Pengaruh Kesetan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. Prima Sauhur Lestari Pematang Kerasaan)

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MenurutMondy (2008), Keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan
dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan alairan listrik, terpotong, luka, memar,
terkilir, patah tulang, kerusakan alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Suma’mur (2001) mengungkapkan bahwa keselamatan kerja merupakan
rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tenteram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (dalam Marliani,
2015:268).
Menurut

Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi

keselamatan yang bebas dari risiko kecelakaan dan kerusakan yang mencakup
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,, dan kondisi karyawan.
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
berkaitan dengan pekerjaan (dalam Marliani, 2015:268). Keselamatan kerja
adalah merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara menyeluruh. Artinya
perusahaan berusaha untuk menjaga jangan sampai karyawan mendapat suatu
kecelakaan pada saat menjalankan aktivitasnya (Kasmir, 2016:264).
Sedangkan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjaga agar karyawan
tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan sampai kondisi lingkungan kerja akan

Universitas Sumatera Utara

membuat karyawan tidak sehat atau sakit (Kasmir, 2016:264). Adapun
kesehatankerja menurut Mondyadalah kebebasan dari kekerasan fisik. Risiko
kesehatan merupakan faktor dalam lingkungan kerja yang merupakan faktorfaktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres, emosi, atau gangguan fisik
(dalam Marliani, 2015:268).
Leon C. Megginsonn (1981), mengartikan keselamatan kerja mencakup
dua pengertian, yaitu risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Keselamatan kerja
diartikan sebagai kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian di tempat kerja. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan

oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam
lingkungan kerja yang melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang
dapat membuat stres, emosi atau gangguan fisik (dalam Yuli, 2005:211).
Dari beberapa pendapat diatas, maka keselamatan dan kesehatan
merupakan satu gabungan pengertian. Sehingga sebenarnya penggunaan istilah
kecelakaan kerja adalah mengaju kepada masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Oleh karena itu, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja di organisasi industri pada dasarnya adalah
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
2.1.2 Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Banyak manfaat yang bisa dipetik jika perusahaan benar-benar
memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik. Dengan
program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, maka kecelakaan kerja dapat

Universitas Sumatera Utara

diminimalkan, yang pada akhirnya pengeluaran biaya dapat ditekan. Biaya yang
dikeluarkan untuk keselamatan dan kesehatan kerja cukup besar, terutama biaya
tuntutan dari pihak-pihak yang tidak puas, termasuk dalam hal ini biaya untuk
meningkatkan citra perusahaan yang terlanjur kurang baik akibat kelalaian kerja.

Menurut Kasmir (2016:269) dalam praktiknya berikut ini tujuan dari
program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:
1.

Membuat karyawan merasa aman
Artinya dengan dimilikinya prosedur kerja dan adanya peralatan kerja yang
memadai maka akan membuat karyawan merasa lebih aman dan nyaman
dalam bekerja. Perasaan was-was atau rasa takut dapat diminimalkan,
sehingga karyawan serius dan sungguh-sungguh dalam melakukan aktvitas
pekerjaannya. Membuat karyawan merasa nyaman akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.

2.

Memperlancar proses kerja
Artinya dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja maka
kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan karyawan
yang terjamin baik secara fisik maupun mental, maka karyawan dapat
beraktivitas secara normal, sehingga hasil yang didapat menjadi lebih baik.
Kemudian proses kerja yang dijalankan tidak terganggu, apa lagi dalam hal

waktu atau produk yang dihasilkan akan menjadi lebih baik.

3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja
Maksudnya adalah karyawan dalam hal ini setiap melakukan pekerjaaanya
sudah dengan paham dan mengerti akan aturan kerja yang telah ditetapkan.
Karyawan juga akan mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan. Kepada

