T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Front National Dilihat dari Pemilu Presiden Prancis Tahun 2007 dan 2012 T1 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, penulis menjelaskan teori serta beberapa konsep bahan penelitian yang
dipakai. Teori yang dimaksud adalah konstruktivisme, terkhusus pada teori identitas Wendt.
Konsep-konsep bahan penelitian meliputi konsep dinamika partai, pemilu Presiden di Prancis,
serta sejarah l’extrême droite di Prancis. Teori konstruktivisme dikaji untuk membantu
penjelasan terkait pengaruh identitas FN dalam dinamika FN. Kemudian sejarah l’extrême droite
di Prancis serta penjelasan umum mengenai partai Front National dikaji untuk menyediakan
gambaran dasar mengenai l’extrême droite dan FN di Prancis.
2.1 Teori Konstruktivisme
Kelahiran konstruktivisme dapat dilihat sejak tahun 1980-an, pada masa di mana neoliberalis institusionalis dan neo-realisme yang berkomitmen pada individualistik dan
materialistik mendominasi teori-teori hubungan internasional di Amerika. Teori ini kemudian
menjadi populer pada tahun 1990-an. Konstruktivisme lahir sebagai kritik serta pemahaman
alternatif terhadap teori-teori utama hubungan internasional, termasuk pemahaman mengenai
hubungan antara kepentingan dan identitas. “500 senjata nuklir milik Inggris tidak begitu
mengancam bagi Amerika Serikat dibandingkan lima senjata nuklir milik Korea Utara”, menjadi
salah satu pernyataan simbolik utama konstruktivis.
Dalam konstruktivis, materi tidak dibentuk oleh realitas fisik saja, melainkan juga oleh
gejala-gejala sosial dan ditentukan oleh meaning, interpretasi serta persepsi para aktor
(Faturahman, 2003: 30). Meaning inilah yang menentukan pandangan orang terhadap materi,
yang mana dapat terbentuk melalui proses sosialisasi dan institusionalisasi (Faturahman, 2003:

30). Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan faktor materiil,
konstruktivisme menyatakan pentingnya faktor sosial dan ideologis. Dunia sosial dan ideologis
bukanlah entitas fisik atau objek material yang ada di luar kesadaran manusia, melainkan
berdasarkan dan terjadi atas manusia itu sendiri. Christian Reus-Smit menggambarkan
konstruktivis sebagai “proffering an alternatif image of human as socially embedded,
communicatively constituted and culturally empowered.” Ide mempengaruhi identitas,
kepentingan, serta aksi. Wendt mengatakan, “kuncinya adalah untuk mengklaim kembali power
dan materialism dengan menunjukan bagaimana konten dan makna mereka dikonstitusikan oleh
4

ide dan budaya” (Guzzini dan Leander, 2006: 8).
Konstruktvisme juga menyatakan bahwa kepentingan dan identitas aktor bergantung pada
konteks yang mereka temukan sendiri, bukan berdasar konteks yang secara natural hadir dalam
diri mereka (Brodeur, 2010, 17). Maka dari itu aktor merupakan entitas yang dinamis, identitas
serta kepentingan mereka juga rentan untuk berubah dari masa ke masa serta sangat dipengaruhi
oleh lingkungan serta perilaku sosial dari entitas lain (Brodeur, 2007: 17).
Selain itu konstruktivisme memasukan karakteristik yang biasanya terasosiasi dengan
‘English School’, yaitu ketertarikannya dalam sejarah karena dalam perkembangannya sejarah
membentuk ide yang ada pada masa sekarang. Sejarah bukanlah proses yang di luar manusia
namun berasal dari manusia itu sendiri, sebagai contoh: identitas merupakan konstruksi sejarah;

pembentukan pemerintahan didasarkan pada konstruksi psikologis an filosofis yang berdasar
pada sejarah serta formasi identitas; sistem dapat bertransformasi melalui perkembangan
identitas politik yang dibentuk oleh interaksi individu dalam peristiwa yang terjadi dari masa ke
masa (Burchill dkk, 2001: 195). Sejarah mempengaruhi ide, identitas, dan norma, begitu juga
pula sebaliknya.
Sebagai salah satu penulis dan ilmuwan penting dalam perkembangan konstruktivisme,
Wendt mengungkapkan konsep identitas konstruktivisme. Menurut Wendt terdapat dua jenis
identitas, yaitu identitas corporate dan identitas social. Identitas corporate merupakan kualitas
yang membentuk seorang individu tanpa bergantung pada adanya keberadaan orang lain, bagi
organisasi hal ini merujuk pada individu-individu yang membentuk, sumber daya fisik, serta
shared beliefs (Wendt, 1994: 385). Identitas ini dapat berubah seiring dengan adanya perubahan
sumber daya-sumber daya yang ada, seperti adanya perubahan shared beliefs maupun individuindividu yang membentuk organisasi tersebut. Perubahan tersebut dapat terjadi melalui distribusi
informasi yang terjadi dalam interaksi sosial, baik yang dilakukan oleh individu-individu di
dalamnya maupun sebagai diri partai itu sendiri. Identitas yang telah terbentuk ini kemudian
memunculkan adanya kepentingan yang dapat dipenuhi dengan bergantung pada bagaimana
organisasi ini menyatakan dirinya dalam relasinya dengan yang lain, yang mana menjadi fungsi
dari identitas social. Identitas social merupakan rangkaian makna yang dimiliki oleh individu
yang muncul dari perspektif yang lain (the others) (Wendt, 1994: 385). Berbeda dengan identitas
corporate yang memililki kualitas singular, identitas social memiliki ciri strukrur individual dan
struktur sosial. Dengan identitas corporate, subjek pemilik identitas ini dimungkinkan untuk

