Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku
2.1.1

Defenisi
Perilaku adalah respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif

(pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun besifat aktif (tindakan yang nyata atau
praktis) (Notoatmodjo, 2007)
Lawrence Green (1980), menjelaskan bahwa perilaku ditentukan atau
dibentuk dari 3 faktor:
1.

Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2.

Faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam lingkungan fisik

(tersedia atau tidaknya fasilitas dan saranan kesehatan).

3.

Faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dengan pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini
2.2.1

Predisposing Factors (Faktor Predisposisi)
Menurut Green (1980), faktor-faktor predisposisi meliputi pengetahuan,

sikap, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi, berhubungan dengan motivasi individu
atau kelompok untuk bertindak. Dalam pengertian umum dapat disimpulkan
faktor predisposisi sebagai pilihan pribadi yang memicu seseorang individu atau

10

Universitas Sumatera Utara

11

kelompok ke pengalaman pendidikan. Dalam hal apapun pilihan ini dapat
mendukung atau menghambat perilaku kesehatan.
Sebagai faktor demografi seperti status sosio ekonomi, umur, jenis
kelamin dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor predisposisi meskipun
mereka berada diluar pengaruh langsung program pendidikan kesehatan.
2.2.1.1 Faktor Demografi
Faktor demografi adalah factor-faktor yang terdapat dalam struktur
penduduk dan perkembangannya seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
dan lain sebagainya. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor
demografi yang berkaitan dengan penelitian ini:
1.

Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Umur adalah usia
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Umur merupakan salah satu variabel penting dalam bidang penelitian

komunitas. Umur dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan penyakit secara langsung atau tidak langsung bersama dengan
variabel lain sehingga menyebabkan perbedaan diantara angka kesakitan dan
kematian pada masyarakat atau kelompok masyarakat (Chandra, 2008).

2. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang
dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka

Universitas Sumatera Utara

12

peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita–cita
tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta
dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang

makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang
dimiliki (Notoatmodjo, 2007).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki
kesamaan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya.
2.2.1.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007).
Menurut pendapat Ismail (1991) seperti yang dikutip Saryono (2003),
bahwa pengetahuan manusia berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki
seseorang, semakin banyak informasi yang dimiliki semakin tinggi pula
pengetahuan seseorang.
A. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


13

1.

Tahu
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang
paling rendah.

2. Memahami
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.
3.

Aplikasi
Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi sebenarnya.


4.

Analisis
Yakni suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen
tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kegiatan satu
sama lain.

5.

Sintesis
Suatu kemampuan untuk meletakan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keselururan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi yang ada.

6.

Evaluasi
Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
objek.


Universitas Sumatera Utara

14

B. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang antara lain:
1.

Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.

2.

Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat non formal.

3.


Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas pula.

4.

Lingkungan budaya
Lingkungan dan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan, dapat
berupa sikap dan kepercayaan.

5. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2.2.1.3 Sikap (Attitude)
Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Universitas Sumatera Utara


15

Selain bersifat pasif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang
berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan
perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi
bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.
Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).
Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
1.

Sikap itu dipelajari
Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif–motif psikologi
lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri, adalah motif psikologis yang tidak
dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa
sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu.
Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila
individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya
sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang

sifatnya perseorangan.

2.

Memiliki kestabilan
Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan
stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak
suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang.

3.

Personal Societal Signifinance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga
antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain

Universitas Sumatera Utara

16

menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan

dia akan merasa bebas dan nyaman.
4.

Berisi Kognitif dan Affecty
Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya
objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5.

Approach–Avoidance Directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap suatu objek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang
memeliki skap yang susah beradaptasi maka akan menghindarinya.
Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :

1.

Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan
merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung–rugi,
manfaat serta sumberdaya yang tersedia.

2.

Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal reference) merupakan
faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan individu.

3.

Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tetentu dengan pertimbangan
kebutuhan diri pada individu tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Universitas Sumatera Utara

17

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1.

Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah
menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan
anggota kelompoknya.

2.

Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang
sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umunya tidak diberi
perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar
untuk menilai perangsang–perangsang itu.

3.

Sikap sebagai alat pengatur pengalaman–pengalaman.
Manusia didalam menerima pengalaman–pengalaman dari luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, atinya semua berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana–mana yang
perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi
penilaian lalu dipilih.

4.

Sikap sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang, ini disebabkan karen
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu
dengan melihat sikap–sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bias
mengetahui pribadi orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi
(Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

18

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :
1.

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2.

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3.

Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama–sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu :
1.

Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).

2.

Menanggapi (responding)
Menanggapi

artinya

memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3.

Menghargai (valving)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan
mengajak orang lain merespons.

4.

Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya.
Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,
maka dia harus berani mengambil resiko.

Universitas Sumatera Utara

19

2.2.2

Enabling Factors (Faktor-faktor Pendukung)
Green (1980), mengatakan bahwa faktor-faktor pendudkung adalah

kempuan/keahlian dan semua sumber-sumber yang diperluakn untuk menciptakan
atau memunculkan perilaku kesehatan. Sumber-sumber yang dimaksud anatara
lain ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan prasarana atau fasilitas-fasilitas,
personalia, sekoalah-sekolah, klinik kesehatan maupun sumber-sumber sejenis.
Faktor-faktor pendukung juga berkaitan dengan aksesibilitas berbagai sumber
daya. Biaya, jarak, sarana transportasi yang ada dan waktu pemakaian sarana
kesehatan juga merupakan bagian dari faktor-faktor pendukung.
2.2.2.1 Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan
Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang ditempuh responden menuju
tempat pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan
lainnya. Secara umum jarak adalah letak wilayah (geografis) berhubungan dengan
keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat berhubungan dengan
tempat dan lokasi sarana pelayanan kesehatan dan tempat tinggal masyarakat
dapat diukur dari jarak, waktu dan biaya perjalanan. Tempat tinggal masyarakat
dengan pusat pelayanan kesehatan yang diukur dalam radius kilometer (Razak,
2000).
2.2.2.2 Media
Suiraoka (2012), mengatakan bahwa media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara
atau penghantar. Menurut Gagne dalam Sadiman, dkk, (2003), menegaskan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

Universitas Sumatera Utara

20

merangsangnya untuk belajar. Dalam pengertian ini media dipandang sebagai
komponen yang ada dalam lingkungan siswa baik lingkungan fisik, social, dan
psikososial yang dapat menimbulkan minat siswa untuk belajar.
Menurut Brigs dalam Sadiman, dkk, (2003), mengemukakan media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar. Jadi media dilihat sebagai alat fisik dengan wujud tertent yang digunakan
untuk menyajikan suatu pesan, sehingga dalam proses pembelajaran mampu
meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar. Sebagai suatu saran
untuk menimbulkan minat/rangsangan dalam belajar Notoadmodjo, (1997),
mengemukakan bahwa media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan
yang ada pada setiap manusia itu dapat diterima atau ditangkap melalui panca
indera. Dimana semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang
diperoleh.
2.2.3

Reinforcing Factors (Faktor Pendorong)
Menurut Green (1980), faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang

mendukung untuk menetukan tidakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja
bervariasi tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan
kesehatan, sebagai contoh, penguatan dapat diberikan oleh rekan kerja, supervisor,
pimpinan serikat buruh dan keluarga. Faktor-faktor pendorong meliputi sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

21

2.2.3.1 Dukungan Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di
bidang ksehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).
Dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan soaial dalam bentuk
dukungan informatif, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan
keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang kesehatan melalui
keterampilan komunikasi dan ada kecenderungan bahwa upaya-upaya petugas
kesehatan memprkuat ibu dengan memberikan pujian, dorongan, dan diskusi atau
dengan menjadi sumber informas yang dapat dipercaya (Graeff, 1996).
2.3 Dukungan Keluarga
Menurut Saryono (2003), dukungan keluarga adalah bantuan yang
bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa
informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh
anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara
lainnya.
Duval (1972, dalam Ali, 2006), menyatakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan pekembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu
yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan
adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.

Universitas Sumatera Utara

22

1.

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a.

Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak mereka
(anak kandung, adopsi, atau keduanya)

b.

Keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan orangorang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek, paman/bibi,
dan sepupu (Friedman, 1998).

2.

Secara Modern keluarga dikelompokkan menjadi :

a.

Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal dalam
satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan
perkawinan.

b.

Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru.

c.

Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari uang,
istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

d.

Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

e.

Single Parent, adalah keluarga dimana satu orang tua sebagai akibat
perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di
rumah atau di luar rumah.

Universitas Sumatera Utara

23

f.

Dual Carrier, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier
dan tanpa anak.

g.

Commuter Married, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang
karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

h.

Single Adult, adalah keluarga dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal
sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i.

Three Generation, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau lebih
yang tinggal dalam satu rumah.

j.

Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa
yang tinggal dalam satu panti.

k.

Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari dua atau
lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama
dalam penyediaan fasilitas.

l.

