Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

!

6!

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketahanan Pangan Keluarga
2.1.1. Defenisi
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang
cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang mempunyai
akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi (Soetrisno, 1996)
dalam penelitian Mustofa, 2012). Dalam Undang - Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan dinyatakan bahwa ketahanan pangan adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau.
Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mencukupi
pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu
melakukan aktivitas sehari-hari (Tobing, 2009).
Ketahanan pangan dapat lebih dipahami dalam empat aspek yaitu
terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, kondisi yang

aman, kondisi yang merata, dan terjangkau. Ketersediaan yang cukup termasuk
jumlah dan beragamnya pangan yang dikonsumsi. Fungsinya untuk memenuhi zat
gizi yang diperlukan tubuh yang tidak dapat diperoleh dari satu jenis makanan
saja. Kondisi pangan yang aman diartikan sebagai pangan yang bebas dari
cemaran yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kondisi pangan yang merata
diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata pada lokasi – lokasi
yang membutuhkan. Pangan yang terjangkau diartikan sebagai pangan yang
mudah didapatkan dan terjangkau harganya (Thaha, 2002 dalam penelitian Novitri
2005).

2.1.2. Konsep Ketahanan Pangan Keluarga
Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari Undang - Undang Republik
Indonesia No. 7 tahun 1996. Ada 4 faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan

Universitas Sumatera Utara

!

7!


yaitu:

kecukupan

ketersediaan

pangan,

stabilitas

ketersediaan

pangan,

aksesibilitas terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan. Fokus ketahanan
pangan tidak hanya pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga
penyediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan rumah tangga bahkan
individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya.
Ketahanan pangan pada dasarnya bicara soal ketersediaan pangan (food
availability), stabilitas harga (food price stability), keterjangkauan pangan/akses

terhadap pangan (food accessibility). Ketersediaan pangan yang cukup berarti rata
- rata jumlah dan mutu gizi pangan yang tersedia di masyarakat dan di pasar
mencukupi kebutuhan untuk konsumsi semua keluarga. Menjamin stabilitas harga
pangan berarti menjaga agar tingkat konsumsi pangan rata-rata keluarga tidak
menurun di bawah kebutuhan gizi yang dianjurkan akibat musim kering yang
panjang, bencana alam lainnya, krisis ekonomi dan politik. Sedangkan
keterjangkauan/akses pangan, yaitu menjamin agar tidak ada penduduk yang lapar
karena tidak mempunyai sarana untuk memproduksi atau tidak mampu membeli
pangan yang dibutuhkan (Soekirman, 2000).
Konsep ketahanan pangan
Ketahanan!Pangan!

Ketersediaan!Pangan!

Sumber!Daya!!

Akses!Pangan!

Produksi!


Pemanfaatan!
Pangan!

Konsumsi!

Status!Gizi!
dan!
Kesehatan!

Stabilitas!
Harga!

Gambar 2.1 Konsep Ketahanan Pangan

Universitas Sumatera Utara

!

8!


2.1.3. Indikasi Rawan Pangan
Secara teoritis, dikenal dua bentuk ketidaktahanan pangan (food
insecurity) tingkat rumah tangga yaitu pertama, ketidaktahanan pangan kronis
yaitu terjadi dan berlangsung secara terus menerus yang biasa disebabkan oleh
rendahnya daya beli dan rendahnya kualitas sumberdaya dan sering terjadi di
daerah terisolir dan gersang. Ketidaktahanan pangan jenis kedua, ketidaktahanan
pangan akut (transitori) terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh antara lain:
bencana alam, kegagalan produksi dan kenaikan harga yang mengakibatkan
masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau pangan yang
memadai (Atmojo, 1995 dalam penelitian Mustofa, 2012).

2.2. Kehamilan
Kehamilan

didefinisikan

sebagai

fertilisasi


atau

penyatuan

dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan
terbagi dalam tiga trimester, trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). Kehamilan melibatkan berbagai perubahan
fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem
respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis.
Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak
sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah
selama kehamilan ataupun baik-baik saja. Berdasarkan jumlahnya kehamilan
dapat dibagi menjadi 2 yaitu, primigravida atau kehamilan pertama dan
multigravida kehamilan lebih dari sekali (Prawirohardjo, 2006).

