EFEKTIFITAS PENGENALAN DASAR MATEMATIKA, pdf
EFEKTIFITAS PENGENALAN DASAR MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING & LEARNING) PADA ANAK USIA DINI
Eka Nilawati
(NIM 17330014)
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang
ekanilawati06@gmail.com
Abstrak
Pembelajaran Matematika usia dini pada dasarnya adalah belajar berpikir,
memecahkan masalah dan menumbuhkan kemampuan untuk menciptakan hubunganhubungan. Dengan menjadi permikir matematika anak-anak perlu diberi kesempatan
untuk menyelidiki, mengorganisasikan benda-benda konkret sebelum mereka dapat
menggunakan simbol-simbol yang telah dikenalnya secara abstrak. Selain itu juga
mengajak anak-anak agar berpikir kritis. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
efektif dalam mengenalkan matematika dasar untuk anak usia dini yaitu dengan
menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
dengan
mengaitkan antara pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) ini terdapat tujuh komponen
utama yang harus diterapkan yaitu : contructivism, inquiry, question, learning
community,modelling, reflection, Authentic Assesment.
Kata Kunci
: Matematika, Usia dini, CTL
pendekatan atau
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi
sesuai
dengan
cara yang tepat dan
tingkat
perkembangan
informasi dan komunikasi pada dewasa ini
mental anak usia dini. Anak usia TK
dilandasi oleh perkembangan matematika
berada pada tahap perkembangan pra-
seperti
operasional
aljabar,
teori
peluang,
teori
kongkret
tahap
bilangan dan sebagainya. Untuk bisa
persiapan
menguasai itu semuanya maka diperlukan
pekerjaan yang kongkrit dan berfikir
penguasaan matematika yang kuat sejak
intuitif
dini. Dalam
mempertimbangkan tentang besar, bentuk
pada
anak
proses belajar matematika
usia
dini
dibutuhkan
dan
kearah
yaitu
dimana
benda-benda
pengorganisasian
anak
didasarkan
mampu
pada
1
interpretasi
dan
pengalamannya
(persepsinya
sendiri).
angka
yang terdapat disekitar anak.
itu
Selain itu anak juga harus memiliki
dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang
keterampilan berhitung agar anak dapat
memancing
melibatkan dan menyesuaikan diri dalam
minat
Karena
anak
memberikan
pengalaman bermakna bagi kehidupan
kehidupannya.
anak. Oleh karena itu pendekatan CTL
matematika
(Contextual
memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi
Teaching
and
Learning)
Melalui
anak
akan
dilatih
dan daya
diterapkan
pemahaman konsep ruang dan waktu serta
pendidik
ketika
tinggi,
agar
menjadi salah satu alternatif yang bisa
oleh
apresiasi
pengenalan
memperkirakan
memiliki
mengenalkan matematika dasar anak usia
dapat
urutan
sesuatu
dini.
peristiwa yang terjadi disekitarnya, serta
memilki kreatifitas dan imajinasi dalam
PEMBAHASAN
menciptakan sesuatu.
Matematika Anak Usia Dini
Definisi
matematika
Suherman (2003) adalah suatu disiplin
ilmu tentang cara berfikir dan mengolah
logika, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Sedangkan bila dirujuk
pada kurikulum 2006 matematika dapat
didefinisikan sebagai ilmu universal yang
mendasari
moderen,
perkembangan
mempunyai
Menurut Piaget (dalam Sujiono,
menurut
2014) menyatakan bahwa kegiatan belajar
memerlukan kesiapan dalam diri anak.
