Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing

31

BAB II
HUBUNGAN HUKUM ANTARA ANAK PERUSAHAAN DENGAN INDUK
PERUSAHAAN DAN SYARAT-SYARAT SERTA PROSES SUATU
BADAN USAHA DISEBUT SEBAGAI PERUSAHAAN
PENANAMAN MODAL ASING
A. Perusahaan
Ada beberapa defenisi perusahaan menurut para ahli hukum, antara lain:
1.

Molengraaff, yaitu bahwa perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh
penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.47

2.

Polak, yaitu bahwa suatu usaha untuk dapat dimasukkan dalam pengertian
perusahaan harus mengadakan pembukuan, yaitu perhitungan mengenai laba
rugi.48


3.

Komar Andasasmita, yaitu dengan membedakan antara perusahaan dengan
jabatan.

Menurutnya,

Perusahaan

adalah

mereka

yang secara terartur

berkesinambungan dan terbuka bertindak dalam kualitas tertentu (pasti)
mencapai atau memperoleh (dengan susah payah) keuntungan bagi diri mereka,
Sedangkan jabatan adalah mereka yang bertujuan atau/ bersifat idial atau yang
menggunakan keahlian, seperti dokter, pendeta, pengacara dan notaris. 49


47

Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
2002), hal.7
48
Chidir, Ali, Badan Hukum, (Alumni, 1987), hal.105
49
Ibid., hal.106-107

31

Universitas Sumatera Utara

32

Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan (UUWDP) mendefinisikan suatu perusahaan sebagai setiap bentuk usaha
yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia

untuk memperoleh keuntungan dan atau laba.50
Dari defenisi di atas, maka dengan demikian perusahaan memuat 2 (dua)
unsur pokok, yaitu:
1. Bentuk usaha (company) yang berupa organisasi atau badan usaha yang
didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia;
2. Jenis usaha (business) yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian
(perindustrian, perdagangan, perjasaan, pembiyaan) dijalankan oleh badan
usaha secara terus menerus.51
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Badan usaha, yaitu bahwa perusahaan memiliki bntuk tertentu, baik yang
berupa badan hukum maupun yang bukan badan hukum.52
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian, meliputi bidang perindustrian,
perdagangan, jasa dan pembiayaan.53

50

Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

(UUWDP)

51

Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Op.Cit., hal.8-9
Ibid., hal.10
53
Ibid., hal.11
52

Universitas Sumatera Utara

33

3. Terus-menerus, yaitu bahwa kegiatan usaha dilakukan sebagai mata
pencaharian, tidak insidental dan bukan pekerjaan sambilan.54
4. Bersifat tetap, yaitu bahwa kegiatan usaha yang dilaksanakan tidak berubah
atau berganti dalam waktu singkat, tetapi untuk jangka waktu yang lama.55
5. Terang-terangan, yaitu berarti kegiatan usaha ditujukan kepada dan
diketahui oleh umum, bebas berhubungan dengan pihak lain, diakui dan
dibenarkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang.56
6. Keuntungan dan atau laba, yaitu bahwa tujuan dari perusahaan adalah untuk

memperoleh keuntungan dan atau laba.57
7. Pembukuan, bahwa perushaan wajib untuk menyelenggarakan pencatatan
mengenai kewajiban dan hak yang berkaitan dengan kegiatan usahanya.58
Dengan dikatakannya suatu perusahaan berstatus badan hukum dengan sifat
tanggung jawab yang terbataspun hadir demi hukum bagi kepentingan bagi
kepentingan pemegang saham. Hal ini berarti bahwa seorang pemegang saham
terbatas

kepada

sahamnya

sendiri

yang

telah

diambil


itu

mengenai

pertanggungjawaban atas segala tindak tanduk , keuntungan dan kerugian dari
perseroan terbatas yang bersangkutan. Ia hanya bertanggung jawab atas jumlah
sahamnya.59

54

Ibid.
Ibid.
56
Ibid., hal.11-12.
57
Ibid.
58
Ibid.
59
Sudargo Gautama, Komentar atas Undang-Undang Perseroan Terbatas Yang Baru (1995)

No.1 Perbandingan dengan Peraturan Lama,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung , 1995, hal 19
55

