Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zatzat gizi yang seimbang dan relatif besar. Jumlah mutlak zat gizi yang dibutuhkan bayi
relatif kecil, tetapi besar bila dihitung per kilogram berat badan. Namun, kemampuan
bayi untuk makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam
tahap pendewasaan. Oleh karena itu, bayi belum dapat makan makanan padat, yang
berserat banyak atau yang membani ginjal. Satu-satunya yang sesuai dan memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama bulan-bulan pertama adalah ASI ( Maryunani, 2010).
Makanan bayi harus disesuaikan dengan perkembangan saluran pencernaan.
Perlu diketahui bahwa, memberikan makanan/zat gizi sebetulnya sudah dimulai sejak
janin dalam kandungan terutama pada saat otak mulai berkembang, sehingga
kecukupan zat gizi ditujukan kepada ibu yang sedang hamil perlu diperhatikan.
Namun seringkali yang terjadi adalah ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi
seeperti yang seharusnya dengan berbagai alasan seperti pengetahuan dan lain hal.
Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya diberikan ASI atau dikenal dengan
sebutan ASI Eksklusif, karena ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta ASI
juga mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat berguna bagi kesehatan bayi dan
kehidupan selanjutnya.


Universitas Sumatera Utara

2.1.1

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
ASI eksklusif atau menyusui eksklusif menurut World Helath Organization

(WHO) adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih,
selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga
diperbolehkan (Pusat Data Informasi dan Kemenkes RI dalam Lumbanraja 2015).
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif, pengertian ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain (Kemenkes RI, 2012 dalam Lumbanraja 2015).
Menurut Roesli U dalam Lumbanraja (2015), yang dimaksud dengan ASI
eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan
air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu,
biscuit, bbur nasi, dan tim. Itu berarti, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
makanan atau minuman lain selama 6 bulan yang dilakukan oleh ibu kepada bayinya.

Lama pemberian ASI eksklusif adalah sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6
bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai 2 tahun/lebih.
Menurut Maryunani (2010), pemberian ASI Eksklusif memiliki keuntungan
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Nutrisi yang didapatkan bayi akan optimal dari segi kualitas maupun kuantitasnya
Bayi

yang diberikan

ASI eksklusif dapat

mencapai

pertumbuhan-

perkembangan dan kesehatan yang optimal karena mengandung zat gizi yang paling

sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya seperti lemak, karbohidrat, protein,
garam, dan mineral serta vitamin.
Berikut ini adalah komposisi ASI yang sangat penting bagi bayi. Komposisi
ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium laktasi.
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu kolostrum, ASI yang dihasilkan
pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, ASI transisi yang dihasilkan
mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI mature yang dihasilkan mulai
dari hari kesepuluh sampai dengan seterusnya.
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan ASI
Kandungan

Kolostrum hari
1-3
57,0

Transisi
Hari 4-10
63,0

Asi mature hari

10-dst
65,0

Laktosa (gr/100ml)

6,5

6,7

7,0

Lemak (gr/100ml)

2,9

3,6

3,8

Protein (gr/100ml)


1,195

0.965

1,324

Mineral (gr/100ml)

0,3

0,3

0,2

IgA (mg/100ml)

335,9

-


119,6

IgG(mg/100ml)

5,9

-

2,9

IgM (mg/100ml)

17,1

-

2,9

Lisosin (gr/100ml)


14,2-16,4

-

24,3-27,5

Laktoferin

420-520

-

250-270

Energi (Kg kal)

Imunoglobulin:

Sumber: Maryunani, 2010


Universitas Sumatera Utara

Dari perbedaan kandungan komposi pada table, kolostrum merupakan
komposisi ASI yang paling penting, karena alasan-alasan berikut:
1.

Kolostrum ASI pada hari 1-2 istimewa, kaya nutrient (zat gizi, dan

antibody)
2.

Volume sekitar 30-9-cc/24 jam sesuai kapasitas lambung pada bayi usia

tersebut.
3.

Mamberi nutrisi dan melindungi dari infeksi.

4.


Memberikan imunisasi pertama (kekebalan tubuh): ASI cairan hidup.

5.

Dianggap sebagai “cairan emas”, karena mengandung antibody 10-17 x

lebih banyak dari ASI Mature Hari ke-1: 800 mgr SIgA/100cc kolostrum, hari
ke-2: 600 mgr SIgA/100cc kolostrum, 400 mgr SIgA/100cc kolostrum.
Mengandung juga, laxansia yang membersihkan mekonium, growth factor
yang membantu mematangkan usus, dan kaya vitamin A yang mencegah
kebutaan.
2.

Meningkatkan kesehatan bayi
ASI mengandung zat protektif (pelindung) berupa: laktobasilus bifidus,

laktoferin, lisozi, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibody, imunitas
seluer, dan tidak menimbulkan alergi. Dari berbagai penelitian ditemukan:
1.


Infeksi saluran pencernaan
Di Amerika Serikat: 400 meningggal/tahun berkaitan dengan

muntaber, 300 diantaranya bayi dengan susu formula. Mencret 17 kali lebih
banyak bayi dengan susu formula.

Universitas Sumatera Utara

2.

Infeksi pernafasan
Kematian berkaitan dengan penyakit pernafasan terjadi 2-5 kali lebih

banyak pada bayi dengan susu formula
3.

Radang teling otitis media, lebih sering terjadi pada bayi dengan susu

formula.

4.

Sepsis dan meningitis, 4 kali lebih sering pada bayi dengan susu formula.

5.

Juvenile DM: 25% disebabkan tak diberi ASI

6.

Lymphoma Maligna, Leukimia, Neuroblastoma: 6-8 kali lebih sering

terjadi pada bayi dengan susu formula.
7.

Alergi, yaitu serangan alergi lebih dini pada bai dengan susu formula.

8.

