Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada berbagai bentuk badan usaha yang mendukung kegiatan perekonomian di
Indonesia, antara lain yang berbentuk badan hukum adalah perseroan terbatas,
yayasan dan koperasi dan yang tidak berbentuk badan hukum seperti firma,
persekutuan komanditer, usaha dagang, commanditer vennootschaap dan lain
sebagainya. PT merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat
ini, disamping karena pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas, PT juga
memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) nya untuk mengalihkan
perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya
pada perusahaan tersebut.1
Badan hukum merupakan pendukung kewajiban dan hak sama seperti
manusia pribadi. Sebagai pedukung hak dan kewajiban dan dapat mengadakan
hubungan bisnis dengan pihak lain. Kedudukan PT sebagai badan hukum sematamata ditentukan oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan sejak saat itu PT menjadi subyek
hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban dan bertanggung jawab secara
1
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis:Perseroan Terbatas, (Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2000), hal.1
1
Universitas Sumatera Utara
2
mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang telah
dilakukan.2
Dengan disahkannya, didaftarkan dan diumumkannya akta pendirian PT,
maka Anggaran Dasar PT tidak saja mengikat bagi para pendiri perusahaan,
pemegang saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak yang hendak melakukan
transaksi dengan PT. Mengingat Anggaran Dasar PT adalah hukum positif bagi PT.
Disebut demikian, karena maksud dan tujuan , besarnya modal PT dan hal-hal yang
menyangkut tentang PT dijabarkan dalam Anggaran Dasar PT.3
Anggaran Dasar menempati kedudukan yang sangat penting dalam mengatur
kegiatan dan kehidupan PT. Kewenangan bertindak Persseroan PT dibatasi oleh
Peraturan Perundang-undangan dan Anggaran Dasar, juga dibatasi oleh maksud dan
tujuan PT. Maksud dan tujuan PT mempunyai 2 (dua) sisi, pada 1 (satu) sisi
merupakan sumber kewenangan bertindak bagi PT, dan di sisi lain menjadi pembatas
dari ruang lingkup bertindak dari PT bersangkutan.4
Perusahaan yang berbentuk PT sangat menarik minat investor atau penanam
modal untuk menanamkan modalnya. Dengan dominasi yang besar di Indonesia, PT
telah ikut meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia, baik melalui Penanaman
Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sehingga
PT merupakan salah satu pilar perekonomian nasional. Lebih dipilihnya PT sebagai
2
Budiarto, Agus, Tanggung Jawab Pendirian Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia, 2002),
hal.106
3
Sentosa, Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung, Nuansa
Aulia, 2006).
4
Ais, Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum
Perusahaan, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2004).
Universitas Sumatera Utara
3
bentuk perusahaan dibandingkan dengan bentuk usaha yang lain ini dikarenakan
adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan modal (ownership) dengan
kepengurusannya (power).
Menurut Pasal 1 angka b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan, perusahaan didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan,
bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan tujuan
memeperoleh keuntungan atau laba.5
Perseroan Terbatas atau Naamloze Vennootschap (dalam bahasa Belanda),
company limited by shares (dalam bahasa Inggris)6, menurut pasal 1 angka 1 UndangUndnag Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksananya.
Semua PT yang berbadan hukum Indonesia, didirikan menurut hukum Indonesia,
menggunakan nama perseroan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa
Indoenesia yang baik dan benar.7
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
1999), hal.1
6
Abdul, R, Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan : Teori dan Contoh Kasus, Edisi Kedua,
Cetakan Kesepuluh, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010), hal.105
7
Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subyek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan,
Jakarta, PT Rineka Cipta, 2007), hal. 47
Universitas Sumatera Utara
4
Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau
ketentuan hukum perusahaan yang dapat berupa badan legislative yang menciptakan
undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak,
hakim yang memutuskan perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat
pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan demikian,
hukum perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam
perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai perusahaan.8
Indonesia sebagai negara yang sedang membangun memerlukan modal dan
investasi yang besar untuk mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Namun untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja keras dari berbagai pihak. Untuk
melakukan pembangunan tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit dan
apabila hanya mengandalkan modal dari Pemerintah, hampir bisa dipastikan sulit
untuk mencapai hal tersebut. Pengaturan terkait Penanamn Modal pertama kali diatur
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
yang kemudian kedua undang-undang tersebut direvisi menjadi Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), yang didalamnya
memuat materi tentang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam
Negeri.
Dampak yang sangat terasa dengan terjadinya globalisasi yakni arus informasi
begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai
8
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
5
pihak khususnya dikalangan pebisnis berlomba memburu informasi, sebab siapa yang
mampu menguasai informasi dengan cepat, maka dialah yang terdepan. Demikian
juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain dapat begitu cepat dan
mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang
terus digunakan dan dikembangkan oleh para ahlinya. Dengan semakin dekatnya
batas antara satu negara dengan negara lainnya maka peluang untuk berinvestasi,
terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka diri bagi investor asing
sangat terbuka luas.9
Istilah investasi maupun penanaman modal adalah istilah yang dikenal oleh
masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam dunia usaha.
Sedangkan penanaman modal digunakan dalam istilah perundang-undangan. Di
kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian lebih luas karena mencakup
investasi langsung (Direct Investment) dan Investasi tak langsung (Portofolio
Investment). Sedangkan penanaman modal lebih berkonotasi kepada investasi
langsung.10 Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsurunsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan
nilai modalnya.11
Penanaman modal menurut Pasal 1 angka 1 UU PM dapat diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
9
Yanto, Bashri, Mau Kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia-Prisma Pemikiran Prof. Dr.
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, (Jakarta, Predna Group, 2003), hal.12-13
10
Dhaniswara, K., Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta, Raja Grafindo Persada ,
2007), hal. 10
11
Supancana, Rahmdi, Bagus, Ida, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, (Jakarta, PT Ghalia Indonesia , 2006), hal. 1
Universitas Sumatera Utara
6
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia,12 sedangkan Penanaman modal asing menurut Pasal 1 angka 3 UU PM
dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.13
Pasal 5 ayat 2 UU PM juncto Pasal 11 ayat 1 Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (PerKa BKPM) Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal menyatakan bahwa penanam
modal asing harus dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain
oleh Undang-Undang.
Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang dimaksud dengan penanam modal
asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri
semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), dimana terdapat
gabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) dan
modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic capital).14
12
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
14
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2013), hal.21
13
Universitas Sumatera Utara
7
Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing
dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing, yaitu
joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.15
Keberadaan kontrak joint venture dalam penanaman modal asing, mempunyai
arti dan manfaat yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Raaymakers
mengemukakan bahwa ada 6 (enam) manfaat kontrak joint venture sebagaimana
dikemukakan berikut ini:
1. Pembatasan risiko
yaitu melaksanakan suatu kegiatan yang penuh risiko dapat menimbulkan
suatu kerja sama. Dengan bersatu, risiko dapat disebar kepada peserta-peserta.
