Sistem Akuntansi Di Indonesia doc

Tugas Softskill
Akuntansi Internasional

"Sistem Akuntansi di Indonesia"

Anggota Kelompok 3 :
1.
2.
3.
4.
5.

Fransisca Dwi Karlina
Melia Fras Andini
Melly Nursyifa
Rani Susilawati
Siti Qomariah

22210874
24210339
24210350

25210645
26210612

Universitas Gunadarma
2014

Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya Kami kelompok 3 dapat menyelesaikan
tugas Akuntansi Internasional yang berjudul ‘Sistem Akuntansi di Indonesia’.
Dalam penyusunan tugas ini, Kami mendapat bantuan dan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa Kami mengucapkan
terimakasih.
Disamping itu Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, Kami masih memerlukan bimbingan dari semua pihak yang dapat
membangun motivasi Kami.

Jakarta, 6 April 2014

Daftar Isi

Halaman
Kata Pengantar ..........................................................................................

ii

Daftar Isi ..................................................................................................

iii

Pendahuluan .............................................................................................

iv

A. Sejarah Akuntansi di Indonesia ...................................................

1

B. Perkembangan Akuntansi di Indonesia .......................................

5


a. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang ..................................

7

b. Masa Kemerdekaan ..............................................................

7

C. Standar Akuntansi Internasional di Indonesia .............................

12

D. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan
Akuntansi .....................................................................................

15

E. Macam-macam Akuntansi ...........................................................


16

F. Akuntansi Internasional ...............................................................

18

a. Pengertian Akuntansi Internasional ......................................

18

b. Tujuan Akuntansi Internasional ............................................

18

c. Sejarah Akuntansi Internasional ...........................................

19

d. Kompetisi Global ..................................................................


21

e. Terkait Akuntansi Internasional ............................................

22

G. Pengertian Sistem Akuntansi .......................................................

24

H. Design Sistem ..............................................................................

25

I. Implementasi Sistem ....................................................................

25

J. Sistem Ekonomi ...........................................................................


27

K. Macam-macam Sistem Ekonomi .................................................

28

Pendahuluan

Bukan suatu yang sulit ketika kita mencari orang yang
faham mengenai akuntansi. Akuntansi memang sudah diajarkan
sejak di SMA, bahkan ada yang mendapatkan materi akuntansi
sejak SMP dalam pelajaran keterampilan jasa. Ditingkat
perguruan tinggi, jurusan akuntansi juga bukan jurusan yang sulit
ditemukan. Namun, jika kita melihat kurikulum akuntansi saat ini,
kurikulum yang diadopsi dalam pendidikan akuntansi diberbagai
tingkat, baru mengakomodir materi-materi akuntansi komersial,
sedikit sekali porsi yang diberikan untuk mata kuliah akuntansi
pemerintahan.
Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi
keilmuan, Baswir (1995) mengelompokan akuntansi menjadi 3

bidang, yaitu : akuntansi perusahaan, akuntansi nasional dan
akuntansi pemerintahan. Sedangkan Kusnadi, dkk (1999)
mengelompokan akuntansi menjadi 11 bidang, yaitu : Akuntansi
Keuangan, Pemeriksaan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen,
Akuntansi Perpajakan, Sistem Akuntansi, Akuntansi Anggaran,
Akuntansi Internasional, Akuntansi Non
Profit, Akuntansi Sosial, Instruksi Akuntansi.
Berapapun banyaknya pembagian konsentrasi akuntansi,
sebenarnya hanya bermuara pada 2 kelompok akuntansi, yaitu
akuntansi komersial dan akuntansi pemerintahan. Sebagian
orang mengelompokkannya sebagai akuntansi sektor publik,
tetapi untuk konsistensi bahasa dalam makalah ini penulis hanya
akan menyebutnya dengan istilah akuntansi internasional.

Pemerintah Indonesia belum pernah menerbitkan Standar
Akuntansi Internasional, oleh sebab itu materi yang diberikan
dibangku kuliah diadopsi dari
materi akuntansi Internasional di Amerika Serikat, yang tentu
saja belum tentu cocok digunakan di Indonesia.
Hawa segar mulai muncul ketika akhirnya diterbitkan

Standar Akuntansi Internasional (SAI). Berdasarkan hal-hal
tersebut diatas, tulisan ini mencoba membahas berbagai aspek
yang berhubungan dengan akuntansi internasional.
Dalam bahasan makalah ini akan membahas mengenai
sistem akuntansi yang ada di Indonesia yaitu mengenai
sejarahnya, proses, dan bagaimana akuntansi di Indonesia dalam
Internasional.
Semoga dengan makalah ini dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca akan pembahasan mengenai
sistem akuntansi yang ada di Indonesia.