2.3. Status Gizi Ibu Hamil
Kecukupan konsumsi zat gizi atau yang dikenal dengan istilah

Recommended Dietary Alowances (RDA), adalah jumlah zat gizi yang dianggap
cukup yang harus dikonsumsi seseorang setiap hari agar tubuhnya sehat. Jumlah
yang dianjurkan ini tidak berarti rata-rata. Kekurangan gizi terjadi apabila setiap
hari makanan yang di konsumsi lebih rendah dibandingkan dengan RDA dalam

Universitas Sumatera Utara

!

9!

jangka waktu yang relatif lama. Para ahli gizi menggunakan RDA sebagai
referensi, atau standar konsumsi zat gizi. Dari standar ini makanan yang
dikonsumsi setiap hari diterjemahkan kedalam menu seimbang, sesuai dengan
kebudayaan masyarakat setempat. Kecukupan konsumsi setiap hari di sesuaikan
dengan jenis kelamin, umur dan keadaan tertentu, misalnya ibu hamil dan
menyusui (Arisman, 2010).
Perubahan fisiologis terjadi selama kehamilan, salah satunya peningkatan
metabolisme, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang
diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna
(Cunningham, 2010). Begitu juga dengan berat badan ibu hamil. Berat badan
sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan merupakan
parameter yang penting untuk memprediksi BBLR. Wanita dengan berat badan
rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badanselama hamil cenderung
melahirkan bayi BBLR. Untuk ibu yang kurus total kenaikan berat badan sebesar
12.5 – 18 Kg, untuk ibu yang memiliki berat badan ideal total kenaikan berat
badannya sebesar 10 – 12 Kg, untuk ibu yang gemuk cukup sebesar < 10 Kg
(Noviza, 2006).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan nomal. Dengan kata lain kualitas bayi yang
dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil
(Hanifah, 2009). Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
kesehatan dan status gizinya berada dalam kondisi yang baik. Namun sampai saat
ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang
seperti Kurang Energi Kronis (KEK) (Depkes RI, 2006).


Universitas Sumatera Utara

!

10!

2.3.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kebutuhan gizi pada ibu hamil berbeda dengan kebutuhan wanita tidak
hamil . kebutuhan zat gizi tersebut adalah :
A. Energi
Kebutuhan tambahan energi yang dibutuhkan selama kehamilan adalah
sebesar 300 kkal per hari (Arisman, 2010). Namun kebutuhan energi ini tidak
sama setiap periode kehamilan. Kebutuhan energi pada trimester pertama
pertambahannya sedikit sekali (minimal) yaitu 150 kkal sehari. Seiring dengan
tumbuhnya janin, kebutuhan energi meningkat secara signifikan, terutama
sepanjang trimester kedua dan ketiga yaitu 350 kkal per hari. Kebutuhan energi
ini berdasarkan pada penambahan berat badan yang diharapkan yaitu 12.5 kg
selama kehamilan (Prasetyono, 2009).


B. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
dari tubuh sesudah air. Protein merupakan rantai-rantai panjang asam amino yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Setiap jenis asam amino memiliki
fungsi yang berbeda. Awal trimester pertama asam amino esensial berperan dalam
pembentukan plasenta dan pembentukan jaringan pada janin (Wynn-M, 2000).
Fungsi utama protein dalam kehamilan adalah membangun serta memelihara selsel dan jaringan tubuh seperti: otot, uterus, payudara, plasenta, dan pertumbuhan
janin. Absorbsi asam amino terjadi di usus halus kemudian masuk ke sirkulasi
melalui vena porta untuk dibawa ke hati. Di hati protein digunakan sebagian,
sebagiannya lagi ke sel-sel jaringan (Murray, 2003). Kebutuhan protein ibu hamil
lebih besar dari wanita dewasa yang tidak hamil yaitu ditambah 10 gram/hari.
Menurut AKG sebesar 60 gr/hari. Sumber protein dapat diperoleh dari protein
hewani dan nabati. Sumber protein hewani antara lain : ikan, udang, kerang,
kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu dan keju. Sumber protein nabati antara
lain : kacang-kacangan (kacang merah, kacang tanah, kacang hijau dan kacang
kedelai), tahu, tempe. Sumber protein yang paling lengkap adalah susu, telur dan

Universitas Sumatera Utara

!