2. Pembiayaan
yaitu dengan kerja sama, usaha mendayagunakan modal dapat dilakukan
dengan sederhana dengan menyatukan modal yang dibutuhkan.
3. Menghemat tenaga
Jika dilihat dari kekuatan tenaga kerja yang dibutuhkan, penanganan yang
disatukan akan mengurangi personalia yang dibutuhkan disbanding dengan
kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap perusahaan.
4. Rentabilitas
yaitu dengan adanya joint venture, rentabilitas (hal menguntungkan dan
merugikan) dari investasi-investasi yang ada dari para pihak dapat diperbaiki.
15
Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman
Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta, Pradjna Paramita, 1998),hal.108
Universitas Sumatera Utara
8
5. Kemungkinan optimasi know-how
Joint Venture mampu menyatukan partner-partner yang tidak sejenis baik
dalam negara maupun di luar negara. Perusahaan-perushaan yang tidak sejenis
usahanya mengadakan kerja sama sehingga dapat terjadi diversifikasi usaha.
6. Kemungkinan pembatasan kongkurensi (saling ketergantungan).16
Berbagai studi tentang penanaman modal asing menunjukkan bahwa motif
suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari keuntungan.
Keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai sebab pendukung seperti upah buruh
yang murah, dekat dengan sumber bahan mentah, luasnya pasar yang baru, menjual
teknologi (merek, paten, rahasia dagang, desain industri),menjual bahan baku untuk
dijadikan bahan jadi, insentif untuk investor dan status khusus negara tertentu dalam
perdagangan Internasional. Sementara bagi negara penerima modal, berharap ada
partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya. 17
Kegiatan investasi atau penanaman modal, khususnya kegiatan penanaman
modal asing di Indonesia belakangan ini semakin meningkat. Hal ini terutama sejak
diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) yang mana sejalan dengan tujuan
dari AFTA itu sendiri, yaitu:
1. Menjadikan kawasan Association of South East Asian Nations (ASEAN)
sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN
memiliki daya saing kuat di pasar global
16
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal.207
17
Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta, UAI Press, 2007), hal.1
Universitas Sumatera Utara
9
2. Menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Investment
3. Meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade)18
Menurut Pasal 5 ayat 3 UU PMA penanam modal asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara:
1. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
2. membeli saham; dan
3. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.19
Namun sering menjadi permasalahan yaitu bagaimanakah status dari anak
perusahaan apabila induk perusahaan menjadi perusahaan dengan fasilitas
Penanaman Modal Asing (PMA). Apakah status dari anak perusahaan tersebut turut
berubah mengikuti induknya atau sebaliknya?
Sebagai contoh yang sederhana adalah sebagaimana berikut ini:
A suatu Perseroan Terbatas (PT) biasa yang memiliki anak perusahaan, yaitu
PT B dan PT C yang keduanya berstatus PT biasa pula, kemudian PT Z selaku
Perusahaan Luar Negeri (Asing) mengambil bagian saham melalui penyertaan atau
penyetoran modal ke dalam PT A, sehingga PT A berubah status dari PT biasa
menjadi PT PMA. Bagaimanakah status PT B dan C terkait hal tersebut mengingat
kedua PT B dan C tersebut sudah dimiliki oleh PT jauh sebelum PT A berubah status
menjadi PT PMA. (seperti skema di bawah ini).
18
Asean Free Trade, http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2002/01/AFTA.htm pada
tanggal 03 Juli 2014
19
Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang No.25v tahun 2007 tentangPenanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
10
PT A saat telah berubah status menjadi PT PMA (PT Z telah melakukan penyertaan
modal)
Z
Perusahaan
Luar Negeri
(Asing)
A
Berubah
menjadi
PT PMA
melakukan
B
?
penyertaan
C
?
UUPM selaku wadah yang menjadi payung hukum penanaman modal serta
investasi di Indonesia tidak ada mengatur secara tegas dan terperinci terkait
permasalahan tersebut di atas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam bentuk
Tesis dengan judul "Tinjauan Yuridis terhadap Status Anak Perusahaan yang Induk
Perusahaan berubah Status menjadi Penanaman Modal Asing”.
B. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan hukum antara anak perusahaan dengan induk
perusahaan dan bagaimanakah syarat-syarat serta proses suatu badan usaha
disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing?
2. Apakah akibat hukum yang terjadi apabila induk perusahaan berubah status
menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing terhadap anak perusahaan?
Universitas Sumatera Utara
11
3. Bagaimanakah proses penyesuaian yang harus dilalui anak perusahaan yang
induk perusahaannya berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal
Asing?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis20.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan meninjau hubungan hukum antara anak perusahaan
dengan induk perusahaan dan bagaimanakah syarat-syarat serta proses suatu
badan usaha disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing.
2. Untuk mengetahui dan meninjau akibat hukum yang terjadi apabila induk
perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing
terhadap anak perusahaan.
3. Untuk mengetahui dan meninjau proses penyesuaian yang harus dilalui anak
perusahaan yang induk perusahaannya berubah status menjadi Perusahaan
Penanaman Modal Asing.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas Indonesia (UIPress), 1984), hal.3
Universitas Sumatera Utara
12
1.
Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu Hukum
Kenotariatan pada umumnya, Hukum Penanaman Modal serta Penanaman Modal
Asing (PMA) khususnya serta menambah pengetahuan dan wawasan juga
sebagai referensi tambahan pada program studi Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya dalam hal meninjau tentang status
dari anak perusahaan yang induk perusahaannya berubah menjadi Perusahaan
PMA.
2.
Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan
akademisi, praktisi serta para pelaku usaha yang bergerak di bidang usaha yang
berbadan hukum, khususnya pada Perseroan Terbatas serta dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik di lingkungan Universitas
Sumatera Utara maupun Kepustakaan Universitas Sumatera Utara, belum ada
penelitian mengenai “Tinjauan Yuridis atas Status Perusahaan Anak yang Induknya
menjadi PMA” sehingga penelitian mengenai "Tinjauan Yuridis terhadap Status
Anak Perusahaan yang Induk Perusahaan berubah Status menjadi Penanaman Modal
Asing" juga belum pernah diteliti sebelumnya, namun ada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh:
Universitas Sumatera Utara
13
1.
Saudara Sukiran, Mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul “Kajian Yuridis tentang
Jaminan Kepastian Hukum bagi Investasi Asing di Indonesia” Tahun 2008.
2.
Saudari Sri Yuliati, Mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Hukum tentang
Pemilikan Saham pada Perusahaan Penanaman Modal Asing” Tahun 2013.
Penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka
baik judul, rumusan masalah maupun substansi pembahasan serta pengkajian
hukumnya sangat berbeda sama sekali. Dengan demikian penelitian ini adalah asli
dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.
