Laporan Manajemen Akuakultur Tawar pdf

1

LAPORAN LENGKAP
MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan
Pada Mata Kuliah Manajement Akuakultur Tawar

OLEH:

KELOMPOK I :
Ardana Kurniaji
Siti Hardiyanti P
Wulandari H.
Fauzan Abdullah
Roni Nerliano
Irsa Setiadi
Irsan Djafar

:
:

:
:
:
:
:

I1A2 10 097
I1A2 10 067
I1A2 09 026
I1A2 10 021
I1A2 10 061
I1A2 10 093
I1A2 10 095

Yoddi Fuadi
Asriani
Dasfiati
Santika
Sasriana
Ermin

Syukur

:
:
:
:
:
:
:

I1A2 10 115
I1A2 10 123
I1A2 10 141
I1A2 10 149
I1A2 10 153
I1A2 10 107
I1A2 09 053

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan sektor perikanan pada umumnya di

tunjukan untuk

pengembangan dan peningkatan sumber makanan hewani. Potensi sumber daya
perikanan cukup besar, baik yang berasal dari perikanan air tawar maupun perikanan
air laut. Untuk memenuhi kebutuhan sumber pangan hewani ini maka perlu adanya
tindakan pembudidaya ikan.
Salah satu ikan yang dapat di budidayakan adalah Ikan Nila, karena Ikan Nila
memiliki keunggulan antara lain mudah di kembangbiakan dan daya kelangsungan

hidupnya tinggi, pertumbuhannya relative cepat dan ukuran badan yang relative
besar, dagingnya berwarna putih, rasanya enak dan tidak berduri, tahan terhadap
perubahan kondisi lingkungan serta Ikan Nila rakus terhadap makanan sisa (limbah)
sehingga menerrima pakan beragam. Kelebihan Ikan Nila adalah dapat hidup di air
tawar, payau dan laut serta tahan terhadap penyakit.
Ikan Nila(Oreocromis niloticus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar
dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman.
Ikan Nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah
tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis.
Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, Ikan Nila tidak dapat hidup baik Ikan

3

Nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging
ikan kakap merah.
Ikan Nila(O.niloticus) merupakan ikan sungai atau danau yang cocok
dipelihara di perairan tawaryang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan
payau misalnya tambak. Kebiasaan makan Nila diperairan alami adalah plankton,
tumbuhan air yang lunak serta caing. Benih Nila suka mengkonsumsi zooplankton
seperti Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang

menempal. Pada perairan umum anakan Nila sering terlihat mencari makan di bagian
dangkal. Sedangkan Nila dewasa di tempatyang lebih dalam. Nila dewasa mampu
mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan bantuan lendir (mucus) dalam
mulut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam upaya pengembangan usaha
budidaya dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan yang
dibudidayakan dalam karamba jaring tancap.
B. Tujuan dan Manfaat
Mengetahui laju pertumbuhan Ikan Nila (O.niloticus) yang dibudidayakan
dalam Karamba Jaring Tancap dalam jangka waktu tertentu untuk diperoleh profit
secara berkelanjutan.
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yakni mahasiswa dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan mengenai manajemen budidaya ikan di
perairan tawar.

4

BAB II
METODOLOGI PRAKTEK LAPANG


A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanankan padabulan Oktober sampai bulan Desember 2012.
Yang bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) air tawar Abeli Sawah Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum Manajeman Akuakultur Tawar
No.
1.

2.

