Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing (Green Architecture)

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN PASAR SEI SIKAMBING

(GREEN ARCHITECTURE)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

HARI HAJARUDDIN SIREGAR

070406010

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

PENGEMBANGAN KAWASAN PASAR SEI SIKAMBING

(GREEN ARCHITECTURE)

OLEH :

HARI HAJARUDDIN SIREGAR

070406010

Medan, Juni 2011

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting, M.sc.

Ir. Novrial, M.Eng.

NIP. 196201091987012001

NIP. 196603031993031002

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 196606221997021001


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : HARI HAJARUDDIN SIREGAR

NIM : 070406010

Judul Proyek Tugas Akhir : Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing

Tema : Green Architecture

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Juni 2011

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N.Vinky Rahman, M.T. NIP. 196606221997021001

Koordinator TKA-490,

Ir. N.Vinky Rahman, M.T. NIP. 196606221997021001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari Kedua Orangtua, serta Keluarga saya.

Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :

Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

Bapak Ir. Novrial, M. Eng. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

Ibu Wahyuni Zahra, S.T., M.Sc., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2010/2011.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU, khususnya Kak Dewi dan Kak Ayu.

 Teman-teman angkatan 2007; Doli, Tia Jilbab, Emir, Gredy, Te, Syahril, Fany, Riza, Sisin, Sheila, Cut, Fandha, Dewi, Ucup, Guntur, Lany, Agus, dll. Khususnya kelompok sidang yang ok punya: Bambang, Te, Tia Binje, Julaiha, Kimo, dan Kak Tasya.

Akhir Kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juni 2011


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Maksud dan Tujuan ... 2

I.3. Masalah Perencanaan ... 2

I.4. Pendekatan Masalah ... 3

I.5. Lingkup/Batasan ... 4

I.6. Kerangka Berfikir ... 5

I.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 6

BAB II: DESKRIPSI PROYEK ... 7

II.1. Terminologi Judul... 7

II.2. Pelaku dan Kegiatan ... 14

II.3. Lokasi ... 15

II.4. Timjauan Fungsi ... 25

II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis ... 29

BAB III: ELABORASI TEMA ... 35

III.1. Pengertian ... 35

III.2. Interpretasi Tema ... 37

III.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul ... 40


(6)

BAB IV: ANALISA... 45

IV.1. Analisis Kondisi Tapak Lingkungan ... 45

IV.1.1. Data site ... 45

IV.1.2. Analisa Pencapaian ... 49

IV.1.3. Analisa Sirkulasi... 52

IV.1.4. Analisa View Bangunan ... 55

IV.1.5. Analisa Matahari ... 56

IV.1.6. Analisa Ruang Terbuka Hijau ... 58

IV.2. Analisis Fungsional ... 59

IV.2.1. Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 59

IV.2.2. Ruang ... 63

IV.2.3. Bentuk ... 66

IV.2.4. Utilitas ... 67

BAB V: KONSEP ... 73

V.1. Konservasi Energi ... 73

V.2. Bekerja Sama Dengan Alam ... 74

V.3. Meminimalisir Sumber Daya Baru... 75

V.4. Ramah Terhadap Pengguna ... 75

V.5. Ramah Terhadap Lingkungan ... 77

BAB VI: LAMPIRAN ... 78

VI.1. Gambar Perancangan ... 78

VI.1.1. Site Plan ... 78

VI.1.2. Ground Plan ... 79

VI.1.3. Denah Pasar Lantai 1 ... 80

VI.1.4. Denah Pasar Lantai 2 ... 81


(7)

VI.1.6. Tampak ... 83

VI.1.7. Rencana Pondasi ... 85

VI.1.8. Rencana Pembalokan Lantai 2 ... 86

VI.1.9. Rencana Atap ... 87

VI.1.10. Detail Pondasi ... 88

VI.1.11. Detail Atap ... 89

VI.1.12. Ruko ... 90

VI.1.13. Pengelola ... 91

VI.1.14. Sky Cross ... 92

VI.1.15. Detail U1 ... 94

VI.1.16. Water Tower ... 95

VI.1.17. Drainase ... 96

VI.1.18. Daerah Pengelola ... 98

VI.1.19. Biogas dan Water Waste Plan ... 99

VI.1.20. Skematik ... 100

VI.1.21. Listrik ... 101

VI.2. Maket/3 Dimensi ... 103


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek ... 15

Gambar 2.2. Pertimbangan Pemilihan Lokasi ... 17

Gambar 2.3. Peta Pencapaian Lokasi ... 18

Gambar 2.4. Peta Area Pelayanan ... 19

Gambar 2.5. Analisa Pemilihan Lokasi ... 20

Gambar 2.6. Dimensi Site ... 20

Gambar 2.7. GSB Eksisting ... 22

Gambar 2.8. Peta Ketinggian Bangunan ... 23

Gambar 2.9. Kondisi Eksisting ... 24

Gambar 2.10. Peta Satelit Pasar Beringharjo ... 30

Gambar 2.11. Tampak Depan Pasar Beringharjo ... 30

Gambar 2.12. Interior Pasar Beringharjo ... 31

Gambar 2.13. Peta Satelit Pasar BSD ... 32

Gambar 2.14. Tampak Depan Pasar BSD ... 32

Gambar 2.15. Situasi Loods di Pasar BSD ... 32

Gambar 2.16. Kondisi atap dan Sirkulasi Di Pasar BSD ... 33

Gambar 2.17. Tampak Depan ... 33

Gambar 2.18. Kondisi Interior ... 33

Gambar 2.19. Kondisi Atap Pasar Johar Semarang ... 34

Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park ... 41

Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park ... 41

Gambar 3.3. Roof Garden Sebagai Public Space Heping Park ... 41

Gambar 3.4. Potongan Bangunan Green Ring City ... 42


(9)

Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage ... 43

Gambar 3.7. Pintu Masuk River Frontage ... 43

Gambar 3.8. Eksterior Fukuoka ACROSS ... 44

Gambar 4.1. Kondisi Eksisting Tapak Perancangan` ... 45

Gambar 4.2. Kondisi GSB Eksisting ... 46

Gambar 4.3. Kondisi Ketinggian Bangunan Eksisting ... 46

Gambar 4.4. Kondisi Eksisting Tapak Sebelah Utara... 47

Gambar 4.5. Kondisi Eksisting Tapak Sebelah Selatan ... 48

Gambar 4.6. Kondisi Eksisting Tapak Sebelah Barat ... 48

Gambar 4.7. Kondisi Eksisting Tapak Sebelah Timur ... 49

Gambar 4.8. Jalur Pencapaian Menuju Site Perancangan ... 50

Gambar 4.8. Jalur Pedestrian Sekitar Site ... 51

Gambar 4.9. Zoning Kondisi Eksisting ... 53

Gambar 4.10. Sirkulasi Dalam Loods ... 53

Gambar 4.11. Sirkulasi Antar Kios ... 54

Gambar 4.12. Kondisi Sirkulasi Parkir Pasar Sei Sikambing ... 54

Gambar 4.13. Gambar Analisa Orientasi Bangunan ... 55

Gambar 4.14. Gambar Analisa Kondisi Matahari ... 57

Gambar 4.15. Gambar Kondisi Vegetasi Sekitar Site... 58

Gambar 4.16. Drainase Pasar Sei Sikambing ... 68

Gambar 4.17. Kondisi Pemipaan Air Bersih ... 69

Gambar 4.18. Kondisi Saluran Pembuangan Air Kotor ... 69


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan ... 17

Tabel 2.2. Tabel Jenis Dagangan Pasar Swasta ... 28

Tabel 2.3. Tabel Jumlah Kios Pasar Sei Sikambing ... 28

Tabel 2.4. Tabel jenis Dagangan Pasar Sei Sikambing ... 29

Tabel 4.1. Tabel Pengelompokan Ruang ... 61

Tabel 4.2. Tabel Kebutuhan Ruang ... 65

Tabel 4.3. Tabel Kebutuhan Parkir ... 66


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan salah satu tempat untuk melakukan transaksi jual beli yang masih menggunakan sistem secara tradisional, dimana adanya interaksi dan tawar menawar anata penjual dengan pembeli. Namun keberadaan pasar ini di berbagai wilayah Indonesia sebagian besar tidak dirawat dan cenderung terbengkalai. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dahulu masyarakat banyak mendapatkannya melalui pedagang eceran yang terdapat di Pasar tradisonal ini. Namun seiring berkembangnya kota dan perekonomian, perdagangan eceran juga mengalami perkembangan dengan munculnya perdagangan eceran modern di Indonesia pada tahun 1970-an dengan munculnya pasar swalayan dalam bentuk supermarket (Sulistyowati, 1999).