11!

keju. Selama Kehamilan ibu hamil sebaiknya ibu hamil lebih banyak
mengkonsumsi sumber protein hewani dibandingkan dengan sumber protein
nabati (Noviza, 2006).
C. Lemak
Lemak digunakan tubuh terutama untuk membentuk energi dan juga
membangun sel-sel baru serta perkembangan sistem saraf janin. Ibu hamil
dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25 % dari
seluruh kalori yang dikonsumsi sehari. Lemak biasa didapat dari asam lemak
jenuh yang umumnya berasal dari hewani dan asam lemak tak jenuh umumnya
bersumber dari nabati. Lemak dihubungkan dengan kecerdasan adalah asam
lemak esensial (lemak tak jenuh) diantaranya asam linoleat dan DHA
(Docosahexanoic Acid) yang dikenal dengan omega-3. Omega-3 amat dibutuhkan
karena 50 % dari asam lemak yang terdapat dalam jaringan otak adalah DHA.
D. Vitamin
Vitamin diperlukan tubuh mempertahankan kesehatan. Selama hamil,
vitamin penting untuk perkembangan janin termasuk kekebalan tubuh
danproduksi darah merah serta sistem sarafnya. Berbagai jenis vitamin yang
diperlukan oleh ibu hamil sebagai berikut :
1. Vitamin A
Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam
lemak. Dalam makanan biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat
pada rantai asam lemak panjang (Almatsier, 2001). Didalam usu halus, ester
retinil dihidrolisis oleh enzim esterase pankreas menjadi retinol yang lebih efisien
diabsorbsi. Retinol didalam usus halus bereaksi dengan asam lemak dan
membentuk ester dengan bantuan cairan empedu dan diangkut oleh kilomikron
melalui sitem limfe kedalam aliran darah menuju ke hati. Hati adalah oragan
utama dalam menyimpan vitamin A. Vitamin A juga dibutuhkan dalam sintesis
glikoprotein, yang mendorong pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukan
tunas gigi dan pertumbuhan tulang. Sedangkan sumber makanan untuk vitamin A
meliputi sayuran berdaun hijau, buah-buahan berwarna kuning pekat, hati sapi,

Universitas Sumatera Utara

!

12!

susu, margarin, dan mentega (Walsh, 2007). Kebutuhan normal vitamin A ibu
hamil adalah sebanyak 800 - 2100 IU (Internasional Unit) per hari. Selama
kehamilan hanya dibutuhkan 9% dari total vitamin A untuk pertumbuhan fetus.
Sampai dengan trimester ketiga dibutuhkan vitamin A 200 mg/hari (Hanifah,
2009). Defisiensi vitamin A pada masa kehamilan akan meningkatkan prevalensi
prematuritas, retardasi janin, dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR).
2. Vitamin B
Vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), dan vitamin B3 (Niasin)
diperlukan untuk metabolisme energi. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
masing-masing vitamin tersebut adalah sebesar 1,4 mg/hari, 1,4 mg/hari, dan 1,8
mg/hari. Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung tiamin dan niasin
adalah daging sapi, dan hati sedangkan riboflavin banyak ditemukan pada
gandum, sereal, susu, telur, dan keju (Prasetyono, 2009).
Vitamin B6 (Piridoksin) adalah ko-enzim yang dibutuhkan untuk
metabolisme asam amino dan glikogen. Asupan janin yang cepat terhadap vitamin
B6 dan meningkatnya asupan protein dalam kehamilan mengharuskan
peningkatan asupan vitamin B6 dalam kehamilan. Sedangkan sumber makanan
yang banyak mengandung vitamin B6 adalah daging sapi, daging unggas, telur,
jeroan, tepung beras, dan sereal (Walsh, 2007). Kebutuhan zat gizi akan vitamin
B6 adalah sebesar 2,5 mg per hari (Prasetyono, 2009).
Vitamin B12 (Kobalamin) diperlukan untuk pembelahan sel, sintesis
protein, pemeliharaan sel-sel saraf serta produksi sel darah merah dan darah putih.
Vitamin B12 terutama ditemukan dalam protein hewani (daging, ikan, susu) dan
rumput laut. Kebutuhan vitamin B12 pada masa kehamilan adalah sebesar 2,6
µg/hari (Prasetyono, 2009).
3. Vitamin C
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan penting dalam metabolisme
tirosin, folat, histamin, dan beberapa obat- obatan. Selain itu, vitamin C

Universitas Sumatera Utara

!