Artinya belajar sebagai suatu proses
membutuhkan aktifitas baik fisik maupun
psikis. Selain itu belajar harus disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan anak.
teknologi
peran
penting
Salah
mempengaruhi
satu
faktor
prestasi
belajar
yang
siswa
dalam berbagai disiplin dan memajukan
adalah
daya fikir manusia.
mengembangkan metode pembelajaran
Pengenalan
matematika
harus
dimulai sejak usia dini. Hal ini bertujuan
agar anak dapat berfikir secara logis dan
matematis
sejak
pengamatannya
kongkrit,
usia
dini
melalui
terhadap
benda-benda
gambar-gambar
dan angka-
yang
pemilihan
digunakan
pendekatan
oleh
guru
dalam
dalam
menyampaikan materi pelajaran. Metode
yang menarik akan menumbuhkan minat
yang tinggi pada siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Apalagi di masa usia
dini. Dimana anak sedang mengalami
2
tahap
berfikir
kritis
dalam
maksud agar mereka dapat memperoleh
perkembangannya (Santrock, 2002). Rasa
ilmu pengetahuan dan keterampilannya
ingin tahu yang besar apabila tidak
tersebut untuk memcahkan masalah yang
difasilitasi akan menimbulkan efek yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
kurang baik untuk proses kedepannya.
Anak di periode ini disebut dengan usia
penjelajah (Hurlock, 2011). Imajinasi
mereka
sedang
berkembang
dengan
pesatnya. Berkaitan dengan hal tersebut
maka model pendekatan pembelajaran
CTL (Contextual Teaching & Learning)
menjadi penting untuk dipahami. Sebagai
salah
satu
pendekatan
yang
bisa
dikembangkan oleh Guru.
Elaine B Jhonson dalam bukunya
“Contextual Teaching and
memberikan definisi CTL sebagai berikut
: The CTL system is an educational
process that aims to help students see
meaning in the academic material they
are studying by connecting academic
subject with the context of their daily
lives, that is with the context of their
personal
Pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning)
Learning”
social,
and
cultural
circumtances. To achieve this aim, the
system`encompassses the following eight
component
:
making
meaningful
seperangkat
connections, doing significant work, self
asumsi korelatif yang menangani hakikat
regulated learning, collaborating, critical
pengajaran dan pembelajaran (depdiknas,
and creative thingking nurturing the
2004 ). Pendekatan CTL (Contextual
individual, reaching high standards, using
Teaching
and
Learning)
adalah
authentic assesment (jhonson, 2002 :25)
pendekatan
yang
mengaitkan
antara
Pendekatan
adalah
pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari
disimpulkan
kontekstual
uraian
bahwa
merupakan
diatas
dapat
pendekatan
suatu
konsep
Pembelajaran kontekstual adalah
belajar yang membantu siswa untuk dapat
pembelajaran yang memudahkan siswa
menghubungkan atau mengkorelasikan
untuk
dan
antara ilmu pengetahuan dengan dunia
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
nyata, dan memotivasi siswa untuk dapat
keterampilan yang mereka peroleh dengan
menghubungkan atau mengkorelasikan
mengembangkan
3
antara ilmu pengetahuan dengan dunia
melalui
nyata,
dan
memotivasi
mengaitkan
dipelajari
antara
dengan
pendekatan
ini
siswa
untuk
menurut Depdiknas (2003) adalah sebagai
yang
telah
berikut : (1). Siswa belajar melalui
dalam
mengalami bukan menghapal (2). Para
ilmu
aplikasinya
kehidupan sehari-hari dalam perannya
siswa
sebagai anggota keluarga, masyarakat,
pengetahuan
diman proses
belajar
sendiri.
dengan
mengkontruksikan
cara
kontekstual
itu
diperlukan
diri.
mampu
didalam
(3).
memecahkan
mengkonstruksikan
Para
fikiran
mereka
siswa
terbiasa
masalah,
menemukan
Dalam belajar matematika dasar anak usia
seesuatu yang berguna bagi dirinya dan
dini juga akan lebih
bergelut
mudah untuk
dengan
ide-ide.
(4).
Siswa
memahami apabila dalam proses tersebut
menjadi aktif, kritis dan kreatif. (5). Kelas
berhadap-hadapan dengan hal yang biasa
menjadi produktif, menyenangkan dan
ditemui dalam kehidupan sehari-harinya,
tidak membosankan. (6). Dinding kelas
dekat
ikut
dan lorong sekolah penuh dengan hasil
mengalaminya langsung. Hal ini juga
karya siswa, peta, gambar, arikel, puisi,
sejalan
dengan
pembelajaran
komentar, foto tokoh, diagram-diagram.
dalam
pendekatan
(Contextual
(7). Siswa selalu dikepung berbagai
dengan
lingkungan
prinsip
CTL
dan
Teaching and Learning).
