Pengaruh Panjang Partikel terhadap Kualitas Oriented Particle Board dari Bambu Tali (Gigantochloa apusKurz.)
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Papan partikel
Papan partikel adalah produk panel yang terbuat dari bahan berlignoselulosa
termasuk kayu utamanya dalam bentuk partikel yang direkatkan dengan resin
sintetis di bawah pengempaan panas (Maloney, 1993).
Bahan baku papan komposit akan sangat bervariasi di masa mendatang.
Negara-negara yang memiliki sumber daya kayu yang cukup tinggi dapat
mengandalkan kayu sebagai bahan baku pembuatan papan komposit, tetapi negaranegara yang tidak atau kurang memiliki potensi kayu dapat menggunakan berbagai
sumber bahan baku selain kayu yang berlignoselulosa. Penggunaan berbagai
macam bahan baku sangat memungkinkan, seiring dengan timbulnya berbagai
desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumber daya kayu, tuntunan konsumen
akan kualitas produk semakin tinggi, pengetahuan dan penguasaan ilmu yang
semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk
komposit yang berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah (Rowell,
1996 dalam Fajarwati, 2009).
Papan partikel senantiasa menggunakan perekat dalam pembuatannya.
Perekat sintetis yang bersifat termosetting seperti Urea Formaldehida, Melamin
Formaldehida dan Penol Formaldehida sangat umum dipakai. Selain sebagai
perekat, khususnya Melamin Formaldehida banyak digunakan untuk membuat
peralatan rumah tangga seperti piring, mangkok dan cangkir (Ruhendi, 2008).
Ukuran Partikel
Berdasarkan ukuran partikel dalam pembentukan lembarannya, Maloney
(1993) membedakannya menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
3
Universitas Sumatera Utara
1. Papan partikel homogen (Single-Layer Particleboard). Papan jenis ini tidak
memiliki perbedaan ukuran partikel pada bagian tengah dan permukaan.
2. Papan partikel berlapis tiga (Three-Layer Particleboard). Ukuran partikel
pada bagian permukaan lebih halus dibandingkan ukuran partikel bagian
tengahnya.
3.
Papan partikel bertingkat berlapis tiga (Graduated
Three-Layer
Particleboard). Papan jenis ini mempunyai ukuran partikel dan kerapatan
yang berbeda antara bagian permukaan dengan bagian tengahnya
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik dari pada yang dibuat
dari serbuk, karena ukuran tatal lebih besar dari serbuk. Oleh karena itu ukuran
partikel yang semakin besar memiliki kualitas struktural yang lebih baik. Bentuk
dan ukuran partikel akan berpengaruh terhadap kekuatan dan stabilisasi dimensi
papan partikel. Di samping bentuk partikel, perbandingan panjang dan tebal (nisbah
kelangsingan) dan perbandingan panjang dan lebar (nisbah aspek) juga berpengaruh
terhadap penyerapan air, pengembangan tebal, pengembangan linear dan keteguhan
papan partikel (Lehmann, 1974 dalam Zakaria, 1996). Aspek yang paling penting
adalah nisbah panjang dan tebal partikel. Partikel yang ideal untuk mengembangkan
kekuatan dan stabilitas dimensi ialah serpih yang ketebalannya seragam dengan
nisbah antara panjang dan tebal yang tinggi
(Haygreen dan Bowyer,
1989).
Perekat UF (Urea Formaldehida)
Urea Formaldehida (UF) merupakan perekat hasil reaksi kondensasi dan
polimerisasi antara urea dan formaldehida. Perekat ini termasuk tipe perekat
MR
(moisture resistant) dalam pemakaiannya banyak digunakan untuk industri meubel
4
Universitas Sumatera Utara
dan kayu lapis tipe II. Perekat UF matang dalam kondisi asam, keasaman diperoleh
dengan menggunakan hardener (NH4Cl). Kelemahan utamanya adalah mudah
terhidrolisis sehingga terjadi kerusakan pada ikatan hidrogennya oleh kelembaban
atau basa serta asam kuat khususnya pada suhu sedang sampai tinggi. Kelebihannya
adalah sifat ketahanan yang baik terhadap air dingin, cukup tahan terhadap air panas
tapi tidak tahan terhadap air mendidih (Pizzi, 1983 dalam Fajarwati, 2009).