Pertumbuhan Pasar modern seperti supermarket dan swalayan secara tidak langsung memberi dampak berkurangnya pengunjung Pasar Tradisional, ditambah lagi kurang terawatnya fasilitas Pasar Tradisional yang ada menyebabkan banyak orang lebih memilih Pasar modern yang jauh lebih nyaman dan lebih efektif.

Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama, yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya tidak sedikit pasar tradisional yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Dan sebagian yang bertahan juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah Pasar Sei Sikambing. Banyak pedagang cenderung memilih untuk berjualan di dekat area pintu masuk atau yang mudah dijangkau oleh pembeli, sebagai imbasnya area yang telah tersedia dalam gedung pasar banyak yang kosong dan beralih fungsi menjadi tempat sampah. Bukan hanya itu saja, kondisi fisik yang sudah tidak layak menyebabkan banyak orang tidak mau berbelanja di Pasar Tradisional.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya. Perbaikan kondisi fisik pasar meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar,


(12)

pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar.

Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern, dibutuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing ini antara lain:

• Menciptakan wadah berjualan yang lebih layak dan efektif bagi pedagang Pasar Tradisional.

• Menciptakan Pasar yang nyaman dan bersih, serta dapat memberi Kontribusi terhadap pendapatan daerah.

• Menciptakan pasar yang Ramah Lingkungan

• Mengubah persepsi masyarakat terhadap kondisi Pasar Tradisional yang panas, sumpek dan bau.

• Menciptakan lingkungan Pasar yang mampu mengatasi permasalahan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan masalah perparkiran.

I.3. Masalah Perencanaan

Masalah perancangan yang berhubungan dengan kasus proyek antara lain :

• Bagaimana menerapkan tema perancangan terhadap desainan bangunan.

• Pengaturan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan perparkiran sehingga tidak terjadi crossing yang mengakibatkan kemacetan.

• Bagaimana menyusun organisasi ruang agar ruang dalam pasar dapat menjadi sequence yang dapat mengendalikan pola pergerakan pengunjung.


(13)

• Bagaimana memadukan ruang dalam dan ruang luar agar dapat menciptakan keharmonisan dalam desain.

• Bagaimana cara peletakan fasilitas-fasilitas pendukung agar tidak menggagu peletakan fasilitas utama.

I.4. Pendekatan Masalah

Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain akhir Proyek “Pengembangan Kawasan Pasar Tradisional Sei Sikambing” ini antaralain adalah:

- Survey : Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi prancangan agar dapat menyimpulkan permasalahan yang terdapat di sekitar maupun di dalam site perancangan.


(14)

- Pengumpulan Data : Melakukan pengumpulan data terkait teori-teori yang terkait dengan judul maupun tema perancangan. Serta mengumpulkan faakta-fakta yang terkait dengan site perancangan.

- Analisa Data : Menganalisis data yang telah diperoleh agar dapat memecahkan masalah yang terdapat di dalam maupun di luar site perancangan.

- Konsep : Mengembangkan prospek terkait solusi yang telah didapat dari permasalahan site yang ada, yang kemudian dibuat dalam bentuk konsep perancangan.

- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik Kawasan Pasar Sei Sikambing.

I.5. Lingkup/Batasan

Lingkup perencanaan mencakup area Pasar Sei Sikambing dan kawasan Rumah Toko di sekitarnya. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan “Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing” dengan menerapkan gagasan Green Architecture untuk memperoleh desain pasar dengan tingkat fleksibilitas, kenyamanan, keamanan, efektifitas yang tinggi utililitas dan sirkulasi yang baik serta memberi kontribusi positif terhadap permasalahan lingkungan saat ini.


(15)

I.6. Kerangka Berfikir

`

Latar Belakang

Tema

Pendekatan Perancangan

Maksud dan Tujuan Sasaran

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Studi Literatur

Analisa

Survey

Data Fisik

Data Non Fisik

Dokumentasi Kriteria

Desain

Kriteria Perancangan

Potensi

Masalah Prospek

Konsep

Pra Rancangan


(16)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan

judul, permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan

batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.

BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis /

pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada

bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional

dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan konsep dasar perencanaan bangunan.


(17)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Terminologi Judul

Judul kasus yang dimbil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing”, untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

II.1.1. Pengertian Judul

Pengembangan bisa berupa pembangunan kembali adalah upaya penataan

kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari, atau seluruh unsur-unsur lama dari kawasan kota tersebut dengan unsur-unsur kota yang lebih baru dengan tujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan kawasan tersebut.

Maksud dari proses pembangunan kembali tergantung kepada kondisi wilayah yang akan diremajakan, pada dasarnya menyangkut tiga hal pokok :

1. Memberikan vitalitas baru

2. Meningkatkan vitalitas yang ada

3. Menghidupkan kembali vitalitas yang lama telah pudar

Tujuan tersebut dimaksudkan agar wilayah yang diremajakan tersebut dapat menyumbang kontribusi yang lebih positif kepada kehidupan kota baik dilihat dari segi ekonomi, sosial budaya, fisik, dan bahkan segi politik. Upaya peremajaan umumnya selalu mengambil tempat pada kawasan yang dianggap memiliki potensi ekonomi yang paling besar untuk dikembangkan.

Selain dari dampak yang bersifat membangun, redevelopmen juga dapat menimbulkan dampak-dampak negatif, antara lain :

1. Aspek fisik : lenyapnya unsur-unsur fisik kota yang tadinya telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dapat menimbulkan dampak psikologis pada masyarakat, misalnya hilangnya sumber-sumber fisik yang biasa dipakai sebagai patokan untuk berorientasi dalam kota.


(18)

2. Aspek ekonomis : tergusurnya sarana ekonomi yang masih berfungsi kendati dianggap kurang memadai terutama yang menyangkut kehidupan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah

3. Aspek budaya : hilangnya bangunan tua yang memiliki arti sejarah maupun nilai-nilai arsitektur yang biasa menjadi landmark kota

4. Aspek sosial : tergusurnya masyarakat penghuni ke tempat yang lebih jauh dari sumber mata pencaharian semula.

5. Aspek politis : penanganan yang kurang baik dalam hal pembebasan tanah dan proses relokasi penduduk sering menimbulkan kegiatan-kegiatan yang secara politis sangat peka.

Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa,

antara lain :

1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.

2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari lamanya

Sei Sikambing, merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan

Medan Helvetia, Kota Medan.

Jadi dapat simpulkan pengertian dari ”Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing” adalah ”Pembangunan kembali Kawasan Pasar Sei Sikambing

dengan menambah luasan, yang diperuntukkan sebagai tempat berjual beli (kawasan Sei Sikambing) yang bertujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan pasar serta lingkungan di Sekitar Pasar. ”

II.1.2. Klasifikasi Pasar

Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis pasar berdasarkan klasifikasinya.


