DAMPAK PERUBAHAN HARGA CRUDE PALM OIL CP (1)
DAMPAK PERUBAHAN HARGA CRUDE PALM OIL (CPO) DUNIA TERHADAP VALUE EKSPOR KOMODITAS KELAPA SAWIT DAN PEREKONOMIAN INDONESIA (PENDEKATAN VECTOR AUTOREGRESSION ANALYSIS)
Azwar Balai Diklat Keuangan Makassar Email : azwar.iskandar@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan harga CPO di pasar dunia terhadap value ekspor komoditas kelapa sawit dan perekonomian Indonesia yang diwakili oleh pertumbuhan ekonomi (PDB), laju inflasi (INF), nilai tukar riil rupiah (IDR) dan jumlah uang yang beredar (M1) pada periode tahun 2001 –2013. Dengan menggunakan data time series triwulanan dan pendekatan analisis model Vector Autoregression (VAR) melalui pengujian Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD), studi ini menganalisis dampak perubahan harga CPO di pasar internasional terhadap value ekspor komoditas kelapa sawit dan perekonomian Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan harga CPO di pasar internasional : (i) meningkatkan value ekspor komoditi kelapa sawit Indonesia yang berlangsung selama 15 bulan; (ii) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi selama
15 bulan, (iii) mendorong laju inflasi domestik selama satu tahun, (iv) meningkatkan jumlah uang beredar di dalam negeri yang berlangsung selama 6 bulan dan (v) berdampak negatif terhadap nilai tukar riil rupiah selama 10 bulan.
Kata kunci : CPO, VAR, PDB, ekspor, inflasi
I. PENDAHULUAN
komoditi andalan ekspor non migas penghasil devisa negara di luar minyak dan
1.1 Latar Belakang
gas (migas). Selain itu, meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit/Crude
Palm Oil (CPO) dunia dan harga minyak mengandalkan sektor pertanian sebagai
Indonesia sebagai
negara
agraris
mentah dunia, menjadikan minyak kelapa salah
sawit sebagai pilihan untuk bahan baku pembangunan.
satu faktor
utama
penentu
bio-energi bahan bakar pertanian terus memberikan kontribusi
alternatif atau bahan bakar nabati (biofuel) dalam laju pertumbuhan ekonomi. Salah
(Prajitno dan Saputra, 2012). satu sub-sektor pertanian yang memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi adalah
Luas areal perkebunan kelapa sawit di sektor perkebunan. Pada tahun 2012,
Indonesia selama tujuh tahun terakhir kontribusi subsektor perkebunan terhadap
menunjukkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor
cenderung
sebesar 1,92 hingga 9,05 persen per tahun. pertanian mencapai 23,43 persen (BPS,
Pada tahun 2011, luas areal perkebunan 2012).
kelapa sawit meningkat sebesar 2,64 persen menjadi 8,77 juta hektar dan di tahun 2013
Kelapa sawit merupakan salah satu meningkat menjadi 10,46 juta hektar. komoditi sub-sektor perkebunan yang
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). memegang
perekonomian nasional yaitu sebagai
Peningkatan areal perkebunan ini, diikuti ekspor. Tumbuhnya sejumlah perusahaan dengan pertumbuhan produksi minyak
minyak sawit di dalam negeri telah kelapa sawit di Indonesia yang cenderung
besar terhadap mengalami peningkatan dari tahun ke
memberi
kontribusi
produksi minyak sawit nasional, yaitu tahun, yang dihasilkan dari perkebunan
sekitar 31 juta ton, lebih dari separuh besar negara, perkebunan besar swasta dan
produksi minyak sawit dunia sebesar 58,1 perkebunan rakyat. Pada tahun 2011
juta ton pada tahun panen 2013/2014. produksi minyak kelapa sawit meningkat
Ekspor minyak sawit pun terus naik sebesar 1,79 persen menjadi 22,90 juta ton
menjadi sebesar 21 juta ton atau hampir 50
Ekspor CPO
Grafik 1. Pertumbuhan Value ekspor CPO dan Pertumbuhan Ekonomi Sumber : BPS (diolah)
ekspor global 1 . juta ton dengan tingkat produktivitas
dan di tahun 2013 meningkat menjadi 27,78
Melimpahnya produksi menjadi salah satu sebesar 3,536 kg/hektar area perkebunan.
pemicu pertumbuhan nilai ekspor yang Produksi minyak kelapa sawit (CPO)
paling pesat selama beberapa dekade ini. dengan
kode Harmonized
System
151110000 sebagian besar diekspor ke Dengan pencapaian ini, kelapa sawit mancanegara dan sebagian kecil dipasarkan
sebagai komoditi unggulan sub-sektor di dalam negeri (Direktorat Jenderal
perkebunan mempunyai peran yang cukup Perkebunan, 2014).
baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun secara Total ekspor minyak kelapa sawit (CPO)
strategis,
global dan berperan dalam penyediaan selama sepuluh tahun terakhir cenderung
lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, terus mengalami peningkatan. Pada akhir
sumber devisa, pengentasan kemiskinan tahun 2001 value ekspor CPO mencapai
dan konservasi lingkungan (Mariati, 2009). 62.317.847 US Dollar. Nilai ini cenderung
Hal ini karena nilainya yang tinggi sehingga terus meningkat hingga mencapai nilai
perdagangannya selalu surplus. Selain itu, 327.652.263 US Dollar pada akhir tahun
besarnya konsumsi domestik terhadap 2013 (BPS, 2013). Sebagaimana terlihat
komoditas ini juga dapat mempengaruhi pada Grafik 1, pertumbuhan nilai ekspor
jumlah uang beredar dalam masyarakat. CPO cenderung diikuti oleh pertumbuhan
Jika dilihat lebih lanjut, hal ini dapat ekonomi (PDB). Tahun 2006-2007, terjadi
berpengaruh terhadap peningkatan inflasi. lonjakan nilai ekspor CPO hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lonjakan ini disebabkan oleh peningkatan produksi dalam negeri sehingga meningkatkan value
1 http://www.beritasatu.com/blog/tajuk/3018-menjadi-penentu-harga.html
Di pasar internasional saat ini, market share
Indonesia termasuk CPO dari tahun ke tahun juga terus
minyak
sawit
perekonomian Indonesia secara umum. meningkat. Sejak tahun 2004, CPO telah menempati urutan
Beberapa penelitian sebelumnya telah pemasok utama minyak nabati dunia.