Menurut
Depdiknas,
informasi.
(2003)
Karakterisitik pembelajaran berbasis CTL
adalah sebagai berikut : (1). Kerja sama
saling menunjang. (2). Menyenangkan
tidak membosankan (3). Belajar dengan
bergairah (4). Pembelajaran terintegrasi
(5). Menggunakan berbagai sumber (6).
Siswa aktif (7). Sharing dengan teman (8).
Siswa kritis guru kreatif (9). Laporan
kepada orang tua bukan hanya rapor
melainkan karya siswa. Sementara hasil
yang diharapkan dalam pembelajaran
Pada
pendekatan
kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) ini
terdapat tujuh komponen utama yang
harus diterapkan yaitu :
1.
Kontruktivisme (contructivism)
Menurut
seorang
mediator
prinsip
guru
atau
kontruktivisme,
berperan
fasilitator
sebagai
yang
membantu agar proses belajar siswa
berjalan dengan baik. Artinya disini
pembelajaran harus dikemas sebuah
proses
menkonstruksi
bukan
menerima pengetahuan. Dalam proses
4
pembelajaran
membangun
matematika,
Menurut
Piaget
(dalam
pengetahuan
Santrock, 2002) manusia memiliki
mereka melalui keterlibatan aktif
struktur pengetahuan dalam otaknya,
dalam proses belajar mengajar. Siswa
seperti kotak-kotak yang masing-
menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
masing berisi informasi bermakna
Fungsi guru sebagai mediator dan
yang berbeda-beda. Pengalaman yang
fasilitator dapat dijabarkan dalam
sama bagi beberapa orang akan
beberapa tugas berikut :
dimaknai berbeda-beda oleh setiap
a. Menyediakan pengalaman belajar
orang dan akan disimpan dalam
yang
sendiri
siswa
memungkinkan
bertanggung
jawab
siswa
kotak-kotak yang berbeda.
dalam
pengalaman baru akan dihubungkan
Setiap
membuat rancangan, proses, dan
dengan
penelitian.
pengetahuan) dalam otak manusia
b. Memberikan
kegiatan
yang
kotak-kotak
melalui dua cara yaitu asimilasi dan
merangsang rasa ingin tahu siswa
akomodasi.
dan
struktur
membantu
mereka
mengekpresikan
untuk
gagasan
gagasannya
–
dan
mengkomunikasikan
ide
ilmiah
mereka.
Asimilasi
menunjukan
apakah
pemikiran
siswa jalan atau tidak.
Pengetahuan
berkembang
maksudnya
pengetahuan dibuat
dibangun
atas
pengetahuan
Akomodasi
pengetahuan
c. Memonitoring, mengevalusi, dan
(struktur
dasar
yang
yang
struktur
telah
maksudnya
atau
ada.
struktur
sudah
ada
dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan
dengan
hadirnya
(2009)
dalam
pengetahuan baru.
tumbuh
dan
Mujiman
melalui
pengalaman
prinsip Kontruktivisme menganggap
termasuk dalam hal
logika dan
bahwa: (1). Belajar sama artinya
matematis. Pemahaman berkembang
dengan membentuk pengetahuan. (2).
semakin dalam dan semakin kuat
Makna diciptakan oleh siswa itu
apabila
sendiri
selalu
pengalamnan baru.
diuji
dengan
(3).
Konstruksi
makna
dipengaruhi oleh pengetahuan yang
5
Konstruksi
memfokuskan perhatian siswa pada
pengetahuan baru merupakan proses
sesuatu yang dikehendaki guru, untuk
yang
membangkitkan lebih banyak lagi
sudah
ada.
(4).
telah
terjadi
secara
menerus.(5).
Proses
pengetahuan
didahului
terus
konstruksi
pertanyaan
oleh
menyegarkan kembali pengetahuan
rasa
( Couriosity) yang
keingintahuan
dapat dirangsang dengan penyajian-
2.
siswa,
untuk
siswa.
4.
Masyarakat
(Learning
belajar
penyajian masalah oleh guru untuk
Community)
dibahas oleh siswa.