(19)

a. Pasar nyata/ konkret. Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli barang-barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan, sayur, dll

b. Pasar abstrak. Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi, dll

- Menurut pelayanan dan area administrasi pemerintahan pasar dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar lingkungan. Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari.

b. Pasar wilayah. Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan.

c. Pasar kota. Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana barang-barang yang diperjualbelikan lengkap.

d. Pasar regional. Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya.

e. Pasar perumahan. Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT.

- Menurut sifat barang yang dijual pasar dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar induk. Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir dan pusat-pusat.

b. Pasar Eceran. Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau eceran.

c. Pasar khusus. Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah, dll


(20)

- Menurut waktu berlangsungnya jual beli (waktu operasinya) pasar dibagi kedalam beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari d. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari

e. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.

- Secara operasional, pasar dibagi menjadi beberapa bagian, diantaanya: a. Pasar perusahaan daerah

b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas

c. Pasar tidak resmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah

d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat penjajaan hasil kerajinan rakyat

e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi

f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta

- Berdasarkan jenis pelayanannya, pasar dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar Tradisional. Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawar menawar harga barang dan jasa. b. Pasar Khusus:

• Produk yang ditawarkan berupa satu atau beberapa produk barang tertentu saja.

• Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah penunjang dari produk utama.

• Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat mungkin merata.


(21)

• Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum

• Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi.

c. Pasar Modern. Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang maksimal

d. Pasar wisata. Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung terhadap market tersebut, yaitu :

• Potensi wisata pada kawasan wisata

• Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut

• Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata

• Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata

II.1.3. Unsur-Unsur Pokok Yang Terdapat Dalam Pasar

A. Konsumen

Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali. Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain :

a. Daya beli atau tingkat pendapatan

b. Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja c. Waktu yang tersedia

d. Tingkah laku adat dan kebiasaan B. Lembaga Perdagangan/Wadah

Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Keuntungan yang relatif baik b. Harga dan biaya penjualan c. Cara pelayanan

d. Suplai barang yang diperdagangkan C. Barang


(22)

Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 :

a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang

dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.

c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll

d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll

II.1.4. Materi Yang Diperjual Belikan Di Dalam Pasar

Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya :

A. Jenis materi yang diperjual belikan

a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri b. bahan sandang / tekstil

c. kebutuhan rekreasi

B. Sifat barang yang diperjual belikan: a. Basah

b. Kering c. Tahan lama

C. Tingkat urgensi materi perdagangan

a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good) b. barang kebutuhan berkala (convinience good)

II.1.5. Unsur-Unsur Penunjang Pasar

Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar, unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta :


(23)

A. Pemerintah

Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anggaran daerah atau inpres.

B. Pengelola

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah menunjuk : a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau

b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran

Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain: a. Memelihara kebersihan

b. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar

c. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

C. Bank

Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll

D. Swasta

Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masayarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari.

II.2. Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada


(24)

yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

b. Kelompok pedagang

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual brang kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang memanfaatkan ruang toko atau pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola

c. Kelompok Pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan, kenyamanan, kemudahan dan keamanan


(25)

II.3. Lokasi

Lokasi proyek Tugas Akhir “Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing” ini terletak di Kelurahan Sei Sikambing, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara.

II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai permasalahan lokasi ini adalah alasan

Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek Sumber: Olah Data Primer


(26)

apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat perbelanjaan yang lebih modern dan masih mempertahankan konsep berbelanja secara tradisional.

II.3.1.1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Berdasarkan RUTRK Kota Medan, maka wilayah kota Medan dapat dibagi menjadi 5 wilayah pengembangan dan pembangunan (WPP), berikut akan disajikan arah pengembangan dari masing-masing WPP :

Tabel Wilayah Pembangunan dan Pengembangan kota Medan WPP Cakupan

Kecamatan Pusat Pengembangan Peruntukan Lahan Program Pembangunan

A M. Belawan M. Marelan M. Labuhan

BELAWAN Pelabuhan,

Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim.

Jalan baru, jaringan air minum,

septic tank, sarana pendidikan dan permukiman.

B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran,

Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman.

Jalan baru, jaringan air minum,

pembuangan

sampah, sarana pendidikan.

C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas

AKSARA Permukiman,

Perdagangan, Rekreasi.

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesahatan.

D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M. Polonia

INTI KOTA CBD, Pusat

Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.


(27)

Rekreasi Indoor, Permukiman. E M. Barat

M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan SEI SIKAMBING Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota. Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan

dankesehatan.

Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan (Sumber: RUTRK Medan 2005)

Kawasan Pasar Sei Sikambing berada pada WPP E. Arah pengembangan pada wilayah ini adalah sebagai wilayah Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, dan Hutan Kota. Keberadaan Pasar Sei Sikambing sangat tepat karena berada di wilayah yang berorientasi pada wilayah Perdagangan dan dekat dengan permukiman penduduk.

II.3.1.2. Pencapaian

Lokasi site berada di jalan Gatot Subroto, sangat efisien untuk pencapaian karena banyak dilalui oleh angkutan umum, kendaraan, maupun truk barang. Untuk

Permukiman Penduduk

Retail/ Perumahan Retail + Permukiman Penduduk

Retail + Permukiman Penduduk

SITE


(28)

para pejalan kaki, site sangat mudah dijangkau karena banyak dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum.

Site Kawasan Pasar Sei Sikambing ini dilalui oleh 2 jalur utama: 1. Jalan Gatot Subroto

2. Jalan Kapten Muslim

II.3.1.3. Area Pelayanan Pasar Sei Sikambing

Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Sei Sikambing adalah Kelas II, tepatnya adalah Pasar

Kotamadya Medan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar Sei

Sikambing memiliki kriterial sebagai berikut :

- Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center.

- Poupulasi pelayanan : 20.000 – 70.000 jiwa

SITE

Jalur Utama Jalur Sekunder Site

Jalan Budi Luhur

Jalur Sekunder Jalan Kapten Muslim

Jalur Sekunder Site

Jalan Gatot Subroto

Keterangan:


(29)

- Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km - Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan

II.3.2. Analisa Pemilihan Lokasi

Pada site ini, lokasi merupakan lokasi tunggal, dikarenakan ini termasuk ke dalam proses redevelopmen. Sehingga tidak akan ada site lainnya sebagai pembanding. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :

1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap.

2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak

3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki

Pasar Hevetia

Plaza Milenium

Pasar Sei Sikambing


(30)

4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

II.3.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi II.2.3.1 Luas lahan

Pasar Sei Sikambing yang ada saat ini bukan seutuhnya dikelola oleh Perusahaan Daerah Kota Medan tetapi juga sebagiannya dikelola oleh pihak Swasta. Luas gabungan dari keduanya mencapai ± 22.000 m2, tetapi yang dikelola pleh PD. Pasar hanya seluas 6.166 m2.

Merupakan kawasan permukiman penduduk, sehingga pasar ini memiliki pelanggan yang tetap.

Dilalui oleh Jl. Gatot Subroto dan Kapten Muslim yang banyak dilalui oleh banyak jenis angkutan umum.

203,6 M

170,8 M 115

118 Site

Gambar 2.5. Analisa Pemilihan Lokasi


(31)

Site ini terletak pada kecamatan Medan Helvetia. Termasuk kedalam wilayah pengembangan yang berorientasi sebagai area Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, dan Hutan Kota. Adapun site ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain :

- Kelebihan:

1. Berada pada salah satu jalan utama di kecamatan Medan Helvetia yaitu jalan Gatot Subroto.

2. Pencapaian yang mudah karena banyak dilalui oleh berbagai jenis kendaraan maupun angkutan umum.

3. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai.

- Kelemahan

1. Memiliki arus lalu lintas yang padat sehingga sangat sulit memarkirkan kendaraan di sekitar site.

2. Lahan parkir yang sangat terbatas mengakibabkan banyak kendaraan di badan jalan sehingga menimbulkan kemacetan.

3. Tidak tersedianya pemberhentian angkutan umum maupun selter becak yang tetap mengakibabkan mereka berhenti dan menunggu penumpang di sembarang tempat.

