EFEKTIFITAS PENGENALAN DASAR MATEMATIKA, pdf

EFEKTIFITAS PENGENALAN DASAR MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING & LEARNING) PADA ANAK USIA DINI

Eka Nilawati
(NIM 17330014)

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang
ekanilawati06@gmail.com

Abstrak
Pembelajaran Matematika usia dini pada dasarnya adalah belajar berpikir,
memecahkan masalah dan menumbuhkan kemampuan untuk menciptakan hubunganhubungan. Dengan menjadi permikir matematika anak-anak perlu diberi kesempatan
untuk menyelidiki, mengorganisasikan benda-benda konkret sebelum mereka dapat
menggunakan simbol-simbol yang telah dikenalnya secara abstrak. Selain itu juga
mengajak anak-anak agar berpikir kritis. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
efektif dalam mengenalkan matematika dasar untuk anak usia dini yaitu dengan
menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
dengan
mengaitkan antara pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) ini terdapat tujuh komponen

utama yang harus diterapkan yaitu : contructivism, inquiry, question, learning
community,modelling, reflection, Authentic Assesment.
Kata Kunci

: Matematika, Usia dini, CTL

pendekatan atau

PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi

sesuai

dengan

cara yang tepat dan
tingkat

perkembangan


informasi dan komunikasi pada dewasa ini

mental anak usia dini. Anak usia TK

dilandasi oleh perkembangan matematika

berada pada tahap perkembangan pra-

seperti

operasional

aljabar,

teori

peluang,

teori


kongkret

tahap

bilangan dan sebagainya. Untuk bisa

persiapan

menguasai itu semuanya maka diperlukan

pekerjaan yang kongkrit dan berfikir

penguasaan matematika yang kuat sejak

intuitif

dini. Dalam

mempertimbangkan tentang besar, bentuk


pada

anak

proses belajar matematika
usia

dini

dibutuhkan

dan

kearah

yaitu

dimana

benda-benda


pengorganisasian

anak

didasarkan

mampu

pada

1

interpretasi

dan

pengalamannya

(persepsinya


sendiri).

angka

yang terdapat disekitar anak.

itu

Selain itu anak juga harus memiliki

dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang

keterampilan berhitung agar anak dapat

memancing

melibatkan dan menyesuaikan diri dalam

minat


Karena

anak

memberikan

pengalaman bermakna bagi kehidupan

kehidupannya.

anak. Oleh karena itu pendekatan CTL

matematika

(Contextual

memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi

Teaching


and

Learning)

Melalui

anak

akan

dilatih

dan daya

diterapkan

pemahaman konsep ruang dan waktu serta

pendidik


ketika

tinggi,

agar

menjadi salah satu alternatif yang bisa
oleh

apresiasi

pengenalan

memperkirakan

memiliki

mengenalkan matematika dasar anak usia


dapat

urutan

sesuatu

dini.

peristiwa yang terjadi disekitarnya, serta
memilki kreatifitas dan imajinasi dalam

PEMBAHASAN

menciptakan sesuatu.
Matematika Anak Usia Dini
Definisi

matematika

Suherman (2003) adalah suatu disiplin

ilmu tentang cara berfikir dan mengolah
logika, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Sedangkan bila dirujuk
pada kurikulum 2006 matematika dapat
didefinisikan sebagai ilmu universal yang
mendasari
moderen,

perkembangan
mempunyai

Menurut Piaget (dalam Sujiono,

menurut

2014) menyatakan bahwa kegiatan belajar
memerlukan kesiapan dalam diri anak.
Artinya belajar sebagai suatu proses
membutuhkan aktifitas baik fisik maupun
psikis. Selain itu belajar harus disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan anak.

teknologi

peran

penting

Salah
mempengaruhi

satu

faktor

prestasi

belajar

yang
siswa

dalam berbagai disiplin dan memajukan

adalah

daya fikir manusia.

mengembangkan metode pembelajaran

Pengenalan

matematika

harus

dimulai sejak usia dini. Hal ini bertujuan
agar anak dapat berfikir secara logis dan
matematis

sejak

pengamatannya
kongkrit,

usia

dini

melalui

terhadap

benda-benda

gambar-gambar

dan angka-

yang

pemilihan

digunakan

pendekatan

oleh

guru

dalam

dalam

menyampaikan materi pelajaran. Metode
yang menarik akan menumbuhkan minat
yang tinggi pada siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Apalagi di masa usia
dini. Dimana anak sedang mengalami

