Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA

BALITA DI DESA SUKA SIPILIHEN KECAMATAN TIGA PANAH TAHUN 2016

DATA UMUM

1. Hari/ Tanggal Wawancara : 2. Nomor Responden :

I. Identitas Responden

Nama ibu :

Alamat :

II. Identitas Anak 1. Nama Anak : 2. Jenis kelamin :

3. Umur :

4. Berat badan lahir :

5.Apakah anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan?

a. ASI <6 bulan ditambah makanan tambahan b. ASI saja 6. Status imunisasi


(2)

DPT 2 : 1. Ya 2.Tidak

DPT 3 : 1. Ya 2.Tidak

Campak : 1. Ya 2.Tidak

HEPATITIS B1 : 1. Ya 2.Tidak

HEPATITIS B2 : 1. Ya 2.Tidak

HEPATITIS B3 : 1. Ya 2.Tidak

III. ISPA

Apakah satu bulan terakhir anak Ibu mengalami gejala ISPA:

No Gejala Ya Tidak

1 Batuk

2 Pilek

3 Disertai Demam

IV. Kebiasaan Merokok

1. Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok?

a. Ya b. Tidak

2. Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah? a. lebih dari satu orang b.0 - 1 orang

3. Apakah anggota keluarga tersebut merokok di dalam rumah?


(3)

a. Tidak b. Ya

2. Apakah ibu membuka jendela kamar tidur setiap hari?

a.Tidak b. Ya

3. Apakah ibu mempunyai jendela ruang keluarga ?

a. Tidak b. Ya

4. Apakah ibu membuka jendela ruang keluarga setiap hari?

a. Tidak b. Ya

5. Apakah ibu mempunyai jendela dapur?

a. Tidak b. Ya

6. Apakah ibu membuka jendela dapur setiap hari ?

a.Tidak b. Ya

LEMBAR PENGUKURAN

Kepadatan Hunian

No Nama Kamar Tidur Hasil Ket

Luas lantai Jumlah Penghuni Kamar m2 orang Keterangan :


(4)

2. Luas Ventilasi

No Nama Kamar Tidur Ruang Keluarga Ruang dapur Hasil Ket LV

m2 LL m2

Hasil LV m2

LL m2

Hasil LV m2

LL m2

Hasil

Keterangan :

0 = Tidak Memenuhi Syarat (< 10%) 1 = Memenuhi Syarat ( ≥10%)

Kelembaban Udara

No Nama Kamar

Tidur Ruang Keluarga Ruang Dapur Rata-rata

Hasil Ket

% % % % % % %

Keterangan :

0 = Tidak Memenuhi Syarat (< 40 % , >70 %) 1 = Memenuhi Syarat ( 40 % - 70 %)


(5)

Lux Lux Lux

Keterangan :

0 = Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.


(6)

Lampiran 2

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Suka Sipilihen

Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 Master Data Karakteristik Balita

No Nama Umur BBL Status ASI

Eksklusif

Status imunisasi

1 Klairin 1 1 0 1

2 Revani 0 1 1 0

3 Yosa 1 1 0 1

4 Teguh 1 1 1 1

5 Alvaro 0 1 0 0

6 Rafael 1 1 1 1

7 Citra 1 1 0 1

8 Carmel 0 1 0 0

9 Martinus 0 0 0 1

10 Nadira 1 1 0 1

11 Rependo 0 1 0 0

12 Egra 1 1 0 1

13 Yulia 1 1 0 1

14 Zio 0 0 1 1

15 Arya 1 1 0 1

16 Viani 0 1 0 1

17 Zion 0 1 0 0

18 Renata 1 1 1 1

19 Santa 1 1 0 1

20 Joris 0 1 1 0

21 Olivia 1 1 0 1

22 Andika 0 1 0 0

23 Gabriela 1 1 0 1


(7)

31 Elena 1 1 1 1

32 Pipian 1 1 1 1

33 Izi 0 1 0 1

34 Reva 0 1 0 0

35 Magareta 1 1 1 1

36 Keke 1 1 0 1

37 Daniel 0 1 0 1

38 Ibrado 1 1 0 1

39 Rian 1 1 0 1

40 Ranses 1 1 1 1

Keterangan :

1. Umur : 0 = umur 0-12 bulan, 1= umur 13-60 bulan 2. 0 = < 2,500 Gram, 1 = > 2,500 Gram

3. Status Imunisasi: 0 = Imunisasi Belum Lengkap, 1= Imunisasi Lengkap 4. Status ASI Ekslusif: 0 = Tidak ASI Ekslusif, 1= ASI Ekslusif


(8)

Master Data Kondisi Lingkungan Rumah

No Nama Luas

Ventilasi Pencahayaan alami Kelembaban udara Kepadatan hunian

1 Klairin 1 1 0 1

2 Revani 0 0 0 1

3 Yosa 0 0 0 0

4 Teguh 0 1 1 1

5 Alvaro 0 0 0 0

6 Rafael 1 1 1 0

7 Citra 0 0 0 0

8 Carmel 0 0 0 0

9 Martinus 0 0 0 0

10 Nadira 1 0 0 0

11 Rependo 0 0 0 0

12 Egra 0 0 0 0

13 Yulia 0 0 0 0

14 Zio 0 0 0 0

15 Arya 1 1 1 0

16 Viani 0 0 0 0

17 Zion 1 1 0 1

18 Renata 0 0 0 1

19 Santa 1 1 1 1

20 Joris 0 0 0 0

21 Olivia 0 1 1 0

22 Andika 0 0 0 0

23 Gabriela 0 0 0 0

24 Bangkit 1 0 0 0

25 Rindu 0 0 0 0

26 Dijen 0 0 0 0

27 Ela 0 0 0 0

28 Hagita 0 0 0 0

29 Gianta 0 0 0 0

30 Nagita 0 0 1 1

31 Elena 0 0 0 0

32 Pipian 1 0 0 0

33 Izi 0 0 0 0


(9)

Master Data Kebiasaan Merokok

No Nama Ada

anggota merokok Jumlah anggota keluarga merokok Merokok dalam rumah Merokok dekat anak Kategori

1 Klairin 0 1 0 0 1

2 Revani 1 0 1 1 0

3 Yosa 0 1 0 0 1

4 Teguh 1 1 1 1 0

5 Alvaro 0 0 0 0 1

6 Rafael 1 1 1 1 0

7 Citra 0 1 0 0 1

8 Carmel 0 1 0 0 1

9 Martinus 0 0 0 0 1

10 Nadira 0 0 0 0 1

11 Rependo 0 0 0 0 1

12 Egra 1 1 1 1 0

13 Yulia 0 0 0 0 1

14 Zio 1 1 1 1 0

15 Arya 0 1 0 0 1

16 Viani 0 0 0 0 1

17 Zion 1 1 1 1 0

18 Renata 0 0 1 1 1

19 Santa 1 1 1 1 0

20 Joris 0 0 0 0 1

21 Olivia 0 0 0 0 1

22 Andika 0 1 0 0 1

23 Gabriela 0 1 0 0 1

24 Bangkit 0 0 1 1 1

25 Rindu 0 0 0 0 1

26 Dijen 0 0 0 0 1

27 Ela 0 1 0 0 1


(10)

36 Keke 0 0 0 0 1

37 Daniel 0 1 0 0 1

38 Ibrado 0 1 0 0 1

39 Rian 0 1 0 0 1

40 Ranses 0 1 0 0 1

Keterangan :

0 = Tidak beresiko apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki > 3 dari seluruh pertanyaan

1 = Beresiko apabila jawaban responden benar < 75% atau memiliki < 3 dari seluruh pertanyaan yang ada.

