Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat

18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Saat ini dunia perbankan khususnya perbankan syariah telah berkembang
dengan sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya berbagai jenis
produk dan sistem usaha yang kompatibel bagi dunia usaha. Konsep dari
perbankan syariah itu sendiri adalah bank yang berasaskan pada asas kemitraan,
keadilan, transparansi dan universal. Implementasinya adalah merupakan
kerjasama antara pemilik modal dengan pengusaha untuk melakukan aktivitas
usaha dengan harapan dapat mencapai suatu profit (keuntungan) yang diinginkan.
Keuntungan yang dimaksud adalah bank sebagai pihak penyedia modal dengan
menyalurkan modalnya kepada pengusaha maka bank akan mendapatkan
pendapatan, sedangkan bagi pihak pengusaha akan mendapatkan modal usaha
sehingga pendapatan pengusaha juga akan meningkat.
Perbankan syariah juga dapat dijelaskan yaitu perluasan dari jasa
perbankan serta implementasi dari prinsip ekonomi Islam, dimana masyarakat
yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran yang tidak berdasarkan pada
sistem bunga melainkan atas dasar syariah. Hal ini disebabkan adanya larangan

riba dalam berbagai bentuknya. Sebagian umat Islam menganggap bunga adalah
riba, tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Konsep
uang sebagai alat spekulatif juga tidak diperkenankan seperti menggunakan dua
harga untuk satu barang, serta tidak memperkenankan dua transaksi dalam satu
akad (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 59).

Universitas Sumatera Utara

19

Permasalahan mengenai larangan riba, merupakan salah satu alasan yang
menjadi latar belakang berdirinya perbankan dengan menggunakan sistem syariah
atau prinsip bagi hasil. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, larangan tentang praktekpraktek yang mengandung riba, dinyatakan dengan tegas, misalnya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda

dan

bertakwalah


kamu

kepada

Allah

supaya

kamu

mendapat

keberuntungan” (Terjemahan Q.S. Al – Imran : 130).
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri kecuali seperti orang yang
keranjingan syaithon dan oleh karena itu mereka menyatakan bahwa niaga itu
sama dengan riba, padahal niaga itu sudah dihalalkan oleh Allah. Sedangkan riba
itu diharamkan maka barang siapa sudah menerima wejangan dari Allah lalu dia
berhenti makan riba maka apa yang sudah terlewati dari haknya dan urusannya
terserah kepada Allah tetapi siapa yang melakukannya kembali, mereka itu
menjadi penghuni neraka, mereka akan tinggal di sana selama-lamanya“.

(Terjemahan Q.S. Al-Baqarah : 275)
Dari terjemahan di atas, Allah SWT menghalalkan perniagaan sehingga
dapat diartikan bahwa tujuan utama dari didirikannya bank syariah adalah untuk
menghilangkan riba bagi seluruh masyarakat. Adanya tujuan ini mendorong
perbankan dengan sistem syariah untuk menyalurkan pembiayaan kepada
masyarakat khususnya pengusaha kecil dan menengah dan juga melakukan
pembinaan hubungan kerja dengan pengusaha tersebut. Dengan adanya
pembiayaan ini, maka akan sangat mendukung permodalan khususnya bagi
pengusaha kecil, sehingga diharapkan aktivitas usahanya dapat berjalan dengan
lancar dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan pengusaha kecil

Universitas Sumatera Utara

20

tersebut. Dengan adanya pembinaan hubungan kerja, bagi pengusaha akan sangat
membantu dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
misalnya masalah-masalah yang berkaitan dengan modal, bahan baku, pemasaran
produk dan manajemen.
Perbankan syariah di Indonesia saat ini, mencatatkan kinerja yang sangat

bagus, baik secara kualitas maupun kuantitas (Agustianto, 2012:2). Menurut
statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia setiap tahunnya cukup fantastis dan menggembirakan karena tumbuh
antara 40-45% per tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan asset, peningkatan
pembiayaan, ekspansi pelayanan (jaringan kantor yang semakin meluas
menjangkau 33 propinsi di Indonesia).
Dalam menghadapi badai krisis global (1998, 2008, dan krisis Eropa 2011)
industri perbankan syariah di Indonesia memiliki daya tahan yang kokoh serta
menunjukkan prestasi performance yang baik (Agustianto, 2012:2). Fungsi
intermediasi perbankan terus berjalan dengan baik dengan FDR di atas 100%.
Pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi) terus meningkat melebihi 70%
dari total pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Sebaliknya
pembiayaan consumer semakin melambat seiring dengan meningkatnya
pembiayaan produktif (Agustianto, 2012:3). Menurut data Bank Indonesia,
pertumbuhan pangsa pembiayaan jenis konsumsi dibandingkan jenis produktif
(modal kerja + investasi) pertumbuhannya melambat menjadi sebesar 28% dari
30,09% (2010 – 2011).