13!

dibutuhkan untuk fungsi leukosit, respon imun, penyembuhan luka, dan reaksi
alergi (Simatupang, 2011). Jumlah vitamin C menurun dalam kehamilan,
kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh peningkatan volume darah dan
aktivitas hormon. The National Research Council memperkirakan bahwa
penambahan 10 mg/hari vitamin C diperlukan dalam kehamilan untuk memenuhi
kebutuhan sistem janin dan ibu. Sedangkan menurut DEPKES RI (2009)
menganjurkan kebutuhan gizi ibu hamil pada vitamin C adalah sebesar 70 mg per
hari. Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung vitamin C adalah jeruk,
strawberi, melon, brokoli, tomat, kentang, dan sayuran hijau mentah (Walsh,
2007).
4. Vitamin D.
Vitamin D diperlukan untuk absorbsi kalsium dan fosfor dari saluran
pencernaan dan mineralisasi pada tulang serta gigi ibu dan janinnya. Hampir
semua vitamin D disintesis dalam kulit seiring terpaparnya kulit dengan sinar
ultraviolet dari matahari. Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan
gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin, yaitu berupa hipokalsemia
bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu. Untuk
menghindari hal-hal tersebut pada wanita hamil diberikan 10 µg (400 IU) per hari
selama kehamilan serta mengkonsumsi susu yang diperkaya dengan vitamin D
(Arisman, 2010).
5. Vitamin E.
Vitamin E merupakan antioksidan yang penting bagi manusia. Vitamin E
dibutuhkan untuk memelihara integritas dinding sel dan memelihara sel darah
merah. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E adalah margarin,
biji gandum, tepung beras, dan kacang-kacangan (Walsh, 2007). Sedangkan AKG
untuk ibu hamil adalah sebesar 14 IU per hari (Prasetyono, 2009).
6. Vitamin K.
Vitamin K dibutuhkan dalam faktor-faktor pembekuan dan sintesis protein
di dalam tulang dan ginjal. Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung

Universitas Sumatera Utara

!

14!

vitamin K adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, dan kuning telur. Tidak ada
rekomendasi spesifik untuk kehamilan akan kebutuhan vitamn K, namun dari
AKG dapat diketahui kebutuhan vitamin K pada wanita dewasa yaitu sebesar 65
µg/hari (Prasetyono, 2009).

E. Besi.
Besi sangat penting untuk pembentukan hemoglobin, yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Ketersediaan besi dalam
makanan dipengaruhi oleh banyaknya besi heme dan besi nonheme. Zat besi
diabsorbsi pada bagian atas usus halus,duodenum,dan bagian atas jejenum
(Sinurat, 2009). Besi heme diserap dalam sel mukosa sebagai kompleks porphyrin
yang utuh yang absorbsinya lebih cepat dibandingkan dengan besi non heme.
Sedangkan besi non heme harus berupa larutan bila akan diabsorbsi oleh
duodenum dan jejenum atas (Anggreni, 2008). Anemia pada ibu hamil di negara
berkembang kebanyakan disebabkan defisiensi besi (Letsky, 2000).
Kebutuhan total besi selama kehamilan mempunyai distribusi tidak
merata. Pada trimester pertama turun karena tidak terjadi haid. Pada trimester
kedua terjadi peningkatan kebutuhan besi karena volume darah ibu hamil
meningkat sampai 45%. Pada trimester ketiga kebutuhan besi mencapai
puncaknya karena digunakan untuk pertumbuhan dan peningkatan berat janin
(Beaton, 2000). Setiap hari ibu hamil membutuhkan lebih dari 40mg dan
maksimum 50mg. Sumber makanan yang mengandung zat besi diantaranya roti,
sereal, kacang polong, sayuran, dan buah-buahan (Walsh, 2007).