Master Data Membuka Jendela No Nama Mempunyai

jendela kamar tidur Membuka jendela kamar tidur Mempunyai jendela ruang keluarga Membuka jendela ruang keluarga

1 Klairin 1 0 1 0

2 Revani 0 0 1 1

3 Yosa 0 0 1 0

4 Teguh 1 1 1 1

5 Alvaro 0 0 1 0

6 Rafael 1 0 1 1

7 Citra 0 0 1 0

8 Carmel 0 1 0 0

9 Martinus 0 0 1 0

10 Nadira 1 0 1 0

11 Rependo 1 1 1 1

12 Egra 0 0 1 0


(11)

20 Joris 1 0 1 0

21 Olivia 1 0 1 1

22 Andika 0 0 1 0

23 Gabriela 0 0 1 0

24 Bangkit 1 0 1 0

25 Rindu 0 0 1 0

26 Dijen 1 0 1 1

27 Ela 0 0 1 0

28 Hagita 0 0 1 1

29 Gianta 0 0 1 0

30 Nagita 1 0 1 1

31 Elena 1 0 1 0

32 Pipian 1 0 1 0

33 Izi 1 0 1 0

34 Reva 1 0 1 1

35 Magareta 1 1 1 1

36 Keke 1 0 1 0

37 Daniel 0 0 0 0

38 Ibrado 1 1 1 1

39 Rian 1 0 1 0

40 Ranses 1 0 1 0

No Nama Mempunyai

jendela kamar dapur Membuka jendela kamar dapur Kategori

1 Klairin 1 0 1

2 Revani 0 0 1

3 Yosa 1 0 1

4 Teguh 1 1 0

5 Alvaro 0 0 1

6 Rafael 1 1 0

7 Citra 0 0 1

8 Carmel 0 0 1

9 Martinus 0 0 1

10 Nadira 1 0 1


(12)

20 Joris 1 0 1

21 Olivia 1 1 0

22 Andika 0 0 1

23 Gabriela 1 0 1

24 Bangkit 0 0 1

25 Rindu 0 0 1

26 Dijen 0 0 1

27 Ela 0 0 1

28 Hagita 0 0 1

29 Gianta 0 0 1

30 Nagita 1 1 0

31 Elena 0 0 1

32 Pipian 1 0 1

33 Izi 1 0 1

34 Reva 1 0 1

35 Magareta 1 1 0

36 Keke 0 0 1

37 Daniel 0 0 1

38 Ibrado 1 0 0

39 Rian 0 0 1

40 Ranses 0 0 1

Keterangan :

0 = Baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki > 5 dari seluruh pertanyaan

1 = Kurang baik apabila jawaban responden benar < 75% atau memiliki < 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.


(13)

LAMPIRAN 3

ANALISIS UNIVARIAT Kejadian ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ISPA 30 75.0 75.0 75.0

Tidak ISPA 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Luas Ventilasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Memenuhi Syarat 30 75.0 75.0 75.0

Memenuhi Syarat 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kepadatan Hunian Kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Memenuhi Syarat 33 82.5 82.5 82.5

Memenuhi Syarat 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kelembaban Udara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Memenuhi Syarat 32 80.0 80.0 80.0


(14)

Memenuhi Syarat 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 18 45.0 45.0 45.0

Perempuan 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0-12 bulan 15 37.5 37.5 37.5

13-60 bulan 25 62.5 62.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Berat Badan Lahir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

< 2500 2 5.0 5.0 5.0

≥ 2500 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Status ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak ASI Eksklusif 29 72.5 72.5 72.5


(15)

Valid

Belum Lengkap 9 22.5 22.5 22.5

Lengkap 31 77.5 77.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

anggota keluarga merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ada 32 80.0 80.0 80.0

Tidak ada 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

jumlah anggota keluarga merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

lebih dari satu 16 40.0 40.0 40.0

0 - 1 orang 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Keluarga yang Merokok dalam Rumah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 29 72.5 72.5 72.5

Tidak 11 27.5 27.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


(16)

kategori merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak beresiko 8 20.0 20.0 20.0

Beresiko 32 80.0 80.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

mempunyai jendela kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 17 42.5 42.5 42.5

Ya 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

membuka jendela kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 33 82.5 82.5 82.5

Ya 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

mempunyai jendela ruang keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 2 5.0 5.0 5.0

Ya 38 95.0 95.0 100.0


(17)

Total 40 100.0 100.0

mempunyai jendela dapur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 20 50.0 50.0 50.0

Ya 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

membuka jendela dapur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 33 82.5 82.5 82.5

Ya 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

kategori membuka jendela

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 9 22.5 22.5 22.5

Kurang Baik 31 77.5 77.5 100.0


(18)

ANALISIS BIVARIAT

Luas Ventilasi * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Luas Ventilasi Tidak Memenuhi Syarat Count 26 4 30

Expected Count 22.5 7.5 30.0

% within Luas Ventilasi 86.7% 13.3% 100.0%

% of Total 65.0% 10.0% 75.0%

Memenuhi Syarat Count 4 6 10

Expected Count 7.5 2.5 10.0

% within Luas Ventilasi 40.0% 60.0% 100.0%

% of Total 10.0% 15.0% 25.0%

Total Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Luas Ventilasi 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.711a 1 .003

Continuity Correctionb 6.400 1 .011

Likelihood Ratio 7.966 1 .005

Fisher's Exact Test .007 .007

Linear-by-Linear Association 8.493 1 .004

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50. b. Computed only for a 2x2 table


(19)

Kepadatan Hunian Kamar * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Kepadatan Hunian Kamar Tidak Memenuhi Syarat Count 28 5 33

Expected Count 24.8 8.3 33.0

% within Kepadatan Hunian Kamar

84.8% 15.2% 100.0%

% of Total 70.0% 12.5% 82.5%

Memenuhi Syarat Count 2 5 7

Expected Count 5.3 1.8 7.0

% within Kepadatan Hunian Kamar

28.6% 71.4% 100.0%

% of Total 5.0% 12.5% 17.5%

Total

Count

30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Kepadatan Hunian Kamar

75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.755a 1 .002

Continuity Correctionb 6.984 1 .008


(20)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006

Continuity Correctionb 5.208 1 .022

Likelihood Ratio 6.664 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00. b. Computed only for a 2x2 table

Kelembaban Udara * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Kelembaban Udara Tidak Memenuhi Syarat Count 27 5 32

Expected Count 24.0 8.0 32.0

% within Kelembaban Udara 84.4% 15.6% 100.0%

% of Total 67.5% 12.5% 80.0%

Memenuhi Syarat Count 3 5 8

Expected Count 6.0 2.0 8.0

% within Kelembaban Udara 37.5% 62.5% 100.0%

% of Total 7.5% 12.5% 20.0%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Kelembaban Udara 75.0% 25.0% 100.0%


(21)

Pencahayaan Alami * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Pencahayaan Alami Tidak Memenuhi Syarat Count 27 5 32

Expected Count 24.0 8.0 32.0

% within Pencahayaan Alami 84.4% 15.6% 100.0%

% of Total 67.5% 12.5% 80.0%

Memenuhi Syarat Count 3 5 8

Expected Count 6.0 2.0 8.0

% within Pencahayaan Alami 37.5% 62.5% 100.0%

% of Total 7.5% 12.5% 20.0%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Pencahayaan Alami 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006