5

dapat menentukan “siapa saya” dalam situasi dan posisi struktur peran sosial atas pemahaman
bersama (shared understanding) dan ekspektasi (Wendt, 1994: 385).
Berdampingan dengan konstruktivis, penelitian ini juga akan menyandarkan analisis dan
pemahaman pada faktor-faktor ideasional dan sosial. Dinamika partai sendiri terjadi akibat dari
munculnya kepentingan dari persebaran meaning dalam interaksi sosial, begitu pula dengan
dinamika partai FN di Prancis. Dengan teori konstruktivisme oleh Alexander Wendt tersebut,
didapatkan identitas corporate dan social FN yang dari sini dapat ditemukan dinamika politik
FN. Identitas corporate FN antara lain adalah pemimpin partai serta ideologi partai. Sedangkan
identitas social FN antara lain adalah hasil pemilu. Identitas social FN muncul tak lain dari
persebaran meaning dalam interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan politik masyarakat
Prancis. Interaksi sosial tersebut terjadi dalam masa kampanye pemilu di Prancis. Dengan dasar
pemahaman ini, dinamika FN dapat dilihat melalui perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam
identitas corporate maupun identitas social FN.
2.2

Dinamika Partai
Dinamika partai merupakan salah satu tindak politik sehingga makna dari dinamika partai


politik dapat dilihat dari kata ‘dinamika’ dan ‘politik’. ‘Dinamika’ berarti keadaan yang berubahubah yang menggambarkan fluktuasi atau pasang surut, sekaligus aktivitas dan sistem sosial
yang tidak statis yang bergerak menuju perubahan (Hollander, 1978: 151). Sedangkan ‘politik’
adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum masyarakat seluruhnya
(Budiarjo, 1982: 11). Selain itu, politik juga dapat diartikan sebagai perjuangan untuk
memperoleh kekuasaan (Surianingrat, 1987:64). Maka dari itu dinamika politik dapat diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam upaya perolehan kekuasaan ataupun
kepentingan.
Dengan pemahaman tersebut, maka makna dari dinamika partai adalah perubahanperubahan yang terjadi dalam upaya yang dilakukan oleh sebuah partai dalam perolehan
kekuasaan. Kemudian lingkup dinamika partai pada penelitian ini akan dibatasi pada perubahan
hasil pemilu. Dinamika politik bergantung pada interaksi antara pemimpin politik dan orangorang yang diwakilkannya (Bier dkk, 2010: 2). Asmeret Bier bersama teman-temannya dalam
Sandia National Laboratories membuat model kerangka kognitif (model cognitive framework)
yang didesain khusus untuk fokus pada politik pemilu, berkonsentrasi pada bagaimana strategi
6

pemerintah dan preferensi dukungan mempengaruhi satu sama lain dengan kehadiran pengaruh
dari dunia luar (Bier dkk, 2010: 3). Model ini dapat memberikan karakter dinamika politik
individu dan sosial dalam sebuah negara, dengan cara mempertimbangkan interaksi antara
pemimpin, konstituensi mereka, serta kondisi politik-ekonomi-sosial.
Dalam model ini, pemilih akan dibagi berdasarkan status ekonomi (socioeconomic status)
dan dasar afiliasi politik mereka. Model kerangka kognitif ini menetapkan perilaku dan tingkah