pertama
sebagai
mengkaji pengaruh atau dampak perubahan Pasokan CPO dunia tersebut didominasi
harga CPO dunia terhadap kinerja ekspor oleh dua negara yaitu Indonesia dan
dan beberapa unsur makro perekonomian Malaysia. Bahkan dari sisi produksi,
baik secara langsung maupun tidak Indonesia dan Malaysia menguasai kurang
langsung. Sebastian Edwards (1987), lebih 90 persen produksi CPO dunia. Namun
mengungkapkan bahwa perubahan pada hingga saat ini harga pasar CPO dunia masih
harga komoditi ekspor utama umumnya dikendalikan di dua tempat sebagai tolak
memiliki efek penting terhadap perilaku ukurnya yaitu Eropa khususnya bursa
nilai tukar. Penemuan ini juga dikonfirmasi komoditas di Rotterdam Belanda dan
oleh Aprina (2014), Chen dan Rogoff (2003)
Grafik 2. Perubahan Harga CPO Dunia Sumber : Index Mundi (diolah)
Malaysia Derivative Exchange. Keinginan yang membuktikan adanya hubungan Indonesia untuk bisa menjadi penentu
antara komoditas ekspor dengan tingkat harga CPO dunia sulit terwujud mengingat
Dornbush (2001) baik Malaysia maupun Indonesia sama-
nilai
tukar.
hubungan antara sama bersaing dalam mencari pangsa
mengemukakan
peningkatan harga CPO dunia yang pasar 2 . Padahal, nilai ekspor minyak sawit
mengakibatkan penambahan jumlah uang Indonesia sangat ditentukan oleh value
yang beredar dengan harga barang atau ekspor dan harga minyak sawit di pasar
inflasi. Aprina (2014) juga mengemukakan internasional. Fluktuasi harga di pasar
bahwa perubahan nilai tukar (kurs) sebagai domestik tidak terlepas dari pengaruh
akibat perubahan harga CPO dunia tingkat produksi minyak sawit, kebijakan
menyebabkan perubahan value ekspor atau stok dan tingkat konsumsi minyak sawit
impor. Tjahjaprijadi (2013) dengan model dunia. Perubahan permintaan minyak sawit
Computable General Equilibrium (CGE) di pasar internasional akan mempengaruhi
menemukan bahwa dampak kenaikan harga struktur harga, kemudian perubahan harga
minyak sawit internasional dalam jangka minyak sawit dunia akan mempengaruhi
pendek menyebabkan kenaikan pada PDB. produksi maupun penawaran ekspor
Sementara itu dalam jangka panjang kenaikan harga minyak sawit internasional menyebabkan kenaikan pada konsumsi dan
2 impor, sedangkan penurunannya terjadi
http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=view&id=988 &Itemid=1 http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=view&id=988 &Itemid=1
mengurangi produksi dan meningkatkan tersebut.
pengangguran (Brown and Yücel, 2002; penelitiannya menemukan bahwa produksi
Lardic and Mignon, 2006, 2008; dan Dogrul nasional, konsumsi dunia, dan harga dunia
and Soytas, 2010).
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap ekspor CPO di Indonesia. Namun
Kedua, efek transfer kekayaan (wealth secara parsial hanya variabel produksi
transfer effect), yang menekankan pada nasional dan harga dunia yang berpengaruh
pergeseran daya beli (purchasing power) secara nyata terhadap ekspor CPO di
dari negara importir minyak ke negara Indonesia.
eksportir minyak. Pergeseran daya beli menyebabkan berkurangnya permintaan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis konsumen terhadap minyak di negara tertarik untuk menguji apakah perubahan
pengimpor dan bertambahnya permintaan pada harga CPO dunia akan membawa
negara pengekspor. dampak terhadap neraca perdagangan
konsumen
di
Konsekuensinya, permintaan konsumen komoditi kelapa sawit (value ekspor) dan
terhadap barang-barang yang perekonomian Indonesia. Pengujian dalam
dunia
dihasilkan negara pengimpor minyak penelitian ini berbeda dari penelitian
berkurang dan persediaan tabungan (supply sebelumnya yang hanya melihat dampak
of savings) dunia meningkat. Peningkatan dan hubungan antara perubahan harga CPO
pasokan tabungan menyebabkan turunnya dunia dengan beberapa unsur makro
suku bunga riil. Penurunan suku bunga ekonomi secara parsial.
dunia akan menstimulasi investasi, sebagai penyeimbang turunnya konsumsi, sehingga
1.2 Tujuan Penelitian
permintaan agregat tidak berubah di negara pengimpor. Apabila harga sulit turun,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan permintaan terhadap barang- dampak perubahan pada harga CPO dunia
barang yang dihasilkan negara pengimpor terhadap value ekspor komoditi kelapa
minyak lebih lanjut akan menurunkan sawit dan perekonomian Indonesia yang
pertumbuhan PDB. Jika tingkat harga tidak diwakili oleh pertumbuhan ekonomi, laju
bisa turun, belanja konsumsi akan turun inflasi, nilai tukar riil rupiah dan jumlah
lebih besar dari peningkatan investasi, uang yang beredar.
sehingga
menyebabkan penurunan permintaan agregat dan lebih lanjut
II. KERANGKA TEORITIS
memperlambat pertumbuhan ekonomi (Brown and Yucel, 2002; Berument and
1. Mekanisme Transmisi Harga Minyak
Tasci, 2002; Lardic and Mignon, 2006, 2008; dan Cologni and Manera, 2008).
Dalam banyak teori ekonomi 3 , sedikitnya
ada enam saluran
Ketiga, efek saldo riil (real balance effect). mentransmisikan dampak guncangan harga
yang dapat
Kenaikan harga minyak akan mendorong minyak (oil price shocks) terhadap aktivitas
kenaikan permintaan uang. Apabila otoritas ekonomi. Pertama, efek sisi penawaran
moneter gagal meningkatkan jumlah uang (supply side shock effect). Kenaikan harga
beredar untuk memenuhi pertumbuhan minyak menyebabkan penurunan output
permintaan uang, maka saldo riil akan karena kenaikan harga memberikan sinyal
turun, suku bunga akan naik dan laju berkurangnya ketersediaan input dasar
ekonomi melambat untuk
pertumbuhan
(Berument and Tasci, 2002; Lardic and pertumbuhan dan produktivitas menurun
Mignon, 2006, 2008; Cologni and Manera, (Qianqian, 2011). Guncangan harga minyak
2008 dan Tang et al., 2010). bisa menyebabkan naiknya biaya marjinal Keempat, efek inflasi (inflation effect).
