Makalah Kesenjangan Pola Pikir antara Gu

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sentral dari berbagai bidang. Pendidikan

berperan penting dalam aspek ekonomi, politik, hukum, agama, social,
sampai budaya. Semua aspek yang tercakup dalam kehidupan ini
memerlukan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus selalu di
utamakan. Semua pihak harus selayaknya mendukung kemajuan sistem
pendidikan untuk menjadi yang lebih baik.
Dalam perkembangannya, pendidikan melewati jalan yang terjal.
Terombang ambing oleh kekuasaan, agama, perang, hingga teknologi.
Berkembangnya zaman, telah merubah system, peran, pihak yang
terlibat, kedudukan, dan pola pikir dalam kehidupan pendidikan. Pihak
yang terlibat yang didalamnya telah mengalami perubahan. Peran
pendidikan dalam masa perang berbeda dengan peran pendidikan pada
masa sekarang. System dan kedudukanya pun juga telah berubah
menjadi lebih maju dan kritis.
Tetapi dalam setiap langkah perkembangannya, dunia pendidikan

juga

menemui

beberapa

masalah.

Perkembangan

zaman

turut

mempengaruhi pola pikir anak menjadi lebih kritis dalam menghadapi
masalah, yang notabennya berperan sebagai murid. Sedangkan guru
masih tetap pada pola pikir yang sama sejak zaman mudanya dahulu
yang berprinsip pada doktrin. Dari sini kita bisa melihat miss diantara
keduanya. Para murid menginginkan agar guru mencontohkan hal yang
baik


dan

melaksakan

kewajibannya

dengan

benar.

Mereka

selalu

menaggapi semua masalah di sekitarnya dengan kritis. Sedangkan guru,
1

kebanyakan menganggap biasa hal ini. Bahkan ada sebagian guru yang
menganggap sikap kritis ini sebagai bentuk dari pembangkangan.

Sebagian guru tersebut berpendapat demikian karena mereka terbiasa
untuk taat pada doktrin yang diberikan guru mereka yang terdahulu. Hal
inilah yang menjadi pemicu adanya kesenjangan pola pikir antara guru
dan murid.

2

B.

RUMUSAN MASALAH

1.

Apa yang menyebabkan adanya kesenjangan pola pikir antara

2.

murid dan guru?
Apa sajakah yang dapat diakibatkan oleh masalah kesenjangan pola


3.

pikir antara murid dan guru?
Bagaimana cara mengatasi masalah ini agar dunia pendidikan

4.

kedepannya menjadi lebih baik?
Bagaimana sikap murid dalam menghadapi pola pikirnya yang

5.

berbeda dengan guru?
Bagaimana pula dengan sikap para guru agar dapat melaksanakan

6.

kewajibannya sebagai seorang pendidik dengan baik?
Dan bagaimana kondisi dunia pendidikan setelah para guru dan
murid mengetahui sikap yang harus diambil dan menerapkannya?


3

C. TUJUAN
Untuk menyamakan pola pikir antara guru dan murid agar proses
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih lancar. Murid dengan mudah
menagkap maksud yang apa yang diinginkan guru, dan guru juga dapat
mengerti apa yang diinginkan para murid. Dengan begitu, ilmu yang
disampaikan para guru tidak akan sia-sia dan dapat bermanfaat untuk
generasi mendatang. Selain itu untuk memacu pola pikir murid dalam
menanggapi persoalan yang semakin kompleks dalam perkembangan
zaman yang tidak dapat dihentikan ini. Dengan kata lain, kegiatan ini
bertujuan untuk memajukan dunia pendidikan dengan menyelesaikan dari
akar permasalahannya.

4

D. MANFAAT
Dalam kegiatan kali ini dapat menghasilkan beberapa manfaat,
yaitu :

1. Berkurangnya frekuensi kesenjangan pola pikir guru dan
murid.
2. Memperkecil kemungkinan adanya perilaku menyimpang dari
para murid yang diakibatkan oleh masalah ini.
3. Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman guru dan murid
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
4. Memperbaiki tata cara proses belajar mengajar di kelas.
5. Memperbaiki mutu dan system pendidikan di Indonesia.