laku dari masing-masing kandidat dan kelompok-kelompok pemilih dengan masukan yang
ditetapkan oleh kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi dalam sebuah negara (Bier dkk,
2010: 5).
Model kerangka kognitif itu menggambarkan interaksi antara kandidat dan pendukung
untuk menetapkan dinamika sistem politik. Potensi perilaku dari masing-masing entitas kognitif
fokus pada aksi-aksi politik (Bier dkk, 2010: 6). Partisipasi politik menjadi penting untuk dilihat
karena melalui partisipasi ini dinamika dapat terjadi. Pemilih dapat mempengaruhi perubahan
melalui dukungan suara, kampanye, serta donasi dana bagi kandidat tertentu (Bier dkk 2001: 6).
Partisipasi politik pemilih itu dipengaruhi oleh kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi di
sebuah negara. Sedangkan kandidat politik menanggapi kondisi lingkungan dan perilaku pemilih
melalui pengambilan kebijakan (Bier dkk, 2010: 6). Dari situasi saling mempengaruhi inilah
dapat terlihat dinamika partai tersebut.
Berdasarkan konsep tersebut, pemimpin politik dapat dilihat sebagai Jean-Marie Le Pen
dalam pemilu Presiden tahun 2007 serta Marine Le Pen dalam pemilu Presiden tahun 2012.
Dalam penelitian ini, rencana dan retorika kedua pemimpin politik tersebut dapat terlihat melalui
masa kampanye pemilu Presiden, sedangkan pengaruh pemilih berdasarkan status politkekonomi-sosial dapat dilihat melalui dukungan suara mereka dalam pemilu. Kondisi politikekonomi-sosial yang juga menjadi faktor penting dalam model dinamika ini juga akan
digambarkan dalam penelitian ini.
2.3

Pemilu Presiden di Prancis

Pemilu Presiden Prancis merupakan pemilu nasional di Prancis yang hampir selalu

mendapatkan partisipasi masyarakat di atas 70%. Pemilu Presiden di Prancis diselenggarakan
lima tahun sekali dan selalu diselenggarakan pada hari Minggu di antara bulan April dan Mei
(Knapp, 2006: 87). Dengan menggunakan sistem mayoritas (scrutin majoritaire) pemilu ini
7

dilakukan dalam dua putaran untuk mendapatkan seorang pemenang dengan suara dukungan
lebih dari 50%. Putaran kedua dilakukan dua minggu setelah putaran pertama dengan dua
kandidat yang berhasil memiliki suara terbanyak pada putaran pertama (Knapp, 2006: 87).
Presiden yang telah terpilih kemudian memiliki hak-hak khusus seperti membubarkan parlemen,
memiliki kekuasaan langsung atas pembuatan kebijakan, dan memilih perdana menteri. Perdana
menteri akan dipilih dari partai yang berhasil memenangi mayoritas kursi dalam Assemblée
Nationale. Perdana menteri yang terpilih kemudian akan menjalankan perannya dalam
memimpin pemerintahan, yang mana permasalahan pemerintahan tersebut berkutat seputar
permasalahan domestik dan permasalahan ‘sehari-hari’ negara. Sedangkan Presiden memiliki
tugas sebagai pemimpin negara yang mana sering menangani permasalahan-permasalahan luar
negeri, pertahanan, Uni Eropa, serta mengawasi pemerintahan (French American Foundation,
2007: 4).
Secara umum, para calon kandidat diharuskan untuk dapat mengumpulkan 500

tandatangan pejabat terpilih dari kurang lebih 30 département 1 yang ada di Prancis yang
kemudian diserahkan pada Conseil Constitutioneil 2 (Cole, 2012: 65). Calon kandidat dapat
berasal dari seluruh kalangan, asalkan ia merupakan warga negara Prancis dan berusia minimal
18 tahun. Negara tidak mengeluarkan peraturan legal yang mengatur pemilihan calon kandidat
oleh sebuah partai, sehingga seringkali proses pemilihan calon kandidat berbeda-beda tiap partai.
Biasanya proses nominasi calon kandidat Presiden dilakukan oleh masing-masing partai maupun
afiliasi partai tertentu dengan mengadakan polling yang melibatkan anggota partai maupun
masyarakat. Syarat dan ketentuan yang tergolong mudah ini kemudian menjadi salah satu faktor
banyaknya kandidat calon Presiden yang muncul pada putaran pertama pemilu.
Masa kampanye pun dilihat menjadi alat yang penting bagi masing-masing pihak untuk
mengumpulkan dukungan. Kampanye di Prancis dapat dilihat menjadi dua macam, yaitu
kampanye formal dan informal. Masa kampanye formal dilakukan dengan periode waktu yang
sebentar dan terfokus, biasanya 10 hingga 20 hari sebelum pemilu dilakukan. Televisi, radio, dan
surat kabar menjadi media penting yang menyediakan waktu dan ruang yang dibutuhkan oleh
1

Département merupakan salah satu bentuk lingkup wilayah di Prancis. Prancis yang secara resmi terbagi menjadi 22 region
terbagi lagi menjadi 96 département. Secara administrative département memiliki ‘ibukota’, kode pos, serta kode kendaraannya
masing-masing. Tiap département kemudian juga terbagi menjadi beberapa commune , yang mana jumlah commune di Prancis
sendiri telah berjumlah 35.000.

2

Conseil Constitutionel merupakan otoritas konstitusional tertinggi di Prancis yang mengawasi hukum dan
peraturan di Prancis.