A. Sejarah Akuntansi di Indonesia
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai
dapat menghitung dan membuat suatu catatan, dengan
menggunakan batu, kayu, bahkan daun. Pada abad ke–15,
terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh
pedagang-pedagang Venesia. Perkembangan perdagangan
ini menyebabkan diperlukannya suatu sistem pencatatan
yang lebih baik sehingga dengan demikian akuntansi mulai
berkembang.

Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya
pengaruh Romawi, pusat perdagangan bergeser ke
Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya, sistem
akuntansi yang telah dikembangkan Romawi juga ikut
berpindah dan digunakan di negara-negara tersebut. Sejak
itu perhitungan rugi laba mulai dibuat secara tahunan yang
kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan
neraca secara rutin pada akhir jangka waktu tertentu.
Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong
berkembangnya akuntansi biayadan konsep penyusutan.
Pada tahun 1930, New York Slock Exchange dan American
Institute of Certified Public Accountant membahas dan
menetapkan prinsip-prinsip akuntansi bagi
perusahaanperusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa
saham.

Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era
penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar
tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan
dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada

tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan
Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta
(Soemarso 1995). Pada era ini Belanda mengenalkan
sistem pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca
Pacioli. Sistem ini diperkenalkan oleh Luca Pacioli bersama
Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk melakukan
pencatatan upah sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal
merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam dua
bagian, yaitu debit dan kredit secara seimbang dan
menghasilkan pembukuan yang sistematis serta laporan
keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini
perusahaan mendapatkan gambaran tentang laba rugi
usaha, kekayaan perusahaan, serta hak pemilik.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan
organisasi komersial utama selama masa penjajahan
memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di
Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat
cepat selama tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini

ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga
pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya
di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong
munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku
yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan
di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang

terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan
Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk
membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan
perusahaan manufaktur (Yunus 1990).
Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia
adalah J.W Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada
tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan
pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan
perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia
pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak
berdirinya Jawatan Akuntan Negara- Government
Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915
(Soermarso 1995).
Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg
yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918.
Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu
kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian
Jawatan Akuntan Pajak- Belasting Accountant Dienst
(Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang
Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik.
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang
akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai
pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal
21 September 1929 (Soemarso 1995). Kesempatan bagi
akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 19421945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.

Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang
berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso
1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan
selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem
akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan
yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda
dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan
akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997). Atas dasar
nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada
akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika.
Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model
Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda,
terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin
meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang
menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan
jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute
Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN)
1990, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera
Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas
Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong
pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model
Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003).
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus
mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga dan
Yunus 1997). Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok
tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap
reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut
berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih
kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar dengan

dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok
tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari investor
asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999).
Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi
akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik
banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis
pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran
sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan
keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif
dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan
pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan satu
lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak
(Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki
kualitas pelaporan keuangan muncul seiring dengan
terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang
dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor.
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta
yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden
Suharto). Bank Duta go public pada tahun 1990 tetapi
gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB
2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua
informasi kepada Bapepam, auditornya atau
underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya,
auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa
pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia
Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber
(1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah
Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki
jika memang pemerintah menginginkan adanya

transformasi pasar modal dari model “ casino ” menjadi
model yang dapat memobilisasi aliran investas jangka
panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah
dan badan berwenang untuk mengeluarkan kebijakan
regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI
mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan,
yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan
Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek
Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk
mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi
akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat
berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang
Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995
pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan
keuangan kedalam Undang-Undang Pasar Modal (Rosser
1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin
meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal
1998, kebangkrutan konglomarat, collapse nya system
perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran
memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan
melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat
yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara
tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi
dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi
(transparency).

B. Perkembangan Akuntansi Di Indonesia
Perkembangan akuntansi di Indonesia, pada mulanya
menganut sistem kontinental, sama seperti yang di pakai
Belanda. Sistem kontinental ini, yang di sebut juga Tata
Buku atau Pembukuan, yang sebenarnya tidak sama
dengan akuntansi, karena Tata Buku (Bookkeeping) adalah
elemen prosedural dari akuntansi sebagaimana aritmatika
adalah elemen prosedural dari matematika.
Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku dengan
Akuntansi, yakni :
a. Tata

Buku

kegiatan

(Bookkeeping):
proses

akuntansi

menyangkut
seperti

kegiatan–
pencatatan,

peringkasan, penggolongan, dan aktivitas – aktivitas lain
yang bertujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi
yang berdasarkan pada data.
b. Akuntansi (Accounting): menyangkut kegiatan–kegiatan
analisis

dan

interprestasi

berdasarkan

informasi

akuntansi.
Pertengahan abad ke–18, terjadi Revolusi Industri di
Inggris yang mendorong pula perkembangan akuntansi.
Pada waktu itu, para manajer pabrik, misalnya ingin
mengetahui biaya produksinya. Dengan mengetahui
berapa besar biaya produksi, mereka dapat mengawasi
efektivitas proses produksi dan menetapkan harga jual.
Sejalan dengan itu, berkembanglah akuntansi dalam
bidang khusus, yaitu akuntansi biaya yang
memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksidan

