Sejarah Pasar Sei Sikambing Dari Tahun 1966-1993

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai mahkluk hidup sudah menjadi dasar bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhannya, baik itu makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan dan
lainnya. Dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia telah melewati beberapa masa
seperti berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam hingga tukar
menukar barang atau disebut juga sebagai sistem barter. Sistem barter
berkembang dari tukar menukar barang secara langsung hingga tukar menukar
barang melalui mata uang, dan tempat untuk melakukan tukar menukar barang
dikenal dengan pasar.
Pada dasarnya pasar merupakan tempat orang berjual beli. Secara lebih
luas pengertian pasar merujuk kepada kegiatan jual beli yang dilakukan
masyarakat dimanapun mereka berada. Jika pada masa awalnya pasar adalah
kegiatan antara sesama produsen, namun setelah dikenal alat tukar yang berupa
uang maka terjadilah kegiatan antara produsen dan konsumen. 1
Melakukan transaksi jual beli dapat terjadi dimana saja, dan tidak harus
dilakukan di tempat-tempat atau bangunan tertentu. Pada zaman dahulu misalnya,

1


T. Dibyo Harsono, dkk. Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Daerah Riau, (Kasus Desa Tembeling Kepulauan Riau), Proyek
Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Riau. 1995/1996. Hal 1

1
Universitas Sumatera Utara

tempat pertemuan antara penjual dan pembeli tidak diperlengkapi dengan
bangunan-bangunan permanen yang kokoh. Tempat pertemuan itu dilakukan tidak
secara tetap melainkan berpindah-pindah sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya
pengertian pasar lebih dipahami sebagai suatu kegiatan yang melibatkan banyak
orang dan dilakukan pada tempat tertentu yang bersifat permanen dan dilakukan
setiap hari. 2
Keberadaan pasar pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat agar bisa memenuhi berbagai keinginan yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup sehari-hari. Tetapi pada perkembangan
sekarang ini pasar tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyedia kebutuhan hidup
sehari-hari (keperluan makanan dan pakaian), namun juga menawarkan bendabenda lain. Menyadari pentingnya peranan pasar, maka kini hampir setiap

kelompok masyarakat bahkan di desa terpencil sekalipun memiliki pasar.3
Pasar tradisional merupakan warisan budaya dan kebiasaan yang berawal
sejak nenek moyang kita mengenal adanya transaksi jual beli. Namun tidak seperti
kebanyakan warisan budaya lainnya, pasar tradisional cenderung lebih
terbelakang dan kurang mendapat perhatian. Pasar tradisional juga salah satu
bukti bahwa masyarakat kita juga sudah mengenal sistem perdagangan sejak
lama. Selain menjadi bagian dari sejarah dan peninggalan budaya, keberadaan
2
3

Herman, Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta: PT Gramedia, 2011, Hal 68
Syarifuddin, dkk, Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Kalimantan

Selatan, Jakarta: Depdikbud,1990, hal 2

2
Universitas Sumatera Utara

pasar tradisional ini juga menguntungkan secara ekonomi. Dengan adanya pasar
tradisional, masyarakat memiliki wadah untuk bertransaksi sehingga ekonomi

masyarakat disekitarnya menjadi ikut terdorong.
Pasar tradisional merupakan pusat aktivitas sebagian besar masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan pangan, sandang,
papan maupun kebutuhan sosial. Keberadaan pasar tradisional ini sudah ada sejak
jaman penjajahan Belanda dan keberadaannya terus berkembang melihat semakin
banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan pasar
tradisional. Namun saat ini perkembangan pasar tradisional sangat tidak signifikan
bahkan menurun karena harus bersaing dengan pasar modern.
Pasar biasanya dibangun di tempat-tempat strategis, maksudnya untuk
memungkinkan orang banyak berdatangan dan itu menempati misalnya
persimpangan jalan, dekat pelabuhan atau stasiun dan sebagainya. Demikian pula
dengan Kota Madya Medan yang sudah sejak awal abad ke-19 merupakan pusat
berkumpulnya manusia yang kebanyakan beraktivitas di sektor perkebunan
maupun sektor-sektor penunjangnya dimana pasar menjadi salah satu kebutuhan
masyarakat.4
Kota Madya Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara,
yang terletak pada 3º 30’ - 3º 43’ Lintang Utara dan 98º 35’ - 98º 44’ Bujur Timur
dari peta Indonesia. Kota ini terdiri dari 21 kecamatan, yakni Kecamatan Medan
Amplas, Medan Area, Medan Barat, Medan Baru, Medan Belawan, Medan Deli,
4