Group Marriage, adalah keluarga yang di dalam satu perumahan terdiri dari
orangtua dan keturunannya .

m. Unmarried Parent and Child, adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak
dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n.

Cohibing Coiple, adalah keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu
pasangan yang tinggal bersama tanap kawin.

o.

Gay and lesbian family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama (Setiadi, 2006).
Friedman (2008) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis

bentuk dukungan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

24

1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor (pengumpul) dan disseminator
(penyebar) informasi tentang berbagai hal. Menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti,

informasi

yang

dapat

untuk

digunakan

mengungkapkan

dan

menyelesaikan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu pemahaman karena informasi yang diberikan dan dapat
menyumbangkan sugesti dan aksi pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini
adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai suatu bimbingan yang bersifat umpan balik,
membimbing dan menengahi dalam proses pemecahan masalah, sebagai sumber
dan validator identitas anggota orang tua yang diantaranya memberikan support
(dukungan), perhatian, dan penghargaan.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuh sumber pertolongan praktis dan konkret, yang
mengusahakan

untuk

menyediakan

fasilitas

dan

perlengkapan

yang

dibutuhkan masing-masing anggota orang tuanya.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Universitas Sumatera Utara

25

Adapun mekanisme dalam hal membangun dukungan keluarga menurut
Cochen dan McKay (2008), yaitu :
1. Dukungan Nyata
Meskipun sebenarnya setiap orang dapat memberikan dukungan dalam
bentuk uang dan perhatian, dukungan nyata merupakan paling efektif bila dihargai
oleh penerima dengan baik. Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada
perasaan ketidakteraturan dan ketidakterimaan yang tidak baik akan benar-benar
menambah tekanan dan stress individu dalam kehidupan keluarga. Bentuk dari
dukungan nyata ini antara lain seperti perhatian dan material.
2. Dukungan pengharapan
Kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan
ancaman. Mengharapkan individu pada orang yang sama telah mengalami situasi
yang sama untuk mendapatkan nasihat dan bantuan. Dukungan pengharapan juga
dapat membantu meningkatkan strategi individu dengan menyarankan strategistrategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak
orang berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif dari situasi tersebut.
Dukungan dapat diberikan dari siapa saja, diantaranya oleh dukungan
kerabat, tenaga kesehatan, tetangga/lingkungan, teman, organisasi keagamaan,
tokoh agama dan tokoh masyarakat. Namun karena adanya faktor keintiman
sesama anggota keluarga maka dukungan keluarga bisa menjadi motivasi yang
besar dalam upaya penrubahan perilaku termasuk perilaku pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak (Bobak, 2005).

Universitas Sumatera Utara

26

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang
oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk
orang tua yang dipandang oleh anggota keluarga bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Dukungan sosial keluarga dapat berasal dukungan sosial internal, seperti
dukungan suami atau isteri serta dukungan saudara kandung, atau dukungan orang
tua eksternal seperti kerabat, sepupu, dan sebagainya (Friedman, 2008).
2.4 Tindakan (Practice)
Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu
tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor–faktor
dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo,
2007). Tingkatan-tingkatan daripada tindakan (practice) yaitu :
1.

Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.

2.

Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar sesuai dengan contoh.

3.

Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4.

Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.

Universitas Sumatera Utara

27

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.5 Pengetahuan tentang Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
2.5.1 Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari
ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
1.

Tujuan MP-ASI
Tujuan pemberian makanan bayi dibedakan menjadi 2 macam yaitu tujuan
mikro dan tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung dengan
kepentingan individu pasangan ibu-bayi, dalam ruang lingkup keluarga, yang
mencakup 3 macam aspek :
a.

Aspek fisiologis yaitu memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sehat
maupun sakit untuk kelangsungan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang.

b.

Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi
makanan disamping ASI.

Universitas Sumatera Utara

28

c.

Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan pada bayi dengan
menghilangkan rasa tidak enak karena lapar dan haus. Disamping itu
memberikan kepuasan pada orang tua karena telah melakukan tugasnya.

Sedangkan tujuan mikro merupakan permasalahan gizi masyarakat luas dan
kesehatan masyarakat (Budiastuti, 1999).
2.

Syarat makanan pendamping ASI
Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu
diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan (Krisnatuti,
2000).
Makanan bayi tidak boleh memiliki sifat kamba volume makanan yang besar
tapi kandungan gizinya rendah. Makanan yang bersifat kamba akan cepat
memberikan rasa kenyang sehingga bayi tidak akan meneruskan makannya.
Hal-hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam pemberian MP-ASI
(Baso, 2007) antara lain :
a.

Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi

b.

Memiliki nailai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan
mineral dalam jumlah yang cukup

c.

Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik

d.

Harga relatif murah

e.

Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan secara lokal

f.

Bersifat padat gizi.

Universitas Sumatera Utara

29

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa mkanan bayi dan anak juga harus
memiliki

kebutuhan makanan secara adekuat yaitu tidak kekurangan atau

kelebihan, mudah diterima dan dicerna, jenis maknan dan pemberian sesuai
dengan pemberian kebiasaan makanan yang sehat, terjamin kebersihannya dan
bebas dari bibit penyakit, susunan menu seimbang (berasal dari 10-15% dari
protein, 25-30% dari lemak dan 50-60% dari karbohidrat).
2.5.2

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

1. Akibat pemberian makanan pendamping ASI Dini
Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa pemberian MP-ASI yang
terlalu dini dapat mengakibatkan:
a.

Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan
makanan yang kuarang bersih, juga karena pembentukan zat antibody
oleh usus bayi belum sempurna.

b.

Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, ini terjadi akibat usus
bayi masih permeable, sehingga mudah dilalui oleh potein asing.

c.

Terjadi ganguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan bergizi
dapat mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) dan
dapat terjadi sugar baby atau obesitas bila asupan kalori terlalu tinggi.

d.

Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI
tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat
menurunkan produksi ASI.

e.

Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan sehingga dapat
menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.

Universitas Sumatera Utara

30

2. Manfaat makanan pendamping ASI
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi
yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara
terus menerus. Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian MP-ASI sangat
membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk
menanamkan kebiasaan yang baik (Krisantuti, 2002).
2.5.3

Jenis Makanan Pendamping ASI dan Waktu Pemberiannya
Demikian pula cara memperkenalkan MP-ASI harus bertahap. Bayi

sebelumnya tidak merasakan makanan lain selain ASI, maka harus secara
bertahap memperkenalkannya. Bayi yang menolak makanan yang yang diberikan,
belum tentu tidak mau, oleh sebab itu bayi harus diperkenalkan makanan
tambahan secara bertahap dalam hal: bentuk, volume/jumlah, frekuensi dan
jenisnya (Soetjiningsih, 2000).
Saat menyiapkan makanan bayi, ibu dapat menyiapkan bahan makanan
segar yang memiliki gizi optimal. Selain itu, bayi akan terbiasa dengan makanan
buatan rumah sejak dini yang memiliki aneka ragam dan tekstur (Octopus, 2006).
Sedangkan keuntungan makanan bayi siap saji yaitu lebih cepat dalam penyajian,
mudah, enak dan aman. Disiapkan secara higienis dengan memenuhi standar gizi.
Karena makanan bayi siap saji dapat dibuat dalam jumlah kecil, makanan ini
cocok pada awal pengenalan makanan padat. Tetapi kerugiannya, makanan siap
saji cukup mahal dan tidak memberikan pengalaman yang banyak akan rasa dan
tekstur (Lawson, 2003). Produk makanan bayi siap saji ini diatur oleh satu
lembaga regulasi internasional, yaitu Codax Alimentarius Food For Special
Dietary Uses (Baso, 2007).

Universitas Sumatera Utara

31

Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian
MP-ASI, dapat dilihat pada tabel berikuit ini.
Tabel 2.1.

Contoh Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut Umur Bayi, Jenis
Makanan dan Frekuensi Pemberian

Umur Bayi
0-4/6 bulan
Kira-kira
6 bulan

Jenis Makanan

















ASI
ASI
Sari buah
Bubur :bubur tepung beras merah
Kira-kira
ASI
7 bulan
Buah-buahan
Hati ayam atau kacang-kacangan
Beras merah atau ubi
Sayuran (wortel, bayam)
Minyak, santan, advokad
Air tajin
Kira-kira
ASI
9 bulan
Buah-buahan
Bubur roti
Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
Beras
merah/kentang/labu/jagung/minyak/sa
ntan/advokad
>12 bulan
– ASI
– Makanan pada umumnya, termasuk
telur.
Sumber: Krisnatuti (2000).

Berapa Kali
Sehari
– Kapan diminta
– Kapan diminta
– 1-2 kali
– Kapan diminta
– 3-4 kali

– Kapan diminta
– 4-6 kali

– Kapan diminta
– 4-6 kali

Menurut Soetjiningsih (2002), kebutuhan akan makro dan mikronutrien
untuk bayi sampai 4-6 bulan masih dapat dipenuhi dari ASI. Tetapi setelah bayi
berumur 6 bulan harus mendapat tambahan makanan yang bergizi dan
mengandung protein yang cukup atau disebut dengan jembatan protein (Three
plank protein bridge) yang terdiri dari: ASI harus diteruskan ditambah dengan
protein hewani dan protein nabati. Kalau anak tidak mendapat tambahan
kalori/protein yang memadai pada masa ini, maka anak bisa terjun menjadi
kwashiorkor.