Kerangka Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.21
21
W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum (Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer,
Susunan III), (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal.2
Universitas Sumatera Utara
14
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi22, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.23
M.Solly Lubis menyatakan konsep teori merupakan:
"Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun
permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan,
pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini
merupakan masukan eksternal bagi peneliti".
Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut:24
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan
fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;
b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi;
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti;
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktorfaktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;
22
J.J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial-Asas-asas, (Penyunting: M.Hisyam),
(Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal.203
23
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, CV Mandar Maju, 1994), hal.27
24
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.121
Universitas Sumatera Utara
15
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.
Istilah penanaman modal atau investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
Investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Investement.
Para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai konsep teoritis tentang penanaman
modal. Menurut Fitzgeral sebagaimana dikutip oleh Salim HS mengartikan investasi
atau penanaman modal adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan
sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat
sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang.25
Teori-teori dalam Penanaman Modal Asing dinataranya adalah:
a) Teori R. Vernon
Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang
disebut Model Siklus Produk (Pandji Anoraga, 1995: 53). Dalam model ini,
introduksi dan pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap.
Pendorong untuk mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan
peluang pasar. Dalam tahap satu, pada waktu produk pertama kali
dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat
antara kelompok desain, produksi dan pemasaran dari perusahaan dan
pasar yang akan dilayani oleh produk itu. Untuk itu produksi dan penjualan
perlu dilakukan di dalam negeri. Tahap kedua yakni perusahaan mulai
25
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Op. Cit., hal.31
Universitas Sumatera Utara
16
memikirkan kemungkinan mencari pasar – pasar baru di negara – negara yang
relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia
ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,
pengangkutan dan pemasaran. Strategi – strategi penentuan harga dan lokasi
didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan
pada biaya komperatif. Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana
produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi,
sehingga risetan keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja
yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan
konsekuensinya, produk bergerak ke negara-negara yang sedang berkembang,
dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk – produk yang
dihasilkan di negara berkembang tersebut akan diimpor kembali ke negara
asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi
produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar.
Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat
mempertahankan
daya
saing
perusahaan
dalam
produk-produk
inovatifnya.
b) Teori J.H Dunning
John Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis (Pandji Anoraga,
1995: 57). Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga
persyaratan yang diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung
Universitas Sumatera Utara
17
dalam penanaman modal asing. Yang pertama adalah adanya keunggulan
spesifik perusahaan. Rentang keunggulan yang dapat menumbuhkan Foreign
Direct Investment adalah :
1. Teknologi
penelitian
pemilikan
disebabkan
karena
kegiatan
dan pengembangan.
2. Keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk
fungsi organisasi perusahaan.
3.
Deferensiasi produk, merk dagang atau nama cap.Ukuran besar, yang
mencerminkan skala ekonomi.
4. Keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisien
minimum.
Yang kedua adalah keunggulan internalisasi. Kondisi yang menyokong
internalisasi meliputi :
1. Biaya tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak.
2. Ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual.
3. Kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali
produk.
4. Keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi ulang
(cross-subsidization).
Yang ketiga adalah keunggulan spesifik negara.
Keunggulan spesifik lokasi dari negara tuan rumah dapat meliputi :
1. Sumber daya alami.
Universitas Sumatera Utara
18
2.
Kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisien dan terampil.
3. Rintangan perdagangan membatasi impor.
c) Teori David K. Eiteman
Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal
asing ada tiga, yaitu : motif strategis, motif perilaku dan motif ekonomi.
Dalam motif strategis dibedakan dalam :
1) Mencari pasar
2) Mencari bahan baku
3) Mencari efisiensi produks
4) Mencari pengetahuan
5) Mencari keamanan politik.
Sedangkan motif perilaku merupakan ransangan lingkungan eksternal
dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen
individu atau kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari
keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan
harga pasar saham perusahaan.
d) Teori Robock & Simmonds
Teori PMA yang lain dijelaskan oleh Robock & Simmonds (1989),
melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna,
pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional dan
model imperalisasi marxis. Pendekatan Global. Menurut pendekatan global,
kekuatan intern yang mempengaruhi PMA yaitu pengembangan teknologi/
Universitas Sumatera Utara
19
produk baru, ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan
mesin-mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan
kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah,
ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEE).
Model Siklus Produk. Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing
melalui tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang dan tahap
produk yang distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di
dalam negeri. Sedangkan untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor.
Pada tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar
negeri telah dilayani oleh produksi lokal. Pada tahap ketiga, persaingan
menjadi lebih penting dan produksi diarahkan pada lokasi/ tempat yang
biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah.
e) Teori Stephen Hymer
Investasi
langsung
merupakan
persoalan
yang
kompleks
dan
sulit
dijelaskan dengan cara yang sederhana, namun Stephen Hymer telah
mengembangkan suatu teori yang cukup kuat untuk menjelaskan cara bekerja
internasional dari perusahaan – perusahaan nasional. Menurut Hymer, invetasi
langsung termasuk dalam teori persaingan tidak sempurna, dan bukan dalam
teori persaingan biasa atau teori mengenai pergerakan modal secara
internasional. Hymer mengemukakan bahwa inti pokok dari penanaman
modal secara langsung adalah meratakan beberapa keuntungan monopolistik
Universitas Sumatera Utara
20
yang dinikmati oleh perusahaan induk. Menurut pendekatan ini, pengembalian
investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan
penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti
bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan
tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Kemungkinan memperoleh
pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan
memiliki keunggulan tertentu.
Defenisi lain tentang investasi dikemukakan oleh Kamaruddin Ahmad, yaitu
bahwa investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.26
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum.
Menurut Soejono Soekanto, wujud kepastian hukum adalah
Peraturan dari pemerintah pusat yang berlaku umum diseluruh wilayah
Negara. Kemungkinan lain adalah peraturan tersebut berlaku umum , tetapi
hanya bagi golongan tertentu. Selain itu, dapat pula peraturan setempat yaitu
peraturan yang dibuat oleh penguasa setempat yang hanya berlaku didaerahnya
saja,misalnya peraturan kotapraja.27
Dari pendapat diatas, terlihat bahwa wujud kepastian hukum pada umumnya
berupa peraturan tertulis yang dibuat oleh suatu badan yang mempunyai otoritas
untuk itu.
Menurut Sudikno Mertokusumo :
26
Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996),
hal.3
27
Soejono Soekanto , Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan
Indonesia, UI Pres,Jakarta, 1974,hal 56
Universitas Sumatera Utara
21
Kepastian hukum adalah masyarakat mengharapkan kepastian hukum karena
dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas
menciptakan kepastian hukumkarena bertujuan untuk ketertiban masyarakat.
Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, sehingga
akhirnya timbul keresahan. Tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian
hukum dan ketat menaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta
menimbulkan rasa ketidakadilan. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti
demikian, sehingga harus ditaati dan dilaksanakan. Undang-undang itu sering
terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat, lex dure, sed tamen scripta
(undang-undang itu kejam, tetapi memang demikian bunyinya).28
Dalam melakukan penanaman modal selain tunduk ketentuan hukum
penanaman modal juga ada ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa dilepaskan
begitu saja. Ketentuan tersebut antara lain berkaitan dengan perpajakan,
ketenagakerjaan, dan masalah pertanahan.
Semua ketentuan ini akan menjadi pertimbangan penanam modal , dalam
melakukan investasi.
2.
Kerangka Konsepsi
Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori
dan observasi, antara abstraksi dan realitas.29
Konsep
diartikan
sebagai
kata
yang
menyatakan
abstrak
yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional
(operational definition).30 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya
merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoriti
yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional
28
Sudikno Mertokusumo , Mengenal Hukum (suatu pengantar),Liberty, Yogyakarta,1988.hal 136
29
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, (Jakarta, LP3ES, 1989), hal.34
30
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT Raja Grafindo, 1998), hal.3
Universitas Sumatera Utara
22
yang menjadi pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan
dengan sesuatu hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih
permulaan dari sesuatu karya
merupakan
yang setelah diadakan pengolahan akan dapat
menjadikan suatu teori.31
Agar terdapat persamaan persepsi dan pengertian dalam membaca dan
memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan
beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang
terdapat di bawah ini:
a. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.32
b. Penanaman Modal menurut Pasal 1 angka 1 UU PM adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia.
c. Penanaman Modal Asing menurut Pasal 1 angka 3 UU PM adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
31
32
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2003), hal.5
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Loc.Cit., Pasal 1 angka (1)
Universitas Sumatera Utara
23
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.
d. Penanaman Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 2 UU PM adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal negeri dengan penanam modal
dalam negeri.
e. Penanaman Modal menurut Pasal 1 angka 4 UU PM adalah perorangan atau
badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing.
f. Penanam Modal Asing menurut Pasal 1 angka 6 UU PM adalah
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah
asing yang melakukan penanaman modal
di wilayah Negara Republik
Indonesia.
g. Penanam Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 5 UU PM adalah
perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara
Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal
di
wilayah Negara Republik Indonesia.
h. Modal menurut Pasal 1 angka 7 UU PM adalah aset dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang
mempunyai nilai ekonomis.
i. Modal Asing menurut Pasal 1 angka 8 UU PM adalah modal yang dimiliki
oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
Universitas Sumatera Utara
24
hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh pihak asing.
j. Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 9 UU PM adalah modal yang
dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara
Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum.
k. Notaris berdasarkan Pasal 1 angka 1 juncto Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini, antara lain: mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
i. Saham sebagaimana termuat dalam Penjelasan Pasal 53 ayat 3 UUPT adalah
saham yang mempunyai hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS
mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan,
mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan, dan menerima sisa
kekayaan hasil likuidasi.
Universitas Sumatera Utara
25
G. Metodologi Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah serta usaha atau pekerjaan untuk
mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati- hati,
sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan atau menjawab problemnya.33
Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
adalah:34
a. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan
penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap;
b. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang
belum diketahui;
c. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
interdisipliner;
d. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan
pengetahuan, mengenai masyarakat.
Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi.35
33
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta, PT Rineka Cipta,
1997), hal.42
34
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.7
35
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta, Prenada Media Group, 2005), hal.35
Universitas Sumatera Utara
26
1.
Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian dalam proposal ini merupakan penelitian hukum
normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian
doctrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang mengasnalisi hukum
baik yang tertulis dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum
yang diputuskan oleh Hakim melalui proses Pengadilan (law it is decided by the
judge through judicial process).36 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
ilmiah37 yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan
jalan menganalisanya juga diadakan pelaksanaan yang mendalam terhadap fakta
hukum tersebut kemudian mengusahakan suatu pemecahan atau permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam gejala-gejala yang bersangkutan.38
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif
yaitu dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang
meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum
serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan
hukum lainnya.39
36
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2006), hal.118
37
Ibid., hal.43
38
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.43
39
Ibrahim Johni, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang, Bayu Media
Publishing, 2005), hal.336
Universitas Sumatera Utara
27
Sifat penelitian penulisan ini adalah deskriptif analitis. Bersifat deskriptif
maksudnya penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan
sistematis tentang permasalahan yang diteliti.
Analitis dimasukkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan
dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.40 Tujuan penelitian
deskriptif adalah menggambarkan secara tepat , sifat individu, suatu gejala,
keadaan, atau kelompok tertentu.41
2.
Jenis Data dan Bahan Hukum
Sumber data dapat diperoleh dari data Primer dan Sekunder. Data primer
dapat dicari dan diperoleh langsung dari responden ataupun dari lapangan (kancah).
Instrumen (alat) yang dapat digunakan adalah wawancara, kuesioner dan observasi
(pengamatan). Sementara data sekunder dapat dicari dan diperoleh dari kepustakaan
dengan menggunakan instrumen studi dokumen.42 Data yang dipergunakan di dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas
(autoritatif), 43 yang terdiri dari:
1.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
40
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke 20, (Bandung, PT
Alumni, 1994), hal.101
41
Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, PT Gramedia, 1997),
hal.42
42
Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum, (Medan, Pustaka Bangsa Press, 2007),
hal.75
43
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2009), hal.47
Universitas Sumatera Utara
28
3.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal;
4.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal;
5.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
Nonperizinan Penanaman Modal;
6.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Bahan Hukum sekunder yang terdiri dari pendapat para ahli yang termuat
dalam literatur, artikel, media cetak maupun media elektronik, termasuk tesis
dan jurnal hukum.44
c. Bahan Hukum Tersier terdiri dari kamus hukum, atau ensiklopedia yang
berhubungan dengan materi penelitian ini.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk
44
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Op.Cit., hal.155
Universitas Sumatera Utara
29
mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang
dilakukan oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini.
Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman
Modal, buku-buku, literatur dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian ini,
artikel yang termuat dalam bentuk jurnal, makalah ilmiah, ataupun yang termuat
dalam data elektronik seperti pada website dan sebagainya maupun dalam
bentuk dokumen atau putusan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
4.