penyediaan informasi bagi manajemen. Revolusi Industri
mengakibatkan perkembangan akuntansi semakin pesat
sehingga menyebar sampai ke Benua Amerika,
khususnya di Amerika Serikat dan melahirkan sistem
Anglo Saxon.
Seiring perkembangan, selanjutnya tata buku mulai
di tinggalkan orang. Di Indonesia, orang atau
perusahaan semakin banyak menerapkan sistem
akuntansi Anglo Saxon yang berasal dari Amerika, dan
ini di sebabkan oleh :
a. Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara
Indonesia – Belanda yang membuat seluruh pelajar
Indonesia yang sekolah di Belanda di tarik kembali dan
dapat melanjutkan kembali studinya di berbagai Negara
(termasuk Amerika), terkecuali negara Belanda.
b. Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam
kegiatan

pengembangan

akuntansi

menyelesaikan

pendidikannya di Amerika, dan menerapkan system
akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem ini
lebih dominan di gunakan daripada sistem Kontinental /
Tata buku di Indonesia.
c. Dengan

adanya

sistem

akuntansi

Anglo

Saxon,

Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia membawa
dampak positif terhadap perkembangan akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara
tata buku dan akuntansi, yaitu :
-Istilah ‘perkiraan’, menjadi ‘akun’;
-Istilah ‘neraca laju’, menjadi ‘kertas kerja’ ;

-dan lain – lain.
Di Indonesia, Komite Prinsip Akuntansi (KPA)
merumuskan Standar Akuntansi untuk di sahkan oleh
Pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan berfungsi untuk
menyesuaikan dan menyusun laporan keuangan yang
di keluarkan oleh pihak ekstern. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi, hubungan dagang
antarnegara pada masa – masa kerajaan di masa lalu
seperti Majapahit, Mataram, Sriwijaya, menjadi pintu
masuk akuntansi dari negara lain ke Indonesia.
Meskipun demikian, belum terdapat penelitian yang
memadai mengenai sejarah akuntansi di Indonesia.
Masa perkembangan akuntansi di Indonesia secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad
ke-16 awalnya untuk berdagang, kemudian Belanda
membentuk perserikatan maskapai Belanda yang
dikenal dengan Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC). Pada tahun 1602, terjadi peleburan 14
maskapai yang beroperasi di Hindia Timur, yang
selanjutnya di tahun 1619 membuka cabang di
Batavia dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Perjalanan VOC ini berakhir pada tahun 1799 dan
setelah VOC dibubarkan, kekuasaan diambil alih oleh
Kerajaan Belanda. Sejak masa itulah mulai tumbuh
perusahaan - perusahaan Belanda di Indonesia.
Catatan pembukuan saat itu menekankan pada

mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik
dagang yang semata-mata untuk kepentingan
perusahaan Belanda. Pada masa ini, sektor us aha
kecil dan menengah umumnya dikuasai oieh
masyarakat Cina, India, dan Arab yang praktik
akuntansinya menggunakan atau dipengaruhi oieh
sistem dari negara mereka masing-masing. Pada
masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945,
system akuntansi tidak banyak mengalami
perubahan, yaitu tetap menggunakan pola Belanda.
b. Masa Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia
mengikuti sejarah masa lampau dari masa kolonial
Belanda, maka sistem akuntansinya mengikuti
akuntansi Belanda yang dikenal dengan Sistem Tata
Buku. Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem
akuntansi atau hanya merupakan metode
pencatatan. Setelah masa penjajahan Belanda
berakhir dan masuk ke dalam masa kemerdekaan,
banyak perusahaan milik Belanda yang
dirasionalisasi yang diikuti pula dengan masuknya
berbagai investor asing, terutama Amerika Serikat.
Para investor tersebut memperkenalkan system
akuntansi Amerika Serikat ke Indonesia.

Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di
Indonesia.

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin
menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam
komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah,
menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar

akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah
satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi
tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai
sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu
menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya.
Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi
keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak
diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu
tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya
dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan
pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI
pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga
tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya
pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu
merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun
1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara
mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya
alam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994,

IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan
melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994,
IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi
dengan standar akuntansi internasional dalam
pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan
dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi
dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam
rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan
dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Dalam
perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus
direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak
tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu
pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1
April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku
”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini
di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi
sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK
baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini
terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat
menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik,
maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal
bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia
Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan
GAAS yang dibentuk pada tahun 1973.

Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI
telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI
sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel
yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI
diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(Komite SAK). Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 2324 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali
menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan
mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah
dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan
Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite
Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober
2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan
PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi
syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK
yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar
profesi akuntan, yang mewakili para pengguna,
merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan
pengembangan SAK di Indonesia.
Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa
perkembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia
yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK, kronologis
kejadian dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut :
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk
Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk
menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian

dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
(Terjadi pada periode 1973-1984). Komite PAI melakukan
revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984).
Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai
suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia
dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar
akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas
standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35
pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian
besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
(Terjadi pada periode 1984-1994) Ada perubahan
Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak
tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar
Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International
Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun
standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun
1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan
standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan
konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US
GAAP dan lainnya dibuat sendiri. (Terjadi pada periode
1994-2004). Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak
tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan,
baik berupa penyempurnaan maupun penambahan
standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali
yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April
2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007,
dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI
(Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa

konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun
2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua
standar IFRS pada tahun 2008.
Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah.
Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru
mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar. (terjadi
pada periode 2006-2008)

C. Standar Akuntansi Internasional di Indonesia
Berikut adalah perkembangan standar akuntansi
Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang
menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan
Indonesia, 2008) di Indonesia selama dalam penjajahan
Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai.
Indonesia memakai standar (Sound Business Practices)
gaya Belanda sampai Thn. 1955 : Indonesia belum
mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang
standar keuangan.
a. Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi
Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan
prinsip Akuntansi.
b. Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan
menjadi standar Akuntansi.
c. Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia
mengikuti

standar

yang

bersumber

dari

IASC

(International Accounting Standart Committee)
d. Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC

/ IFRS.
e. Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS
akan dapat diselesaikan.
f. Tahun 2012 : ikut IFRS sepenuhnya?
Asas Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat
ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally
Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa
pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya
harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini
sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian
(harmonisasi). Di era globalisasi saat ini menuntut
adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat
diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau
diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar
akuntansi internasional. Namun proses harmonisasi ini
memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya
tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada
tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan antara
perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional
yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar
negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip
akuntansi.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi
banyak investor untuk memasuki pasar modal di seluruh
dunia, Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila
perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip
pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika
memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAKnya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut
melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.

Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam
standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan
laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas
tinggi, persyaratan akan item item pengungkapan akan
semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin
tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat
akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan,
laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi
yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan
akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan
informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas,
pendapatan dan beban perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa
Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai
berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara
keseluruhan atau full adoption. Diharapkan Indonesia
sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus
untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan
pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai
sejauh mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam
Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi
yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian
(harmonisasi), dan manfaat bagi perusahaan yang
mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian
Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan
Indonesia untuk mengadopsi IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard)
adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur
keungan global dan mencari solusi jangka panjang
terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.

Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan
interim perusahaan untuk periode-periode yang
dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
a. Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan
dapat

dibandingkan

sepanjang

periode

yang

memadai

untuk

disajikan.
b. Menyediakan

titik

awal

yang

akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
c. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi
manfaat untuk para pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang
dalam proses konvergensi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards(IFRS) yang
dikeluarkan oleh IASB (International Accounting
Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan
dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke
depan akan selalu mengacu pada standar akuntansi
internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS
sebagai standar akuntansi domestik : Keuntungan
harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002)
adalah:
1.

Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,

2.

Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang,

3.

Mempermudah transfer informasi kepada karyawan
serta mempermudah dalam melakukan training
pada karyawan,

4.

Meningkatkan

perkembangan

pasar

modal

domestik menuju pasar modal internasional,
5.

Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif
dan operasional yang berguna untuk menjalankan
bisnis serta mempermudah dalam pengelolaan
hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan
pihak lain.

Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan
berbicara dengan bahasa akuntansi yang sama, hal ini
akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang cabang perusahaannya
yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan
kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan
keputusan. Dengan mengadopsi IFRS juga berarti
meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam
interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses
akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja
perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing
lainnya secara global, apalagi dengan semakin
meningkatnya persaingan global saat ini. Akan menjadi
suatu kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat
diperbandingkan secara global, yang berarti kurang
mampu dalam menarik modal dan menghasilkan
keuntungan di masa depan.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi
internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang
akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun
demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu
bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman
dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah
melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi, dan

selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar
internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi
internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik.
Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan
perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya
nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada
perusahaan dari luar negeri ingin menjual saham di
Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan
perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam
menyusun laporan.

D. Faktor

Lingkungan

yang

Berpengaruh

Terhadap

Pengembangan Akuntansi
Telah banyak yang menyatakan bahwa akuntansi
dipengaruhi oleh lingkungannya dan sebaliknya akuntansi
juga mempengaruhi lingkungannya. Pada pokoknya, tesis
ini menyiratkan bahwa inovasi dan perkembangan
akuntansi dipicu oleh faktor-faktor non-akuntansi. Standarstandar akuntansi muncul ke permukaan setelah banyak
akuntan mengalami tuntutan hukum, LIFO ditimbulkan oleh
kondisi-kondisi inflasi, dan banyak pengungkapanpengungkapan keuangan yang merupakan konsekuensi
dari pasar modal publik.
Kondisi-kondisi lingkungan yang diharapkan
mempengaruhi penentuan standar akuntansi, meiliputi:
1.