Kenaikan harga minyak juga menyebabkan
3 Nizar (2012). Dampak Fluktuasi Harga Minyak Dunia Terhadap Perekonomian
Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.6 No.2, Desember 2012 Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.6 No.2, Desember 2012
menambah jumlah pengangguran. Dengan naiknya harga produk-produk minyak,
kata lain, semakin tinggi penyebaran dari seperti bensin dan minyak bakar yang
guncangan sektoral, tingkat pengangguran digunakan konsumen. Lebih lanjut, karena
semakin tinggi karena jumlah realokasi ada upaya mensubstitusi minyak dengan
tenaga kerja bertambah (Lardic and energi bentuk lain, harga sumber energi
Mignon, 2006, 2008; Kilian, 2008; dan alternatif juga akan meningkat. Disamping
Dogrul and Soytas, 2010). efek langsung terhadap inflasi, terdapat efek tidak langsung berkaitan dengan
2. Perubahan Harga CPO Dunia dan
respon perusahaan dan perilaku pekerja
Ekonomi Makro
(second round effects).
Perusahaan
mengalihkan peningkatan biaya produksi Fluktuasi atau perubahan harga minyak di dalam bentuk harga konsumen yang lebih
pasar internasional pada prinsipnya tinggi untuk barang-barang atau jasa non-
mengikuti aksioma yang berlaku umum energi, sementara pekerja akan merespon
dalam ekonomi pasar, dimana tingkat harga peningkatan biaya hidup dengan menuntut
yang berlaku sangat ditentukan oleh upah yang lebih tinggi (Lardic and Mignon,
mekanisme permintaan dan penawaran 2006, 2008 dan Berument and Tasci, 2002).
(demand and supply mechanism) sebagai faktor fundamental. Faktor-faktor lain
Kelima, efek konsumsi, investasi dan harga dianggap sebagai faktor non-fundamental, saham.
terutama berkaitan dengan masalah memberikan efek negative terhadap
infrastruktur, geopolitik dan spekulasi konsumsi, investasi dan harga saham.
(Nizar, 2012).
Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan dengan pendapatan
Menurut Edward (1987) perubahan harga berkurang karena kenaikan harga minyak,
disposibel yang
komoditi ekspor suatu negara memiliki sedangkan investasi dipengaruhi melalui
pengaruh penting terhadap pergerakan peningkatan biaya perusahaan (Sadorsky,
nilai tukar riil. Pada kondisi tertentu, 1999; Kilian, 2008, 2009 dan Henriques and
komoditas ekspor akan Sadorsky, 2011).
ledakan
menghasilkan apresiasi nilai tukar riil negara tersebut. Chen dan Rogoff (2003)
Keenam, efek penyesuaian sektoral membuktikan adanya hubungan antara (sectoral adjustment effect). Guncangan
tingkat nilai tukar dan komoditas ekspor. harga minyak akan mempengaruhi pasar
Mereka menemukan bahwa nilai tukar riil tenaga kerja melalui perubahan biaya
Australia dan New Zealand didorong oleh produksi relatif industri. Jika harga minyak
harga komoditas dunia. Hasilnya konsisten naik secara berkelanjutan, maka struktur
dengan analisis yang dilakukan oleh Cashin, produksi akan berubah dan berdampak
Cespedes dan Sahay (2004), mereka terhadap pengangguran. Guncangan harga
memberikan tambahan bukti bagi negara minyak bisa menambah biaya produksi
berkembang. Dalam kasus di Afrika Selatan, marjinal di banyak sektor yang intensif
Frankel (2007) menunjukkan bahwa menggunakan minyak
mineral adalah salah satu komoditi ekspor sectors) dan bisa memotivasi perusahaan
(oil intensive
yang harganya memiliki pengaruh penting mengadopsi metode produksi baru yang
dalam penentuan nilai tukar riil di negara kurang intensif menggunakan minyak.
tersebut. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Perubahan
Ngandu (2005) yang melakukan penelitian menghasilkan realokasi modal dan tenaga
pustaka mengenai hubungan antara harga kerja antar sektor yang bisa mempengaruhi
komoditas ekspor dan perubahan tingkat pengangguran dalam jangka panjang.
nilai tukar riil sebagian besar terjadi di Karena pekerja memiliki keahlian industri
negara berkembang. Lebih khusus, Aprina khusus dan pencarian kerja memerlukan
(2014) menemukan bahwa harga CPO dunia waktu, proses penyerapan tenaga kerja (2014) menemukan bahwa harga CPO dunia waktu, proses penyerapan tenaga kerja
jumlah uang beredar. terhadap nilai tukar sebesar 0,2 persen.
penambahan
Sehingga melalui peningkatan harga CPO dunia,
akan meningkatkan Lebih lanjut, penurunan nilai mata uang
maka
pendapatan negara yang diikuti oleh rupiah terhadap mata
penambahan jumlah uang beredar. Ketika menyebabkan harga CPO dalam mata uang
uang asing
jumlah uang beredar meningkat, maka akan asing akan menguat, dengan demikian
terjadi perubahan harga barang. Hal ini produsen akan melakukan penjualan CPO
sesuai dengan teori kuantitas uang yang ke pasar internasional dalam upaya
merupakan teori hubungan langsung antara mengejar devisa negara. Selain itu, karena
perubahan jumlah uang yang beredar barang-barang domestik relatif lebih murah
harga barang. maka penduduk domestik hanya akan
dengan
perubahan
Hubungan tersebut dapat dikemukakan membeli sedikit barang impor. Akibatnya,
bahwa harga barang berbanding lurus jumlah ekspor netto meningkat. Hal ini
dengan jumlah uang yang beredar sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(Dornbush, 2001).
oleh Zuhroh dan Kaluge (2007) bahwa depresiasi
Menurut M. Nosihin dalam Prayitno (2002), memperbaiki neraca perdagangan dalam
penerimaan yang diterima pemerintah jangka panjang. Perbaikan neraca berjalan
dalam bentuk valuta asing yang kemudian ini tentu akan diikuti oleh peningkatan
ditukarkan dengan rupiah, maka dalam cadangan
proses pertukaran ini, akan meningkatkan meningkatkan jumlah uang beredar di
cadangan aktiva Bank Indonesia dan jumlah masayarakat. Sejalan dengan itu, Krugman
uang beredar bertambah dengan jumlah Della
uang yang sama. Jadi antara cadangan perubahan nilai tukar menyebabkan dua
(2010) menyebutkan
bahwa
jumlah uang beredar perubahan, yaitu perubahan nilai (value)
devisa
dan
hubungannya cukup erat, dimana jumlah perdagangan dan volume perdagangan.
yang ditukarkan Pada saat terjadi depresiasi nilai tukar
cadangan
devisa
menambah jumlah uang beredar dalam maka nilai ekspor dalam mata uang mitra
jumlah yang sama.
dagang menurun,
sehingga
volume
permintaan terhadap barang ekspor
(2013) dengan model domestik menjadi lebih tinggi dan
Tjahjaprijadi
Computable General Equilibrium (CGE) permintaan barang impor menurun. Dalam
menemukan bahwa dalam jangka pendek, teori ekonomi, sebagaimana disebutkan
kenaikan harga minyak sawit internasional Laksono dan Amaliahwati (2010), neraca
berdampak positif terhadap pertumbuhan perdagangan yang merupakan bagian dari
ekonomi. Artinya, pertumbuhan ekonomi transaksi berjalan (current account)
turut memperoleh manfaat dari naiknya merepresentasikan
harga komoditas minyak sawit di pasar ekspor dikurangi dengan pengeluaran
impor (X-IM) atau ekspor netto. Jika penerimaan ekspor lebih besar dari
Sumber - sumber pertumbuhan ini berasal pengeluaran impor maka negara tersebut
dari konsumsi domestik, ekspor, maupun mengalami surplus perdagangan, jika yang
turut mengalami terjadi sebaliknya maka negara tersebut
impor.