8

masing-masing kandidat. Menyadari masa kampanye formal yang sempit, tak jarang terdapat
partai yang langsung melakukan kampanye informal jauh sebelum masa kampanye formal
dilakukan. Dengan itu masa kampanye formal dapat dihitung secara relatif dilihat dari kesiapan
masing-masing partai dalam memilih calon kandidat Presidennya.
2.4

Dinamika l’Extrême Droite di Perancis
L’extrême droite di Prancis merupakan aliran politik yang umumnya mengandung unsur-

unsur fasisme, rasisme, antiparlemen, dan ultranasionalisme. 3 L’extrême droite cenderung untuk
mendambakan dan mengaplikasikan sistem pemerintahan yang hierarkial secara tradisional 4 dan
memiliki pemimpin yang kuat. Kebangkitan l’extrême droite biasanya beriringan dengan krisis
ekonomi maupun pergantian sistem pemerintahan. Hal tersebut muncul akibat kekecewaan

l’extrême droite terhadap pemerintah yang dianggap lemah sehingga tidak berhasil membawa
Prancis keluar dari permasalahan-permasalahannya. L’extrême droite biasanya berpandangan
mundur ke belakang, menginginkan Prancis untuk kembali berjaya layaknya pada masa sebelum
revolusi ketika monarki absolut menyediakan Raja kewenangan mutlak. Dalam hal ini l’extrême
droite menyatakan bahwa Prancis sedang dalam kondisi “kemunduran”.
Awal mula l’extrême droite di Prancis dapat dilihat sejak peristiwa Revolusi Prancis. De
Maistre, seorang intelektual konservatif dan bangsawan Prancis, menjadi salah satu tokoh
l’extrême droite yang dianggap penting karena pada tahun 1789 ia menjadi pelopor gerakan
menolak revolusi dan segala produk hasil revolusi. Ia bersama golongan bangsawan dan cleric
duduk di sebelah kanan Assemblée Nationale menolak adanya upaya perubahan sistem
pemerintahan yang diusahakan oleh para ilmuwan dan pemikir revolusionis yang duduk di
sebelah kiri Assemblée Nationale. 5 Golongan kanan ini memperjuangkan sistem monarki yang

3

Antiparlemen menandakan sikap menolak parlemen yang sedang memerintah. Biasanya ditunjukkan dengan
sikap kritik dan cemoohan terhadap parlemen itu sendiri, individu yang berada dalam parlemen dan kebijakankebijakan yang dibuat. Sikap penolakan ini disusul dengan permintaan akan eksekutif pemerintahan yang kuat.
Ultranasionalisme merupakan bentuk ekstrim dari nasionalisme. Sikap ini ditunjukkan dengan patriotisme yang
radikal, tidak kepedulian akan bangsa lain, dan aksi radikal.
4

Hierarkial tradisional merujuk pada sistem hierarki pemerintahan yang ada sebelum masa revolusi. Ciri utamanya
adalah adanya pemimpin yang kuat dan berkarisma.
5
Assemblée Nationale merupakan Majelis Nasional Prancis yang dibuat pada masa Revolusi tahun 1789. Pada
masa itu Assemblée Nationale dibuat untuk menentukan perubahan sistem pemerintahan dari monarki absolut
menjadi republik yang lebih demokratis. Pada peristiwa penting tersebut, peta perpolitikkan Prancis menjadi
terbelah hingga sekarang yang mana telah menjadi tradisi politik Prancis. Pada perkembangannya, Assemblée
Nationale sempat hilang paska revolusi dan pada rezim Vichy, kemudian hadir kembali pada la quatrieme

9

selama ini dianggap sebagai pelindung bangsa Prancis. Hal tersebut dilihat sebagai gerakan
antirevolusi, antiparlemen, dan ultranasionalis pertama yang menjadi tradisi pilar ideologi yang
diperjuangkan oleh l’extrême droite di masa-masa selanjutnya.
Penjelasan historis l’extrême droite dapat dimulai dari rezim Vichy semasa Perang Dunia
II. Hal ini dikarenakan rezim Vichy merupakan rezim extreme droite pertama di mana fasisme,
rasisme, dan ultranasionalisme berwujud l’extrême droite menunjukkan seringainya dalam
peristiwa fasis paling berdarah di abad 20.
PÉTAINISM
Rezim Vichy dipimpin oleh Marsekal Philippe Pétain, seorang perwira yang memimpin

