Prinsip Dasar Information Economics .

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

EKOJI999 Nomor

112, 29 Desember 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Prinsip Dasar Information Economics
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu

Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.

HALAMAN 1 DARI 6



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Dalam  paradigma  moderen,  manfaat  implementasi  teknologi  informasi  kerap  dikaitkan 
dengan konsep value  dalam bisnis.  Hal  ini disebabkan karena  lebarnya  spektrum dari  value 
yang dimaksud,  dari  yang  sifatnya tangible  menuju intangible  sampai  dengan  yang  sifatnya 
quanti�iable  menuju unquanti�iable.  Marilyn Parker,  Robert  Benson,  dan Trainor  merupakan 
salah  seorang  praktisi  teknologi  informasi  yang  melakukan  terobosan  melalui  teori 
”information economics”‐nya  sebagai  salah  satu cara yang hingga  saat ini  dinilai  ”terakurat” 
dalam kaitannya dengan proses analisa biaya dan manfaat implementasi teknologi informasi.
Konsep  value  dalam  information  economics  dianggap  sebagai  perluasan  dari  indikator 
semacam  ROI,  IRR,  dan  lain  sebagainya  melalui  penambahan  unsur  manfaat  seperti:  value 
linking, value acceleration, value restructuring, dan innovation (Parker, 1988).

Sumber: Parker et.al., 1987

Value Linking  adalah manfaat yang diperoleh berupa peningkatan kinerja satu atau sejumlah 
fungsi  bisnis  atau  organisasi  karena  adanya  implementasi  teknologi  informasi.  Katakanlah 
fungsi  back of�ice  atau administrasi  yang tadinya sarat dengan pengeluaran untuk keperluan 
alat‐alat  kantor  dapat  secara  signi�ikan  dikurangi  karena  diimplementasikannya  konsep 

paperless  of�ice  atau  electronic  document  management  system.  Atau  semakin  meningkatnya 
kompetensi  sumber  daya  manusia  perusahaan  karena  organisasi  membangun  dan 
menerapkan konsep computer based  training.  Atau sebuah perguruan tinggi  yang meningkat 
knowledge  base  dan  potential  revenue  source‐nya  karena  menerapkan  konsep  e‐learning. 
Manfaat yang diperoleh sebagai dampak diimplementasikannya teknologi informasi ini harus 
diperhitungkan dalam melakukan kajian atau analisa cost‐bene�it.

Value  Acceleration  berkembang  sebagai  konsekuensi  logis  dari  nature  atau  karakteristik 
teknologi  yang  memiliki  dimensi  ”kecepatan”  atau mempercepat  terciptanya  suatu  manfaat 
bagi organisasi semacam perusahaan. Lihatlah bagaimana fungsi pada ATM (Automated Teller 
Machine)  dapat  memberikan  kinerja  pelayanan  jauh  lebih  cepat  dibandingkan  dengan 
traditional teller atau customer service  dalam hal‐hal  semacam mentransfer dana,  mengambil 
tunai,  menabung,  membayar  tagihan,  dan  lain  sebagainya.  Selain fungsi  operasional,  secara 
strategis  pun  keberadaan  teknologi  informasi  dapat  memberikan  manfaat  dalam  dimensi 
kecepatan yang  tinggi,  seperti  dalam  hal:  pembukaan ”kantor  cabang baru” (secara virtual), 
pengembangan  pasar  secara  internasional  (melalui  internet),    peningkatan  frekuensi  dan 
transaksi perdagangan (e‐commerce atau e‐business), dan lain sebagainya. 

Value  Restructuring  merupakan  manfaat  langsung  maupun  tidak  langsung  yang  dinikmati 
perusahaan  karena  terjadinya  sejumlah  restrukturisasi  proses  bisnis.  Restrukturisasi  yang 

dimaksud  terjadi  ketika  sejumlah  rangkaian  proses  yang  terjadi  di  perusahaan  didesain 
kembali  secara lebih ramping  sebagai  dampak  dilibatkannya  perangkat  teknologi  informasi 
HALAMAN 2 DARI 6