5

BAB II
KERANGKA TEORI
Secara umum, pola pikir adalah cara pandang secara metal yang
menghasilkan sikap (rasa suka / tidak suka) dan terungkap dalam perilaku
serta menghasilkan nasib. Pola pikir antara anak – anak dan orang tua
pastinya berbeda. Bahkan setiap orang pun memiliki pola pikir yang
berbeda – beda. Berikut ini penjelasan singkat mengenai pola pikir anak
dan orang tua.
a. Pola Pikir Orang Tua

Pola pikir orang tua umumnya lebih sering memikirkan ke arah
belakang atau ke masa lalu, karena orang yang sudah tua pasti
mempunyai banyak pengalaman yang harus di contoh ataupun di hindari
oleh generasi sesudahnya.
b. Pola Pikir Anak
Seperti namanya pola pikir anak-anak selalu ingin melakukan
kesenangan. Mereka tak akan berpikir untuk kedepan tapi hanya untuk
saat ini juga asalkan mereka senang. Pola pikir ini biasanya terdapat pada
anak-anak, Namun, tidak sedikit pula orang dewasa berpikir seperti anak
kecil.
Tetapi, ada juga yang berpendapat bahwa umur tidak dapat
menjadi tolak ukur dalam menentukan kedewasaan seseorang. Namun,
kadangkala umur menjadi bahan pertimbangan untuk menilai pola pikir
seseorang.

A. SEBAB
Perkembangan zaman telah membawa perubahan pola pikir pada
manusia. Seperti yang telah kita bahas pada poin latar belakang di
halaman sebelumnya, pola pikir murid yang kritis dan pola pikir guru yang
berprinsip pada doktrin menyebabkan adanya kesenjangan pola pikir

6

antara guru dan murid. Hidup di masa yang berbeda, dan pada budaya
yang berbeda menyebabkan masalah ini muncul. Guru yang dulunya
ketika menjadi murid terbiasa dengan doktrin yang diberikan oleh
gurunya, terbiasa dan secara reflek menggunakan metode yang sama
untuk

diterapkan

dalam

proses

belajar

mengajarnya

sekarang.


Sedangkan, pada zaman sekarang, doktrin dianggap sebagai hal yang
kuno. Manusia pada zaman sekarang berpendapat bahwa semua yang
ada di dalam dunia ini dapat dijelaskan oleh akal sehat. Kebanyakan dari
mereka percaya pada hal – hal yang sifatnya nyata, dapat dilihat dan
dapat dijelaskan oleh nalar manusia itu sendiri. Hal ini dapat kita ketahui
ketika ada seseorang memberikan nasihat atau memberitahu orang lain
tentang suatu hal yang belum dia ketahui, maka respon pertamanya
adalah

bertanya.

Seperti

pertanyaan,

“mengapa

seperti

itu?”,


“bagaimana dengan yang ini?”, “mengapa tidak yang ini saja?”, “apa
kelebihannya dan apa kekurangannya?” , “bukankah yang ini lebih baik?”,
dan lain sebagainya. Fakta seperti ini sangat berbeda dengan pola pikir
manusia yang hidup pada beberapa puluh tahun kebelakang. Pada masa
itu, pola ppikir manusia masih berprinsip apada doktrin. Apa yang
dikatakan oleh orang yang lebihi tua atau orang yang lebih dihormati,
akan diterima dengan baik, dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari
tanpa adanya pertanyaan “mengapa seperti itu?”, dan sanggahan
apapun.

B. AKIBAT
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan terjadinya miss atau
ketidaksinkronan antara guru dan murid. Keinginan guru dan murid

7

bertolak belakang. Akibatnya, proses belajar mengajar terganggu. Seakan
ada dinding pembatas antara guru dan murid. Ilmu yang disampaikan
juga tidak akan bermanfaat. Murid menganggap guru sebagai teladan

yang tidak pantas untuk diteladani. Para guru masih tetap pada
doktrinnya, tanpa menjelaskan untuk apa dan mengapa. Guru merasa
benar karena mereka yang berpengalaman. Guru tidak memberikan
kesempatan pada para murid untuk menyampaikan pendapatnya. Hal
tersebut membuat para murid tidak puas. Sehingga mereka menganggap
guru adalah orang yang seharusnya di hargai dan dihormati tetapi tidak
pantas untuk mendapatkan kehormatan dari mereka. Guru adalah
makhluk kuno dari abad sekian sebelum masehi yang mempunyai pikiran
kolot yang mencoba mengatur kehidupan mereka secara kejam dan aneh.
Bahkan, lebih buruknya murid menanggap guru adalah musuh mereka.
Musuh yang tidak bisa mengerti mereka, musuh yang selalu menghalang
– halangi keinginan mereka. Musuh yang selalu menekan potensi mereka,
musuh yang menolak adanya kemajuan dalam diri mereka. Terkadang
mereka

ingin

mengungkapkan

apa

yang

mereka

inginkan.