4. Utilitas bangunan yang tidak terawat menimbulkan bau yang tidak sedap. Dan kadang menimbulkan banjir dan genangan air.

II.3.3.2. Peraturan Site

1. Land Use (RDTRK) : rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan

syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.

Kawasan Pasar Sei Sikambing sudah tepat berada pada wilayah perdagangan sesuai dengan WPP yang ada saat ini.


(32)

2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan

dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2xlebar jalan) + 1.

GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan dalam penjelasan di atas, yaitu :

GSB sebelah Utara: (1/2x 3,5m) + 1 = 2,75m

GSB sebelah Timur (Jl. Kapten Muslim): (1/2x 18m) + 1 = 10 m

GSB sebelah Selatan (Jl. Gatot Subroto): (1/2x 20m) + 1 = 11m

Namun GSB yang terdapat pada kawasan perancangan pada saat ini adalah sebagai berikut:

3. BC = Building Coverage (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan

tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %

Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 22.000 m2 = 19.800 m2 GSB 4-12

Tidak Ada GSB GSB 3-9 m

GSB 2-15

GSB 2-18

GSB 15-19 GSB 4-7 m


(33)

4. FAR = Floor Area Ratio (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu perbandingan

luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.

Untuk daerah di sekitar Pasar Sei Sikambing, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 2-3 lantai. Dengan KDB sekitar 90 % maka dengan kata lain KLB bisa mencapai 200 % - 300 %.

II.3.3.3. Ketinggian Bangunan

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui ketinggian bangunan di kawasan Pasar Sei Sikambing. Penyajiannya adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian Bangunan Pasar Sei Sikambing

Ketinggian bangunan Pasar Sei Sikambing adalah bangunan 1 lantai. Mulai dari kios hingga loods semuanya hampir sama ketinggiannya.

2. Ketinggian Bangunan di sekitar Pasar Sei Sikambing

Bangunan di sekitar pasar sei sikambing rata-rata adalah bangunan rumah toko dan permukiman penduduk. Ketinggiannya bervariasi, mulai dari 1 hinnga yang paling tinggi adalah 3 lantai. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut.

1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai Keterangan:


(34)

II.3.3.4. Eksisting

Tapak terletak di Jl. Gatot Subroto, di samping Jl. Kapten Muslim. Tapak terletak di Kecamatan Medan Helvetia dengan KDB di kawasan tersebut sebesar 73%, dengan luasan site sekitar 22.000 m2. Berikut akan dijelaskan kondisi tapak di sekitar site.

II.4. Tinjauan Fungsi

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Keadaan lalulintas di sekitar site yang cukup padat, disebabkan site dilalui ooleh 2 jalan utama, yakni Gatot Subroto dan Kapten Muslim

Keadaan PKL di sekitar Site yang kurang tertata, mengakibatkan kemacetan.

Di sekitar site dipenuhi oleh bangunan rumah toko, dengan ketinggian 2-3 lantai.

Kondisi PKL di tepi Jl. Kapt. Muslim. Masalah PKL merupakan masalah yang banyak ditemui di pasar ini. Gambar 2.9. Kondisi Eksisting


(35)

Pelaku pada proyek ”Redevelopmen Kawasan Pasar Sei Sikambing” ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar. Pelakunya antara lain :

• Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar (dalam kota), maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar.

• Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar.

• Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar. Kegiatannya antara lain :

• Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini. Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik dalam benutk kios, los, retail, maupun pameran.

Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini pembeli akan membayar untuk barang yang diingininya.

Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku yang terdapat di komplek bangunan ini :

II.4.1.1. Deskripsi Kegiatan Pasar Sei Sikambing

Pemanfaatan pasar untuk berbagai kegiatan transaksi menjadi optimal, karena produktifitas di pasar yang sangat tinggi. Terjadi pembagian waktu yang cukup rapi dan tertib:

• Pukul 05.30 s/d 09.00 aktifitas pasar dimulai oleh para pedagang kaki lima khusus makanan sarapan/jajanan pasar. Pedagang jenis ini mulai dari sebelum fajar sudah mengambil posisi dagangannya di pasar.

• Pukul 04.00 s/d 17.00 aktifitas dimulai oleh para pedagang kios dan lapak penjual makanan khas, kegiatan dimulai dari mempersiapkan barang dagangan hingga menawarkannya kepada para pembeli.

• Pukul 06.00 s/d 24.00 dipakai oleh pengguna Ruko di sekitar Pasar Sei Sikambing. Para pengguna ruko ini memulai aktifitasnya dari membuka


(36)

toko, mempersiapkan barang dagangan, melakukan pengecekan barang, menawarkan kepada pembeli, hingga tutup kembali.

• Pukul 16.00 s/d 01.00 aktifitas banyak dilakukan oleh pedagang kafe tenda, mereka memulai aktifitas dari memasang tenda, menata kursi, melayani pembeli, hingga membongkar tendanya kembali.

II.4.2. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam perancangan pasar, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :

1. Fleksibilitas

Secara harafiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Pemilihan sisitem struktur b. Pembagian ruang

c. Ketinggian ruang

d. Tata letak stan, kios, dan lods 2. Kenyamanan

Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusaat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.

3. Sirkulasi

Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan sirkulasi bangunan servis bangunan. Kebutuhan ruang dari pasar tradisional dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ruang utama, pendukung, pelengkap, dan servis, dimana pembagian masing-masing kelompok diuraikan sebagai berikut:


(37)

2. Ruang Pendukung, yakni Kantor Pengelola dan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera).

3. Pelengkap, yakni Ruang Terbuka Hijau, Toilet, Mushalla, ATM Center, Pelayanan Kesehatan, dan Tempat Penitipan Anak.

4. Servis, yakni Loading deck, Ruang kontrol Panel, Tempat Sampah Sementara, Ruang Genset, Pos Jaga, Parkir.

Berdasaran data dan survey yang dilakukan, diperolehlah data jumlah pedagang yang terdapat di Kawasan Pasar Sei Sikambing. Pasar yang merupakan milik swasta terdiri dari kios, lods, ruko, dan PKL. Kios berukuran 3 x 3m, lods berukuran 2 x 2m, ruko berukuran 4 x 20m.

Jenis Dagangan Yang dikelola Pasar Swasta

No. Jenis Dagangan Kios Lods PKL Jumlah

1 Sayur Mayur - 5 76 81

2 Buah-Buahan - 6 36 42

3 Bumbu dapur 5 - 7 12

4 Cabe, Bawang 8 4 8 12

5 Kelapa 4 - 15 19

6 Telur 6 - 2 8

7 Tahu/Tempe/Toge - 8 8 16

8 Kerupuk - - 1 2

9 Daging Lembu, Kambing 2 - - 2

10 Ayam 5 - 9 14

11 Ikan Basah - 15 8 37

12 Ikan Asin - 8 - 9

13 Mie 3 - - 3

14 Kedai sampah 10 - - 10

15 Peralatan dapur 5 - - 5

16 Pakaian, kain - - - 13

17 Pakaian Bekas - - 2 2


(38)

19 Makanan, Minuman 3 - 7 10

20 Emas 4 - - 4

21 Kaset, VCD - - 1 1

22 Topi, Jam, Ikat Pinggang - - 1 1

23 Alat Tulis - - - 1

24 Aksesoris - - - 2

25 Tanaman - - 1 1

26 Lukisan - - 1 1

27 Bengkel - - 2 2

Total 55 46 186 287

Untuk pasar yang dikelola oleh PD pasar terdiri dari kios berukuran 3 x 4m dan 2 x 2m, sedangkan lods berukuran 2 x 2m. Berikut jumlah kios dan lods yang dikelola oleh PD Pasar diperoleh dari data yang ada.

