JURNAL EKONOMI ISLAM WAKALAH Pemberian K

JURNAL EKONOMI ISLAM
WAKALAH (Pemberian Kuasa)
(Definisi, Dasar Hukum, Rukun dan Syarat Wakalah , Kewajiban Kuasa,
Pemberi Kuasa, Cara atau Bentuk Kuasa, Macam-macam Kuasa,
Berakhirnya Kuasa, Aplikasi dalam Lembaga Keuangan Syariah, dan Fatwa
MUI-DSN.)
YUDISTIA TEGUH ALI FIKRI1
ABSTRACT
Wakalah (representative) is the delivery, delegation, or a mandate or power of
attorner contract petimpahan power by one party to the other in matters that may
be represented. Wakalah is commonly used by banks or non-banks such as
insurance Vendor. In the world of financial institutions, in practice necessitate,
muwakil or its representative, the representative in the case of this bank and
taukil or object or delegated authority. Wakalah in banking applications occur
when the client authorizes the bank to represent himself do the work of certain
services, such as bookkeeping L / C (Letter of Credit Import Sharia & Letter Of
Credit Export Sharia), Collection and Transfer of money, Custody, Factoring
(Factoring) , Trustee, Investment Mutual Funds Sharia, Islamic Current Account
Financing, Takaful. Banks and customers are included in the contract awarding
authority must be capable of law. In the non-bank companies such as insurance in
the use of contract Wakalah typically use Ujrah Wakalah bil. In practice; (1) the

insurance company as trustee shall invest the funds raised and investment must be
conducted in accordance with sharia. (2) in the management of fund / investment
and saving both fund tabbaru, can be used wakalah bil ujrah with the following
provisions as above, mudharabah and to follow the fatwa mudaraba or
mudharabah musytarakah and to follow the fatwa mudharabah musytarakah.
Keywords : Wakalah, Lembaga Keuangan Syariah Bank dan non-Bank,
Fatwa MUI-DSN
A. PENDAHULUAN
Dalam perkembangan ekonomi syariah di Indonesia yang semakin
pesat, sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998 ekonomi syariah semakin di
pertimbangkan di Indonesia, terbukti dengan terjadinya krisis moneter
lembaga keuangan syariah mampu bertahan dari krisis. Banyak sekali lembaga
1

Mahasiswa Pascasarjana Prodi Ekonomi Syariah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
2.215.2.040, Komplek Bumi Panyileukan Blok B1 No 2, Bandung, 085721033303,
yudistiateguh@ymail.com

1 JURNAL EKONOMI ISLAM


keuangan konvensional yang mengalami kebangkrutan pada saat krisis
moneter, namun lembaga keuangan syariah dengan bangganya mampu
bertahan dan krisis moneter tahun 1998 tidak memberikan dampak negative
terhadap lembaga keuangan syariah.
Seiring perkembangan ekonomi syariah Indonesia, berkembang pula
berbagai lembaga keuangan syariah baik perbankan maupun non-bank.
Bermunculan berbagai perusahaan lembaga keuangan baru yang ber-basis
syariah. Seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank
Negara Indonesia Syariah dan Perusahaan Perbankan Syariah yang lainnya,
sedangkan Lembaga keuangan non-Bank Seperti Asuransi Syariah Prudensial,
FIF syariah, dan lembaga keuangan syariah non-bank yang lainnya.
Dengan bermunculannya berbagai perusahaan lembaga keuangan
syariah, semakin berkembang juga produk yang ditawarkan dan salah satu dari
berbagai akad yang ditawarkan kepada nasabah adalah akad wakalah.
Wakalah (perwakilan) adalah penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandate atau power of attorner akad petimpahan kekuasaan oleh satu pihak
kepada pihak yang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Akad Wakalah
ini biasanya digunakan oleh perbankan atau non-bank seperti peusahaan
asuransi. Dalam dunia lembaga keuangan pada prakteknya mengharuskan
adanya, muwakil atau yang mewakili, wakil dalam hal bank ini dan taukil atau

objek atau wewenang yang diwakilkan.
Sebagaimana dalam Firman Allah Q.S Al- Kahf ayat 19 :