Universitas Sumatera Utara

seluruh karyawan diwajibkan menggunakan peralatan kerja dengan sebaikbaiknya sehingga hal ini akan menjadikan karyawan lebih waspada dan
berhati-hati dalam melakukan aktivitasnya.
4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja
Artinya perusahaan akan memasang rambu-rambu kerja yang telah ada dan
dipasang di berbagai tempat sabagai tanda dan peringatan. Dengan adanya
aturan dan rambu tersebut akan ikut mengingatkan karyawan dalam bekrja.
Penempatan rambu-rambu kerja harus mudah dilihat dan jelas tanpa ada
hambatan atau halangan.
5. Tidak mengganggu proses kerja
Artinya dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan
tindakan karyawan tidak akan mengganggu aktivitas karyawannya. Sebagai

contoh penggunaan peralatan keselamatan kerja sekalipun ribet namun tidak
akan mengganggu proses kerja atau aktivitas kerja karyawan. Karyawan perlu
diberikan sosialisasi atau pelatihan untuk menggunakan peralatan kerja
sebelum digunakan. Bahkan untuk perlatan tertentu harus memiliki sertifikasi
tertentu, misalnya untuk mobil harus ada surat izin mengendarai (SIM) yang
sesuai dengan tingkatannya.
6. Menekan biaya
Maksudnya perusahaan berupaya menekan biaya dengan adanya program
keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya program
keselamatan dan kesehatan kerja, maka kecelakaan kerja dapat diminimalkan.
Oleh karena itu, karyawan harus menggunakan peralatan dan pengamanan
kerja. Imbasnya tentu kepada biaya kecelakaan kerja, menjadi relatif (kecil

Universitas Sumatera Utara

dan dapat diminimalkan sehingga mengurangi biaya pengobatan dan
kesempatan kerja karyawan yang hilang).
7. Menghindari kecelakaan kerja
Artinya kepatuhan karyawan kepada aturan kerja termasuk memerhatikan
rambu-rambu kerja yang


telah dipasang. Kemudian karyawan harus

menggunakan peralatan kerja dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang telah
ditetapkan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Biasanya
kecelakaan kerja akan terjadi karena karyawan lalai menggunakan prosedur
dan peralatan kerja, seperti tidak memakai peralatan pengaman dalam
bekerja.
8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu
Artinya jika terjadi sesuatu seperti kecelakaan kerja yang sering kali
disalahkan adalah pihak perusahaan. Dengan adanya program keselamatan
dan kesehatan kerja ini maka tuntutan karyawan akan keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diminimalkan, karena karyawan sudah menyetujui
terhadap aturan yang berlaku diperusahaan tersebut, sehingga sudah tahu
resiko yang akan dihadapinya.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja
Pada dasarnya bahwa keselamatan kerja karyawan sangat tergantung
kepada faktor lain, yang terlibat langsung dengan pekerjaan maupun tidak
langsung. Artinya bahwa keefektifan program keselamatan sangat dipengaruhi
variabel lain. Demikian pula sebaliknya bahwa progrm keselamatan juga dapat

mempengaruhi variabel lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
kerja karyawan, yaitu (Kasmir, 2016:274-276):
1. Kelengkapan peralatan kerja
Maksudnya adalah bahwa peralatan keselamatan kerja yang lengkap sangat
diperlukan. Artinya makin lengkap peralatan keselamatan kerja yang dimiliki,
maka keselamatan kerja makin baik. Demikian pula sebaliknya jika
perlengkapan keselamatan kerja tidak lengkap atau kurang, maka keselamatan
kerja juga tidak terjamin.
2. Kualitas peralatan kerja
Artinya disamping lengkap peralatan kerja yang dimiliki juga harus
diperhatikan kualitas dari perlengkapan keselamatan kerja. Kualitas dari
peralatan keselamatan kerja akan mempengaruhi keselamatan kerja itu
sendiri. Makin tidak berkualitas keselamatan kerja, maka keselamatan kerja
karyawan makin tidak terjamin. Cara meningkatkan kualitas perlengkapan
kerja, maka diperlukan pemeliharaan perlengkapan secara terus-menerus.
3. Kedisiplinan karyawan

Maksudnya hal berkaitan dengan perilaku karyawannya dalam menggunakan
peralatan keselamatan kerja. Karyawan yang kurang disiplin dalam
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, maka keselamatan kerjanya
makin tidak terjamin. Akhirnya timbul risko kecelakaan makin besar dan
sering terjadi. Demikian pula sebaliknya bagi karyawan yang disiplin, akan
keselamatan kerjanya makin terjamin. Penggunaan keselamatan kerja
sebaiknya dilakukan pengawasan untuk menghindari lupa dan kelalaian kerja.
4. Ketegasan pimpinan

Universitas Sumatera Utara

Maksudnya dalam hal ini ketegasan pimpinan dalam menerapkan aturan
penggunaan peralatan kesempatan kerja. Makin tidak disiplinnya pimpinan
untuk mengawasi dan menindak anak buahnya yang melanggar ketentuan
digunakannya perlengkapan kerja maka akan berpengaruh terhadap
keselamatan

kerja

karyawan.