perang Verdún pada Perang Dunia I, yang dipilih oleh Assemblée Nationale untuk memimpin
Prancis yang sedang dalam masa pendudukan Jerman dengan Reynaud sebagai perdana menteri
pada tahun 1940. Pada 10 Juli 1940 Assemblée Nationale menyerahkan Pétain kekuasaan mutlak
untuk memerintah Prancis. Dengan kekuasaan tersebut ia mengubah la troisième république
menjadi État français yang otoriter.
Penyerahan kekuasaan tersebut dilakukan dengan harapan dapat menyelamatkan Prancis
dari Nazi yang pada masa itu berhasil menduduki bagian utara Prancis. Namun pada tahun yang
sama Pétain menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Nazi Jerman yang dilihat
banyak sejarawan sebagai kesepakatan kolaborasionis dengan Nazi. Perjanjian tersebut tidak
hanya mengatur gencatan senjata namun juga beberapa kesepakatan lainnya yang secara tidak
langsung menandakan kekuasaan Nazi atas Prancis. Prancis kemudian menjadi terbagi dua, yaitu
utara yang dikuasai Jerman dan selatan yang menjadi otoritas Prancis. Paris yang secara de facto
bukan lagi menjadi otoritas Prancis menyebabkan rezim ini memindahkan ibukota Prancis ke
Vichy di Prancis Tengah yang secara infrastruktur dan komunikasi paling memadani (Cole,
2005: 14).
Rezim ini dilihat sebagai sebuah kolaborasi antara Pétain dengan Hitler dalam masa jaya
fasisme, rasisme, dan ultranasionalisme (Davies, 2002: 118). Salah satu kebijakan kolaborasi
yang paling sering disebut adalah Prancis menyerahkan orang-orang Yahudi yang hidup di
Prancis kepada Jerman untuk membebaskan tahanan perang Prancis di Jerman. Polisi-polisi
république. Sejak kehadirannya kembali pada la quatrieme république, Assemblée Nationale merupakan lembaga
perwakilan bawah (lower house) berisikan 577 députés yang dipilih secara langsung melalui dua putaran pemilu.
Pemenang utama pemilu berhak atas 289 kursi di Assemblée Nationale.

10

Prancis bertugas untuk menangkapi orang-orang Yahudi serta orang-orang lain yang dianggap
bukan bagian dari bangsa Prancis. Hal tersebut dilakukan atas dasar untuk menyelamatkan
Prancis dari racun Yahudi dan melindungi nasionalisme utuh bangsa Prancis (Davies, 2002:
118).
Nilai-nilai ultranasionalisme kemudian dipenetrasikan secara ekstrim oleh rezim ini.
Pétain mengubah semboyan Republik yang berbunyi liberté, égalite, fratérnité (kebebasan,
kesetaraan, persaudaraan) menjadi travail, famille, patrie (kerja, keluarga, tanah air). Semboyan
ini disebarkan ke seluruh Prancis, untuk menanamkan ultranasionalisme fasis di masyarakat
Prancis. Pétain juga meruntuhkan nilai-nilai Republik dengan menyerang kelemahan dan
kerapuhan yang ada dalam la troisième république.
Pétain merombak besar-besaran sektor perekonomian hingga pendidikan di Prancis,
perombakan ini dinamakan Revolution Nationale 6. Perombakan ini dilakukan guna mencapai
Prancis yang kembali pada nilai-nilai aslinya (Goodliffe, 2012: 36). Di sektor perekonomian
Pétain melakukan reformasi industri dan ekonomi di mana ia dan teknokrat yang ia pilih
memfokuskan perkembangan pada industri-industri dan perusahaan-perusahaan besar. Reformasi
tersebut tak lain dilakukan atas bentuk permintaan dan eksploitasi Jerman atas Prancis.
Disebutkan bahwa pada masa ini Prancis menyumbang 60% pendapatan asing Jerman (Davies,
2002: 120). Selain itu dalam sektor pendidikan, rezim ini bersama dengan gereja katolik
merumuskan pembelajaran nasional yang menekankan nilai-nilai religius, nasionalis, serta
bersumber pada keluarga. Gereja katolik juga turut membangun instansi-instansi pendidikan
yang dibutuhkan, walaupun ia dinilai menutup mata terhadap ganasnya fasisme yang
berkembang dalam rezim ini.
Politik yang dianut Pétain kemudian semakin meluas dan memperoleh basisnya di
masyarakat Prancis, sehingga disebut sebagai Pétainisme. Pétainisme merupakan konsep
antisemitisme, ultranasionalisme, kebencian terhadap komunisme, serta bentuk kolaborasionis
yang berlandaskan pemikiran takut akan “kemunduran” (decadence). Pada masa ini Pétainisme
menjadi ideologi utama yang terpampang di tembok-tembok kota yang dipropagandakan kepada
masyarakat. Selain itu sistem pemerintahan yang otoriter, mutlak, dan hirarkial menjadi sebuah
tanda lain bahwa Vichy benar-benar perwujudan l’extrême droite.
6

Revolution Nationale merupakan sebutan bagi kebijakan Petain untuk merombak seluruh sistem kehidupan
umum di Prancis pada masa rezim Vichy. Perombakan besar-besaran tersebut mencakup sektor politik,
perekonomian, pertahanan, hukum, pendidikan, kehidupan berkeluarga, hingga pertanian.