Penyakit arteri koroner & penyakit jantung iskemik: ASI menghindarkan

terjadi pada usia muda.
3. Meningkatkan kecerdasan bayi/anak
ASI

memenuhi

kebutuhan

ASUH

(fisik-biomedis)

dan

ASAH

(stimulasi/pendidikan). Kebutuhan ASUH yaitu dimana ASI mengandung zat gizi
dengan fungsi spesifik utnuk pertumbuhan otak seperti Long-chain Polyunsaturated
Fatty Acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina, Cholesterol utnuk
myelinisasi jaringan syaraf, Taurin neutrotransmitter inhibitor dan stabilisator
membrane, laktosa utnuk pertumbuhan otak, cholin yang bisa meningkatkan daya
ingat serta lebih dari 100 macam enzim.

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan ASAH dimana menyusui Eksklusif merupakan stimulasi awal
pandangan, belaian, usapan. Kata-kata ibu waktu menyusui memenuhi kebutuhan
awal dari pendidikan/kebutuhan stimulasi atau kebutuhan rangsangan.
4. Meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding)
Memenuhi kebutuhan ASUH (kebutuhan emosi/kasih sayang), dimana bayi
disusui eksklusif, dipijat, sering didekap, dibelai, membuat aman, terlindung dan
dicintai. Bonding yang baik merupakan dasar dari terbentuknya secure attachment.
Dan bayi tumbuh menjadi manusia yang mencintai sesamanya/spiritual baik (SQ
lebih baik). Selain itu, menyusui dini latihan bersosialisasi dini. Emosional stabil (EQ
lebih tinggi).
Kesimpulannya adalah, bayi yang mendapat ASI Eksklusif dapat tumbuh
menjadi manusia yang lebih sehat, memeiliki kecerdasan intelektual leibih tinggi (IQ
tinggi), memiliki kecerdasan emosional/bersosialisasi lebih baik (EQ tinggi) dan
memiliki hati nurani spiritual lebih baik (SQ tinggi).
2.1.2 Waktu pemberian ASI
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali
dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, sebaiknya ibu memberikan ASI-nya
pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama 2 hari pertama sesudah lahir,
beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi setiap
atau sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkannya selama siklus
tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi meyusu setiap 2-3 jam
(Bahiyatun 2008, dalam Lumbanraja 2015).

Universitas Sumatera Utara

Bayi sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal atau menurut kemauan
bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus memberikan ASI
kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena penyebab lainnya (bayi buang
air kecil, dan lain-lain) atu ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat
kurang baik bagi bayi, karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi
ASI selanjutnya. Menyusui dengan tidak terjadwal atau sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah banyak masalah yang berpotensi muncul (Soetjiningsih, dalam Lumbanraja
(2015).
2.1.3 Alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif
Sampai saat ini factor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya seorang
ibu memberiakn ASI eksklusif pada bayinya sudah banyak diketahui namun
penelitian hanya berdasarkan survey dan pengambilan data yang dilakukan pada satu
waktu pada sampel ibu yang memiliki anak usia dibawah 2 tahun.
Adapaun beberapa alas an yang membuat ibu tidak memberikan ASI eksklusif
adalah (Haryani dan Sitourus IA 2014 dalam Lumbanraja 2015):
1.

Kebutuhan ekonomi yang meningkat, sering menjadi factor utama ibu harus

bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif tidak dapat sepenuhnya dilakukan.
2.

Tidak adanya dukungan keluarga yaitu ibu, mertua dan suami.

3.

Ibu tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif atau

beranggapan bahwa susu formula lebih baik dan lebih praktis dari ASI.

Universitas Sumatera Utara

4.

Ibu tidak percaya diri atau ibu merasa ASI tidak mencukupi.

5.

Ibu tidak mampu mengatasi masalah dalam pemberian ASI.

6.

Kepercayaan dan tata nilai yang ada disekitar ibu.

7.

Kemalasan ibu atau kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih

menyusui.
8.

Kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan.

9.

Kekhawatiran tubuh menjadi gemuk.

2.2

Makanan Pendamping ASI
Pada masa balita, kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan balita,

dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan balita yang
sedang tumbuh. Masa balita disebut “golden period” atau masa keemasan, dimana
terbentuk dasar-dasar kemampian keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental dan intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral (Maryunani, 2010).
Setelah 6 bulan pertama, bayi baru diberikan makanan pendamping
ASI. Berbagai makanan pendamping ASI diolah sesuai dengan tahap perkembangan
bayi/anak, dari lumat (misalnya: bubur susu/saring) kemudian lembek (misalnya: nasi
tim), selanjutnya padat. Pada saat tahap pemberian makanan setengah padat,
konsistensi makanan harus halus, bebas gumpalan sehingga mudah ditelan.
Pemberian makanan harus disesuaikan dengan kemampuan serta perkembangan
saluran pencernaannya. Tahapan pemberian makanan juga harus diberikan sesuai
anjuran, tidak boleh dipercepat karena dapat menyebabkan kerusakan saluran cerna.
Demikian juga pada saat bayi sudah harus mulai makan makanan padat (paling

Universitas Sumatera Utara

lambat 7-8 bulan), jangan sampai pemberiannya ditunda, oleh karena dapat menjadi
penyebab bayi sulit makan makanan padat, sulit mengunyah, menolak makanan padat
atau muntah.
Pada saat usia 12 bulan, bayi, sekarang sebagai anak kecil, mulai dilatih diberi
makanan yang sama dengan makanan anggota keluarga yang lain. Namun apabila
anak menunjukkan kesulitan mengunyah, upayakan memperlunak makanan.
Penggunaan bumbu yang merangsang mulut atau mengakibatkan diare perlu
dihindarkan.
Menurut Maryunani (2010), pengaturan makan untuk bayi dan balita berbeda
dengan pengaturan pada orang dewasa karena pada masa ini bayi dan anak masih
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat 2 (dua) tujuan pengaturan makan
untuk bayi dan balita, yaitu:
1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk
pemeliharaan dan/atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan dna
perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.
1. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik, menyukai dan menentukan makanan
yang dibutuhkan.
Menurut Maryunani (2010) mengutip pendapat Titi, tujuan upaya gizi pada
bayi dan balita ada 3 (tiga), yaitu:
1. Tujuan fisiologis
Memberikan kalori dan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dan balita untuk
bergerak, tumbuh dan berkembang.