Ekspor
peningkatan dari kenaikan harga komoditas mengalami deficit neraca perdagangan.
yang didominasi Indonesia ini. Namun, hal ini justru tidak didukung oleh Yanti (2012)
Besarnya sumber pendapatan negara yang menemukan bahwa harga CPO dunia melalui perdagangan CPO ini juga akan
justru memiliki pengaruh negatif dan nyata meningkatkan pertumbuhan uang beredar
(signifikan) terhadap ekspor minyak kelapa di dalam negeri. Menurut Boediono (1993),
sawit (CPO) Indonesia ke Belanda dan apabila neraca pembayaran mengalami
beberapa negara lainnya. surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada
Tjahjaprijadi (2013) juga menyatakan Sims, sebagai pendekatan alternatif model bahwa dalam jangka panjang, kenaikan
terhadap model persamaan ganda dengan harga minyak sawit internasional tidak
pertimbangan meminimalkan pendekatan memberi dampak yang signifikan terhadap
teori yang bertujuan agar mampu pertumbuhan ekonomi. Sementara itu
menangkap fenomena ekonomi dengan konsumsi domestik dan impor memiliki
baik. Sims berpendapat bahwa jika terdapat pola yang sama dengan jangka pendek,
hubungan simultan antar variabel yang yaitu terkena dampak yang positif.
diamati, maka variabel-variabel tersebut Perbedaan dampak terdapat pada ekspor,
harus diperlakukan sama sehingga tidak dimana kenaikan harga minyak sawit
ada lagi variabel endogen dan eksogen. internasional memberi dampak negatif
Berawal dari pemikiran inilah Sims terhadap pertumbuhan ekspor.
memperkenalkan
konsep VAR, yang
menjawab tantangan Sebagai perbandingan dan acuan, untuk
ternyata
juga
kesulitan yang ditemui akibat model melihat dampak fluktuasi atau perubahan
struktural yang tidak harus mengacu pada harga minyak mentah dunia (oil price
teori melainkan hanya perlu menentukan shocks) internasional (Indonesian Crude-Oil
variabel yang saling berinteraksi dan perlu. Price) terhadap perekonomian, Nizar
Dengan kata lain, model VAR tidak banyak (2012) melakukan penelitian dengan
bergantung pada teori tetapi kita hanya menggunakan data timeseries bulanan dan
perlu menentukan variabel yang saling model VAR. Hasil analisis menunjukkan
berinteraksi dan perlu dimasukkan dalam bahwa fluktuasi harga minyak mentah
sistem serta menentukan banyaknya jeda internasional (Indonesian Crude-Oil Price) di
dan perlu diikutsertakan dalam model yang pasar dunia: (i) berdampak positif terhadap
diharapkan dapat menangkap keterkaitan pertumbuhan ekonomi selama 3 bulan (satu
antar variabel dalam model (Nachrowi, kuartal), (ii) mendorong laju inflasi
domestik selama
satu
tahun, (iii)
meningkatkan jumlah uang beredar di Keunggulan dari VAR antara lain adalah : dalam negeri; penambahan jumlah uang
(1) Metode ini sederhana, kita tidak perlu beredar berlangsung selama 5 bulan, (iv)
membedakan mana berdampak negatif terhadap nilai tukar riil
khawatir
untuk
variabel endogen, mana variabel eksogen;
(2) Estimasinya sederhana, dimana metode menyebabkan naiknya suku bunga di dalam
rupiah selama 10 bulan dan (v)
OLS biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap negeri (efek ini berlangsung selama 10
persamaan secara terpisah; (3) Hasil bulan).
perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam banyak
III. METODE PENELITIAN
kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan menggunakan
1. Metode Analisis
model persamaan simultan yang kompleks sekalipun. Selain itu, analisis VAR juga
Penelitian ini menggunakan metode analisis merupakan alat analisis yang sangat kuantitatif
berguna, baik di dalam memahami adanya Autoregressive (VAR). Model VAR ini
hubungan timbal balik (interrelationship) memperlakukan semua variabel secara
antara variabel-variabel ekonomi, maupun simetris. Satu vektor berisi lebih dari dua
di dalam pembentukan model ekonomi variabel dan pada sisi kanan persamaan
berstruktur (Nachrowi, 2006). regresi terdapat nilai lag (lagged value) dari variabel tak bebas sebagai representasi dari
Model VAR yang digunakan dalam sifat autoregressive dalam model (Asteriou
penelitian ini dapat dispesifikasikan dalam and Hall, 2007).
persamaan berikut :
Pendekatan p VAR dikembangkan oleh
seorang ahli Ekonometrika, Christopher A. ∅i� �−1 + �
y t =c+
i=1 i=1
y t (y t1 ,y t2 , …, y nt ) adalah vector n x 1 dari values), dalam hal ini nilai Prob. lebih besar variabel-variabel endogen
dari alpha atau 0.05, maka H0 diterima, yang berarti data time series tidak stationer.
y t-i adalah variabel lag dengan ordo i
Jika ternyata hasil pengujian menunjukkan ∅ adalah matriks n x n koefisien
seluruh variabel stasioner pada difference autoregressive dari vektor
yang sama (first difference) maka untuk menguji apakah model yang akan
y t-i untuk i = , , , …, p dan c (c 1 ,c 2 , …,
digunakan adalah VAR atau Vector Error
c n ) adalah n x 1 vektor intersep Correction Model (VECM), harus dilakukan darimodel VAR
uji kointegrasi terlebih dahulu. Jika data tidak stasioner dalam level atau stasioner
� t ( � t1 , � t2 , …, � tn ) adalah n x 1 vektor dari pada difference namun tidak memiliki disturbance.
hubungan kointegrasi, maka estimasi VAR dapat dilakukan dalam bentuk VAR in
difference. Namun jika pada data terdapat memasukkan beberapa variabel endogen,
Model VAR dalam
penelitian
ini
hubungan kointegrasi maka estimasi yang yaitu harga CPO dunia (dengan notasi CPO),
digunakan adalah VECM. Pendekatan Value Ekspor Kelapa Sawit (EXP),
berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi (PDB), laju inflasi
kointegrasi
pengujian terhadap kemungkinan adanya (INF), jumlah uang beredar (M1), nilai tukar
hubungan keseimbangan jangka panjang riil rupiah terhadap US Dollar (IDR). Model
antara variabel-variabel ekonomi seperti penelitian ini mengacu pada model
yang disyaratkan oleh teori ekonomi. penelitian yang dilakukan oleh Nizar
kointegrasi dapat pula (2012).