ْ ُ ‫ََ َ َ َََۡ ُ ۡ َ ك‬
ۡ َ ْ ُ َ ۡ َ َ
ۡ َ ‫َ َ َك‬
َ‫ََِ َسا َث ا َبَ ۡي َ ُ ۡ ۚ َقال َقا ق َ ك ق ُ ۡ َك ۡ ََ ق ُ ۡ ۖ َقا ا ََ ق َا‬
‫وكذ ٰ ق َ َبعثنٰ ق‬
ُ َ َ َ ْ‫َۡ ً َۡ َ ۡ َ َۡ َ ُ ْ َ ُ ۡ َ ۡ َ ُ َ َ ُۡ ۡ َ ۡ َ ُ ك‬
َ
َ ‫َفٱبعث َا َتح ك‬
‫ي ا َتو َبع َي نمۚ َقا ا َنبك َتع َب ق ا ََ ق‬
ُ َۡۡ َ ‫ُ ۡ َٰ ك َ َۡ َ َ َۡ ُ ۡ َ َ ك َ ۡ َ ٰ َ َ ه‬
ۡ
َ‫ب ق َ نقق قك َه ق َه ق َۦ َإقَ َٱ ق ي قَ َف ي ظ َأي ا َتزَ َطعا ا َف ي قك َب ق قز نظ‬
َ ۡ ُ
ُۡ ََ ۡ ََََۡ ُۡ ‫ك‬
ً
َ
َ

َ٩َ‫ق َوِ فَوََيشعق نَبقك َتح ا‬

”Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di
antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah
berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada
(disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu
lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik,
maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia

2 JURNAL EKONOMI ISLAM

berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun.” (Q.S. Al-Kahf ayat 19)
Oleh karena itu, saya akan mencoba menkaji kembali lebih dalam
mengenai Akad Wakalah dan bagaimana peng-implikasian akad Wakalah di
lembaga keuangan Perbankan maupun non-Bank.
B. KAJIAN TEORI
1. Definisi Wakalah

Wakalah atau Wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandate. Dalam bahasa arab, hal ini dapat dipahami sebagai attafwidh. Contoh kalimat. “aku serahkan urusanku kepada Allah” mewakili
pengertian istilah tersebut.2
Peyangertian yang sama dengan menggunakan kata al-hifzhu
disebut dalam firman Allah:َ

ُ َۡ َ ۡ َ ُ َُ ۡ َ
َ َ٣ََ ‫ٱَّو قع َٱ ك قي‬
َ َ‫حسب ا‬

"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik Pelindung" (Q.S Al-Imran ayat 173)
Akan tetapi, yang di maksud sebagai al-Wakalah adalah
pelimpahan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang di
wakilkan.3
2. Dasar Hukum Wakalah
Islam
mengsyariatkan
al-Wakalah
karena
manusia

membutuhkannya, tidak semua orang mempunyai kemampuan atau
kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya sendiri. Pada suatu
kesempatan, seorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang
lain untuk mewakili dirinya.
a. Al-Quran
Salah satu dasar dibolehkannya al-Wakalah adalah firman
Allah SWT berkenaan dengan kisah Ash-habul Kahfi.

ْ ُ ‫ََ َ َ َََۡ ُ ۡ َ ك‬
َ ‫َ َ َك‬
َ
َ ۡ ‫ََِ َسا َث ا َبَ ۡي َ ُ ۡ ۚ َقال َقا ق َ ك ق ۡ ُ ۡ َك‬
‫وكذ ٰ ق َ َبعثنٰ ق‬
َ ۡ َ ۡ ُ َ ْ ُ َ َۡ َ ۡ َ َۡ ًَۡ َۡ َ ْ ُ َ ۡ ُۡ َ
َ
ُ
َ‫َ ق َۖقا ا ََ ق اَي اَتو َبع َي نمۚ َقا ا َنبك َتع َب ق ا‬
َ ْ َُۡ َ ۡ ُۡ َ
ۡ َ ‫ُ ۡ َ ك‬
ُ

َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ‫َفٱبعث كَا َتح ك َب ق نقق قك َهٰ ق َه ق َۦ َإقَ َٱ ق ي َق‬
‫َق‬

2

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan ke-8,
Vol III. Hlm. 213. Mugni Muhtaj, Vol II, hlm 223; al-Muhadzdzab, Vol. I, hlm 350
3
Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema
Insani) hlm. 120

3 JURNAL EKONOMI ISLAM

ۡ َۡ ‫َۡ ُ َ َك ََۡ َ َ ه‬

ۡ ََََۡ ُۡ ‫ۡ ك‬
ُ
ٰ ‫ف َي ظ َۡ َأي ا َتز‬
َ‫َ َطعا ا َف َي قك َب ق قز نظ َ ق َوِ ف‬
َ ۡ ُ
ۡ َ
ً
َ
َ َ٩َ‫َوََيُشعق َ نَبقك َتح ا‬

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka
saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah
seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini)
sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke
kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia
lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku

lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seorangpun.” (Q.S Al-Kahf ayat 19)
Ayat ini melukiskan perginya salah seorang ash-habul kahfi
yang bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai
wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.
Ayat lain yang menjadi rujukan al-wakalah adalah kisah
tentang Nabi Yusuf A.s saat ia berkata kepada raja,

َۡ
ٌ َ ‫ك‬
َ
َ
َ ‫ق َٱۡ ق‬
َ َ٥َ ‫ۡضَإ ق قَّحفقي َع قي‬

‫َ َ ۡ َ ۡ َ َٰ َ َ ك‬
َ ‫الَٱجع ق‬
َ ‫ق‬
‫نَلَخ ا ق‬


”Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga, lagi berpengetahuan" (Q.S Yusuf ayat 55)
Dalam konteks ayat ini, Nabi yusuf siap untuk menjadi
wakil dan pengemban amanah menjaga “Federal Reserve”
negeri Mesir.4
b. Al-Hadist
Banyak hadist yang dapat dijadikan landasan keabsahan
wakalah di antaranya.
“Bahwasannya Rasulullah SAW. Mewakilkan kepada Abu Rafi
dan seorang anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah
Binti Harits.”
Dalam kehidupan sehari-hari, rasulullah telah mewakilkan
kepada orang lain untuk berbagai urusan. Diantaranya adalah
Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema
Insani) hlm. 121
4

4 JURNAL EKONOMI ISLAM


membayar hutang. Mewakilkan penetapan had dan
membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi
kandang hewan, dan lainnya.5
c. Ijma
Para ulama bersepakat dengan ijma atas di bolehkannya
wakalah
mereka
bahkan
ada
yang
cenderung
mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk
jenis ta’awun atau tolong menolong atas dasar kebaikan dan
takwa. Tolong menolong diserukan oleh al-quran dan
disunnahkan oleh rasulullah SAW.6
Allah berfirman dalam surat Al-maa’idah ayat 2:

ۡ ۡ ََ ْ َُ ََ ََ ٰ َ ۡ َ ‫َََ َُ ْ ََ ۡ ك‬
ََ‫ٱۡث ق‬
َ ‫بق َ َوٱت‬
َ ‫ َوتعاو ا َل َٱ ق‬฀...
‫ىۖ َوَ َتعاو ا َل َ ق‬
ْ ُ
ۡ
َ ۡ
َ َ
َ َ٢َ‫اب‬
َ‫ٱَّش ق ي ُ َٱ عق ق‬
َ َ‫ٱَّۖإقن‬
ََ َ‫ََوٱ ُع ۡ َو ٰ ق ۚنََ ََوٱت َا‬