2

tahap

berfikir

kritis

dalam

maksud agar mereka dapat memperoleh

perkembangannya (Santrock, 2002). Rasa

ilmu pengetahuan dan keterampilannya

ingin tahu yang besar apabila tidak

tersebut untuk memcahkan masalah yang

difasilitasi akan menimbulkan efek yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

kurang baik untuk proses kedepannya.
Anak di periode ini disebut dengan usia
penjelajah (Hurlock, 2011). Imajinasi
mereka

sedang

berkembang

dengan

pesatnya. Berkaitan dengan hal tersebut
maka model pendekatan pembelajaran
CTL (Contextual Teaching & Learning)
menjadi penting untuk dipahami. Sebagai
salah

satu

pendekatan

yang

bisa

dikembangkan oleh Guru.

Elaine B Jhonson dalam bukunya
“Contextual Teaching and

memberikan definisi CTL sebagai berikut
: The CTL system is an educational
process that aims to help students see
meaning in the academic material they
are studying by connecting academic
subject with the context of their daily
lives, that is with the context of their
personal

Pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning)

Learning”

social,

and

cultural

circumtances. To achieve this aim, the
system`encompassses the following eight
component

:

making

meaningful

seperangkat

connections, doing significant work, self

asumsi korelatif yang menangani hakikat

regulated learning, collaborating, critical

pengajaran dan pembelajaran (depdiknas,

and creative thingking nurturing the

2004 ). Pendekatan CTL (Contextual

individual, reaching high standards, using

Teaching

and

Learning)

adalah

authentic assesment (jhonson, 2002 :25)

pendekatan

yang

mengaitkan

antara

Pendekatan

adalah

pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di
dalam kehidupan sehari-hari.

Dari
disimpulkan
kontekstual

uraian
bahwa
merupakan

diatas

dapat

pendekatan
suatu

konsep

Pembelajaran kontekstual adalah

belajar yang membantu siswa untuk dapat

pembelajaran yang memudahkan siswa

menghubungkan atau mengkorelasikan

untuk

dan

antara ilmu pengetahuan dengan dunia

mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan

nyata, dan memotivasi siswa untuk dapat

keterampilan yang mereka peroleh dengan

menghubungkan atau mengkorelasikan

mengembangkan

3

antara ilmu pengetahuan dengan dunia

melalui

nyata,

dan

memotivasi

mengaitkan
dipelajari

antara
dengan

pendekatan

ini

siswa

untuk

menurut Depdiknas (2003) adalah sebagai

yang

telah

berikut : (1). Siswa belajar melalui

dalam

mengalami bukan menghapal (2). Para

ilmu

aplikasinya

kehidupan sehari-hari dalam perannya

siswa

sebagai anggota keluarga, masyarakat,

pengetahuan

diman proses

belajar

sendiri.

dengan

mengkontruksikan

cara

kontekstual

itu

diperlukan
diri.

mampu

didalam

(3).

memecahkan

mengkonstruksikan

Para

fikiran

mereka

siswa

terbiasa

masalah,

menemukan

Dalam belajar matematika dasar anak usia

seesuatu yang berguna bagi dirinya dan

dini juga akan lebih

bergelut

mudah untuk

dengan

ide-ide.

(4).

Siswa

memahami apabila dalam proses tersebut

menjadi aktif, kritis dan kreatif. (5). Kelas

berhadap-hadapan dengan hal yang biasa

menjadi produktif, menyenangkan dan

ditemui dalam kehidupan sehari-harinya,

tidak membosankan. (6). Dinding kelas

dekat

ikut

dan lorong sekolah penuh dengan hasil

mengalaminya langsung. Hal ini juga

karya siswa, peta, gambar, arikel, puisi,

sejalan

dengan

pembelajaran

komentar, foto tokoh, diagram-diagram.

dalam

pendekatan

(Contextual

(7). Siswa selalu dikepung berbagai

dengan

lingkungan

prinsip
CTL

dan

Teaching and Learning).
Menurut

Depdiknas,

informasi.
(2003)