Universitas Sumatera Utara

34

B. Hubungan Hukum antara Anak Perusahaan dan Induk Perusahaan
Berkaitan dengan sifat status hukum dari anak perusahaan yang mandiri maka
kewajiban yang timbul sebagai akibat suatu perjanjian yang diadakan antara anak
perusahaan dengan pihak ketiga maka
Pihak ketiga tersebut tidak mempunyai hak untuk menuntut terhadap induk
perusahaan dan anak perusahaan lainnya untuk melakukan kewajiban – kewajiban
dalam perjanjian yang dibuatnya bersama anak perusahaan yang bersangkutan.
Tanggung jawab kontraktual yang bersifat pelengkap, dianggap ada apabila dibuat
kesepakatan tambahan pada waktu perjanjian diadakan. Atas permintaan pihak ketiga
(kreditur), dalam perjanjian tersebut induk perusahaan

bahkan pemegang saham


mayoritas menyetujui untuk bertindak sebagai penjamin atau mengikatkan diri ikut
bertanggung jawab. Sehingga tanggung jawab yuridis dari perbuatan yang dilakukan
anak perusahaan sampai batas tertentu dapat dibebankan kepada induk perusahaan.60
Anak Perusahaan (subsidiary) dapat terjadi karena:
1. Lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh induk
perusahaannya;
2. Lebih dari 50% (lima puluh persen) suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham dikuasai oleh induk perusahaannya; dan atau
3. Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan dan pemberhentian Direksi
dan Komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaannya.61

60

Sri Soedewi Maschoen Sofyan, Hukum Jaminan Indonesia,Pokok-Pokok HukumJaminan
dan Perorangan ,Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman , Jakarta, 1980, hal 47
61
Harahap, M., Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta, Sinar Grafika, 2009), hal.52

Universitas Sumatera Utara


35

Induk Perusahaan (parent atau holding company) adalah perusahan yang
memegang kendali atas perseroan lain. Perusahaan Induk berperan memberikan
modal bagi Perseroan Anak dan berperan dalam mendirikan Perseroan Anak
tersebut.62
Keterkaitan induk perusahaan dan anak perusahaan melalui kepemilikan
saham, keterkaitan kepemimpinan, menjadi alasan keberadaan bagi lahirnya
kewenangan induk perusahaan untuk mengendalikan dan mengorganisasikan anak
perusahaan sebgai kesatuan ekonomi. Sebagai pemegang anak perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas, induk maupun anak perusahaan lain tidak bertanggung
jawab atas perbuatan hukum dari badan hukum anak perusahaan yang bersangkutan63.
Induk perusahaan dan anak perusahaan mempunyai anggaran dasar sendirisendiri yang mana perusahaan-perusahaan tersebut harus menjalankan usaha tersebut
seperti yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar masing-masing dan anggaran
dasar suatu perseroan terbatas merupakan hukum positif bagi perseroan terbatas itu
yang apabila dilanggar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat menjadi batal.64
C. Badan Usaha
Secara umum, bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Badan Usaha Perseorangan


62

diakses dari http:/m.hukumonline.com/klinik/detail/cl3562/holding-company,-fungsi-danpengaturannya pada tanggal 23 Oktober 2014
63
Sulistiowati,Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup Di Indonesia, (Jakarta,
Penerbit Erlangga 2013)
64

I.G. Rai Widjaja , Pedoman Dasar Perseroan Terbatas, Pradnya Paramita,Jakarta, 1994,hal 9

Universitas Sumatera Utara

36

Badan usaha ini merupakan bentuk badan usaha yang paling sederhana,
dimana pemilik mempunyai tanggung jawab penuh atas usahanya sampai
dengan kekayaan pribadinya.
2. Badan Usaha Berbentuk Persekutuan
Ada 2 (dua) tipe persekutuan yang dikenal, yaitu firma dan CV

(Commanditaire Venootschap). Pada firma, tanggung jawab setiap sekutu
bersifat tidak terbatas (unlimited) dan mencakup pula harta pribadinya.
Sementara itu, pada CV, tanggung jawab satu atau lebih sekutunya bersifat
terbatas pada modal yang mereka setor dengan komtribusi kepada kegiatan
usahanya yang dilakukan. Para sekutu yang tanggung jawabnya bersifat
terbatas tersebut bertindak sebagai sekutu diam dan tidak turut serta dalam
menjalankan usaha.
Suatu perserikatan dibentuk atas dasar suatu perjanjian yang berbentuk akta
notaris yang kemudia didaftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dan
diumumkan dalam Berita Negara.
3. Badan usaha berbentuk perseroan
Badan usaha berbentuk perseroan ini terdiri dari:
a.

Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas terbagi atas PT tertutup dan PT terbuka.
PT Terbuka harus memenuhi persyaratan tambahan, yaitu:
-

Merupakan suatu perseroan terbatas yang terdaftar menurut hukum
Indonesia;

Universitas Sumatera Utara

37

-

Mempunyai modal dasar minimal Rp 100.000.000,- (seratus juta
Rupiah) dengan modal disetor minimal Rp 25.000.000,- (dua puluh
lima juta Rupiah)

-

Minimal dalam 2 (dua) tahun terakhir menikmati keuntungan dari
usahanya yang besarnya tidak lebih dari 10% (sepuluh persen)
ekuitas para pemegang saham;

-

Laporan keuangan perseroan dalam 2 (dua) tahun terakhir telah
diaudit oleh akuntan public dengan kualifikasi wajar tanpa syarat.
Sementara itu, mengenai pengaturan lainnya tunduk pada UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. BUMN
Perseroan berbentuk BUMN terdiri dari Perum dan Persero
D. Perusahaan Penanaman Modal
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPM dinyatakan bahwa Penanaman
Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia.65
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

65

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.25 tahun2007 tentang Penanaman Modal

Universitas Sumatera Utara

38

Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Penanaman Modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan
penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam
modal asing. Istilah penanaman modal adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu
investment.66
Menurut Komaruddin67 yang merumuskan penanaman modal dari sudut
pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi di
samping faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya;
b. suatu tindakan memberi barang-barang modal;
c. pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa
datang.
Penaman modal yang melakukan penanaman modal di Indonesia harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UUPMA yaitu sebagai berikut:

66

Harjono, K., Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal-Tinjauan terhadap Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007), hal.122
67
Panjaitan, Hulman, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta, Ind-Hill Co, 2003), hal.28

Universitas Sumatera Utara

39

a. Untuk PMDN, dilakukan dalam bentuk usaha yang berbadan hukum atau
usaha perorangan;
b. Untuk PMA, dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
c. Untuk PMDN dan PMA yang berbentuk perseroan terbatas,dilakukan dengan
pengambilan saham pada saat pendirian, membeli saham, dan melakukan cara
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 2 juncto Penjelasan Pasal 2 UUPMA dikatakan bahwa ketentuan
dalam undang-undang penanaman modal ini berlaku bagi penanaman modal di semua
sektor di wilayah Republik Indonesia, dan yang dimaksud dengan “penanaman modal
ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah Republik Indonesia”
adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak
langsung (portofolio).68
Penanaman Modal Langsung atau sering disebut direct investment sering
diartikan sebagai kegiatan penanaman modal yang melibatkan:
- Pengalihan dana (transfer of funds);
- Proyek yang memiliki jangka waktu panjang (long-term project);
- Tujuan memperoleh pendapatan regular (the purpose of regular income);
- Partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana (the participation of
the person transferring the funds);

68

Harjono, K., Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal-Tinjauan terhadap Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op. Cit., hal.121

Universitas Sumatera Utara

40

- Suatu risiko usaha (business risk)
Sedangkan portofolio investment sering dikaitkan dengan investasi yang
dilakukan melalui pasar modal atau bursa dengan cara pembelian efek
(securities), sehingga tidak melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang
bersifat jangka panjang dan karenanya pendapatan yang diharapkan juga bersifat
jangka pendek dalam bentuk capital gain yang diperoleh pada saat penjualan
efek tersebut dan bukan pendapatan yang bersifat regular, dimana investor tidak
terlibat dalam manajemen perusahaan, sehingga tidak terkait langsung dengan
risiko kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan target atau perusahaan
dimana investasi tersebut dilakukan, melainkan lebih dikaitkan dengan risiko
pasar dari efek yang dibeli.69
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat 1 UUPM ditentukan bahwa penanaman
modal diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
- Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum
dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap
kebijakan dan tindakan dalam bidang penanamn modal;
- Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan
penanaman modal;
- Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan
69