11

Perang Dunia II membawa dampak yang berbeda pada nasionalisme Prancis. Jenderal
Charles de Gaulle yang ingin memperoleh nasionalitasnya dengan bebas dari cengkraman Nazi,
sedangkan Marsekal Pétain dengan yang mengupayakan kepentingan nasionalnya melalui
kolaborasi dengan Nazi. Pada 1944 aliansi de Gaulle berhasil membebaskan Paris dari
pendudukan Nazi, dan di saat yang bersamaan ia berhasil pula untuk menyingkirkan Pétain dari
tampuk kepimpinan Prancis.
POUJADISM
Turunnya Pétain tidak semata-mata menghilangkan Pétainisme dan paham-paham
l’extrême droite di Prancis. Ultranasionalisme dan rasisme khas l’extrême droite kembali
mendapatkan sinarnya pada masa la quatrieme république. Pada tahun 1953 terbentuklah
gerakan Union des Commercants et Artisants (UDCA) atau yang lebih sering disebut sebagai
Poujadist movement. Poujadisme cenderung mendukung retorika “old traditional France” yang
digaungkan oleh Rezim Vichy (Walle: 2008). Antiparlemen, nasionalisme, serta rasisme menjadi
dasar ideologi Poujadist. Gerakan ini dipimpin oleh Pierre Poujade, seorang petit independent
yang marah dengan pemerintah karena kebijakan liberalisasi yang dijalankan pemerintah
menguntungkan perusahaan-perusahaan serta industri-industri besar dan menyulitkan petit
independent yang menjadi dasar perekonomian Prancis.
Petit independent merupakan kelompok produsen, pedagang-pedagang kecil, artisan dan
penjaga toko-toko yang memiliki dan mengerjakan sendiri instrumen produksi mereka. Bukan
hanya petit independent saja yang menjadi basis suara dan dukungan bagi gerakan l’extrême
droite, namun kelompok petani juga turut mengambil peran pentig dalam perkembangan
l’extrême droite. Pengalaman Poujade dalam dunia politik dimulai pada gerakan pemuda Vichy,
dan keanggotaannya di PPF serta Les Compagnons de France. 7 Gerakan ini muncul bukan tanpa
sebab. Pemerintahan de Gaulle merupakan salah satu masa di mana Prancis sedang dalam
revolusi perekonomian. Industrialisasi serta urbanisasi menjadi ciri khas masa ini. Kursi
7

Les Compagnons de France adalah gerakan dan organisasi kepemudaan yang dibuat pada masa pendudukan
Jerman di Perancis. Dibuat pada Juli 1940 dan dibubarkan oleh pemerintah pada tahun 1944 karena dianggap
melakukan penghianatan terhadap negara dengan bergabung bersama aliansi pembebasan Paris. Organisasi ini
merupakan organisasi independen, walaupun pada pendanaannya rezim Vichy menjadi pendonor utamanya, yang
beranggotakan remaja hingga pemuda-pemudi yang tergusur pendudukan Jerman. Organisasi ini menanamkan
nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme yang sangat tinggi melalui kamp-kamp serta pelatihan-pelatihan mereka.
PPF atau Parti Populaire Française merupakan partai fasis dan antisemitis yang dibentuk pada tahun 1936 oleh
Jacques Doriot dan dibubarkan pada tahun 1945.