Karena

pimpinan

yang

tegas

akan

mempengaruhi karyawan untuk menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja, demikian pula sebaliknya jika pimpinannya tidak tegas, maka karyawan
banyak yang bertindak masa bodoh, akibatnya keselamatan kerjanya makin
tidak terjamin.
5. Semangat kerja
Artinya dengan peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna
maka akan memberikan semangat kerja yang tinggi. Hal ini disebabkan
karyawan merasa nyaman dan aman dalam bekerja. Demikian pula
sebaliknya jika peralatan keselamatan kerja yang tidak lengkap, buruk dan

tidak sempurna maka semangat kerja karyawan juga akan turun.
6. Motivasi kerja
Maksudnya sama dengan semangat kerja, motivasi karyawan untuk bekerja
juga akan kuat jika peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan
sempurna. Demikian pula sebaliknya jika peralatan keselamatan kerja yang
tidak lengkap, buruk dan tidak sempurna maka motivasi kerja karyawan juga
akan lemah.
7. Pengawasan
Artinya setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan peralatan
keselamatan kerja. Jika tidak diawasi banyak karyawan yang akan melanggar.

Universitas Sumatera Utara

Hali ini tentu mempengaruhi keselamatan kerjanya, terutama bagi mereka
yang tidak terawasi secara baik. Pengawasan dapat dilakukan oleh pimpinan
atau menggunakan peralatan seperti CCTV di tempat-tempat tertentu.
8. Umur alat kerja
Maksudnya umur dari peralatan kerja juga akan mempengaruhi keselamatan
kerja karyawan. Peralatan kerja yang sudah melewati umur ekonomisnya
maka akan membahayakan keselamatan kerja karyawan, demikian pula

sebaliknya. Oleh karena itu sebaiknya peralatan yang sudah lewat umur
ekonomisnya harus diganti dengan yang baru, sekalipun masih kelihatan baik.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Perusahaan
juga harus mengelola faktor-faktor penyebab tersebut, sehingga kesehatan
karyawan tetap terjaga (Kasmir, 2016: 277-278).
Berikut ini faktor-faktor yang sering mempengaruhi kesehatan kerja
karyawan, yaitu:
1.

Udara
Maksudnya adalah kondisi udara di ruangan tempat bekerja harus membuat
karyawan tenang dan nyaman. Misalnya di dalam ruangan tertutup tentu perlu
diberikan pendingin ruangan yang cukup. Demikian pula di ruangan yang
terbuka seperti pabrik juga kualitas udara harus dikelola secara baik. Kualitas
udara di ruangan sangat mempengaruhi kesehatan karyawan seperti panas
atau berdebu. Solusi yang diberikan kepada karyawan adalah misalnya
penutup mulut untuk kondisi udara yang berdebu. Demikian pula untuk udara
yang terlalu panas harus diberikan pendingin yang cukup. Dengan kualitas

Universitas Sumatera Utara

udara yang baik maka karyawan akan selalu sehat, demikian pula sebaliknya
jika kualitas udara kurang baik akan mengkibatkan kesehatan karyawan
menjadi terganggu.
2.

Cahaya
Kualitas cahaya diruangan juga akan mempengaruhi kesehatan karyawan.
Pada ruangan yang terlalu gelap atau cahayanya kurang tentu akan merusak
kesehatan karyawan, terutama kesehatan mata. Demikian pula jika terlalu
banyak cahaya (membuat silau) yang membahayakan kesehatan harus segera
diatasi. Oleh karena itu faktor pencahayaan perlu diperhatikan agar kesehatan
karyawan juga terjamin, terutama mata.

3.

Kebisingan
Artinya suara yang ada di dalam suatu ruangan atau lokasi bekerja. Ruangan
yang terlalu berisik atau bising tentu akan mempengaruhi kualitas
pendengaran. Untuk itu perlu dibuatkan ruangan yang kedap suara, atau
disediakan penutup telinga sehingga pendengarankaryawan tidak terganggu.

4.

Aroma berbau
Maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang sedap maka
kesehatan akan sangat terganggu. Aroma yang dikeluarkan dari zat-zat
tertentu yang membahayakan, misalnya zat kimia akan mempengaruhi
kesehatan karyawan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan masker agar
terhindar dari bau yang kurang sedap atau yang membahayakan tersebut.