Pendekatan
dipandang sebagai uji teori dan merupakan bagian yang penting dalam perumusan dan
Sebelum melakukan estimasi model VAR di estimasi suatu model dinamis (Damodar atas perlu dilakukan beberapa pengujian,
Gujarati, 2009). Dalam konsep kointegrasi, antara lain :
dua atau lebih variabel runtun waktu tidak stasioner
akan
terkointegrasi bila
1. Uji stasioneritas (uji akar unit) untuk kombinasinya juga linier sejalan dengan membuktikan stabilitas (normalitas) pola
berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabel, agar regresi yang
masing-masing variabelnya bersifat tidak dihasilkan tidak lancing (palsu) sehingga
stasioner.
tidak menghasilkan interpretasi yang keliru.
Metode pengujian
Uji kointegrasi yang digunakan dalam digunakan adalah Augmented Dickey-Fuller
yang
seringkali
penelitian ini adalah uji kointegrasi yang (ADF) test atau Phillips-Perron (PP) test. Uji
dikembangkan oleh Johansen. Uji Johansen ADF dilakukan dengan menggunakan
menggunakan analisis trace statistic dan Schwarz Info Criterion dan lag maksimum 9,
nilai kritis pada tingkat kepercayaan �=5 sedangkan uji PP menggunakan Newey-West
%. Hipotesis nolnya apabila nilai trace Bandwidth. Penelitian ini menggunakan PP
statistic lebih besar dari nilai kritis pada test dengan kriteria pengujian jika nilai
tingkat kepercayaan � = 5 % atau nilai absolut statistik PP test (Phillips-Perron test
probabilitas (nilai-p) lebih kecil dari �= 5 % statistic) lebih besar dari nilai kritis
maka terindikasi kointegrasi (Enders, 2004) distribusi statistik MacKinnon (test critical
values), dalam hal ini nilai Prob. lebih kecil
dari alpha atau 0.05, maka H0 ditolak yang
2. Penentuan panjang lag optimal untuk berarti bahwa data time series yang diamati
mengetahui lamanya periode suatu variabel telah stationer. Dan sebaliknya, jika nilai
dipengaruhi oleh variabel masa lalunya dan absolut statistik PP test (Phillips-Perron test
variabel endogen lainnya. Model VAR variabel endogen lainnya. Model VAR
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang digunakan. Apabila lag ditentukan terlalu panjang maka degree of freedom
Hasil analisis data dalam penilitian dibagi akan berkurang sehingga menghilangkan
ke dalam dua bagian yaitu : (i) hasil informasi yang diperlukan, sedangkan
pengujian statistik sebelum estimasi (pra- apabila jumlah lag ditentukan terlalu
yang meliputi uji pendek maka pemodelan yang dihasilkan
estimasi
VAR),
stasioneritas data dan panjang lag optimal bisa keliru (misspecification model), yang
dan (ii) estimasi model VAR yang ditandai dengan tingginya angka standar
dilanjutkan dengan pengujian Impulse error. Secara umum terdapat beberapa
Response Function (IRF) dan Variance parameter yang dapat digunakan untuk
Decomposition (VD).
menentukan panjang lag yang optimal, antara lain AIC (Akaike Information
IRF adalah salah satu metode pada VAR Criterion), SIC (Schwarz Information
yang digunakan untuk melihat respon Criterion) dan LR (Likelihood Ratio).
variabel endogen terhadap pengaruh Penentuan panjang lag yang optimal
inovasi (shock) variabel endogen lain yang didapat dari persamaan VAR dengan nilai
ada dalam model. Analisis IRF mampu AIC, SC atau LR yang terkecil (Enders,
melacak respon dari variabel endogen 2004).
dalam model VAR akibat adanya suatu shock atau perubahan di dalam variabel
2. Data
gangguan (e), yang selanjutnya dapat melihat lamanya pengaruh dari shock suatu
Data yang digunakan dalam studi ini adalah variabel terhadap variabel lain hingga data sekunder triwulanan (time series)
hilang dan kembali periode 2001.I – 2013.IV, yang meliputi : (i)
pengaruhnya
konvergen. Fungsi impulse response didapat PDB atas dasar harga konstan 2000 (dalam
melalui model VAR yang diubah menjadi
Tabel 1 Hasil Uji Stasioner
Phillips-Perron test statistic
Level
First Difference
critical
critical
t-statistic Prob.* logCPO
logPDB -2.919952
-2.921175 -10.66931 0.0000* logINF
logIDR -2.919952
Sumber : Hasil pengolahan data ; *) data signifikan pada α = 5%.
miliar rupiah); (ii) harga CPO di pasar vektor rata-rata bergerak (vector moving internasional (CPO); (iii) Indeks Inflasi
average) dimana koefisien merupakan (INF); (iv) jumlah uang beredar (M1, dalam
respon terhadap adanya inovasi (Enders, miliar rupiah); (v) nilai tukar riil rupiah
terhadap US Dollar (IDR); (vi) value ekspor Crude Palm Oil (kelapa sawit) dengan kode
Sedangkan VD atau dikenal sebagai Forecast HS 151110000 (EXP). Data-data tersebut
Error Variance Decomposition merupakan diperoleh Index Mundi, International
alat analisis pada model VAR yang akan Financial statistics (IFS), Bank Indonesia
memberikan informasi mengenai proporsi dan Badan Pusat Statistik.
dari pergerakan pengaruh shock pada satu dari pergerakan pengaruh shock pada satu
model yang telah saat ini dan periode ke depannya. VD
karena
itu,
dispesifikasikan sebelumnya dengan model menggambarkan relatif pentingnya setiap
VAR dapat diestimasi lebih lanjut. variabel dalam model VAR karena adanya shock atau seberapa kuat komposisi dari
2. Hasil Uji Panjang Lag Optimal
peranan variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Berbeda dengan IRF, VD berguna
Penentuan lag dalam penelitian ini untuk memprediksi kontribusi prosentase
menggunakan pendekatan Likelihood Ratio varian setiap variabel karena adanya
(LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike perubahan variabel tertentu, sedangkan IRF
Information Criterion (AIC), Schwarz digunakan untuk melacak dampak shock
Information Criterion (SC) dan Hannan dari satu variabel endogen terhadap
Quinn (HQ). Hasil penentuan panjang lag variabel lainnya dalam model VAR (Enders,
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. 1995). Berdasarkan Tabel 2, lag optimal menurut
1. Hasil Uji Stasioneritas
kriteria LR, FPE, AIC, SC dan HQ yang nilainya terkecil dan paling banyak ditunjuk
Berdasarkan hasil uji akar unit (unit root adalah lag 3 sebagaimana ditunjukkan test) dengan menggunakan metode PP test
dengan tanda (*). Oleh karena itu, dalam diperoleh bahwa hanya dua variabel (EXP
proses selanjutnya untuk mengestimasi dan INF) yang stasioner atau memiliki unit
model persamaan VAR akan digunakan lag root pada level dan empat variabel (PDB,
ke-3.