Alat dan Bahan
Alat
- Pacul
- Parang
- Waring
- Patok
- Timbangan
- Keranjang

- Seser
- Ember
- DO Meter
- Kamera
- Kertas lakmus
- Mistar
- Sechi disk
- Tali nilon
- Jarum
- Alat Tulis
Bahan
- Ikan Nila(O. niloticus)
- Pakan buatan komersil
- Pakan uji coba

Kegunaan
Mengolah kolam
Membersihkan kolam
Sekat pemisah
Penegak kolam

Menimbang berat ikan
Tempat penampungan ikan saat ditimbang
Mengambil ikan
Wadah ikan sebelum ditimbang
Mengukur oksigen
Dokumentasi
Mengukur pH
Mengukur panjang ikan
Mengukur kecerahan
Mengikat waring pada patok
Menjahit waring
Mencatat hasil pengamatan
Objek pengamatan
Pakan ikan kolam
Pakan ikan karamba

5

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum lapang manajemen akuakultur

tawar ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Lahan
a. Menentukan lokasi budidaya ikan dengan melihat sarana dan prasarana
yang nanti akan mendukung kegiatan budidaya.
b. Melakukan survei awal untuk menentukan metode budidaya yang akan
diterapkembangkan.
c. Menyiapkan seluruh komponen budidaya yang dibutuhkan termasuk alat
pokok, pendukung dan alat penunjang.
d. Memasang wadah budidaya dalam hal ini membuat karamba jaring tancap
dalam kolam yang memiliki kedalaman 1 meter.
e. Membersihkan lahan budidaya terlebih dahulu sebelum penebaran bibit.
2. Persiapan Bibit
a. Menentukan spesies ikan yang akan dibudidayakan sesuai dengan kondisi
sarana prasarana yang ada dan peluang pasar yang tersedia.
b. Menyeleksi bibit unggul (shortir) yang akan ditebar dan menentukan
jumlah ikan sesuai padat tebar.
c. Menjaga

kondisi


ikan

tetap

normal

saat

(transportasi) dari sumber bibit ke tempat budidaya.

proses

pengangkutan

6

3. Penebaran Bibit Ikan
a. Menghitung padat tebar optimum sesuai dengan luas karamba budidaya
dan jumlah ikan yang ada.
b. Melakukan aklimatisasi terlebih dahulu pada saat penebaran dengan cara

membuka secara perlahan wadah ikan dan mengkondisikan parameter air
sama keduanya.
c. Melakukan sampling ikan untuk memperoleh data berat dan panjang awal
ikan menggunakan timbangan dan mistar.
4. Pemberian Pakan
a. Memberikan pakan pellet pada ikan yang dibudidayakan setiap 2 kali
sehari yakni pagi dan sore.
b. Pakan yang diberikan sebanyak 90 gram dengan dua kali pemberian dalam
sehari.
c. Meningktakan jumlah pakan setiap minggu sesuai dengan berat biomasa
ikan yang disampling.
5. Pemeliharaan Ikan
a. Memelihara ikan selama dua bulan dengan memperhatikan pertumbuhan
ikan.
b. Melakukan monitoring pertumbuhan dengan sampling
dibudidaya berjumlah 15 ikan untuk sekali sampling.

ikan yang

7

6. Pengontrolan Kualitas Air dan Hama Penyakit
a. Melakukan pengukuran paramter setiap kali melakukan sampling yakni
setiap 2 minggu sekali. Paramter yang diukur adalah suhu, kadar DO, pH
dan kecerahan perairan.
b. Memeriksa kondisi tubuh ikan yang disampling, mengamati bagian-bagian
tubuh ikan.
c. Membersihkan hama yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ikan.
d. Melakukan pergantian air kolam/karamba sebulan sekali
e. Mengontrol kebersihan karamba dan mencegah penumpukan sisa pakan
didasar karamba.
f. Melakukan karantina dan penanganan untuk ikan-ikan yang terkena
penyakit.
g. Menganalisa kondisi parameter air dan laju pertumbuhan ikan
7. Pemanenan
a. Menyiapkan peralatan panen
b. Memanen ikan dengan cara mengangkat jaring karamba
c. Mengambil ikan-ikan yang dipanen sesuai kebutuhan jika dilakukan
pemanenan selektif.
d. Mengumpulkan seluruh ikan dalam wadah pemanenan jika dilakukan
pemanenan total ikan.