Continuity Correctionb 5.208 1 .022

Likelihood Ratio 6.664 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00. b. Computed only for a 2x2 table


(22)

Umur * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Umur 0-12 bulan Count 13 2 15

Expected Count 11.3 3.8 15.0

% within Umur Balita 86.7% 13.3% 100.0%

% of Total 32.5% 5.0% 37.5%

13-60 bulan Count 17 8 25

Expected Count 18.8 6.3 25.0

% within Umur Balita 68.0% 32.0% 100.0%

% of Total 42.5% 20.0% 62.5%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Umur Balita 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.742a 1 .187

Continuity Correctionb .889 1 .346

Likelihood Ratio 1.863 1 .172

Fisher's Exact Test .269 .174

Linear-by-Linear Association 1.699 1 .192

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.75. b. Computed only for a 2x2 table


(23)

Berat Badan Lahir * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Berat Badan Lahir Balita < 2500 Count 2 0 2

Expected Count 1.5 .5 2.0

% within Berat Badan Lahir 100.0% 0.0% 100.0%

% of Total 5.0% 0.0% 5.0%

≥2500 Count 28 10 38

Expected Count 28.5 9.5 38.0

% within Berat Badan Lahir 73.7% 26.3% 100.0%

% of Total 70.0% 25.0% 95.0%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Berat Badan Lahir 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .702a 1 .402

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio 1.185 1 .276

Fisher's Exact Test 1.000 .558

Linear-by-Linear Association .684 1 .408

N of Valid Cases 40

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50. b. Computed only for a 2x2 table


(24)

Status ASI * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Status ASI Tidak ASI Eksklusif Count 26 3 29

Expected Count 21.8 7.3 29.0

% within Status ASI 89.7% 10.3% 100.0%

% of Total 65.0% 7.5% 72.5%

ASI Eksklusif Count 4 7 11

Expected Count 8.3 2.8 11.0

% within Status ASI 36.4% 63.6% 100.0%

% of Total 10.0% 17.5% 27.5%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Status ASI 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.079a 1 .001

Continuity Correctionb 9.404 1 .002

Likelihood Ratio 11.276 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 11.777 1 .001

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.75. b. Computed only for a 2x2 table


(25)

Status Imunisasi * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

Status Imunisasi Belum Lengkap Count 7 2 9

Expected Count 6.8 2.3 9.0

% within Status Imunisasi 77.8% 22.2% 100.0%

% of Total 17.5% 5.0% 22.5%

Lengkap Count 23 8 31

Expected Count 23.3 7.8 31.0

% within Status Imunisasi 74.2% 25.8% 100.0%

% of Total 57.5% 20.0% 77.5%

Total Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within Status Imunisasi 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .048a 1 .827

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .049 1 .825

Fisher's Exact Test 1.000 .601

Linear-by-Linear Association .047 1 .829

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25. b. Computed only for a 2x2 table


(26)

kategori merokok * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

kategori merokok Tidak beresiko Count 3 5 8

Expected Count 6.0 2.0 8.0

% within kategori merokok 37.5% 62.5% 100.0%

% of Total 7.5% 12.5% 20.0%

Beresiko Count 27 5 32

Expected Count 24.0 8.0 32.0

% within kategori merokok 84.4% 15.6% 100.0%

% of Total 67.5% 12.5% 80.0%

Total Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within kategori merokok 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.500a 1 .006

Continuity Correctionb 5.208 1 .022

Likelihood Ratio 6.664 1 .010

Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 7.313 1 .007

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00. b. Computed only for a 2x2 table


(27)

kategori membuka jendela * Kejadian ISPA Crosstabulation

Kejadian ISPA Total

ISPA Tidak ISPA

kategori membuka jendela

Baik Count 4 5 9

Expected Count 6.8 2.3 9.0

% within kategori membuka jendela 44.4% 55.6% 100.0%

% of Total 10.0% 12.5% 22.5%

Kurang Baik Count 26 5 31

Expected Count 23.3 7.8 31.0

% within kategori membuka jendela 83.9% 16.1% 100.0%

% of Total 65.0% 12.5% 77.5%

Total

Count 30 10 40

Expected Count 30.0 10.0 40.0

% within kategori membuka jendela 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.783a 1 .016

Continuity Correctionb 3.871 1 .049

Likelihood Ratio 5.230 1 .022

Fisher's Exact Test .029 .029

Linear-by-Linear Association 5.638 1 .018

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.25. b. Computed only for a 2x2 table


(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN


(37)

Gambar 2. Tampak rumah salah satu responden dari dalam


(38)

Gambar 4. Jendela ruang keluarga yang terbuka


(39)

Gambar 6. Anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan di dekat anak


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Alsagaff, H. & Mukty, A. (ed.). 2005. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Cet. III Airlangga University Press. Surabaya.

Anderson, J. 2006. Smoking. Edisi II. Smart Apple Media. United States

ASH Research Report. 2015. Secondhand Smoke in the Home. Action on Smoking and Health. Maret. Hal 1-2. www.ash.org, 18 April 2016 (15.00 wib)

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

Cissy B. Kartasasmita, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, April 2016 (15.30 wib)

Depkes RI. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Dirjen PP & PL. Jakarta. Depkes RI, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Dirjen PPM & PLP, Jakarta 1992.

Depkes RI, Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita, Dirjen PP & PL, Jakarta, 2007.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, Medan, 2016

Fillacano, Rahmayatul. 2013. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah Terhadap ISPA Pada Balita Dikelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Hartono, R & Rahmawati, D, ISPA, 2012, Gangguan Pernapasan pada Anak, Nuha Medika, Yogyakarta.

Hidayat N. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. www.springerlink.com (April 2016).


(41)

Kementerian kesehatan Republik Indonesia direktorat Jenderal Pengendalin penyakit dan Penyehatan lingkungan, 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi saluran Pernapasan Akut. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public

Health Action.

Lameshow, dkk,. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Lingga, R., 2014. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Dalam Keluarga Perokok Di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten karo Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Machfoedz, I,. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Fitramaya. Yogyakarta

Marlina, L. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Di Puskesmas Penyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan

Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan. Gosyen Publishing. Yogyakarta

Maryani R., 2012. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Pustaka Obor Populer. Jakarta.


(42)

, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077 Tahun 2011. Pedoman Penyehatan Udara Dalam Rumah. Jakarta.

Prasetya, B., 2005. Mendesain Rumah Tropis. PT. Trubus Agriwidya. Semarang.

Puskesmas Tiga Panah Kabupaten Karo, Laporan Bulanan ISPA, 2015.

Putra, Bimma Adi, 2013. Hubungan Antara Intensitas Perilaku Merokok Dengan Tingkat Insomnia. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Rad, Marssy,.2007. Bahaya Asap Rokok Terhadap Bayi dan Anak. http://radmarssy.wordpress. 20 Oktober 2016 (16.00)

Sastroasmoro, Sudigdo, 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta

Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta:Gramedia Suryani, dkk,. 2013. Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan Penduduk

dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas. 18 April 2016 (16.00 wib) Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita

dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Syafrudin, dkk,. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan. CV Trans Info media. Jakarta

Taylor, E. Shelly. 1995. Health Psychology. New York : Mc. Grow Hill Inc. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009. Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3 Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140. Jakarta.