Koestoro, Lucas dkk, Medan, Kota di Pesisir Timur Sumatera Utara dan Peninggalan
Tuanya, Balai Arkeologi, Medan, 2006, hal 47

3
Universitas Sumatera Utara

Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Kota, Medan Labuhan,
Medan Marelan, Medan Maimun, Medan Perjuangan, Medan Petisah, Medan
Polonia, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Tutungan, dan
Medan Tembung.
Kota Madya Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia,
yang berdasarkan UU no 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, memiliki hak
otonomi atas daerahnya. Oleh karena itu Pemerintah Kota Medan mempunyai
kewenangan dalam pengembangan dan pengadaan infrastuktur di Kota Madya
Medan. Pengembangan infrastruktur tata kota diatur oleh pemerintah kota dengan
maksud dan tujuan yang baik, begitu pula dengan pengembangan pasar
tradisional.
Kota Madya Medan memiliki 12 pasar tradisional yang sampai saat ini
masih beroperasi dan tersebar di beberapa kecamatan. Pasar Sei Sikambing salah

satu pasar tradisional yang terdapat di Kecamatan Helvetia, lebih tepatnya di jalan
Gatot Subroto simpang Sei Sikambing. Satu hal yang menjadi keunikan dari pasar
ini ialah letak pasar yang berada di antara 3 kecamatan, yakni Kecamatan
Helvetia, Kecamatan Sunggal, dan Kecamatan Petisah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara, Pasar Sei
Sikambing berdiri sejak tahun 1966. Dahulunya para pedagang berjualan di
pinggiran jalan Gatot Subroto tepatnya disekitar simpang Sei Sikambing, karena
tidak mempunyai tempat atau lahan untuk berjualan. Kemudian beberapa
masyarakat membentuk kepengurusan pasar untuk memperjuangkan masyarakat

4
Universitas Sumatera Utara

untuk bisa memiliki lahan berjualan. Kepanitiaan ini memperjuangkan ijin
pembangunan pasar kepada Pemerintah Kota Madya Medan, dan kemudian
membeli sebidang tanah masyarakat yang berada di sekitar simpang Sei
Sikambing. Pada lahan tersebut dibangun berberapa kios oleh seorang
pemborong. Kios-kios itu di sewa oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai tempat
untuk berdagang, termasuk pedagang yang berjualan dipinggiran jalan, dan di
mulai sejak saat itulah aktifitas pasar berlangsung.5

Pada tahun 1982 Pemerintah Kota Madya Medan mengambil alih
pengelolaan Pasar Sei Sikambing. Pada tahun ini Pemerintah melalui Dinas Pasar
melakukan pengembangan sarana pasar, dengan cara melakukan negosiasi dengan
para pedagang di pasar Sei Sikambing untuk merenovasi struktur bangunan pasar.
Bangunan pasar yang dahulunya berdindingkan papan di ganti dengan tembok,
begitu juga dengan infrastruktur yang lainnya seperti jalan, pembuangan sampah
dan penambahan bangunan pasar. 6
Pada tahun 1993 seluruh pasar tradisional di Kota Madya Medan dikelola
oleh Perusahaan Daerah Pasar. Hal ini disebabkan telah keluarnya Peraturan
Daerah Walikota Medan saat itu, yang menggantikan tugas dan fungsi Dinas
Pasar pada lembaga bentukan pemerintah yang baru yakni Perusahaan Daerah
Pasar. Sejak tahun 1993 hingga sekarang pasar Sei Sikambing dikelola oleh
Perusahaan Daerah Pasar.

5
6

Wawancara, Mania Surbakti, Pedagang, Medan, 21 Mei 2016
Wawancara, Rose Pangaribuan, Pedagang,Medan, 21 Mei 2016


5
Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan awal dari setiap proses penelitian ilmiah.
Tanpa adanya rumusan masalah maka sebuah penelitian tidak akan mempunyai
kegunaan. Rumusan masalah adalah inti dari setiap rencana penelitian ilmiah
karena masalah inilah yang menentukan layak atau tidak sebuah penelitian untuk
dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di ungkapkan
permasalahan dalam penelitian. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pasar Sei Sikambing di Kota Madya
Medan?
2. Bagaimana perkembangan Pasar Sei Sikambing dari tahun 19661993?
3. Apa peranan Pasar Sei Sikambing pada masyarakat di sekitar simpang
Sei Sikambing dari tahun 1966-1993?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1.


Menjelaskan sejarah berdirinya Pasar Sei Sikambing di Kota Madya
Medan.

2.

Menjelaskan perkembangan Pasar Sei Sikambing di Kota Madya
Medan dari tahun 1966-1993.

6
Universitas Sumatera Utara

3.

Menjelaskan peranan Pasar Sei Sikambing pada masyarakat di
sekitar simpang Sei Sikambing dari tahun 1966-1993.