Perekat UF mempunyai waktu pengerasan yang singkat dengan kempa
panas kurang lebih 10 menit dan dalam pembuatan papan ditambahkan 10% dari
berat kering oven partikel, secara normal kandungan perekat UF untuk
partikel bervariasi 6-10% berdasarkan berat perekat padat
papan
(Haygreen dan
Bowyer, 2003). Menurut Maloney (1993) perekat ini mempunyai karakteristik
viskositas (25°C) (Cps) sebesar 30, persen Resin Solid Content 40-60%, pH sekitar
7 - 8, berat jenis (25°C) adalah 1,27 - 1,29. Perekat UF kurang tahan terhadap air
dibandingkan perekat phenol formaldehida, dalam ikatan perekat memberikan
perlindungan sedikit pada lapisan kayu yang berdekatan terhadap jamur dan rayap.
Perekat Isosianat
Keunikan perekat isosianat adalah dapat digunakan pada variasi suhu yang
luas, tahan air, panas, cepat kering, pH netral dan kedap terhadap pelarut organik.
Perekat ini juga memiliki daya guna yang luas untuk merekatkan berbagai macam
kayu ke kayu (Saad dan Hilal, 2012). Perekat isosianat memiliki karakter yang
berbeda. Penggunaan perekat isosianat dengan kadar yang lebih kecil dibanding UF
dan PF, mampu menghasilkan papan yang memiliki sifat fisis dan mekanis relatif
lebih baik. Dari penelitian sebelumnya pengujian sifat fisis dan mekanis papan
partikel menggunakan perekat isosianat dengan kadar perekat 10% sebagian besar
5
Universitas Sumatera Utara
memenuhi standar JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-2006 yaitu
pengembangan
tebal, MOR, keteguhan rekat internal, dan kuat pegang sekrup (Sucipto et al. 2010).
Deskripsi Bambu Tali
Dalam sistem taksonomi bambu termasuk dalam famili rumput-rumputan
(Graminae) dan masih berkerabat dekat dengan tebu dan padi. Bambu biasanya
memiliki batang yang berlubang, akar yang kompleks, daun berbentuk pedang, dan
pelepah yang menonjol (Darnsfield dan Widjaja, 1995 dalam
Hindrawan,
2005). Sistem taksonomi untuk bambu tali atau bambu apus adalah:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Klas
: Monokotiledon
Ordo
: Graminales
Famili
: Graminae
Subfamili
: Bambusoideae
Genus
: Gigantochloa
Spesies
: Gigantochloa apus
Bambu tali termasuk dalam genus Gigantochloa yang memiliki rumpun
yang rapat. Bambu tali dikenal juga sebagai bambu apus, awi tali, atau pring tali.
Bambu tali diduga berasal dari Burma dan kini telah menyebar luas ke seluruh
kepulauan Indonesia. Bambu tali tumbuh dengan baik di daerah tropik di dataran
rendah
hingga
pegunungan
dengan
ketinggian
sampai
1.000
m
dpl.
Perkembangbiakan bambu tali dengan akar rimpangnya dan juga dapat diperbanyak
dengan potongan buluhnya (Berlian dan Rahayu, 1995 dalam Hindrawan, 2005).
6
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Bambu Tali
Berlian dan Rahayu (1995) dalam Hindrawan (2005) menyatakan bahwa
bambu tali dapat mencapai tinggi hingga 20 meter lebih. Warna batang bambu tali
adalah hijau sampai kekuning-kuningan. Batang bambu tali tidak bercabang di
bagian bawah. Diameter batang antara 2,5 sampai 15 cm, tebal dinding 0,3 sampai
1,5 cm, dan panjang ruas atau buluhnya 45 sampai 65 cm. Pemanfaatan batang
bambu tali antara 3 sampai 15 meter. Bentuk batang bambu tali sangat teratur. Pada
buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang
berwarna cokelat kehitaman. Pelepah batang bambu tali tidak mudah lepas
meskipun batang tersebut telah berumur tua. Batang bambu apus dalam keadaan
muda dan masih basah berwarna hijau dan tidak keras. Jika telah kering warnanya
menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus atau patah.