(43)

WHO. 2011. Making Cities Smoke-Free. WHO Document Production Services. Switzerland.

Zhang, Y. (ed.). 2008. Encyclopedia Of Global Health: Smoking. Vol. 4. p608 609. SAGE Publication, Inc. Thousand Oaks, CA. www.callisto10.ggimg.com. 18 April 2016 (16.15 wib).


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional yaitu mengambil data hanya dalam satu saat (one point one time), dimana data variabel dependen dan independen dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Sastroasmoro, 2008)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Suka Sipilihen, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Alasan peneliti memilih Desa Suka Sipilihen menjadi lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut dan dari laporan bulanan Puskesmas pada tahun 2015 terdapat kasus ISPA yang cenderung meningkat setiap bulannya. Dari hasil peninjauan lokasi yang dilakukan, terdapat beberapa masalah di daerah tersebut yakni kondisi lingkungan rumah yang masih belum memenuhi syarat kesehatan dan pengonsumsian rokok yang telah menjadi budaya masyarakat setempat. 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2016 3.3 Populasi dan Sampel


(45)

3.3.2 Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow (1997), yaitu :

Keterangan :

N = Jumlah sampel

= Nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu (1,960) = Nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu (0,842)

= Proporsi balita ISPA di populasi (10%)

Pa = Perkiraan proporsi balita ISPA pada populasi yang diteliti (25%)

n = 40,329 = 40

3.4 Teknik Pengambilan sampel

Adapun mengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling yaitu dengan memilih 40 sampel dari 150 populasi secara random atau acak. Sampel dipilih dengan memakai cara undian, dimana setiap responden diberi nomor. Setelah itu nomor ditulis dimasing-masing kertas dan dimasukkan ke


(46)

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung yaitu berupa data balita, kondisi lingkungan rumah , kebiasaan merokok, kebiasaan membuka jendela, dan pengetahuan ibu yang diperoleh melalui lembar observasi, kuesioner maupun pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat seperti lux meter, hygrometer, dan meteran.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data rekam medis Puskesmas Tiga Panah mengenai data penyakit ISPA pada golongan anak usia (0-5) tahun dari periode Januari sampai Desember 2015 dan Puskesmas Pembantu Desa Suka Sipilihen mengenai jumlah balita.

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada keluarga responden seperti ibu maupun ayah responden mengenai kebiasaan merokok di dalam rumah dan kebiasaan membuka jendela. Untuk pengukuran ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian, dilakukan menggunakan alat pengukur

3.7 Defenisi Operasional a. Variabel Dependen


(47)

b. Variabel Independen 1. Luas ventilasi

Ventilasi adalah lubang angin yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur yang bersifat tetap maupun sementara (lubang udara kecuali pintu). Luas ventilasi memenuhi syarat yaitu ≥ 10 % dari luas lantai.

2. Pencahayaan alami

Pencahayaan adalah tinggi intensitas dari cahaya matahari yang masuk kedalam kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur minimal intensitasnya 60 Lux serta tidak menyilaukan mata (≥120 Lux).

3. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah kualitas udara banyaknya uap air yg dikandung oleh udara di dalam kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. yang berkisar antara 40- 70%.

4. Kepadatan hunian kamar

Kepadatan hunian kamar adalah rasio luas ruangan dengan jumlah penghuni. Luas ruang tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur,kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

5. Umur


(48)

6. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir adalah riwayat berat badan lahir saat lahir yang ditanyakan melalui wawancara .Status berat badan lahir dibagi menjadi dua kategori BBLR dan BBLN.

7. Status ASI Eksklusif

Status ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

8. Status imunisasi

Status imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit. Jenis imunisasi didapatkan sesuai dengan batas waktu /usia dan frekuensi mendapatkannya yaitu, BCG : 0 - 11 bulan, DPT 3x : 2 - 11 bulan, Polio 4x : 0 - 11 bulan, Campak 1x : 9 - 11 bulan, Hepatits B 3x: 0 - 11 bulan

9. Kebiasaan merokok

Apabila ada seorang anggota keluarga atau lebih yang menghisap rokok dalam rumah

10.Membuka jendela

Apabila anggota keluarga membuka jalur masuknya cahaya dan udara dalam rumah.


(49)

Cara ukur : wawancara Hasil ukur :

a. (0) ISPA (Batuk, pilek, disertai demam atau tidak)

b. (1)Tidak ISPA (Apabila tidak terdapat salah satu dari tanda-tanda diatas) b. Variabel Independen :

1. Luas ventilasi (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999) Alat ukur: meteran

Cara ukur:

1. Mengukur luas ventilasi kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur 2. Mengukur luas lantai kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur . 3. Luas ventilasi dibandingkan dengan luas lantai

Hasil ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika luas ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai

b. (1) Memenuhi syarat jika luas ventilasi lebih 10% dari luas lantai. 2. Pencahayaan (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)

Alat ukur: Lux meter Cara ukur :

1. Titik pengukuran dilakukan pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. 2. Alat diletakkan ditengah ruangan (kamar tidur, ruang kelurga dan dapur),


(50)

5. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya.

6. Lihat hasil pengukuran pada layar panel. Hasil ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.

b. (1) Memenuhi syarat jika intensitas cahaya ≥ 60 Lux sampai 120 Lux. 3. Kelembaban udara (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999)

Alat ukur: higrometer Cara ukur :

1. Titik pengukuran dilakukan pada kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. 2. Alat diletakkan ditengah ruangan (kamar tidur, ruang keluarga dan dapur)

Hygrometer diletakkan di tempat yang telah ditentukan . 3. Selama pengukuran alat didiamkan tiga menit.

4. Hasil pengukuran dibaca setelah jarum hygrometer stabil atau konstan. Hasil ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika <40% dan >70%. b. (1) Memenuhi syarat jika 40-70%.

4. Kepadatan penghunian (KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999) Alat ukur: meteran


(51)

Hasil Ukur:

a. (0) Tidak memenuhi syarat jika < 8 m2 untuk 2 orang. b. (1) Memenuhi syarat jika > 8 m2 untuk 2 orang. 5. Umur

Alat ukur: kuesioner Cara ukur : wawancara Hasil ukur:

a. (0) 12 - 24 bulan b. (1) 25 - 36 bulan 6. Berat Badan Lahir (BBL) Alat ukur: kuesioner

Cara ukur : wawancara dan melihat KMS Hasil ukur:

a. (0) Berat badan lahir < 2500 gram. b. (1) Berat badan lahir ≥ 2500 gram. 7. Status ASI Eksklusif

Alat ukur: kuesioner Cara ukur : wawancara Hasil ukur:


(52)

8. Status Imunisasi Alat ukur : kuesioner

Cara ukur : wawancara dan melihat KMS Hasil ukur:

a. (0) Tidak lengkap : bila balita tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya diperolehnya sesuai umur.

b. (1) Lengkap : bila balita sudah mendapatkan imunisasi yang harus diperolehnya sesuai dengan batas usianya, (BCG : 0-11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 2-11 bulan, Campak 1x : 9-2-11 bulan, Hepatits B 3x: 0-11 bulan)

9. Kebiasaan Merokok

Perilaku Kebiasaan merokok diukur dengan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Skala yang digunakan adalah Skala Guttman. Jumlah pertanyaan 4 dan skor 4, dengan Kriteria sebagai berikut:

Jawaban a : 0 Jawaban b : 1 Alat Ukur : - Kuesioner Cara Ukur : - Wawancara Hasil Ukur:


(53)

2.Beresiko apabila jawaban responden benar < 75 % atau memiliki < 3 dari seluruh pertanyaan yang ada.