8

BAB II
BUDIDAYA IKAN NILA
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang
danramping dengan sisik berukuran besar.Ikan nila kini banyak dibudi dayakan di
berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya bagus di dalam berbagai jenis air.
Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila juga tahan terhadap
perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna makanan secara
efisien.Menurut

Saanin

(1984);Setiawan

(2012),

Ikan

Nila

mempunyaiklasifikasi sebagai berikut:
Regnum : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (O.niloticus)
(Sumber : Lim dan Webster, 2006; Setiawan, 2012)

(O.niloticus)

9

Berdasarkan hasil kegiatan budidaya yang dilakukan dalam praktikum ini,
maka tahapan budidaya yang diterapkembangkan dalam mengamati laju pertumbuhan
Ikan Nila (O.niloticus) adalah sebagai berikut :
A. Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi dimaksudkan untuk mengetahui rancangan rencana budidaya
yang akan diterapkembangkan, yakni dengan memperhatikan kondisi perairan
(kolam) budidaya meliputi sumber air dan kontuksi wadah, sarana dan prasarana
pokok, pendukung dan penunjang serta akses transportasi yang memudahkan untuk
pemasaran. Lokasi sangat menentukan prospek usaha, terutama ketersediaan sarana
dan prasarana budidaya serta kondisi perairan.
1. Sumber Air
Sumber air (Water sources) adalah hal mutlak yang harus diperhatikan sebelum
melakukan budidaya. Hal ini dikeranakan air merupakan penentu keberlangsungan
kehidupan ikan budidaya, tingginya kualitas air akan sangat menunjang pertumbuhan
ikan. Menurut Sriharti (1996) bahwa Sumber air adalah faktor yang sangat penting
dalam menyeleksi lokasi. Lokasi kolam harus berhubungan langsung atau dekat
sumber air.
Sumber air yang terdapat di Kolam BBI Abeli Sawah berasal dari aliran sungai
yang dekat dengan lokasi budidaya. Selain itu, kondisi sungai masih tergolong
normal tanpa pencemaran limbah industri dan rumah tangga. Setelah dilakukan
peninjauan lokasi, air yang telah diambil dari sungai tersebut kemudian di

10

Treatmentatau diberikan perlakuan khusus yakni diendapkan dalam kolam

penampungan air (tandon) yang telah ditumbuhi tumbuhan air seperti eceng gondok.
Hal ini dimaksudkan agar air yang akan digunakan terhindar dari kandungan kimia
berbahaya dan mereduksi aktifitas bakteri yang berpotensi menimbulkan penyakit.
2. Kontruksi Wadah Budidaya
Selain sumber air, hal pokok yang pertama harus dipersiapkan adalah kontruksi
wadah budidaya, penentuan kontruksi budidaya berkaitan dengan tingkah laku dan
habitat dari organisme yang akan dibudidayakan. Pada budidaya ini, wadah budidaya
adalah karamba jaring yang ditancapkan dalam kolam budidaya. Kontruksi karamba
berbentuk persegi dengan panjang 2 x 3 meter dengan kedalaman 1 meter. Oleh sebab
itu, pengaruh dasar kolam tidak berpengaruh signifikan hanya saja perlu untuk
diperhatikan. Setelah dilakukan pengamatan, jenis tanah pada kolam termasuk jenis
tanah liat/lempung dan tidak berporos, jenis tanah ini dapat menahan massa air yang
besar dan tidak bocor. Selain kondisi tanah, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air. Hal ini bertujuan untuk mengontrol
kualitas air yang digunakan selama budidaya.
3. Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana semestinya dapat mendukung keberlangsungan kegiatan
budidaya. Tidak hanya itu, keterbatasan sarana memberikan ruang yang sempit
terhadap teknologi yang nantinya akan diterapkembangkan dalam budidaya.
Berdasarkan lokasi budidaya yang dipilih, kondisi sarana dan prasarana budidaya
pendukung memadai.

