Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular dan dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Timbulnya gejala biasanya
cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi
demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas,
mengi atau kesulitan bernapas (WHO, 2007)
ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun,
98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas
sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negaranegara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah (WHO, 2007)
Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di Indonesia
karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada anak-anak dan balita.
ISPA kerap pada urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan
balita. Selain itu, ISPA juga sering berada daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah
Sakit. Pada survei mortalitas yang dilakukan menyebutkan bahwa sebanyak
23,6% kematian pada balita disebabkan oleh ISPA, yang merupakan proporsi

terbesar dari seluruh penyebab kematian pada balita (Depkes RI, 2007)

1

Universitas Sumatera Utara

2

Data Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 menunjukkan cakupan
penemuan kasus ISPA Pneumonia pada balita relatif masih rendah walaupun
mengalami peningkatan dari tahun 2012. Dari jumlah perkiraan kasus pada tahun
2013 sebesar 153.912 kasus, yang ditemukan dan ditangani sebesar 23.643 kasus
(15,36%) sedangkan tahun 2012, dari 148.431 perkiraan kasus balita yang
menderita penemonia; yang ditemukan dan ditangani hanya 17.443 balita atau
11,74%. Kabupaten dengan jumlah penderita kasus ditemukan dan ditangani
terbanyak adalah kabupaten Karo sebesar 84,7%, disusul dengan Kabupaten
Tapanuli Utara sebesar 71,5% dan Kabupaten Nias Selatan sebesar 34,7%.
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus, maupun riketsia, tanpa atau
disertai radang parenkim paru.Virus pernapasan merupakan penyebab terbesar

ISPA, hingga kini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA
(Alsagaff, 2005)
Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor
yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya penyakit. Secara umum ada 3
faktor risiko ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor individu, serta faktor perilaku.
Faktor lingkungan yang dimaksud meliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap
hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi),
ventilasi rumah dan kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak,
berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku
meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran
aktif keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA (Maryunani, 2010)

Universitas Sumatera Utara

3

Berdasarkan

peraturan


pemerintah

NO.109

tahun

2012

tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan, rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum,
nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan
Menurut WHO, Indonesia merupakan Negara ketiga dengan jumlah
perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok
berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya
angka kematian akibat rokok . Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok

di dunia akan mencapai 10 juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari Negara
yang berkembang.
Paparan asap rokok pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok
dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan termasuk ISPA serta gangguan
pernafasan pada balita. Hal ini disebabkan karena 60 bahan toksik yang
terkandung pada asap rokok diketahui besifat karsinogen. Tidak ada tingkat
paparan yang aman dari terpapar asap rokok (WHO, 2011).
Salah satu golongan umur yang juga terpapar asap rokok, balita juga
sering disebut perokok pasif (second hand smoker). Second hand smoke adalah
gabungan dari asap rokok yang dihasilkan dari pembakaran rokok dan asap rokok
yang keluar dari pernafasan perokok aktif. Menurut WHO, second hand smoke
lebih berbahaya karena mengandung ribuan zat kimia dan sedikitnya, 250

Universitas Sumatera Utara

4

diantaranya dikenal sebagai zat yang bersifat karsinogenik dan beracun dan sangat
berpengaruh pada kesehatan dan perkembangan balita (WHO, 2007).
Membuka jendela atau membatasi merokok di ruang khusus hanya

memberikan sedikit perlindungan terhadap paparan asap rokok. Para peneliti telah
menemukan bahwa asap dari sebatang rokok bisa melayang di dalam ruangan
selama 2,5 jam bahkan ketika jendela terbuka. Kemudian polutan dari asap
tersebut akan mengendap di lantai dan menempel di dinding rumah dan akan
dilepaskan kembali ke udara (ASH, 2015).
Banyak aspek kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Banyak pula penyakit yang disebabkan, dipengaruhi, dan ditularkan oleh faktorfaktor lingkungan. Oleh karena itu, hubungan manusia dengan lingkungannya
merupakan hal yang penting dalam kesehatan masyarakat (Moeller, 2005).
Rumah merupakan salah satu bagian dari lingkungan sangat berpengaruh
dalam kejadian suatu penyakit. Lingkungan rumah memegang kontribusi yang
besar terhadap kejadian ISPA. Sebagai faktor resiko ISPA, indoor air pollution
sangat dipengaruhi oleh lingkungan rumah. Kualitas udara dalam ruang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti langit-langit, ventilasi, kepadatan hunian,
dan kelembaban (Permenkes RI No.1077 Tahun 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh suryani dkk (2013), bahwa ada hubungan
antara ventilasi rumah, pencahayaan alami, kepadatan, kebiasaan merokok
anggota keluarga didalam rumah, dan penggunaan bahan bakar rumah tangga
dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang tahun 2013.