10. Membuka Jendela

Perilaku membuka jendela rumah diukur dengan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot.Skala yang digunakan adalah Skala Guttman.

Jumlah pertanyaan 6 dan skor 6, dengan Kriteria sebagai berikut: Jawaban a : 0

Jawaban b : 1 Hasil Ukur:

berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu :

1.Baik apabila jawaban responden benar ≥ 75 % atau memiliki ≥ 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.

2.Kurang baik apabila jawaban responden benar < 75 % atau memiliki < 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3.9 Analisis Data 3.9.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, yang menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel

3.9.2. Analisis Bivariat


(54)

Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol dan sel yang nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu: 1. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher.

2. Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov. 3. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji Chi Square untuk tabel selain 2x2 dan 2xk sehingga terbentuk suatu tabel B dan K yang baru. Setelah dilakukan penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel B kali K yang baru tersebut


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Daerah penelitian adalah Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga panah Kabupaten Karo, Desa Suka Sipilihen memiliki luas wilayah adalah 25,37 Ha, dimana Desa Suka Sipilihen merupakan daerah pertanian dengan batas-atas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Tiga panah/ Bunuraya Baru - Sebelah Selatan berbatasan dengan : Suka Mbayak

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kuta Kepar/ Bunuraya - Sebelah Timur berbatasan dengan : Suka Mbayak/ Tiga panah 4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah pada tahun 2015 sebanyak 1686 jiwa dan terdiri dari 818 jiwa laki-laki dan 868 jiwa perempuan. Mayoritas penduduk di Desa Suka Sipilihen beragama Kristen yaitu sebanyak 875 jiwa dan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani . Penduduk di Desa Suka Sipilihen memiliki 6 suku yaitu suku Aceh, Batak, Nias, Sunda, Jawa, dan Flores. Penduduk yang paling banyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 1556


(56)

4.2 Hasil Analisis Univariat

4.2.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis univariat untuk melihat distribusi ISPA pada anak usia (0-5) tahun disajikan pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

ISPA pada anak n %

a. Ya b. Tidak 30 10 75% 25%

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa persentase paling besar adalah anak usia (0-5) tahun yang memiliki keluhan ISPA sebanyak 30 orang (75%), sedangkan jumlah yang tidak memiliki keluhan ISPA sebanyak 10 orang (25%). 4.2.2 Kondisi Lingkungan Rumah

Distribusi kondisi lingkungan rumah berdasarkan luas ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, dan kepadatan hunian disajikan pada tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Kondisi Lingkungan Rumah di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Kondisi Lingkungan Rumah n %

1 Luas Ventilasi

c. Memenuhi syarat d. Tidak memenuhi syarat

10 30

25,0 75,0

Jumlah 40 100

2 Pencahayaan alami a. Memenuhi syarat b. Tidak Memenuhi syarat

8 32

20,0 80,0

Jumlah 40 100

3 Kelembaban


(57)

b. Tidak Memenuhi syarat 33 82,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa luas ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 10 rumah (25%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 30 rumah (75%). Pencahayaan alami yang memenuhi syarat sebanyak 8 rumah (17,5%) rumah, sedangkan pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat sebanyak 32 rumah (80%). Kelembaban udara yang memenuhi syarat sebanyak 8 rumah (20%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 32 rumah (80%). Kepadatan hunian kamar yang memenuhi syarat sebanyak 7 rumah (17,5), sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (82,5%).

4.2.3 Karakteristik Anak

Distribusi karakteristik anak pada penelitian ini berdasarkan Berat Badan Lahir (BBL), status imunisasi, dan status ASI Ekslusif dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Anak di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Karakteristik Anak n %

1 Umur

a. 13-60 bulan b. 0-12 bulan

25 15

62,5 37,5

Jumlah 40 100

2 Berat Badan Lahir (BBL) a. ≥ 2500 gram b. < 2500 gram

38 2

95,0 5,0

Jumlah 40 100


(58)

b. Imunisasi belum lengkap 9 22,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah anak yang berumur 0-12 bulan sebanyak 15 anak (37,5%), sedangkan jumlah anak yang berumur 13-60 bulan sebanyak 25 anak (62,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak yang memiliki berat badan lahir ≥ 2500 gram sebanyak 38 anak (95%), sedangkan jumlah anak yang memiliki berat badan lahir rendah sebanyak 2 ballita (5%). Jumlah anak yang mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 11 anak, sedangkan jumlah anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 29 anak (72,5%). Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 31 anak (77,5%), sedangkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 9 anak (22,5%).

4.2.4 Kebiasaan Merokok

Distribusi jawaban responden tentang kebiasaan merokok anggota keluarga disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Kebiasaan Merokok n %

1 Apakah ada anggota keluarga ibu yang merokok? a. Ya b. Tidak 32 8 80,0 20,0

Jumlah 40 100

2 Berapa jumlah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah? a. lebih dari satu orang

b. 0 - 1 orang

16 24

40,0 60,0

Jumlah 40 100


(59)

Jumlah 40 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya anggota keluarga yang merokok terdapat pada 32 rumah (80%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok terdapat pada 8 rumah (20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merokok lebih satu orang terdapat pada 16 rumah (40%), sedangkan anggota yang merokok 0-1 orang berada pada 24 rumah (60%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merokok di dalam rumah terdapat pada 29 rumah (72,5%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok di dalam rumah terdapat pada 11 rumah (27,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merokok dekat anak terdapat pada 27 rumah (67,5%), sedangkan anggota keluarga yang tidak merokok di dalam rumah berada pada 13 rumah (32,5%).

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

Kebiasaan Merokok n %

Tidak Beresiko 8 20,0

Beresiko 32 80,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok anggota keluarga dalam kategori tidak beresiko terdapat pada 8 rumah (20%), sedangkan kebiasaan merokok dalam kategori yang beresiko terdapat pada 32 rumah (80%). 4.2.5 Membuka Jendela


(60)

a. Tidak b. Ya 17 23 42,5 57,5

Jumlah 40 100

2 Apakah ibu membuka jendela kamar tidur setiap hari?

a. Tidak b. Ya

33 7

82,5 17,5

Jumlah 100 100

3 Apakah ibu mempunyai jendela ruang keluarga ? a. Tidak b. Ya 2 38 5,0 95,0

Jumlah 40 100

4 Apakah ibu membuka jendela ruang keluarga setiap hari? a. Tidak b. Ya 26 14 65,0 35,0

Jumlah 40 100

5 Apakah ibu mempunyai jendela dapur? a. Tidak b. Ya 20 20 50,0 50,0

Jumlah 40 100

6 Apakah ibu membuka jendela ruang keluarga setiap hari ? c. Tidak d. Ya 33 7 82,5 17,5

Jumlah 40 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi yang memiliki jendela kamar tidur setiap hari sebanyak 23 rumah (57,5%) dan membuka jendela kamar tidur sebanyak 7 rumah (17,5%), sedangkan frekuensi yang tidak memiliki jendela kamar tidur sebanyak 17 ruumah (42,5%). Frekuensi memiliki jendela ruang keluarga sebanyak 38 rumah (95%) dan membuka jendela ruang keluarga setiap hari sebanyak 14 rumah (35%), sedangkan frekuensi yang tidak memiliki jendela ruang keluarga sebanyak 2 rumah (5%) dan frekuensi yang tidak membuka


(61)

jendela dapur sebanyak 20 rumah (50%) dan yang tidak membuka jendela dapur setiap hari sebanyak 33 rumah (82,5%).