No. Jenis Buka Tutup Lak Cabut Jlh. Keterangan

1 Blok A 117 - - - 116

2 Blok B 94 - - - 94

3 Blok C 66 - - - 66

4 Loods 1 131 - - - 131

5 Loods 2 125 - - - 125

6 Loods 3 114 - - - 114

Jumlah 647 - - - 646

Untuk jenis barang dagangan, Pengelola PD pasar menjabarkannya pada tabel di bawah ini:

No. Jenis Dagangan Kios Loods Jumlah

1 Emas 30 - 30

2 Kaca Mata 1 - 1

3 Kedai sampah 6 - 6

4 Sayuran dan Buah - 139 139

Tabel 2.2. Tabel Jenis Dagangan Pasar Swasta Sumber: Survey Pribadi

Tabel 2.3. Tabel Jumlah Kios Pasar Sei Sikambing Sumber: PD. Pasar


(39)

5 Bumbu 6 62 68

6 Nasi, Mie, Minuman - 30 30

7 Aksesoris - 7 7

8 Baju 197 - 197

9 Peralatan Dapur 5 - 5

10 Sepatu 11 17 28

11 Tas 5 11 16

12 Mainan 2 - 2

13 Guci 1 - 1

14 Kain 4 30 34

15 Jajanan 2 - 2

16 Kosmetik 7 - 7

17 Daging - 56 56

18 Penjahit - 18 18

Total 277 370 647

II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis

II.5.1. Pasar Beringharjo Yogyakarta

Pasar beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta. Dalam pasar ini, diatur dengan jelas pengelompokan jenis barang dagangan yang dijual. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang diinginkan.

Tabel 2.4. Tabel jenis Dagangan Pasar Sei Sikambing Sumber: PD. Pasar

Gambar 2.10. Peta Satelit Pasar Beringharjo Sumber: Website

Gambar 2.11. Tampak Depan Pasar Beringharjo Sumber: Website


(40)

Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang dapat diambil dari pasar ini sebagai contoh studi banding, karena desain pasar yang akan dihasilkan adalah suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip ”bau dan kotor”. Karena kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional.

Pembangunan pasar ini merupakan salah satu bagian dari rancang bangun pola tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi. Secara penempatan, Pasar Beringharjo berada di bagian luar bangunan Keraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di utara Alun-alun Utara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas pasar Beringharjo Yogyakarta, luas tanah pasar Beringharjo Timur 12,502 M2, luas bangunan pasar 27,721,49 M2, dan luas lahan dasaran 10,696,32 M2. Dengan luas yang sebanyak itu pasar Beringharjo Timur menanpung pedagan sejumlah 2.730 orang. Dari sejumlah pedagang tersebut, kebanyakan pedagang berasal dari Yogyakarta, tetapi sebagian para pedagang juga berasal dari luar jogja, seperti Bandung, Jakarta, Jawa Timur, dan lain-lain. Pasar beringharjo Timur di buka setiap hari pada waktu 05:00 sampai dengan 17:00 WIB. Para pedagang pasar Beringharjo Timur menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayura-sayura, buah-buahan, emping, krupuk, daging, ayam dan lain-lain. Selain itu terdapat penjual tas-tas dan sepatu.

Gambar 2.12. Interior Pasar Beringharjo Sumber: Website


(41)

Pasar Beringharjo Timur mempunyai terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:

• Tempat parkir

• Mushola

• Kamar mandi atau WC sejumlah 15

• Kios

• Tempat dagang los sebanyak 3.006

• Tempat penitipan anak

• Kantor pengelolaan pasar

• Tempat layanan kesehatan

• Alat pemadam kebakaran

II.5.2. Pasar BSD Jakarta

Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif.

Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem

Gambar 2.13. Peta Satelit Pasar BSD Sumber: Website

Gambar 2.14. Tampak Depan Pasar BSD Sumber: Website


(42)

sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.

Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini.

II.5.3. Pasar Johar Semarang

Pasar Johar terletak di Jalan H Agus Salim, wilayah Kota Lama Semarang. Bangunan seluas 15.003,50 meter persegi , selesai didirikan pada tahun 1939 oleh Arsitek Belanda Ir Thomas Karsten.

Gambar 2.15. Situasi Loods di Pasar BSD Sumber: Website

Gambar 2.16. Kondisi atap dan Sirkulasi Di Pasar BSD Sumber: Website


(43)

Pasar Johar menjadi icon Bangunan Tropis. Tanpa pendingin udara atau AC, suasana di dalam Pasar Johar, Kota Semarang,Jawa Tengah, masih terasa segar. Ini berkat konstruksi atap cendawan dengan langit-langit tinggi yang menjamin sirkulasi udara. Memanfaatkan penerangan alami dari sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Dan merupakan Bangunan hemat energi yang patut ditiru untuk bangunan di daerah tropis. Konstruksi pemecahan bentang lebar dan struktur beton bertulang berbentuk cendawan dinilai berhasil menciptakan bangunan yang bersahabat dengan iklim tropis. Cahaya matahari yang bersinar setiap bulan dan tahun, serta kelembaban tinggi, dapat diatasi dengan desain bangunan yang tinggi serta banyak ventilasi.

Gambar 2.17. Tampak Depan Pasar Johar Semarang

Sumber: Website

Gambar 2.18. Kondisi Interior Pasar Johar Semarang

Sumber: Website

Gambar 2.19. Kondisi Atap Pasar Johar Semarang Sumber: Website


(44)

Pondasi dan pelapis lantai menggunakan batu andesit yang terkenal kokoh menahan beban. Pemikiran lebih jauh Karsten saat itu adalah batu andesit mudah dibersihkan sehingga cocok dengan kondisi pasar tradisional yang mudah kotor.


(45)

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian

Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing adalah melalui pendekatan Arsitektur Hijau (Green Architecture).

Kata Green, berasal dari bahasa inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan dan alam.

Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal. Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri.

Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan).

Ciri-ciri Green Architecture diantaranya:

• Peka terhadap lingkungan.

• Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin).

• Mengusahakan pencahayaan alami.

• Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri.

• Mengusahakan penghawaan alami.

• Memakai material daur ulang atau material yang ekologis.

Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat egiatan yang terjadi di kawasan proyek.


(46)

Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni:

1. Konservasi energi

• Meminimalkan penggunaan energi.

• Perlindungan terhadap sumber daya alam.

• Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan rekreasi.

• Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya.

• Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek.

2. Bekerja sama dengan iklim

• Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam.

• Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

• Pencahayaan alami pada siang hari.

• Penghawaan alami.

3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru

• Penggunaan material daur ulang.

• Penggunaan material yang dapat diperbaharui.

• Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya.

• Penggunaan material yang ramah lingkungan. 4. Ramah /menghargai pengguna di dalamnya

• Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan prinsip-prinsip green architecture.

5. Menghargai site

• Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.


(47)

• Interaksi bangunan terhadap site. 6. Holistik

• Seluruh prinsip-prinsip green architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun.

Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang

memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibatpembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor lingkungan.

Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan yang akan dirancang.

Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat menjawab beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini.

III.2. Interpretasi Tema

Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan ketersediaan lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan.

Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau (Green City). Selain itu polusi yang timbul juga menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut.


(48)

Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang harus ramah lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi terhadap lingkungan. Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan.

Green Architecture Dalam Konteks Kota Medan

Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik (Restra) Kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi:

“Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup”

Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota medan yang menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap perencanaan dan perancangan arsitektur kotanya.

Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan ruang terbuka hijau.

Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing akan diterapkan konsep green architecture.

Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

• Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan terbangun yang sesuai.

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40:60 %. Hal tesebut tercantum dalam KDH (koefisien Dasar Hijau) yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan gedung diperuntukkan bagi


(49)

pertamanan/ penghijauan dan luas tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai.

• Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik

Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang secara otomatis akan mengurangi dampak pemanasan global.

Mengembangkan bangunan hijau (Green Building)

Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut:

- Membuat atap Hijau (Roof-Garden)

- Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada tempat yang tepat

- Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration, dan sebaginya.

- Menghadirkan taman pada bangunan.

- Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan - Melakukan penanganan limbah yang efektif

- Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat pemakaian air

- Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy.

Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah

Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses pendaur ulangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah.

III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini. Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga


(50)

limbah yang muncul, menyebabkan perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi jual beli maka diperlukan suatu pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan.

Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini mengharuskan Kota Medan memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan dapat memanfaatkan sumber energy alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Sei Sikambing” merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kondisi pasar yang ada saat ini. Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu memecahkan berbagai permasalahan lingungan, seperti penghematan energy sampai pengolahan limbah.

Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat menegah ke atas.

Dengan adanya Pengembangan Pasar Sei Sikambing yang menerapkan konsep green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang maupun pembeli. Serta dapat memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan.

III.4. Studi banding Tema Sejenis III.4.1.Heping Park, Tianjin, Cina

Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China. Melukiskan pita tumbuh-tumbuhan yang melukiskan zona atap. Proyek diberi tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh-tumbuhan setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih tinggi mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang


(51)

menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran bawah.

Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan oleh ruang ruang hijau pada atap (Green Roof), terlihat jelas bagaimana bangunan juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga pemanfaatan lahan menjadi sangat efektif.

III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo (Korea Selatan)

Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: Website

Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park

Sumber: Website

Gambar 3.3. Roof Garden Sebagai Public Space Heping Park


(52)

Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota baru yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea.

Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian dari bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.”

Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang juga berfungsi sebagai teras outdoor.

Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial 200.000m2, Perkantoran 48.000m2, retail sebesar 200.000m2, serta pusat rekreasi dan sarana edukasi sebesar 200.000m2.

III.4.3. River Frontage Green Building (Uzbekistan)

Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan

Gambar 3.4. Potongan Bangunan Green Ring City Sumber: Website

Gambar 3.5. Bentuk Bangunan Green Ring City (Sumber: Web)


(53)

hijau, dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan sebagai gedung kantor dan spa.

Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies. Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam gedung dan menciptakan suasana segar.

III.4.4. Fukuoka ACROS (Jepang)

Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi

Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage (Sumber: Web)


(54)

seperti sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman.

Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi, arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di sekitarnya Teras taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies.

Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi menjadi taman untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi.


(55)

BAB IV

ANALISA

IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Site

Berikut ini akan dipaparkan data serta keterangan informasi yang berhubungan dengan site:

Batas-Batas Site:

Utara : Jalan (Permukiman Penduduk) Selatan : Jalan Gatot Subroto (Perumahan) Barat : Permukiman Penduduk+Retail Timur : Jalan Kapt. Muslim + Retail

Berdasarkan data-data site di atas, maka dapat dikatakan bahwa site terletak di sekitar pemukiman penduduk, sehingga letak site ini sangat mendukung terhadap persentase penjualan pasar, karena memiliki konsumen yang tetap.

Namun keadaan ini tidak hanya bersifat menguntungkan, tetapi juga mempunyai efek negatif, antara lain dengan dekatnya pasar dengan pemukiman penduduk menyebabkan padatnya lalu lintas di sekitar pasar yang berujung kepada kemacetan.

Site

Jl. Lingkungan Jl. Kapt. Muslim

Jl. Gatot Subroto


(56)

Peraturan-Peraturan Site:

1. GSB (Garis Sempadan Bangunan)

Garis sempadan bangunan yang ada di sekitar site ini berhubungan erat dengan peraturan lainnya, yaitu koefisien dasar bangunan. Dikarenakan KDB yang besar di daerah ini (sekitar 80 % - 90 %) menyebabkan lebar GSB juga menjadi lebih kecil, karena lahan kebanyakan dipakai menjadi bangunan.

2. KLB (Koefisien Lantai Bangunan)

Koefisien Lantai Bangunan : Yaitu perbandingan luas tapak dan klasifikasi

yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat. Untuk daerah di sekitar Pasar Sei Sikambing, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 2-3 lantai. Dengan KDB sekitar 90 % maka dengan kata lain KLB bisa mencapai 200% - 300%.

GSB 4-12 Tidak Ada GSB 3-9

GSB 2-15

GSB 2-18

GSB 15-19 GSB 4-7

1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai Keterang

Gambar 4.2. Kondisi GSB Eksisting


(57)

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa ketinggian rata-rata bangunan di sekitar site adalah 1-3 lantai. Sehingga berdasarkan data tersebut hal yang dapat disimpulkan antara lain :

a. Bangunan yang akan didesain nantinya tidak boleh memiliki ketinggian yang terlalu jauh dari rata-rata bangunan, sehingga memiliki keharmonisan dengan lingkungan sekitar.

b. Karena bangunan yang akan didesain merupakan bangunan Pasar Tradisional, maka jumlah lantai yang akan dirancang harus diperhatikan.

3. KDB (Koefisien Dasar Bangunan)

Building Coverage (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan

tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perdagangan, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %. Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 22.000 m2 = 19.800 m2

4. Kondisi Eksisting

Kondisi Eksisting di sebelah utara site merupakan jalan kecil yang dipenuhi oleh pedagang-pedagang yang dikelola oleh swasta. Para pedagang berjualan disepanjang jalan dengan cara

membuka kios ataupun loods.


(58)

Kondisi Eksisting di sebelah selatan site berupa kawasan Retail berupa rumah toko yang masuk dalam sebuah komplek perumahan. Selain itu di sebelah selatan site juga terdapat Jl. Gatot Subroto yang merupakan jalan yang sangat padat kendaraan.

Kondisi Eksisting di sebelah barat site berupa Permukiman penduduk dan Rumah Toko. Selain itu terdapat pulah lahan kosong yang tidk terurus.

Gambar 4.5. Kondisi Eksisting Tapak Sebelah Selatan


(59)

IV.1.2. Analisa Pencapaian

Untuk analisa pencapaian akan dikelompokkan kedalam dua bagian, yakni Kendaraan dan Pejalan Kaki.

A. Kendaraan

Untuk kendaraan roda 2 dan roda 3 maupun angkutan umum dapat mencapai site perancangan melalui 2 jalan utama, yakni Jl. Gatot Subroto dan Jl. Kapt. Muslim. Kedua jalan ini merupakan jalanan yang sangat padat dan banyak dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum.

Untuk masyarakat yang datang dari arah barat dan timur seperti dari Kawasan Kampung lalang dan petisah dapat melalui alternatif jalur utama yakni Jl. Gatot Subroto.

Sedangkan untuk masyarakat yang datang dari arah utara dan selatan, seperti dari kawasan Dwikora dan Sunggal dapat melalui Jl. Kapten Muslim sebagai alternatif jalan utama.

Kondisi Eksisting di sebelah timur tak jauh berbeda dengan kondisi site di sebelah selatan, kondisi jalanan yang padat (jl. Kapt. Muslim) dan area Pertokoan serta banyak PKL yang berjualan di sepanjang Sisi site.


(60)

Untuk masyarakat pengguna angkutan umum berikut jenis-jenis angkutan umum yang dapat digunakan untuk mencapai Pasar Sei sikambing ini.

- Angkutan umum yang melalui Jl. Kapten Muslim

• Medan Bus 135

• Medan Bus 99

• KPUM 79

• KPUM 74

• KPUM 20

• KPUM 25

• MRX

- Angkutan umum yang melalui Jl. Gatot Subroto

• KPUM 64, 32, 23, 65, 63

• Mars 70

• Mekar Jaya 117

• Povri 13

SITE

Jalur Jalur Site Jalan Budi

Jalur

Jalan Kapten

Jalur Site

Jalan Gatot

Keteranga


(61)

Potensi:

Site merupakan kawasan yang banyak dilalui oleh berbagi jenis kendaraan, baik itu kendaraan pribadi maupu segala jenis angkutan umum. Sehingga sangat mudah bagi masyarakat untuk mencapai kawasan Pasar Sei Sikambing ini.