Universitas Sumatera Utara

2. Tujuan Psikologis
Memberikan kepuasan kepada bayi dan balita menikmati makanan yang
diberikan.
3. Tujuan Edukatif
Mendidik keterampilan mengonsumsi makanan, membina kebiasaan waktu
makan/jadwal makan (sarapan, makan siang dan makan sore/malam), serta mebina selera
terhadap makanan yang baik, khususnya yang merupakan selera dan kebiasaan keluarga.
Kemudian hal-hal yang perlu diperhatikan untuk makanan bayi dan balita
(Maryunani,2010), yaitu:
1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur.
2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang
tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap makan.
3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan
faali bayi/balita.
4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.
2.2.1 Pengertian makanan pendamping ASI
Makanan tambahan adalah makanan selain ASI dan susu formula. Makanan
tambahan berupa makanan pelengkap disamping ASI, yang dikenal dengan istilah
makanan pendamping ASI (Winarno, 1987 dalam Nurlinda 2013). Menurut Badan
Standarisasi Nasional Indonesia (2005), makanan pendamping air susu ibu (MP ASI)
adalah makanan bergizi disamping ASI yang diberikan kepada bayi berusia 6 bulan

Universitas Sumatera Utara

keatas atau berdasarkan indikasi medik sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan
untuk mencapai kecukupan gizi.
Seiring dengan pertumbuhan bayi, kebutuhan akan energi, protein, dan zat gizi
lainnya pun makin bertambah. Suatu saat, kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh
ASI saja sehingga perlu makanan lain untuk memenuhi kekurangannya. Jika makanan
tambahan tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya, pertumbuhan akan terhambat.
Zat-zat gizi lebih banyak diperlukan dari makanan tambahan terutama dalam memenuhi
kebutuhan energy, zat besi, zink dan vitamin A (Widodo, 2009).
Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, WHO (Organisasi Kesehatan
Dunia) dan IDAI mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI
eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apa pun, bahkan air putih) sampai umur minimum 6
bulan. Setelah umur 6 bulan, bayi mulai mendapat makanan pendamping ASI (MPASI)
berupa bubur susu, nasi tim, buah dan sebagainya. WHO juga menyarankan agar
pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun, dengan dilengkapi makanan
tambahan (Prambantini, 2010). Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan keputusan baru
Menkes sebagai penerapan kode etik WHO. Keputusan tersebut mencantumkan soal
pemberian ASI eksklusif (Permenkes nomor 450/Menkes/SK/IV/2004).
Meskipun makanan tambahan diberikan, ASI harus menjadi makanan utama
pada tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting pada tahun kedua. Pemberian
ASI sebaiknya dilakukan dua tahun atau lebih. Menurut Sakti dkk (2013) yang mengutip
pendapat Bogue, pemberian MP ASI yang kurang tepat digolongkan pada pemberian MP
ASI pada umur < 6 bulan dan pemberian MP ASI yang tepat digolongkan pada anak

Universitas Sumatera Utara

yang diberikan MP ASI pada umur ≥ 6 bulan. MP ASI merupakan makanan peralihan
dari ASI ke makanan keluarga. Oleh karena itu, pengenalan adan pemberian MP ASI
harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak (Maryunani, 2010). ). Berikut adalah pola makan
anak:
Tabel 2.2 Pola makan pada anak.
Usia
0-6 bulan
ASI saja.
6-9 bulan
9-11 bulan
1-2 tahun
2-3 tahun

Pola makan

ASI + Makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek.
ASI + MP-ASI yang lebih padat.
Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek.
Makanan keluarga/makanan yang dicincang atau dihaluskan 3-4
kali sehari.
Makanan keluarga + makanan selingan 2 kali sehari.

Sumber: Buku pegangan kader Posyandu, 2012.
Pemberian MP ASI diberikan kepada anak sejak usia 6 bulan karena dengan ASI
saja (jumlah dan komposisi ASI mulai berkurang) tidak mampu mencukupi kebutuhan
anak. Maksud pemberian MP ASI adalah agar anak memperoleh cukup energy, protein,
vitamin, dan mineral untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Zakariah 1998,
dalam Nurlinda 2013). Maksud lain adalah membiasakan anak pada berbagai macam
makanan bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk, dan nilai gizi
(Nurlinda, 2013).
Pemberian makanan tambahan pada umur yang terlalu dini lebih sulit dilakukan
dan juga dapat membahayakan bayi. Bayi dapat mengalami alergi terhadap salah satu zat
gizi (misalnya, muncul eksim), terhambatnya penyerapan zat besi dan gizi lainnya dari

Universitas Sumatera Utara

ASI, kegemukan, dan rentan terhadap bahan-bahan tambahan makanan (pengawet,
perasa, pewarna) maupun faktor kebersihannya (hygiene). Akan tetapi penundaan
pemberian makanan padat juga tidak baik karena kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan, kecerdasan, dan imunitasnya terhadap
penyakit (Widodo, 2009).
Pemberian makanan tambahan sebelum usia enam bulan (4-6 bulan) baru
diberikan bila memang ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi lagi. Hal ini ditandai
dengan pertambahan berat badan bayi yang kurang meskipun pemberian ASI sudah tepat
dan bayi sering munim ASI, tetapi tampak lapar (Widodo, 2009). Pemberian Usia MP
ASI yang terlalu dini mempunyai risiko kesehatan oleh karena secara fisiologis bayi
belum siap untuk menerimanya. Bayi akan mudah terkena diare dan penyakit-penyakit
lain. Selain itu akan menurunkan intensitas dan frekuensi pengisapan ASI, sehingga
asupan ASI pun menjadi berkurang, padahal ASI mengandung hampir semua zat gizi dan
zat kekebalan yang penting untuk bayi (Rohmani, 2010).
Berdasarkan Widodo (2009) kriteria makanan tambahan yang baik adalah
sebagai berikut:
1.