Karakterisitik pembelajaran berbasis CTL
adalah sebagai berikut : (1). Kerja sama
saling menunjang. (2). Menyenangkan
tidak membosankan (3). Belajar dengan
bergairah (4). Pembelajaran terintegrasi
(5). Menggunakan berbagai sumber (6).
Siswa aktif (7). Sharing dengan teman (8).
Siswa kritis guru kreatif (9). Laporan
kepada orang tua bukan hanya rapor
melainkan karya siswa. Sementara hasil
yang diharapkan dalam pembelajaran

Pada

pendekatan

kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) ini
terdapat tujuh komponen utama yang
harus diterapkan yaitu :
1.

Kontruktivisme (contructivism)
Menurut
seorang
mediator

prinsip
guru
atau

kontruktivisme,

berperan
fasilitator

sebagai
yang

membantu agar proses belajar siswa
berjalan dengan baik. Artinya disini
pembelajaran harus dikemas sebuah
proses

menkonstruksi

bukan

menerima pengetahuan. Dalam proses

4

pembelajaran
membangun

matematika,

Menurut

Piaget

(dalam

pengetahuan

Santrock, 2002) manusia memiliki

mereka melalui keterlibatan aktif

struktur pengetahuan dalam otaknya,

dalam proses belajar mengajar. Siswa

seperti kotak-kotak yang masing-

menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

masing berisi informasi bermakna

Fungsi guru sebagai mediator dan

yang berbeda-beda. Pengalaman yang

fasilitator dapat dijabarkan dalam

sama bagi beberapa orang akan

beberapa tugas berikut :

dimaknai berbeda-beda oleh setiap

a. Menyediakan pengalaman belajar

orang dan akan disimpan dalam

yang

sendiri

siswa

memungkinkan

bertanggung

jawab

siswa

kotak-kotak yang berbeda.

dalam

pengalaman baru akan dihubungkan

Setiap

membuat rancangan, proses, dan

dengan

penelitian.

pengetahuan) dalam otak manusia

b. Memberikan

kegiatan

yang

kotak-kotak

melalui dua cara yaitu asimilasi dan

merangsang rasa ingin tahu siswa

akomodasi.

dan

struktur

membantu

mereka

mengekpresikan

untuk

gagasan

gagasannya


dan

mengkomunikasikan

ide

ilmiah

mereka.

Asimilasi

menunjukan

apakah

pemikiran

siswa jalan atau tidak.
Pengetahuan
berkembang

maksudnya

pengetahuan dibuat

dibangun

atas

pengetahuan
Akomodasi
pengetahuan

c. Memonitoring, mengevalusi, dan

(struktur

dasar

yang

yang

struktur

telah

maksudnya

atau

ada.
struktur

sudah

ada

dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan

dengan

hadirnya

(2009)

dalam

pengetahuan baru.

tumbuh

dan

Mujiman

melalui

pengalaman

prinsip Kontruktivisme menganggap

termasuk dalam hal

logika dan

bahwa: (1). Belajar sama artinya

matematis. Pemahaman berkembang

dengan membentuk pengetahuan. (2).

semakin dalam dan semakin kuat

Makna diciptakan oleh siswa itu

apabila

sendiri

selalu

pengalamnan baru.

diuji

dengan

(3).

Konstruksi

makna

dipengaruhi oleh pengetahuan yang

5

Konstruksi

memfokuskan perhatian siswa pada

pengetahuan baru merupakan proses

sesuatu yang dikehendaki guru, untuk

yang

membangkitkan lebih banyak lagi

sudah

ada.

(4).

telah

terjadi

secara

menerus.(5).

Proses

pengetahuan

didahului

terus

konstruksi

pertanyaan

oleh

menyegarkan kembali pengetahuan

rasa

( Couriosity) yang

keingintahuan

dapat dirangsang dengan penyajian-

2.

siswa,

untuk

siswa.
4.

Masyarakat

(Learning

belajar

penyajian masalah oleh guru untuk

Community)

dibahas oleh siswa.