F. Yodium
Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita
hipotiroidisme yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme. Anjuran dari
DEPKES RI (2009) untuk asupan yodium per hari pada wanita hamil dan
menyusui adalah sebesar 175 µg dalam bentuk garam beryodium dan minyak
beryodium (Prasetyono, 2009).

Universitas Sumatera Utara

!

15!

G. Kalsium
Kalsium penting untuk kebutuhan kalsium ibu yang meningkat dan
pembentukkan tulang rangka janin dan gigi. Asupan yang dianjurkan kira-kira
1200 mg/hari bagi wanita hamil yang berusia 25 tahun dan cukup 800 mg untuk
mereka yang berusia lebih muda. Sumber utama kalsium adalah skimmed milk,
yoghurt, keju, udang, sarden, dan sayuran warna hijau tua (Arisman, 2010).
H. Seng (Zn)
Kekurangan seng dapat menyebabkan gangguan penyembuhan luka,
anemia ringan, kelambatan maturasi seksual, hilangnya nafsu makan, menurunnya
imunitas, pembesaran limpa dan hati, gangguan hormonal,serta keterlambatan
perkembangan otak (WHO 1996 dalam penelitian Khasanah, 2003). Hubungan
antara status seng (Zn) dengan keluaran ibu hamil masi belum dapat dijelaskan.
Seng diabsorbsi di usus. Absorbsi seng diatur oleh metalotionin yang disintesis
didalam dinding usus. Cadangan seng tidak digunakan dan akan dibuang oleh
sistem ekskresi (Rahfiludin, 2002). Selama awal kehamilan dibutuhkan 0.2-0.3
mg/hari serta untuk tahap berikutnya 0.6-0.75 mg/hari. Defisiensi seng pada ibu
hamil sering dikaitkan dengan cacat bawaan, abortus, retardasi pertumbuhan
intrauterin, prematuritas, dan preeklamsia. Selain itu defisiensi seng dapat
mempengaruhi sistem kekebalan seperti gangguan perkembangan dan penuruan
sel T, pelepasan hormon timus. Sumber seng pada makanan banyak terdapat pada
daging, makanan laut, kacang, hati, susu sereal, kuning telur, kerang, dan bijibijian.
I. Asam Folat
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama
hamil bertambah dua kali lipat. Sekitar 24 - 60 % wanita, baik di negara sedang
berkembang maupun yang telah maju, mengalami kekurangan asam folat karena
asam folat yang berasal dari makanan sehari - hari tidak mencukupi. Kekurangan
asam folat yang parah akan mengakibatkan anemia megaloblastik atau
megalositik karena asam folat berperan dalam metabolisme energi, pematangan
sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel dan pembentukan heme.

Universitas Sumatera Utara

!

16!

Kekurangan asam folat berkaitan dengan BBLR, ablasi plasenta, dan
neural tube defect’s (NTD’s). Pemberian suplementasi terbukti mampu
menghapus kelainan ini. Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari
setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan karena otak dan sumsum
tulang

belakang

dibentuk

pada

minggu

pertama

kehamilan.

Besarnya

suplementasi ialah 280, 660, dan 470 µg per hari, pada trimester pertama, kedua,
dan ketiga.

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Status!sosialF
ekonomi!ibu!
sebelum!hamil!

Jarak!
kelahiran!

Status!gizi!dan!
kesehatan!ibu!

Usia!
hamil!
pertama!

Status!gizi!ibu!
ketika!konsepsi!

Status!
sosek!ibu!
ketika!
hamil!

Penyakit!
infeksi!

Paritas!

Makanan!

Pekerjaan!
fisik!

Status!gizi!
ketika!
melahirkan!

Status!
kesehatan!

Status!
gizi!janin!
Gen!

Berat!
lahir!

Gambar 2.2 Faktor yang mempengaruhi status gizi
(Sumber: Arisman 2010)

Universitas Sumatera Utara

!

17!

2.3.3. Gizi Kurang pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini:
1. Terhadap Ibu. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan. Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum , dan BBLR (Silitonga, 2012).