Makanan yang menyediakan energi, protein, vitamin, mineral (terutama vitamin A,

vitamin C, zat besi, seng, kalsium, dan asam folat).
2.

Makanan yang bersih, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, dan nyaman

(tidak terlalu pedas, asin, dan bau amis).
3.

Disenangi oleh bayi.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2

Alasan menunda pemberian MP ASI
Ilmu medis terus berkembang seiring bertambahnya riset-riset terbaru. Beberapa

hasil riset belakangan ini menegaskan bahwa MP ASI sebaiknya diberikan setelah bayi
berusia 6 bulan. Menurut Purbantini (2010), ada beberapa alasan mengapa harus
menunda memberikan makanan padat sampai bayi berusaia 6 bulan:
1.

ASI adalah makanan satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan bayi

hingga berumur 6 bulan.
ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna. ASI
dirancang khusus untuk pencernaan bayi yang sensitif. Protein dan lemak pada ASI lebih
mudah dicerna oleh bayi. ASI mengandung paling tidak 100 bahan yang tidak ditemukan
dalam susu sapi dan tidak dapat dibuat di laboratorium. Pada bulan-bulan pertama, pada
saat bayi dalam kondisi rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare,
sindrom SID (sudden infant death) atau kematian mendadak, infeksi telinga, dan penyakit
infeksi lainnya. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi
berkembang baik pada 6 bulan pertama, bahkan pada umur lebih dari 6 bulan. Setelah 6
bulan, bayi biasanya membutuhkan lebih banyak zat besi dan zinc (seng) daripada yang
disediakan di dalam ASI. Pada saat inilah, nutrisi tambahan dapat diberikan melalui
makanan padat.
2. Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai penyakit
Bayi mendapatkan imunitas dari ASI selama mereka disusui, namun kekebalan
terbesar didapat selama bayi mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung lebih dari 50
faktor imunitas yang sudah dikenal dan mungkin lebih banyak lagi yang masih belum

Universitas Sumatera Utara

diketahui. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif
dibawah 4 bulan akan mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit ketimbang bayi yang
diberi ASI ditambah makanan lain. Kemungkinan terjadinya penyakit pernapasan selama
masa kanak-kanak menjadi berkurang bila bayi mendapat ASI eksklusif sedikitnya 15
minggu, dengan catatan tidak diberikan makanan tambahan apapun selama masa
tersebut. Pemberian MP ASI terlalu dini bak membuka gerbang masuknya berbagai jenis
kuman, apalagi jika disajikan dengan tidak higienis.
3. Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi agar berkembang menjadi
lebih matang.
Pada umur 6-9 bulan, baik secara pertumbuhan maupun psikologis, biasanya bayi
lebih siap menerima makanan padat. Makanan padat yang diterimanya sebelum sistem
pencernaan bayi siap untuk menerimanya mengakibatkan makanan tidak tercerna dengan
baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan,
timbulnya gas, konstipasi/sembelit, dan sebagainya).
Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung
dan pepsin dibuang pada saat kelahiran. Jumlah asam lambung dan pepsin baru
meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa pada saat bayi berumur 3-4 bulan.
Sampai umur sekitar 6 bulan, jumlah enzim amylase yang dihasilkan oleh pankreas
belum cukup untuk mencerna makanan kasar. Enzim pencernaan karbohidrat, seperti
maltase, isomaltase, dan sukrase belum mencapai tingkat orang dewasa sebelum bayi
umur 7 bulan. sebelum umur 6-9 bulan, jumlah lipase dan bile salts juga sedikit sehingga
pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa.

Universitas Sumatera Utara

4. Mengurangi risiko alergi makanan.
Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif
dapat memperendah angka terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai umur antara 4-6
bulan, bayi memiliki apa yang disebut “usus terbuka”. Ini berarti jarak-jarak yang berada
di antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh –termasuk
protein dan bakteri pathogen– dapat masuk kedalam aliran darah. Hal ini dapat
menguntungkan bagi bayi yang mendapat ASI eksklusif karena zat antibodi yang
terdapat di ASI juga masuk langsung melalui aliran darah. Hal ini juga berarti proteinprotein lain dari makanan selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita
alergi) dan bakteri pathogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dapat masuk.
Selama 4-6 bulan pertama umur bayi, saat usus bayi masih terbuka, organ pencernaan
bayi dilapisi oleh antibodi (lgA) dari ASI. Antibodi ini menyediakan kekebalan pasif
yang mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi.
Pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibody sendiri dan penutupan usus
biasanya terjadi pada saat yang sama.
5. Membantu melindungi bayi dari bahaya anemia karena kekurangan zat besi.
Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung zat besi –terutama
pada umur 6 bulan pertama– dapat mengurangi efisiensi penyerapan zat besi pada bayi.
Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif selama 6-9 bulan
menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang normal.