Universitas Sumatera Utara


21

Menurut data Bank Indonesia yang diperoleh pada 17 Desember 2012,
kini sudah ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Bank Syariah dalam bentuk
Unit Usaha Syariah (UUS), dan 156 BPRS, dengan jaringan kantor meningkat
dari 1.692 kantor di tahun 2011 menjadi 2.574 di tahun 2012. Dengan demikian
jumlah jaringan kantor layanan perbankan syariah meningkat sebesar 25,31%
(bi.go.id).
Asset perbankan syariah saat ini sudah mencapai Rp 179 Triliun (4,4%
dari asset perbankan nasional), sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 139
Triliun. Suatu hal yang luar biasa adalah total pembiayaan yang disalurkan
perbankan syariah sebesar Rp 140 Triliun, melebihi jumlah DPK. Ini berarti
Financing to Debt Ratio (FDR) perbankan syariah di atas 100%. Data ini
menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah untuk menggerakan
perekenomian, cukup besar.
Pertumbuhan asset, DPK dan pembiayaan juga relatif masih tinggi,
masing-masingnya adalah asset tumbuh 37%, DPK tumbuh 32%, dan pembiayaan
tumbuh 40%. Satu hal yang perlu dicatat, bahwa market share pembiayaan
perbankan syariah dibanding konvensional sudah mencapai 5,24%.
Pertumbuhan asset, DPK, dan pembiayaan juga diikuti oleh jumlah

nasabah pengguna perbankan syariah, yang menunjukkan peningkatan signifikan
dari tahun ke tahun,misalnya dari tahun 2011-2012 tumbuh sebesar 36,4%. Kini
jumlah penggunanya 13,4 juta rekening (Oktober 2012, 36,4% – yoy), baik
nasabah DPK maupun nasabah pembiayaan. Apabila pada tahun 2011 jumlah
pemilik rekening sebanyak 9,8 juta, maka di tahun 2012 menjadi 13,4 juta
rekening, berarti dalam setahun bertambah sebesar 3,6 juta nasabah.

Universitas Sumatera Utara

22

Dengan pertumbuhan yang besar tersebut, maka akan semakin banyak
masyarakat yang terlayani. Makin meluasnya jangkauan perbankan syariah
menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi
rakyat di negeri ini. Harapannya, perbankan syariah seharusnya tampil sebagai
garda terdepan atau lokomotif terwujudnya financial inclusion. Hal ini disebabkan
karena misi dasar dan utama syariah adalah pengentasan kemiskinan dan
pembangunan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat (Muhamad, 2000:14).
Bank syariah harus dinikmati masyarakat luas bahkan di masa depan sampai ke
pedesaan. Seluruh bentuk hambatan yang bersifat price maupun non price

terhadap akses lembaga keuangan, harus dikurangi dan dihilangkan.
Pertumbuhan bank syariah di Indonesia di atas, pada dasarnya masih bisa
ditingkatkan lebih maksimal lagi. Menurut survey Bank Dunia (2010), hanya
48% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan
formal. Dengan demikian masyarakat yang tidak memiliki tabungan baik di bank
maupun di lembaga keuangan non bank relatif masih tinggi yaitu 52%. Kehadiran
bank-bank syariah yang demikian cepat pertumbuhannya diharapkan akan
mendekatkan masyarakat kepada lembaga keuangan formal, seperti perbankan
syariah.
Melihat perkembangan dinamika perbankan saat ini, bank syariah
khususnya dituntut untuk memenuhi keinginan dari masyarakat untuk
memperoleh suatu bentuk pembiayaan atau lebih dikenal dengan kredit yang tidak
bersifat birokratif dan lebih mudah dalam prosesnya. Oleh karena itu bank syariah
dalam hal ini melakukan penawaran yang relatif menarik dan menjanjikan bagi