Mengungkapkan ketidakpuasan mereka akan sikap guru. Tetapi terkadang
cara yang mereka lakukan tidak tepat. Bahkan ada beberapa yang bisa
dikatakan caranya salah. Misalnya, dengan cara celometan dalam kelas
ketika guru menerangkan. Bagi para murid, mereka bermaksud untuk
menyindir tingkah laku guru agar guru merasa dan intropeksi diri. Tetapi,
bagi para guru hal ini hanya dianggap sebagai bentuk pembangkangan
para murid yang nakal. Mereka menganggap anak-anak zaman sekarang
tidak mempunyai sopan santun dan tidak menghargai mereka sama
8

sekali. Mereka tidak mengerti mengapa murid berperilaku seperti itu. Dan
mereka

tidak bertanya

“mengapa?”, sedangkan murid mengingkin

pertanyaan itu untuk memulai sebuah pembahasan yang mengarah pada
penyelesaian masalah diantara mereka. akibatnya, ketika proses belajar
mengajar

sedang

berlangsung

murid

tidak

akan

mendengarkan

penjelasan guru karena mereka kehilangan kepercayaan terhadap guru.
Sedangkan guru juga akan malas untuk menjelaskan pelajaran. Maka,
ilmu yang pada awalnya dapat berguna tetapi akhirnya hanya angin lewat
tanpa dimengerti dan dipahami. Selain akibat diatas, jika guru terus
menerus tidak mengerti apa yang diinginkan murid, maka murid akan
terus menerus melakukan hal yang sama sampai keinginan mereka
dimengerti oleh guru. Bahkan, kemungkinan terburuknya mereka akan
melakukan kegiatan pembangkangan yang sebenarnya dengan maksud
protes. Hal ini yang seharusnya ditakutkan oleh berbagai pihak. Karena
hal ini merupakan pemicu awal rusaknya moral generasi muda.

9

BAB III
METODE PENELITIAN

10

A. KESIMPULAN
Kesenjangan pola pikir antara guru dan murid berpengaruh kepada
kualitas generasi muda yang akan datang, tetapi hal ini dapat
ditangani dengan saling memahami antarakemauan guru, dan
murid.

11

LAMPIRAN
1. MENDIDIK ANAK SESUAI DENGAN JAMANNYA

Umar bin Khatab, seorang bijak yang hidup di abad ke 7
masehi, memberikan pernyataan yang sangat terkenal :
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada
zaman yang berbeda dengan zamanmu”
Suatu pernyataan yang seolah sangat sederhana, tetapi
memiliki

aplikasi

yang

cukup

rumit

di

dalam

pelaksanaannya.

Jangankan kita membandingkan dengan kondisi sekitar 14 abad yang
lampau, dengan 40-50 tahun yang lampau saja dengan kondisi di
Indonesia, tantangan di dalam membesarkan dan mendidik anak-anak
sangatlah berbeda.
Fenomena yang paling menonjol adalah perbedaan dalam hal
menanamkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang
anak untuk membekali dirinya sendiri dalam menghadapi masa
depannya. Misalnya Anak di zaman dahulu lebih mandiri terhadap
pendidikan mereka sendiri, sedangkan orang tua hanya sebagai
pendukung. Banyak fakta menunjukkan itu. Antara lain, tak sedikit
anak zaman dahulu yang mendaftarkan sendiri ketika mereka masuk
12