Dalam kelas belajar matematika yang
Menemukan (inquiry)
menerapkan
(inquiry)
Menemukan
3.
dari
pembelajaran
kontekstual
merupakan
disarankan
selalu
bagian inti dari kegiatan pembelajaran
melaksanakan pembelajaran dalam
matematika
kelompok belajar dengan siswa yang
berbasis
kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang
heterogen
diperoleh siswa diharapkan berasal
menangkap berada dalam kelompok
dari hal-hal yang mereka temukan
yang agak lambat agar bisa mengajari
sendiri.
temannya yang lemah tadi.
Bertanya (question)
Konsep
Questioning
merupakan
utama
dalam
pada
model
CTL.
Karena
membimbing
cepat
Community
kerjasama
dengan
orang lain.
pertanyaan
menilai
Learning
diperoleh dari
pembelajaran
dan
yang
menyarankan agar hasil pembelajaran
strategi
tersebut berguna untuk mendorong,
misal
5.
Pemodelan (Modeling)
Dalam
metode
pembelajaran
kemampuan siswa. Dalam sebuah
kontekstual model dapat diambil dari
pembelajaran
mana saja.
yang
produktif,
Model dapat dirancang
kegiatan bertanya berguna untuk:
dengan melibatkan siswa.
Menggali
Pada
pemahaman
informasi,
siswa
mengecek
tentang
hakikatnya
seseorang
yang
model
dapat
adalah
dijadikan
matematika ,mengetahui sejauh mana
rujukan bagi siswa dalam bentuk
keingintahuan siswa, mengetahui hal-
penampilan
tokoh,
demontrasi
hal yang sudah diketahui siswa,
6
kegiatan, penampilan hasil karya dan
KESIMPULAN
sebagainya.
6.
Penggunaan
Refleksi (reflection)
Refleksi
sangat
dibutuhkan
dan
merupakan bagian penting dalam
pendekatan
pembelajaran dengan
kontekstual.
Refleksi
merupakan
respon terhadap kejadian, aktifitas,
atau pengetahuan tentang matematika
dasar
juga
yang baru diterima. Refleksi
dapat
berupa
tanya
jawab
tentang kesulitan yang dihadapi dan
pemecahanya,
mengkonstruksi
kegiatan yang telah dilakukan, kesan
siswa selama melakukan kegiatan,
beserta saran dan harapan.
7.
Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment)
Assesment
adalah
pengumpulan
data
proses
yang
bisa
memberikan gambaran perkembangan
belajar matematika siswa. Gambaran
pendekatan
pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and
Learning)
dalam
pembelajaran
matematika dasar untuk anak usia dini
dinilai efektif dikarenakan karaketeristik
dari CTL itu sendiri sesuai dengan
karakter perkembangan anak usia dini
yang dalam tahap perkembangan berfikir
kritis, rasa penasaran dan keingin tahuan
yang besar serta masa-masa penjelajah
yang butuh wadah penyaluran imajinasi
dan cara berfikir mereka yang kreatif.
Didalam pendekatan CTL proses belajar
berlangsung
secara
menyenangkan,
adanya kerjasama yang saling menunjang,
menggunakan berbagi sumber, dan siswa
belajar
dengan
mengalami
langsung.
Sehingga para siswa akan terbiasa untuk
memecahkan
masalah,
menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, siswa
berfikir secara aktif, kritis dan kreatif
perkembangan belajar perlu diketahui
agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami
proses
pembelajaran
dengan benar.
7
DAFTAR PUSTAKA
B. Johnson, Elaine, PH.D. 2002.
Contextual Teaching & Learning.
California: Corwin Press, Inc
Depdiknas. 2002. CTL Pendekatan
Cotextual Teaching and
Learning. Jakarta : Depdiknas
Depdinas. 2006 Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta :
Depdiknas
Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta : Erlangga.
Hildayani,
Rini.
2014.
Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka
Mujiman, Haris. 2009. Manajemen
Pelatihan
Berbasis
Belajar
Mandiri.
Yogyakarta:
Mitra
Cendekia.
Santrock, John W. 2011. Perkembangan
Anak. Jakarta : Erlangga.