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Perilaku Membuka Jendela di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

Membuka Jendela n %

Baik 9 22,5

Kurang Baik 31 77,5

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa frekuensi membuka jendela dalam kategori baik sebanyak 9 rumah (22,5), sedangkan membuka jendela dalam kategori kurang baik sebanyak 31 rumah (77,5).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis bivariat hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.8 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No

Kondisi Lingkungan

Rumah

Kejadian ISPA pada Balita

p

Rasio Preva lensi

Ya Tidak

Total %

n % n %

1 Luas Ventilasi a. Memenuhi Syarat b.Tidak memenuhi syarat 4 26 40,0 86,7 6 4 60,0 13,3 10 30 100

100 0,007 2,15

Total 30 75,0 10 25,0 40 100

2 Pencahayaan alami a.Memenuhi syarat


(62)

3 Kelembaban a.Memenuhi syarat b.Tidak memenuhi syarat 3 27 37,5 84,4 5 5 62,5 15,6 8 32 100

100 0,015 2,8

Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100

4 Kepadatan hunian kamar

a.Memenuhi syarat b.Tidak memenuhi syarat 2 28 28,6 84,8 5 5 71,4 15,2 7 33 100 100

0,006 3

Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100

Dari hasil analisis hubungan luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,007) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan signifikan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.


(63)

antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

4.3.2 Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis bivariat hubungan karakteristik anak dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Hubungan Karaktristik Anak dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Kondisi Lingkungan

rumah

Kejadian ISPA pada Balita

p

Rasio Preva lensi

Ya Tidak

Total %

n % n %

1 Umur

a.13-60 bulan b.0-12 bulan 17 13 68,0 86,7 8 2 32,0 13,3 25 15 100 100

0,269 1,2

Total 30 75,0 10 25,0 40 100

2 Berat badan lahir a.≥ 2500 gram b.< 2500 gram

28 2 73,7 100 10 0 26,3 0 38 2 100

100 1,000 1,36

Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100

3 Status ASI Eksklusif a.Mendapatkan ASI Eksklusif b.Tidak mendapatkan ASI Eksklusif 4 26 36,4 89,7 7 3 63,6 10,3 11 29 100 100

0,002 2,38

Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100

4 Status imunisasi a.Lengkap b.Belum lengkap 23 7 74,2 77,8 8 2 25,8 22,2 31 9 100 100

1,000 1,04

Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100

Dari hasil analisis hubungan umur dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,269) lebih besar dari


(64)

Dari hasil analisis hubungan berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,002) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

Dari hasil analisis hubungan status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan antara status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

4.3.3 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil analisis bivariat hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini.

Tabel 4.10Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016


(65)

Dari hasil analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.

4.3.4 Hubungan Membuka Jendela Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 Hasil analisis bivariat hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.

Tabel 4.11Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

No Membuka Jendela

Kejadian ISPA pada Balita

p

Rasio Preva

lensi

Ya Tidak

Total %

n % n %

1 Membuka jendela

a.Baik b.Kurang baik 4 26 44,4 83,9 5 5 55,6 16,1 9 31 100

100 0,029

1,88

Total 30 75,0 10 25,0 40 100

Dari hasil analisis hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,029) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.


(66)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 anak di Desa suka Sipilhen, anak yang terkena ISPA sebanyak 30 anak (75%) dan yang tidak ISPA sebanyak 10 anak (25%). Dalam pengertian bahwa ISPA dapat dikenali dengan adanya gejala seperti batuk, pilek, disertai demam ataupun tidak yang berlangsung sampai beberapa jam sampai beberapa hari (WHO, 2007)

Menurut data Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 menunjukkan bahwa persentasi kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani sebesar terdapat 15,36%. Jika dibandingkan dengan kejadian ISPA di daerah Suka Sipilihen dengan jumlah anak yang terkena ISPA sebulan terakhir, yaitu 30 anak dengan persentasi 75%, maka angka ini cukup tinggi. Tingginya kejadian ISPA kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan rumah yang kurang baik, kebiasaan merokok anggota keluarga, dan jarangnya warga membuka jendela rumah .

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan


(67)

pencemaran udara dalam rumah (asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA (Maryunani, 2010)

5.2 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

5.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebesar 75% luas ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,007) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,15 lebih besar dari 1, maka dari itu luas ventilasi merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA .

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fillacano (2013) dan Suryani (2013), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita


(68)

jendela dan jendela yang ada juga jarang dibuka sehingga ventilasi tidak dapat berfungsi dengan baik

Fungsi utama ventilasi adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar. Kurangnya ventilasi dapat menyebabkan kurangnya 02 dan meningkatkan kadar CO2 yang bersifat racun. Ventilasi juga berhubungan dengan kelembaban udara dalam rumah yang merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri penyebab penyakit. (Notoatmodjo, 1997).

5.2.2 Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% pencahayaan alami di dalam rumah tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak . Hal ini berarti ada hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,8 lebih besar dari 1, maka dari itu pencahayaan alami merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA

Hal ini dikarenakan ventilasi rumah yang kecil dan dan kebiasaan penghuni rumah yang tidak membuka jendela. Tidak hanya itu rumah yang ada di desa Suka Sipilihen memiliki jarak yang cukup dekat satu sama lain sehingga menghalang cahaya matahari dan mengakibatkan ruangan menjadi lembab. Ruangan yang lembab tersebut dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan


(69)

tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh suryani (2013), yang menunjukkan bahwa ada hubungan pencahayaan alami dengan kejadian ISPA dimana nilai p sebesar 0,001.

Cahaya matahari selain berguna menerangi ruangan juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Rumah yang memenuhi syarat kesehatan memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alami berupa cahaya matahari (UV). Pencahayaan alami dalam ruangan di rumah adalah penerangan yang bersumber langsung dari cahaya matahari yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari. Pencahayaan alami yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No 829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu pencahayaan alami minimal 60 Lux dan tidak menyilaukan.

5.2.3 Hubungan Kelembaban Udara Dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% kelembaban udara di dalam rumah tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,8 lebih besar dari 1, maka dari itu kelembaban udara merupakan faktor resiko penyebab


(70)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sebagian besar rumah responden yang berada di Desa Suka Sipilhen memiliki kelembaban yang cukup tinggi . Hal tersebut dikarenakan jendela yang ada di rumah jarang dibuka sehingga menghambat sirkulasi udara dan kualitas udara di dalam rumah menurun.

Menurut Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan perumahan, kelembaban ruangan yang baik untuk kesehatan adalah 40-70%. Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan mikroorganisme. Kelembaban dipengaruhi oleh konstruksi rumah yang tidak memenuhi syarat misalnya lantai, dinding yang tidak kedap air, serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.