Dalam kelas belajar matematika yang

Menemukan (inquiry)

menerapkan

(inquiry)

Menemukan

3.

dari

pembelajaran

kontekstual

merupakan

disarankan

selalu

bagian inti dari kegiatan pembelajaran

melaksanakan pembelajaran dalam

matematika

kelompok belajar dengan siswa yang

berbasis

kontekstual.

Pengetahuan dan keterampilan yang

heterogen

diperoleh siswa diharapkan berasal

menangkap berada dalam kelompok

dari hal-hal yang mereka temukan

yang agak lambat agar bisa mengajari

sendiri.

temannya yang lemah tadi.

Bertanya (question)

Konsep

Questioning

merupakan

utama

dalam

pada

model

CTL.

Karena

membimbing

cepat

Community

kerjasama

dengan

orang lain.

pertanyaan

menilai

Learning

diperoleh dari

pembelajaran

dan

yang

menyarankan agar hasil pembelajaran

strategi

tersebut berguna untuk mendorong,

misal

5.

Pemodelan (Modeling)
Dalam

metode

pembelajaran

kemampuan siswa. Dalam sebuah

kontekstual model dapat diambil dari

pembelajaran

mana saja.

yang

produktif,

Model dapat dirancang

kegiatan bertanya berguna untuk:

dengan melibatkan siswa.

Menggali

Pada

pemahaman

informasi,
siswa

mengecek
tentang

hakikatnya

seseorang

yang

model
dapat

adalah
dijadikan

matematika ,mengetahui sejauh mana

rujukan bagi siswa dalam bentuk

keingintahuan siswa, mengetahui hal-

penampilan

tokoh,

demontrasi

hal yang sudah diketahui siswa,

6

kegiatan, penampilan hasil karya dan

KESIMPULAN

sebagainya.
6.

Penggunaan

Refleksi (reflection)
Refleksi

sangat

dibutuhkan

dan

merupakan bagian penting dalam
pendekatan

pembelajaran dengan

kontekstual.

Refleksi

merupakan

respon terhadap kejadian, aktifitas,
atau pengetahuan tentang matematika
dasar
juga

yang baru diterima. Refleksi
dapat

berupa

tanya

jawab

tentang kesulitan yang dihadapi dan
pemecahanya,

mengkonstruksi

kegiatan yang telah dilakukan, kesan
siswa selama melakukan kegiatan,
beserta saran dan harapan.
7.

Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment)
Assesment

adalah

pengumpulan

data

proses
yang

bisa

memberikan gambaran perkembangan
belajar matematika siswa. Gambaran

pendekatan

pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and

Learning)

dalam

pembelajaran

matematika dasar untuk anak usia dini
dinilai efektif dikarenakan karaketeristik
dari CTL itu sendiri sesuai dengan
karakter perkembangan anak usia dini
yang dalam tahap perkembangan berfikir
kritis, rasa penasaran dan keingin tahuan
yang besar serta masa-masa penjelajah
yang butuh wadah penyaluran imajinasi
dan cara berfikir mereka yang kreatif.
Didalam pendekatan CTL proses belajar
berlangsung

secara

menyenangkan,

adanya kerjasama yang saling menunjang,
menggunakan berbagi sumber, dan siswa
belajar

dengan

mengalami

langsung.

Sehingga para siswa akan terbiasa untuk
memecahkan

masalah,

menemukan

sesuatu yang berguna bagi dirinya, siswa
berfikir secara aktif, kritis dan kreatif

perkembangan belajar perlu diketahui
agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami

proses

pembelajaran

dengan benar.

7

DAFTAR PUSTAKA
B. Johnson, Elaine, PH.D. 2002.
Contextual Teaching & Learning.
California: Corwin Press, Inc
Depdiknas. 2002. CTL Pendekatan
Cotextual Teaching and
Learning. Jakarta : Depdiknas
Depdinas. 2006 Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta :
Depdiknas
Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta : Erlangga.

Hildayani,
Rini.
2014.
Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka

Mujiman, Haris. 2009. Manajemen
Pelatihan
Berbasis
Belajar
Mandiri.
Yogyakarta:
Mitra
Cendekia.
Santrock, John W. 2011. Perkembangan
Anak. Jakarta : Erlangga.
Sujiono, Yuliani dkk. 2014. Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka

8