Analisis Data
Analisa data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.45
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif46, yaitu dengan
melakukan analisis terhadap peraturan-peraturan dan bahan-bahan hukum yang
45
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002),
hal.101
46
Miles dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif-Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
(Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press), 1992), hal. 15-20
Universitas Sumatera Utara
30
berhubungan dengan masalah yang dibahas dengan cara menginterprestasikan semua
peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan masalah yang dibahas, menelaah
dan menilai bahan hukum yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
mengevaluasi perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas,
sehingga akhirnya dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan
logika berpikir secara deduktif yakni dari yang bersifat umum ke yang bersifat
khusus, serta dapat dipresentasikan dalam bentuk deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada berbagai bentuk badan usaha yang mendukung kegiatan perekonomian di
Indonesia, antara lain yang berbentuk badan hukum adalah perseroan terbatas,
yayasan dan koperasi dan yang tidak berbentuk badan hukum seperti firma,
persekutuan komanditer, usaha dagang, commanditer vennootschaap dan lain
sebagainya. PT merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat
ini, disamping karena pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas, PT juga
memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) nya untuk mengalihkan
perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya
pada perusahaan tersebut.1
Badan hukum merupakan pendukung kewajiban dan hak sama seperti
manusia pribadi. Sebagai pedukung hak dan kewajiban dan dapat mengadakan
hubungan bisnis dengan pihak lain. Kedudukan PT sebagai badan hukum sematamata ditentukan oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan sejak saat itu PT menjadi subyek
hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban dan bertanggung jawab secara
1
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis:Perseroan Terbatas, (Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2000), hal.1
1
Universitas Sumatera Utara
2
mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang telah
dilakukan.2
Dengan disahkannya, didaftarkan dan diumumkannya akta pendirian PT,
maka Anggaran Dasar PT tidak saja mengikat bagi para pendiri perusahaan,
pemegang saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak yang hendak melakukan
transaksi dengan PT. Mengingat Anggaran Dasar PT adalah hukum positif bagi PT.
Disebut demikian, karena maksud dan tujuan , besarnya modal PT dan hal-hal yang
menyangkut tentang PT dijabarkan dalam Anggaran Dasar PT.3
Anggaran Dasar menempati kedudukan yang sangat penting dalam mengatur
kegiatan dan kehidupan PT. Kewenangan bertindak Persseroan PT dibatasi oleh
Peraturan Perundang-undangan dan Anggaran Dasar, juga dibatasi oleh maksud dan
tujuan PT. Maksud dan tujuan PT mempunyai 2 (dua) sisi, pada 1 (satu) sisi
merupakan sumber kewenangan bertindak bagi PT, dan di sisi lain menjadi pembatas
dari ruang lingkup bertindak dari PT bersangkutan.4
Perusahaan yang berbentuk PT sangat menarik minat investor atau penanam
modal untuk menanamkan modalnya. Dengan dominasi yang besar di Indonesia, PT
telah ikut meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia, baik melalui Penanaman
Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sehingga
PT merupakan salah satu pilar perekonomian nasional. Lebih dipilihnya PT sebagai
2
Budiarto, Agus, Tanggung Jawab Pendirian Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia, 2002),
hal.106
3
Sentosa, Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung, Nuansa
Aulia, 2006).
4
Ais, Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum
Perusahaan, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2004).
Universitas Sumatera Utara
3
bentuk perusahaan dibandingkan dengan bentuk usaha yang lain ini dikarenakan
adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan modal (ownership) dengan
kepengurusannya (power).
Menurut Pasal 1 angka b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan, perusahaan didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan,
bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan tujuan
memeperoleh keuntungan atau laba.5
Perseroan Terbatas atau Naamloze Vennootschap (dalam bahasa Belanda),
company limited by shares (dalam bahasa Inggris)6, menurut pasal 1 angka 1 UndangUndnag Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksananya.
Semua PT yang berbadan hukum Indonesia, didirikan menurut hukum Indonesia,
menggunakan nama perseroan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa
Indoenesia yang baik dan benar.7
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
1999), hal.1
6
Abdul, R, Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan : Teori dan Contoh Kasus, Edisi Kedua,
Cetakan Kesepuluh, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010), hal.105
7
Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subyek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan,
Jakarta, PT Rineka Cipta, 2007), hal. 47
Universitas Sumatera Utara
4
Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau
ketentuan hukum perusahaan yang dapat berupa badan legislative yang menciptakan
undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak,
hakim yang memutuskan perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat
pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan demikian,
hukum perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam
perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai perusahaan.8
Indonesia sebagai negara yang sedang membangun memerlukan modal dan
investasi yang besar untuk mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Namun untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja keras dari berbagai pihak. Untuk
melakukan pembangunan tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit dan
apabila hanya mengandalkan modal dari Pemerintah, hampir bisa dipastikan sulit
untuk mencapai hal tersebut. Pengaturan terkait Penanamn Modal pertama kali diatur
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
yang kemudian kedua undang-undang tersebut direvisi menjadi Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), yang didalamnya
memuat materi tentang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam
Negeri.
Dampak yang sangat terasa dengan terjadinya globalisasi yakni arus informasi
begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai
8
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
5
pihak khususnya dikalangan pebisnis berlomba memburu informasi, sebab siapa yang
mampu menguasai informasi dengan cepat, maka dialah yang terdepan. Demikian
juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain dapat begitu cepat dan
mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang
terus digunakan dan dikembangkan oleh para ahlinya. Dengan semakin dekatnya
batas antara satu negara dengan negara lainnya maka peluang untuk berinvestasi,
terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka diri bagi investor asing
sangat terbuka luas.9
Istilah investasi maupun penanaman modal adalah istilah yang dikenal oleh
masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam dunia usaha.
Sedangkan penanaman modal digunakan dalam istilah perundang-undangan. Di
kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian lebih luas karena mencakup
investasi langsung (Direct Investment) dan Investasi tak langsung (Portofolio
Investment). Sedangkan penanaman modal lebih berkonotasi kepada investasi
langsung.10 Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsurunsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan
nilai modalnya.11
Penanaman modal menurut Pasal 1 angka 1 UU PM dapat diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
9
Yanto, Bashri, Mau Kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia-Prisma Pemikiran Prof. Dr.
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, (Jakarta, Predna Group, 2003), hal.12-13
10
Dhaniswara, K., Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta, Raja Grafindo Persada ,
2007), hal. 10
11
Supancana, Rahmdi, Bagus, Ida, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, (Jakarta, PT Ghalia Indonesia , 2006), hal. 1
Universitas Sumatera Utara
6
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia,12 sedangkan Penanaman modal asing menurut Pasal 1 angka 3 UU PM
dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.13
Pasal 5 ayat 2 UU PM juncto Pasal 11 ayat 1 Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (PerKa BKPM) Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal menyatakan bahwa penanam
modal asing harus dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain
oleh Undang-Undang.
Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang dimaksud dengan penanam modal
asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri
semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), dimana terdapat
gabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) dan
modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic capital).14
12
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
14
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2013), hal.21
13
Universitas Sumatera Utara
7
Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing
dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing, yaitu
joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.15
Keberadaan kontrak joint venture dalam penanaman modal asing, mempunyai
arti dan manfaat yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Raaymakers
mengemukakan bahwa ada 6 (enam) manfaat kontrak joint venture sebagaimana
dikemukakan berikut ini:
1. Pembatasan risiko
yaitu melaksanakan suatu kegiatan yang penuh risiko dapat menimbulkan
suatu kerja sama. Dengan bersatu, risiko dapat disebar kepada peserta-peserta.