“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S AlMaa’idah ayat 2)
Rasulullah SAW. Bersabda:
“dan, Allah menolong hamba selama hamba menolong
saudaranya.” (HR. Muslim no. 4867, Kitab az-Zikr)
Dalam perkembangan Fiqh Islam, status wakalah sempat
diperdebatkan apakah wakalah masuk dalam kategori wilayah
atau wali hingga kini, dua pendapat tersebut terus berkembang.
Pendapat pertama menyatakan bahwa wakalah adalah
niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini, si wakil tidak
dapat menggantikan seluruh fungsi muwakkil.7
Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah
wilayah karena khilafah (menggantikan) dibolehkan untuk
yang mengarah kepada yang lebih baik, sebagaimana dalam

Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema
Insani) hlm. 122
5

6

Wahbah az-Zuhalli, al-Fiqhu al-Islami wa adillatuhu , (Damaskus; Darul-Fiqr,
1997) cetakan ke-4 vol V. hlm. 4060-4061
7
Wahbah az-Zuhalli, al-Fiqhu al-Islami wa adillatuhu , (Damaskus; Darul-Fiqr,
1997) cetakan ke-4 vol V. hlm. 4066 dan sesudahnya

5 JURNAL EKONOMI ISLAM

jual beli, melakukan pembayaran secara tunai lebih baik,
walaupun diperkenankan secara kredit.8
3. Rukun dan Syarat Wakalah 9
a. Rukun Wakalah
1). Orang yang memberi kuasa (al-Muwakkil),
2). Orang yang diberi kuasa (al-Wakil),
3). Perkara/hal yang dikuasakan (al-Taukil)
4). Pernyataan Kesepakatan (ijab dan Qabul).
b. Syarat Wakalah
1). Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang
diwakilkan.
2). Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas
tertentu yakni dalam hal-hal yang bermamfaat baginya seperti
mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan
sebagainya.
c. Syarat-Syarat Wakil (yang mewakili);
1). Cakap Hukum
2). Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya,
3). Wakil adalah orang yang diberi Amanah.
d. Hal-hal yang diwakilkan;
1). Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,
2). Tidak bertentangan dengan syariah islam,
3). Dapat diwakilkan menurut syariah islam.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau jika terjadi
perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui
Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
4. Kewajiban Kuasa
Menjalankannya dengan baik karena kuasa adalah sebuah amanat
yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Sebagimana firman Allah
dalam surat An-Nisa ayat 58:

Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, Gema
Insani) hlm. 123
9
Ahmad Ifham Sholihin, “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” (Jakarta,
2010, PT. Gramedia) hlm. 222
8

6 JURNAL EKONOMI ISLAM

َ ُ
َۡ ْ
َ
َ
َ ‫َِما‬
ََۡۡ ‫َح َ ۡ ُ ََب‬
َ‫َ َتَ ۡ ق ا‬
ُ
ٓ ‫ك ۡ َتن َ ُ َ لوا َٱۡ َم ٰ َنٰ قَ َإ ق‬
ۡ ْ ُ
َ َ َ
ُ ُ
َ‫ٱّ ََن‬
َ َ ‫ٱّ َ قعق ا َيَعقظك َب ق َق َۦك َإقن‬
ََ َ ‫ُ ا ََب قٱ َع ۡ قَل ۚ َإقن‬

ُ ۡ َ‫ٱّ َي‬
ََ َ ‫۞إقن‬
َۡ َ
ََ ‫اس َتن‬
َ ‫ٱن ق‬

َ ‫َس‬
‫يعۢاَبَ ق ه‬
َ َ٨َ‫را‬
‫ق‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat .” (Q.S
An-Nisa ayat 58)
5. Pemberi Kuasa
Pemberi kuasa adalah Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap
sesuatu yang diwakilkan. Dan juga harus menerima kondisi dimana Jika
salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau jika terjadi perselisihan
diantara para pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
6. Cara dan Bentuk Kuasa
Sesuai dengan Rukun dan Syarat Wakalah bentuk kuasa yang
pertama Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili, kedua Tidak
bertentangan dengan syariah islam, dan yang Ketiga Dapat diwakilkan
menurut syariah islam.10
7. Macam-Macam Kuasa
a. Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak tampa
batasan waktu dan untuk segala urusan.
b. Wakalah al muqayyadah yaitu penunjukan wakil untuk bertindak
atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.
c. Wakalah al amah yaitu perwakilan yang lebih luas dari almuqayyadah tetapi lebih sederhana dari pada al-mutlaqah.
8. Berakhirnya Kuasa
Berakhirnya akad Wakalah apabila seorang Wakil atau yang
mewakili sudah menyelesaikan tugasnya dari muwakil yang mewakilkan,
amanat yang diberikan oleh muwakil kepada wakil telah disampaikan
kepada penerima amanat.