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

dan  komunikasi  di  dalam  bisnis.  Paling  tidak  terdapat  4  (empat)  cara  melakukan 
restrukturisasi  proses,  yaitu  melalui:  eliminasi  proses,  simpli�ikasi  proses,  integrasi  proses, 
dan  otomatisasi  proses.  Dengan  melakukan satu atau le bih cara tersebut,  jelas  akan terlihat 
peningkatan kinerja proses bisnis yang ada di dalam organisasi.
Innovation yang dimaksud dalam kerangka ini adalah kemampuan teknologi informasi dalam 
membantu  melahirkan  produk‐produk  dan  jasa‐jasa  baru  yang  dapat  ditawarkan  ke  pasar. 
Lihatlah  bagaimana  teknologi  semacam  SMS  (Short  Message  Services)  telah  mampu 
mengembangkan beragam  pasar  baru  karena  kemampuannya  melahirkan  sejumlah  produk 

atau  jasa  yang  sebelumnya  tidak  pernah  terpikirkan,  seperti:  membeli  pulsa  telepon, 
melakukan  jajak  pendapat,  memesan  tiket  pesawat,  bermain  game  interaktif,  dan  lain 
sebagainya.  Tentu  saja  hal  ini  memberikan  manfaat  yang sangat  signi�ikan  bagi  perusahaan 
yang berhasil menerapkannya. 

Sumber: Parker et.al., 1987

Dalam  perspektifnya  tersebut,  Parker  berpendapat  bahwa  value  yang  bersangkutan  akan 
dapat  ditemukan  dan  dide�inisikan  secara  cermat  jika  dilakukan  pengkajian  terhadap  dua 
domain  utama,  yaitu:  domain  bisnis  dan  domain  teknologi.  Untuk  dapat  memahami 
bagaimana  kedua  domain  tersebut  berinteraksi,  perlu  dikembangkan  sebuah  kerangka 
pemahaman tertentu. Hubungan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Setiap  perusahaan  yang  berbisnis  pasti  memiliki  atau  menyusun  apa  yang  disebut  sebagai 
Business  Plan  atau rencana bisnis.  Rencana  ini  dibuat  sebagai  acuan pimpinan dan segenap 
karyawan  perusahaan  dalam  menjalankan  usahanya,  disamping  sebagai  sebuah  bahasa 
bersama antara pimpinan perusahaan tersebut dengan pemegang saham atau pemilik usaha. 
Berdasarkan visi,  misi,  obyektif,  dan sasaran yang dikemukakan dalam  rencana  bisnis  itulah 
maka  perusahaan menyusun strategi  operasionalnya  sehari‐hari.  Hal  yang  utama  dilakukan 
adalah  mendesain  rangkaian  proses  bisnis  terkait  dengan  penciptaan  produk  dan  jasanya 
serta membentuk sebuah struktur organisasi yang dinilai paling efektif dan e�isien.

Untuk  mendesain  sebuah  proses  bisnis  dengan  kinerja  yang  prima  –  dalam  arti  kata  lebih 
cepat,  lebih  murah,  dan  lebih  baik  dibandingkan  dengan  para  pesaing  bisnis  yang  lain  – 
dilibatkanlah  teknologi  informasi.  Oleh  karena  itu,  perlu  dikembangkan  sebuah  arsitektur 
sistem  informasi  yang  dapat  menjawab  tantangan  usaha  tersebut.  Seperti  yang  telah 
dikemukakan  sebelumnya,  perkembangan teknologi  informasi  yang  sedemikian  cepat  tidak 
saja  merupakan  tantangan  tertentu  bagi  perusahaan,  namun  lebih  jauh  lagi  dapat 
menciptakan  sejumlah  peluang  bisnis  baru  yang  tidak  pernah  terpikirkan  sebelumnya. 
HALAMAN 3 DARI 6



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Peluang  baru  inilah  yang  secara  interaktif  akan  mempengaruhi  rencana  bisnis  yang  telah 
disusun sebelumnya untuk kemudian direvisi.


Sumber: Parker et.al., 1987

Secara  pemahaman  rule  of  thumb,  kedua  domain  tersebut  dapat  dipisahkan  karena adanya 
hubungan dimana domain atau perspektif bisnis  dikaitkan dengan aspek manfaat, sementara 
domain teknologi dianggap yang berkontribusi terhadap aspek biaya.

Sumber: Parker et.al., 1988

Oleh karena  itulah  maka  ”keseimbangan”  di  antara  dua domain ini  perlu  dijaga  secara  hati‐
hati agar hasil akhirnya bukanlah merupakan kerugian bagi perusahaan.