Universitas Sumatera Utara

32

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa asam amino esensial untuk
bayi adalah histidin dan untuk bayi premature adalah taurin essensial. Karbohidrat
memberikan kontribusi 30-60% dari energi yang ditambahkan. Pada masa bayi
37% kalori ASI dan 40-50% kalori susu formula berasal dari karbohidrat terutama
laktosa. Jumlah air yang diperlukan oleh bayi terutama ditentukan oleh kehilangan
air melalui kencing, tinja, kulit, dan paru. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari
ASI/susu formula dan makanan tambahan. Asupan besi yang dianjurkan adalah 6
mg/hari papa 6 bulan pertama dan 10 mg/hari sampai umur 3 tahun. Makanan
yang telah difortifikasi dengan besi merupakan salah satu pilihan. Cadangan seng
pada bayi baru lahir tidak ada, tetapi ASI dan susu formula mengandung seng
yang dapat memenuhi kebutuhan bayi satu tahun pertama. Sumber flour dapat
berasal dari air minum dan yang sudah difortifikasi atau diberikan tablet fluor.
Defisiensi vitamin pada bayi jarang terjadi, kecuali diet ibu yang adekuat.
2.5.4 Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping
ASI (Anonim 2, 2009) :
1.

Perhatikan kebersihan alat makan, alat makan yang bersih adalah alat makan
yang dicuci dengan air sabun kemudian direndam dalam air panas yang telah
mendidih selama lima menit.

2.

Membuat makanan secukupnya sehingga dapat dihabiskan sekali waktu oleh
bayi tanpa harus dipanaskan lagi untuk diberikan kepada bayi.

3.

Buat variasi makanan agar bayi tidak bosan.

Universitas Sumatera Utara

33

4.

Jangan berikan makanan dekat dengan waktu menyusui, minimal selisih
waktu antara pemberian makanan dan pemberian ASI adalah dua jam.

5.

Jaga kebersiahan bahan makanan yang akan diolah, cuci bersih sayuran dan
rendam ke dalam air untuk sayuran yang berakar.

6.

Jangan memaksa bayi apabila tidak mau makan makanan pendamping ASI
yang lain. Penolakan terhadap suatu makanan mungkin karena bayi merasa
bosan dengan jenis makanan tersebut.

2.5.5

Faktor yang Diduga Mempengruhi Pemberian makanan Pendamping
ASI
Penelitian yang dilakukan oleh Reny Kirana (2005) diperoleh kesimpulan

bahwa yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI adalah
lingkungan. Sedangkan menurut Nilawati (2005) menyebutkan bahwa pendidikan,
sosial ekonomi dan lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi pemberian
MP-ASI dengan uraian sebagai berikut:
1.

Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan ibu mencerminkan kempuan ibu untuk menerima
informasi dan pengetahuan yang lebih tentang pemberian MP-ASI. Akan
tetapitidak menutup kemungkinan ibu yang berpendidikan rendah jika sering
mengikuti penyuluhan tentang pemberian MP-ASI akan menunjukkan
pemberian MP-ASI yang baik.

2.

Faktor Sosial Ekonomi
Dalam hal ini yang berpengaruh adalah pekerjaan dan penghasilan keluarga.
Banyaknya ibu bekerja membuat makanan pendamping ASI menjadi pilihan
utama bagi ibu yang tidak sempat untuk menyusui bayinya.

Universitas Sumatera Utara

34

3.

Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah budaya setempat, tradisi
keluarga yang turun menurun serta adanya anggapan bahwa ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Universitas Sumatera Utara

35

2.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori
yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai, Kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah:
Predisposing Factor


Umur



Paritas



Pendidikan



Pekerjaan



Pengetahuan



Sikap

Enabling Factor
– Dukungan
kesehatan

petugas
Pemberian
MP-ASI Dini

Reinforcing Factor
– Jarak ke sarana pelayanan
kesehatan
– Paparan Media

Dukungan Keluarga
– Dukungan Informasional
– Dukungan Penilaian
– Dukungan Instrumental
– Dukungan Emosional
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

2 12 148

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 11

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

1 1 34

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 1 18

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 9

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

1 7 2

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 35