Ahmad Ifham Sholihin, “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah” (Jakarta,
2010, PT. Gramedia) hlm. 222
10

7 JURNAL EKONOMI ISLAM

Sedangkan dalam pelaksanaan akad wakalah bisa saja di batalkan
apabila: Menurut Helmi Karim dalam buku Fiqih Muamalat, menyebutkan
batalnya akad wakalah karena beberapa hal:
a. Salah satu pihak yang akad wafat atau gila,
b. Apabila yang di maksud dalam akad Wakalah itu selesai
pelaksanaannya atau dihentikan maksud dari pekerjaan
tersebut.
c. Diputusnya akad wakalah,
d. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atas suatu objek
yang dikuasakan.
9. Fatwa DSN-MUI Mengenai Akad Wakalah
FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO: 10/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
WAKALAH
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG WAKALAH
Pertama : Ketentuan tentang Wakalah:
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para
pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam
mengadakan kontrak (akad).
2. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak
boleh dibatalkan secara sepihak.
Kedua : Rukun dan Syarat Wakalah:
1. Syarat-syarat muwakkil (yang mewakilkan)
a. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu
yang diwakilkan.
b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas
tertentu, yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya
seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima
sedekah dan sebagainya.
2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili)
a. Cakap hukum,
b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya,
c. Wakil adalah orang yang diberi amanat.
3. Hal-hal yang diwakilkan
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,
b. Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam,
c. Dapat diwakilkan menurut syari’ah Islam.
Ketiga : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

8 JURNAL EKONOMI ISLAM

C. DESKRIPSI KASUS
Secara umum, aplikasi al-wakalah dalam perbankan dapat di
gambarkan dalam skema berikut ini;11
Kontrak + Fee

NASABAH
MUWAKIL
-

Agency
Administration
Collection
Payment
Co Arranger
Dll.

BANK
WAKIL

TAUKIL
INVESTOR
MUWAKIL
Kontrak + Fee
Pada perusahaan Non-Bank seperti asuransi dalam penggunaan
akad Wakalah biasanya menggunakan Wakalah bil Ujrah. Pada prakteknya;
(1) perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan
dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah. (2)
dalam pengelolaan dana/investasi baik dana tabbaru maupun saving, dapat
digunakan akad wakalah bil ujrah dengan mengikuti ketentuan seperti di atas,
akad mudharabah dengan mengikuti ketentuan fatwa mudharabah atau akad
mudharabah musytarakah dengan mengikuti ketentuan fatwa mudharabah
musytarakah.12
D. PEMBAHASAN
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan
jasa tertentu, seperti pembukuan L/C (Letter Of Credit Import Syariah &
Letter Of Credit Eksport Syariah),Inkaso dan Transfer uang, Penitipan, Anjak
Piutang (Factoring), Wali Amanat, Investasi Reksadana Syariah, Pembiayaan
Rekening Koran Syariah, Asuransi Syariah. Bank dan nasabah yang
dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum. Dalam
Muh. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011,
Gema Insani) hlm. 123
12
Ahmad Ifham Sholihin, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)
hlm. 121
11