Universitas Sumatera Utara

23

masyarakat ekonomi lemah, pengusaha kecil, dan menengah tentunya adalah yang

berkaitan dengan pemenuhan pembiayaan.
Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, bank syariah diwajibkan untuk
melakukan prosedur menganalisa usaha nasabahnya sebelumnya. Untuk lebih
memudahkan bank syariah dalam menganalisa usaha dari masing-masing
nasabah, maka bank syariah melakukan pembinaan-pembinaan dan pengawasan
terhadap kinerja dari usaha para nasabah yang dalam hal ini adalah pengusaha
kecil dan menengah. Hal ini dilakukan agar pengusaha kecil dan menengah serta
bank syariah memiliki keterikatan usaha yang saling menguntungkan antara satu
dengan yang lain, dan hasilnya diharapkan akan dapat membantu meningkatkan
pendapatan pengusaha serta usaha dapat berkembang.
Dalam penyaluran pembiayaan bank syariah, sebelumnya perlu juga untuk
mengetahui prinsip-prinsip dalam operasional perbankan syariah di Indonesia dan
dunia. Operasional bank syariah didasarkan kepada prinsip jual beli dan bagi hasil
sesuai dengan Syariah Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Al-Wadi’ah, yaitu perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang)
dengan penyimpan (termasuk bank) dimana pihak penyimpan bersedia untuk
menyimpan dan menjaga keselamatan barang atau uang yang dititipkan
kepadanya. Jadi Al-Wadi’ah ini merupakan titipan murni yang dipercayakan oleh
pemiliknya. Al-Wadi’ah ini dibagi menjadi dua bagian yaitu : a) Al-Wadi’ah
Amanah, artinya pihak penyimpan tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan

atau kehilangan barang yang disimpan yang bukan diakibatkan oleh perbuatan
penyimpan. b) Al-Wadi’ah Dhamanah, pihak penyimpan dengan atau tanpa izin
pemilik barang dapat memanfaatkan barang yang dititipkan dan tanggung jawab

Universitas Sumatera Utara

24

atas kerusakan atau kehilangan barang yang disimpan. Semua manfaat dan
keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadi hak
penyimpan.
Kedua, Al-Mudharabah, yaitu perjanjian antara pemilik modal (uang atau
barang) dengan pengusaha (enterpreneur), dimana pemilik modal bersedia
membiayai sepenuhnya suatu proyek usaha dan pengusaha setuju untuk
mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian.
Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha, tetapi
diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang
dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung
oleh


pemilik

modal

kecuali

apabila

kerugian

tersebut

terjadi

karena

penyelewengan atau penyalahgunaan oleh usaha.
Ketiga, Al-Musyarakah, yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau
lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha.
Keuntungan dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan persetujuan antara pihakpihak tersebut.

Keempat, Al-Murabahah dan Bai’u Bithaman Ajil, merupakan persetujuan
jual beli suatu barang dengan harga sebesar pokok ditambah dengan keuntungan
yang disepakati bersama dengan pembayaran ditangguhkan sampai satu tahun.
Persetujuan tersebut juga meliputi cara pembayaran sekaligus. Sedangkan AlBai’u Bithaman Ajil yaitu persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar
harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati. Persetujuan ini termasuk
jangka waktu pembayaran dan jumlah angsuran.

Universitas Sumatera Utara

25
Kelima, Al-Ijarah dan Al-Ta’jiri. Al-Ijarah adalah perjanjian antara
pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan penyewa memanfaatkan
barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan dikembalikan kepada
pemilik. Sedangkan Al-Ta’jiri adalah perjanjian pemilik barang dengan penyewa
yang membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan
membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakhir
masa sewa pemilik barang menjual barang menjual barang tersebut kepada
penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.
Keenam, Al-Qardul Hasan, adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan
atas dasar kewajiban sosial semata, dimana peminjam tidak berkewajiban untuk
mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman dan biaya administrasi.
Misalnya : permasalahan dalam hal memasarkan produk maupun dalam hal lain
yang berkaitan dengan kelancaran usaha dari pengusaha tersebut. Sasaran
pembinaan ini oleh bank ditujukan untuk pengrajin, industri kecil, dan menengah,
nelayan, petani, pedagang maupun pengusaha transportasi.
Mudharabah dan Musyarakah adalah dua model profit-sharing (bagi
hasil) yang lebih disukai dalam hukum Islam, dan di antara kedua model ini maka
mudharabah adalah metode profit and loss sharing yang paling umum digunakan
(paling tidak dari segi peningkatan dana). Musyarakah, yang dideskripsikan oleh
International Islamic Bank For Invesment and Development, sebagai ”metode
pembiayaan terbaik dalam bank Islam”, adalah suatu metode yang didasarkan
pada keikutsertaan bank dan pencari pembiayaan (mitra potensial) untuk suatu
proyek tertentu, dan akhirnya, keikutsertaan dalam menghasilkan laba atau rugi.