CPO, IDR, dan M1) lainnya tidak stasioner
Tabel 2 Hasil Uji Panjang Lag Optimal
Lag
SC HQ 0 -2.953.926
Sumber : Hasil pengolahan data *) indicates lag order selected by the criterion.
pada level. Oleh karena itu harus dilakukan
3. Hasil Estimasi Model VAR
pengujian stasioneritas pada first difference. Pengujian pada first differences dengan
Setelah melalui pengujian stasioneritas data menggunakan PP test menunjukkan bahwa
dan penentuan panjang lag optimum, keempat variabel telah stasioner pada
diperoleh gambaran hasil estimasi model tingkat signifikansi 5% (Tabel 1).
VAR dengan nilai t-statistic yang signifikan (nilai t-statistic > t-tabel) sebagaimana yang
Berdasarkan hasil uji stasioner tersebut tampak pada Tabel 3, yaitu : dapat dikatakan bahwa data telah memenuhi syarat stasioneritas. Oleh karena
a. perubahan PDB dipengaruhi oleh value telah terdapat dua variabel yang telah
ekspor, PDB dan harga CPO dunia satu stasioner pada level dan empat variabel
sebelumnya (logEXP t-1 , stasioner pada difference yang sama (first
periode
logPDB t-1, logCPO t-1 ). Begitu pula difference) atau dengan kata lain bahwa
perubahan PDB periode berjalan juga tidak semua variabel stasioner pada
dipengaruhi oleh PDB tiga periode difference, maka uji kointegrasi tidak perlu
sebelumnya (logPDB t-3 ) dan jumlah dilakukan lagi. Seandainya data variabel
uang yang beredar dua dan tiga periode stasioner pada difference yang sama, maka
sebelumnya (logM1 t-2/t-3 ); wajib melakukan uji kointegrasi. Oleh sebelumnya (logM1 t-2/t-3 ); wajib melakukan uji kointegrasi. Oleh
d. kondisi perubahan value ekspor kelapa berjalan (logINF t ) hanya dipengaruhi
sawit, PDB, jumlah uang yang beredar oleh jumlah uang yang beredar dua
dan harga CPO dunia masing-masing periode sebelumnya (logM1 t-2 );
pada
satu
periode sebelumnya
c. sementara itu, laju inflasi pada satu dan (logEXP t-1, logPDB t-1, logM1 t-1, logCPO t-1 ) dua periode sebelumnya (logINF t-1/t-2 )
berpengaruh terhadap perubahan dan nilai tukar riil satu periode
jumlah uang yang beredar pada sebelumya (logIDR t-1 ) berpengaruh
periode berjalan (logM1 t ). Pengaruh ini secara signifikan terhadap nilai tukar
juga berasal dari PDB dan jumlah uang
Tabel 3 Hasil Estimasi Model VAR*
CPO EXP(-1)
-3.82E-05 9.83E-08 t-statistic
[ 0.66085] EXP(-2)
7.66E-06 -3.64E-08 t-statistic
[ 0.53648] [-0.31687] EXP(-3)
-7.35E-06 1.55E-07 t-statistic
[-0.51617] [ 1.35481] PDB(-1)
1.382.485 -0.001177 t-statistic
[-0.66808] PDB(-2)
[ 0.76300] PDB(-3)
[ 0.14268] [ 0.27046] INF(-1)
1.363.591 -4.759.183 t-statistic
[ 0.30541] [-1.32359] INF(-2)
-5.710.485 -1.968.426 t-statistic
[-1.12975] [-0.48356] INF(-3)
-3.655.475 -3.000.810 t-statistic
[-0.72883] [-0.74293] IDR(-1)
[-0.72974] [ 1.27912] IDR(-2)
-1.491.110 -0.044723 t-statistic
[-0.27102] [-1.00938] IDR(-3)
4.774.193 -0.000631 t-statistic
[ 0.87100] [-0.01430] M1(-1)
[ 0.74904] M1(-2)
[ 0.15908] M1(-3)
0.047972 -0.002005 t-statistic
[ 0.32312] [-1.67720] CPO(-1)
-8.473.523 -0.247586 t-statistic
CPO(-2)
[-1.92195] [-0.69731] CPO(-3)
6.359.778 -0.217899 XP(-1)
[ 1.72474] [-0.73377] R-squared
Sumber : Hasil pengolahan data
*) model estimasi VAR in Difference dengan nilai t-table ( df = α/ , n-1) = 2.0106
riil rupiah pada periode berjalan yang beredar pada dua periode (logIDR t ). Selain itu, nilai tukar riil
sebelumnya (logPDB t-2, logM1 t-2 ); rupiah pada periode berjalan juga
e. perubahan harga CPO dunia pada dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar
periode berjalan (logCPO t ) hanya pada periode berjalan (logIDR t ); periode berjalan (logCPO t ) hanya pada periode berjalan (logIDR t );
pengujian yang periode sebelumnya (logCPo t-1 ).
variabel-variabel yang dimasukkan dalam model memperlihatkan
3.1. Impulse Response Function (IRF)
respon sebagai berikut (Gambar 1) :
Fungsi Impulse Response digunakan untuk
1. Shock satu standar deviasi variabel melihat perilaku suatu variabel dalam
harga CPO dunia pada periode merespon suatu kejutan (shock). Dalam
(triwulan) pertama berpengaruh positif studi ini, analisis IRF digunakan untuk
terhadap value ekspor komoditi kelapa melihat respon perubahan value ekspor
yaitu sebesar 16831139. komoditi kelapa sawit dan variabel-variabel
sawit
Pengaruh positif ini terus berjalan ekonomi makro, yaitu PDB, laju inflasi,
hingga periode triwulan ke-5 dan jumlah uang beredar, dan nilai tukar riil
setelah itu menurun hingga periode rupiah terhadap shock harga CPO dunia.