Sujiono, Yuliani dkk. 2014. Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka
8
PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING & LEARNING) PADA ANAK USIA DINI
Eka Nilawati
(NIM 17330014)
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang
ekanilawati06@gmail.com
Abstrak
Pembelajaran Matematika usia dini pada dasarnya adalah belajar berpikir,
memecahkan masalah dan menumbuhkan kemampuan untuk menciptakan hubunganhubungan. Dengan menjadi permikir matematika anak-anak perlu diberi kesempatan
untuk menyelidiki, mengorganisasikan benda-benda konkret sebelum mereka dapat
menggunakan simbol-simbol yang telah dikenalnya secara abstrak. Selain itu juga
mengajak anak-anak agar berpikir kritis. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
efektif dalam mengenalkan matematika dasar untuk anak usia dini yaitu dengan
menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
dengan
mengaitkan antara pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) ini terdapat tujuh komponen
utama yang harus diterapkan yaitu : contructivism, inquiry, question, learning
community,modelling, reflection, Authentic Assesment.
Kata Kunci
: Matematika, Usia dini, CTL
pendekatan atau
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi
sesuai
dengan
cara yang tepat dan
tingkat
perkembangan
informasi dan komunikasi pada dewasa ini
mental anak usia dini. Anak usia TK
dilandasi oleh perkembangan matematika
berada pada tahap perkembangan pra-
seperti
operasional
aljabar,
teori
peluang,
teori
kongkret
tahap
bilangan dan sebagainya. Untuk bisa
persiapan
menguasai itu semuanya maka diperlukan
pekerjaan yang kongkrit dan berfikir
penguasaan matematika yang kuat sejak
intuitif
dini. Dalam
mempertimbangkan tentang besar, bentuk
pada
anak
proses belajar matematika
usia
dini
dibutuhkan
dan
kearah
yaitu
dimana
benda-benda
pengorganisasian
anak
didasarkan
mampu
pada
1
interpretasi
dan
pengalamannya
(persepsinya
sendiri).
angka
yang terdapat disekitar anak.
itu
Selain itu anak juga harus memiliki
dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang
keterampilan berhitung agar anak dapat
memancing
melibatkan dan menyesuaikan diri dalam
minat
Karena
anak
memberikan
pengalaman bermakna bagi kehidupan
kehidupannya.
anak. Oleh karena itu pendekatan CTL
matematika
(Contextual
memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi
Teaching
and
Learning)
Melalui
anak
akan
dilatih
dan daya
diterapkan
pemahaman konsep ruang dan waktu serta
pendidik
ketika
tinggi,
agar
menjadi salah satu alternatif yang bisa
oleh
apresiasi
pengenalan
memperkirakan
memiliki
mengenalkan matematika dasar anak usia
dapat
urutan
sesuatu
dini.
peristiwa yang terjadi disekitarnya, serta
memilki kreatifitas dan imajinasi dalam
PEMBAHASAN
menciptakan sesuatu.
Matematika Anak Usia Dini
Definisi
matematika
Suherman (2003) adalah suatu disiplin
ilmu tentang cara berfikir dan mengolah
logika, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Sedangkan bila dirujuk
pada kurikulum 2006 matematika dapat
didefinisikan sebagai ilmu universal yang
mendasari
moderen,
perkembangan
mempunyai
Menurut Piaget (dalam Sujiono,
menurut
2014) menyatakan bahwa kegiatan belajar
memerlukan kesiapan dalam diri anak.
Artinya belajar sebagai suatu proses
membutuhkan aktifitas baik fisik maupun
psikis. Selain itu belajar harus disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan anak.
teknologi
peran
penting
Salah
mempengaruhi
satu
faktor
prestasi
belajar
yang
siswa
dalam berbagai disiplin dan memajukan
adalah
daya fikir manusia.
mengembangkan metode pembelajaran
Pengenalan
matematika
harus
dimulai sejak usia dini. Hal ini bertujuan
agar anak dapat berfikir secara logis dan
matematis
sejak
pengamatannya
kongkrit,
usia
dini
melalui
terhadap
benda-benda
gambar-gambar
dan angka-
yang
pemilihan
digunakan
pendekatan
oleh
guru
dalam
dalam
menyampaikan materi pelajaran. Metode
yang menarik akan menumbuhkan minat
yang tinggi pada siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Apalagi di masa usia
dini. Dimana anak sedang mengalami
2
tahap
berfikir
kritis
dalam
maksud agar mereka dapat memperoleh
perkembangannya (Santrock, 2002). Rasa
ilmu pengetahuan dan keterampilannya
ingin tahu yang besar apabila tidak
tersebut untuk memcahkan masalah yang
difasilitasi akan menimbulkan efek yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
kurang baik untuk proses kedepannya.