5.

Layout ruangan
Tata letak ruangan sangat mempengaruhi kesehatan karyawan, misalnya tata
letak kursi, meja serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, agar karyawan tetap

Universitas Sumatera Utara

sehat faktor layout ruangan perlu diperhatikan misalnya penempatan tempat
pembuangan limbah atau sampah.
2.1.5Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Beberapa

faktor

penyebab

terjadinya

kecelakaan

karyawan

(Mangkunegara, 2013:162-163).
1. Keadaan tempat lingkungan
a.

penyusanan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya

b.

ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

c.

pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya

2. Pengaturan udara
a.

pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu dan berbau tidak sedap)

b.

suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan penerangan
a.

pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat

b.

ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian peralatan kerja
a.

pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak

b.

penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

5. Kondisi fisik dan mental pegawai
a.

stamina pegawai yang tidak stabil

b.

emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,

Universitas Sumatera Utara

sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja, terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya.
2.1.6 Upaya Untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik
dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh
perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran keamanan dan
kesehatan yang efektif, maka semakin sedikit pegawai yang akan mengalami
penyakit jangka pendek atau jangka panjang akibat bekerja di perusahaan tersebut.
Strategi atau upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
yang efektif dapat dilihat dari 5 dimensi (Jackson et al, 2011:289):
1.

Mengukur dan mengawasi. Dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja, maka suatu pencegahan kecelakaan serta penyakit akibat
kerja harus dimulai dari mengukur, mengidentifikasi bahaya atau resiko yang
dapat muncul dalam lingkungan kerja.

2.

Pencegahan Kecelakaan.

Merancang

lingkungan kerja dengan baik

merupakan salah satu upaya terbaik untuk mencegah dan meningkatkan
keselamatan kerja.
3.

Pencegahan penyakit. Penyakit kerja dapat lebih merugikan dan berbahaya
dari pada kecelakaan kerja. Karena penyakit sering kali membutuhkan waktu
lama untuk berkembang, kondisi kerja yang berbahaya bisa tidak terdeteksi
selama beberapa tahun.

4.

Manajemen Tekanan. Program manajemen dalam memberikan program yang
dirancang untuk membantu pegawai dalam menghadapi tekanan terkait

Universitas Sumatera Utara

dengan pekerjaan merupakan strategi untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja.
5.

Program Kesehatan. Perusahaan-perusahaan semakin berfokus untuk menjaga
pegawainya tetap sehat.

2.2 Kinerja Karyawan
2.2.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh sesorang). Kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2013:67). Secara sederhana pengertian
kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku kerja yang telah dicapai dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam suatu
periode tertentu (Kasmir, 2016:182).
Colquitt mengatakan Performance “the value of the set of employee
behaviors taht contribute, either positively or negatively to organizational goal
accom plishment”. Maksudnya kinerja adalah nilai dari seperangkat perilaku
karyawan yang berkontribusi, baik secara positif atau negatif terhadap pemenuhan
tujuan organisasi (dalam Kasmir, 2016:183).
Menurut Robbins, kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi antara
kemampuan ability (A), motivasi (M), dan kesempatan atau opportunity (O) :
yaitu kinerja = f(A x M x O), artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,
motivasi dan kesempatan. Judith A. Hale mendefinisi kinerja sebagai: “doing
meaningful work in effective and efficient ways”. Maksudnya adalah melakukan

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan yang berarti dengan cara yang efektif dan efisien. Invancevich ,
menyebutkan kinerja adalah hasil yang dicapai dari apa yang diinginkan oleh
organisasi (dalam Kasmir, 2016:183).
Kinerja merupakan penampilan (performance) sesorang karyawan yang
diindikasikan dari kuantitas kerja, kualitas, pemanfaatan sumber daya, dan
kerjasama (Juliandi dan Irfan, 2014:119).
Jadi dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian kinerja adalah suatu hasil akhir yang telah dicapai oleh
karyawan dalam kurun waktu periode tertentu, di mana karyawan dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Kinerja
Menurut Moeheriono (2009:113) tujuan dan fungsi kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Kinerja karyawan bisa dikelola secara efektif dan efisien agar kinerja
karyawan selalu meningkat.
b. Terjadi proses komunikasi timbal balik antar penilai dan yang dinilai
sehingga dapat mengeleminasi berbagai kemungkinan konflik yang akan
timbul.
c. Terjadi serangkaian proses perencanaan, pembimbingan, pendokumentasian,
dan reviu kinerja terintegrasi
d. Mendorong motivasi dan meningkatkan komitmen karyawan untuk lebih
maju.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor instrinsik
karyawan (personal/individual) atau SDM dan ekstrinsik, yaitu kepemimpinan,
sistem, tim, dan situasional. Uraian rinci faktor – faktor tersebut adalah sebagai
berikut (Sjafri dan Aida, 2007:155-156) .
1. Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiap
individu karyawan.
2. Faktor kepemimpinan meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam
memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja kepada
karyawan.
3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan,
dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam
organisasi.
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individual, Kelompok, dan Organisasi
Kinerja