triwulan ke-10. Selanjutnya pengaruh perubahan
harga CPO dunia
Gambar 1
Impulse Response (IRF) Variabel-variabel Ekonomi Makro
Terhadap Perubahan Harga CPO Dunia
Response of PDB to CPO 1.20E+08
Response of XP to CPO
Response of IDR to CPO .3
Response of INF to CPO
Response of M1 to CPO
Sumber : Hasil pengolahan data Sumber : Hasil pengolahan data
23.86438 atau berlangsung selama 15 memasuki periode triwulan ke-17.
bulan. Namun pengaruh ini tidak Setelah itu, pengaruhnya terus positif
berlangsung lama, memasuki periode dan meningkat. Pergerakan respon
triwulan ke-6 pengaruhnya menjadi jumlah ekspor komoditi kelapa sawit
positif dengan indikasi pergerakan akibat shock atau perubahan harga CPO
menuju keseimbangan, dunia dalam jangka panjang terlihat
pengaruh
sehingga perubahan harga CPO dunia menuju keseimbangan atau mendekati
akan tetap direspon oleh nilai tukar riil nol (convergence). Artinya, perubahan
rupiah namun tidak lagi permanen; harga CPO dunia akan tetap direspon
5. Adapun terhadap jumlah uang yang oleh nilai tukar riil rupiah meskipun
beredar, shock satu standar deviasi efeknya tidak permanen;
variabel harga CPO dunia berpengaruh
2. Pengaruh shock satu standar deviasi positif sejak periode triwulan pertama variabel harga CPO positif terhadap
hingga memasuki periode triwulan pertumbuhan
kedua atau berlangsung selama 6 bulan. mencapai puncaknya pada periode
ekonomi
hingga
Setelah itu, pengaruhnya terlihat triwulan ke-3 sebesar 1882.540 atau
fluktuatif dengan kecendrungan yang hanya berlangsung selama 9 bulan.
terus positif atau naik dengan tidak Kemudian pengaruh shock ini menjadi
menampakkan pergerakan menuju negatif hingga mencapai puncaknya
atau konvergensi. pada periode triwulan ke-4 sebesar -
keseimbangan
Artinya, perubahan harga CPO dunia 193.6986. Tetapi pengaruh negartif ini
akan tetap direspon oleh jumlah uang tidak lama, memasuki periode triwulan
yang beredar secara permanen. ke-5, pengaruhnya kembali postif dan berfluktuasi dengan kecendrungan naik
3.2. Variance Decomposition (VD)
namun tidak menuju titik keseimbangan atau konvergensi. Dengan demikian,
varian (variance perubahan harga CPO akan tetap
Dekomposisi
decomposition) dalam model VAR bertujuan direspon oleh pertumbuhan ekonomi
untuk memisahkan pengaruh masing- secara permanen;
masing variabel inovasi secara individual
3. Shock satu standar deviasi variabel terhadap respon yang diterima suatu harga CPO dunia berpengaruh positif
variabel, termasuk inovasi variabel itu terhadap laju inflasi hingga periode
sendiri. Dengan kata lain, analisis FEVD triwulan ke-4 atau berlangsung selama
digunakan untuk mengetahui variabel yang
12 bulan. Memeasuki periode triwulan paling berperan penting dalam menjelaskan ke-5, pengaruh shock perubahan harga
perubahan suatu variabel. Dari pengujian CPO dunia terlihat negatif terhadap laju
yang dilakukan, sebagaimana pada Tabel 4 inflasi hingga mencapai puncaknya pada
diperoleh hasil sebagai berikut : periode
1. Sumber penting variasi value ekspor 0.026397. Kemudian, pengaruh shock
komoditi kelapa sawit adalah shocks terus
terhadap variabel itu sendiri. Pada kecendrungan datar dengan indikasi
berfluktuatif
dengan
periode triwulan pertama, variasi nilai pergerakan
ekspor bersumber dari variabel itu keseimbangan atau mendekati nol
pengaruh
menuju
sendiri mencapai 100% dan kemudian (convergence), sehingga perubahan
terus menurun hingga mencapai hanya harga CPO dunia akan tetap direspon
47.84% pada periode triwulan ke-50. oleh laju inflasi namun tidak lagi
Sedangkan pengaruh variabel lainnya permanen;
khususnya pertumbuhan ekonomi, laju
4. Shock satu standar deviasi variabel inflasi, nilai tukar riil rupiah, jumlah harga CPO dunia pada periode
uang yang beredar dan harga CPO di (triwulan) pertama berpengaruh negatif
pasar internasional terhadap variasi terhadap nilai tukar riil rupiah hingga
jumlah ekspor relatif kecil sebagaimana jumlah ekspor relatif kecil sebagaimana
pertumbuhan ekonomi rendah;
pengaruh
terhadap
variasi perubahannya
2. Variasi pertumbuhan ekonomi pada menurun hingga hanya 61.46%. Seiring periode triwulan pertama bersumber
dengan trend penurunan peranan dari variabel itu sendiri yaitu sekitar
pertumbuhan ekonomi, variabel lainnya 99.29%. Memasuki periode triwulan
justru terlihat meningkat. Peranan value
Tabel 4 Variance Decomposition Variabel
Variance Decomposition of XP:
Period S.E.
M1 CPO 1 1.73E+08
Variance Decomposition of PDB:
Period S.E.
M1 CPO 1 6779.860
Variance Decomposition of INF:
Period S.E.
M1 CPO 1 0.546595
Variance Decomposition of IDR:
Period S.E.
M1 CPO 1 423.0584
Variance Decomposition of M1:
Period S.E.
M1 CPO 1 13251.72
Variance Decomposition of CPO:
Period S.E.
M1 CPO 1 106.7205
Sumber : Hasil pengolahan data Sumber : Hasil pengolahan data
Shock variabel lain yang juga mampu ke-50 mencapai 4.5%. Begitu pula
menjelaskan variasi jumlah uang yang dengan laju inflasi, nilai tukar riil
beredar secara dominan di akhir rupiah, jumlah uang yang beredar dan
periode adalah variabel pertumbuhan harga CPO dunia, menunjukkan peranan
ekonomi yaitu sebesar 1.6% pada yang meningkat terhadap variasi
periode triwulan pertama hingga perubahan
menjadi 50.9% pada akhir periode meskipun dengan tingkat yang relatif
pertumbuhan
ekonomi
penelitian. Sementara itu, peranan kecil sebagaimana yang ditunjukkan
variabel lainnya juga menujukkan trend oleh dekomposisi variannya yang relatif
yang meningkat. Laju inflasi dan nilai rendah;
tukar riil rupiah dapat berperan
3. Laju inflasi juga lebih banyak dijelaskan terhadap variasi perubahan jumlah oleh shock variabel itu sendiri, yaitu
uang yang beredar hingga pada periode dengan proporsi 98.77% pada periode
ke-50 masing-masing triwulan pertama dan kemudian
triwulan
mencapai 10.6%. Variabel lainnya menurun menjadi 66.54% pada periode
seperti ekspor dan harga CPO dunia triwulan ke-50. Shock variabel lain yang
memeiliki peran yang relatif kecil juga mampu menjelaskan variasi laju
sebagaimana yang ditunjukkan oleh inflasi adalah jumlah ekspor kelapa
dekomposisi variannya yang relatif sawit yang meningkat dari 0.91% pada
rendah;