5.2.4 Hubungan Kepadatan Hunian Kamar Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat bahwa sebesar 82,5% kepadatan hunian kamar tidak memenuhi syarat dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,006) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 3 lebih besar dari 1, maka dari itu kepadatan hunian kamar merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian


(71)

Menurut Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah,kepadatan hunian dalam kamar tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur kecuali untuk anak di bawah 5 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar responden tinggal di rumah dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, penyebabnya adalah sebagian besar rumah responden yang diteliti memiliki jumlah penghuni kamar 3 orang termasuk anak dibawah 5 tahun. Jika dilihat dari segi jumlah masih memenuhi syarat karena dalam kamar terdiri dari 2 orang dewasa dan 1 anak dibawah 5 tahun, namun yang menjadi masalah adalah luas kamar tidak memenuhi syarat untuk ditempati oleh 2 orang. Hal tersebut disebabkan luas rumah tidak mencukupi untuk membuat kamar yang memenuhi syarat kesehatan.

Penularan penyakit terkhusus yang menular melalui udara berbanding lurus dengan tingkat kepadatan hunian suatu rumah. Semakin tinggi kepadatan rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin cepat. Rumah yang padat penghuni akan menyebabkan sirkulasi udara tidak baik, pertukaran oksigen kurang sempurna dan diperburuk apabila ventilasi rumah tidak memenuhi syarat. Hal ini sangat berbahaya apabila ada anggota keluarga yang menderita gangguan pernafasan yang disebabkan oleh virus, akan cepat


(72)

5.3 Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

5.3.1 Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki umur 0-12 bulan sebesar 37,5% dan anak yang berumur 13-60 bulan sebesar 62,5% dan dari hasil

Uji Fisher’s di dapat p value (0,269) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun.

Penelitian ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Nur (2004) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur anak dengan kejadian ISPA dan juga sama dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2014), menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur anak dengan kejadian ISPA.

World Health Organization melaporkan bahwa di Negara berkembang, Infeksi saluran pernafasan akut termasuk infeksi respiratori bawah (pneumonia, bronkiolitis, dan lain-lain) adalah penyebab utama dari empat penyebab terbanyak kematian anak, dengan kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun .

5.3.2 Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun


(73)

besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ranantha,dkk di Desa Gandon tahun 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan berat badan lahir terhadap kejadian ISPA dimana nilai p sebesar 0,002.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa para ibu telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk memeriksakan kandungan selama kehamilannya, sehingga masalah kesehatan kandungan ibu dapat diatasi dengan cepat . Hal tersebut juga di dukung oleh jarak antara pelayanan kesehatan seperti puskesmas pembantu dan POSKESDES dengan pemukiman warga cukup dekat.

Berat badan lahir bayi dapat dipengaruhi oleh gangguan kesehatan pada saat ibu hamil yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin. Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang memiliki barat badan lahir normal, terutama pada bulan– bulan pertama kelahiran. Kondisi ini disebabkan karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah


(74)

5.3.3 Hubungan Status ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa jumlah anak yang tidak ASI Eksklusif lebih banyak daripada anak dengan ASI Eksklusif dan dari hasil Uji Fisher’s di dapat p value (0,002) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,38 lebih besar dari 1, maka dari itu status ASI Eksklusif merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ranantha,dkk (2012) yang menyatakan bahwa balita yang diberikan ASI tidak Eksklusif mempunyai resiko mengalami ISPA disbanding balita yang diberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden bahwa banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan ibu tidak bisa mengeluarkan ASI dan adanya kepercayaan apabila anak tersebut sering menangis berarti dia lapar dan ibu merasa bahwa tidak cukup hanya dengan memberikan ASI, maka dari itu ibu memberikan susu formula ataupun makanan tambahan seperti buah ataupun bubur pada saat umur 0-6 bulan

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna, mengandung zat gizi yang sesuai


(75)

untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi termasuk ISPA pada balita (UNICEF, 2002)

5.3.4 Hubungan Status Imunisasi Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Status Imunisasi dinilai dengan cara lengkap atau tidaknya anak mendapatkan imunisasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat bahwa anak yang mendapatkan imunisasi yang lengkap sebesar 77,5% dan dari hasil Uji

Fisher’s di dapat p value (1,000) lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2014), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan imunisasi cukup tinggi dan responden telah mengetahui bahwa imunisai sangatlah penting bagi kesehatan terutama dalam pencegahan penyakit infeksi sehingga responden membawa bayinya untuk imunisasi sesuai dengan jadwal.

Imunisasi memberikan kekebalan tubuh untuk melindungi anak dari serangan penyakit menular, orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan. Imunisasi yang paling efektif untuk


(76)

karena itu cakupan imunisasi harus ditingkatkan dalam upaya pemberantasan ISPA. (achmadi, 2008)

5.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebiasaaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,015) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 2,27 lebih besar dari 1, maka dari itu kebiasaan merokok merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh lingga (2014), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA dan juga penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2013), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebagian besar anggota keluarga memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah dan dekat dengan anak. Dari segi jumlah anggota keluarga yang merokok didapat bahwa anggota keluarga yang merokok lebih dari 1 orang sebesar 40%. Dari data yang didapat, kepala keluarga yang paling banyak merokok dalam setiap rumah, namun ada beberapa rumah


(77)

Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan yang mendukung dimana sebagian anak beramsumsi bahwa dia merokok karena ibunya dan ayahnya merokok.

Asap rokok adalah campuran asap yang dikeluarkan dari pembakaran tembakau yang mengandung polyclinic Aromatic Hydrocarbon (PAHs) dan berbahaya bagi kesehatan. Merokok di ruang tertutup akan meningkatkan konsentrasi partikel asap rokok sebagian di antaranya adalah toksik (beracun). Kehadiran perokok menyebabkan respirable particulates menjadi 3 hingga 12 kali lebih tinggi di dalam ruangan daripada di luar ruangan. Hasil studi penelitian epidemologi menunjukkan bukti yang kuat bahwa paparan asap rokok lingkungan terhadap anak berkaitan peningkatan jumlah penyakit saluran nafas bawah, eksaserbasi asma, dan SIDS. Paparan semasa kanak-kanak juga dapat menyebabkan pertumbuhan kanker semasa dewasa. Paparan asap rokok lingkungan (salah satu keluarga adalah perokok) setelah bayi lahir menyebabkan peningkatan resiko penyakit pernafasan akut pada anak. (Rad Marssy,2007).

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar resiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan, memperburuk asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta dapat meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran


(78)

5.5 Hubungan Membuka Jendela Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebiasaaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita menggunakan Uji Fisher’s di dapat p value (0,029) kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada balita. Nilai Rasio Prevalensi luas ventilasi adalah 1,88 lebih besar dari 1, maka dari itu status membuka jendela merupakan faktor resiko penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2013), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada balita.

Berdasarkan hasil penelitiaan dapat dilihat bahwa sebagian besar responden jarang membuka jendela rumah. Hal tersebut di sebabkan Karena mayoritas penduduk bekerja sebagai petani yang pergi pagi dan pulang pada sore hari, sehingga jendela rumah ditutup ketika mereka pergi, selain itu penduduk jarang membuka jendela karena suhu di daerah tersebut dingin.

Kebiasaan dalam membuka jendela rumah akan memudahkan cahaya dan sirkulasi udara masuk ke dalam rumah. Cahaya dan sirkulasi udara yang masuk dapat mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban ruangan. Pencahayaan dan kelembababan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri, virus dan jamur. Hal ini berarti bahwa membuka jendela rumah setiap hari


(79)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan mengenai hubungan kondisi lingkungan rumah dan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen tahun 2016 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan rumah di Desa Suka Sipilihen yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu luas ventilasi sebanyak 10 rumah (25%), pencahayaan alami sebanyak 8 rumah (20%), kelembaban udara sebanyak 8 rumah (20%), kepadatan hunian sebanyak 7 rumah (17,5%)

2. Karakteristik anak di Desa Suka Sipilihen berdasarkan umur 13-60 bulan sebanyak 25 anak (62,5), anak dengan berat badan lahir ≥ 2500 gram sebanyak 31 balita (98%), anak yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 11 anak ( 27,5%) , anak yang mendapatkan imunisasi lengkap sebesar 31 anak (77,5%) .