Universitas Sumatera Utara

6. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu menjaga suplai ASI
Berbagai studi menunjukkan bahwa makanan padat dapat menggantikan porsi
susu dalam makanan bayi. Semakin banyak makanan padat yang dimakan oleh bayi,
semakin sedikit susu yang dia serap dari ibunya. Jika susu yang diserap dari ibu semakin
sedikit, berarti produksi ASI juga semakin sedikit. Bayi yang makan banyak makanan
padat atau makan makanan padat pada umur lebih muda cenderung lebih cepat disapih.
7. Pemberian makanan padat terlalu dini dapat menyebabkan obesitas di kemudian hari.
Pemberian makanan padat yang terlalu dini sering kali dihubungkan dengan
meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak.
8. Bayi belum dapat mengontrol dengan baik otot-otot tenggorokan dan lidah dengan
baik.
Karena itulah proses menelan jadi sulit dan dapat menjadikan bayi tersedak.
Refleks lidah masih sangat kuat dan dapat menyebabkan pemeberian makanan padat
menjadi sulit.
Selain itu hal yang tak kalah penting lainnya adalah, menunda memberikan MP
ASI pada bayi kurang dari 6 bulan bukan hanya berlaku untuk bayi yang mendapat ASI
eksklusif. Bayi yang tidak mendapat ASI (susu formula atau mixed) sebaiknya juga diberi
MPASI setelah umur 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3

Tujuan pemberian MP ASI
Tujuan pemberian makanan tambahan pendamping ASI adalah

Maryunani (2010):
1. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan
dengan berbagai rasa dan bentuk.
3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
4. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
2.2.4

Bentuk makanan MP ASI
Bentuk makanan MP ASI antara lain (Maryunani, 2010):

1. Makanan Lumat
Makanan lumat adalah semua makanan yang dimasak dan/atau disajikan
secara lumat, yang diberikan pertama kali kepada bayi sebagai peralihan dari ASI ke
makanan padat. Makanan lumat diberikan pada usia bayi 6 bulan. Contoh makanan
lumat: bubur tepung, bubur beras (encer), nasi atau pisang dilumatkan, ketupat
dilumatkan, lauk-pauk yang dilumatkan ataupun sayuran ayng dilumatkan. Makanan
lumat diberikan 2 kali sehari. Sejalan dengan pertambahan umur anak, frekuensi
pemberian meningkat menjadi 4-5 kali 1 piring kecil sehari.
2. Makanan lembek
Makanan lembek adalah peralihan dari makanan lumat menjadi makanan
keluarga. Makanan lembik ini diberikan pada anak usia 7-12 bulan. Contoh makanan
lembik: bubur beras (padat), nasi lembik, ketupat dengan disertai aluk-pauk seperti

Universitas Sumatera Utara

tempe, tahu, beserta sayuran. Diberikan secara bertahap dari 1 kali sehari hingga 4-5 kali
1 piring sedang.
3. Makanan keluarga
Makanan keluarga adalah makanan ayng dikonsumsi oleh anggota
keluarga yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada anak.
Umur

Bentuk makanan

Berapa kali sehari

Berapa banyak setiap kali
makan
Teruskan
2-3 sendok makan secara
pemberian ASI bertahap hingga mencapai
sesering
½ gelas atau 125 ml setiap
mungkin.
kali makan.
Makanan lumat
2-3 kali sehari.
Makanan
selingan 1-2 kali
sehari
(buah,
biscuit).
Teruskan
½ gelas/mangkuk atau 125
pemberian ASI
ml.
Makanan lembik
3-4 kali sehari
Makanan
selingan 1-2 kali
sehari.

6-8 bulan

- ASI
- Makanan
lumat (bubur
dan makanan
keluarga yang dilumatkan.
-

9-11
bulan

- ASI
- Makanan
lembik
atau dicincang yang
mudah ditelan anak.
- Makanan
selingan yang
dapat dipegang
anak diberikan
di
anatara
waktu makan
lengkap

12-24
bulan

- Makanan
- Makanan
keluarga
keluarga 3-4 kali
sehari
- Makanan yang
dicincang atau - Makanan
selingan 1-2 kali
dihaluskan jika
sehari
diperlukan
- Teruskan
- ASI
pemberian ASI

- ¾ gelas nasi/ penakar
(250 ml).
- 1 potong kecil ikan/
daging/ayam/telur
- 1
potong
kecil
tempe/tahu atau 1 sdm
kacang-kacangan
- ¼ gelas sayur.
- 1 potong buah
- ½ gelas bubur/1 potong
kue/1 potong buah.

Sumber: Buku pedoman KIA, 2015.

Universitas Sumatera Utara

2.2.5

Jenis makanan pendamping ASI
Secara umum, ada 2 jenis MP ASI, yaitu hasil pengolahan pabrik atau

disebut dengan “MP ASI pabrikan” dan hasil pengolahan rumah tangga atau disebut
dengan “MP ASI local”. MP ASI local memiliki beberapa dampak positif, antara lain
(Yuliarti, 2010):
1.

Ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP ASI dari bahan
pangan local sesuai dengan kebiasaan aspek social-budaya setempat sehingga ibu
dapat melanjutkan pemberian MP ASI local secara mandiri.

2.

Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, serta memperkuat
kelembagaan, seperti PKK dan Posyandu.

3.

Memiliki potensi meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui penjualan
hasil pertanian.

4.

Sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.

2.2.6

Frekuensi pemberian makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pertama cukup dua kali sehari, satu atau dua

sendok teh penuh. Kebutuhan bayi akan meningkat siring tumbuh kembangnya. Jika
bayi telah menggemari makanan baru tersebut, ia akan mengonsumsi 3-6 sendok
besar penuh setiap kali makan, namun bayi tetap membutuhkan ASI. Pada usia 6-9
bulan, bayi setidak-tidaknya membutuhkan 4 porsi. Jika dengan takaran tersebut bayi
masih kelaparan, maka bayi diberikan makanan selingan, misalnya pisang atau
biscuit. Buah-buahan merupakan makanan selingna yang sempurna. Bayi
memerlukan sesuatu untuk dimakan setiap 2 jam, begitu terbangun.