SMP, SMA, terlebih perguruan tinggi. Sedangkan anak zaman sekarang
sepertinya berbanding terbalik dengan hal itu. Sekarang, justru orang
tua yang terlihat sibuk terhadap pendidikan anak-anak mereka
padahal pada saat bersamaan, anak justru terlihat tenang dan sangat
tergantung dengan orang tua. Tanpa disadari usia terus bertambah
sementara kecemasan orang tua bukannya berkurang.
Anak
mempedulikan

dan

Remaja

pendidikan

bukan
mereka,

yang
tetapi

sama

sekali

‘belajar’

tidak

seringkali

dipersepsikan sebagai kegiatan yang membebani dan mereka terlihat
asyik dengan minat-minat pribadinya sendiri yang bersifat spesifik.
Sebagai praktisi di bidang Psikologi Pendidikan dan Keluarga, kami
mendapatkan begitu banyak rekaman hasil pemeriksaan Psikologi
(psikotes) yang memperlihatkan anak-anak Indonesia di usia 5 – 6
tahun, sudah memiliki kematangan berpikir yang baik. Mereka
memiliki daya tangkap menerima informasi baru yang cepat, memiliki
pengamatan yang tajam, daya pikir kritis sudah terasah sejak kecil
dan daya ingat yang kuat. Tetapi di sisi lain kami pun banyak
mendapatkan hasil yang memperlihatkan kondisi perkembangan
dengan kecepatan perkembangan pola pikir kurang diimbangi dengan
kematangan kemampuan koordinasi motorik dan kematangan emosi
yang memadai.
Kondisi ini tentunya mempengaruhi tampilan si anak dalam
keseharian, walaupun ia memiliki daya pikir yang kuat, mampu
menganalisa, pandai memanipulasi orang dewasa untuk mendapatkan
yang ia inginkan, tetapi jika ia dilibatkan dalam pekerjaan atau tugas
13

yang bersifat praktis dalam keseharian, terlihat cara kerja yang kurang
terampil. Mulai dari persiapan yang terlihat lama, harus diingatkan
berkali-kali,

kemudian

dalam

prosesnya

pun

cenderung

cepat

menyerah atau cepat ingin selesai, hasil akhir yang ditampilkan
tentunya kurang memuaskan dari segi kualitas. Sikap kerja mereka
terburu-buru, ingin cepat segera terhindar dari tugas yang kurang
menyenangkan. Dan jika orang dewasa menghentikan pemberian
tugas tersebutpun sebenarnya anak-anak ini hanya akan melakukan
aktivitas-aktivitas yang sebenarnya tidak terlalu produktif. Di usia TK
misalnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu di depan TV atau
berjalan ke sana kemari di sekitar rumahnya (karena banyak yang
tidak boleh bermain di luar rumah), anak-anak usia SD pun sibuk
dengan mainan yang sedang trend saat itu, bermain game atau
menonton TV. Untuk usia remaja mereka lebih banyak menghabiskan
waktu dengan berkumpul bersama teman sebayanya, pergi ke tempattempat di mana banyak juga seusia mereka berkumpul (seringkali
mall) dan kurang mempedulikan apakah tugas yang telah mereka
selesaikan sudah memenuhi target yang diberikan.
Sementara untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka
yang bersifat rutin sudah ada yang memikirkan, apakah orang tuanya
ataukah pengasuh jika orang tua keduanya bekerja. Sehingga anakanak ini terbentuk menjadi anak-anak yang sibuk berpikir dan mencari
apa yang bisa membuat dirinya tidak bosan, tetapi mereka sendiri
kurang memahami kebutuhan dasar yang seharusnya mereka penuhi
terlebih dahulu. Sudah banyak kasus yang memperlihatkan anak dan
14