11

B. Persiapan Bibit
Persiapan bibit dimaksudkan untuk menjaga kualitas bibit yang akan
dibudidayakan sehingga tingkat Survival Rate mencapai maksimum. Persiapan bibit
meliputi pemilihan sumber bibit, penyortiran bibit yang akan dipilih untuk
dibudidayakan dan transportasi atau pengangkutan bibit dari lokasi sumber bibit ke
tempat budidaya.
1. Pemilihan Sumber Bibit
Pemilihan sumber bibit memperhatikan beberapa aspek diantaranya lokasi
pembibitan tidak jauh dari lokasi budidaya dan metode pembenihan yang diterapkan
dilokasi pembibitan tersebut. Pada praktikum ini, sumber bibit berasal dari Balai
Benih Ikan (BBI) Abeli Sawah tempat dimana dilakukan budidaya, sehingga dapat
dilihat metode pembenihan yang diterapkan.
2. Penyortiran Bibit
Penyortiran bibit dilakukan untuk menyeleksi bibit-bibit unggul yang memiliki
tingkat Survival Rate(SR) tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku bibit saat
penyortiran. Selain itu pula, tujuan dari penyortiran untuk menyeragamkan ukuran
bibit ikan yang akan dibudidayakan, sehingga memudahkan dalam pengontrolan dan
sampling. Berdasarkan hal tersebut, bibit yang disortir saat pengambilan bibit
dikolam penampungan dilakukan dengan dua kali pengulangan. Bibit yang berpotensi
sakit dan bergerak tidak normal dipisahkan untuk tidak dipilih sebagai bibit budidaya.
Disamping itu pula, dilakukan penyeragaman ukuran bibit yang akan dibudiayakan,
sehingga tidak terjadi persaingan makanan dan memudahkan dalam penyemlingan.

12

Jika terjadi persaingan makanan diantara ikan, secara perlahan akan menimbulkan
ketidakseimbangan pertumbuhan dari rata-rata pertumbuhan mutlak.
3. Transportasi Bibit
Dalam transportasi bibit, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi wadah
pengangkutan. Wadah harus dalam kondisi normal dengan kandungan Oksigen yang
tersedia secara optimum. Namun dalam praktikum ini, bibit hanya dipindahkan di
kolam berbeda dengan menggunakan ember. Hal ini karena sumber bibit didapat dari
lokasi budidaya itu sendiri. Sehingga memudahkan dalam pengangkutan bibit.
C. Penebaran Bibit
Penebaran bibit dilakukan pada sore hari, hal ini dimaksudkan agar kondisi
parameter perairan tidak membahayakan dalam proses aklimatisasi ikan. setelah ikan
diangkut dari sumbernya, maka dilakukan aklimatisasi guna penyesuaian paramter
yang ada dengan parameter air sebelumnya sehingga ikan tidak mengalami stres.
Dalam aklimatisasi, suhu menjadi faktor penting untuk disimilarkan dengan cara
menyimpan terlebih dahulu ikan diatas kolam selama beberapa menit kemudian
membiarkan ikan keluar dengan sendirinya di kolam budidaya.
Saat penebaran dilakukan pula metode sampling, dimana rata-rata berat yang
diperoleh adalah 31,58 gram dan panjang Ikan adalah 11,82 gram, rata-rata lebar ikan
3,65 cm sehingga biomasa awal ikan adalah 330 gram. Dari hasil sampling tesebut,
maka ditentukan padat tebar ikan yakni 5-10 ekor/m2 agar diperoleh pertumbuhan
optimum. Menurut Sriharti (1996) bahwa padat penebaran ikan erat hubungannya