2.3.4. LILA ( Lingkar Lengan Atas)
Lingkar lengan atas merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan bawah kulit. LILA adalah salah satu cara untuk mengetahui keadaan
gizi Wanita Usia Subur (WUS) yang paling sederhana dengan cara mengukur
lingkar lengan atas. LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK pada
ibu hamil serta untuk menghindari risiko ibu melahirkan dengan BBLR (Meilani,
et al, 2009). LILA merupakan indeks yang sederhana sebagai teknik pengukuran
yang tepat dan mudah dilakukan. LILA sebagai indikator yang sangat stabil
mengenai gizi saat ini.
Dalam menentukan status gizi ibu hamil, maka batas yang digunakan
adalah 23.5 cm. Pengukuran LILA sekali selama kehamilan karena LILA relative
stabil selama kehamilan. Pada studi sebelumnya LILA selama kehamilan relatif
stabil dan dapat memonitor status gizi ibu hamil. LILA mempunyai hubungan
yang nyata dengan kejadian BBLR (Hanifah, 2009)

Universitas Sumatera Utara

!

18!

2.4. Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai macam/jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga
merupakan cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya sebagai
tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan
dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan atau pola pangan (Suhardjo, 1996).
Pola makan dapat diartikan juga sebagai cara seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan dan mengosumsinya sebagai terhadap reaksi pengaruh–
pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Sulistyoningsih, 2010).
Di dalam susunan pola makan ada satu bahan makanan yang dianggap
penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan
tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok, di
Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan beberapa daerah menggunakan
jagung, sagu dan ubi jalar.
Pola makan disuatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan
beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan
pangan.Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim kesuburan tanah
yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya
disuatu daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio
ekonomi dan adat kebiasaan setempat memegang peranan penting
dalam konsumsi pangan penduduk. Jumlah penduduk adalah kunci
utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan
pangan disuatu daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah
anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi makan anggota
keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan
jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula
(Khumaidi, 1994).

Universitas Sumatera Utara

!

19!

3. Faktor ekonomi. Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam
mempengaruhi kosumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan
harga. Meningkatnya akan pendapatan akan meningkatkan peluang
untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,
sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya
daya beli pangan baik secara kulaitas maupun kuantitas.
4. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya
terhadap pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi
melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam
keluarga. (Handayani, 2012).

2.4.1. Pola Makan Ibu Hamil
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber
karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi
dapat digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat
digunakan daging, ayam dan telur. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi
suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan
baik dan selama hamil harus mendapatkan tambahan protein, mineral, vitamin dan
energi (Huliana, 2001).
Para ahli antropologi gizi umumnya berpendapat bahwa kebiasaan makan
tidak mudah diubah tetapi bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa kebiasaan
makan dapat berubah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya diubah dengan
sengaja. Karena kebiasaan makan bersifat menyatu dengan perilaku konsumsi
makanan maka proses perubahan itu umumnya berjalan lambat. Selanjutnya
perubahan atau kelestarian pola makan dapat dikaji dari faktor dalam dan faktor
luar
Dari dalam meliputi corak kebudayaan, corak masyarakat, corak individu
yang berkaitan dengan keterbukaan/tertutup, labil, dinamik, statis, tradisional.
Dari luar mencakup keterjangkauan (accesibility), ketersediaan (availability),

Universitas Sumatera Utara

!

20!

berkesinambungan (sustainability). Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik
dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah
lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus seimbang.
Adapun menu ibu hamil yang seimbang setara dengan nasi/pengganti 5-6 piring,
lauk hewani 4-5 potong, lauk nabati 3-4 potong, sayuran 2-3 mangkuk, buahbuahan 3 potong dan dianjurkanminum 8-12 gelas/hari. Untuk kelancaran
pencernaan dianjurkan menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu
panas/dingin dan tidak menggunakan alkohol. (Chairiah, 2013).

2.5. Hipertensi Kehamilan
Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya
tensi normal, atau dapat memperberat hipertensinya pada wanita yang sebelumnya
mengalami

hipertensi

(Prawirohardjo,

2006).