Relativisme budaya, dengan cara bagaimana konsepkonsep akuntansi yang ada di setiap negara seunik ciri

budaya negara tersebut.
2.

Relativisme

linguistik,

dengan

cara

bagaimana

akuntansi sebagai suatu bahasa dengan karakteristik
leksikal
perilaku

dan

gramatikalnya

linguistik

dan

akan

mempengaruhi

non-linguistik

dari

para

penggunanya.
3.

Relativisme politik dan sipil, dengan cara bagaimana
konsep

akuntansi

yang

ada

di

setiap

negara

didasarkan pada konteks keadaan politik dan sipil
negara tersebut.
4.

Realtivisme ekonomi dan demografi, dengan cara
bagaimana konsep akuntansi yang ada di setiap
negara

didasarkan

pada

konteks

ekonomi

dan

demografi di negara tersebut.

E. Macam-macam Akuntansi
a. Akuntansi Keuangan
Akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi
keuangan. Hasil akhir akuntansi keuangan adalah Laporan
Laba/rugi, Laporan perubahan modal, neraca, Laporan
perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan
keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan harus
sesuai dengan prisip akuntansi yang berterima umum.

b. Akuntansi Manajemen
Akuntansi yang memberikan informasi baik keuangan
(kuantitatif) maupun bukan keuangan (kualitatif), untuk
kepentingan manajemen. perusahaan. Bidang ini

bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan
pengendalian operasi perusahaan.
c. Akuntansi Biaya
Akuntansi keuangan yang hanya menyajikan sebagian
elemen dari laporan laba atau rugi.
d. Akuntansi pemerintah
Penyajian laporan transaksi yang dilakukan oleh
pemerintah.
e. Akuntansi Perpajakan
Akutansi yang mengkhususkan pada penyiapan data yang
diperlukan untuk perhitungan pajak.
f. Akuntansi Anggaran
Akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan rencana
pengeluaran perusahaan dan membandingkannya dengan
pengeluaran aktual.

Profesi di bidang akuntansi di sebut akuntan.
Macam-macam akuntan dan tugasnya, menurut UU No.34 th.
1945 :
a. Akuntan Privat/Intern/Manajemen
Adalah akuntan yang bekerja dalam suatu
perusahaan/organisasi tertentu, bertugas menjalankan
fungsi akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen.
b. Akuntan Publik (Extern)
Adalah akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan
secara bebas (indepeden) terhadap laporan keuangan

perusahaan dan organisasi lain. Hasil laporan keuangan
dinyatakan dalam laporan akuntansi yang berisi pendapat
tentang kewajaran atau kelayakan laporan keuangan yang
diperiksanya.

Tugas selain pemeriksaan adalah :
- Konsultasi perencanaan dan pelaporan pajak
- Penyusunan anggaran
- Penyusunan system akuntansi
- Penyusunan system akuntansi
- Penyususnan laporan keuangan
c. Akuntan Pemerintah
Adalah akuntan yang bekerja di lembaga pemerintahan,
misalnya : di BPK, Dirjen pajak, BPKP, Departemen
keuangan dan lain-lain.
Tugasnya adalah mengawasi keuangan dan kekayaan
negara sampai pengelolaan keuangan dan kekayaayan
negara.
d. Akuntan Pendidik
Akuntan yang bekerja di lembaga pendidikan untuk
mengajarkan, melakukan riset dan mengembangakan
pengetahuan akuntansi.

F. Akuntansi Internasional
a. Pengertian Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional adalah akuntansi untuk
transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip
akuntansi di negara-negara yang berlainan dan
harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.
Perkembangan akuntansi internasional sekarang ini
semakin pesat dan perhatian profesi akuntan pun
terhadap masalah ini semakin besar.
b. Tujuan Akuntansi Internasional :
a. Mengidentifikasi sejarah perkembangan
akuntansi internasional
b. Memperkenalkan

berbagai

perbedaan

nasional

dalam sistem akuntansi di dunia
c. Meringkas evolusi bisnis sampai zaman modern
d. Membahas pentingnya dimensi akuntansi dalam
bisnis

global

dan

topik-topik

penting

yang

membentuk akuntansi internasional.
c. Sejarah Akuntansi Internasional
Pada abad 14 dan 15 Italia menggunakan system
Double bookkeeping entry . Sistem Double bookeeping
Entry mempengaruhi kepentingan bisnis negara Inggris
dan koloninya . Kemudian pada zaman Fugger dan
Kelompok Hanseatik beralih ke Jerman dari ‘Pembukuan
Ala italia’. Para filsuf bisnis Belanda mempertajam cara
menghitung pendapatan. Di abad 15 aparat pemerintah
Perancis menemukan keuntungan dan diterapkan dalam
system perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.