Universitas Sumatera Utara

Menginjak usia 9 bulan, bayi yang telah mempunyai gigi dan mulai pandai
mengunyah kepingan makanan. Sekitar usia 1 tahun, bayi sudah mampu memakan
makanan orang dewasa. Pada saat itu, bayi makan (mungkin) 4 sampai 5 kali sehari.
Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa (Arisman,
2009). Menurut SDKI 2012, Rata-rata anak sehat yang mendapatkan ASI, harus
mendapatkan makanan padat/semi padat sebanyak dua sampai dengan tiga kali sehari
pada umur 6-8 bulan dan tiga sampai empat kali per hari antara umur 9 sampai
dengan 24 bulan, dengan tambahan makanan kecil sebanyak satu sampai dengan dua
kali per hari.
2.2.7

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP ASI
Menurut Maryunani (2010), berikut ada beberpa hal yang harus diperhatikan

dalam pemberian MP ASI. Yang pertama adalah kebersihan alat makan, karena
apabila kebersihan tidak diperhatikan akan menimbulkan penyakit pada anak seperti
diare. Kemudian membuat makanan secukupnya sesuai dengan kebutuhan anak dan
kapasitas lambungnya. Selain itu, ibu juga harus memberikan makanan sebaikbaiknya kepada anak serta membuat variasi makanan agar anak tidak bosan, serta
jangan memberikan makanan dekat dengan waktu makan.
Memberikan makanan yang berlemak juga menyebabkan anak kenyang lebih
lama dan tidak mau makan pada saat jam makan. Dan mengajak balita makan
bersama anggota keluarga lain. Kemudian menurut Prabantini (2010), bayi juga
menunjukkan kesiapan menerima makanan pendamping jika menunjukkan tandatanda berikut:

Universitas Sumatera Utara

1.

Bayi mulai memasukkan tangan kemulut dan mengunyahnya.

2.

Berat badan sudah mencapai dua kali berat lahir.

3.

Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makan.

4.

Hilangnya refleks menjulurkan lidah.

5.

Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau ketika disodori
puting susu.

6.

Bayi rewel atau gelisah, padahal sudah diberi ASI atau susu formula 4-5 kali
sehari.

7.

Bayi sudah bisa mengontrol kepalanya pada posisi tegak dengan baik.

8.

Keingintahuannya terhadap makanan yang dimakan oleh orang lain semakin
besar. Bayi memerhatikan dengan seksama ketika orang lain makan (biasanya
mulut mereka ikut mengecap).

2.2.8

Panduan WHO untuk pemberian makanan bayi dan anak

1. Age: MP ASI diberikan saat bayi berusia 6 bulan berdasrkan kesiapan bayi.
Pemberian MP ASI telat bulan dapat menyebabkan bayi tidak mendapat cukup nutrisi
sehingga mengalami defisiensi zat besi, tumbuh kembang yang terlambat.
2. Frequency: Frekuensi pemberian makan: pada awal MP ASI diberikan 1-2 kali;
usia 6-9 bulan diberikan 2-3 kali makan sehari ditambah 1-2 kali camilan; dan pada
usia 9-12 bulan 3 kali makan dan 2 kali camilan.
3. Amount: Banyaknya pemberian makanan, yaitu: di awal MP ASI, bayi diberikan
sebanyak 2-3 sdm dewasa per porsi makan; usia 6-9 bulan bertahap mulai 3 sdm

Universitas Sumatera Utara

dewasa hingga 125ml per porsi makan; usia 9-12 bulan bertahap dari 125 ml hingga
250 ml per porsi makan.
4. Texture: Tekstur makanan berdasrkan panduan WHO terbaru, langsung diberi
pure/bubur halus (lembut) tp semikental. Setelah mulai makan beberpa minggu
sampai usia 9 bulan, tekstur lebih kental berupa bubur saring yang lebih bertekstur
dibandingkan bubur halus/lembut (makanan lumat). Mulai usia 9 bulan, anak sudah
bsa makanan yang dicincang halus, tidak keras dan mudah dijumput oleh anak
(makanan lembek). Diharapkan mulai usia 1 tahun, anak sudah bias makan makanan
keluarga.
5. Variety : Variasi keberagaman makanan yang dianjurkan diberikan sejak awal
pemberian ASI adalah bahan makanan yang kaya zat besi, terdiri dari sumber
karbohidrat, protein nabati (kacang-kacangan), protein hewani, sayuran dan buah,
serta sumber lemak tambahan seperti minyak, mentega, margarine, santan dan kaldu.
6. Active/responsive: Saat member makan, respon anak dengan senyum, juga kontak
mat, dan beri kata-kata positif yang menyemangati. Beri makanan lunak yang bias
dipegang untuk merangsang anak aktif makan sendiri.
7. Hygiene: Menyiapakan dan memasak makanan secara higienis. Ibu memastikan
makanan bebas pathogen, tidak mengandung racun/bahan kimia berbahaya, cuci
bersih, masak, dan simpan dengan baik, cuci tangan ibu dan bayi sebelum makan.
2.2.9

Cara pemberian makanan tambahan
Pada awal pemberian makanan tambahan harus berupa bubur (lunak)

seperti bubur susu, yaitu tepung serealia (misalnya, beras, terigu, dan maizena)

Universitas Sumatera Utara

dicampur dengan susu, atau nasi tim dicampur lauk (misalnya, daging dan hati) dan
sayuran (misalnya, bayam dan wortel). Untuk memudahkan adaptasi, bubur dibuat
lunak, kemudian secara bertahap ditambahkan campuran lain hingga semakin padat.
Akan tetapi, bubur juga tidak boleh terlalu encer sehingga harus memerhatikan
kapasitas lambung bayi.
Lambung bayi menampung 200 ml makanan, dan nutrisi utama yang
dibutuhkan adalah bagian padatnya. Anak tidak mungkin makan beberapa mangkok
makanan encer dalam satu porsi. Salah satu cara mengatasi makanan encer ini adalah
dengan mengganti airnya dengan susu, atau penambahan bahan berlemak/berminyak.
Jika menggunakan produk-produk makanan bayi buatan industry, sajikan seperti
aturan yang tercantum agar tidak menjadi terlalu encer (Widodo, 2009).
Berdasarkan Widodo (2009) ada beberapa metode pengenalan makanan padat.
1.

Memberikan makanan padat saat bayi lapar.

2.

Karena bayi secara alamiah cenderung mendorong lidah ke depan, maka

diberikan makanan menggunakan sendok dengan mendorong makanan ke belakang.
3.