remaja terlalu asyik main game sehingga lupa mandi dan makan. Anak
TK dan SD sibuk memikirkan mainan apa yang akan dibawa ke mobil
agar tidak bosan di perjalanan menuju sekolah, tetapi isi tas mereka
mengenai apa yang seharusnya mereka bawa ke sekolah, sudah ada
yang mengatur dan menyusunkan. Jika ada yang tertinggal saat
mereka di sekolah, adalah suatu pemandangan yang wajar tetapi
sebenarnya menyedihkan karena anak-anak ini akan menyalahkan
orang tua atau pengasuh yang salah dalam memasukkan barang
kebutuhan mereka ke dalam tasnya. Anak-anak tinggal menelepon ke
rumah, bahkan ada yang sambil memarahi atau merengek-rengek,
dan meluncurlah bapak, ibu, pembantu atau sopir mengantarkan
kebutuhan mereka ke sekolah. Jika ditanyakan kepada orang tua
mengapa semudah itu anak mendapatkan bantuan, orang tua akan
beralasan bahwa itu dilakukan agar anak-anak dapat lebih konsentrasi
belajar karena jaman sekarang materi pelajaran di sekolah semakin
berat dan pekerjaan rumah semakin banyak. Padahal yang terjadi
adalah semakin banyak bantuan yang diberikan, kebutuhan seseorang
untuk melakukan sendiri pun semakin menurun, ia akan lebih banyak
mengandalkan orang lain. Anak-anak dan remaja dengan banyaknya
bantuan dan permakluman seperti ini lebih banyak yang tumbuh
sebagai seorang yang kurang percaya diri, mudah mengeluh, mudah
mencari bantuan, motivasi berusaha kurang, tidak siap gagal dan pada
akhirnya menjadi seorang yang egois karena ingin orang lain
memaklumi kekurangan dirinya.

15

2. POLA PIKIR MANUSIA
Pola pikir Manusia pasti berbeda-beda, tapi terdapat beberapa
kategori pola pikir manusia diantaranya pola pikir tua, dewasa, kanakkanak.
a. Pola

pikir

orang

tua

Pola pikir orang tua umumnya lebih sering memikirkan ke
arah belakang atau ke masa lalu, karena orang yang sudah
tua pasti mempunyai banyak pengalaman yang harus di
contoh ataupun di hindari oleh generasi sesudahnya.
Umumnya pola pikir ini terdapat pada orang yang sudah
berumur 40 tahun keatas. Sangat kecil kemungkinan di
temuka pada kaum muda. Oleh karena itu orang tua
ataupun orang yang tua di sekitar anda sering memberikan
nasihat kepada anda dan ini merupakan hal sangat wajar.

b. Pola pikir Dewasa
Merupakan pola pikir yang paling bagus dan orang yang
berpola pikir seperti ini biasanya merupakan orang yang
sukses. Orang seperti ini sering memikirkan masa depan
dan tidak melupakan masa kini. Inilah yang menyebabkan
orang seperti ini sukses.Biasanya pola pikir ini ada di
kalangan SMU keatas bahkan ada yang masih 12 tahun
sudah memiiki pola pikir dewasa ini. Jika mereka mendapat
suatu hal yang berharga, mereka akan berpikir terlebih
16

dahulu sebelum menggunakannya, karena mereka berpikir
untuk kedepan dan tidak melupakan masa kini. Orang
seperti ini sangatlah kritis. Jika ingin melakukan sesuatu
pasti dia ingin hal tersebut memiliki hasil. Jika tidak ada
kemungkinan memiliki hasil mereka akan meninggalkan hal
ini. Orang seperti ini tidak akan menagis jika mendapat
kesusahan karenadia telah melakukan perhitungan ketika
ingin melakukan sesuatu dan mental mereka selalu siap
c. Pola pikir anak-anak
Seperti

namanya

pola

pikir

anak-anak

selalu

ingin

melakukan kesenangan. Mereka tak akan berpikir untuk
kedepan tapi hanya untuk saat ini juga asalkan mereka
senang. Pola pikir ini biasanya terdapat pada anak-anak,
Namun, tidak sedikit pula orang dewasa berpikir seperti
anak kecil. Orang seperti ini jarang ada yang seperti ini
jarang ada yang sukses, mereka hanya menghabiskan
untuk saat ini saja, berfoya-foya tanpa memikirkan masa
depan mereka. Orang seperti ini biasanya akan manja,
bergantung pada orang lain atau lebih tepatnya tidak bisa
hidup sendiri. Hal ini juga sering terjadi pada orang dewasa
yang dikendalikan oleh nafsu. Bukan karena mereka bodoh.
Dan orang yang seperti ini pasti akan menangis apabila ia
kesusahan, gagal, dan lain sebagainya.

17

18

DAFTAR PUSTAKA
http://angknowenemy.blogspot.com
http://ramaniyaonline.com
http://www.slideshare.net
https://www.google.co.id
http://strategimanajemen.net
http://yahooanswer.co.id

19