2. Pembiayaan
yaitu dengan kerja sama, usaha mendayagunakan modal dapat dilakukan
dengan sederhana dengan menyatukan modal yang dibutuhkan.
3. Menghemat tenaga
Jika dilihat dari kekuatan tenaga kerja yang dibutuhkan, penanganan yang
disatukan akan mengurangi personalia yang dibutuhkan disbanding dengan
kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap perusahaan.
4. Rentabilitas
yaitu dengan adanya joint venture, rentabilitas (hal menguntungkan dan
merugikan) dari investasi-investasi yang ada dari para pihak dapat diperbaiki.
15
Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman
Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta, Pradjna Paramita, 1998),hal.108
Universitas Sumatera Utara
8
5. Kemungkinan optimasi know-how
Joint Venture mampu menyatukan partner-partner yang tidak sejenis baik
dalam negara maupun di luar negara. Perusahaan-perushaan yang tidak sejenis
usahanya mengadakan kerja sama sehingga dapat terjadi diversifikasi usaha.
6. Kemungkinan pembatasan kongkurensi (saling ketergantungan).16
Berbagai studi tentang penanaman modal asing menunjukkan bahwa motif
suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari keuntungan.
Keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai sebab pendukung seperti upah buruh
yang murah, dekat dengan sumber bahan mentah, luasnya pasar yang baru, menjual
teknologi (merek, paten, rahasia dagang, desain industri),menjual bahan baku untuk
dijadikan bahan jadi, insentif untuk investor dan status khusus negara tertentu dalam
perdagangan Internasional. Sementara bagi negara penerima modal, berharap ada
partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya. 17
Kegiatan investasi atau penanaman modal, khususnya kegiatan penanaman
modal asing di Indonesia belakangan ini semakin meningkat. Hal ini terutama sejak
diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) yang mana sejalan dengan tujuan
dari AFTA itu sendiri, yaitu:
1. Menjadikan kawasan Association of South East Asian Nations (ASEAN)
sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN
memiliki daya saing kuat di pasar global
16
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal.207
17
Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta, UAI Press, 2007), hal.1
Universitas Sumatera Utara
9
2. Menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Investment
3. Meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade)18
Menurut Pasal 5 ayat 3 UU PMA penanam modal asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara:
1. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
2. membeli saham; dan
3. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.19
Namun sering menjadi permasalahan yaitu bagaimanakah status dari anak
perusahaan apabila induk perusahaan menjadi perusahaan dengan fasilitas
Penanaman Modal Asing (PMA). Apakah status dari anak perusahaan tersebut turut
berubah mengikuti induknya atau sebaliknya?
Sebagai contoh yang sederhana adalah sebagaimana berikut ini:
A suatu Perseroan Terbatas (PT) biasa yang memiliki anak perusahaan, yaitu
PT B dan PT C yang keduanya berstatus PT biasa pula, kemudian PT Z selaku
Perusahaan Luar Negeri (Asing) mengambil bagian saham melalui penyertaan atau
penyetoran modal ke dalam PT A, sehingga PT A berubah status dari PT biasa
menjadi PT PMA. Bagaimanakah status PT B dan C terkait hal tersebut mengingat
kedua PT B dan C tersebut sudah dimiliki oleh PT jauh sebelum PT A berubah status
menjadi PT PMA. (seperti skema di bawah ini).
18
Asean Free Trade, http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2002/01/AFTA.htm pada
tanggal 03 Juli 2014
19
Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang No.25v tahun 2007 tentangPenanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
10
PT A saat telah berubah status menjadi PT PMA (PT Z telah melakukan penyertaan
modal)
Z
Perusahaan
Luar Negeri
(Asing)
A
Berubah
menjadi
PT PMA
melakukan
B
?
penyertaan
C
?
UUPM selaku wadah yang menjadi payung hukum penanaman modal serta
investasi di Indonesia tidak ada mengatur secara tegas dan terperinci terkait
permasalahan tersebut di atas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam bentuk
Tesis dengan judul "Tinjauan Yuridis terhadap Status Anak Perusahaan yang Induk
Perusahaan berubah Status menjadi Penanaman Modal Asing”.
B. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan hukum antara anak perusahaan dengan induk
perusahaan dan bagaimanakah syarat-syarat serta proses suatu badan usaha
disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing?
2. Apakah akibat hukum yang terjadi apabila induk perusahaan berubah status
menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing terhadap anak perusahaan?
Universitas Sumatera Utara
11
3. Bagaimanakah proses penyesuaian yang harus dilalui anak perusahaan yang
induk perusahaannya berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal
Asing?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis20.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan meninjau hubungan hukum antara anak perusahaan
dengan induk perusahaan dan bagaimanakah syarat-syarat serta proses suatu
badan usaha disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing.
2. Untuk mengetahui dan meninjau akibat hukum yang terjadi apabila induk
perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing
terhadap anak perusahaan.
3. Untuk mengetahui dan meninjau proses penyesuaian yang harus dilalui anak
perusahaan yang induk perusahaannya berubah status menjadi Perusahaan
Penanaman Modal Asing.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas Indonesia (UIPress), 1984), hal.3
Universitas Sumatera Utara
12
1.
Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu Hukum
Kenotariatan pada umumnya, Hukum Penanaman Modal serta Penanaman Modal
Asing (PMA) khususnya serta menambah pengetahuan dan wawasan juga
sebagai referensi tambahan pada program studi Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya dalam hal meninjau tentang status
dari anak perusahaan yang induk perusahaannya berubah menjadi Perusahaan
PMA.
2.
Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan
akademisi, praktisi serta para pelaku usaha yang bergerak di bidang usaha yang
berbadan hukum, khususnya pada Perseroan Terbatas serta dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik di lingkungan Universitas
Sumatera Utara maupun Kepustakaan Universitas Sumatera Utara, belum ada
penelitian mengenai “Tinjauan Yuridis atas Status Perusahaan Anak yang Induknya
menjadi PMA” sehingga penelitian mengenai "Tinjauan Yuridis terhadap Status
Anak Perusahaan yang Induk Perusahaan berubah Status menjadi Penanaman Modal
Asing" juga belum pernah diteliti sebelumnya, namun ada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh:
Universitas Sumatera Utara
13
1.
Saudara Sukiran, Mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul “Kajian Yuridis tentang
Jaminan Kepastian Hukum bagi Investasi Asing di Indonesia” Tahun 2008.
2.
Saudari Sri Yuliati, Mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Hukum tentang
Pemilikan Saham pada Perusahaan Penanaman Modal Asing” Tahun 2013.
Penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka
baik judul, rumusan masalah maupun substansi pembahasan serta pengkajian
hukumnya sangat berbeda sama sekali. Dengan demikian penelitian ini adalah asli
dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.