7
Universitas Sumatera Utara
Definisi Papan partikel
Papan partikel adalah produk panel yang terbuat dari bahan berlignoselulosa
termasuk kayu utamanya dalam bentuk partikel yang direkatkan dengan resin
sintetis di bawah pengempaan panas (Maloney, 1993).
Bahan baku papan komposit akan sangat bervariasi di masa mendatang.
Negara-negara yang memiliki sumber daya kayu yang cukup tinggi dapat
mengandalkan kayu sebagai bahan baku pembuatan papan komposit, tetapi negaranegara yang tidak atau kurang memiliki potensi kayu dapat menggunakan berbagai
sumber bahan baku selain kayu yang berlignoselulosa. Penggunaan berbagai
macam bahan baku sangat memungkinkan, seiring dengan timbulnya berbagai
desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumber daya kayu, tuntunan konsumen
akan kualitas produk semakin tinggi, pengetahuan dan penguasaan ilmu yang
semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk
komposit yang berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah (Rowell,
1996 dalam Fajarwati, 2009).
Papan partikel senantiasa menggunakan perekat dalam pembuatannya.
Perekat sintetis yang bersifat termosetting seperti Urea Formaldehida, Melamin
Formaldehida dan Penol Formaldehida sangat umum dipakai. Selain sebagai
perekat, khususnya Melamin Formaldehida banyak digunakan untuk membuat
peralatan rumah tangga seperti piring, mangkok dan cangkir (Ruhendi, 2008).
Ukuran Partikel
Berdasarkan ukuran partikel dalam pembentukan lembarannya, Maloney
(1993) membedakannya menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
3
Universitas Sumatera Utara
1. Papan partikel homogen (Single-Layer Particleboard). Papan jenis ini tidak
memiliki perbedaan ukuran partikel pada bagian tengah dan permukaan.
2. Papan partikel berlapis tiga (Three-Layer Particleboard). Ukuran partikel
pada bagian permukaan lebih halus dibandingkan ukuran partikel bagian
tengahnya.
3.
Papan partikel bertingkat berlapis tiga (Graduated
Three-Layer
Particleboard). Papan jenis ini mempunyai ukuran partikel dan kerapatan
yang berbeda antara bagian permukaan dengan bagian tengahnya
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik dari pada yang dibuat
dari serbuk, karena ukuran tatal lebih besar dari serbuk. Oleh karena itu ukuran
partikel yang semakin besar memiliki kualitas struktural yang lebih baik. Bentuk
dan ukuran partikel akan berpengaruh terhadap kekuatan dan stabilisasi dimensi
papan partikel. Di samping bentuk partikel, perbandingan panjang dan tebal (nisbah
kelangsingan) dan perbandingan panjang dan lebar (nisbah aspek) juga berpengaruh
terhadap penyerapan air, pengembangan tebal, pengembangan linear dan keteguhan
papan partikel (Lehmann, 1974 dalam Zakaria, 1996). Aspek yang paling penting
adalah nisbah panjang dan tebal partikel. Partikel yang ideal untuk mengembangkan
kekuatan dan stabilitas dimensi ialah serpih yang ketebalannya seragam dengan
nisbah antara panjang dan tebal yang tinggi
(Haygreen dan Bowyer,
1989).
Perekat UF (Urea Formaldehida)
Urea Formaldehida (UF) merupakan perekat hasil reaksi kondensasi dan
polimerisasi antara urea dan formaldehida. Perekat ini termasuk tipe perekat
MR
(moisture resistant) dalam pemakaiannya banyak digunakan untuk industri meubel
4
Universitas Sumatera Utara
dan kayu lapis tipe II. Perekat UF matang dalam kondisi asam, keasaman diperoleh
dengan menggunakan hardener (NH4Cl). Kelemahan utamanya adalah mudah
terhidrolisis sehingga terjadi kerusakan pada ikatan hidrogennya oleh kelembaban
atau basa serta asam kuat khususnya pada suhu sedang sampai tinggi. Kelebihannya
adalah sifat ketahanan yang baik terhadap air dingin, cukup tahan terhadap air panas
tapi tidak tahan terhadap air mendidih (Pizzi, 1983 dalam Fajarwati, 2009).