9 JURNAL EKONOMI ISLAM

pelaksanaannya di perbankan syariah akad Wakalah memiliki berbagai bentuk
dalam pelayanan jasa perbankan yang dapat berbentuk sebagai berikut.13
1. Transfer
Jasa yang diberikan bank untuk mewakili nasabah dalam
pemindahan dana dari satu rekening kepada rekening lainnya. Proses
transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad Wakalah,
dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai AlMuwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan
perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada
rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (Jika
transfer dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana
bank mengkreditkan sejumlah dana kepada kepada rekening tujuan.
Berikut adalah beberapa contoh proses dalam transfer uang ini:
a. Wesel Pos, Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara
langsung dari Al-Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil
memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju.
Berikut adalah proses pentransferan uang dalam Wesel Pos.
b. Transfer uang melalui cabang suatu bank Dalam proses ini, AlMuwakkil memberikan uangnya secara tunai kepada bank yang
merupakan Al-Wakil, namun bank tidak memberikannya secara
langsung kepada nasabah yang dikirim. Tetapi bank
mengirimkannya kepada rekening nasabah yang dituju tersebut.
c. Transfer melalui ATM, Pada proses ini transfer uang pendelegasian
tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil kepada
bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini, Nasabah Al-Muwakkil
meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan
kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah
yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang
sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana
nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM.
2. Collection
Inkaso merupakan kegiatan jasa Bank untuk melakukan amanat
dari pihak ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau
badan tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh si pemberi amanat.
Disini bank berlaku melakukan penagihan dan menerima pembayaran
tagihan untuk kepentingan Nasabah.
3. Penitipan

13

Sesuai dengan pasal 8 huruf e,f,h,j dan I, surat keputusan Direksi Bank
Indonesia No.32/34/kep./dir tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah

10 JURNAL EKONOMI ISLAM

yaitu akad pendelegasian pembelian barang, terjadi apabila
seseorang menunjuk orang orang lain sebagi pengganti dirinya untuk
membeli sejumlah barang dengan menyerahkan uang dengan harga penuh
sesuai dengan harga barang yang akan dibeli dalam kontrak wadiah. Agen
(wakil) membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan muwakkil
untuk membeli barang. bank menitipkan sejumlah uang kegiatan penitipan
barang bergerak, yang penatausahaannya dilakukan oleh Bank untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan suatu akad.14 sebagai contoh bank
mewakilkan kepada nasabah (wakalah ) untuk membeli barang, dengan
menggunakan akad Wakalah dan akad Murabahah bisa dilakukan secara
prinsip apabila barang yang sudah dibeli melalui Wakalah telah menjadi
milik bank.
4. Letter Of Credit (L/C)
Letter of Credit (L/C) adalah surat pernyataan akan membayar
kepada yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan Importir/ Eksportir
dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah L/C
syariah dalam pelaksanaannya dapat menggunakan akad-akad: Wakalah bil
Ujrah, Qardh, Murabahah, Salam/Istishna‟, Mudharabah, Musyarakah,
dan Hawalah, ijarah15. Bagi L/C yang menggunakan akad Wakalah tugas,
wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah
bank. Setiap tugas yang dilakukan harus mengatas namakan nasabah dan
harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank
mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama.Pemberian
kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara
nasabah dengan bank.
Wakalah bil Ujrah dalam perusahaan asuransi syariah kedudukan
dan ketentuan para pihak adalah sebagai berikut:
a. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai Wakil
(yang mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan yang
menjadi objek Wakalah bil Ujrah pada asuransi syariah.
b. Peserta sebagai individu dalam produk saving bertindak sebagi
muwakil (pemberi kuasa).
c. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabaru
bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).
d. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa
yang diterimanya, kecuali atas ijin muwakkil (peserta);
14

Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia , Edisi 2, (Bandung,
Salemba Empat Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam; Sinar Baru Algensindo, 1994). hlm.233
15
Bentuk-bentuk terebut dapat menggunakan akad wakalah, lihat abd. Rahman
al-Jaziri, fikih ala Madhahib al-Arba‟ah juzu III, hlm. 150