Masalah:

Banyaknya kendaraan yang melalui kawasan ini kerap menimbulkan kemacetan, karena angkutan umum yang melintas di kawasan ini sering berhenti sembarangan untuk menaikkan penumpang.

Solusi:

Untuk mengatasi kemacetan yang disebabkan angkutan umum tersebut dapat dirancang halte ataupun jalur khusus angkutan umum yang menjorok kedalam site sehingga para pengguna kendaraan lain yang melintas di kawasan ini tidak terganggu.

B. Pejalan Kaki

Jalur Pejalan Kaki Untuk para

penduduk yang datang dari Jl.

Benteng

Jalur Pejalan Kaki di sisi Jl. Kapten

Muslim

Jalur Pejalan Kaki Berupa Gg. Kecil yang

berada di tepi site

Halte untuk pejalan kaki yang terdapat di Jl.

Gatot Subroto


(62)

Tidak terdapat jalur pejalan kaki yang dirancang secara khusus pada kawasan ini. Walaupun ada rata-rata digunakan sebagai tempat untuk brdagang oleh para Pedagang Kaki Lima.

Potensi:

Site merupakan kawasan yang banyak dilalui oleh berbagi jenis angkutan umum. Sehingga sangat mudah bagi masyarakat untuk mencapai kawasan Pasar Sei Sikambing ini.

Masalah:

- Pemberhentian angkutan umum yang tidak teratur, sering mengakibatkan kemacetan.

- Sering terjadi konflik antara pejalan kaki dan kendaraan karena tidak terdapat jalur pedestrian yang layak bagi pejalan kaki sehingga keduanya terkesan saling berebut.

- Halte yang ada tidak mendukung pejalan kaki, karena berada di seberang pasar, masyarakat harus menyebrang sementara kondisi lalu lintas pada kawasan ini sangat padat.

Solusi:

- Merancang jalur berbeda antara pejalan kaki dan pengendara mobil. - Membuat jembatan penyebrangan untuk pejalan kaki yang turun di

seberang pasar, sehingga tidak mengganggu pengendara yang melintas.

IV.1.3. Analisa Sirkulasi

Analisa sirkulasi pada kawasan pasar sei sikambing ini akan dibagi kedalam dua bagian. Yakni kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut.

A. Kendaraan

Jalan yang dilalui oleh kendaraan pada kawasan ini, baik itu Jl. Gatot Subroto maupun Jl. Kapten Muslim merupakan jalan dua arah yang sangat padat. Jl.gatot subroto memiliki lebar ± 20 meter, dan Jl. Kapten Muslim selebar ±18 meter.


(63)

B. Pejalan Kaki Pada Pasar Sei Sikambing

- Sirkulasi Dalam Loods Pasar Sei Sikambing

Loods Basah dan Kering

Kios

Parkir

Sirkulasi di dalam lods kering maupun lods basah merupakan sirkulasi 2 arah, namun

ukuannya yang terlalu kecil menyebabkan pengunjung kesulitan melewatinya ketika kondisi pasar sedang ramai dikunjungi.

Gambar 4.9. Zoning Kondisi Eksisting

Gambar 4.10. Sirkulasi Dalam Loods


(64)

- Sirkulasi Antar Kios di Pasar Sei Sikambing

- Sirkulasi di Area Parkir

Sebagian besar kendaraan yang parkir di Area ini adalah kendaraan roda dua dan tiga, kondisinya cukup teratur, karena untuk sepeda motor dan becak sudah dibagi porsi parkirnya masing-masing.

Sama halnya seperti loods, sirkulasi antar kios pada pasar sei sikambing ini juga sangat sempit, karena sebagian pemilik kios juga meletakkan barang

dagangannya dengan memakai sebagian jalur sirkulasi.

Kios Kios

Gambar 4.11. Sirkulasi Antar Kios


(65)

Potensi:

Jumlah pengunjung yang mengunjungi Pasar ini masih cukup banyak, hal ini terbukti dari padatnya masyarakat, umumnya menegah kebawah, yang masih mau berbelanja di tempat ini mengingat hargnya yang masih merakyat.

Masalah:

- Kondisi sirkulasi yang ada saat ini tidak begitu memadai, menginat jumlah pengunjung yang datang pada waktu-waktu tertentu cukup banyak.

- Tidak menyediakan parkir untuk kendaraan roda 4, walaupun ada hanya disediakan untuk loading barang.

Solusi:

- Merancang sirkulasi yang baik di dalam bangunan guna memberi kenyamanan bagi pengunjung pasar.

- Memberi parkir bagi roda 4.

IV.1.4. Analisa View Bangunan

Untuk analisa view bangunan, maka akan dibagi menjadi 2 bagian besar, antara lain :

A. View ke Arah Bangunan (Ke dalam Site)

Site terletak di dua jalan utama, yaitu Jl. Gatot Subroto dan Jl. Kapt. Muslim. Kedua jalan ini merupakan jalan yang padat dilalui oleh kendaraan sehingga

Sisi bangunan yang tampak dari jalan

Arah View Arus lalu lintas

yang banyak dilalui kendaran

Keterangan:


(66)

bagian bangunan yang mengarah ke kedua jalan ini harus di ekspos, agar menarik perhatian masyarakat yang melintasinya.

B. View ke Luar Bangunan (Ke arah luar site)

Pada sekitar site, tidak ada bagian tertentu dari kawasan yang cukup menarik, sehingga bangunan tidak perlu diorientasikan ke satu arah tertentu.

Potensi:

- Site dilalui jalan yang cukup padat serta dikelilingi pemukiman penduduk, sehingga gampang untuk dilihat.

- Ketinggian bangunan sekitar relatif rendah (1-3 lantai), sehingga tidak menggangu view dari luar menuju bangunan.

Masalah:

Degradasi (Penurunan) kualitas lingkungan sekitar, sehingga juga memperburuk citra kawasan sekitar, termasuk site.

Solusi:

- Pada bagian site yang terlihat langsung dari jalan sekitar, maka fasade bangunan di desain semenarik mungkin agar dapat menarik minat masyarakat untuk datang.

- Memperbaiki kualitas kawasan sekitar, sehingga nantinya bangunan yang akan didesain memiliki keharmonisan dengan kawasan sekitarnya, serta dapat memberi kenyamanan bagi warga sekitar.

IV.1.5. Analisa Matahari

Untuk memahami permasalahan yang ada pada bagian analisa matahari ini, maka akan dijelaskan melalui peta pergerakan matahari pada kawasan yang akan dirancang, sebagai berikut :


(67)

Berdasarkan gambar pergerakan matahari pada site di atas, maka dapat diketahui: - Bagian yang ditampilkan dengan warna kuning gelap merupakan bagian dari

site yang paling banyak terkena sinar matahari secara langsung.

- Bagian yang berwarna kuning yang memudar menunjukkan bahwa intensitas matahari semakin berkurang, karena kebanyakan posisi matahari adalah berada tepat di atas site, sehingga sisi terlebar bangunan tidak terlalu banyak terkena radiasi langsung. Hal ini sangat baik, karena dengan demikian bidang bangunan yang terkena sinar berkurang dan menyebabkan suhu bangunan tidak begitu tinggi.

Potensi:

- Site telah memiliki orientasi yang cukup baik, dengan demikian suhu dalam bangunan tidak akan terlalu panas karena sebagian besar sisi bangunan tidak terkena radiasi secara langsung.