13

dengan bentuk kolam, luas dan dibit air serta kerjernihan dan kualitas pakan. Cara
untuk menentukan penebaran suatu kolam adalah dengan mengetahui kapasitas alami
pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam penentuan padat penebaran dilakukan
sampling panjang dan berat ikan terlebih dahulu.
D. Pemberian Pakan
Fungsi makanan bagi ikan adalah sebagai sumber energi yang diperlukan
dalam proses fisiologis dalam tubuh. Oleh karena itu makanan harus mengandung
zat-zat penghasil energi, yaitu protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, makanan
juga harus mengandung vitamin, mineral, serat dan air yang diperlukan untuk proses
fisiologi lainnya.
Selama masa pemeliharaan ikan diberikan pakan, pemberian ini disesuaikan
dengan tingkah laku ikan budidaya. Pada ikan nila, kebiasaan makan ikan tergolong
ikan omnivora. Menurut Khairuman dan Amri (2008) bahwa Ikan Nila tergolong ikan
pemakan segala (Omnivora) hal ini karena Ikan Nila dapat memakan jenis makanan
zooplankton, alga dan lumut. Sehingga dalam pemberian pakannya tidak tergantung
pada jenis makanan tertentu. Dalam budidaya ini, ikan diberikan pakan tambahan
berupa pellet. Pemberian pakan dilakukan selama dua kali sehari sebanyak 2-3 %
berat ikan yakni sekitar 90 gram/hari. Agar diketahui berat bio massa maka diambil
sampel 15 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang
diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Jika, berat rata-rata
ikan 31,58 gram, jumlah ikan 100 ekor maka berat biomassa 31,58 x 100 = 3158 g.

14

Jumlah ransum per han 3% x 3158 gram = 94,74 atau dibulatkan 90 gram dengan
asumsi pemberian 2-3% dari rata-rata berat ikan. Ransum ini diberikan 2 kali sehari.
Selama masa pemberian pakan, kondisi karamba juga diperhatikan utamanya
bagian dasar karamba agar tidak ada pengendapan yang berlebihan dari sisa pakan
karena hal ini dapat memicu dekomposisi yang mengakibatkan penurunan kadar
oksigen terlarut dan berpotensi menghasilkan senyawa amoniak yang berbahaya
untuk pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan terhindar dari jamur dan tidak
mengalami penurunan mutu. Karena kondisi pakan yang demikian dapat
menyebabkan timbulnya penyakit dan parasit dikolam budidaya ikan.
E. Pemeliharaan Ikan
Selama masa pemeliharaan, kegiatan penting yang harus dilakukan adalah
pemberian makanan tambahan, pencegahan dan pengamatan hama penyakit,
pengontrolan terhadap kebocoran karamba ikan dan kualitas air. Saat pemeliharaan,
ikan harus dipastikan berada dalam kondisi normal, sehingga dilakukan
penyamplingan setiap 2 minggu sekali untuk mengetahui pertambhan berat dan
panjang dari total ikan yang dibudidayakan. Selain itu, hal penting lain yang
diperhatikan adalah mengasumsikan pertamabahan kebutuhan pakan, karena
pertambahan ukuran ikan akan menambah kebutuhan pakan masing-masing individu.
Pemeliharan ini dilakukan selam dua bulan, dengan mengamati laju
pertumbuhan

dari

setiap

kali

penyamplingan.

Diperoleh

bahwa

rata-rata

pertamabahan berat mencapai 5-10% dalam sekali penyamplingan. Hal ini

15

menunjukkan bahwa ikan mengalami pertumbuhan normal dan pakan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan ikan. Laju pertumbuhan ikan ini juga mengalami
pertumbuhan yang signifikan dengan pertambahan ukuran yang sesuai.
F. Pengontrolan Kualitas Air
Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengukur berbagai parameter air
meliputi suhu, pH, kecerahan dan kandungan DO atau oksigen terlarut dalam kolam.
Parameter tersebut diukur dengan tujuan untuk mengatahui kebutuhan ikan selama
masa pemeliharaan. Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat memicu peningkatan
konsumsi makanan, sehingga jumlah pakan harus ditambah dengan melihat
kebutuhan yang ada. Oleh sebab itu, pengukuran paramter ini tidak hanya bertujuan
untuk menguji kondisi perairan yang sesuai dengan pertumbuhan ikan tetapi juga
mengamati berbagai hal yang kemungkinan akan ditimbulkan.
1. Suhu
Menurut Khairuman dan Amri (2008) suhu yang optimum pada pertumbuhan
ikan nila berkisar antara 25-30oC. pertumbuhan ikan biasanya akan terganggu jika
suhu habitatnya rendah dari 14oC atau pada suhu tinggi mencapai 38oC. Berdasarkan
hasil pengukuran suhu kolam budidaya, diperoleh suhu air berkisar antara 28-30oC.
Kondisi demikian merupakan kondisi suhu yang optimum untuk pertumbuhan ikan.
hanya saja, dibeberapa hari sebelumnya terjadi fluktuasi suhu akibat hujan. Namun
hal ini tidak mengganggu pertumbuhan ikan dikolam budidaya.