Universitas Sumatera Utara

5

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi
kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah
setelah bekerja, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat
untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah sehat adalah
kondisi fisik, kimia,biologi di dalam rumah dan perumahan yang sesuai dengan
syarat kesehatan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (Syafrudin,2011)
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Puskesmas Tiga Panah, ISPA
menduduki peringkat pertama dalam 10 penyakit tertinggi di kecamatan Tiga
Panah pada tahun 2014. Data puskesmas pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
sebanyak 5.964 orang terkena ISPA. Salah satu desa di kecamatan Tiga Panah,
yaitu desa Suka Sipilihen. Dari survei yang dilakukan, di Desa Suka Sipilihen
termasuk desa yang penduduknya cenderung terkena ISPA. Data pengunjung
puskesmas menunjukkan bahwa setiap bulan terdapat warga yang terkena ISPA
terutama pada balita dan menurut laporan bulanan ISPA bahwa pada tahun 2015
tercatat bahwa sebanyak 38 balita terkena ISPA dan dari survei yang dilakukan

masih banyak penduduk yang memiliki rumah, namun tidak sesuai dengan syarat
kesehatan.
Di desa tersebut dapat kita temui rumah yang sudah memiliki ventilasi,
namun ventilasi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya
warga menutup ventilasi rumah dengan karton ataupun triplek, hal itu dilakukan
karena cuaca yang dingin. Selain ventilasi, jendela rumah yang seharusnya
berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara dan cahaya pun tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

6

berfungsi dengan baik. Jarangnya warga membuka jendela karena aktivitasnya
cenderung diluar rumah. Selain itu, warga di Desa Suka Sipilihen memiliki
kebiasaan merokok yang telah menjadi budaya masyarakat setempat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan
penelitian tentang apakah ada hubungan antara hubungan kondisi lingkungan
rumah dan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil survei awal pada tanggal 22 Maret 2016 yang dilakukan
di Puskesmas Tiga Panah, terdapat 38 balita yang menderita ISPA dari Januari
sampai desember 2015 di Desa Suka Sipilihen . Selain itu, ada beberapa masalah
yang didapat dari lokasi tersebut, antara lain terdapatnya kebiasaan dan budaya
merokok yang cukup tinggi. Kebiasaan merokok tersebut tidak hanya dilakuan
oleh orang tua, namun anak-anak yang masih di bangku sekolah juga sudah
merokok dan dari tinjau lokasi yang dilakukan masih banyak rumah yang belum
memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah ada
hubungan hubungan kondisi lingkungan rumah dan kebiasaan merokok anggota
keluarga dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen
Kecamatan Tiga Panah tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

7

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan hubungan kondisi lingkungan rumah dan
kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5)

tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah tahun 2016.
1.3.2 Tujuan khusus
1.

Untuk mengetahui kondisi lingkungan rumah seperti luas ventilasi,
pencahayaan alami, kelembaban, dan kepadatan hunian di Desa Suka
Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

2.

Untuk mengetahui karakteristik anak seperti umur, berat badan lahir (BBL),
status ASI ekslusif, dan status imunisasi di Desa Suka Sipilihen Kecamatan
Tiga Panah

3.

Untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian
ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga
Panah


4.

Untuk mengetahui hubungan karakteristik anak usia (0-5) tahun dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

5.

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

6.

Untuk mengetahui hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada
anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

Universitas Sumatera Utara

8

1.4 Hipotesis

1.4.1 Hipotesis Mayor
Ada hubungan kondisi lingkungan rumah dan kebiasaan merokok anggota
keluarga dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen
Kecamatan Tiga Panah tahun 2016.
1.4.2 Hipotesis Minor
1. Ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun
2. Ada hubungan pencahayaan dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun
3. Ada hubungan kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5)
tahun
4. Ada hubungan kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada anak usia
(0-5) tahun
5. Ada hubungan umur dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun
6. Ada hubungan Berat Badan Lahir (BBL) dengan kejadian ISPA pada anak usia
(0-5) tahun
7. Ada hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5)
tahun
8. Ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5)
tahun
9. Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5)
tahun

Universitas Sumatera Utara

9

10. Ada hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5)
tahun
1.5 Manfaat Penelitian
1.

Bagi Puskesmas Tiga Panah dan puskesmas pembantu di Desa Suka Sipilihen
Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan antara
kondisi fisik rumah dan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan
kejadian ISPA balita sehingga dapat meningkatkan penyuluhan dan
pembinaan terhadap masyarakat luas.

2.

Bagi Peneliti/Mahasiswa
kegiatan ini dijadikan sebagai sarana belajar untuk dapat membantu
mencegah penyakit ISPA yang ada di masyarakat serta mampu menerapkan
ilmu dan pengalaman yang didapat selama belajar di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sebagai syarat bagi peneliti untuk
mendapat gelar sarjana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

3.

Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
terutama yang mempunyai balita tentang pentingnya menjaga kondisi fisik
rumah dan bahaya akan paparan asap rokok bagi kesehatan .

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA SEMARANG

3 19 105

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

4 19 134

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 17

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 26

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 1 4

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 39

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA

0 0 16

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA DI BAWAH TIGA TAHUN (BATITA) SKRIPSI

0 0 18