- Sinar matahari yang ada secara terus-menerus dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif sehingga mengurangi penggunaan energi yang berasal dari bahan bakar fosil

Masalah:

Tidak terdapat masalah yang signifikan, karena orientasi bangunan yang akan dirancang sudah cukup bagus, namun suhu yang tinggi pada waktu

Barat Timur

Sinar Matahari pagi yang bagus untuk kesehatan karena mengandung vitamin D Sinar Matahari sore yang kurang bagus bagi kesehatan


(68)

siang hari juga perlu diperhatikan mengingat disekitar site tidak terdapat buffer yang dapat mengurangi radiasi matahari langsung.

Solusi:

- Merancang sistem pencahayaan yang baik agar dapat menghemat energi, disesuaikan dengan tema perancangan.

- Memasang photovoltaic sebagai alternatif enrgi tambahan yang low

maintenance.

- Memberi vegetasi di sisi timur dan barat sebagai bufer sinar matahari langsung.

IV.1.6. Analisa Ruang Terbuka Hijau

Potensi:

Site yang ada saat ini merupakan site yang terdapat dalam zona area tropis, sehingga sangat banyak jenis tanaman dan pepohonan yang dapat tumbuh pada kawasan ini.

Masalah:

Vegetasi yang terdapat di kawasan ini sangat minim, mengingat cuaca di siang hari sangat panas tidak terdapat pepohonan yang berfungsi sebagai buffer secara maksimal.

Terdapat Vegetasi di dalam kawasan site

berupa pepohonan dan semak belukar

Terdapat barisan pohon peneduh

disepanjang Jl. Gatot Subroto.


(69)

Solusi:

Menambahkan Vegetasi di sekitar site, termasuk pepohonan yang berfungsi sebagai peneduh maupun sebagai Buffer radiasi matahari dan kebisingan yang ditimbulkan kendaraan bermotor.

IV.2. Analisis Fungsional

IV.2.1. Analisa Kegiatan dan kebutuhan Ruang

IV.2.1.1. Pengelompokan Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

Untuk pengelompokan ruang serta kegiatannya akan dipaparkan dalam tabel berikut. Di dalamnya sudah termasuk Pasar Sei Sikambing, Pasar Swasta dan ruko dalam kawasan perancangan.

No. Nama

Ruang Pemakai Kegiatan Kriteria Ruang Utama

1. Kios Pedagang,

Pembeli

Mempersiapkan Barang Dagangan, Menawarkan barang Dagangan, Transaksi jual beli, Menyimpan barang Dagangan

2. Loods Pedagang, Pembeli

Mempersiapkan Barang Dagangan, Menawarkan barang Dagangan, Transaksi jual beli

Pendukung

1. Pusat makanan/ Food Court Pedagang, Pembeli Mepersiapkan Dagangan, Memasak, Mencuci Piring, makan, Menyimpan barang dagangan.

2. Informal Place

Pedagang, Pembeli

Mempersiapkan barang dagangan, Menawarkan


(70)

Barang dagangan. 3. Kantor

Pengelola Pegawai PD Pasar Mengawasi berlangsungnya kegiatan pasar, melakukan pembukuan. 4. Lavatory Pedagang,

Pembeli

Buang Air Besar, buang Air Kecil.

Pelengkap

1. Ruang terbuka/ Open space

Pengunjung / Pembeli

Duduk sambil istirahat

2. Mushalla Pengelola pasar, Pedagang, pembeli

Sholat

3. Parkir Pengelola pasar, Pedagang, pembeli

Parkir Kendaraan

4. Dock Bongkar muat

Pedagang Bongkar muat barang dagangan

5. Tempat Pengelolaa n Sampah

Petugas Kebersihan

6. Gudang 7. Pos Satpam

Rumah Toko

1. Ruko Pemilik, Pembeli Tempat Tinggal, menyiapkan barang dagangan, Menyimpan barang dagangan, menawarkan barang


(71)

dagangan, melakukan transaksi jual beli.

IV.2.1.2. Aliran Kegiatan

Berikut akan dideskripsikan masing-masing perilaku/ kegiatan masing-masing pengguna yang ada di Kawasan Pasar Sei Sikambing.

A. Pedagang Kios

B. Pedagang Loods

C. Pedagang Informal/PKL

D. Pengunjung/ Pembeli

Datang Membongk

ar Barang

Menggelar

Dagangan Berjualan

Membereskan

Dagangan Simpan

Pulang

Datang Membuka

Kios

Menyiapkan Barang Dagangan

Berjualan Menutup Kios Pulang

Datang Menggelar

Dagangan Berjualan

Membereskan Dagangan

Pulang

Belanja

Datang Mencari

Barang

Menawar Harga

Belanja Menunggu

Angkutan Pulang


(72)

E. Pengelola Pasar

F. Petugas Kebersihan

IV.2.1.3. Analisa Daya Tampung Pasar Terhadap Jumlah Pedagang

Untuk mengetahui daya tampung pasar terhadap jumlah pedagang yang ada, maka dilakukan penghitungan, dan memproyeksikannya untuk 10 tahun ke depan. Data yang dipakai adalah data tahun 2000 dan data 2010 yang diperoleh dari petugs PD Pasar.

Jumlah Pedagang tahun 2000 : 747 Buah Jumlah Informal tahun 2000 : 186 Buah Jumlah Pedagang tahun 2010 : 757 Buah Jumlah Informal tahun 2010 : 200 Buah

Dari data di atas diperoleh data pertambahan pedagang dalam kurun waktu 10 tahun sebesar 1,1% untuk sektor formal dan 7% untuk sektor informal. Maka besaan ruang yang akan dirancang harus mampu menampung jumlah pedagang untuk 10 tahun ke depan, yakni sebesar: 765 buah untuk pedagang formal dan 214 buah untuk pedagang informal.

IV.2.2. Ruang

A. Kios

Untuk jumlah kios, seperti telah di jelaskan sebelumnya. Diperlukan penambahan jumlah kios agar dapat dipakai untuk 10 tahun kedepan. Penghitungan dilakukan dengan melakukan perhitungan proyeksi kebutuhan Datang Masuk Ke

Kantor Memantau pasar Mengecek Pembukuan Pulang

Datang Mengecek

Kebersihan

Mengelola Sampah Di Mengumpulkan


(1)

Gambar 6.2.3. Suasana Open Space


(2)

Gambar 6.2.5. Suasana Pintu Masuk Basement


(3)

Gambar 6.2.7. Suasana Open Space


(4)

Gambar 6.2.9. Suasana Sky Cross


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Medan. 2010. “Medan Dalam Angka”. Medan : Badan Pusat Statistik

Ernt Neufert. 2002. “Data Arsitek Jild II”, Jakarta: Erlangga.

Andrea, Dicky. 2010. “Redevelopment Pasar Pringgan”. Medan: Universitas Sumatera Utara

Khamaruddin AS. 2008. “Pembuatan Dan Penggunaan Unit Produksi Biogas

Sederhana Skala Pedesaan”

Damayati, F.E. .2008. “Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug Sukabumi(Kasus : PT Panca Jaya Raharja)”.http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1872/1/A08fed_abstr act.pdf.

Ismaya, Bambang Indra.2009.”Optimasi Suhu dan Konsentrasi Katalis pada Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Katalis Potasium Nitrat

Terimpregnasi dalam Atapulgit”

.http://www.fateta-ipb.ac.id/export.php?id=747

Sulistyowati, Dwi Yulita. 1999. “Kajian Persaingan Pasar tradisional dan Pasar Modern”. Jakatra

Erliza Hambali, Siti Mudjalipah, Armansyah Halomoan Tambunan, dkk.2008.”Teknologi Bioenergi” .Jakarta: Agromedia Pustaka.

Vivi, dkk. 2010. “Pasar Tradisional Ekologis Kota Medan (Studi Kasus: Pasar Peringgan)”. Medan: Universitas sumatera Utara