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1.


Menambah referensi literatur bagi studi sosial Ilmu Sejarah
mengenai perkembangan pasar tradisional di Kota Madya Medan.

2.

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai
perkembangan dan peranan Pasar Sei Sikambing.

3.

Memberikan pengetahuan kepada masyarakatakan perkembangan
dan peranan dari Pasar Sei Sikambing.

4.

Memberikan referensi bagi Pemerintah Kota Madya Medan,
khususnya Perusahaan Daerah Pasar untuk membangun dan menjaga
kelestarian Pasar Sei Sikambing.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan kegiatan penelitian dan penulisan, penulis perlu
melakukan tinjauan pustaka dengan menggunakan buku-buku maupun tulisan
yang berhubungan dengan penelitian. Ada beberapa buku maupun tulisan yang
akan digunakan penulis sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini.
Herman

Malano

dalam

Selamatkan

Pasar

Tradisional

(2001),

memaparkan peranan pasar tradisional dalam menggerakkan ekonomi rakyat di
seluruh negeri, selanjutnya beliau memaparkan fungsi penting pasar tradisional

yaitu sebagai muara dari produk-produk rakyat disekitarnya juga merupakan
lapangan kerja yang sangat berarti bagi masyarakat.

7
Universitas Sumatera Utara

Utomo Muhaji, dalam Dampak Pengembangan Ekonomi (Pasar)
Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat (1996), membahas tentang
pengertian pasar beserta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Beliau
berasumsi

bahwa pasar

merupakan pusat

perekonomian suatu

daerah.

Pertumbuhan perekonomian dapat dilihat dari aktifitas penduduk dalam
membudidayakan lingkungan yang ada untuk dimanfaatkan dengan baik dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu beliau juga berasumsi bahwa
dengan berkembangnya transportasi telah membawa dampak yang sangat besar
terhadap perkembangan pasar di suatu daerah.
T. Dibyo Harsono dalam Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar)
Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Daerah Riau (1995/1996), membahas
tentang bagaimana peranan pasar tradisional terhadap perkembangan taraf
prekonomian masyarakat di daerah. Beliau juga menyatakan bahwa pasar
tradisional ikut serta dalam pembangunan perekonomian di daerah, serta
membuka lowongan pekerjaan baru yang berdampak pada peningkatan taraf hidup
sosial ekonomi masyarakat.
Lony Simanjuntak dalam (Skripsi) Perkembangan Pasar (Onan)
Laguboti dari Tahun 1945-1999 (2014), membahas tentang dampak pertumbuhan
Pasar Laguboti terhadap masyarakat di sekitar Pasar Laguboti. Penulis
menggambarkan secara naratif mengenai Pasar Laguboti dari awal berdirinya,
kegiatan atau aktifitas masyarakat sekitar Pasar Laguboti dan sampai pada
perkembangan pasar tersebut.

8
Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian
Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan kedalam
historiografi, maka harus mengggunakan metode sejarah. Metode sejarah yang
dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan
sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan
menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.7 Tahap-tahap yang
dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain:
1.

Heursitik merupakan tahap awal yang dilakukan penulis untuk
mencari sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Dalam tahap heuristik, sumber dapat diperoleh melalui dua cara,
yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library
research). Data dari hasil lapangan dapat diperoleh melalui
wawancara dengan berbagai informan yang

terkait

dengan

penelitian. Dalam rencana penelitian lapangan yang dilakukan
penulis akan menggunakan metode wawancara yang terbuka.
Wawancara yang dilakukan ditujukan kepada informan yang
berhubungan

dengan

topik

penelitian.

Selain

itu,

dalam

mengumpulkan sumber-sumber penelitian, penulis juga melakukan
studi kepustakaan yang dapat diperoleh dari berbagai buku,
dokumen, arsip dan lain sebagainya yang terkait dengan judul

7

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan NugrohoNotosusanto, Jakarta: UI

Press, 1985.

9
Universitas Sumatera Utara

penelitian. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat diperoleh dari
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Daerah.
2.

Kritik Sumber, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk
mencari nilai kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian
yang obyektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul
dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal.
Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari
kesesuaian data dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan kritik
eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka
yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari
wawancara yang dilakukan dengan informan.

3.

Interpretasi, yaitu tahap peneliti berusaha untuk menuangkan
berbagai ide pemikirannya yang diperoleh melalui sumber primer
ataupun sekunder, sehingga diharapkan sumber tersebut menjadi
data yang obyektif.

4.

Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap
ini peneliti menuliskan hasil penelitian secara kronologis dan
sistematis.

10
Universitas Sumatera Utara