Anak di periode ini disebut dengan usia
penjelajah (Hurlock, 2011). Imajinasi
mereka
sedang
berkembang
dengan
pesatnya. Berkaitan dengan hal tersebut
maka model pendekatan pembelajaran
CTL (Contextual Teaching & Learning)
menjadi penting untuk dipahami. Sebagai
salah
satu
pendekatan
yang
bisa
dikembangkan oleh Guru.
Elaine B Jhonson dalam bukunya
“Contextual Teaching and
memberikan definisi CTL sebagai berikut
: The CTL system is an educational
process that aims to help students see
meaning in the academic material they
are studying by connecting academic
subject with the context of their daily
lives, that is with the context of their
personal
Pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning)
Learning”
social,
and
cultural
circumtances. To achieve this aim, the
system`encompassses the following eight
component
:
making
meaningful
seperangkat
connections, doing significant work, self
asumsi korelatif yang menangani hakikat
regulated learning, collaborating, critical
pengajaran dan pembelajaran (depdiknas,
and creative thingking nurturing the
2004 ). Pendekatan CTL (Contextual
individual, reaching high standards, using
Teaching
and
Learning)
adalah
authentic assesment (jhonson, 2002 :25)
pendekatan
yang
mengaitkan
antara
Pendekatan
adalah
pelajaran dengan hal-hal yang terjadi di
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari
disimpulkan
kontekstual
uraian
bahwa
merupakan
diatas
dapat
pendekatan
suatu
konsep
Pembelajaran kontekstual adalah
belajar yang membantu siswa untuk dapat
pembelajaran yang memudahkan siswa
menghubungkan atau mengkorelasikan
untuk
dan
antara ilmu pengetahuan dengan dunia
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
nyata, dan memotivasi siswa untuk dapat
keterampilan yang mereka peroleh dengan
menghubungkan atau mengkorelasikan
mengembangkan
3
antara ilmu pengetahuan dengan dunia
melalui
nyata,
dan
memotivasi
mengaitkan
dipelajari
antara
dengan
pendekatan
ini
siswa
untuk
menurut Depdiknas (2003) adalah sebagai
yang
telah
berikut : (1). Siswa belajar melalui
dalam
mengalami bukan menghapal (2). Para
ilmu
aplikasinya
kehidupan sehari-hari dalam perannya
siswa
sebagai anggota keluarga, masyarakat,
pengetahuan
diman proses
belajar
sendiri.
dengan
mengkontruksikan
cara
kontekstual
itu
diperlukan
diri.
mampu
didalam
(3).
memecahkan
mengkonstruksikan
Para
fikiran
mereka
siswa
terbiasa
masalah,
menemukan
Dalam belajar matematika dasar anak usia
seesuatu yang berguna bagi dirinya dan
dini juga akan lebih
bergelut
mudah untuk
dengan
ide-ide.
(4).
Siswa
memahami apabila dalam proses tersebut
menjadi aktif, kritis dan kreatif. (5). Kelas
berhadap-hadapan dengan hal yang biasa
menjadi produktif, menyenangkan dan
ditemui dalam kehidupan sehari-harinya,
tidak membosankan. (6). Dinding kelas
dekat
ikut
dan lorong sekolah penuh dengan hasil
mengalaminya langsung. Hal ini juga
karya siswa, peta, gambar, arikel, puisi,
sejalan
dengan
pembelajaran
komentar, foto tokoh, diagram-diagram.
dalam
pendekatan
(Contextual
(7). Siswa selalu dikepung berbagai
dengan
lingkungan
prinsip
CTL
dan
Teaching and Learning).