Universitas Sumatera Utara

26

Musyarakah dalam perbankan Islam telah dipahami sebagai suatu mekanisme
yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang
bermanfaat untuk masyarakat.
Jika Mudharabah dan Musyarakah dapat dikelola dengan baik oleh
perbankan syariah dan efektifnya strategi pemasaran yang digunakan oleh pihak
perbankan syariah, maka produk ini dapat meningkatkan produktivitas para
pelaku usaha. Dari beberapa literatur, sampai saat ini para pelaku usaha di
Indonesia masih memiliki permasalahan yang sering dihadapi. Adapun
permasalahan pelaku usaha yang sering dijumpai adalah masalah pemasaran
produk, teknologi, manajemen keuangan, sumber daya manusia dan permodalan.
Permasalahan-permasalahan ini juga dihadapi oleh nasabah pembiayaan Bank
Sumut Syariah yang terletak di Kota Stabat Kabupaten Langkat.
Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat merupakan salah satu
perbankan syariah yang ada di Kabupaten Langkat selain Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat dan Bank Syariah BRI. Bahkan Bank Sumut Syariah merupakan
bank syariah yang kedua membuka unitnya di Kabupaten Langkat setelah Bank
Syariah Mandiri yaitu pada 26 Desember 2006 yang wilayah kerjanya mencakup
seluruh wilayah di Kabupaten Langkat.
Pada Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat yang telah berdiri
selama 6 tahun, pembiayaan mudharabah sebesar 19,36% dan musyarakah
sebesar

40,15%,

yang

dapat

dikatakan

mendominasi

dari

portofolio

pembiayaannya yang mencapai hampir 60% dari total pembiayaannya dan
selebihnya untuk produk murabahah dan qardh. Sedangkan perbankan syariah
secara nasional, pada bulan Juli 2013, murabahah masih sangat mendominasi

Universitas Sumatera Utara

27

yaitu sebesar Rp104.718 milyar atau 60,02% dari total komposisi pembiayaan
syariah. Sedangkan mudharabah dan musyarakah sebesar Rp49.278 milyar atau
28,24% dari total komposisi pembiayaan syariah secara nasional.
Posisi pembiayaan Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Syariah Stabat
lebih rinci ditunjukkan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Posisi Pembiayaan Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu
Stabat Per 31 Desember 2012.
Jenis Pembiayaan

Jumlah Pembiayaan

Pangsa

Jumlah Debitur

Murabahah

20.654.614.075,00

36,64%

591

Mudharabah

10.911.777.952,00

19,36%

209

Musyarakah

22.630.980.766,00

40,15%

361

Qardh

2.169.195.891,00

3,85%

158

Total

56.366.568.684,00

100,00%

1.315

Sumber : Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut terkonsentrasi pada
memasarkan produk yang dibutuhkan oleh sektor riil terutama pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah yaitu pembiayaan produktif. Sedangkan perbankan
syariah secara nasional masih memasarkan produk konsumtif yaitu murabahah.
Namun demikian, perlu dikaji ulang kembali apakah pembiayaan produktif yang
disalurkan ini telah dilaksanakan dan telah dimanfaatkan secara maksimal oleh
debiturnya.
Dampak dari pemanfaatan pembiayaan secara maksimal yang telah
diberikan oleh Bank Sumut Syariah kepada nasabahnya juga menarik untuk
diteliti. Dampak yang nyata dilihat adalah apakah produktivitas kondisi usahanya
meningkat dari sebelum mendapatkan pembiayaan, atau malah produktivitas

Universitas Sumatera Utara

28

kondisi usahanya menurun dari sebelum mendapatkan pembiayaan dari Bank
Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah pembiayaan Mudharabah berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat?
2. Apakah pembiayaan Musyarakah berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat?
3. Apakah pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah berpengaruh
secara total dan bersama-sama terhadap tingkat produktivitas debitur Bank
Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat?

1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah pembiayaan Mudharabah
berpengaruh terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah
Cabang Pembantu Stabat.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah pembiayaan Musyarakah
terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu
Stabat.

Universitas Sumatera Utara

29

3. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah pembiayaan Mudharabah dan
pembiayaan Musyarakah berpengaruh secara total dan bersama-sama terhadap
tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang terkait dengan
kebijakan perbankan syariah.

2.

Bagi pihak perbankan syariah diharapkan dapat menjadi masukan dalam
penentuan kebijakan pengembangan perbankan syariah.

3.

Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan pengembangan ilmu khususnya tentang pengetahuan
perbankan syariah.

4.

Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual
exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta
meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Dampaknya Terhadap Laba Operasional Pada Bank Syariah Mandiri Indonesia

0 10 108

Analisis Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Laba Bersih Pada PT. Bank Syariah Mandiri

11 74 91

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS BANK SYARIAH

0 3 112

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH dan MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periiode Desember 2007-Desember 2014).

1 3 12

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, dan MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periiode Desember 2007-Desember 2014).

0 4 17

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat

0 0 17

Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat

0 0 2

Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat

0 0 5

Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat

0 0 27