Kinerja

Kinerja

Kelompok

Organisasi

Faktor Kinerja :

Faktor Kinerja :

Faktor Kinerja :

• Pengetahuan

• Keeratan tim

• Lingkungan

• Keterampilan

• Kepemimpiinan

• Kepemimpinan

• Motivasi

• Kekompakan

• Struktur

Individual

• Peran

Organisasi

(kesolidan tim)
• Struktur tim

• Pilihan strategi

• Pesan tim

• Teknologi
• Kultur

Sumber : Sjafri dan Aida (2007:156)
Seperti terlihat pada gambar, kinerja individual dipengaruhi oleh faktorfaktor

pengetahuan

keterampilan,

motivasi,

bersangkutan. Kinerja ini akan mempengaruhi

dan

peran

individu

yang

kinerja organisasi. Kinerja

kelompok juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik
tim. Sementara kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam karakteristik
organisasi.
Untuk menciptakan sistem manajemen kinerja yang efektif, peran manajer
sangat

menentukan.Dalam manajemen kinerja, manajer bertanggung jawab

untuk:
a. menciptakan kondisi yang dapat memotivasi karyawan / pegawai;
b. melakukan observasi kinerja ;

Universitas Sumatera Utara

c. memperbaharui

dan

menyelesaikan

tujuan,

standar

kinerja,

dan

kompetensi kerja apabila terjadi pengubahan kondisi;
d. memberikan umpan balik atas kinerja bawahan dan pengarahan;
e. memfasilitasi

up

grading

dan

pengembangan

kemampuan

karyawan/pegawai; dan
f. memberikan penguatan perilaku untuk mencapai tujuan organisasi.
2.2.4 Dimensi Pengukuran Kinerja
Dimensi atau indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi
ukuran dalam menilai kinerja. John Miner (dalam Sudarmanto, 2014:11),
mengemukakan 4 dimensi yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai
kinerja, yaitu:
1. Kualitas, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
2. Kuantitas, yaitu: jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
3. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu; tingkat ketidakhadiran, keterlambatan,
waktu kerja efektif/jam kerja hilang.
4. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja.
2.2.5 Pentingnya Penilaian Karyawan
Dalam era global dewasa ini, dimana persaingan usaha menjadi semakin
ketat, tidak ada pilihan lain bagi suatu perusahaan untuk selalu berusaha merebut
kemenangan dalam setiap persaingan usaha. Untuk hal itulah, SDM yang dimiliki
perusahaan haruslah SDM yang berkualitas. Salah satu cara memperoleh SDM
yang berkualitas tadi dapat melalui upaya-upaya penilaian karyawan. Hal ini
menjadi sangat penting arti dan nilainya bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Pada sisi lain, pentingnya penilaian karyawan atau kinerja karyawan pun
dapat pula memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak, yakni pihak
penilai, yang dalam ini adalah pihak perusahaan, ataupun pihak yang dinilai, yang
dalam hal ini adalah pihak karyawan. Apabila kedua belah pihak merasakan
suasana kerja yang nyaman di dalam “rumah perusahaan” yang mereka huni, hal
tersebut menjadi dukungan positif bagi pihak perusahaan dalam upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan. Secara umum, dampak positif bagi
masing-masing pihak tersebut dapat diuraikan secara ringkas dibawah ini.
Dampak positif bagi pihak perusahaan (Budihardjo, 2015:9) :
1. Pihak perusahaan dapat lebih mengenal talenta kerja yang dimiliki masingmasing karyawannya. Dengan begitu, penempatan kerja bagi para karyawan
dapat sejauh mungkin memenuhi kriteria the right man on the right place.
2. Pihak perusahaan dapat lebih memahami kondisi psikologis serta tingkat
leadership dari masing-masing karyawannya. Dengan demikian, lebih
memudahkan bagi perusahaan dalam upaya mempersiapkan kader-kader
pimpinan (kaderisasi), demi pengembangan perusahaan kedepannya.
Dampak positif bagi pihak karyawan (Budihardjo, 2015:11):
Oleh karena merasa ada penilaian atas kinerja yang dilakukan, dampak positif
yang diharapkan tumbuh subur pada diri setiap karyawan, antara lain:
1. Lahirnya motivasi kerja yang lebih baik pada setiap karyawan. Hal ini
menimbulkan peluang bagi meningkatnya etos kerja para karyawan sehingga
akan besar pengaruhnya bagi peningkatan credit point dan track record.
2. Lahirnya semangat berkompetisi secara sehat antarpara karyawan. Hal ini
sedikit banyak akan memacu para karyawan untuk semakin banyak belajar