Kerangka Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.21
21
W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum (Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer,
Susunan III), (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal.2
Universitas Sumatera Utara
14
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi22, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.23
M.Solly Lubis menyatakan konsep teori merupakan:
"Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun
permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan,
pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini
merupakan masukan eksternal bagi peneliti".
Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut:24
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan
fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;
b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi;
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti;
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktorfaktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;
22
J.J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial-Asas-asas, (Penyunting: M.Hisyam),
(Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal.203
23
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, CV Mandar Maju, 1994), hal.27
24
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.121
Universitas Sumatera Utara
15
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.
Istilah penanaman modal atau investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
Investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Investement.
Para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai konsep teoritis tentang penanaman
modal. Menurut Fitzgeral sebagaimana dikutip oleh Salim HS mengartikan investasi
atau penanaman modal adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan
sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat
sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang.25
Teori-teori dalam Penanaman Modal Asing dinataranya adalah:
a) Teori R. Vernon
Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang
disebut Model Siklus Produk (Pandji Anoraga, 1995: 53). Dalam model ini,
introduksi dan pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap.
Pendorong untuk mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan
peluang pasar. Dalam tahap satu, pada waktu produk pertama kali
dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu hubungan yang erat
antara kelompok desain, produksi dan pemasaran dari perusahaan dan
pasar yang akan dilayani oleh produk itu. Untuk itu produksi dan penjualan
perlu dilakukan di dalam negeri. Tahap kedua yakni perusahaan mulai
25
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Op. Cit., hal.31
Universitas Sumatera Utara
16
memikirkan kemungkinan mencari pasar – pasar baru di negara – negara yang
relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia
ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,
pengangkutan dan pemasaran. Strategi – strategi penentuan harga dan lokasi
didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan
pada biaya komperatif. Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana
produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi,
sehingga risetan keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja
yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan
konsekuensinya, produk bergerak ke negara-negara yang sedang berkembang,
dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk – produk yang
dihasilkan di negara berkembang tersebut akan diimpor kembali ke negara
asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi
produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar.
Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat
mempertahankan
daya
saing
perusahaan
dalam
produk-produk
inovatifnya.
b) Teori J.H Dunning
John Dunning (1977) dalam menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis (Pandji Anoraga,
1995: 57). Teori eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga
persyaratan yang diperlukan bila sebuah perusahaan akan berkecimpung
Universitas Sumatera Utara
17
dalam penanaman modal asing. Yang pertama adalah adanya keunggulan
spesifik perusahaan. Rentang keunggulan yang dapat menumbuhkan Foreign
Direct Investment adalah :
1. Teknologi
penelitian
pemilikan
disebabkan
karena
kegiatan
dan pengembangan.
2. Keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk
fungsi organisasi perusahaan.
3.
Deferensiasi produk, merk dagang atau nama cap.Ukuran besar, yang
mencerminkan skala ekonomi.
4. Keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisien
minimum.
Yang kedua adalah keunggulan internalisasi. Kondisi yang menyokong
internalisasi meliputi :
1. Biaya tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak.
2. Ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual.
3. Kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali
produk.
4. Keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi ulang
(cross-subsidization).
Yang ketiga adalah keunggulan spesifik negara.
Keunggulan spesifik lokasi dari negara tuan rumah dapat meliputi :
1. Sumber daya alami.
Universitas Sumatera Utara
18
2.
Kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisien dan terampil.
3. Rintangan perdagangan membatasi impor.
c) Teori David K. Eiteman
Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal
asing ada tiga, yaitu : motif strategis, motif perilaku dan motif ekonomi.
Dalam motif strategis dibedakan dalam :
1) Mencari pasar
2) Mencari bahan baku
3) Mencari efisiensi produks
4) Mencari pengetahuan
5) Mencari keamanan politik.
Sedangkan motif perilaku merupakan ransangan lingkungan eksternal
dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen
individu atau kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari
keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan
harga pasar saham perusahaan.
d) Teori Robock & Simmonds
Teori PMA yang lain dijelaskan oleh Robock & Simmonds (1989),
melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna,
pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional dan
model imperalisasi marxis. Pendekatan Global. Menurut pendekatan global,
kekuatan intern yang mempengaruhi PMA yaitu pengembangan teknologi/
Universitas Sumatera Utara
19
produk baru, ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan
mesin-mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan
kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah,
ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEE).
Model Siklus Produk. Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing
melalui tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang dan tahap
produk yang distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di
dalam negeri. Sedangkan untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor.
Pada tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar
negeri telah dilayani oleh produksi lokal. Pada tahap ketiga, persaingan
menjadi lebih penting dan produksi diarahkan pada lokasi/ tempat yang
biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah.
e) Teori Stephen Hymer
Investasi
langsung
merupakan
persoalan
yang
kompleks
dan
sulit
dijelaskan dengan cara yang sederhana, namun Stephen Hymer telah
mengembangkan suatu teori yang cukup kuat untuk menjelaskan cara bekerja
internasional dari perusahaan – perusahaan nasional. Menurut Hymer, invetasi
langsung termasuk dalam teori persaingan tidak sempurna, dan bukan dalam
teori persaingan biasa atau teori mengenai pergerakan modal secara
internasional. Hymer mengemukakan bahwa inti pokok dari penanaman
modal secara langsung adalah meratakan beberapa keuntungan monopolistik
Universitas Sumatera Utara
20
yang dinikmati oleh perusahaan induk. Menurut pendekatan ini, pengembalian
investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan
penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti
bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan
tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Kemungkinan memperoleh
pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan
memiliki keunggulan tertentu.
Defenisi lain tentang investasi dikemukakan oleh Kamaruddin Ahmad, yaitu
bahwa investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.26
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum.
Menurut Soejono Soekanto, wujud kepastian hukum adalah
Peraturan dari pemerintah pusat yang berlaku umum diseluruh wilayah
Negara. Kemungkinan lain adalah peraturan tersebut berlaku umum , tetapi
hanya bagi golongan tertentu. Selain itu, dapat pula peraturan setempat yaitu
peraturan yang dibuat oleh penguasa setempat yang hanya berlaku didaerahnya
saja,misalnya peraturan kotapraja.27
Dari pendapat diatas, terlihat bahwa wujud kepastian hukum pada umumnya
berupa peraturan tertulis yang dibuat oleh suatu badan yang mempunyai otoritas
untuk itu.
Menurut Sudikno Mertokusumo :
26
Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996),
hal.3
27
Soejono Soekanto , Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan
Indonesia, UI Pres,Jakarta, 1974,hal 56
Universitas Sumatera Utara
21
Kepastian hukum adalah masyarakat mengharapkan kepastian hukum karena
dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas
menciptakan kepastian hukumkarena bertujuan untuk ketertiban masyarakat.
Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, sehingga
akhirnya timbul keresahan. Tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian
hukum dan ketat menaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta
menimbulkan rasa ketidakadilan. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti
demikian, sehingga harus ditaati dan dilaksanakan. Undang-undang itu sering
terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat, lex dure, sed tamen scripta
(undang-undang itu kejam, tetapi memang demikian bunyinya).28
Dalam melakukan penanaman modal selain tunduk ketentuan hukum
penanaman modal juga ada ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa dilepaskan
begitu saja. Ketentuan tersebut antara lain berkaitan dengan perpajakan,
ketenagakerjaan, dan masalah pertanahan.
Semua ketentuan ini akan menjadi pertimbangan penanam modal , dalam
melakukan investasi.
2.
Kerangka Konsepsi
Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori
dan observasi, antara abstraksi dan realitas.29
Konsep
diartikan
sebagai
kata
yang
menyatakan
abstrak
yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional
(operational definition).30 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya
merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoriti
yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional
28
Sudikno Mertokusumo , Mengenal Hukum (suatu pengantar),Liberty, Yogyakarta,1988.hal 136
29
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, (Jakarta, LP3ES, 1989), hal.34
30
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT Raja Grafindo, 1998), hal.3
Universitas Sumatera Utara
22
yang menjadi pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan
dengan sesuatu hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih
permulaan dari sesuatu karya
merupakan
yang setelah diadakan pengolahan akan dapat
menjadikan suatu teori.31
Agar terdapat persamaan persepsi dan pengertian dalam membaca dan
memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan
beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang
terdapat di bawah ini:
a. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.32
b. Penanaman Modal menurut Pasal 1 angka 1 UU PM adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia.
c. Penanaman Modal Asing menurut Pasal 1 angka 3 UU PM adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan
31
32
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2003), hal.5
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Loc.Cit., Pasal 1 angka (1)
Universitas Sumatera Utara
23
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.
d. Penanaman Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 2 UU PM adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal negeri dengan penanam modal
dalam negeri.
e. Penanaman Modal menurut Pasal 1 angka 4 UU PM adalah perorangan atau
badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing.
f. Penanam Modal Asing menurut Pasal 1 angka 6 UU PM adalah
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah
asing yang melakukan penanaman modal
di wilayah Negara Republik
Indonesia.
g. Penanam Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 5 UU PM adalah
perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara
Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal
di
wilayah Negara Republik Indonesia.
h. Modal menurut Pasal 1 angka 7 UU PM adalah aset dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang
mempunyai nilai ekonomis.
i. Modal Asing menurut Pasal 1 angka 8 UU PM adalah modal yang dimiliki
oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
Universitas Sumatera Utara
24
hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh pihak asing.
j. Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 9 UU PM adalah modal yang
dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara
Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum.
k. Notaris berdasarkan Pasal 1 angka 1 juncto Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini, antara lain: mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
i. Saham sebagaimana termuat dalam Penjelasan Pasal 53 ayat 3 UUPT adalah
saham yang mempunyai hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS
mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan,
mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan, dan menerima sisa
kekayaan hasil likuidasi.
Universitas Sumatera Utara
25
G. Metodologi Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah serta usaha atau pekerjaan untuk
mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati- hati,
sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan atau menjawab problemnya.33
Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
adalah:34
a. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan
penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap;
b. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang
belum diketahui;
c. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
interdisipliner;
d. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan
pengetahuan, mengenai masyarakat.
Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi.35
33
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta, PT Rineka Cipta,
1997), hal.42
34
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.7
35
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta, Prenada Media Group, 2005), hal.35
Universitas Sumatera Utara
26
1.
Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian dalam proposal ini merupakan penelitian hukum
normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian
doctrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang mengasnalisi hukum
baik yang tertulis dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum
yang diputuskan oleh Hakim melalui proses Pengadilan (law it is decided by the
judge through judicial process).36 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
ilmiah37 yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan
jalan menganalisanya juga diadakan pelaksanaan yang mendalam terhadap fakta
hukum tersebut kemudian mengusahakan suatu pemecahan atau permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam gejala-gejala yang bersangkutan.38
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif
yaitu dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang
meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum
serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan
hukum lainnya.39
36
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2006), hal.118
37
Ibid., hal.43
38
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.43
39
Ibrahim Johni, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang, Bayu Media
Publishing, 2005), hal.336
Universitas Sumatera Utara
27
Sifat penelitian penulisan ini adalah deskriptif analitis. Bersifat deskriptif
maksudnya penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan
sistematis tentang permasalahan yang diteliti.
Analitis dimasukkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan
dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.40 Tujuan penelitian
deskriptif adalah menggambarkan secara tepat , sifat individu, suatu gejala,
keadaan, atau kelompok tertentu.41
2.
Jenis Data dan Bahan Hukum
Sumber data dapat diperoleh dari data Primer dan Sekunder. Data primer
dapat dicari dan diperoleh langsung dari responden ataupun dari lapangan (kancah).
Instrumen (alat) yang dapat digunakan adalah wawancara, kuesioner dan observasi
(pengamatan). Sementara data sekunder dapat dicari dan diperoleh dari kepustakaan
dengan menggunakan instrumen studi dokumen.42 Data yang dipergunakan di dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas
(autoritatif), 43 yang terdiri dari:
1.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
40
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke 20, (Bandung, PT
Alumni, 1994), hal.101
41
Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, PT Gramedia, 1997),
hal.42
42
Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum, (Medan, Pustaka Bangsa Press, 2007),
hal.75
43
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2009), hal.47
Universitas Sumatera Utara
28
3.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal;
4.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal;
5.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
Nonperizinan Penanaman Modal;
6.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Bahan Hukum sekunder yang terdiri dari pendapat para ahli yang termuat
dalam literatur, artikel, media cetak maupun media elektronik, termasuk tesis
dan jurnal hukum.44
c. Bahan Hukum Tersier terdiri dari kamus hukum, atau ensiklopedia yang
berhubungan dengan materi penelitian ini.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk
44
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Op.Cit., hal.155
Universitas Sumatera Utara
29
mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang
dilakukan oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini.
Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman
Modal, buku-buku, literatur dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian ini,
artikel yang termuat dalam bentuk jurnal, makalah ilmiah, ataupun yang termuat
dalam data elektronik seperti pada website dan sebagainya maupun dalam
bentuk dokumen atau putusan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
4.
Analisis Data
Analisa data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.45
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif46, yaitu dengan
melakukan analisis terhadap peraturan-peraturan dan bahan-bahan hukum yang
45
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002),
hal.101
46
Miles dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif-Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
(Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press), 1992), hal. 15-20
Universitas Sumatera Utara
30
berhubungan dengan masalah yang dibahas dengan cara menginterprestasikan semua
peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan masalah yang dibahas, menelaah
dan menilai bahan hukum yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
mengevaluasi perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas,
sehingga akhirnya dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan
logika berpikir secara deduktif yakni dari yang bersifat umum ke yang bersifat
khusus, serta dapat dipresentasikan dalam bentuk deskriptif.
Universitas Sumatera Utara