12

pemerintahan pun diisi oleh teknokrat yang dipercaya oleh de Gaulle untuk mereformasi
perekonomian Prancis paska perang. Teknokrat yang hanya berfokus pada modernisasi sosial
dan ekonomi membuat petit independent dan para petani merasa terkucilkan. Liberalisasi
ekonomi yang lebih menguntungkan perusahaan-perusahaan besar membuat para petit
independent merasa disingkirkan. Dan gerakan Poujadist dilihat sebagai bentuk pertahanan dan
perlawanan petit independent terhadap sikap pemerintah tersebut.
Aspirasi dan kemarahan petit independent dan petani yang terkristalisasi dalam bentuk
UDCA kemudian disalurkan melalui kampanye-kampanye rasis dan dirusaknya fasilitas-fasilitas
umum. Ideologi dasar UDCA adalah rasis dan antisemit dengan membenci orang-orang Yahudi,
karena mereka menganggap banyak dari perusahaan-perusahaan dan industri-industri besar yang
meraup semua keuntungan, dimiliki oleh orang-orang Yahudi dan orang asing. Mereka
menganggap bahwa imigran/orang-orang asing di Prancis telah membawa malapetaka bagi
kehidupan mereka karena mereka dianggap telah mengambil hak ekonomi mereka seperti
lapangan pekerjaan serta perekonomian. UDCA menganggap dirinya berdiri sebagai “pertahanan
atas mundurnya perekonomian Prancis”.
Kematian UDCA pada akhir la quatrieme république dapat dilihat dari beberapa hal.
Pertama dapat dilihat dari kontradiksi antara nilai dasar UDCA dan realitas. Nilai dasar UDCA
yang antiparlemen berkontradiksi pada kenyataan bahwa UDCA kemudian bertransformasi
menjadi partai politik bernama Union et Fraternité Francaise (UFF) yang pada awal tahun 1950an yang berhasil mendapatkan 13% pada pemilu nasional dan 52 kursi pada pemilu parlemen
pada tahun 1956, namun pada tahun 1958 UFF kalah telak dengan dukungan kurang dari 1%
(Goodliffee, 2012: 251). Yang kedua adalah matinya retorika antiparlemen dan antisistem pada
La Cinquième République akibat pergantian sistem parlemen yang partitokrasi. Selain itu,
rancangan awal La Cinquième République oleh de Gaulle sebetulnya adalah untuk menahan laju
perkembangan l’extrême droite.
Pada masa ini Le Groupement de Recherche et d’Études pour la Civilization Européene
(GRECE) dan le Club de l’Horloge juga turut ambil peran penting dalam mengembangkan dan
menjaga pemikiran dan konsep penting dari l’extrême droite karena keaktifan mereka dan tokohtokohnya. Kedua think tank ini berperan penting sebagai kelompok intelektual yang
menyebarkan dan mengembangkan l’extrême droite melalui langkah-langkah mainstream yang
dihormati.
13

GRECE yang berfokus pada studi ras dan budaya menyatakan adanya perbedaan kultur
berdasarkan faktor-faktor genetik yang tak bisa diasimilasikan satu sama lain. Di sini GRECE
berhasil menyerang pilar masyarakat liberal dengan kenangan era fasisme yang dulu pernah
memerintah (Harris: 1994). GRECE bahkan memiliki jurnalnya sendiri bernama Element yang
beredar dan berbahasa Prancis serta Scorpion yang berbahasa Inggris. L’Horloge merupakan
asosiasi konservatif yang dibentuk pula oleh Alain Benoist. L’Horloge dan GRECE saling terkait
dan memiliki banyak kesamaan dalam dasar ideologisnya, yaitu nasionalisme dan demokrasi.
Mereka menjadi kelompok yang berpengaruh dalam menaruh nilai-nilai extreme droite dalam
budaya dan masyarakat Prancis (Harris, 1994: 18).
Selain dua think tank tersebut, terdapat sebuah organisasi yang berfokus pula pada konsep
identitas yaitu Terre et Peuple. Terre et Peuple dibentuk pada tahun 1995 oleh mantan anggota
GRECE (Pierre Vial, Jean Mabire dan Jean Haudry). Terre et Peuple awalnya dibentuk sebagai
salah satu bagian dari FN namun akhirnya ia berubah menjadi sebuah organisasi mandiri.
L’extrême droite tidak berhenti pada matinya Pétain pada tahun 1951 maupun gagalnya
UFF untuk melanjutkan perjuangan petit independent dalam perpolitikkan Prancis. Jean-Marie
Le Pen, seorang orator handal dan pendiri partai Front National (FN), berhasil membawa
l’extrême droite ke permukaan perpolitikkan Prancis kembali. Jean-Marie Le Pen merupakan
pegiat politik extreme droite semenjak la quatrieme république. Ia bergabung dalam UFF dan
berhasil menjadi député UFF untuk Seine pada tahun 1956. Ia juga turut menjadi pendukung
setia dari gerakan anti-kemerdekaan semasa perang Algeria.
Front National didirikan oleh Jean-Marie Le Pen pada tahun 1972, di tahun yang sama
dengan Mitterand membuat partai sosialisnya. FN yang bukan antiparlemen berhasil muncul
dalam peta perpolitikan Prancis setelah Marxisme akhirnya turun pamor di dunia politik Prancis
dan sistem politik yang semakin ramah dalam mendukung segala bentuk aktivitas politik rakyat
Prancis akibat perubahan sistem perpolitikkan yang digadang oleh Valéry Giscard d’Estaing.
Poujadisme menyumbang banyak peran dalam pembentukan karakter FN. Selain sang
pendiri yang memang berasal dari politikus UFF, namun banyak pula basis dukungan FN yang
datang dari petit independent dan pendukung UFF lainnya. Rasisme, ultranasionalisme, dan
antisemitisme menjadi beberapa nilai penting FN yang diadaptasi dari masa Poujadist. Dengan
menjadikan imigran dan orang asing sebagai kambing hitam lagi, FN berhasil menjadi partai
antimigran dan rasis yang memiliki banyak dukungan (Davies, 2001: 177).
14

2.6 Penelitian Terdahulu
No. Penelitian
1.

Hasil Penelitian

Adriana Stephan, The Rise of the Penelitian ini menghasilkan beberapa poin
Far

Right:

Analysis

of

A

Subregional kesimpulan:

Front

National

Support in France, sebagai tesis

1. Isu imigrasi menjadi faktor penting
dalam perkembangan kesuksesan partai

di New York University pada 3
April 2015.