Tahun 1850 di Skotlandia terbentuk suatu komunitas
profesi akuntan public. Tahun 1870 di Inggris juga lahir
suatu komunitas profesi akuntan public. Dari Inggris
praktek akuntansi menyebar ke seluruh Amerika Utara
dan wilayah persemakmuran. Sistem akuntansi Belanda
masuk ke Indonesia. Sistem akuntansi Perancis
menemukan tempatnya di Polinesia dan Afrika. Sistem
akuntansi Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia dan
Rusia. Setelah PD-II, sistem akuntansi semakin pesat
tumbuh di dunia barat, terutama Jerman dan Jepang.
Abad ke-20 Akuntansi tumbuh di Amerika Serikat dan
menjadi suatu disiplin ilmu di Universitas.
Perkembangan tersebut meliputi hal-hal berikut ini :


Sekitar abad ke-16 terjadi beberapa perubahan di
dalam teknik-teknik pembukuan. Perubahan yang
patut

dicatat

adalah

diperkenalkan

jurnal-jurnal

khusus untuk pencatatan berbagai jenis transaksi
yang Berbeda


Pada abad ke-16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik
laporan keuangan periodik. Sebagai tambahan lagi,
di abad ke-17 dan abad ke-18 terjadi evolusi pada
personifikasi dari seluruh akun dan transaksi, sebagai
suatu usaha untuk merasionalisasikan aturan debit
dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang
tidak pasti hubungannya dan abstrak.



Penerapan

sistem

pencatatan

berpasangan

juga

diperluas ke jenis-jenis organisasi yang lain.


Abad ke-17 juga mencatat terjadinya penggunaan
akun-akun persediaan yang terpisah untuk jenis

barang yang berbeda.


Dimulai dengan East India Company di abad ke-17
dan selanjutnya diikuti dengan perkembangan dari
perusahaan tadi, seiring dengan revolusi industri,
akuntansi mendapatkan status yang lebih baik, yang
ditunjukkan

dengan

adanya

kebutuhan

akan

akuntansi biaya, dan kepercayaan yang diberikan
kepada

konsep-konsep

mengenai

kelangsungan,

periodisitas, dan akrual.


Metode-metode

untuk

pencatatan

aktiva

tetap

mengalami evolusi pada abad ke-18.


Sampai dengan awal abad ke-19, depresiasi untuk
aktiva tetap hanya diperhitungkan pada barang
dagangan yang tidak terjual.



Akuntansi biaya muncul di abad ke-19 sebagai
sebuah hasil dari revolusi industri.



Pada

paruh

terakhir

dari

abad

ke-19

terjadi

perkembangan pada teknik-teknik akuntansi untuk
pembayaran dibayar di muka dan akrual, sebagai
cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan
dari laba periodik.


Akhir abad ke-19 dan ke-20 terjadi perkembangan
pada laporan dana.



Di abad ke-20 terjadi perkembangan pada metodemetode akuntansi untuk isu-isu kompleks, mulai dari
perhitungan

laba

per

saham,

akuntansi

untuk

perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa
jangka panjang dan pensiun, sampai kepada masalah
penting dari akuntansi sebagai produk baru dari
rekayasa keuangan (financial engineering).

Akuntansi untuk transaksi antar negara,
pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negaranegara yang berlainan dan harmonisasi standar
akuntansi di seluruh dunia adalah definisi Akuntansi
Internasional menurut Iqbal, Melcher dan Elmallah
(1997:18) selain itu ada 3 bidang lain yang luas yaitu:
a. Pengukuran (Measurements)
Membantu dalam proses mengidentifikasi,
mengelompokkan dan menghitung aktivitias dan
transaksi, memberikan masukan mendalam
mengenai profitabilitas, operasi dan kekuatan posisi
keuangan perusahaan.
b. Pengungkapan (Disclosure)
Proses dimana pengukuran akuntansi
dikomunikasikan kepada para pengguna laporan
keuangan dan digunakan dalam pengambilan
keputusan atau proses mengkomunikasikan kepada
para pengguna.
c. Auditing (Auditing)
Proses dimana para kalangan professional akuntansi
khusus (auditor) melakukan atestasi (pengujian)

terhadap keandalan proses pengukuran dan
komunikasi.

d.