HALAMAN 4 DARI 6

Sumber: Parker et.al., 1987


(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Jika  kedua  domain  tersebut  dianggap  sebagai  sebuah  neraca  usaha,  maka  akan  diperoleh 
hubungan  antara  kedua  domain  terkait  berupa  siklus  sebagai  berikut.  Bisnis  akan 
memperoleh sebuah value  apabila  menerapkan aplikasi  teknologi  informasi  tertentu.  Tentu 
saja  teknologi  terkait  akan  membutuhkan  biaya  investasi  dan  operasional  yang  akan 
dibebankan  kepada  bisnis  tersebut.  Namun  biaya  tersebut  bukanlah  merupakan  alokasi 
�inansial  yang  hilang  atau  sia‐sia  karena  akan  ”menggerakkan” aplikasi  teknologi  informasi 
yang dimaksud untuk  menciptakan  sejumlah atau beragam  value yang  akan  mendatangkan 
sumber  pendapatan  baru  bagi  bisnis,  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung.  Untuk 
melakukan  perhitungan  terhadap  value  maupun  biaya  investasi  tersebut  perlu  dilibatkan 
berbagai pihak  di dalam perusahaan,  seperti: para manajer,  direktur keuangan,  kepala  divisi 
perencanaan,  penanggung  jawab manajemen sistem informasi,  dan lain sebagainya.  Ada dua 
tugas  besar  yang harus  mereka jalankan  terkait  dengan  pengkajian cost‐bene�it  ini,  masing‐
masing  adalah  menentukan  besarnya  manfaat  atau  value  dari  sejumlah  perencanaan 
implementasi  aplikasi  teknologi  informasi  yang  ada,  untuk  kemudian  menyusun  urutan 
prioritas pengembangannya.

Sumber: Parker et.al., 1987


Masing‐masing  pihak  kemudian  melakukan  analisanya  masing‐masing  untuk  kemudian 
memberikan  nilai  atau  score  terhadap  setiap  proyek  aplikasi  teknologi  informasi  yang 
dikembangkan. Mengingat bahwa terdapat sekian banyak cara melakukan justi�ikasi terhadap 
investasi  –  selain  ROI  dan  IR  –  maka  lebih  dari  satu  metodologi  perlu  dilibatkan  dalam 
perhitungan tersebut,  dimana  masing‐masing metodologi  akan diberikan  beban atau weight 
sesuai  dengan  pandangan  pihak  terkait  terhadap  ”keampuhan”  konsep  tersebut 
merepresentasikan perhitungan cost‐bene�it.  Hasil perhitungan yang merupakan jumlah dari 
perkalian  antara  score  yang  diberikan dengan  bobot  yang  ada  merupakan  total  value  yang 
dimaksud.

HALAMAN 5 DARI 6

Sumber: Parker et.al., 1987


(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT


Dengan  melakukan  hal  yang  sama  terhadap  setiap  aplikasi  teknologi  yang  ada,  maka 
manajemen perusahaan dapat melihat dan membanding‐bandingkan total value dari  masing‐
masing aplikasi teknologi yang telah dimiliki maupun yang akan dikembangkan.

Untuk  dapat  menentukan  prioritas  terhadap  sistem  mana  yang  sebaiknya  terlebih  dahulu 
diperhatikan dan dibangun, perlu dilakukan satu tahapan pengkajian. Caranya adalah dengan 
mencoba menghitung total value yang merupakan hasil penjumlahan antara ROI (dan konsep 
lain  yang  dimiliki)  dengan  hasil  evaluasi  pada  domain  bisnis  (meliputi  manfaat  total  yang 
berpotensi  akan  diraih  perusahaan) dan  hasil  evaluasi  pada  domain teknologi  (merupakan 
keunggulan‐keunggulan  yang  diperoleh  oleh  perusahaan  karena  adanya  teknologi  tersebut 
setelah  memperhitungkan  berbagai  faktor  biaya  dan  resiko  yang  ada).  Urutan  prioritas 
ditentukan  berdasarkan  total  nilai  terbesar  yang  diperoleh  oleh  masing‐masing  proyek 
teknologi informasi yang ada.

Sumber: Parker et.al., 1988

 

‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐


HALAMAN 6 DARI 6



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2012