Universitas Sumatera Utara

dalam upaya meningkatkan kemampuan dirinya. Dampak yang diharapkan
tentunya adalah adanya peningkatan kualitas kerja serta profesionalisme dari
para karyawan itu sendiri.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan ilmiah mengenai preposisi
antarkonsep/antarkonstruk atau pertautan/hubungan antarvariabel penelitian
(Juliandi

dan

Irfan,

2014:114).

Kerangka

konseptual

bertujuan

untuk

mengemukakan objek penelitian secara umum dalam bentuk kerangka variabel
yang akan diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan
variabel yang akan diteliti yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja(X) sebagai
variabel bebas, Kinerja Karyawan (Y) sebagai variabel terikat.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka kerangka
konseptual penelitian ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (X)

Kinerja Karyawan
(Y)

Sumber: Diolah Peneliti, 2016
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan dan pendukung
untuk melakukan penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai acuan dan pendukung adalah penelitian dengan salah satu atau lebih
variabel yang sama dengan penelitian ini (Sujarweni, 2015:64).
Indria Al Kautsar, Bambang Swasto S, Mochammad Al Musadieq (2013)
meneliti tentang “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja

Universitas Sumatera Utara

Karyawan

(Studi pada Karyawan Tetap Bagian Produksi PR.SejahteraAbadi

Malang).” Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja
berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan secara signifikan. Namun berdasarkan
hasil uji t, kesehatan mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap kinerja
karywan.
Veronica Mugista Aji Juwitasari, Mochammad Al Musadieq, Arik
Prasetya (2014) meneliti tentang “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT. Inti
Luhur Fuja Abadi, Beji Pasuruan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Inti
Luhur Fuja Abadi sangat memperhatikan tingkat keselamatan dan kesehatan
karyawannya, sehingga kinerja karyawan meningkat/tinggi. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja secara signifikan
mempengaruhi kinerja karyawan.
Aleks Tsenawatme meneliti tentang “Pengaruh Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Departemen Social
Outreach & Local Development (SLD) dan Community Relations (CR)
PT.Freeport Indonesia). Dari hasil penelitian terdapat korelasi yang kuat antara
keselamatan dan kesehatan kerja dan kinerja karyawan sehingga

kinerja

karyawan akan meningkat apabila program keselamatan dan kesehatan kerja
ditingkatkan.Hasil perhitungan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
kinerja karyawan dengan analisis regresi menunjukkan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja berpengaruh pada kinerja karyawan.
Indra Novri Setiawan (2013) meneliti tentang “Pengaruh Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada Departemen Jaringan PT

Universitas Sumatera Utara

PLN

( Persero) Area Surabaya Utara”. Hasil penelitian yang diperoleh ialah

keselamatan dan kesehatan kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produktivitas karyawan. Keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan.
Namun yang paling dominan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan
adalah keselamatan kerjadaripada kesehatan kerja.
Catarina Cori Pradnya Paramita (2012) ”Pengaruh Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) APJ
Semarang”. Dari hasil penelitian diketahui keselamatan dan kesehatan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT.
PLN (Persero) APJ Semarang.Namun keselamatan kerja memiliki pengaruh
paling besar terhadap prestasi kerja karena jika perusahaan memberikan
keselamatan kerja yang baik kepada karyawan maka karyawan merasa aman dan
nyaman dalam bekerja.

Universitas Sumatera Utara