Perekat UF mempunyai waktu pengerasan yang singkat dengan kempa
panas kurang lebih 10 menit dan dalam pembuatan papan ditambahkan 10% dari
berat kering oven partikel, secara normal kandungan perekat UF untuk
partikel bervariasi 6-10% berdasarkan berat perekat padat
papan
(Haygreen dan
Bowyer, 2003). Menurut Maloney (1993) perekat ini mempunyai karakteristik
viskositas (25°C) (Cps) sebesar 30, persen Resin Solid Content 40-60%, pH sekitar
7 - 8, berat jenis (25°C) adalah 1,27 - 1,29. Perekat UF kurang tahan terhadap air
dibandingkan perekat phenol formaldehida, dalam ikatan perekat memberikan
perlindungan sedikit pada lapisan kayu yang berdekatan terhadap jamur dan rayap.
Perekat Isosianat
Keunikan perekat isosianat adalah dapat digunakan pada variasi suhu yang
luas, tahan air, panas, cepat kering, pH netral dan kedap terhadap pelarut organik.
Perekat ini juga memiliki daya guna yang luas untuk merekatkan berbagai macam
kayu ke kayu (Saad dan Hilal, 2012). Perekat isosianat memiliki karakter yang
berbeda. Penggunaan perekat isosianat dengan kadar yang lebih kecil dibanding UF
dan PF, mampu menghasilkan papan yang memiliki sifat fisis dan mekanis relatif
lebih baik. Dari penelitian sebelumnya pengujian sifat fisis dan mekanis papan
partikel menggunakan perekat isosianat dengan kadar perekat 10% sebagian besar
5
Universitas Sumatera Utara
memenuhi standar JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-2006 yaitu
pengembangan
tebal, MOR, keteguhan rekat internal, dan kuat pegang sekrup (Sucipto et al. 2010).
Deskripsi Bambu Tali
Dalam sistem taksonomi bambu termasuk dalam famili rumput-rumputan
(Graminae) dan masih berkerabat dekat dengan tebu dan padi. Bambu biasanya
memiliki batang yang berlubang, akar yang kompleks, daun berbentuk pedang, dan
pelepah yang menonjol (Darnsfield dan Widjaja, 1995 dalam
Hindrawan,
2005). Sistem taksonomi untuk bambu tali atau bambu apus adalah:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Klas
: Monokotiledon
Ordo
: Graminales
Famili
: Graminae
Subfamili
: Bambusoideae
Genus
: Gigantochloa
Spesies
: Gigantochloa apus
Bambu tali termasuk dalam genus Gigantochloa yang memiliki rumpun
yang rapat. Bambu tali dikenal juga sebagai bambu apus, awi tali, atau pring tali.
Bambu tali diduga berasal dari Burma dan kini telah menyebar luas ke seluruh
kepulauan Indonesia. Bambu tali tumbuh dengan baik di daerah tropik di dataran
rendah
hingga
pegunungan
dengan
ketinggian
sampai
1.000
m
dpl.
Perkembangbiakan bambu tali dengan akar rimpangnya dan juga dapat diperbanyak
dengan potongan buluhnya (Berlian dan Rahayu, 1995 dalam Hindrawan, 2005).
6
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Bambu Tali
Berlian dan Rahayu (1995) dalam Hindrawan (2005) menyatakan bahwa
bambu tali dapat mencapai tinggi hingga 20 meter lebih. Warna batang bambu tali
adalah hijau sampai kekuning-kuningan. Batang bambu tali tidak bercabang di
bagian bawah. Diameter batang antara 2,5 sampai 15 cm, tebal dinding 0,3 sampai
1,5 cm, dan panjang ruas atau buluhnya 45 sampai 65 cm. Pemanfaatan batang
bambu tali antara 3 sampai 15 meter. Bentuk batang bambu tali sangat teratur. Pada
buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang
berwarna cokelat kehitaman. Pelepah batang bambu tali tidak mudah lepas
meskipun batang tersebut telah berumur tua. Batang bambu apus dalam keadaan
muda dan masih basah berwarna hijau dan tidak keras. Jika telah kering warnanya
menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus atau patah.
7
Universitas Sumatera Utara