Hipertensi

sering

sekali

dihubungkan dengan preeklamsi / eklamsi karena adanya hipertensi merupakan
gejala dini dari preeklamsi dan bisa berlanjut menjadi eklamsi. Kemudian
hipertensi yang memang sudah ada sebelum wanita hamil dapat memicu
terjadinya preeklamsia (Superimposed preeklamsia).

Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi

Tekanan Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Darah
Normal

< 120

< 80

Prehipertensi

120 – 139

80 - 89

Hipertensi tingkat 1

140 -149

90 - 99

Hipertensi tingkat 2

≥ 160

≥ 100

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah
(JNC VII, 2003)

Universitas Sumatera Utara

!

21!

2.5.1. Klasifikasi Hipertensi Kehamilan
Berdasarkan

National High Blood Pressure Education Program

(NHBPEP) Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (2000),
hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Hipertensi kronik . Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Preeklampsia-eklampsia. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklamsia adalah
preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia. hipertensi kronik
disertai tanda preeklamsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria
4. Hipertensi gestasional (transient hipertensi). Hipertensi yang timbul tetapi
tanpa proteinuria dan menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda preeklamsia tanpa proteinuria.
2.5.2. Diagnosa Hipertensi

Tabel 2.2 Algoritma untuk Membedakan Penyakit Hipertensi dalam Kehamilan
Sumber (Wagner 2004 dalam penelitian Akbar 2011).

Universitas Sumatera Utara

!

22!

2.6. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ante, intra, dan postpartum. Dari gejala gejala klinik preeklamsia dapat dibagi
menjadi preeklamsia ringan dan berat. Secara teoritik urutan – urutan gejala yang
timbul pada preeklamsia adalah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria. Dari
semua gejala tersebut, hipertensi dan proteinuria adalah gejala yang paling
penting.

Namun

penderita

seringkali

tidak

merasakan

perubahan

ini

(Prawirohardjo, 2006)

2.6.1. Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas
timbulnya hipertensi (sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg) disertai proteinuria (≥
300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstick) dan/atau edema generalisata setelah kehamilan
20 minggu. Edema lokal tidak dimasukkan kdalam kriteria, kcuali pada lengan,
muka, dan perut (Prawirohardjo,2006).

2.6.2. Preeklamsia Berat
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik/diastolik
≥160 mmHg/≥110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam. Diagnosis
preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :


Tekanan darah sistolik/diastolik ≥160 mmHg/≥110 mmHg. Tekanan darah
ini tidak turun meskipun ibu hamil dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.



Proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atu 4+ dalam pemeriksaan kualitatif



Oligouria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.



Kenaikan kadar kreatinin plasma.



Gangguan visus dan serebral.



Nyeri epigastrim stsu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.



Edema paru-paru dan sianosis.

Universitas Sumatera Utara

!

23!



Hemolisis mikroangiopatik.



Trombositopenia berat.



Gangguan fungsi hepar.



Pertumbuhan janin terhambat.



Sindroma HELLP.

2.7. Anemia pada Kehamilan
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin dalam
darah perifer (Isbister, 1999). Untuk anemia pada wanita hamil terjadi penurunan
hemoglobin sampai kadar dibawah 11 gr/dl. Hemoglobin berfungsi sebagai
pengangkut oksigen ke seleruh tubuh. apabila oksigen didalam tubuh berkurang
maka akan timbul indikasi – indikasi anemia seperti dijumpai kelopak mata pucat,
ujung kuku pucat, dll. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
seperti kekurangan zat gizi, pendarahan dan infeksi cacing. Anemia gizi dapat
disebabkan kekurangan asupan nutrisi seperti zat besi, asam folat, dan vitamin
B12. Anemia yang paling sering ditemukan adalah anemia defisiensi besi.
Nilai batas normal anemia
Anemia

Hb gr%

Ringan

8 - < 11

Sedang

5-

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI DESA SUKOWONO KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER

1 16 138

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

7 24 69

Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

0 0 10

Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

0 1 1

Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

0 0 5

Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

2 4 4

Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Anemia, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2014

2 2 7

RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI INDONESIA Sandjaja

0 3 11

Hubungan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Mantrijeron Tahun 2011 - Repository Poltekkesjogja

0 1 9