16

2. Kecerahan
Kecerahan berpengaruh pada intensitas cahaya yang masuk kedalam badan air
kolam. Intensitas cahaya yang cukup memungkinkan ketersediaan oksigen terlarut
dan jumlah pakan alami mencukupi untuk pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Purba dkk. (2009) bahwa fitoplankton akan melakukan fotosintesis dalam
intensitas suhu yang optimal dan memungkinkan ketersediaan oksigen terlarut di
perairan mencukupi untuk seluruh biota.
Dari hasil pengukuran kecerahan menggunakan Secci Disk, kecerahan
mencapai 80% dengan kedalaman air 100 cm. Hal ini tentu akan menghambat
pertumbuhan fitoplankton dan mereduksi ketersediaan pakan alami di dalam kolam
budidaya. Hanya saja, pertumbuhan Ikan Nila akan berjalan optimum dikarenakan
kedalaman kolam rendah sehingga ketersediaan oksogen terlarut dapat tersedia
melalui difusi oksigen dari atmosfir ke perairan dan ini tentu membantu ikan.
3. pH (Keasaman)
Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang
menunjukkan kondisi asam atau basa suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi pH
adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Kisaran nilai pH
antara 1-14 dengan angka 7 yang merupakan pH normal. Umumnya pada siang hari
pH suatu perairan meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya proses fotosintesis.
Saat itulah tanaman air atau fitoplankton mengkonsumsi karbondioksida. Begitupula
sebaliknya. Derajat keasaman yang baik untuk pertumbuhan ikan nila berkisar anatara
5-9.

17

4. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan parameter kimia yang dapat
dijadikan indikasi kualitas perairan. Distribusinya dalam perairan dipengaruhi
beberapa faktor kimia dan fisika (Djawadi, dkk., 2011).Ikan Nila bernapas
memerlukan oksigen dan mengeluarkan CO2. Kandungan oksigen dapat bertambah
melalui aktifitas fotosintesis organisme yang berklorofil dan difusi dari atmosfir. Ikan
Nila termasuk ikan yang tahan dalam kondisi kekurangan oksigen (Kharium dan
Amri, 2009). Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila minimal 4 mg/liter air
dan kandungan karbondioksidanya kurang dari 5 mg/liter air. Sehingga ikan akan
benar-benar tumbuh secara optimum.
G. Pencegahan Hama dan Penyakit
Dalam pemeliharaan hal penting yang tidak bisa lepas dari pengamatan adalah
hama dan penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian pada ikan. ikan-ikan akan
terlihat tidak normal saat mengalami gangguan tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan
dalam budidaya, tidak ditemukan ikan yang terjangkit penyakit khsusus.
Pengontrolan penyakit dilakukan dengan megamati kondisi tubuh baik warna maupun
bantuknya, kadangkala warna band pada sisik ikan merupakan warna yang
ditimbulkan oleh jamur dan bakteri khsusu, oleh sebab itu pengamatan penyakit dapat
dilakukan di laboratorium. Disamping warna dan bentuk tubuh, juga diamati warna
insang dan sirip ikan. warna insang yang gelap mengindikasikan ikan terserang
parasit dan kerontokan pada sirip adalah infeksi virus yang akan mengakibatkan

