa mengancam keselamatan masyarakat.

http://prayforstudy.blogspot.com/2014/01/makalah-pltn.html

3. Pemanfaatan Radiasi Nuklir dan Radioisotop Dalam
Kehidupan Manusia
Beberapa bahan yang ada di alam, seperti uranium, apabila
direaksikan dengan neutron, akan mengalami reaksi pembelahan
dan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk
memanaskan air hingga menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut
dapat digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir komersial yang pertama adalah
Reaktor Magnox, yang dibangun pada tahun 1950-an di Inggris.
Sedangkan penggunaan radioisotop secara sengaja untuk
suatu tujuan tertentu dilakukan oleh George du Hevesy pada
tahun 1911. Pada saat itu, ia masih berstatus seorang pelajar
yang sedang meneliti bahan radioaktif alam. Karena berasal dari
luar kota dan dari keluarga yang sederhana ia tinggal di suatu
asrama yang sekaligus menyajikan makanan pokok sehari-hari.
Pada suatu ketika, ia curiga bahwa makanan yang disajikan
dicampur dengan makanan sisa dari hari sebelumnya, tetapi ia
tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu. Untuk itu ia menaruh
sejumlah kecil bahan radioaktif kedalam makanan yang sengaja
tidak dihabiskannya. Keesokan harinya ketika makanan yang
jenisnya sama disajikan, ia melakukan pemeriksaan makanan
tersebut dengan menggunakan peralatan deteksi radiasi yang
sederhana, dan ternyata ia mendeteksi adanya radioisotop dalam
makanan yang dicurigainya. Mulai saat itulah ia mengembangkan
penggunaan bahan radioaktif sebagai suatu perunut (tracer)
untuk berbagai macam keperluan.
Bidang Energi: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan
Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Fosil

Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN, mempunyai
prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa
batu bara, gas ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan
air yang akan menjadi uap. Uap memutar turbin dan selanjutnya
turbin memutar suatu generator yang akan menghasilkan listrik.

Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak
membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar
dapat belah (bahan fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut
direaksikan dengan neutron sehingga terjadi reaksi berantai yang
menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
menghasilkan uap air bertekanan tinggi, kemudian uap tersebut
digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan digunakannya
bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO 2, hujan asam, ataupun
gas beracun lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.
Seberapa amankah PLTN?

Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai
faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh
studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua
pembangkit listrik. Secara statistik, kecelakaan pada PLTN
mempunyai persentase yang jauh lebih rendah dibandingkan
yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan
karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai
adalah adanya “pertahanan berlapis” (defence in-depth). Dengan
kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis untuk
menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu
sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih ada sistem
cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem
cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu,
setiap komponen yang digunakan dalam instalasi PLTN telah
didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan, sehingga
walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka
kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi
manusia dan lingkungannya.
Dari sisi sumber daya manusia, personil yang mengoperasikan
PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan wajib
mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan
oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk
mendapatkan sertifikat tersebut, mereka harus mengikuti dan
lulus ujian pelatihan. Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka
waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka akan
dilakukan pengujian kembali.
Peranan PLTN dalam Kelistrikan Dunia

Pada Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah
pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di 31 negara,
menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari 363 trilyun watt.

Reaktor yang dalam tahap pembangunan sebanyak 30 buah dan
24 negara (termasuk 6 negara yang belum pernah
mengoperasikan reaktor nuklir) merencanakan untuk membangun
104 reaktor nuklir baru. Saat ini energi listrik yang dihasilkan PLTN
menyumbang 16% dari seluruh kelistrikan dunia, yang secara
kuantitatif jumlahnya lebih besar dari listrik yang dihasilkan di
seluruh dunia pada tahun 1960.

Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling tinggi
persentase ketergantungannya pada energi nuklir. Perancis,
Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki
ketergantungan listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu
masing-masing sebesar 78%, 72% dan 55%.

Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan
berkembang lebih maju lagi, tidak hanya sekedar untuk
pembangkit listrik saja, tetapi juga untuk keperluan energi selain
kelistrikan, seperti produksi hidrogen, desalinasi air laut, dan
pemanas ruangan.

http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pen
genalan_radiasi/3-1.htm

http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php/component/con
tent/article/5