Kairupan, David, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Op. Cit., hal.19-20

Universitas Sumatera Utara

41

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, yaitu asas
perlakukan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam
modal asing maupun antara penanam modal dari suatu Negara asing dan
penanam modal dari Negara asing lainnya;
- Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal
secara

bersama-sama

dalam

kegiatan

usahanya

untuk

mewujudkan

kesejahteraan rakyat;
- Efesiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman
modal

dengan

mengedepankan

efisiensi

berkeadilan

dalam

usaha

mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing;
- Berkelanjutan, yaitu asa yang secara terencana mengupayakan berjalannya
proses

pembangunan

melalui

penanaman

modal

untuk

menjamin

kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa
kini maupun untuk masa datang;
- Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan
tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan hidup;

Universitas Sumatera Utara

42

- Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan Negara dengan tidak menutup diri pada
masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi;
- Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asa yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan
ekonomi nasional.70
1. Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 UUPM, Penanaman Modal Dalam
Negeri adalah kegiatan menaman modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri. 71
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UUPM, Penanam Modal Dalam
Negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia,
Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di
wilayah Negara Republik Indonesia. 72
Ada 2 (dua) bentuk badan usaha yang dapat melakukan kegiatan investasi
Penanam Modal Dalam Negeri, yaitu:73
a. Berbentuk badan hukum, antara lain, Perseroan Terbatas, Koperasi dan
Yayasan;74 dan

70

Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
72
Pasal 1 angka 5 Undang-Und\ang No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal
73
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Op. Cit., hal.112
71

Universitas Sumatera Utara

43

b. Tidak berbentuk badan hukum, antara lain firma dan komanditer.75
Dengan

demikian

investor

asing

termasuk

perusahaan-perusahaan

multinasional (Multinational Enterprises atau MNE), yang ingin berinvestasi
di Indonesia harus membentuk suatu Perseroan Terbatas sebagaimana yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) dengan status sebagai perusahaan PMA. 76
2. Perusahaan Penanaman Modal Asing
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 UUPM, Penanaman Modal Asing
adalah kegiatan menaman modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UUPM, Penanam Modal Asing adalah
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah
asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik
Indonesia.
Kegiatan penanaman modal asing dapat menggunakan modal asing
sepenuhnya

maupun modal asing berpatungan dengan penanaman modal

dalam negeri.77

74

Ibid.
Ibid., hal.117
76
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Op. Cit., hal. 99
77
Ibid., hal.149
75

Universitas Sumatera Utara

44

Dalam rangka Penanaman Modal Asing, maka kita dapat menemukan 2 (dua)
bentuk penanaman modal asing, yaitu:
1. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga
Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Patungan adalah
bersama-sama mengumpulkan uang untuk suatu maksud tertentu; dan
2. Langsung, dalam artian seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara dan
atau badan hukum asing.78
E. Syarat-syarat serta Proses suatu Badan Usaha disebut sebagai Perusahaan
Penanaman Modal Asing
1.

Syarat suatu Badan Usaha disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal
Asing
Sebagaimana diuraikan dalam Pasal 5 ayat 2 UUPM, bahwa penanaman

modal asing wajib dalam bentuk usaha badan hukum yang berbentuk perseroan
terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara Republik
Indonesia kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang. Hal ini mengakibatkan
perusahaan yang didalamnya terdapat unsur modal asing memiliki status sebagai
perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk membedakannya dengan
perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau juga
perushaan yang tidak berstatus PMA maupun PMDN atau yang sering dikenal
sebagai perusahaan swasta nasional atau perseroan terbatas biasa (PT Biasa).79

78
79

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Op.Cit., hal.164
Kairupan, David, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Op. Cit., hal.25

Universitas Sumatera Utara

45

2.

Proses suatu Badan Usaha disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal
Asing
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 3 UUPM, bahwa baik PMDN dan

PMA yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dapat
dilakukan dengan:
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
b. Membeli saham; dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.80

80

Pasal 5 ayat 3 undang-undang No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal.

Universitas Sumatera Utara