Kompetisi Global
Salah satu pentingnya akuntansi internasional
adalah fenomena kompetisi global. Penentuan acuan
(benchmarking), suatu tindakan untuk
membandingkan kinerja satu pihak dengan suatu
standar yang memadai, bukanlah hal yang baru. Hal
yang baru adalah standar perbandingan yang kini
melampaui batas-batas nasional.
Dalam penentuan acuan terhadap pesaing
internasional, seseorang harus berhati-hati untuk
memastikan bahwa perbandingan yang dilakukan
memang benar-benar dapat dibandingkan. Sebagai
contoh, alat ukur kinerja yang sering digunakan
adalah pengembalian atas ekuitas (Return on
Equity).
Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin

cepat dan sangat bervariasi. Bidang-bidang yang dahulu
tidak di bayangkan sebagai sektor usaha sekarang
menjadi sektor besar. Bunga Bank yang tinggi mendorong
orang mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan
permodalannya, persaingan antar perusahaan semakin
meningkat dengan dibarengi berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam
menghadapi itu semua para pengelola perusahaan sangat
membutuhkan informasi akuntansi dalam rangka
pengambilan keputusan. Akuntansi mengalami

perkembangan yang sangat pesat seiring dengan tumbuh
dan berkembangnya bisnis surat-surat berharga
khususnya bisnis saham di pasar modal.
Masyarakat Amerika sudah mengenal bisnis tersebut
sejak tahun 1900 (Belkaoui, 2007). Dalam bertransaksi,
baik para investor maupun calon investor telah
menggunakan informasi keuangan perusahaan sebagai
salah satu pedoman dalam membuat prediksi-prediksi dan
untuk mengambil keputusan bisnis, yaitu investasi dalam
surat-surat berharga, khususnya dalam saham.
Perkembangan positif yang terjadi terhadap bisnis saham
di pasar modal Amerika juga menunjukkan bahwa
kebutuhan perusahaan akan modal juga meningkat
seirama dengan perkembangan pasar.
Perkembangan ini sekaligus menunjukkan bahwa pasar
modal memegang peranan penting dalam perekonomian
suatu negara khususnya Amerika pada era tersebut.
Disamping itu, juga berarti bahwa kebutuhan dan peran
informasi akuntansi menjadi semakin penting.

e. Terkait Akuntansi Internasional
Perkembangan yang cepat dalam transportasi dan
komunikasi membuat dunia menjadi tanpa batas
hingga mewujudkan apa yang dinamakan “global
village”. Ditambah dengan ditandai pertumbuhan
perdagangan internasional dan pertukaran bisnis
lainya diantara berbagai negara mempengaruhi
kehidupan kita. Umumnya, perkembangan ini
membawa dampak berbagai kebiasaan, dan praktek

yang sama. Dalam kegiatan bisnis khusus telah
mendukung keinginan untuk meng-harmonisasikan
standar akuntansi diantara berbagai negara
tersebut.Harmonization menunjukkan derajat
koordinasi atau kesamaan diantara berbagai set
variasi standar akuntansi nasional dan metode serta
format pelaporan keuangan. (Meek et. al dalam Wolk
& Tearney, 1992; 577).
Salah satu faktor yang mendasari perlunya mengharmonisasikan standar akuntansi internasional
adalah adanya peningkatan kepentingan dari
berbagai perusahaan multinational. Kesamaan secara
umum dalam satandar akuntansi dan prosedur
akuntansi akan memfasilitasi/memudahkan
koordinasi diantara perusahaan multinational.
Sebagai contoh, laporan keuangan konsolidasi akan
mudah disajikan jika perangkat akuntansi yang
tersedia applicable untuk perusahaan multinational
tersebut. Konsekuensi dari MNCs tersebut maka
profesi akuntan publik pun ikut mendunia, banyak
firma-firma akuntan publik berpraktek diseluruh
dunia. Akhirnya pembiayaan antar negara meningkat
ditandai dengan bergairahnya pasar-pasar modal
antar berbagai negara.
Donna L. Street et. al (2000), dalam penelitiannya di
Amerika, menyatakan bahwa adanya program dari
IOSCO (International Organization of Securities
Commissions) bagi pasar modal-pasar modal untuk
menggunakan standar akuntansi internasional (IAS),
memberikan secara signifikan konteks global dari

pasar modal Amerika dan memaksanya untuk
melakukan rekonsiliasi (penyesuaian) antara GAAP
dengan IAS. Hal itu dimaksudkan agar dalam praktek
akuntansinya mudah dipahami oleh Securities
exchange commission (SEC) dengan tujuan konteks
global dari pasar modal Amerika. Bagaimana dengan
Indonesia?
Zubaidur Rahman, (2000) dalam papernya
menyatakan bahwa semua negara yang ada di
kawasan Asia Timur semuanya telah memiliki standar
akuntansi nasional yang semuanya diadopsi atau
disusun berdasarkan standar akuntansi internasional
(IAS), tetapi pada kenyataannya laporan keuangan
yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang ada
di negara-negara Asia Timur tersebut jauh panggang
dari api, sejak di perbandingkan, mereka kurang
memperhatikan mekanisme dari standara akuntansi
nasionalnya di rekonsialiasikan dengan standar
akuntansi internasional.

G. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk
mencatat dan melaporkan informasi keuangan yang
disediakan bagi perusahaan atau suatu organisasi bisnis .
Sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan besar
sangat kompleks. Kompleksitas sistem tersebut disebabkan
oleh kekhususan dari sistem yang dirancang untuk suatu
organisasi bisnis sebagai akibat dari adanya perbedaan

kebutuhan akan informasi oleh manajer, bentuk dan jalan
transaksi laporan keuangan.
Sistem akuntansi terdiri atas dokumen bukti transaksi,
alat-alat pencatatan, laporan dan prosedur yang digunakan
perusahaan untuk mencatat transaksi-transaksi serta
melaporkan hasilnya. Operasi suatu sistem akuntansi
meliputi tiga tahapan:
a. Harus

mengenal

dokumen

bukti

transaksi

yang

digunakan oleh perusahaan, baik mengenai jumlah fisik
mupun jumlah rupiahnya , serta data penting lainnya
yang berkaitan dengan transaksi perusahaan.
b. Harus

mengelompokkan

dan

mencatat

data

yang

tercantum dalam dokumen bukti transaksi kedalam
catatan-catatan akuntansi.
c. Harus meringkas informasi yang tercantum dalam
catatan-catatan
untuk

akuntansi

manajemen

dan

menjadi

laporan-laporan

pihak-pihak

lain

yang

berkepentingan.

H. Desain system
Sistem akuntansi harus dirancang untuk memenuhi
spesifikasi informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan,
asalkan informasi tersebut tidak terlalu mahal. Dengan
demikian, pertimbangan utama dalam merancang system
akuntansi adalah keseimbangan antara manfaat dan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi tersebut.
Agar efektif, laporan yang disajikan oleh sistem
akuntansi harus dibuat secara tepat waktu, jelas dan
konsisten. Laporan yang disajikan dengan pengetahuan

dan kebutuhan pemakai agar dapat digunakan sebagai
pertimbangan di dalam pengambilan keputusan.
Desainer (perancang) sistem harus memiliki
pengetahuan untuk membedakan sistem akuntansi dan
metode pemrosesan data baik pemrosesan data secara
manual maupun dengan menggunakan komputerisasi.
Kemampuan untuk membedakan pemrosesan transaksi
secara manual dan komputer cukup penting, karena pada
organisasi bisnis tertentu tidak semua transaksi dapat di
proses dengan komputer dan kemampuan desainer sistem
dalam mengevaluasi alternatif-alternatif yang
dipertimbangkan pengetahuan akan prinsip-prinsip dasar
sistem akuntansi. Singkatnya, prinsip dasar yang
terkandung dalam system akuntansi yang baik
kemungkinan besar sistem yang dirancang pada
perusahaan tertentu akan mengalami kesulitan ketika
diterapkan.

I. Implementasi system
Implementasi sistem bukan hanya merupakan
tanggung jawab personel yang ada pada bagian tertentu,
tetapi semua personel harus bertanggung jawab terhadap
pengoperasian sistem. Pengoperasian sistem harus secara
hati-hati dan selalu dilakukan supervisi atas system
tersebut sebelum dioperasikan sepenuhnya.

Buku Besar Pembantu

Buku ini biasa juga disebut buku tambahan. Buku pembantu ini
disediakan untuk rekening-rekening buku besar yang
membutuhkan perincian, misalnya: piutang dagang, utang
dagang dan persediaan barang dagangan. Dari buku pembantu
ini dapat disusun daftar mengenai rekening yang bersangkutan
pada setiap tanggal yang dikehendaki (biasanya akhir bulan atau
akhir tahun ).

Jurnal Khusus
Sesuai dengan namanya, jurnal khusus adalah jurnal yang
digunakan khusus untuk mencatat kelompok transaksi - transaksi
yang sejenis. Pengelompokkan transaksi - transaksi yang sejenis
bergantung pada aktivitas perusahaan yang bersangkutan.
Meskipun telah disediakan jurnal-jurnal khusus, perusahaan tetap
membutuhkan jurnal
umum yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi yang
tidak dapat dicatat di dalam jurnal khusus, dan juga untuk
keperluan membuat jurnal penyesuaian, jurnal
penutupan dan koreksi pembukuan. Format dan cara pemakaian
jurnal-jurnal khusus berbeda dengan jurnal umum. Perubahan
tersebut dimaksudkan agar pengerjaan
jurnal dan pembukuan dari jurnal ke buku besar dapat dilakukan
secara lebih efisien. Berikut adalah beberapa jurnal khusus yang
biasa digunakan:
a. Jurnal Penjualan merupakan jurnal yang khusus digunakan
untuk mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan secara
kredit. Penjualan secara tunai biasanya tidak dimasukkan

dalam jurnal ini karena dalam transaksi penjualan tunai
terjadi penerimaan kas, sehingga penjualan tunai biasanya
dicatat dalam jurnal penerimaan kas.
b. Jurnal Penerimaan Kas me

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5