Menggunakan sendok kecil dengan gagang lurus. Awalnya 1 sampai 2 sendok

makanan, lalu tingkatkan menjadi 2 sampai 3 sendok makan setiap makan.
4.

Kenali kemungkinan alergi anak terhadap makanan, berikan jenis makanan baru

setelah interval 4-7 hari.
5.

Jangan mengajari anak mencampur makanan dengan susu formula dalam botol.
Mengingat bahwa perut memiliki kapasitas kecil, maka anak harus lebih

sering diberi makan. Kebutuhan pangan dan gizi berbeda antar individu, yang salah

Universitas Sumatera Utara

satunya dipengaruhi oleh tahap perkembangan. Tahap ini meliputi kehidupan
sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lansia. Laju
pertumbuhan sebelum dan setelah lahir (pre-natal dan post-natal) serta semasa bayi (<
1 tahun) adalah lebih cepat daripada tahap lainnya dari kehidupan (Yuniastuti, 2008).
Oleh Karena itu, MP ASI hendaknya bersifat padat gizi, mengandung serat, dan
minim mengandung bahan yang sulit dicerna. MP ASI tidak boleh bersifat kamba
(voluminous) sebab akan member rasa kenyang pada bayi. Sifat kamba terutama
terdapat pada serelia dan umbi-umbian (Nurlinda, 2013).
Anak yang menolak MP ASI merupakan masalah serius karena dapat
menyebabkan kurang gizi. Penyebab anak menolak makanan antara lain (Albar 2004
dalam Nurlinda 2013):
1.

Anak sakit. Selera makan anak berkurang atau hilang bila ada infeksi cacing,
sakit mulut, atau sakit tenggorokan.

2.

Anak tidak senang. Misalnya ibunya sakit, keuar rumah, atau baru melahirkan.
Anak membutuhkan ekstra perhatian dan kasih saying, terutama menjelang
makan.

3.

Gigi sedang tumbuh. Berikan benda bersih dank eras untuk dikunyah, misalnya
sendok.
Menurut Dewi (2010) berdasarkan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial RI, faktor yang mempengaruhi pola pemberian MP ASI diantaranya adalah
pendapatan, besar keluarga, pembagian dalam keluarga, pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Pengetahuan
Pengetahuan, kata dasarnya „tahu‟, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an.
Imbuhan „pe-an‟ berarti menunjukkan adanya proses.

Jadi menurut susunan

perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang
disebut pengetahuan. Adapun pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya
pada diri manusia.
Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawahan
kodrat manusi, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan.
Sedangkan kehendak adalah salah satu unsure kekuatan kejiwaan. Adapan unsur lainnya
adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan. Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan
secara terbuka bekerja saling pengaruh mempengaruhi menurut situasi dan keadaan.
Artinya, dalam keadaan tertentu ysng berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan
bisa lebih dominan. Konsekuensinya, ada pengetahuan akal (logika), pengetahuan
perasaan (estetika) dan pengetahuan pengalaman (etika) (Suhartono, 2008).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilkau terbuka (overt behavior). Perilaku yang
bersumber dari pengetahuan biasanya bersifat langgeng (Sunaryo, 2002). Menurut KBBI
(1990), pengetahuan adalah produk dari tahu, yakni mengerti sesudah melihat,
menyaksikan dan mengalami.
Adanya pengetahuan ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yakni dari dalam diri manusia bahwa didalam diri manusia terdapat sifat kodrat berupa

Universitas Sumatera Utara

kecenderungan ingin tahu. Sementara faktor eksternal adalah, dorongan dari luar berupa
tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Jadi, bagi manusia,
pengetahuan yang bernilai benar, indah dan baik adalah mutlak perlu. Hanya dengan
pengetahuan

demikian

itu

manusia

bisa

mendapatkan

kemampuan

untuk

mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupan demi tercapainya tujuan
hidup.
Proses memperoleh pengetahian ini terkesan sangat sederhana. Dimulai dari
pengamatan terhadap gejala alam ataupun peristiwa yang terajadi di sekitar. Kemudian
dicari hubungan sebab akibat, lalu dimabli kesimpulan. Tanpa dilakukan analisis
danpengujian lebih lanjut berdasarkan prosedur keilmuan. Oleh karena itu kesimpulan
yang diambil, mungkin saja bersifat kebetulan atau kebenaran yang berlaku sesaat. Bisa
saja pada fenomena dan peristiwa yang sama, suatu saat memang benar, tapi dilain kali
yagn lain dan di tempat lain, ternyata hasilnya berbeda. Hasil kesimpulan sulit
dipertanggung jawabkan kebenarannya secara empiris (Jalaluddin, 2013).
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan yaitu:
1.

Tahu, merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya dapat
mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Ukuran bahwa sesorang ialah bawa ia dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan dan menyatakan.

2.

Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
dengan benar tentang objek. Seseorang yang telah paham sesuatu harus dapat
menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum rumus, metode dalam
situasi nyata.

4.

Analasis, artiya adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagianbagian lebih kecil , tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih
terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan ialah dapat menggambarkan , membuat
bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses perilaku, dan dapat
membedakan pengertian psikologi dan fisiologi.

5.

Sintesis, yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan ialah ia dapat menyusun,
meringkas, merencanakan, dan meyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah
ada.

6.

Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2.3.1 Sumber pengetahuan
Mengenai sebab-musabab pengetahuan, juga bersangkutan erat dengan
masalah sumber-sumber pengetahuan. Dikenal ada beberapa sumber, yaitu
kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama; kesaksian orang lain;
pancaindra (pengalaman); akal pikiran; dan transisi.
Menurut Suhartono (2008), sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan
tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini

Universitas Sumatera Utara

biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam norma-norma dan kaidah-kaidah ini terkandung
pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan
empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, ahrus diikuti dengan tanpa
keraguan, dengan percaya secara bulat. Banyak hal yang bersumber dari adat istiadat,
kepercayaan dan agama-agama yang tersebar di dalam kehidupan masyarakat yang
berbeda-beda. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat
tetap (mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua, pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang
lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas
kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang
yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik
atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh
tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah memercayai mereka sebagai orangorang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh
jadi sumber pengetahuan ini menandung kebenaran, tetapi persolannya terletak pada
sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh ana kesaksian
pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran atau pengalaman yang telah teruji
kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan
kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya, menganai sumber ketiga, yaitu pengalaman indrawi. Sejauh
mana tingkat kebenarannya? Bagi manusia, pengalaman indrawi adalah alat vital

Universitas Sumatera Utara

penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah
dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung kebenaran suatu objek, dan secara
langsung pula bisa melakukan kegiatan hidup.
Tetapi, apakah daya kemampuan pancaindra dalam menangkap kebenaran
objek bisa dipercaya atau diyakini? Bukankah kita sering tertipu dengan kesaksiankesaksian indra? Lihatlah peristiwa-peristiwa seperti gaung, ilusi, halusinasi,
fatamorgana, tangis atau tawa seseorang, dan sebagainya, sering kali menipu
kemampuan pengindraan kita. Karena sesungguhnya kemampuan pancaindra itu amat
terbatas. Terbatas hanya pada sisi-sisi tertentu dari objek-objek fisis yang menampak
dan menggejala (appearance), di depan indra saja. Kecuali itu, ada objek
sesungguhnya (actual) yang berada secara tersirat di dalam fenomena indrawi itu.
Kenyataannya, banyak orang tersesat dan celaka karena keputusan dan penilaian yang
diberikan menurut pengindraan. Oleh sebab itu, pengindraan sering diragukan
kebenarannya.
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan pancaindra, akal pikiran
memiliki sifat lebih ruhani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi pancaindra,
yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau
pancaindra hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang
satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran akan mampu menangkap halhal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam, dan yng berisfat tetap,
tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan
kebenaran pengetahuan indrawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan.

Universitas Sumatera Utara

Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih
umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetapi tidak berubah-ubah. Sehingga
dengan demikian dapat diyakini kebenarannya, meskipun bersifat apriorik-deduktif,
dalam arti belum tentu dapat dialami secara indrawi.
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam.
Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kdalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan
pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indra
maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan seta-merta seseorang memutuskan untuk
berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam
pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya
tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun akal pikiran.
Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka.

2.3.2 Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk tidak
memberikan ASI ekslusif. Dalam sebuah penelitian, ada 23 ibu (76,6%) yang
beranggapan bahwa ASI ibu tidakkeluar pada hari-hari pertama, 13 orang (43%)
beranggapan bahwa pemberian ASI selalu ditambah dengan bubur, pisang atau
mkaanan yang lain, ibu ang mengatakan mengerti bagaimana teknik menyusui yang
benar yaitu sebanyak 11 orang (36,6%), dan ASI yang keluar dihari-hari pertama
berbau amis sebanyak 14 orang (46,6%).

Universitas Sumatera Utara

Sebagian ibu juga beranggapan bayinya tidak kenyang kalau diberi ASI saja.
Padahal tanpa ibu sadari manfaat dari ASI itu sendiri buat bayi antara lain merupakan
makanan terbaik bagi bayi, memberikan imunitas bagi bayi (mengurangi diare,
infeksi saluran nafas, alergi dan infeksi lainnya), sementara dari aspek psikologisnya
dapat mempererat tali kasih antar ibu dan anak.
Banyak factor yang berhubugnan dengan pemberian MP ASI dini oleh ibu
(Kumalasari, Sabrian dan Hasanah, 2015). Factor-faktor tersebut meliputi
pengetahuan, kesehatan dan pekerjaan ibu, iklan MP ASI, petugas kesehatan, budaya
dan social ekonomi. Pengetahuan ibu yang masih kurang terhadap manfaat ASI
eksklusif sangat erat kaitanyya dengan peberian MP ASI dini. hal ini sesuai dengan
penelitian

yang

dilakukan

terdahulu,

diketahui

bahwa

factor

penghambat

keberlanjutan pemberian ASI adalah pengetahuan dan keyakinan ibu bahwa bayi
tidak akan cukup memperoleh zat gizi jika hanya diberi ASI samapi umur 6 bulan.
Pengetahuan para ibu juga berhubungan dengan sumber informasi yang ibu dapatkan
dari mitos dan media massa. Ibu menyatakan bahwa penyebab pemberian MP ASI
dini pada bayi mereka dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam meberikan MP ASI
turun temurun dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang pada
saat upacara bayi (aqiqah) yang mencapai usia tiga bulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kristianto dan Sulistryani (2013), ibu
yang memberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan memiliki
pengetahuan kurang. Hal ini dikarenakan ibu tersebut tidak paham akan pengertian
makanan pendamping ASI dan tidak mengerti waktu pemberian makanan yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan responden dalam penelitian tersebut yang kurang dapat disebabkan
karena ibu tersebut urang aktif dalam mecari informasi tentang pemberian makanan
pendamping secara benar.
2.4 Kerangka Konsep

Pengetahua
n ibu

-

Pola pemberian
ASI
Frekuensi
Durasi
Pola pemberian MP
ASI
- Usia pertama
pemberian MP ASI
- Bentuk MP ASI
- Frekuensi MP ASI

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas, pengetahuan ibu atau segala sesuatu
yang diketahui ibu tentang ASI dan makanan pendamping ASI berkaitan dengan pola
pemberian ASI yang terdiri dari frekuensi dan durasi pemberian ASI, serta berkaitan
juga dengan pola pemberian makanan pendamping ASI yang terdiri dari usia pertama
pemberian, bentuk dan frekuensi makanan pendamping ASI.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

2 12 148

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 11

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 4 3

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 44

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 1 18

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 9

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 26