18

kematian. Meskipun tidak ditemukan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kematian, hanya beberapa hama yang ditemukan dan akan mengganggu pertumbuhan
ikan, hama tersebut antara lain kodok, keong mas dan burung.
H. Pemanenan
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara yakni panen total dan
panensebagian.
a. Panen total
Pada praktikum ini, Panen total dilakukan dengan cara mengangkat karamba
jaring tancap, hingga kepermukaan. sehingga memudahkan dalampenangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidakpanas dengan menggunakan waring
atau scoopnet yang halus. Lakukanpemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
b. Panen sebagian atau panen selektif
Pada dasarnya sama dengan panen total, hanya saja panen selektif dilakukan
dengan menyeleksi ikan-ikan yang akan dipanen, seperti ikan yang akan
dipanendipilih dengan ukuran tertentu. Ikan yang tidak terpilih(biasanya terluka
akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknyadipisahkan dan diberi obat
dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppmselama 1 jam.

19

BAB IV
ANALISIS PERENCANAAN EKONOMI

Pada analisis ini digunakan asumsi bahwa pembenihan semi-intensif
dilakukan selama 2 bulan dalam karamba 2x3 meter. Benih yang ditebar sebanyak
100 ekor. Dengan harga benih 500,00/ekor.
A. Analisis Usaha
1. Biaya Tetap
- Penyusutan peralatan 2/60 x Rp 500.000
- Penyusutan Saran Pendukung 2/12 x Rp 200.000

= 16.000
= 35.000

2. Biaya Variabel
- Benih Ikan Nila (30 ekor/m2-) 100 ekor x Rp 500
- Pakan Ikan (90 gram x 60 hari) 5400 gram
- Biaya panen (TK tidak tetap)

= 50.000
= 200.000
= 100.000

3. Hasil Panen (Pendapatan)
- Benih 100 ekor @ 2 kg/ekor dengan SR 70%
70 x 2 = 140 kg x 10.000

= 1.400.000

B. Analisi Biaya Manfaat
= Pendapatan – Total Biaya
= Rp 1.400.000 – Rp 400.000
= Rp 1.000.000
2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
= Pendapatan : Total Biaya
= Rp 1.400.000 : 400.000
= Rp 3,5
Artinya, pendapatan yang diperoleh dari pemeliharaan ikan nila lebih dari 3,5

1. Keuntungan

kali total biaya.

20

C. Break Event Point (BEP)
- BEP Produksi

= Total Biaya : Harga Satuan
= Rp 400.000 : Rp 10.000
= 40 ekor

Artinya, titik impas pembudidayaan ikan nila divapai pada produksi 40 ekor.
- BEP Harga Produksi

= Total Biaya : Total Produksi
= Rp 400.000 : 70 ekor
= 5714

Artinya, titik impas pembudidayaan ikan nila dicapai pada harga produksi Rp
5.714 per ekor.
D. Pengembalian Modal
Pengembalian Modal

= Total Biaya : Keuntungan
= Rp 400.000 : Rp 1.000.000
= 0,4

Artinya, modal yang dikeluarkan untuk usaha budidaya ikan nila
dikembalikan dalam waktu 0,4 kali periode pembesaran.
E. Efisiensi Penggunaan Modal
Penggunaan Modal

= Keuntungan : Total Biaya x 100%
= Rp 1.000.000 : Rp 400.000 x 100%
= 21 %

Artinya, keuntungan usaha yang diperoleh mencapai 21 % dari total biaya
yang dikeluarkan.

21

DAFTAR PUSTAKA

Djawadi, Tjutju Susana, Suyarsono, Suci Lastrini. (2001) Distribusi Oksogen Terlarut
dan Derajat Keasaman (pH) di Perairan Selat Sunda. Pusat Penelitian
Osenaografi-LIPI. Jakarta.
Khairuman dan Amri. 2009. Budi daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia.
Jakarta.
Kordi, Ghufran H. 2011. Marikultur, Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air . Karya Putra Darwati. Bandung.
Setiawan R. 2012. Budidaya Ikan Nila. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purba, Sylvia I., Indah R. S. Salami, Poppy Intan. 2009. Distribusi Radionuklida CS134 pada Ikan Nila yang Hidup di Air tercemar. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.