3. Variabel kondisi lingkungan rumah yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun adalah luas ventilasi (p value= 0,007), pencahayaan alami (p value= 0,015), kelembaban udara ( p value= 0,015), dan kepadatan hunian (p value =0,006)


(80)

6. Variabel membuka jendela berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun dengan nilai p value = 0,029

6.2 Saran

1. Kepada ibu yang memiliki anak sebaiknya memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama setelah anak lahir

2. Kepada masyarakat diharapkan lebih memeperhatikan kondisi lingkungan agar masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh kondisi lingkungan rumah tidak memenuhi syarat dapat dicegah.

3. Kepada masyarakat diharapkan untuk tidak merokok di dalam rumah dan di dekat anggota keluarga terutama didekat anak

4. Kepada masyarakat diharapkan dapat membiasakan membuka jendela setiap hari.

5. Kepada Puskesmas Tiga Panah diharapkan dapat membuat program-program yang dapat menurunkan angka ISPA di daerah tersebut


(81)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 2.1.1 Defenisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes,2004)

ISPA juga diartikan sebagai radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasat renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA yang mengenai saluran napas bawah misalnya bronkitis, bila menyerang anak-anak, khususnya bayi, balita, dan orang tua, akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan sering sekali


(82)

2.1.2 Etiologi

ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan polusi udara.

1. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus, dan bekteri yang paling sering menyebabkan ISPA adalah Streptococcus pneumonia (Misnadiarly, 2008).

2. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus sinsisial pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks, sitomegalovirus, rubeola, varisella (Misnadiarly, 2008).

Ada 6 gambaran klinik sindroma ISPA yang disebabkan oleh virus, yaitu (Alsagaff, 2005):

a. Sindroma korisa

Sindroma ini ditandai dengan peningkatan sekresi hidung, bersin-bersin, hidung buntu, kadang disertai dengan sekresi air mata

b. Sindroma faring

Gejala klinik yang menonjol adalah suara serak, dan nyeri tenggorok dengan derajat ringan sampai berat. Gejala umum sindroma ini berupa panas dingin, malaise, nyeri/pegal seluruh badan, nyeri kepala, dan kadang-kadang suara parau.


(1)

2.1.6 Pencegahan ISPA ... 22

2.2 Lingkungan ... 23

2.2.1 Lingkungan Rumah ... 23

2.2.1.1 Defenisi Rumah ... 23

2.2.1.2 Kriteria Rumah Sehat ... 24

2.2.1.3 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal ... 28

2.3 Rokok ... 30

2.3.1 Defenisi Rokok ... 30

2.3.2 Jenis Perokok ... 30

2.3.3 Kandungan yang Terdapat dalam Rokok ... 31

2.3.3.1 Nikotin ... 30

2.3.3.2 TAR ... 31

2.3.3.3 Karbon Monoksida ... 31

2.3.4 Alasan/Penyebab Merokok ... 33

2.3.5 Dampak Merokok Bagi Kesehatan ... 34

2.4 Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Teknik Pengambilan sampel ... 37

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5.1 Data Primer ... 38

3.5.2 Data Sekunder ... 38

3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 38

3.7 Defenisi Operasional ... 38

3.8 Aspek Pengukuran ... 40

3.9 Analisis Data ... 45

3.9.1 Analisis Univariat ... 45

3.9.2. Analisis Bivariat ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ...47

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...47

4.1.1 Letak Geografis ………...…...47

4.1.1 Demografi ………...47


(2)

4.3 Hasil Analisis Bivariat ………..…………..……….53 4.3.1 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ……...….53 4.3.2 Hubungan Karakteristik Balita

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ……….55 4.3.3 Hubungan Kebiasaan merokok

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………….……56 4.3.4 Hubungan Membuka Jendela

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………...57 BAB V PEMBAHASAN ...58 5.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun Di Desa Suka

Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 .……….58 5.2 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………...59 5.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Dengan

Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………..…….……...59 5.2.1 Hubungan Pencahayaan Alami

Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun …………...60 5.2.1 Hubungan Kelembaban Udara

Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun …………..…61 5.2.1 Hubungan Kepadatan Hunian Kamar

Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………....…..62 5.3 Hubungan Karakteristik Anak

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun …………..…………64 5.3.1 Hubungan Umur Dengan Kejadian

ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………...…...…...64 5.3.2 Hubungan Berat Badan Lahir (BBL)

Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ……..…...…64 5.3.3 Hubungan Status ASI Eksklusif Dengan

Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ……….…...……66 5.3.4 Hubungan Status Imunisasi Dengan

Kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………...…...67 5.4 Hubungan Kebiasaan merokok

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………...68 5.5 Hubungan Membuka Jendela

Dengan kejadian ISPA Pada Anak Usia (0-5) Tahun ………...70 DAFTAR PUSTAKA ………..……...xvi LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi ISPA Pada Anak Usia (0-5)

Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan

Tiga Panah Tahun 2016………48 Tabel 4.2 Distribusi Kondisi Lingkungan Rumah

di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga

Panah Tahun 2016 ………..…….48 Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Anak di Desa

Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

Tahun 20016 ………...…….49 Tabel4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang

Kebiasaan Merokok di Desa Suka Sipilihen

Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 ……….…...50 Tabel4.5 Distribusi Kategori Kebiasaan Merokok

di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga

Panah Tahun 2016 ………...…..51 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang

Membuka Jendela di Desa Suka Sipilihen

Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016 ………...….…...52 Tabel 4.7 Distribusi Kategori Perilaku Membuka

Jendela di Desa Suka Sipilihen Kecamatan

Tiga Panah Tahun 2016 ………...…....53 Tabel 4.8 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah

Dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga

PanahTahun 2016 …..………..….…...53 Table 4.9 Hubungan Karaktristik Anak dengan

Kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

Tahun 2016 ………...……….…...55 Tabel 4.10 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan.

Kejadian ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah

Tahun 2016 ………...…………..…..56 Tabel 4.11 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

ISPA pada anak usia (0-5) tahun di Desa Suka


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 35


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Output Analisis Univariat dan Bivariat

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 5 Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 6 Persyaratan Kesehatan Perumahan


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Daniati Silalahi Tempat Lahir : Sibolga

Tanggal Lahir : 02 Februari 1995 Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan Nama Ayah : Sahat M Silalahi Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Duma Sihotang Suku Bangsa Ibu : Indonesia Pendidikan Formal :

1. Tahun 1999-2000 : TK Maria Mutiara Sibolga 2. Tahun 2000-2006 : SD Swasta HKBP NO 1 Sibolga 3. Tahun 2006-2009 : SMP Swasta Fatima 1 Sibolga 4. Tahun 2009-2012 : SMA Swasta Katolik Sibolga

5. Tahun 2012-2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA SEMARANG

3 19 105

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 17

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 1 9

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 26

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 1 4

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia (0-5) Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016

0 0 39

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA

0 0 16

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA DI BAWAH TIGA TAHUN (BATITA) SKRIPSI

0 0 18