11 JURNAL EKONOMI ISLAM

e. akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad-amanah) sehingga
wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi
dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena
kecerobohan atau wanprestasi.
f. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh
bagian dari hasil investasi. Karena akad yang digunakan adalah
akad Wakalah.
Ketentuan akad Wakalah bil Ujrah pada perusahaan Asuransi
Syariah adalah sebagai berikut:16
a. Akad yang digunakan adalah akad wakalah bil ujrah.
b. Objek Wakalah bil ujrah meliputi antaraantara lain:
1). Kegiatan administrasi
2). Pengelolaan dana
3). Pembayaran klaim
4). Underwriting
5). Pengelolaan portofolio risiko.
6). Pemasaran
7). Investasi
c. Dalam akad Wakalah bil Ujrah harus disebutkan sekurangkurangnya:
1). Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi
2). Besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi,
3). Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang di akadkan.
Ketentuan hokum wakalah bil Ujrah pada perusahaan asuransi
syariah adalah sebagai berikut:17
a. Wakalah bil ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi
dan peserta.
b. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan
melakukan kegiatan lain dengan imbalan oemberian ujrah fee.
c. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang
mengandung unsur tabungan (saving) maupun non-tabungan.

16

Ahmad Ifham Sholihin, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)

17

Ahmad Ifham Sholihin, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)

hlm. 121
hlm. 121

12 JURNAL EKONOMI ISLAM

E. PENUTUP
Dari hasil kajian pustaka yang telah dilakukan, maka kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Dalam penerapan akad Wakalah di dunia perbankan banyak
yang bisa kita temukan, hanya saja dalam aplikasi di perbankan
kita tidak akan menemukan secaralangsung dan jamblang yang
di jelaskan langsung oleh pihak perbankan. Akad wakalah bisa
kita temukan salah satunya dalam bentuk transaksi transfer,
dimana pihak bank adalah sebagai Wakil yang di beri amanat
oleh nasabah sebagai muwakil untuk mengirimkan uang kepada
yang ingin dituju oleh nasabah. Oleh karena itu, kita secara
tidak langsung sudah melakukan akad wakalah dalam proses
transfer tersebut.
2. Di dunia lembaga keuangan non-Bank salah satunya adalah
perusahaan asuransi dalam penerapan produknya biasa
menggunakan akad wakalah bil Ujrah Dalam akad ini,
perusahaan asuransi bertindak sebagai Wakil (yang mendapat
kuasa) untuk melakukan kegiatan yang menjadi objek Wakalah
bil Ujrah pada asuransi syariah. Peserta sebagai individu dalam
produk saving bertindak sebagi muwakil (pemberi kuasa).
Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabaru
bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa). Wakil tidak boleh
mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya,
kecuali atas ijin muwakkil (peserta). akad Wakalah adalah
bersifat amanah (yad-amanah) sehingga wakil tidak
menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan
mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena
kecerobohan atau wanprestasi. Perusahaan asuransi sebagai
wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.
Karena akad yang digunakan adalah akad Wakalah.
3. Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak di bidang
lembaga keuangan syariah baik dalam bentuk Bank ataupun
non-Bank, bebas menetapkan produk-produk mereka dengan
ketentuan akad-akad yang sesuai dengan landasan Al-Quran
dan as-sunnah yang senan tiasa diawasi oleh dewan pengawas
syariah. Dan tidak melanggar norma-norma agama.

13 JURNAL EKONOMI ISLAM

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muh. Syafi’I, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011,
Gema Insani)
az-Zuhalli, Wahbah, al-Fiqhu al-Islami wa adillatuhu, (Damaskus; Darul-Fiqr,
1997) cetakan ke-4 vol V.
Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), Cetakan ke8, Vol III. Hlm. 213. Mugni Muhtaj, Vol II, hlm 223; alMuhadzdzab, Vol. I,
Sholihin,, Ahmad Ifham “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah”
(Jakarta, 2010, PT. Gramedia)
Sholihin, Ahmad Ifham, “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (Jakarta, Gramedia)
Wasilah, Sri Nurhayati,, Akuntansi Syariah di Indonesia , Edisi 2, (Bandung,
Salemba Empat Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam; Sinar Baru
Algensindo, 1994)

14 JURNAL EKONOMI ISLAM