Menurut
Depdiknas,
informasi.
(2003)
Karakterisitik pembelajaran berbasis CTL
adalah sebagai berikut : (1). Kerja sama
saling menunjang. (2). Menyenangkan
tidak membosankan (3). Belajar dengan
bergairah (4). Pembelajaran terintegrasi
(5). Menggunakan berbagai sumber (6).
Siswa aktif (7). Sharing dengan teman (8).
Siswa kritis guru kreatif (9). Laporan
kepada orang tua bukan hanya rapor
melainkan karya siswa. Sementara hasil
yang diharapkan dalam pembelajaran
Pada
pendekatan
kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) ini
terdapat tujuh komponen utama yang
harus diterapkan yaitu :
1.
Kontruktivisme (contructivism)
Menurut
seorang
mediator
prinsip
guru
atau
kontruktivisme,
berperan
fasilitator
sebagai
yang
membantu agar proses belajar siswa
berjalan dengan baik. Artinya disini
pembelajaran harus dikemas sebuah
proses
menkonstruksi
bukan
menerima pengetahuan. Dalam proses
4
pembelajaran
membangun
matematika,
Menurut
Piaget
(dalam
pengetahuan
Santrock, 2002) manusia memiliki
mereka melalui keterlibatan aktif
struktur pengetahuan dalam otaknya,
dalam proses belajar mengajar. Siswa
seperti kotak-kotak yang masing-
menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
masing berisi informasi bermakna
Fungsi guru sebagai mediator dan
yang berbeda-beda. Pengalaman yang
fasilitator dapat dijabarkan dalam
sama bagi beberapa orang akan
beberapa tugas berikut :
dimaknai berbeda-beda oleh setiap
a. Menyediakan pengalaman belajar
orang dan akan disimpan dalam
yang
sendiri
siswa
memungkinkan
bertanggung
jawab
siswa
kotak-kotak yang berbeda.
dalam
pengalaman baru akan dihubungkan
Setiap
membuat rancangan, proses, dan
dengan
penelitian.
pengetahuan) dalam otak manusia
b. Memberikan
kegiatan
yang
kotak-kotak
melalui dua cara yaitu asimilasi dan
merangsang rasa ingin tahu siswa
akomodasi.
dan
struktur
membantu
mereka
mengekpresikan
untuk
gagasan
gagasannya
–
dan
mengkomunikasikan
ide
ilmiah
mereka.
Asimilasi
menunjukan
apakah
pemikiran
siswa jalan atau tidak.
Pengetahuan
berkembang
maksudnya
pengetahuan dibuat
dibangun
atas
pengetahuan
Akomodasi
pengetahuan
c. Memonitoring, mengevalusi, dan
(struktur
dasar
yang
yang
struktur
telah
maksudnya
atau
ada.
struktur
sudah
ada
dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan
dengan
hadirnya
(2009)
dalam
pengetahuan baru.
tumbuh
dan
Mujiman
melalui
pengalaman
prinsip Kontruktivisme menganggap
termasuk dalam hal
logika dan
bahwa: (1). Belajar sama artinya
matematis. Pemahaman berkembang
dengan membentuk pengetahuan. (2).
semakin dalam dan semakin kuat
Makna diciptakan oleh siswa itu
apabila
sendiri
selalu
pengalamnan baru.
diuji
dengan
(3).
Konstruksi
makna
dipengaruhi oleh pengetahuan yang
5
Konstruksi
memfokuskan perhatian siswa pada
pengetahuan baru merupakan proses
sesuatu yang dikehendaki guru, untuk
yang
membangkitkan lebih banyak lagi
sudah
ada.
(4).
telah
terjadi
secara
menerus.(5).
Proses
pengetahuan
didahului
terus
konstruksi
pertanyaan
oleh
menyegarkan kembali pengetahuan
rasa
( Couriosity) yang
keingintahuan
dapat dirangsang dengan penyajian-
2.
siswa,
untuk
siswa.
4.
Masyarakat
(Learning
belajar
penyajian masalah oleh guru untuk
Community)
dibahas oleh siswa.