Front National.
2. Analisis
Presiden

difokuskan
tahun

pada

2012

pemilu

pada

level

department dan commune, kemudian
dibandingkan dengan pemilu Presiden
2007 untuk memeriksa ketahanan hasil.
3. Sebagai

hasil

penelitian

kehadiran

imigran, permasalahan pengangguran
merupakan indicator penting dalam
perolehan suara FN.
2.

Kelsey Hayes, Far-Right Parties, Kesimpulannya adalah:
the European Union and the
Power

of

Identity,

sebagai

1. Identitas menjadi kerangka ideologi
yang dapat menahan diaplikasikannya

desertasi S2 di University of Kent

teori liberal, dan partai-partai ini

pada 19 Agustus 2011.

memahami bahwa ide ini dapat bahkan
telah berhasil mengeksploitasi rasa
tidak

aman

berdasarkan
(bahasa,

masyarakat
tanda-tanda

agama,

etnis,

yang
identitas
dan

kebangsaan).
2. Partai kanan jauh dapat mempengaruhi
perpolitikkan

domestik

dan

internasional sebuah negara. Sebagai

15

contoh adalah partai Jobbik yang telah
memiliki pasukannya sendiri

yang

disebut Magyar Garda.
3.

Nadia van de Walle; Neither 1. Ideologi FN terkombinasi dari berbagai
Right, Nor Left, But French

macam

Historical Legacies, the Rise of

sebelumnya.

Anti-Immigrant Sentiment, and

sentiment anti imigran menjadi salah

the Far Right in France, sebagai

satu

tesis

di

University

of

tradisi

sayap

kanan

Nasionalisme

ideology

FN

yang

jauh
dan

berhasil

ditembuskan sebagai agenda politik di
Perancis.

Pennsylvania pada 4 April 2008

2. Pemilu Presiden Prancis tahun 2002
dan 2007 diambil sebagai unit amatan
penelitian ini untuk melihat konsistensi
FN sebagai niche party.
3. Demokrasi

liberal

melihat

perkembangan partai FN sebagai salah
satu ancaman baik bagi iklim politik di
Perancis

secara

internasional

domestik
maupun

dan
bagi

pemerintahan Perancis itu sendiri.

Perbedaan tiga penelitian terdahulu di atas dengan penelitian ini adalah fokus
penelitian ini pada analisis dinamika politik FN yang terjadi pada pemilu Presiden Prancis
tahun 2007 dan 2012, menggunakan teori konstruktivisme Alexander Wendt di mana
identitas memegang peranan penting dalam dinamika partai politik. Tidak seperti tesis
Stephans yang melihat bahwa perolehan suara FN pada penelitian ini menjadi hasil
penelitian, penelitian ini tidak melihat perolehan suara sebagai hasil penelitian melainkan
sebagai alat tercapainya kepentingan FN atau tidak. Unit amatan Stephan pada perolehan
suara pemilu Presiden di level department dan commune juga berbeda dengan unit amatan
penelitian ini yang berupa masa kampanye, hasil pemilu Presiden, serta sumber dukungan
FN.
16

Apabila dibandingkan dengan penelitian Hayes, penelitian ini tidak membuat
fokus analisis terletak pada hipotesa pengaruh identitas Eropa terhadap perkembangan
l’extrême droite, namun hanya terfokus pada dinamika FN di Prancis. Kemudian,
penelitian Hayes membahas mengenai pengaruh partai l’extrême droite terhadap
perpolitikan dalam maupun luar negeri. Berdasarkan hal itu terdapat disparitas sebab salah
satu bahasan penelitian ini adalah karakter FN yaitu xenofobia, populis, rasis, dan
ultranasionalis yang tidak terlepas dari pengaruh ideologi l’extrême droite dari masingmasing pengurus dan pejabat FN. Selanjutnya dibandingkan dengan penelitian van de
Walle, penelitian ini tidak sama sekali membahas peran FN sebagai niche party serta unit
amatan yang berbeda.
2.5

Kerangka Pikir

Dari sepuluh partai yang sering mengikuti pemilu Prancis, penelitian berfokus pada
dinamika partai FN di Prancis. Dinamika FN dilihat melalui pemilu Presiden Prancis tahun 2007
dan 2012. Dinamika ini dianalisis dengan teori konstruktivisme Wendt tentang pengaruh
identitas dalam politik, yang mana membagi identitas menjadi dua macam yaitu identitas
corporate dan identitas social. Dengan analisis identitas FN dalam pemilu Presiden Prancis
tahun 2007 dan 2012, maka akan didapatkan dinamika partai FN.

17

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2