periode triwulan pertama menjadi
6. Lain halnya dengan variasi perubahan 7.98% pada periode triwulan ke-50.
harga CPO dunia. Variasi perubahan Peranan
harga CPO dunia di periode triwulan meningkat dari 0.31% pada periode
pertumbuhan
ekonomi
pertama justru tidak dijelaskan secara triwulan pertama menjadi 5.729% pada
dominan oleh variabel itu sendiri periode triwulan ke-50. Perubahan nilai
sebagaimana variabel-variabel lainnya, tukar riil rupiah, jumlah uang yang
melainkan dijelaskan oleh variabel beredar dan harga CPO dunia juga
value ekspor kelapa sawit yaitu sebesar mampu menjelaskan sedikit variasi laju
60.55%. Variabel harga CPO dunia di inflasi;
periode awal ini hanya menjelaskan
4. Nilai tukar riil rupiah bulan pertama variasinya sebesar 30.43%. Namun, bersumber dari variabel itu sendiri,
peranan value ekspor ini terus menurun yaitu sekitar 79.87%. Dalam periode
sampai akhir periode dan tersisa selanjutnya peranan nilai tukar riil terus
34.46%. Peranan variabel laiinya menurun hingga hanya mencapai
seperti pertumbuhan ekonomi, laju 19.74% pada periode triwulan ke-50.
inflasi dan jumlah uang yang beredar Seiring dengan penurunan peranan nilai
menunjukkan trend yang meningkat. tukat riil, peranan variabel lain justru
Begitu juga dengan nilai tukar riil, menunjukkan peningkatan. Peranan
menunjukkan trend meningkat namun value ekspor meningkat dari 1.70%
sebagaimana yang pada periode triwulan pertama hingga
relatif
kecil
oleh dekomposisi 8.47% pada periode triwulan ke-50.
ditunjukkan
variannya yang relatif kecil. Begitu
pertumbuhan ekonomi, laju inflasi,
3.3. Pembahasan
jumlah uang yang beredar dan harag CPO di pasar internasional juga
Hasil temuan dan analisis statistik yang mengalami peningkatan;
telah diuraikan pada bagian sebelumnya
5. Varasi perubahan jumlah uang yang menunjukkan bahwa shock harga CPO di beredar juga lebih banyak dijelaskan
pasar internasional memberikan dampak oleh shock variabel itu sendiri yaitu
terhadap value ekspor kelapa sawit, dengan proporsi 96.58434% pada bulan
pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, jumlah pertama dan kemudian menurun
uang yang beredar dan nilai tukar riil uang yang beredar dan nilai tukar riil
ekonomi Indonesia.
variabel tidak dalam periode yang bersamaan dan berbeda-beda.
Shock harga CPO dunia juga akan mendorong naiknya tingkat inflasi (inflation
Shock harga CPO dunia akan direspon effect) sejak periode triwulan pertama positif oleh value ekspor komoditi kelapa
sampai periode triwulan ke-4 (selama 12 sawit Indonesia. Respon positif akan
bulan). Artinya, proses transmisi dampak berlangsung selama 15 bulan. Respon ini
kenaikan harga CPO internasional terhadap dapat dipahami bahwa dengan naiknya
kenaikan inflasi akan berlangsung selama harga CPO dunia, produsen akan melakukan
satu tahun. Berdasarkan asalnya, inflasi penjualan CPO ke pasar internasional dalam
dibedakan menjadi: (1) Inflasi yang berasal upaya mengejar devisa negara. Selain itu,
dari dalam negeri (domestic inflation), dan karena barang-barang domestik relatif lebih
(2) Inflasi yang berasal dari luar negeri murah maka penduduk domestik hanya
(foreign inflation). Inflasi yang berasal dari akan membeli sedikit barang impor.
dalam negeri biasanya timbul karena defisit Akibatnya, jumlah ekspor netto meningkat.
anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen,
Terjadinya shock harga CPO di pasar bencana alam, perubahan kebijakan harga internasional akan direspon positif oleh
pemerintah, faktor musiman seperti pertumbuhan ekonomi. Respon positif ini
perayaan hari besar keagamaan, tindakan akan berlangsung cepat setelah transmisi.
spekulatif menimbun barang yang dapat Artinya, proses transmisi kenaikan harga
mengganggu ketersediaan barang, serta CPO internasional pada bulan berjalan akan
ekspektasi masyarakat terhadap inflasi segera terlihat dampaknya dengan naiknya
yang akan datang. Sedangkan inflasi yang pertumbuhan ekonomi pada bulan tersebut
berasal dari luar negeri adalah inflasi yang dan proses transmisi ini berlangsung dalam
terjadi karena kenaikan harga-harga kurun waktu sekitar 9 bulan. Relatif
komoditi di luar negeri (di negara-negara cepatnya transmisi shock harga CPO dunia
mitra dagang) atau karena terjadinya terhadap
pertumbuhan ekonomi ini depresiasi nilai tukar. Kenaikan harga tentunya tidak terlepas dari pengaruh
barang-barang yang kita impor secara ketersediaan (pasokan) kelapa sawit
langsung mengakibatkan kenaikan indeks sebagai salah satu bahan baku (input) bagi
biaya hidup karena sebagian dari barang- proses produksi dan rumah tangga di dalam
barang yang tercakup di dalamnya berasal negeri. Temuan studi ini sejalan dengan
dari impor, dan secara tidak langsung kesimpulan Tjahjaprijadi (2013) dan Nizar
menaikkan indeks harga melalui kenaikan (2012) pada penelitian dampak fluktuasi
biaya produksi dari berbagai barang yang harga minyak bumi. Persamaan ini dapat
menggunakan bahan baku atau mesin- dipahami karena di Indonesia , eranan atau
mesin yang diimpor. Dampak naiknya harga sumbangan sektor perkebunan sebagai
CPO dunia menjadi second round effect salah satu sub-sektor pertanian yaitu
terhadap inflasi yaitu melalui kenaikan melalui komoditi kelapa sawit yang cukup
biaya produksi bagi industri pengguna penting dalam pembentukan PDB secara
minyak kelapa sawit sebagai input produksi keseluruhan,
yang kemudian bermuara pada kenaikan peranannya yang masih relatif tidak terlalu
meskipun
proporsi