Dalam kelas belajar matematika yang
Menemukan (inquiry)
menerapkan
(inquiry)
Menemukan
3.
dari
pembelajaran
kontekstual
merupakan
disarankan
selalu
bagian inti dari kegiatan pembelajaran
melaksanakan pembelajaran dalam
matematika
kelompok belajar dengan siswa yang
berbasis
kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang
heterogen
diperoleh siswa diharapkan berasal
menangkap berada dalam kelompok
dari hal-hal yang mereka temukan
yang agak lambat agar bisa mengajari
sendiri.
temannya yang lemah tadi.
Bertanya (question)
Konsep
Questioning
merupakan
utama
dalam
pada
model
CTL.
Karena
membimbing
cepat
Community
kerjasama
dengan
orang lain.
pertanyaan
menilai
Learning
diperoleh dari
pembelajaran
dan
yang
menyarankan agar hasil pembelajaran
strategi
tersebut berguna untuk mendorong,
misal
5.
Pemodelan (Modeling)
Dalam
metode
pembelajaran
kemampuan siswa. Dalam sebuah
kontekstual model dapat diambil dari
pembelajaran
mana saja.
yang
produktif,
Model dapat dirancang
kegiatan bertanya berguna untuk:
dengan melibatkan siswa.
Menggali
Pada
pemahaman
informasi,
siswa
mengecek
tentang
hakikatnya
seseorang
yang
model
dapat
adalah
dijadikan
matematika ,mengetahui sejauh mana
rujukan bagi siswa dalam bentuk
keingintahuan siswa, mengetahui hal-
penampilan
tokoh,
demontrasi
hal yang sudah diketahui siswa,
6
kegiatan, penampilan hasil karya dan
KESIMPULAN
sebagainya.
6.
Penggunaan
Refleksi (reflection)
Refleksi
sangat
dibutuhkan
dan
merupakan bagian penting dalam
pendekatan
pembelajaran dengan
kontekstual.
Refleksi
merupakan
respon terhadap kejadian, aktifitas,
atau pengetahuan tentang matematika
dasar
juga
yang baru diterima. Refleksi
dapat
berupa
tanya
jawab
tentang kesulitan yang dihadapi dan
pemecahanya,
mengkonstruksi
kegiatan yang telah dilakukan, kesan
siswa selama melakukan kegiatan,
beserta saran dan harapan.
7.
Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment)
Assesment
adalah
pengumpulan
data
proses
yang
bisa
memberikan gambaran perkembangan
belajar matematika siswa. Gambaran
pendekatan
pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and
Learning)
dalam
pembelajaran
matematika dasar untuk anak usia dini
dinilai efektif dikarenakan karaketeristik
dari CTL itu sendiri sesuai dengan
karakter perkembangan anak usia dini
yang dalam tahap perkembangan berfikir
kritis, rasa penasaran dan keingin tahuan
yang besar serta masa-masa penjelajah
yang butuh wadah penyaluran imajinasi
dan cara berfikir mereka yang kreatif.
Didalam pendekatan CTL proses belajar
berlangsung
secara
menyenangkan,
adanya kerjasama yang saling menunjang,
menggunakan berbagi sumber, dan siswa
belajar
dengan
mengalami
langsung.
Sehingga para siswa akan terbiasa untuk
memecahkan
masalah,
menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, siswa
berfikir secara aktif, kritis dan kreatif
perkembangan belajar perlu diketahui
agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami
proses
pembelajaran
dengan benar.
7
DAFTAR PUSTAKA
B. Johnson, Elaine, PH.D. 2002.
Contextual Teaching & Learning.
California: Corwin Press, Inc
Depdiknas. 2002. CTL Pendekatan
Cotextual Teaching and
Learning. Jakarta : Depdiknas
Depdinas. 2006 Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta :
Depdiknas
Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta : Erlangga.
Hildayani,
Rini.
2014.
Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka
Mujiman, Haris. 2009. Manajemen
Pelatihan
Berbasis
Belajar
Mandiri.
Yogyakarta:
Mitra
Cendekia.
Santrock, John W. 2011. Perkembangan
Anak. Jakarta : Erlangga.
Sujiono, Yuliani dkk. 2014. Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka
8